bab 2 data dan analisa 2.1 data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2010-2-00161-ds bab...
TRANSCRIPT
5
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1 Data
Adapun data yang berhasil dikumpulkan mengenai promosi Observatorium
Bosscha antara lain adalah :
- Pencarian Literatur
- Wawancara narasumber, dengan Bapak Dhani Herdiwijaya selaku Wakil
Pimpinan dari Observatorium Bosscha
- Penelitian langsung ke lapangan
2.1.1 Pengertian Observatorium
Kata Observatorium Berasal dari kata “Observatori” yaitu sebagai tempat
pengamatan dan mengamati perkembangan sesuatu.
Kemudian Observatorium dapat diartikan sebagai sebuah struktur yang dibangun
dan dirancang untuk membuat tempat pengamatan dan pengukuran yang diambil dari
teleskop. Tempat yang paling baik untuk tujuan astronomi adalah di tempat pegunungan
atau di dataran tinggi dimana langit tidak terlalu berawan di malam hari. Barang –
barang optikal dan teleskop ditempatkan di bangunan yang mempunyai atap yang bisa
6
berputar dan biasanya berbentuk seperti kubah, walaupun bentuk bangunan persegi
sekarang menjadi lebih banyak digunakan dan dalam beberapa hal seluruh bangunan
dapat berputar.
2.1.2 Profil Bosscha
Observatorium Bosscha berlokasi pada 107 derajat 37’ BT dan 6 derajat 49’30”
LS. Memiliki ketinggian 1300 m di atas permukaan laut dan 630 m di atas dataran tinggi
Bandung. Terhadap kota bandung ke arah utara sejauh 15 km. dalam keadaan normal
kondisi cuaca minimum malam hari 16 derajat (bulan Juni 0 Juli) dan maksimum siang
hari 23 derajat, kelembaban rata – rata 80 % - 90 %. Malam cerah untuk pengamatan
asometri 150 hari per tahun, sedang untuk pengamatan fotometri lebih lemah dari itu.
Observatorium Bosscha adalah sebuah Lembaga Penelitian dengan program-
program spesifik. Dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung, obervatorium ini
merupakan pusat penelitian dan pengembangan ilmu astronomi di Indonesia. Sebagai
bagian dari Fakultas MIPA - ITB, Observatorium Bosscha memberikan layanan bagi
pendidikan sarjana dan pascasarjana di ITB, khususnya bagi Program Studi Astronomi,
FMIPA - ITB. Penelitian yang bersifat multidisiplin juga dilakukan di lembaga ini,
misalnya di bidang optika, teknik instrumentasi dan kontrol, pengolahan data digital, dan
lain - lain. Berdiri tahun 1923, Observatorium Bosscha bukan hanya observatorium
tertua di Indonesia, tapi juga masih satu - satunya obervatorium besar di Indonesia.
7
Observatorium Bosscha adalah lembaga penelitian astronomi moderen yang
pertama dan satu – satunya di Indonesia. Observatorium ini dikelola oleh Institut
Teknologi Bandung dan mengemban tugas sebagai fasilitator dari penelitian dan
pengembangan astronomi di Indonesia, mendukung pendidikan sarjana dan pascasarjana
astronomi di ITB, serta memiliki kegiatan pengabdian pada masyarakat.
Observatorium Bosscha juga mempunyai peran yang unik sebagai satu - satunya
observatorium besar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara sampai sejauh ini. Peran ini
diterima dengan penuh tanggung jawab: sebagai penegak ilmu astronomi di Indonesia.
Dalam program pengabdian masyarakat, melalui ceramah, diskusi dan kunjungan
terpandu ke fasilitas teropong untuk melihat objek - objek langit, masyarakat
diperkenalkan pada keindahan sekaligus deskripsi ilmiah alam raya. Dengan ini
Observatorium Bosscha berperan sebagai lembaga ilmiah yang bukan hanya menjadi
tempat berpikir dan bekerja para astronom profesional, tetapi juga merupakan tempat
bagi masyarakat untuk mengenal dan menghargai sains. Dalam terminologi ekonomi
modern, Observatorium Bosscha berperan sebagai public good.
Tahun 2004, Observatorium Bosscha dinyatakan sebagai Benda Cagar Budaya
oleh Pemerintah. Karena itu keberadaan Observatorium Bosscha dilindungi oleh UU
Nomor 2/1992 tentang Benda Cagar Budaya. Selanjutnya, tahun 2008, Pemerintah
menetapkan Observatorium Bosscha sebagai salah satu Objek Vital nasional yang harus
diamankan.
Observatorium Bosscha berperan sebagai homebase bagi penelitian astronomi di
Indonesia.
