bab 2 fix
DESCRIPTION
PH BAB 2TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1. Diagnosis dan Intervensi Komunitas
Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk
menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat
dengan cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi
sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas
merupakan suatu prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas.
Dalam melaksanakan kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari
bahwa yang menjadi sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga
dalam melaksanakan diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu
kesehatan masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen
kesehatan, promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja
dan gizi).
2.1.2. Konsep Perilaku
2.1.2.1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari
uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2011),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus-
Organisme-Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua :
45
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap
yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat
diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
2.1.2.2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan
kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku
kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau
sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
sosial budaya, dan sebagainya.
2.1.2.3. Domain Perilaku
46
Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan pada tahun
1967, teori ini lebih memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang
berhubungan dengan perilaku & norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada tahun
1967, TRA mengalami perkembangan (oleh Fishbein) yaitu sebuah usaha untuk
mengerti/memahami hubungan antara sikap dan perilaku. Banyak studi
sebelumnya dari hubungan ini yang menemukan secara relative korespondensi
yang rendah di antara sikap-sikap dan perilaku, serta beberapa teori yang
bertujuan menghapuskan sikap sebagai sebuah factor yang mendasari perilaku.
Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab
yang menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan
keyakinan norma untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah
laku, melalui sikap dan norma subjektif. Ukuran dari komponen model dan
hubungan sebab musabab di antara komponen yang ditentukan dengan jelas.
Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik skala.
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk
kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Tanpa pengetahuan seseorang tidak
mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan
terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a) Faktor Internal
Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan
kondisi fisik.
b) Faktor Eksternal
Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, atau
sarana.
c) Faktor pendekatan belajar
Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya
strategi dan metode dalam pembelajaran.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
47
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
dan ada kaitannya dengan yang lain.
5) Sintesa
Sintesa menunjukan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi / objek.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap
mempunyai tiga komponen pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
48
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah
fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa
tingkatan :
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
c. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mancapai praktik tingkat tiga.
49
d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara
terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan
yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni
dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Menurut penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan
yakni :
1. Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek)
2. Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
3. Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus.
2.1.2.4. Asumsi Determinan Perilaku
Menurut Spranger, membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai
kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang
dominan pada diri orang tersebut.Secara rinci perilaku manusia sebenarnya
merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan,
kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
50
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala
kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman,
keyakinan, sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya. Beberapa teori lain
yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi
perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain :
1. Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu
adalah :
1) Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap
objek (objek kesehatan).
a. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain.
b. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.
Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu.
c. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek.
Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang
paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang
lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan
tidak selalu terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat
itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang
lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada
banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.
2) Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya,
maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
3) Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga
dan sebagainya.
4) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber di
dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life)
yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam
51
waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai
dengan peradapan umat manusia
2. Theory of Reasoned Action (TRA)
Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967, teori ini lebih
memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang berhubungan dengan
perilaku & norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada tahun 1967, TRA
mengalami perkembangan (oleh Fishbein) yaitu sebuah usaha untuk mengerti/
memahami hubungan antara sikap dan perilaku. Banyak studi sebelumnya dari
hubungan ini yang menemukan secara relative korespondensi yang rendah di
antara sikap-sikap dan perilaku, serta beberapa teori yang bertujuan
menghapuskan sikap sebagai sebuah factor yang mendasari perilaku.
Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab
musabab yang menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan
perilaku dan keyakinan norma untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku
dan tingkah laku, melalui sikap dan norma subjektif. Ukuran dari komponen
model dan hubungan sebab musabab di antara komponen yang ditentukan
dengan jelas. Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik skala.
3. Teori Lawrence Green (1980)
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat
kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu
faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior
causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2) Faktor pendorong (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3) Faktor pendukung (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.
52
4. Teori Snehandu B. Kar (1983)
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku
merupakan fungsi dari :
1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau
perawatan kesehatannya (behavior itention).
2) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).
3) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas
kesehatan (accesebility of information).
4) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan
atau keputusan (personal au`tonomy).
5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).
