bab 2 fix

24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Diagnosis dan Intervensi Komunitas Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas merupakan suatu prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas. Dalam melaksanakan kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan, promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan gizi). 2.1.2. Konsep Perilaku 2.1.2.1. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa 45

Upload: diandhara-nuryadin

Post on 12-Jul-2016

213 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

PH BAB 2

TRANSCRIPT

Page 1: bab 2 fix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1. Diagnosis dan Intervensi Komunitas

Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk

menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat

dengan cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi

sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas

merupakan suatu prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas.

Dalam melaksanakan kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari

bahwa yang menjadi sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga

dalam melaksanakan diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu

kesehatan masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen

kesehatan, promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja

dan gizi).

2.1.2. Konsep Perilaku

2.1.2.1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari

uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah

semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang

tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2011),

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses

adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut

merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus-

Organisme-Respon.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua :

45

Page 2: bab 2 fix

1. Perilaku tertutup (convert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini

masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap

yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat

diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan

atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2.1.2.2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap

stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan

kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku

kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau

sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun

sosial budaya, dan sebagainya.

2.1.2.3. Domain Perilaku

46

Page 3: bab 2 fix

Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan pada tahun

1967, teori ini lebih memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang

berhubungan dengan perilaku & norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada tahun

1967, TRA mengalami perkembangan (oleh Fishbein) yaitu sebuah usaha untuk

mengerti/memahami hubungan antara sikap dan perilaku. Banyak studi

sebelumnya dari hubungan ini yang menemukan secara relative korespondensi

yang rendah di antara sikap-sikap dan perilaku, serta beberapa teori yang

bertujuan menghapuskan  sikap sebagai sebuah factor yang mendasari perilaku.

Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab

yang menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan

keyakinan norma untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah

laku, melalui sikap dan norma subjektif. Ukuran dari komponen model dan

hubungan sebab musabab di antara komponen yang ditentukan dengan jelas.

Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik skala.

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk

kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :

1. Pengetahuan (knowlegde)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Tanpa pengetahuan seseorang tidak

mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan

terhadap masalah yang dihadapi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :

a) Faktor Internal

Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan

kondisi fisik.

b) Faktor Eksternal

Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, atau

sarana.

c) Faktor pendekatan belajar

Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya

strategi dan metode dalam pembelajaran.

Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :

47

Page 4: bab 2 fix

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya.

2) Memahami (Comprehension)

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

4) Analisis

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

dan ada kaitannya dengan yang lain.

5) Sintesa

Sintesa menunjukan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.

6) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi / objek.

2. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap

mempunyai tiga komponen pokok :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :

48

Page 5: bab 2 fix

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (obyek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Praktik atau tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah

fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa

tingkatan :

a. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

b. Respon terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.

c. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mancapai praktik tingkat tiga.

49

Page 6: bab 2 fix

d. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran

tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara

terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan

yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni

dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

Menurut penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan

yakni :

1. Kesadaran (awareness)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu

terhadap stimulus (objek)

2. Tertarik (interest)

Dimana orang mulai tertarik pada stimulus

3. Evaluasi (evaluation)

Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Mencoba (trial)

Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Menerima (Adoption)

Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran

dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.2.4. Asumsi Determinan Perilaku

Menurut Spranger, membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai

kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang

dominan pada diri orang tersebut.Secara rinci perilaku manusia sebenarnya

merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan,

kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.

50

Page 7: bab 2 fix

Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala

kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman,

keyakinan, sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya. Beberapa teori lain

yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi

perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain :

1. Teori WHO (1984)

WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu

adalah :

1) Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk

pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap

objek (objek kesehatan).

a. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain.

b. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.

Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu.

c. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek.

Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang

paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang

lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan

tidak selalu terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat

itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang

lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada

banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

2) Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya,

maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.

3) Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga

dan sebagainya.

4) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber di

dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life)

yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam

51

Page 8: bab 2 fix

waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai

dengan peradapan umat manusia

2. Theory of Reasoned Action (TRA)

Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967, teori ini lebih

memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang berhubungan dengan

perilaku & norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada tahun 1967, TRA

mengalami perkembangan (oleh Fishbein) yaitu sebuah usaha untuk mengerti/

memahami hubungan antara sikap dan perilaku. Banyak studi sebelumnya dari

hubungan ini yang menemukan secara relative korespondensi yang rendah di

antara sikap-sikap dan perilaku, serta beberapa teori yang bertujuan

menghapuskan  sikap sebagai sebuah factor yang mendasari perilaku.

Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab

musabab yang menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan

perilaku dan keyakinan norma untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku

dan tingkah laku, melalui sikap dan norma subjektif. Ukuran dari komponen

model dan hubungan sebab musabab di antara komponen yang ditentukan

dengan jelas. Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik skala.

3. Teori Lawrence Green (1980)

Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat

kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu

faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior

causes).

Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :

1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2) Faktor pendorong (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik,

tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana

kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.

3) Faktor pendukung (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok

referensi dari perilaku masyarakat.

52

Page 9: bab 2 fix

4. Teori Snehandu B. Kar (1983)

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku

merupakan fungsi dari :

1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau

perawatan kesehatannya (behavior itention).

2) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).

3) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas

kesehatan (accesebility of information).

4) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan

atau keputusan (personal au`tonomy).

5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).

2.1.3. Teori Mencuci Tangan yang Baik dan Benar

Cara mencuci tangan yang benar yang dengan cara mencuci tangan

menggunankan sabun. Mencuci tangan menggunakan sabun adalah salah satu

tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air

dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai

kuman. Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu upaya pencegahan

penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan sering menjadi agen yang membawa

kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik

dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan

permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas). Tangan yang bersentuhan

langsung dengan kotoran manusia dan binatang, ataupun cairan tubuh lain (seperti

ingus) dan makanan/minuman yang terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun

dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar

bahwa dirinya sedang ditulari.

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk

mencegah penyakit Diare dan ISPA, keduanya menjadi penyebab utama kematian

anak-anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak-anak di seluruh dunia meninggal

sebelum mencapai umur lima tahun karena penyakit diare dan ISPA. Mencuci

tangan dengan sabun juga dapat mencegah infeksi kulit, mata, kecacingan, dan flu

burung. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sebaiknya dilakukan pada lima waktu

53

Page 10: bab 2 fix

penting, yaitu: (1) sebelum memulai pekerjaan; (2) sesudah menggunakan toilet;

(3) sebelum memegang bayi; (4) sesudah menceboki anak; (5) sebelum

menyiapkan makanan dan sesudah makan. Mencuci tangan menggunakan sabun

dan air mengalir dapat memutuskan mata rantai kuman yang melekat di jari-

jemari. Masyarakat termasuk anak sering mengabaikan mencuci tangan memakai

sabun dengan air mengalir karena kurangnya pemahaman tentang kesehatan.

Mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari segala kotoran, dimulai

dari ujung jari sampai siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai kebutuhan.

Perilaku cuci tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang penting.

Mencuci tangan juga dapat diartikan menggosok dengan sabun secara bersama

seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian dibilas di

bawah air yang mengalir.

Cuci tangan menggunakan air saja tidaklah cukup untuk melindungi

seseorang dari kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan. Dari

berbagai riset, risiko penularan penyakit dapat berkurang dengan adanya

peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, perilaku kebersihan, seperti cuci

tangan pakai sabun. Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan intervensi

kesehatan yang paling murah dan efektif dibandingkan dengan intervensi

kesehatan dengan cara lain. Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan

debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air.

Kesehatan dan kebersihan tangan secara bermakna mengurangi jumlah

mikroorganisme penyebab penyakit pada kedua tangan dan lengan serta

mengurangi kontaminasi silang. Cuci tangan dianggap merupakan salah satu

langkah yang paling penting untuk mengurangi penularan mikroorganisme dan

mencegah infeksi selama lebih dari 150 tahun. Kesehatan kebersihan tangan yang

baik dapat mencegah penularan mikroorganisme dan mengurangi frekuensi

infeksi nosokomial.

a. Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan

menggunakan sabun.

Terdapat beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan

dengan menggunakan sabun diantaranya adalah :

1. Diare

54

Page 11: bab 2 fix

Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk

anak-anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait

menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat menurunkan angka

kejadian diare hingga 50%. Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan

keadaan air, namun secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga

penanganan kotoran manusia seperti tinja dan air kencing, karena kuman-

kuman penyakit penyebab diare berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-

kuman penyakit ini membuat manusia sakit ketika mereka masuk mulut

melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang terkontaminasi,

makanan mentah, dan peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu

atau terkontaminasi. Tingkat keefektifan mencuci tangan dengan sabun

dalam penurunan angka penderita diare dalam persen menurut tipe inovasi

pencegahan adalah: Mencuci tangan dengan sabun (44%), penggunaan air

olahan (39%), sanitasi (32%), pendidikan kesehatan (28%), penyediaan air

(25%), sumber air yang diolah (11%).

2. Infeksi Saluran Pernafasan.

Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab kematian utama anak-anak

balita. Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran

pernafasan ini dengan dua langkah : 1) dengan melepaskan patogen-patogen

pernafasan yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan, 2)

dengan menghilangkan patogen (kuman penyakit) lainnya (terutama virus

entrentic) yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga gejala

penyakit pernafasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktik-

praktik menjaga kesehatan dan kebersihan seperti mencuci tangan sebelum

dan sesudah makan/buang air besar/kecil dapat mengurangi tingkat infeksi

hingga 25%. Penelitian lain di Pakistan menemukan bahwa mencuci tangan

dengan sabun mengurangi infeksi saluran pernafasan yang berkaitan dengan

pnemonia pada anak-anak balita hingga lebih dari 50 %.