8
Gambar 2.1
Observatorium Bosscha
2.1.3 Sejarah Observatorium Bosscha
Observatorium Bosscha (dahulu bernama Bosscha Sterrenwacht) dibangun oleh
Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV) atau Perhimpunan Bintang
Hindia Belanda. Pada rapat pertama NISV, diputuskan akan dibangun sebuah
observatorium di Indonesia demi memajukan Ilmu Astronomi di Hindia Belanda. Dan di
dalam rapat itulah, Karel Albert Rudolf Bosscha, seorang tuan tanah di perkebunan teh
Malabar, bersedia menjadi penyandang dana utama dan berjanji akan memberikan
bantuan pembelian teropong bintang. Sebagai penghargaan atas jasa K.A.R. Bosscha
dalam pembangunan observatorium ini, maka nama Bosscha diabadikan sebagai nama
observatorium ini.
9
Pembangunan observatorium ini sendiri menghabiskan waktu kurang lebih 5
tahun sejak tahun 1923 sampai dengan tahun 1928.
Publikasi internasional pertama Observatorium Bosscha dilakukan pada tahun
1933. Namun kemudian observasi terpaksa dihentikan dikarenakan sedang
berkecamuknya Perang Dunia II. Setelah perang usai, dilakukan renovasi besar-besaran
pada observatorium ini karena kerusakan akibat perang hingga akhirnya observatorium
dapat beroperasi dengan normal kembali.
Kemudian pada tanggal 17 Oktober 1951, NISV menyerahkan observatorium ini
kepada pemerintah RI. Setelah Institut Teknologi Bandung (ITB) berdiri pada tahun
1959, Observatorium Bosscha kemudian menjadi bagian dari ITB. Dan sejak saat itu,
Bosscha difungsikan sebagai lembaga penelitian dan pendidikan formal Astronomi di
Indonesia.
Direktur Observatorium :
1. 1923 - 1940: Dr. Joan Voûte
2. 1940 - 1942: Dr. Aernout de Sitter
3. 1942 - 1946: Prof. Dr. Masashi Miyaji
4. 1946 - 1949: Prof. Dr. J. Hins
5. 1949 - 1958: Prof. Dr. Gale Bruno van Albada
6. 1958 - 1959: Prof. Dr. O. P. Hok dan Santoso Nitisastro (pejabat sementara)
7. 1959 - 1968: Prof. Dr. The Pik Sin
8. 1968 - 1999: Prof. Dr. Bambang Hidayat
9. 1999 - 2004: Dr. Moedji Raharto
10
10. 2004 - 2006: Dr. Dhani Herdiwijaya
11. 2006 - 2010: Dr. Taufiq Hidayat
12. 2010 - sekarang: Dr. Hakim Luthfi Malasan
2.1.4 Fasilitas – fasilitas yang ada di Observatorium Bosscha
2.1.4.1 Teropong
Observatorium Bosscha mempunyai 11 teropong bintang 7 diantaranya
merupakan teropong utama yang memiliki bangunan sendiri, teropong – teropong
tersebut masih terawat dengan baik sampai sekarang antara lain :
1. Refraktor Ganda Zeiss 60 cm
Teleskop ganda Zeiss 60 cm ini berada pada satu-satunya gedung kubah di
Observatorium Bosscha yang telah menjadi landmark Bandung utara selama lebih dari
85 tahun. Bangunan teropong ini dirancang oleh arsitek Bandung ternama, yaitu K. C. P.
Wolf Schoemacher, yang juga guru Presiden Soekarno. Teleskop dan gedung kubah ini
merupakan sumbangan dari K. A. R. Bosscha yang secara resmi diserahkan kepada
Perhimpunan Astronomi Hindia-Belanda pada bulan Juni 1928. Kubah gedung memiliki
bobot 56 ton dengan diameter 14,5 m dan terbuat dari baja setebal 2 mm.
Saat ini, Teropong Ganda Zeiss 60cm ini merupakan teleskop terbesar dan tertua
di Observatorium Bosscha. Tahun 2008, teleskop ini genap berusia 80 tahun. Sampai
11
sejauh ini, teleskop ini masih berfungsi dengan baik berkat perawatan yang konsisten.
Sistem detektor fotografi pernah digunakan di teleskop ini sampai dengan tahun 1980-
an. Sejak awal 1990-an, teknologi detektor dijital (menggunakan CCD astronomi) mulai
digunakan di Observatorium Bosscha, untuk meningkatkan tingkat sensitifitas
pengamatan. Selain itu, instrumentasi teleskop juga terus dimodernisasi.
Teleskop ini merupakan jenis refraktor (menggunakan lensa) dan terdiri dari 2
teleskop utama dan 1 teleskop pencari (finder). Diameter teleskop utama adalah 60 cm
dengan panjang fokus hampir 11 m, dan teleskop pencari berdiameter 40 cm. Medan
pandang teleskop pencari adalah 1,5 derajat atau sekitar 3 kali diameter citra bulan
purnama. Medan pandang langit yang luas ini memudahkan untuk mengidentifikasi
bintang yang hendak diamati, dibandingkan dengan citra bintang di langit melalui peta
bintang. Teleskop ini dapat mengamati bintang-bintang yang jauh lebih lemah, kurang
lebih 100000 kali lebih lemah dari bintang yang dapat dilihat oleh mata telanjang.
