bab 2 gambaran umum kondisi daerah
DESCRIPTION
morowaliTRANSCRIPT
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 1
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1. Kondisi Geografis
2.1.1. Letak Geografis
Kabupaten Morowali terbentuk dari hasil pemekaran wilayah Kabupaten Poso
Provinsi Sulawesi Tengah sesuai Undang-undang RI Nomor 51 Tahun 1999. Secara
geografis wilayah Kabupaten Morowali berada pada Bujur Timur : 1210 02’24” –
123015’36” dan Lintang Selatan: 01031’12” – 03046’48” serta berbatasan dengan :
Sebelah Utara berbatasan dengan Wilayah Kabupaten Tojo Una-Una,
Sebelah Selatan berbatasan dengan Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara dan
Sulawesi Selatan,
Sebelah Timur berbatasan dengan Perairan Teluk Tolo dan Kabupaten Banggai,
dan
Sebelah Barat Berbatasan dengan Wilayah Kabupaten Poso, Tojo Una-Una,
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.
Kabupaten Morowali wilayahnya membentang dari arah Tenggara ke Barat
dan melebar ke Bagian Timur serta berada di daratan Pulau Sulawesi. Namun
wilayah lainnya terdiri dari pulau-pulau kecil. Bagian Paling Selatan terdapat wilayah
Kecamatan Menui Kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau besar dan kecil,
seperti pada peta Administrasi Kabupaten Morowali berikut :
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 2
Pada tahun 2004. Kabupaten Morowali mengalami pemekaran sehingga
kecamatan yang semula berjumlah 10 menjadi 13 kecamatan. Kecamatan Bungku
Utara dimekarkan menjadi dua Kecamatan yaitu Bungku Utara dan Mamosalato.
Sedangkan Bungku Barat dimekarkan menjadi tiga kecamatan yaitu Bungku Barat.
Bumi Raya dan Wita Ponda, dan Pada Tahun 2008 terjadi pemekaran Kecamatan
Mori Atas menjadi 2 (dua) Kecamatan yaitu Kecamatan Mori Utara dan Kecamatan
Mori Atas sehingga jumlah kecamatan di Kabupaten Morowali menjadi
14 Kecamatan.
Di belahan Utara wilayah ini terdiri dari Kecamatan Mamosalato, Bungku
Utara, Soyo Jaya dan Petasia. Di belahan Selatan terdapat Kecamatan Menui
Kepulauan, Bungku Selatan dan Bahodopi. Kecamatan Lembo, Mori Atas dan Mori
Utara berada pada belahan Barat dan merupakan kecamatan yang tidak mempunyai
wilayah pesisir, sedang di bagian tengah terdapat Kecamatan Bungku Tengah,
Bungku Barat, Bumi Raya, dan Witaponda.
Luas daratan Kabupaten Morowali kurang lebih 15.490.12 Km² atau sekitar
22.77 persen dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tengah. Luas wilayah Kabupaten
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 3
Morowali menempati urutan pertama bila dibandingkan dengan luas daratan
kabupaten/kota lainnya di Sulawesi Tengah. Secara administratif pemerintahan,
Kabupaten Morowali terdiri dari 14 kecamatan dengan rincian kecamatan terluas
wilayahnya adalah Kecamatan Bungku Utara dan yang terkecil Kecamatan Menui
Kepulauan dan Jumlah desa yang terdapat di Wilayah Kabupaten Morowali
sebanyak 240 desa yang terdiri atas 230 desa dan 10 kelurahan dimana 132 desa
diantaranya berbatasan dengan pantai yang tersebar pada 11 Kecamatan dan 3
Kecamatan lainnya yaitu Lembo, Mori Atas dan Mori Utara yang tidak memiliki desa
pantai. Luas dan sebaran Desa/Kelurahan dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Tabel: 2.1.
Luas Wilayah, Sebaran Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan Kabupaten Morowali Tahun 2007
Kecamatan Luas (Km²) % Jumlah
Desa Pusat Pemerintahan
01. Menui Kepulauan 223,63 1,44 19 Ulunambo
02. Bungku Selatan 1.271,19 8,21 33 Kaleroang
03. Bahodopi 1.080,98 6,98 12 Bahodopi
04. Bungku Tengah 1.112,80 7,18 29 Bungku
05. Bungku Barat 758,93 4,90 10 Wosu
06. Bumi Raya 504,77 3,26 13 Bahonsuai
07. Witaponda 519,70 3,36 9 Lantula Jaya
08. Lembo 1.332,84 8,60 24 Beteleme
09. Mori Atas 1.508,81 9,74 14 Tomata
10. Petasia 1.635,24 10,56 28 Kolonodale
11. Soyo Jaya 605,51 3,91 9 Lembasumara
12. Bungku Utara 2.406,79 15,54 20 Baturube
13. Mamosalao 1.480,00 9,55 14 Tanasumpu
14 Mori Utara 1.048,93 6,77 8 Mayumba
Kabupaten Morowali 15.490,12 100,00 240
Sumber : Kabupaten Morowali Dalam Angka. 2007 dan Bagian Adm. Pemerintahan Umum
2.1.2. Iklim
Sebagaimana daerah tropis lainnya, Kabupaten Morowali memiliki dua musim
yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan
Juni – Oktober, dan musim penghujan antara Desember - Mei. Curah hujan tahunan
bervariasi dari yang terendah 2.273 mm tercatat di Stasiun Beteleme dan tertinggi
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 4
3.435 mm di Kolonodale. Bulan terbasah terjadi pada bulan April (336 mm) dan
bulan terkering (91 mm) terjadi pada bulan September. Berdasarkan klasifikasi
Schmidt-Fergusson, Wilayah Kabupaten Morowali tergolong iklim A atau sangat
basah dengan suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 26,5oC sampai 27,4oC.
Kabupaten Morowali memiliki iklim yang sangat basah, karena itu wajar jika
daerah ini memiliki jumlah sungai yang cukup banyak sebagai sumberdaya air yang
potensial untuk dimanfaatkan untuk pengairan Namun demikian perlu diwaspadai
dengan curah hujan tinggi yang berpotensi menimbulkan bahaya banjir dan tanah
longsor. Sungai utama di Wilayah Kabupaten Morowali adalah Sungai Laa dengan
panjang 96,30 Km dan Sungai Tambalako dengan panjang 83,7 Km.
2.1.3. Geologi, Topografi dan Tanah
Secara geologis, wilayah Kabupaten Morowali tersusun atas beberapa jenis
batuan yang antara lain adalah batuan Mollase, batuan Kapur, batuan Skiss,
batuan Basik, Ultra basik dan Sedimen. Sedang dari sisi geomorfologinya wilayah ini
tersusun atas beberapa bentuk lahan (landform), yaitu bentuklahan Aluvial (A),
Marine (M), Volkanik (V), Tektonik dan Struktural (T). Bentuk lahan aluvial yang
terbentuk dari proses fluvial umumnya tersebar di dataran rendah dengan
kemiringan antara 0 – 3% yang banyak dijumpai di sekitar sungai-sungai besar.
Bentuk lahan marine tersebar pada wilayah datar agak cekung di sepanjang pantai.
Bentuk lahan tektonik dan volkanik tersebar pada relief yang bergelombang sampai
bergunung. Akibat bentuk ahan yang bervariasi maka wilayah Kabupaten Morowali
memiliki topografi yang bervariasi.
Dilihat dari elevasi, wilayah Kabupaten Morowali sebagian besar (52,74%)
berada pada ketinggian antara 100 - 200 meter di atas permukaan laut (dpl),
berikut seluas 33,74% berada pada ketinggian antara 200 – 500 meter dpl,
dan selebihnya seluas 13,52% berada pada ketinggian dibawah 100 meter dpl.
Elevasi tersebut juga menggambarkan tingkat kelerengannya wilayah ini
sebagian besar (52,30%) memiliki kemiringan topografi lebih besar dari 40 %
(curam-sangat curam), sedang selebihnya 11,70 % luas wilayah memiliki
kemiringan dibawah 2 % (datar agak landai), 12,56 % luas wilayah memiliki
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 5
kemiringan antara 3 % - 15 dan 23,30 % luas wilayah memiliki kemiringan antara
16 % - 40 % (miring agak curam) dan danau seluas 0,14%
Akibat curah hujan yang tinggi, struktur geologi yang dipengaruhi oleh dua
sesar utama serta topografi dengan dominasi kemiringan curam maka wilayah ini
memiliki pula kawasan-kawasan yang rawan bencana, khususnya bencana banjir,
longsor maupun rawan gempa, sebagaimana dapat dilihat pada gambar berikut.