2.1.3. Teori Mencuci Tangan yang Baik dan Benar
Cara mencuci tangan yang benar yang dengan cara mencuci tangan
menggunankan sabun. Mencuci tangan menggunakan sabun adalah salah satu
tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air
dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai
kuman. Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu upaya pencegahan
penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan sering menjadi agen yang membawa
kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik
dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan
permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas). Tangan yang bersentuhan
langsung dengan kotoran manusia dan binatang, ataupun cairan tubuh lain (seperti
ingus) dan makanan/minuman yang terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun
dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar
bahwa dirinya sedang ditulari.
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk
mencegah penyakit Diare dan ISPA, keduanya menjadi penyebab utama kematian
anak-anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak-anak di seluruh dunia meninggal
sebelum mencapai umur lima tahun karena penyakit diare dan ISPA. Mencuci
tangan dengan sabun juga dapat mencegah infeksi kulit, mata, kecacingan, dan flu
burung. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sebaiknya dilakukan pada lima waktu
53
penting, yaitu: (1) sebelum memulai pekerjaan; (2) sesudah menggunakan toilet;
(3) sebelum memegang bayi; (4) sesudah menceboki anak; (5) sebelum
menyiapkan makanan dan sesudah makan. Mencuci tangan menggunakan sabun
dan air mengalir dapat memutuskan mata rantai kuman yang melekat di jari-
jemari. Masyarakat termasuk anak sering mengabaikan mencuci tangan memakai
sabun dengan air mengalir karena kurangnya pemahaman tentang kesehatan.
Mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari segala kotoran, dimulai
dari ujung jari sampai siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai kebutuhan.
Perilaku cuci tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang penting.
Mencuci tangan juga dapat diartikan menggosok dengan sabun secara bersama
seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian dibilas di
bawah air yang mengalir.
Cuci tangan menggunakan air saja tidaklah cukup untuk melindungi
seseorang dari kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan. Dari
berbagai riset, risiko penularan penyakit dapat berkurang dengan adanya
peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, perilaku kebersihan, seperti cuci
tangan pakai sabun. Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan intervensi
kesehatan yang paling murah dan efektif dibandingkan dengan intervensi
kesehatan dengan cara lain. Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan
debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air.
Kesehatan dan kebersihan tangan secara bermakna mengurangi jumlah
mikroorganisme penyebab penyakit pada kedua tangan dan lengan serta
mengurangi kontaminasi silang. Cuci tangan dianggap merupakan salah satu
langkah yang paling penting untuk mengurangi penularan mikroorganisme dan
mencegah infeksi selama lebih dari 150 tahun. Kesehatan kebersihan tangan yang
baik dapat mencegah penularan mikroorganisme dan mengurangi frekuensi
infeksi nosokomial.
a. Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan
menggunakan sabun.
Terdapat beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan
dengan menggunakan sabun diantaranya adalah :
1. Diare
54
Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk
anak-anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait
menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat menurunkan angka
kejadian diare hingga 50%. Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan
keadaan air, namun secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga
penanganan kotoran manusia seperti tinja dan air kencing, karena kuman-
kuman penyakit penyebab diare berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-
kuman penyakit ini membuat manusia sakit ketika mereka masuk mulut
melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang terkontaminasi,
makanan mentah, dan peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu
atau terkontaminasi. Tingkat keefektifan mencuci tangan dengan sabun
dalam penurunan angka penderita diare dalam persen menurut tipe inovasi
pencegahan adalah: Mencuci tangan dengan sabun (44%), penggunaan air
olahan (39%), sanitasi (32%), pendidikan kesehatan (28%), penyediaan air
(25%), sumber air yang diolah (11%).
2. Infeksi Saluran Pernafasan.
Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab kematian utama anak-anak
balita. Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran
pernafasan ini dengan dua langkah : 1) dengan melepaskan patogen-patogen
pernafasan yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan, 2)
dengan menghilangkan patogen (kuman penyakit) lainnya (terutama virus
entrentic) yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga gejala
penyakit pernafasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktik-
praktik menjaga kesehatan dan kebersihan seperti mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan/buang air besar/kecil dapat mengurangi tingkat infeksi
hingga 25%. Penelitian lain di Pakistan menemukan bahwa mencuci tangan
dengan sabun mengurangi infeksi saluran pernafasan yang berkaitan dengan
pnemonia pada anak-anak balita hingga lebih dari 50 %.
3. Infeksi cacing, Infeksi Mata, dan Infeksi Kulit.
55
Penelitian juga telah membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran
pernafasan penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian
penyakit kulit, infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk
ascariasis dan trichuriasis.