Instrumen utama ini telah digunakan untuk berbagai penelitian astronomi, antara
lain untuk pengamatan astrometri, yaitu untuk memperoleh informasi posisi benda langit
secara akurat dalam orde sepersepuluh detik busur, khususnya untuk memperoleh orbit
bintang ganda visual. Hingga saat ini terdapat koleksi sekitar 10000 data pengamatan
bintang ganda visual yang diperoleh dengan menggunakan teleskop ini. Selain itu,
teleskop ini juga digunakan untuk pengamatan gerak diri bintang dalam gugus bintang.
Teleskop ini juga digunakan untuk pengukuran paralak bintang guna penentuan jarak
bintang. Pencitraan dengan CCD juga digunakan untuk mengamati komet dan planet-
planet, misalnya Mars, Jupiter, dan Saturnus. Dengan menggunakan spektrograf BCS
12
(Bosscha Compact Spectrograph), teleskop ini secara kontinu melakukan pengamatan
spektrum bintang-bintang Be.
2. Refraktor Bamberg 37 cm
Teropong Bamberg juga termasuk jenis refraktor yang ada di Observatorium
Bosscha, dengan diameter lensa 37 cm dan panjang fokus 7 m. Teropong ini berada pada
sebuah gedung beratap setengah silinder dengan atap geser yang dapat bergerak maju-
mundur untuk membuka atau menutup. Karena konstruksi bangunan, jangkauan teleskop
ini hanya terbatas untuk pengamatan benda langit dengan jarak zenit 60 derajat, atau
untuk benda langit yang lebih tinggi dari 30 derajat dan azimut dalam sektor Timur-
Selatan-Barat. Untuk obyek langit yang berada di langit utara atau azimut sektor Timur-
Utara-Barat praktis tak dapat dijangkau oleh teleskop ini. Teleskop ini selesai diinstalasi
awal tahun 1929 dan digerakkan dengan sistem bandul gravitasi, yang secara otomatis
mengatur kecepatan teleskop bergerak ke arah barat mengikuti bintang yang ada di
medan teleskop sesuai dengan kecepatan rotasi bumi. Teleskop ini juga telah dilengkapi
dengan detektor moderen, menggunakan kamera CCD.
Teropong Bamberg digunakan untuk pengamatan kurva cahaya bintang-bintang
variabel, serta fotometri gerhana bintang, misalnya pengamatan kurva cahaya bintang
ganda delta-Capricorni. Teropong ini juga digunakan untuk pengamatan matahari dan
permukaan bulan. Teropong Bamberg juga sering digunakan untuk pendidikan publik,
misalnya pada Malam Umum, untuk melihat kawah bulan, bintang ganda visual, gugus
13
bintang, planet-planet, dan benda langit lainnya secara langsung melalui okuler
teropong.
3. Teleskop Goto 45 cm
Teleskop Goto berjenis reflektor yaitu menggunakan cermin sebagai pengumpul
cahaya. Tepatnya, teropong ini berjenis reflektor Cassegrain dengan diameter cermin
utama 45 cm. Cermin utama yang berbentuk parabola memiliki panjang fokus 1,8 m dan
cermin sekunder yang berbentuk hiperbola memiliki panjang fokus 5,4 m. Teleskop ini
merupakan bantuan dari kementrian luar negeri Jepang melalui program ODA (Overseas
Development Agency), Ministry of Foreign Affairs, pada tahun 1989.
Teleskop ini merupakan teleskop pertama di Observatorium Bosscha yang
sepenuhnya digerakkan dengan kontrol komputer dan telah dilengkapi dengan kamera
CCD dan instrumen lain. Sistem kontrol teleskop ini pernah mengalami kerusakan dan
kini telah sepenuhnya diganti dengan sistem kontrol yang compatible dengan PC biasa.
Teleskop ini digunakan terutama untuk pengamatan bintang-bintang variabel,
pengamatan kurva cahaya planet luar-surya, pengamatan asteroid, spektroskopi bintang,
dan pencitraaan planet.
14
4. Teleskop Schmidt Bima Sakti
Teleskop Bima Sakti diinstalasi pada tahun 1960 dan merupakan sumbangan dari
UNESCO kepada Observatorium Bosscha. Teleskop jenis ini termasuk jarang di dunia.
Teleskop Schmidt Bima Sakti mempunyai sistem optik Schmidt sehingga sering disebut
Kamera Schmidt. Teropong ini mempunyai diameter lensa koreksi 51 cm, diameter
cermin 71 cm, dan panjang fokus 127 cm. Perbandingan antara panjang fokus terhadap
diameter lensa koreksi atau dikenal dengan f-ratio relatif paling kecil di antara teleskop-
teleskop besar di Observatorium Bosscha. Angka ini besarnya 2,5, sehingga memang
mirip dengan f-ratio kamera biasa. Karena itu, teropong Bima Sakti ini juga dinamakan
kamera langit cepat, sedangkan refraktor ganda Zeiss merupakan kamera yang lambat.