Tanah di Wilayah kabupaten Morowali berdasarkan klasifikasi Soil Taxonomy,
terdiri dari beberapa ordo tanah, yaitu Alfisols, Entisols, Ultisols, Inoptisols,
Inceptisols, Histosol, Endisols, Oxisols, Vertisols, dan Mellisols, dengan kedalaman
efektif tanah sebagian besar cukup dalam. Tanah dengan kedalaman 0- 30 Cm
hanya 3,03% dan 31 – 60 Cm seluas 18,02%, selebihnya seluas 45,44% memiliki
kedalaman 60 – 90 Cm dan kedalaman di atas 90 Cm seluas 35,94%. Sebagian
besar tanah di wilayah ini tergolong subur dengan diindikasikan seluas 45,44%
tanahnya bertekstur sedang, 43,87% bertekstur halus dan hanya 10,55% yang
bertekstur kasar.
2.1.4. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Morowali sebagian besar (84,12%)
berupa hutan, sedang selebihnya tersebar untuk berbagai penggunaan
sebagaimana dalam Tabel 2.2.
Tabel : 2.2. Penggunaan Lahan Kabupaten Morowali Tahun 2003
No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase
1 Pemukiman 13.675,59 0,88
2 Sawah 10.210,45 0,66
3 Tegalan 16.910,11 1,09
4 Kebun Campuran 31.609,90 2,04
5 Kelapa 3,707,11 0,24
6 Jambu Mete 1.754,00 0,11
7 Cengkeh 604,20 0,04
8 Coklat 14.631,55 0,94
9 Karet 4.063,00 0,26
10 Kelapa Sawit 19.174,92 1,24
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 6
11 Alang-Alang 24.474,81 1,58
12 Bakau 8.863,83 0,57
13 Belukar 93.263,42 6,02
14 Hutan 1.303.012,40 84,12
15 Rawa 888,09 0,06
16 Danau 2.168,62 0,14
Jumlah 1.549.012, 100,00
Sumber : RTRW Kabupaten Morowali 2003 – 2013
Penggunaan lahan sebagaimana tersebut di atas menggambarkan bahwa
lahan persawahan 10.210,45 Ha, Kelapa Sawit 19.174,92 Ha dan penggunaan
lahan kebun campuran 31.609,90 Ha. Khusus alang-alang 24.474,81 perlu
diperhatikan dalam kaitan dengan pentingnya konsevasi lahan.
2.1.5. Wilayah Pesisir
Wilayah Kabupaten Morowali dengan total garis pantai sepanjang kurang
lebih 650 km dapat dikatakan sebagai wilayah pesisir, karena dari 14 kecamatan
hanya 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Mori Atas, Mori Utara dan Kecamatan
Lembo yang tidak memiliki wilayah pesisir. Kabupaten ini memiliki 51 buah pulau
dengan luas total 126.058,74 ha, 20 buah pulau diantaranya berpenghuni. Sebaran
pulau-pulau tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini :
Tabel 2.3.
Jumlah Pulau dan Luas Menurut Kecamatan
Nama Kecamatan Jumlah Pulau Luas Keseluruhan
(Ha)
Menui Kepulauan 15 24.100
Bungku Selatan 22 100.318
Bahodopi 1 1,74
Petasia 4 791
Mamosalato 3 5
Bungku Utara 6 349
Jumlah 51 126.058, 74
Sumber : Kabupaten Morowali Dalam Angka Tahun 2007
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 7
Perairan pesisir wilayah Morowali ini mempunyai karakter yang relatif
dangkal. Morfologi perairan pantai selain dipengaruhi oleh proses geologi juga oleh
karakteristik wilayah daratan seperti keberadaan sungai, terutama sungai-sungai
yang membawa material erosi sehingga dapat memberikan konstribusi terhadap
kelandaian, pembentukan lekuk teluk dan ujung disepanjang pantai. Sesuai Peta
Laut Lembar Teluk Tomini dan Lembar Dongkala-Labengke tahun 1997 dan telah
dikoreksi tanggal 12 Februari 2007, memberikan gambaran bahwa pesisir bagian
utara Morowali, yaitu pada Kecamatan Mamosalato dan Bungku Utara sampai pada
jarak 4 mil umumnya memiliki kedalaman di bawah 70 meter. Demikian juga kearah
selatan sampai Bungku Tengah, kedalaman laut pada jarak 4 mil masih kurang dari
80 meter. Bahkan di pelabuhan Kolonedale kedalaman laut antara 5 s/d 10 meter.
Ditemukan pada jarak kurang dari 4 mil di daerah Wosu memiliki kedalaman sampai
200 meter. Sedang perairan sekitar Kecamatan Kepulauan Menui pada umumnya
berkedalaman kurang dari 70 meter.
Sebagai wilayah pesisir, maka kawasan ini memiliki ekosistem yang spesifik
baik alami maupun buatan. Ekosistem alami antara lain terumbu karang, hutan
mangrove, padang lamun, pantai berpasir, pantai berbatu, estuaria, .laguna dan
delta. Sedangkan ekosistem buatan antara lain tambak, sawah pasang surut,
kawasan pariwisata, kawasan industri dan kawasan permukiman.
Luas mangrove di Kabupaten Morowali adalah 8.278,091 ha yang secara
keseluruhan termasuk kategori alamiah dan tumbuh di pesisir pantai dengan skala
yang bervariasi dari beberapa meter sampai lebih dari 100 meter. Kawasan pesisir
yang menghadap ke Teluk Tolo memiliki ombak yang relatif tidak besar yang relatif
memungkinkan tumbuhnya ekosistem mangrove dan berpotensi budidaya pantai.
Ancaman terhadap kerusakan mangrove mulai tampak pada beberapa tempat akibat
kurang jelasnya batas kawasan lindung dan kawasan budidaya dan belum
pahamnya masyarakat terhadap fungsi mangrove. Kerusakan ini juga menyebabkan
terjadinya abrasi pada beberapa tempat seperti di Kecamatan Bumi Raya dan
Bungku Barat dijumpai garis pantai sudah mendekati jalan antara 1-2 meter.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 8
Tabel : 2.4.
Luas Hutan Mangrove di Daerah Pesisir Morowali
No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Luas Mangrove (Ha)
1 Bumi Raya 2.406,79 1.191,489
2 Wita Ponda 605,51 967,101
3 Soyo Jaya 504,77 1.341,228
4 Bungku Utara 519,70 4.778,213
Sumber : Laporan Akhir Rencana Tata Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil Kabupaten Morowali, 2007
Ekosistem pantai lainnya yang terdapat di wilayah kecamatan yang memiliki
garis pantai adalah terumbu karang, yang diperkirakan memiliki luas 46.686,301 ha.
Ekosistem tersebut terdapat di pantai Kecamatan Bungku Utara sampai Kecamatan
Petasia. Kondisi terumbu karang umumnya dalam kategori baik, namun demikian
terdapat sebagian kecil yang dalam kondisi buruk seperti di Kecamatan Bahodopi
sebagai akibat pemanfaatan sebagai bahan bangunan.
Tabel : 2.5.