3. Infeksi cacing, Infeksi Mata, dan Infeksi Kulit.

55

Page 12: bab 2 fix

Penelitian juga telah membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran

pernafasan penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian

penyakit kulit, infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk

ascariasis dan trichuriasis.

Gambar 2.1 Transmisi Penyakit Keterkaitan BAB (feses) dengan Pencegahan

melalui CTPS

b. Teknik mencuci tangan yang baik dan benar dan penggunaan sabun

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka mencuci tangan haruslah dengan

air bersih yang mengalir, baik itu melalui kran air atau disiram dengan gayung,

menggunakan sabun yang standar, setelah itu keringkan dengan handuk bersih

atau menggunakan tisu. Untuk penggunaan jenis sabun dapat menggunakan

semua jenis sabun karena semua sabun sebenarnya cukup efektif dalam

membunuh kuman penyebab penyakit. Teknik mencuci tangan yang benar

harus menggunakan sabun dan di bawah air yang mengalir dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

1. Membasahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai

air yang mengalir, ambil sabun

2. Usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut

3. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian

56

Makanan Induk Baru

Pencegahan Transmisi 1

Pencegahan Transmisi 2

Page 13: bab 2 fix

4. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih

5. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan

6. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian

7. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

8. Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara

memutar, kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan

dengan air bersih yang mengalir

9. Keringkan memakai handuk atau tissue.

10. Tutup kran dengan tissue

11. Tangan sudah aman

Gambar 2.2 Langkah-langkah Mencuci Tangan

Karena mikroorganisme tumbuh berkembang biak di tempat basah dan di

air yang menggenang, maka apabila menggunakan sabun batangan sediakan sabun

batangan yang berukuran yang kecil dalam tempat sabun yang kering. Hindari

57

Page 14: bab 2 fix

mencuci tangan di waskom yang berisi air walaupun telah ditambahkan bahan

antiseptik, karena mikroorganisme dapat bertahan dan berkembang biak pada

larutan ini. Apabila menggunakan sabun cair jangan menambahkan sabun apabila

terdapat sisa sabun pada tempatnya, penambahan dapat menyebabkan kontaminasi

bakteri pada sabun yang baru dimasukkan. Apabila tidak tersedia air mengalir,

gunakan ember dengan kran yang dapat dimatikan sementara menyabuni kedua

tangan dan buka kembali untuk membilas atau gunakan ember dan kendi/teko.

2.2 Kerangka Teori

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini diambil berdasarkan teori dari

Lawrence Green, perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku

dibentuk oleh faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pendorong

(enabling factor), faktor pendukung (reinforcing factor).

Bagan 2.1 Kerangka teori

2.3 Kerangka Konsep

58

Faktor PredisposisiPengetahuanSikapEkonomi

Faktor PendukungLingkunganFasilitas Kesehatan

Faktor PendorongPetugas Kesehatan

PERILAKU

Page 15: bab 2 fix

Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep yang

berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan di

RT 003/RW 004, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten

Tangerang, Provinsi Banten. Kerangka konsep ini terdiri dari variabel

independen dari kerangka teori yang dihubungkan dengan area permasalahan.

Bagan 2.2 Kerangka konsep

2.4 Definisi Operasional

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang

diamati atau diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional.

Definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik

yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau “Mengubah

konsep-konsep yang berupa konstruk” dengan kata-kata yang menggambarkan

perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan

kebenarannya oleh orang lain.

Definisi operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada

pengukuran atau pengamanan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan

serta mengembangkan instrumen (alat ukur).

Tabel 2.1 Definisi Operasional

59

Ekonomi (pendapatan yang kurang)

Petugas Kesehatan (tidak ada petugas kesehatan yang memberikan informasi)

Ketersediaan Fasilitas Kesehatan (tidak adanya fasilitas mencuci tangan)

Perilaku mencuci tangan dengan sabun yang baik dan

benar

Page 16: bab 2 fix

No Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur

Skala

1. Perilaku mencuci tangan dengan sabun yang tidak benar

Kebiasaan mencuci tangan yang benar

CeklisKuesioner

ObservasiWawancara

Baik 6-10Buruk 0-5

Ordinal

2. Ekonomi Pendapatan berdasarkan UMR sehingga mempengaruhi perilaku

Kuesioner Wawancara Mampu > 2.700.000Tidak mampu < 2.700.000

Ordinal

3. Ketersediaan fasilitas kesehatan (fasilitas mencuci tangan)

Tersedianya fasilitas kesehatan (air besih dan sabun) di rumah

Kuesioner Wawancara Tersedia: 1-2Tidak : 0

Ordinal

4. Petugas kesehatan

Petugas kesehatan aktif untuk memberikan penyuluhan mengenai mencuci tangan yang benar

Kuesioner Wawancara Ada : 1-2Tidak ada : 0

Nominal

60