Artinya, perlu waktu yang lebih lama untuk memotret obyek yang sama apabila
menggunakan refraktor Zeiss.
Teleskop ini memiliki medan pandang yang luas, kira-kira 5 x 5 derajat persegi,
sehingga teropong sangat baik untuk keperluan survey. Teropong ini digunakan untuk
pengamatan obyek langit dari panjang gelombang biru sampai inframerah dekat, dan
juga dilengkapi dengan prisma obyektif dan prisma Racine. Teropong ini sangat peka
sehingga sangat mudah terganggu oleh polusi cahaya.
Teropong ini digunakan untuk pengamatan bintang emisi garis hidrogen,
bintang-bintang kelas M, serta bintang-bintang Wolf-Rayet.
15
5. Refraktor Unitron
Teleskop Unitron adalah teropong refraktor dengan lensa obyektif berdiameter
102 mm dan panjang fokus 1500 mm. Teropong ini diinstalasi pada mounting Zeiss
yang masih asli dengan sistem penggerak bandul gravitasi, sama seperti pada teropong
Bamberg. Dari segi ukuran, teropong ini baik untuk pengamatan matahari maupun
bulan, dan banyak digunakan untuk praktikum mahasiswa. Dengan ukuran yang kecil
dan ringan, teropong ini mudah dibawa dan telah beberapa kali digunakan dalam
ekspedisi pengamatan gerhana matahari total, misalnya tahun 1983 di Cepu, Jawa
Tengah, dan tahun 1995 di Sangihe Talaud, Sulawesi Utara.
Teleskop ini juga digunakan untuk publik pada acara Malam Umum, untuk
mengamati bintang ganda visual, planet-planet, serta obyek-obyek yang menarik yang
dapat dilihat pada saat pengamatan.
6. Reflektor GAO-ITB
Reflektor GAO-ITB merupakan teleskop generasi baru di Observatorium
Bosscha yang diinstalasi tahun 2005 dan sepenuhnya digerakkan dengan kontrol
komputer. Teleskop ini berjenis Schmidt-Cassegrain bermerek Celestron dengan
diameter cermin 8 inchi (sekitar 20 cm). Teleskop ini berada dalam ruangan dengan atap
geser.
Menilik namanya, teleskop ini merupakan hasil kerjasama antara ITB dengan
Gunma Astronomical Observatory (GAO), Jepang, dan telah beberapa kali digunakan
16
sebagai teleskop robotik, yaitu pengamatan dari dua tempat jauh (Lembang-Gunma).
Teleskop ini dapat digerakkan dari Jepang, dan hasilnya disaksikan secara langsung oleh
pengamat di Jepang, yang sebagian besar adalah pengunjung umum atau siswa dan guru.
Dan demikian pula sebaliknya. Teleskop di Gunma digerakkan dari Bosscha dan
hasilnya disaksikan di Lembang, atau di kampus ITB, didukung oleh fasilitas
teleconference. Karena itu, nama lengkap teleskop ini sebenarnya adalah GAO-ITB-RTS
(dengan RTS = Remote Telescope System).
7. Teleskop Radio 2.3m
Saat ini Observatorium Bosscha telah memasuki era multiwavelength.
Gelombang radio mulai dapat ditangkap dan dianalisis di Observatorium Bosscha.
Teleskop radio Bosscha 2.3m adalah adalah instrumen radio jenis SRT (Small Radio
Telescope) yang didesain oleh Observatorium MIT-Haystack dan dibuat oleh Cassi
Corporation. Teleskop ini bekerja pada panjang gelombang 21 cm atau dalam rentang
frekuensi 1400-1440 MHz. Dalam rentang frekluensi tersebut terdapat transisi garis
hidrogen netral, sehingga teleskop ini sangat sesuai untuk pengamatan hidrogen netral,
misalnya dalam galaksi kita, Bima Sakti. Selain itu, teleskop ini dapat digunakan untuk
mengamati obyek-obyek jauh seperti ekstragalaksi dan kuasar. Matahari juga merupakan
obyek yang menarik untuk ditelaah dalam panjang gelombang radio ini. Obyek eksotik,
seperti pulsar, juga akan menjadi taget pengamatan dengan teleskop radio ini.
Teleskop ini dapat digunakan untuk pengamatan dalam mode spektral dengan
resolusi 7,8 kHz untuk bandwidth 1,2 MHz, atau dengan resolusi sangat tinggi 1,8 kHz
17
namun dengan bandwidth yang jauh lebih pendek. Mapping juga dapat dilakukan,
namun dengan resolusi beam hanya sekitar 7 derajat. Pengamatan dalam mode
kontinum memberikan bandwidth selebar 40 MHz dengan bin sebesar 1 MHz. Teleskop
ini diinstalasi pada puncak bekas menara meteorologi di Observatorium Bosscha untuk
mendapatkan coverage langit yang maksimal (tanpa terhalang pepohonan). Ruang
kontrol dibuat di bawahnya.
Teleskop ini, yang mendapatkan first light pada bulan Desember 2008,
menginisiasi pengembangan astronomi radio di Indonesia dan akan terus dikembangkan
menjadi interferometer radio multi-elemen.