Luas Terumbu Karang di Daerah Pesisir Morowali
No Kecamatan Luas (Ha)
1 Menui Kepulauan 8.058,289 2 Bungku Selatan 15.641,071 3 Bahodopi 1.446,268 4 Bungku Tengah 2.493,689 5 Bungku Barat 567,930 6 Bumi Raya 3.459,173 7 Witapoda 3.574,098 8 Petasia 1.466,941 9 Soyo Jaya 676,094 10 Bungku Utara 2.975,062 11 Mamosalato 3.327,686
Total 43.686,301 Sumber : Laporan Akhir Rencana Tata Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil Kabupaten Morowali, 2007
Beberapa ekosistem terumbu karang berasosiasi dengan padang lamun,
rumput laut dan mangrove, misalnya di Kecamatan Soyo Jaya. Sebaran ikan karang
merupakan salah satu komunitas yang mengikuti habitat terumbu karang, bagian
terbesarnya adalah ikan hias dan ikan konsumsi yang bernilai ekonomis tinggi.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 9
2.2. Perekonomian Daerah
2.2.1. Struktur ekonomi daerah
Sebagaimana Provinsi Sulawesi Tengah pada umumnya, Kabupaten
Morowali adalah daerah pertanian. Perekonomian daerahnya didominasi oleh
kegiatan-kegiatan disektor primer, khususnya pertanian dalam arti luas.
Sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini, perekonomian Kabupaten
Morowali relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan dalam satu dasawarsa
terakhir. Dominasi sektor primer hanya meningkat kurang dari 1% dari 59.89% pada
tahun 2002 sedangkan pada tahun 2006 meningkat menjadi 63,96%, pada tahun
2007 menjadi 66,48%.
Tabel : 2.6.
Struktur Ekonomi Kabupaten Morowali
No Sektor 2002 2003 2004 2005 2006 2007
A. Sektor Primer 59,89 60,48 60,55 62,08 63,96 66,48
1 Pertanian 59,37 59,97 60,04 57,68 54,55 49,84
2 Pertambangan dan Penggalian
0,52 0,51 0,51 4,40 9,41 16,64
B. Sektor Sekunder 8,09 7,97 8,00 7,63 7,25 6,79
3 Industri Pengolahan 4,19 4,11 4,09 3,93 3,75 3,47
4 Listrik dan Air Bersih 0,45 0,45 0,46 0,45 0,43 0,40
5 Bangunan 3,45 3,41 3,45 3,25 3,07 2,92
C. Sektor Tersier 32,02 31,55 31,45 30,29 29,60 26.43
6 Perdagangan Hotel dan Restoran
14,46 14,52 14,71 14,42 13,94 13,05
7 Angkutan dan Komunikasi 1,05 1,02 1,00 0,95 0,90 0,53
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
4,37 4,25 4,26 4,09 3,88 3,63
9 Jasa-jasa 12,14 11,76 11,48 10,83 10,88 9,22
Produk Domestik Regional Bruto
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : RTRW Kabupaten Morowali 2003-2013 dan Kabupaten Morowali Dalam Angka 2007
Peningkatan lebih tinggi terjadi pada sektor tersier yang kontribusinya menurun
dari 32,02% pada tahun 2002 menjadi 26,43% pada tahun 2007. Uraian lebih terinci
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 10
mengenai kinerja ekonomi daerah Kabupaten Morowali dalam 5 (lima) tahun teakhir
dapat diikuti pada Tabel :2.8.
Dari gambaran tabel tersebut di atas bahwa pada tahun 2002 sektor ekonomi
yang dominan di Kabupaten Morowali adalah sektor Pertanian dengan kontribusi
59.37%. Pada tahun 2003-2004 kontribusi ini meningkat menjadi 59,97% dan
60,04%. Namun pada tahun 2007 terjadi penurunan sebesar 49,84%.
Tabel : 2.7
Distribusi Prosentasi PDRB Kabupaten Morowali
No Lapangan Usaha 2002 2003 2004 2005 2006 2007
A. Sektor Primer 59,89 60,48 60,55 62,08 63,96 66,48
1 Pertanian 59,37 59,97 60,04 57,68 54,55 49,84
a. Tanaman Bahan Makanan 9,69 9,05 8,50 7,69 6,86 5,96
b. Tanaman Perkebunan 29,72 31,14 31,98 31,58 30,68 28,83
c. Peternakan 2,40 2,23 2,08 1,87 1,65 1,42
d. Kehutanan 8,01 7,83 7,79 7,33 6,79 6,05
e. Perikanan 9,59 9,72 9,70 9,21 8,57 7,59
2 Pertambangan dan Penggalian 0.52 0,51 0,51 4,40 9,41 16,64
a. Pertambangan Migas 0,00 0,00 0,00 3,91 8,95 16,21
b. Pertambangan Non Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
c. Penggalian 0,52 0,51 0,51 0,49 0,47 0,43
B. Sektor Sekunder 8,09 7,97 8,00 7,63 7,25 6,79
3 Industri Pengolahan 4,19 4,11 4,09 3,93 3,75 3,47
a. Makanan, minuman dan tembakau 0,94 0,92 0,92 0,89 0,86 0,80
b. Tekstil, barang dari kulit & alas kaki 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01
c. Kayu dan hasil hutan lainnya 3,00 2,94 2,93 2,82 2,69 2,49
d. Kertas dan barang cetakan 0,05 0,05 0,05 0,04 0,04 0,04
e. Pupuk, kimia dan barang dari karet 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
f. Semen dan barang galian non logam 0,17 0,16 0,16 0,15 0,14 0,12
g. Alat angkutan, mesin dan peralatannya 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
h. Barang lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
4 Listrik dan Air Bersih 0,45 0,45 0,46 0,45 0,43 0,40
a. Listrik 0,40 0,40 0,41 0,40 0,38 0,35
b. Air Bersih 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,04
5 Bangunan 3,45 3,41 3,45 3,25 3,07 2,92
C. Sektor Tersier 32,02 31,55 31,45 30,29 29,60 26,43
6 Perdagangan Hotel dan Restoran 14,46 14,52 14,71 14,42 13,94 13,05
a. Perdagangan 13,75 13,80 13,98 13,71 13,27 12,43
b. Hotel 0,10 0,10 0,10 0,10 0,09 0,08
c. Restoran 0,61 0,61 0,63 0,61 0,58 0,53
7 Angkutan dan Komunikasi 1,05 1,02 1,00 0,95 0,90 0,83
a. Angkutan 1. Angkutan Jalan Raya 2. Angkutan Laut 3. Angkutan Udara 4. Jasa Penunjang Angkutan
1,00 0,82 0,08 0,00 0,10
0,97 0,80 0,08 0,00 0,10
0,95 0,78 0,08 0,00 0,09
0,90 0,74 0,07 0,00 0,09
0,84 0,70 0,07 0,00 0,08
0,77 0,64 0,06 0,00 0,07
b. Komunikasi 0.05 0,05 0,05 0,05 0,06 0,06
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
4,37 4,25 4,26 4,09 3,88 3,63
a. Bank 1,15 1,13 1,15 1,15 1,14 1,11
b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 0,18 0,17 0,17 0,15 0,14 0,12
c. Sewa Bangunan 2,90 2,81 2,79 2,66 2,48 2,29
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 11
d. Jasa Perusahaan 0,14 0,14 0,14 0,13 0,12 0,11
9 Jasa-jasa 12,14 11,76 11,48 10,83 10,08 9,22
a. Pemerintahan Umum 8,41 8,09 7,84 7,37 6,85 6,27
b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan dan Rekreasi 3. Perorangan & Rumah tangga
3,74 1,25 0,01 2,48
3,67 1,22 0,01 2,44
3,64 1,23 0,01 2,41
3,46 1,17 0,01 2,28
3,22 1,09 0,00 2,13
2,95 1,01 0,00 1,92
Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : RTRW Kabupaten Morowali 2003-2013 dan Kabupaten Morowali Dalam Angka 2007
Dilihat lebih jauh ternyata sub sektor tanaman perkebunan merupakan
penyumbang terbesar yaitu 60,04% pada tahun 2004 dan pada tahun 2007
mengalami penurunan sebesar 49,84%. Selanjutnya sub sektor tanaman bahan
makanan dalam beberapa tahun terakhir ini menunjukkan kinerja yang agak
menurun, jika pada tahun 2002 kontribusinya 9,69% dan hanya berada dibawah
tanaman perkebunan, maka pada tahun 2007 menjadi 5,96%. Pada sub sektor
perikanan terjadi penurunan dari 9,59% pada tahun 2002 menjadi 7,59% pada tahun
2007. Dan potensi hutan yang besar di Kabupaten ini menyumbang 8,01% pada
tahun 2002 dan pada tahun 2007 menurun menjadi 6,05%.