Gambar 2.1 Transmisi Penyakit Keterkaitan BAB (feses) dengan Pencegahan
melalui CTPS
b. Teknik mencuci tangan yang baik dan benar dan penggunaan sabun
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka mencuci tangan haruslah dengan
air bersih yang mengalir, baik itu melalui kran air atau disiram dengan gayung,
menggunakan sabun yang standar, setelah itu keringkan dengan handuk bersih
atau menggunakan tisu. Untuk penggunaan jenis sabun dapat menggunakan
semua jenis sabun karena semua sabun sebenarnya cukup efektif dalam
membunuh kuman penyebab penyakit. Teknik mencuci tangan yang benar
harus menggunakan sabun dan di bawah air yang mengalir dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Membasahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai
air yang mengalir, ambil sabun
2. Usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut
3. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
56
Makanan Induk Baru
Pencegahan Transmisi 1
Pencegahan Transmisi 2
4. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih
5. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan
6. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
7. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan
8. Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara
memutar, kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan
dengan air bersih yang mengalir
9. Keringkan memakai handuk atau tissue.
10. Tutup kran dengan tissue
11. Tangan sudah aman
Gambar 2.2 Langkah-langkah Mencuci Tangan
Karena mikroorganisme tumbuh berkembang biak di tempat basah dan di
air yang menggenang, maka apabila menggunakan sabun batangan sediakan sabun
batangan yang berukuran yang kecil dalam tempat sabun yang kering. Hindari
57
mencuci tangan di waskom yang berisi air walaupun telah ditambahkan bahan
antiseptik, karena mikroorganisme dapat bertahan dan berkembang biak pada
larutan ini. Apabila menggunakan sabun cair jangan menambahkan sabun apabila
terdapat sisa sabun pada tempatnya, penambahan dapat menyebabkan kontaminasi
bakteri pada sabun yang baru dimasukkan. Apabila tidak tersedia air mengalir,
gunakan ember dengan kran yang dapat dimatikan sementara menyabuni kedua
tangan dan buka kembali untuk membilas atau gunakan ember dan kendi/teko.
2.2 Kerangka Teori
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini diambil berdasarkan teori dari
Lawrence Green, perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku
dibentuk oleh faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pendorong
(enabling factor), faktor pendukung (reinforcing factor).
Bagan 2.1 Kerangka teori
2.3 Kerangka Konsep
58
Faktor PredisposisiPengetahuanSikapEkonomi
Faktor PendukungLingkunganFasilitas Kesehatan
Faktor PendorongPetugas Kesehatan
PERILAKU
Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep yang
berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan di
RT 003/RW 004, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten. Kerangka konsep ini terdiri dari variabel
independen dari kerangka teori yang dihubungkan dengan area permasalahan.
Bagan 2.2 Kerangka konsep
2.4 Definisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang
diamati atau diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional.
Definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik
yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau “Mengubah
konsep-konsep yang berupa konstruk” dengan kata-kata yang menggambarkan
perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan
kebenarannya oleh orang lain.
Definisi operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada
pengukuran atau pengamanan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan
serta mengembangkan instrumen (alat ukur).
Tabel 2.1 Definisi Operasional
59
Ekonomi (pendapatan yang kurang)
Petugas Kesehatan (tidak ada petugas kesehatan yang memberikan informasi)
Ketersediaan Fasilitas Kesehatan (tidak adanya fasilitas mencuci tangan)
Perilaku mencuci tangan dengan sabun yang baik dan
benar
No Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Skala
1. Perilaku mencuci tangan dengan sabun yang tidak benar
Kebiasaan mencuci tangan yang benar
CeklisKuesioner
ObservasiWawancara
Baik 6-10Buruk 0-5
Ordinal
2. Ekonomi Pendapatan berdasarkan UMR sehingga mempengaruhi perilaku
Kuesioner Wawancara Mampu > 2.700.000Tidak mampu < 2.700.000
Ordinal
3. Ketersediaan fasilitas kesehatan (fasilitas mencuci tangan)
Tersedianya fasilitas kesehatan (air besih dan sabun) di rumah
Kuesioner Wawancara Tersedia: 1-2Tidak : 0
Ordinal
4. Petugas kesehatan
Petugas kesehatan aktif untuk memberikan penyuluhan mengenai mencuci tangan yang benar
Kuesioner Wawancara Ada : 1-2Tidak ada : 0
Nominal
60