8. Teleskop Hilal
Teleskop Hilal yang dimaksudkan di sini adalah teleskop kecil yang biasa
digunakan untuk pengiriman tim pengamat ke beberapa daerah di Indonesia untuk
mengamati hilal 1 Ramadhan dan 1 Syawal setiap tahunnya. Teleskop tersebut adalah
refraktor William Optics dengan diameter 6 cm dilengkapi dengan mounting Vixen
Sphinx dan sebuah detektor sederhana berupa kamera dijita Canon Powershot.
Dilengkapi dengan TV Tuner ke sebuah laptop atau desktop, maka sistem ini siap
mengirimkan data berupa video tayang-langsung.
Terdapat 6 teleskop seperti ini di Observatorium Bosscha dan siap membantu
pemerintah untuk melakukan pengamatan hilal pada tanggal-tanggal penting keagamaan
tersebut.
18
9. Teleskop Radio JOVE
Teleskop radio JOVE tidak lain adalah teleskop radio hasil rancangan NASA
Radio JOVE Project yang ditujukan untuk mengamati semburan radio dari Jupiter
(Jupiter noise storm) serta semburan matahari Type III pada frekuensi 20,1 MHz.
Teleskop ini menggunakan antena array berupa dual-dipole. Receiver dibuat
bekerjasama dengan Laboratorium Telekomunikasi Radio dan Gelombang Mikro, STEI,
ITB. Sebanyak dua receiver telah selesai dikerjakan. Sebuah interferometer JOVE saat
ini sedang dalam tahap penyelesaian di Observatorium Bosscha.
Dengan teleskop radio ini, Observatorium Bosscha dapat turut mengikuti
jaringan pengamatan semburan Jupiter dan Matahari di dunia. Khusus untuk pengamatan
Matahari, teleskop ini menjadi pendamping pengamatan radio untuk pengamatan optik
dari Teropong Surya di Observatorium Bosscha.
10. Teropong Surya
Observatorium Bosscha telah selesai membangun teropong matahari, yaitu set
teleskop dijital, yang terdiri dari 3 buah telekop Coronado dengan 3 filter yang berbeda,
serta sebuah teleskop proyeksi citra Matahari yang sepenuhnya dibuat sendiri. Fasilitas
ini dapat terealisasi berkat sumbangan dari Kementerian Pendidikan, Sains, dan
Kebudayaan, Negeri Belanda, Leids Kerkhoven-Bosscha Fonds, Departemen
Pendidikan Nasional, serta Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Fasilitas baru ini
dapat digunakan untuk penelitian, pendidikan, maupun untuk pengabdian kepada
masyarakat. Dari sisi layanan publik, fasilitas ini akan menjadi bagian penting dari
19
pendidikan informal yang dapat diberikan oleh Observatorium Bosscha kepada publik.
Semua ini merupakan wujud dari upaya Observatorium Bosscha memodernisasi dirinya
sambil tetap menjaga sejarahnya. Fasilitas teropong surya ini berdiri pada lahan bekas
teropong transit yang sudah tidak digunakan lagi, dan pernah digunakan sebagai titik
pengamatan topografi. Bekas titik tersebut masih dipertahankan di dalam interior gedung
teropong. Gedung ini dirancang oleh Dr. Wijaya Martokusumo dari SAPPK-ITB.
Berbagai komponen teleskop dibuat sendiri kecuali teleskop Coronado yang
merupakan teleskop didesain khusus untuk keperluan pengamatan Matahari. Fasilitas ini
terdiri dari dua buah sistem teleskop, yang pertama merupakan teleskop dijital bekerja
pada 3 panjang gelombang, yaitu H-alpha, Kalsium II, dan cahaya putih yang ditujukan
untuk mengamati bintik matahari. Teleskop kedua adalah sebuah coleostat yang
ditujukan untuk membuat proyeksi citra dan spektrum matahari secara analog. Dengan
demikian keduanya dapat berfungsi sebagai teleskop tayang-langsung (real-time), dan
dapat dilihat melalui jaringan internet. Dengan sistem ini, fasilitas ini dapat berfungsi
sebagai kolektor data ilmiah maupun sebagai sarana pendidikan publik yang cukup
efektif. Variasi kenampakan matahari dapat dimonitor dan publik diharapkan dapat
mengesani fenomena cuaca antariksa.
Fasilitas Teropong Surya ini juga dilengkapi dengan poster-poster berisi
informasi tentang matahari serta perangkat lunak World Wide Telescope yang
disumbangkan oleh Microsoft Indonesia kepada Observatorium Bosscha.