Sektor yang menduduki urutan kedua dalam sumbangannya terhadap
pembentukan nilai tambah perekonomian daerah adalah sektor perdagangan, hotel
dan restoran. Pada tahun 2002 kontribusinya 14,46% meningkat mencapai 14,71%
pada tahun 2004, dan pada tahun 2007 terjadi menurun sebesar 13,05%. Sektor
ketiga terbesar adalah sektor jasa, sektor ini pada tahun 2002 memberikan
berkontribusi sebesar 12,14%, namun dari tahun ke tahun terjadi penurunan yang
sangat besar yakni dari 11,76% pada tahun 2003 menjadi 9,22% pada tahun 2007.
2.2.2. Kondisi dan Potensi Sektoral
2.2.2.1. Pertanian
Sektor pertanian memegang peran sangat penting dalam perekonomian dan
peningkatan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat Kabupaten Morowali.
Terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Morowali, sebagaimana diuraikan pada
Tabel 2.8, sektor pertanian memberi kontribusi paling dominan, yaitu 59,37% pada
tahun 2002 dan pada tahun 2007 terjadi penurunan sebesar 49,84%. Sejalan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 12
dengan diprogramkannya peningkatan ketahanan pangan nasional maka sektor
pertanian di Kabupaten Morowali memiliki potensi besar untuk dikembangkan
sehingga kabupaten ini dapat menjadi salah satu kawasan agribisnis yang penting di
Provinsi Sulawesi Tengah.
a. Pertanian Tanaman Pangan
Produksi padi di Kabupaten Morowali cukup tinggi. Pada tahun 2005 total
produksi adalah 29.708,25 ton, dengan tingkat produktivitas 3,48 ton/ha. Pada tahun
2006 produksi dapat ditingkatkan menjadi 35.934,77 ton karena luas panen
bertambah menjadi 9.410 ha dari 8.529 ha pada tahun 2005. Produktivitas yang
dicapai pada tahun 2007 juga meningkat menjadi 3,64 ton/ha dengan total produksi
sebesar 35.261,30 ton.
Dari kultivasi tanaman padi tersebut, tanaman padi sawah yang menonjol.
Pada tahun 2002 dari keseluruhan kultivasi padi produksi padi sawah mencapai
20.842,90 ton dengan luas panen 7.737,00 ha. Pada tahun 2007 produksi padi
sawah mencapai 35.261,30 ton dengan luas panen 9.692 ha.
Jika dilihat per kecamatan, sentra pertanian padi ada di Kecamatan Bumi
Raya dan Witaponda dengan produksi kedua kecamatan ini mencapai 62% dari total
produksi padi sawah. Tingkat produktivitas pun pada kedua kecamatan ini mencapai
angka tertinggi yaitu rata-rata 4,50 ton/ha. Kecamatan lain yang memiliki potensi
yang cukup besar adalah Kecamatan Mori Atas, Soyo Jaya, mamosalato, Lembo,
Bahodapi dan Bungku Tengah. Sementara itu untuk kultivasi tanaman padi ladang
cukup banyak dilakukan di Kecamatan Bungku Tengah dan Mori Atas.
Untuk jenis hortikultura, sudah cukup berkembang dan dikultivasi penduduk
tersebar diseluruh kecamatan. Jenis palawija yang menonjol adalah jagung, ketela
pohon, ketela rambat dan kacang-kacangan (kacang tanah, kacang hijau dan
kacang kedelai).
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 13
Tabel : 2.8
Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah
No
Kecamatan
Padi Sawah Padi Ladang Padi Sawah + Ladang
Luas Panen Produksi
Produk-tivitas
Luas Panen Produksi
Produk-tivitas
Luas Panen Produksi
Produk-tivitas
(ha) (ton) (ton) (ha) (ton) (ton/ha) (ha) (ton) (ton/ha)
1 Menui Kepulauan 0 0,00 0,00 0 0,00 0,00 0 0,00 0,00
2 Bungku Selatan 0 0,00 0,00 99 180,18 1,82 99 180,18 1,82
3 Bahodopi 592 1.420,80 2,40 39 72,15 1,85 631 1.492,95 2,37
4 Bungku Tengah 591 1.536,60 2,60 160 336,00 2,10 751 1.872,60 2,49
5 Bungku Barat 62 167,40 2,70 25 60,00 2,40 87 227,40 2,61
6 Bumi Raya 1.839 8.275,50 4,50 0 0,00 0,00 1.839 8,275,50 4,50
7 Witaponda 3.439 15.475,50 4,50 55 132,00 2,40 3.494 15,607,50 4,47
8 Lembo 573 1.547,10 2,70 0 0,00 0,00 573 1,547,10 2,70
9 Mori Atas 1.014 2.737,80 2,70 270 445,50 1,65 1.284 3.183,30 2,48
10 Petasia 152 410,40 2,70 17 34,51 2,03 169 444,91 2,63
11 Soyo Jaya 576 1.555,20 2,70 0 0,00 0,00 576 1.555,20 2,70
12 Bungku Utara 371 927,50 2,50 40 88,00 2,20 411 1.015,50 2,47
13 Mamosalato 483 1.207,50 2,50 0 0,00 0,00 483 1.207,50 2,50
14 Mori Utara
Jumlah 2007 9.692 35.261,30 3,64 705 1.348,34 1,91 10.397 36.609,64 3,52
2006 9.410 34.557,17 3,67 755 1.377,59 1,82 10.165 35.934,76 3,54
2005 8.529 29.708,50 3,48 1.136 2.360,87 2,08 9.665 32.069,37 3,32
2004 8.520 29.481,81 3,46 1.208 2.379,58 1,97 9.728 31.861,39 3,27
2003 6.790,1 23.211,4 3,20 2.227 3.903,5 1,8 8.464 27.114,8 3.20
2002 7.737 20.842,9 26,9 2.206,5 3.831,3 17,4 9.943,5 24.313,2 24,5
Sumber : RTRK Kabupaten Morowali 2003-2013 dan Kabupaten Morowali Dalam Angka 2002-2007
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 14
a. Perkebunan
Tanaman perkebunan besar terutama adalah kakao. Selain itu ada juga
perkebunan sawit. Perkebunan kakao terdapat di 14 Kecamatan. Sedangkan
perkebunan Sawit terdapat di kecamatan Wita Ponda, Mori Atas, Bungku Utara,
Bungku Barat. Adapun perkembangan luas areal dan produksinya dapat diikuti pada
tabel berikut.
Tabel 2.9.
Luas dan Produksi Tanaman Perkebunan Di Morowali Tahun 2007
No. Jenis Komoditi Luas (Ha) Produksi (ton) Keterangan
1 Kelapa Sawit 8.825 6.086,50 Tahun 2005
2 Karet 95,00 2.920,55 Tahun 2005
3 Kelapa 1.307,00 699,73 Tahun 2007
4 Kopi 132,00 17,18 Tahun 2007
5 Cengkeh 371,00 15,30 Tahun 2007
6 Kakao 11.742,00 5.489,09 Tahun 2007
7 Pala 7,00 0,99 Tahun 2007
Sumber : Kabupaten Morowali dalam angka, 2007
Agar sektor perkebunan dapat memberikan nilai tambah secara ekonomi kepada
masyarakat, maka dalam usaha pengembangan perkebunan terutama perkebunan
rakyat harus berpedoman pada peta kesesuaian lahan (Farming System Zone).
b. Perikanan dan Kelautan
Perairan laut Teluk Tolo di Kabupaten Morowali dengan luas perairan
29.962,88 Km2 memiliki potensi biotik yang jenis dan jumlahnya cukup banyak,
terdiri dari berbagai jenis ikan, lobster, kepiting bakau, cumi-cumi, gurita, rumput laut
dan kerang mutiara. Sedang perikanan budidaya antara lain tambak dan kolam
dengan jenis potensi udang windu, bandeng, ikan mas, nila dan udang gajah.
Potensi Penangkapan Ikan
Sesuai hasil penelitian dari Lembaga Penelitian Perikan Laut (LPPL) Tahun 1981
bahwa potensi ikan di perairan Teluk Tolo Kabupaten Morowali tersedia 68.456
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 15
ton per tahun sedangkan data survey LPPL tahun 1995 tersedia sebesar 68.000
ton per tahun.
Potensi Budidaya Rumput Laut
Budidaya rumput laut terbesar terdapat di Kecamatan Menui Kepulauan,
Kecamatan Bungku Selatan dengan luas kira-kira 564 ha.
Potensi Budidaya Teripang
Untuk budidaya teripang potensinya tersedia kurang lebih 189 ha yang tersebar
di Kecamatan Bungku Selatan, Bungku Tengah, Menui Kepulauan dan Bungku
Utara.
Potensi Budidaya Ikan Kerapu
Budidaya ikan kerapu cukup potensial di Kecamatan Bungku Selatan, Bungku
Tengah, Bungku Utara, Bungku Barat dan Petasia dengan luas kurang lebih 142
ha.
Sementara itu Perikanan Darat juga memiliki potensi besar yaitu:
Potensi Tambak
Untuk budidaya teripang potensinya tersedia kurang lebih 189 ha yang tersebar
di Kecamatan Bungku Selatan, Bungku Tengah, Menui Kepulauan dan Bungku
Utara.
Potensi Budidaya Ikan Air Tawar
Budidaya ikan air tawar tersebar di 3 Kecamatan yaitu : Kecamatan Petasia,
Lembo dan Mori Atas dengan luas sekitar 109 ha. Selain itu terdapat perairan
umum yang berpotensi untuk budidaya ikan di Karamba, yaitu Danau sekitar
1.000 ha, Rawa 1.200 ha dan Sungai 266,80 ha.
Saat ini tingkat pemanfaatan potensi perikanan dan kelautan belum optimal,
karena alat tangkap masyarakat nelayan sebagian besar masih tradisional.
Sedangkan alat transportasinya masih terbatas pada perahu yang menggunakan
mesin katinting 5,5 PK. Untuk meningkatkan atau memodernisasi alat tangkap dan
alat transportasi masyarakat nelayan terbentur pada modal yang besar.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 16
Populasi sumberdaya manusia serta produksi dan jenis serta perahu yang
digunakan oleh masyarakat nelayan di daerah Morowali sebagai diuraikan tabel
berikut.
Tabel : 2.10 Jumlah Nelayan, Produksi Dan Banyaknya Kapal/Perahu
Menurut Kecamatan
No Kecamatan Nelayan
(Org) Produksi
(Ton)
Kapal/Perahu Motor
Ship
Boat
Tdk Ber-motor
1 Menui Kepulauan 1.839 3.150 200 981 483
2 Bungku Selatan 2.104 4.960 57 2.505 432
3 Bahodopi 356 369 16 116 137
4 Bungku Tengah 715 464 55 129 238
5 Bungku Barat 351 852 4 69 190
6 Bumi Raya 489 1.079 21 126 258
7 Witaponda 213 164 2 23 93
8 Lembo - - - - -
9 Mori Atas - - - - -
10 Petasia 478 2.265 19 418 134
11 Soyo Jaya 58 38.5 - 35 103
12 Bungku Utara 294 123 136 90 482
13 Mamosalato 35 33.5 - - -
14 Mori Utara - - - - -
J u m l a h 6.932 13.498 510 4.492 2.550
Sumber : Kabupaten Morowali Dalam Angka 2007
Kecamatan Lembo, Mori Atas dan Mori Utara karena tidak berhadapan
langsung dengan laut maka ketiga wilayah tersebut tidak ada nelayannya. Jumlah
nelayah terbanyak (30,35%) terdapat di Kecamatan Bungku Selatan dan Kecamatan
Menui Kepulauan sebanyak 26,53%.
c. Peternakan
Peternakan di Kabupaten Morowali dibedakan atas ternak besar, ternak kecil,
dan unggas. Populasi ternak besar yang umumnya diusahakan oleh masyarakat
adalah Sapi, sedang ternak kecil yang paling banyak adalah Kambing dan Babi.
Jenis ternak unggas yang paling banyak diusahakan oleh masyarakat adalah Ayam
Kampung, sedang Ayam Potong jumlah populasinya sangat minim hanya sekitar
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 17
500 ekor. Sentra peternakan di Wilayah Morowali berada di Kecamatan Lembo dan
Mori Atas, dmana kedua kecamatan tersebut tidak memiliki pantai.
Tabel : 2.11.
Populasi Ternak dan Produksi di Kabupaten Morowali Tahun 2007
No Jenis Ternak Jumlah Populasi
(Ekor) Produksi (Kg) Keterangan
1 Sapi
17.506 205.776,35 Daging
2 Kerbau 890 3.200,00 Daging
3 Kambing 4.346 16.994,10 Daging
4 Babi 22.380 191.480,06 Daging
5 Ayam Kampung 175.618 275.592,57 Telur
6 Itik 6.511 3.661,68 Telur
Sumber : Kabupaten Morowali dalam angka, 2007
d. Kehutanan
Kawasan hutan di kabupaten Morowali mencapai 73.50% dari luas wilayah.
Adapun luas kawasan dimaksud berdasarkan fungsinya menurut keadaan tahun
2002 adalah sebagaimana diuraikan pada tabel di bawah ini.
Tabel : 2.12.
Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Fungsinya
No Fungsi Kawasan Luas (Ha) %
1 Kawasan Suaka Alam dan Wisata 561.069 35,64
a. Kawasan Suaka Alam 207.424 13,18
b. Hutan Lindung 353.645 26,79
2 Kawasan Budidaya/Hutan Produksi 421.741 31,01
a. Hutan Produksi Terbatas (HPT) 205.394 13,05
b. Hutan Produksi Biasa (HPB) 151.362 9,61
c. Hutan Produksi yg dpt dikonversi (HPK) 64.985 4,13
3 Areal Penggunaan Lain (APL) 591.301 37,56
Jumlah Luas Wilayah 1.574.111 100,00 Sumber : RTRW Kab. Morowali 2003-2013 dan Morowali Dalam Angka Tahun 2007
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 18
2.2.2.2. Pertambangan
Kabupaten Morowali dikaruniai sumberdaya alam yang relatif melimpah
karena mempunyai kadungan sumberdaya tambang yang tersebar di seluruh
wilayah. Sumberdaya tambang tersebut bervariasi mulai dari bahan tambang
golongan C sampai golongan B, maupun golongan A. Sebaran lokasi dan satuan
formasi tergambar pada tebel 2.13 berikut.
Tabel : 2.13
Potensi Pertambangan di Kabupaten Morowali
No
Jenis Bahan Galian
Sebaran
Satuan Formasi
A Golongan A
1 Rem-besan Minyak Bumi
1.Kec. Bungku Utara Menyusuri pantai teluk Tolo
dengan batuan Sedimen Aluvium dan Endapan Pantai (Qac)
Qac = Aluvium dan endapan pantai : kerikil, pasir, lumpur, setempat terumbu.
2.Kec. Bungku Barat Dengan Satuan formasi
Tetambahu (Jtl)
Jtl = Formasi Tetambahu : kalsilutit, napal, sisipan batu pasir, wake, batu gamping klasik, batu pasir dengan sisipan rijang radiolaria.
2 Nickel (Ni) 1. Kec. Bungku Tengah dan Kec. Bungku Barat.Dengan satuan formasi Tetambehu (Jtl)
Jtl = Formasi Tetambahu : kalsilutit, napal, sisipan batu pasir, wake, batu gamping klasik, batu pasir dengan sisipan rijang radiolaria.
2.Kec. Bungku Selatan dan Kec. Bahodapi. Dengan satuan formasi Tetambehu (Jtl)
Jtl = Formasi Tetambahu : kalsilutit, napal, sisipan batu pasir, wake, batu gamping klasik, batu pasir dengan sisipan rijang radiolaria.
3.Kec. Soyojaya dan Kec. Petasia. Dengan formasi Matano (Klm)
Klm = Formasi Matano : Batu gamping hablur, kalsilutit, napal, serpih dengan lensa rijang radiolaria.
3 Batuba-ra (C) Kec. Mori Atas Dengan batuan sedimen Aluvium (Qal)
Qal = Aluvium dan Endapan Pantai : kerikil, pasir, lumpur, setempat terumbu.