20
11. Teleskop Pelatihan
Sejak tahun 2003, Observatorium Bosscha merupakan sentra pelatihan Tim
Olimpiade Astronomi Indonesia di tingkat internasional. Sejak saat itu pula, tim yang
dibina oleh para staf Program Studi dan KK Astronomi ITB ini selalu berprestasi. Secara
berkala anggota tim yang dipilih melalui seleksi di Olimpiade Sains Nasional setiap
tahunnya dilatih di Observatorium Bosscha. Peralatan yang digunakan adalah set
teleskop portable yang disediakan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Teleskop ini
juga digunakan untuk lomba observasi di Olimpiade Sains Nasional, terdiri dari
Celestron C8 dan C11 dilengkapi dengan CCD dan asesoris lainnya. Teleskop-teleskop
ini juga digunakan oleh mahasiswa astronomi melakukan praktikum laboratorium
astronomi.
2.1.4.2 Perpustakaan
Perpustakaan Observatorium Bosscha merupakan perpustakaan unit, salah satu
yang terlengkap di ITB. Selain berlangganan cukup banyak jurnal-jurnal utama
astronomi, perpustakaan ini juga memiliki koleksi buku teks, prosiding, serta ASP
conference series. Berbagai katalog astronomi serta koleksi historis juga tersimpan baik
di perpustakaan ini. Akses secara on-line kepada jurnal-jurnal yang dilanggan juga
tersedia. Sebagian besar koleksi perpustakaan ini tidak boleh dipinjam (atau dibawa
keluar), kecuali untuk dosen dan mahasiswa astronomi. Namun demikian, layanan
dokumen yang diperlukan dapat dipenuhi dengan menghubungi petugas perpustakaan.
21
2.1.4.3 Bengkel Mekanik
Observatorium Bosscha juga dilengkapi dengan bengkel mekanik yang mampu
membuat berbagai asesoris dan komponen teleskop. Bengkel ini memiliki mesin bubut
dan mesin-mesin mekanik pendukung yang lain serta sarana pengelasan.
2.1.4.4 Ruang Ceramah
Ruang Ceramah merupakan ruangan berkapasitas 100 orang yang saat ini
terutama digunakan untuk menerima kunjungan publik. Ruang ini dilengkapi dengan
sarana multimedia, sehingga selain digunakan sebagai tempat cermah astronomi populer
untuk pengunjung, ruang ini juga dapat dimanfaatkan untuk pemutaran film-
film/dokumentasi ilmiah. Rata-rata dalam hari kunjungan publik, ruang cermah ini
memberikan layanan sampai 600 orang per hari.
Ruang Ceramah ini dibangun tahun 1934 dan sejak awal ditujukan untuk
demonstrasi publik. Awalnya ruangan ini berisi alat-alat peraga ilmiah, misalnya peraga
gerhana, peraga bola langit, miniatur teleskop, dan sebagainya. Sebagaimana diketahui
Observatorium Bosscha telah menerima kunjungan publik sejak tahun 1926. Namun
seiring dengan semakin banyaknya permintaan kunjungan, ruang ini dimodifikasi
menjadi tempat penerimaan publik untuk penyampaian informasi astronomi. Dalam
ruang ini terdapat patung perunggu K. A. R. Bosscha. Patung tersebut merupakan
cinderamata dari Perhimpunan Astronomi Hindia Belanda kepada Bosscha, yang
diserahkan saat penyerahan Teropong Zeiss tahun 1928. Ketika Ruang Ceramah selesai
dibangun, patung ini dipasang secara permanen di gedung ini.
22
Ceramah astronomi populer umumnya diberikan oleh para dosen dan mahasiswa
di Program Studi Astronomi, FMIPA, ITB. Selain sebagai Ruang Ceramah umum,
tempat ini juga digunakan untuk kuliah-kuliah di Program Studi Astronomi, ITB.
2.1.4.5 Wisma Kerkhoven
Wisma Kerkhoven adalah fasilitas baru di Observatorium Bosscha yang
diresmikan penggunaannya oleh Menristek Dr. Kusmayanto Kadiman didampingi
Rektor ITB pada tanggal 15 Desember 2007. Gedung ini dulunya adalah kediaman resmi
direktur Observatorium Bosscha. Dalam sejarahnya, peletakan pertama pembangunan
gedung ini dilakukan tanggal 14 Mei 1926 oleh Prof. Dr. Anton Pannekoek, seorang
astronom besar Belanda, yang waktu itu sedang menjadi tamu peneliti di Observatorium
Bosscha. Nama Kerkhoven yang diberikan pada gedung ini adalah untuk mengenang
salah seorang pendiri Observatorium Bosscha, yaitu R. A. Kerkhoven, yang berjasa
sangat besar bagi kelangsungan Observatorium Bosscha.
Gedung ini dipugar mulai pertengahan tahun 2007 dengan pengawasan arsitek
dari SAPPK-ITB, yaitu Dr. Woerjantari Soedarsono, Dr. Wijaya Martokusumo, dan Ir.