B. Golongan B
1 Kromit (Cr) 1.Kec. Bungku Tengah dan Kec. Bungku Barat.Dengan satuan formasi Tetambehu (Jtl)
Jtl = Formasi Tetambahu : kalsilutit, napal, sisipan batu pasir, wake, batu gamping klasik, batu pasir dengan sisipan rijang radiolaria.
2.Kec. Petasia. Dengan formasi Matano (Klm)
Klm = Formasi Matano : Batu gamping hablur, kalsilutit, napal, serpih dengan lensa rijang radiolaria.
2 Besi (Fe) Kec. Petasia. Dengan formasi Matano (Klm)
Klm = Formasi Matano : Batu gamping hablur, kalsilutit, napal, serpih dengan lensa rijang radiolaria.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 19
Golongan C
1 Lem-pung (Lp) 1.Kec. Mori Atas Dengan satuan formasi Tomata (Tmpt)
Tmpt = Formasi Tomata : perselingan batu pasir, batu lempung, tuf, konglomerat, sisipan lignit.
2.Kec.Petasia Dengan satuan formasi Tomata (Tmpt)
Tmpt = Formasi Tomata : perselingan batu pasir, batu lempung, tuf, konglomerat, sisipan lignit.
2 Batu Giok (jade)
1,Kec. Petasia Dengan Satuan Ultrabasa Kompleks Ultramafik (PTROV)
PTROV = Kompleks ultramafik :
ultramafik tersenpentinkan
2,Kec. Bungku Utara Dengan Satuan Ultrabasa Kompleks Ultramafik (PTROV)
PTROV = Kompleks ultramafik :
ultramafik tersenpentinkan
3 Talk (Tk) Kec. Mori Atas Dengan satuan formasi Kompleks Pompangeo (PTPM)
PTPM = Kompleks Pompangeo : sekis,
grafit, filit, batusabak, geneg, serpentinit, kuarsit
4 Marmer (m) 1.Kec. Petasia Dengan satuan formasi Kompleks Pompangeo (PTPM)
PTPM = Kompleks Pompangeo : sekis,
grafit, filit, batusabak, geneg, serpentinit, kuarsit
2.Kec.Lembo Dengan satuan formasi Matano (Klm) dan Batugamping Meta (PTmm
MTmm)
Klm = Formasi Matano : Batu gamping hablur, kalsilutit, napal, serpih dengan lensa rijang radiolaria. PTmm MTmm = Batugamping meta :
pualam, batugamping terdaunkan.
Sumber : Peta Geologi dan Sumberdaya Mineral Sulawesi Tengah dikutip dalam RTRW Kabupaten Morowali, 2003-2013
Berdasar tabel diatas sebaran potensi pertambangan khusus nikel meliputi
Kecamatan Bungku Tengah, Bungku Selatan, Bungku Barat, Bahodopi, Soyo Jaya
dan Kecamatan Petasia.
2.3. Sosial Budaya Daerah
2.3.1. Jumlah dan pertumbuhan penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Morowali terus meningkat dari162.529 jiwa
pada tahun 2002 menjadi 170.200 jiwa pada tahun 2005, dan meningkat lagi
menjadi 178.328 jiwa pada tahun 2006 (Kabupaten Morowali Dalam Angka 2002-
2007). Berdasarkan data tersebut selama 5 tahun (tahun 2002-2007) rata-rata
pertumbuhan penduduk sebesar 2,27%. Pada tahun 2007 penduduk kabupaten ini
meningkat menjadi 190.012 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 44.137 KK. Dengan
demikian terjadi pertumbuhan penduduk sebesar 12.726 jiwa selama 3 tahun atau
rata-rata tingkat pertumbuhannya sebesar 2,56% per tahun. Sudah barang tentu
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 20
tingkat kepadatan penduduk di wilayah ini juga mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun sebagaimana dalam Tabel : 2.14 dibawah ini.
Tabel : 2.14 Perkembangan dan Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Morowali
Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)
Kepadatan (jiwa/km2)
2002 162.529 10.00
2003 165.542 11.00
2004 166.837 11.00
2005 170.200 11.00
2006 178.328 12.00
2007 190.012 12.00 Sumber : Kabupaten Morowali Dalam Angka 2002-2007
Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Petasia dengan jumlah
penduduk sebanyak 29.520 jiwa (18 %) dan jumlah penduduk terendah terdapat di
Kecamatan Bahodopi yaitu sebanyak 6.468 jiwa (6%) dari keseluruhan jumlah
penduduk Kabupaten Morowali. Dari jumlah penduduk tersebut data tahun 2007
juga memperlihatkan bahwa berdasarkan jumlah luas wilayah 15.490,12 Km2, maka
kepadatan penduduk Kabupaten Morowali sekitar 12 jiwa/Km2.
Kepadatan tertinggi juga berada di Kecamatan Bungku Tengah dengan
tingkat kepadatan sekitar 20 jiwa/Km2, sedangkan kepadatan terendah berada di
Kecamatan Soyo Jaya dengan tingkat kepadatan12 jiwa/Km2.
Tabel : 2.15 Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Morowali Tahun 2007
No
Kecamatan
Luas (Km2)
Penduduk (Jiwa)
Kepadatan (/Km2)
1 Menui Kepulauan 223,63 13.563 61
2 Bungku Selatan 1.271,19 17.203 14
3 Bungku Tengah 1.112,80 22.648 20
4 Bungku Barat 758,93 8.521 11
5 Lembo 1.332,84 18.767 14
6 Mori Atas 1.508,81 10,331 7
7 Petasia 1.635,24 29.520 18
8 Bungku Utara 2.406,79 13.665 6
9 Soyo Jaya 605,51 7.514 12
10 Bahodopi 1.080,98 6.468 6
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 21
11 Bumi Raya 504,77 11.380 23
12 Witaponda 519,70 14.990 29
13 Mamosalato 1.480,00 9.099 6
14 Mori Utara 1.048,93. 6.343 6
Jumlah 15.490.12 190.012 12
Sumber : Kabupaten Morowali dalam Angka, 2007
Struktur umur dapat dikelompokkan menjadi kelompok usia produktif (15-54
tahun) dan usia non produktif (0-14 tahun dan > 54 tahun). Kelompok usia produktif
di Kabupaten Morowali sejumlah 94.737 jiwa (57,23 %), sedangkan kelompok usia
non produktif sejumlah 69.266 jiwa (41,82 %). Tingkat ketergantungan usia non
produktif terhadap usia produktif di Kabupaten Morowali relatif cukup tinggi yaitu 75 :
100.
Dari data tersebut, terlihat bahwa struktur penduduk menurut jenis kelamin di
Kabupaten Morowali, dapat dikatakan cukup berimbang. Dimana jumlah laki-laki
sebanyak 97.349 jiwa (54,61 %) dan perempuan sebanyak 92,663 jiwa (51,98 %)
dengan sex ratio yang hampir seimbang.
Tabel : 2.16. Jenis Kelamin Di Kabupaten Morowali Tahun 2007
Kel Umur
Jumlah Total Laki-laki Perempuan
0 s/d 4 11.868 11.205 23.072
5 s/d 9 12.118 10.415 22.533
10 s/d 14 9.678 9,086 18.764
15 s/d 19 8.028 8.250 16.278
20 s/d 24 8.751 8.375 17.127
25 s/d 29 7.574 7.948 15.522
30 s/d 34 7.390 7.652 15.042
35 s/d 39 8.797 6.382 15.180
40 s/d 44 6.095 7.086 13.180
45 s/d 49 4.984 4.540 9.524
50 s/d 54 3.564 3.434 6.998
55 s/d 59 2.577 2.448 5.025
60 s/d 64 2.505 2.132 4.637
65+ 3.4119 3.711 7.130
Jumlah 97.349 92.663 190.012
Sumber: : Badan Pusat Statistik Kabupaten Morowali, 2007
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 22
2.3.2. Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Morowali dapat dikatakan relatif
masih rendah. Berdasarkan data tahun 2002, jumlah penduduk yang berpendidikan
di bawah SMU/SMK sederajat (SLTP, SD termasuk didalamnya mereka yang tidak /
belum pernah sekolah) berjumlah 121.764 jiwa (89,09 %). Sedangkan yang
berpendidikan SMU sederajat ke atas (D1, D2, D3, S1 dan S2) berjumlah 14.912
jiwa (sekitar 10,91 %).