Widiyani, MT. Pemugaran gedung ini tetap menjaga keaslian bangunan, dan hanya
terdapat sedikit modifikasi untuk mendukung fungsi gedung. Dengan demikian, sejak
awal tahun 2008, gedung ini merupakan suatu perwujudan dari Faculty House, yang
memiliki fungsi dan sarana sebagai berikut:
1. Sarana ruang seminar dan lokakarya
2. Sarana ruang rapat
3. Tempat penerimaan tamu VIP
23
4. Tempat acara bernuansa pendidikan dan kebudayaan
5. Museum
6. Guest House VIP
Semenjak diresmikan akhir tahun 2007 tersebut, gedung ini telah menjadi host dari
berbagai kegiatan di Observatorium Bosscha.
2.1.4.6 Ruang Seminar dan Lokakarya
Sebagai ruang seminar dan lokakarya, ruang rapat utama dapat menampung 40
orang, dan sebagai ruang rapat dapat menampung sekitar 30 orang. Observatorium
Bosscha banyak dikunjungi oleh tamu-tamu penting baik dari dalam dan luar negeri,
misalnya menteri-menteri, gubernur, para guru besar, dan sebagainya. Lounge
Observatorium Bosscha biasanya digunakan sebagai tempat pertemuan, sedangkan
untuk berdiskusi menggunakan Ruang Rapat Utama. Tamu-tamu penting dapat
menginap di guest house yang menyediakan dua kamar utama dan satu kamar tambahan.
2.1.4.7 Museum
Observatorium Bosscha telah berusia lebih dari 85 tahun. Selama itu,
observatorium ini telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang. Penggunaan
peralatan misalnya, telah berevolusi dari sistem mekanik menjadi sistem elektronik, dan
media data juga telah berubah dari mode analog menjadi dijital. Karena itu, banyak
benda-benda, yang sekarang dikatakan "tua" namun sangat berarti sekaligus memberikan
rekaman sejarah perjalanan Observatorium Bosscha. Ruang museum di Wisma
24
Kerkhoven ditujukan untuk menyimpan benda-benda tua yang penting tersebut, mulai
dari peralatan, dokumen, serta teropong. Namun begitu, penataan dan inventarisasi
benda-benda museum belum sepenuhnya selesai. Museum ini masih bersifat terbatas dan
belum dibuka untuk umum, kecuali pada acara-acara tertentu.
Teleskop Secretan, sebagai contoh, adalah teleskop yang berusia sangat tua,
dibuat oleh pabrik Secretan, Prancis, tahun 1884. Teleskop ini adalah sumbangan dari
seorang donatur asal Padang tahun 1920-an, ketika mendengar bahwa di Lembang
sedang dibangun sebuah observatorium. Teleskop ini sebelumnya berada di gedung yang
sekarang menampung teleskop Goto. Ketika teleskop Goto diinstalasi tahun 1989,
teleskop Secretan masuk dalam masa purnabakti dan disimpan di Bengkel
Observatorium Bosscha. Dengan adanya museum ini, Teleskop Secretan dibersihkan
kembali dan menjadi salah satu barang koleksi museum yang sangat berharga.
2.1.5 Kunjungan
Observatorium Bosscha merupakan fasilitas penelitian astronomi milik ITB.
Sebagai bentuk pengabdian masyarakat, Observatorium Bosscha membuka kunjungan
terbatas dengan jadwal sebagai berikut (mulai berlaku Maret 2010):
25
Jenis Kunjungan Hari Jam Kapasitas
Selasa – Kamis
(rombongan minimal 25 org)
Sesi I : 09.00 - 11.00
Sesi II : 11.00 - 13.00
Sesi III : 13.00 - 15.00
200 Orang
200 Orang
200 Orang
Jumat
(rombongan minimal 25 org)
Sesi I : 09.00 - 11.00
Sesi II : 13.00 - 15.00
200 Orang
200 Orang
Kunjungan Siang
Rp 7.500/orang
Sabtu
(khusus keluarga/perorangan) Sesi I : 09.00 - 15.00
Kunjungan Malam
Rp 10.000/orang
April -Oktober
(3 hari per bulan) 17.00 - 20.00 200 Orang
Tabel 2.1
Jadwal Kunjungan
Untuk kunjungan siang, pengunjung dapat:
• mengunjungi teleskop Zeiss ( tidak meneropong )
• mendapat info astronomi di ruang multimedia
• Mengamati matahari dengan Real Time Solar Telescope melalui gambar
proyeksi, tidak meneropong satu-satu (mulai Maret 2010)
Sedangkan untuk kunjungan malam, jika langit cerah (tidak mendung/hujan),
pengunjung dapat :
26
• mengunjungi teleskop Zeiss (tidak meneropong)
• mendapat info astronomi di ruang multimedia
• mengamati bulan & objek-objek lain menggunakan teleskop Unitron dan
Bamberg dengan cara mengantri satu per satu.
2.1.6 Kerjasama Observatorium Bosscha
Observatorium Bosscha menjalani kegiatan kerjasama astronomi dengan
Belanda, Jepang, Jerman, dan institusi lain di dalam dan luar negeri juga berlangsung
diantaranya :
• Observatorium Bosscha menerima donasi dari LKBF (Leidsche Kerkhoven
Bosscha Foundation) berupa buku – buku mutakhir dan langganan jurnal.