Banyaknya sekolah menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.17. Dari
tabel tersebut tercermin bahwa Tiga (3) kecamatan di wilayah kabupaten Morowali
belum memiliki SMA, yaitu Kecamatan Bungku Barat, Kecamata Soyo Jaya dan
Kecamatan Mori Utara. Untuk itu perlu direncanakan pembangunan SMA guna
menampung lulusan dari SMP yang ada di wilayah kecamatan itu. Dilihat dari
sebaran jumlah sekolah menunjukkan tingkat kemajuan pendidikan di Morowali
belum merata, dan terkosentrasi di wilayah Kecamatan Petasia dan Bungku Tengah.
Jumlah murid menurut tingkatan yakni TK, SD, SMP, SMA, SMK pada setiap
kecamatan tergambar pada tabel 2.18. konsentrasi jumlah murid menurut
kecamatan berada pada Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan Petasia dan
Kecamatan Lembo.
Sebaran guru menurut kecamatan seperti pada tabel 2.19 menunjukkan
bahwa jumlah guru terbesar untuk SMA berada pada Kecamatan Petasi. Dengan
demikian jumlah murid kenyataannya menunjukkan bahwa jumlah guru tidak
berasosiasi dengan jumlah murid.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 23
Tabel 2.17.
Banyaknya Sekolah Menurut Kecamatan
di Kabupaten Morowali Tahun 2007
No Kecamatan TK SD SMP SMA SMK
1 Menui Kepulauan 4 21 2 2 -
2 Bungku Selatan 3 30 3 1 -
3 Bahadopi 3 12 1 1 -
4 Bungku Tengah 19 23 6 3 -
5 Bungku Barat 6 9 1 - 2
6 Bumi Raya 12 12 2 1 -
7 Witaponda 12 13 2 1 -
8 Lembo 25 24 4 1 1
9 Mori Atas 16 14 54 1 1
10 Petasia 21 31 6 3 1
11 Soyo Jaya 2 10 2 - -
12 Bungku Utara 4 24 2 1 -
13 Mamosolato 5 15 3 1 -
14 Mori Utara 6 10 1 - -
Jumlah 138 248 39 16 5
Sumber : Kabupaten Morowali dalam angka, 2007
Tabel 2.18.
Banyaknya Murid Menurut Kecamatan
di Kabupaten Morowali Tahun 2007
No Kecamatan Murid
TK Murid
SD Murid SMP
Murid SMA
Murid SMK
1 Menui Kepulauan 153 1.925 383 293 -
2 Bungku Selatan 136 2.655 555 250 -
3 Bahadopi 83 1.045 186 205 -
4 Bungku Tengah 761 3.229 1.334 995 -
5 Bungku Barat 199 1.133 236 - 209
6 Bumi Raya 388 1.421 477 - -
7 Witaponda 668 2.237 550 335 -
8 Lembo 691 2.254 832 393 148
9 Mori Atas 392 1.324 568 203 85
10 Petasia 650 4.169 1.263 770 162
11 Soyo Jaya 30 923 146 - -
12 Bungku Utara 100 1.588 298 294 -
13 Mamosolato 217 1.258 255 - -
14 Mori Utara 110 625 105 - -
Jumlah 4.589 25.786 7.188 3.738 604
Sumber : Kabupaten Morowali dalam angka, 2007
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 24
Tabel : 2.19.
Banyaknya Guru Menurut Kecamatan
di Kabupaten Morowali Tahun 2007
No Kecamatan Guru TK
Guru SD
Guru SMP
Guru SMA
Guru SMK
1 Menui Kepulauan 16 228 35 29 -
2 Bungku Selatan 8 180 39 13 -
3 Bahadopi 4 94 15 17 -
4 Bungku Tengah 56 268 110 15 -
5 Bungku Barat 10 79 10 - 26
6 Bumi Raya 31 101 31 - -
7 Witaponda 28 130 36 23 -
8 Lembo 93 327 84 32 19
9 Mori Atas 41 222 52 14 15
10 Petasia 49 240 106 64 17
11 Soyo Jaya 4 63 15 - -
12 Bungku Utara 7 140 20 31 -
13 Mamosolato 14 107 22 - -
14 Mori Utara 12 70 15 - -
Jumlah 373 2.349 590 298 77
Sumber : Kabupaten Morowali dalam angka, 2007
2.4. Prasarana dan Sarana
2.4.1. Transportasi
Sistem dan jaringan transportasi yang sudah berkembang di Kabupaten
Morowali adalah Transportasi Darat dan Transportasi Laut, sedangkan transportasi
udara masih dalam tahap persiapan di Kecamatan Bumi Raya
a. Jaringan Jalan
Jaringan jalan di Kabupaten Morowali sampai tahun 2007 adalah 1.375,73
km. Pada tahun 2002 sesuai data pada Konsep Rencana RTRW Kabupaten
Morowali 2003-2013 dan data Kabupaten Morowali Dalam Angka Tahun 2007 baru
mencapai 1.379,43 km. Dengan demikian selang 5 tahun terakhir terjadi
pengurangan 3,7 km. Dari segi kondisi maka jika pada tahun 2002 yang
dikategorikan baik adalah 298,58 km atau 21,64%, maka pada tahun 2007 adalah
614,21 km atau 44,64%.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 25
Dengan mencermati angka-angka tersebut dan dirinci pada tabel dibawah ini,
diperlukan upaya ekstra keras untuk menambah dan meningkatkan kualitas jaringan
jalan di Kabupaten Morowali, karena infrastruktur jalan merupakan salah satu
prasyarat paling penting bagi terbukanya dan petumbuhan ekonomi suatu wilayah.
Kondisi geografis wilayah yang membentang cenderung memanjang dengan kota-
kota penting yang relatif berjauhan bahkan ada yang relatif terisolasi karena
topografinya yang bergelombang, berbukit dan berlereng terjal hingga pesisir pantai
serta adanya wilayah cagar alam, merupakan salah satu kendala pembangunan
jaringan jalan baik untuk meningkatkan aksesibilitas didalam wilayah kabupaten
maupun dalam hubungannya dengan kota-kota seperti Poso dan Palu sebagai
ibukota Provinsi Sulawesi Tengah maupun kota lainnya seperti Kendari ibukota
Provinsi Sulawesi Tenggara.
Tabel : 2.20.
Kondisi Jalan di Kabupaten Morowali
Tahun 2002 dan Tahun 2007
Klasifikasi Jalan
Negara Provinsi Kabupaten Jumlah
2002 2007 2002 2007 2002 2007 2002 2007
1.Panjang (km) 116,38 119,48 458,50 358,87 804,55 897,38 1.379,43 1.375,73
2.Jenis Permukaan
Aspal (km) 205,50 119,48 205,50 193,48 81,30 85,76 403,18 398,72
Kerikil (km) 106,00 0,00 106,00 148,29 339,60 403,27 445,60 551,56
Tanah (km) 147,00 0,00 147,00 17,10 376,50 375,90 523,50 393,00
3,Kondisi
Baik (%) 11,86 14,03 26,12 12,47 62,01 73,50 21,64 44,64
Sedang (%) 10,73 8,08 42,34 39,11 46,92 52,81 25,68 18,00
Rusak (%) 5,91 0,45 31,72 16,44 62,37 83,10 52,68 17,81
Sumber : RTRW Kab. Morowali 2003-2013 dan Kabupaten Morowali Dalam Angka, 2007
b. Perhubungan Darat
Perhubungan darat yang dimungkinkan berkembang karena adanya jaringan
jalan memegang peran vital dalam peningkatan dan percepatan perekonomian
daerah. Kendala dan keterbatasan dalam sistem jaringan jalan menyebabkan fungsi
perhubungan darat di wilayah ini belum berkembang optimal. Aksesbilitas darat
antar ibukota Kabupaten dengan kota-kota kecamatan maupun dengan kota-kota
lainnya belum memadai. Selain 2 ibu kota kecamatan yang memang hanya dapat
diakses melalui laut yaitu Ulunambo (Kecamatan Menui Kepulauan) dan Kaleroang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 26
(Kecamatan Bungku Selatan), 9 ibukota kecamatan lainnya meskipun terhubung
dalam suatu sistem jaringan jalan tetapi dalam kondisi yang umumnya rusak.