• Bantuan Spektograf dari Jepang merupakan hibah yang sangat berharga untuk
kemajuan astronomi khusunya pengamatan spektroskopi.
• Kunjungan astronom asing yang memberikan perkuliahan Observatorium
Bosscha dan Departemen Astronomi dapat memacu staf dan mahasiswa
astronomi untuk mengikuti dan mendalami perkembangan astronomi mutakhir.
• Keanggotaan astronom Indonesia pada asosiasi dari berbagai Negara
merupakan asset bagi Observatorium Bosscha karena menguntungkana dalam
pergaulan international.
27
2.1.7 Kendala yang Dihadapi Sekarang
Perkembangan pemukiman di daerah Lembang dan kawasan Bandung Utara
yang tumbuh laju pesat membuat aktivitas pengamatan bintang terganggu. Cahaya dari
kawasan pemukiman yang terhambur ke angkasa membuat langit menjadi lebih terang.
Semakin lama, cahaya bintang yang redup semakin kalah oleh cahaya lampu. Sehingga
observatorium yang pernah disebut - sebut sebagai observatorium satu - satunya di
kawasan khatulistiwa ini menjadi terancam keberadaannya.
2.1.8 Wawancara Narasumber
Setelah melakukan wawancara dengan narasumber, yaitu Bapak Dhani
Herdiwijaya selaku wakil pimpinan Observatorium Bosscha, dapat ditarik kesimpulan
bahwa Observatorium Bosscha memerlukan fasilitas – fasilitas komunikasi visual,
seperti semacam poster yang menerangkan tentang teropong – teropong di
Observatorium Bosscha, peta kawasan, buku panduan tentang astronomi, dll. Pesan yg
ingin disampaikan adalah memperkenalkan Observatorium Bosscha sebagai wisata
astronomi atau pendidikan. Bisa ditambahkan tokoh kartun supaya pas untuk anak - anak
karena mayoritas pengunjung adalah siswa – siswa sekolah.
28
2.2 Data Kompetitor
Selain Observatorium Bosscha, di Lembang terdapat objek wisata lain yang
terkenal antara lain Gunung Tangkuban Perahu, Pemandian air panas Maribaya, serta
Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Oleh karena itulah objek – objek wisata tersebut yang
menjadi kompetitor dari Observatorium Bosscha.
2.2.1 Gunung Tangkuban Perahu
Tangkuban Perahu juga dikenal dengan istilah perahu terbalik karena dapat
dilihat dari bentuknya yang menyerupai perahu terbalik. Tangkuban Perahu adalah salah
satu tempat yang paling terkenal oleh wisatan dari kota Lembang, dan merupakan kawah
pegunungan yang dapat dijamgkau. Gunung ini pernah meletus pada 1829, 1846, 1887,
1910 dan 1926. Kawah gunung Tangkuban Perahu terjadi oleh karena letusan gunung
tersebut. Gunung ini pernah meletus dan terdapat 10 kawah yang terkenal.
2.2.2 Pemandian air panas Maribaya
Maribaya yang letaknya 5km dari lembang mempunyai spa dengan suhu tertentu,
pemandanga yang berbukit dan air terjun yang mengagumkan. Tempat ini merupakan
salah satu pusat wisatawan berwisata. Tempat ini mempunyai pemandangan yang indah
dan mempunyai sumber air panas mineral yang mengandung belerang serta sebuah air
terjun setinggi 25 m.
29
2.3 Target Market
Geografi :
- Domisili : kota besar, kota penyangga
- Wilayah : Jabodetabek, Bandung
- Kepadatan : perkotaan
- Iklim : daerah tropis perkotaan
Demografi :
- Usia : usia anak sekolah dasar, 6 - 12 tahun
- Kelamin : laki-laki dan perempuan
- Pekerjaan : pelajar sekolah dasar
- Kepercayaan : semua agama
- Suku/etnik : semua suku
Psikografi :
- Kelas social : B
- Gaya hidup : modern, belongers (rasa ingin tahu tinggi)
- Kepribadian : mudah bergaul
30
2.4 Analisa SWOT
Strength :
- Satu - satunya wisata astronomi, Observatorium pengamatan bintang yang
merupakan satu – satunya di Bandung bahkan di Indonesia.
- Sebagai tempat penelitian sekaligus wisata astronomi edukatif.
Weakness :
- Kurangnya promosi terhadap wisata Observatorium Bosscha.
- Pemerintah daerah Lembang yang kurang peduli akan wisata Observatorium
Bosscha, terlihat dari semakin padatnya rumah penduduk di sekitar kawasan
Observatorium sehingga menimbulkan polusi cahaya.
Opportunity :
- Dapat lebih mempromosikan wisata Observatorium Bosscha.
- Dapat menjadikan Observatorium Bosscha sebagai tujuan wisata astronomi
edukatif.
Threat :
- Objek Wisata lain yang menurut masyarakat lebih menarik
- Penilaian sebagian masyarakat bahwa berkunjung ke tempat wisata
astronomi dianggap membosankan.