Sedangkan 2 (dua) ibukota kecamatan lainnya yaitu Baturube (Kecamatan Bungku
Utara) dan Tanasumpu (Kecamatan Mamosalato) meskipun terletak di wilayah
daratan, hanya dapat dihubungi melalui transportasi laut sebab belum memiliki
hubungan darat dengan kota-kota lain karena terisolasi oleh adanya Cagar
Alam.Morowali. Sampai tahun 2007 dengan kondisi jalan yang dalam keadaan baik
hanya 44,64% dari total panjang jalan 1.375,73 km maka transportasi darat betul-
betul perlu mendapatkan perhatian. Hal ini tergambar pada jumlah kendaraan
bermotor tahun 2007 sebanyak 5.598 buah. Seperti pada tabel 2.21.
Tabel : 2.21.
Data kendaraan bermotor di Kabupaten Morowali
No Jenis Kendaraan Jumlah (unit)
1 Sepeda motor 5.097
2 Sedan 1
3 Jeep 20
4 Bus 4
5 Microlet 227
6 Truck 182
7 Pick up 55
8 Mobil tangki 12
Jumlah 5.598
Sumber : Kabupaten Morowali Dalam Angka, 2007
c. Perhubungan Laut
Sebagian besar wilayah permukiman baik kota maupun desa di kabupaten ini
terletak di tepi laut dan berkembang sebagai kota pantai. Dari total desa sebanyak
240 buah, 132 diantaranya atau 55% berbatasan langsung dengan pantai. Oleh
karenanya transportasi laut merupakan modal angkutan yang sangat penting di
kabupaten ini.
Prasarana perhubungan laut utama adalah dermaga baik dermaga permanen
maupun darurat (jetty). Dermaga permanen berjumlah 3 buah yaitu di Kolonedale,
Bungku dan Bumi Raya. Sedangkan jetty terdapat di Kaleroang, Bungku Selatan,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 27
Bahodopi, Sambalangi, Wosu, Tambayoli, Baturube, Ulunambo dan Kolo Bawah.
Jumlah kapal, penumpang dan barangbongkar muat tergambar pada tabel 2.22.
Adapun kapal-kapal yang melayani pelayaran dari dan ke
pelabuhan/dermaga tersebut umumnya adalah kapal kayu yang melayani pelayaran
lokal. Kecuali Pelabuhan/Dermaga Kolonedale yang secara rutin tiap 2 minggu satu
kali disinggahi kapal penumpang KM Tilongkabila milik PT. PELNI.
Tabel :2.22 Data arus lalulintas Pelabuhan Kolonedale dan Bungku
Dermaga Kapal Motor Penumpang Barang (ton)
Tiba Berangkat Turun Naik Bongkar Muat
Kolonedale 627 632 17.813 16,080 47.936 531.552
Bungku 173 173 2.135 1,955 288 0
Jumlah 800 805 19.948 18,035 47.684 531.552
Sumber : Kabupaten Morowali Dalam Angka, 2007
Ketersediaan sarana transportasi laut ini memberikan kontribusi sangat
berarti terhadap akses keluar masuk barang dan penumpang dari dan ke Morowali.
2.4.2. Utilitas
a. Jaringan Air Bersih
Fasilitas dan pelayanan Air bersih di Kabupaten Morowali belum mampu
menjangkau seluruh wilayah. Dari 14 kecamatan yang ada baru 3 ibukota
kecamatan yang dilayani oleh PP Air Minum (PDAM) yaitu
Kolonedale ibukota Kecamatan Petasia, Beteleme ibukota kecamatan Lembo dan
Baturube ibukota kecamatan Bungku Utara. Meskipun sudah tersedia pelayanan
PDAM terhadap 3 kota tersebut tetapi selain kapasitasnya yang masih sangat
terbatas, juga kualitas air yang di supply belum memadai, terutama pada musim
penghujan airnya keruh. Sementara itu beberapa ibukota kecamatan lainnya yaitu
Bungku (Bungku Tengah), Tomata (Mori Atas), dan Kaleroang (BungkuTengah)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 28
sekaligus ibukota Kabupaten Morowali baru dilayani dengan sistem penyediaan air
bersih yang dibangun oleh LSM CARE dengan bantuan Pemerintah Canada.
Di kota-kota kecamatan lainnya dan wilayah perdesaan pada umumnya
belum terlayani. Karenanya penduduk umumnya memenuhi kebutuhannya dengan
memanfaatkan air sungai, sumur air tanah bahkan menampung air hujan. Bahkan di
Kecamatan Menui Kepulauan termasuk ibukotanya yaitu Ulunambo kebutuhan air
dipenuhi penduduk hanya dengan menampung air hujan, karena di wilayah
kepulauan ini tidak ada sungai dan sumur dangkal tidak memungkinkan dan
permukaan air tanah yang ada sangat dalam.
b. Pos dan Telekomunikasi
Sampai saat ini kantor pos belum tersedia pada semua kecamatan. Yang
sudah ada terdapat di kota Kolonedale, Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan
Bungku Tengah, Kecamatan Lembo dan Kecamatan Mori Atas. Untuk melayani
masyarakat, PT Pos melakukannya melalui sistem pos keliling. Alternatif yang
tersedia bagi masyarakat dalam pengiriman barang ataupun benda lainnya adalah
melalui jasa angkutan umum, baik darat maupun laut.
Jasa telekomunikasi oleh PT. Telkom masih sangat terbatas karena jaringan
telekomunikasi baru dapat menjangkau kota Kolonodale, yang meliputi kelurahan
Kolonosdale, Bahontula dan Bahoue, dengan jumlah sambungan pada tahun 2007
adalah 738 SS. Untuk kota Bungku Tengah sebagai ibukota Kabupaten Morowali
sampai saat ini baru dilayani oleh fasilitas telekomunikasi nirkabel atau telepon
seluler melalui jaringan Telkomsel dan Indosat.
c. Jaringan Listrik
Kebutuhan energi listrik di Kabupaten Morowali dilayani oleh PT. PLN Ranting
Kolonodale diperoleh dari tenaga diesel sebagai satu-satunya sumber tenaga listrik
yang ada.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 29
Tabel : 2. 23 Perkembangan Daya Terpasang dan Pelanggan Listrik
No
Kecamatan
Daya Terpa-sang (KVA)
KW Pelanggan
(Unit)
2002 2007 2002 2007 2002 2007*)
1 Menui Kepulauan (Ulunambo) - 40.480 - 117 604 666
2 Bungku Selatan (Kaleroang) - 21.165 - 45 151 163
Bungku Selatan (Lafeu) - 8.572 - 63 200 311
3 Bungku Tengah (Bungku) - 9.644 - 1.857 1.720 3.060
4 Bungku Barat (Bahousuai) - - - - 1.054 1.945
5 Lembo (Bateleme) - 1.111.361 - 5.674 1.655 2.248
6 Mori Atas (Tomata) - - - - - -
7 Petasia (Kolonedale) 774.703 - - - 2.195 3.237
8 Bungku Utara (Baturube) - - - - - -
9 Soyo Jaya (Lembah Sumara) - - - - - -
10 Bahodopi (Bahodopi) - - - - - -
11 Bumi Raya - - - - - -
12 Witaponda - - - - - -
13 Mamosalato - - - - - -
14 Mori Utara - - - - - -
Jumlah 774.703 1.191.222 - 7.756 7.579 11.630
Sumber : RTRW Kabupaten Morowali 2003-2013 dan Morowali dalam Angka 2007 *) Data menurut Unit PLN
Jumlah pelanggan pada tahun 2007 sebanyak 11,630 terjadi peningkatan
dibanding tahun 2002 sebanyak 7.579 pelanggan Namun demikian data tersebut di
atas sekaligus menunjukkan bahwa ketersediaan energi dan tenaga listrik pada
khususnya, bahkan untuk sekedar melayani kebutuhan rumah tangga masih sangat
terbatas, apalagi untuk mendukung percepatan pertumbuhan dan pembagunan
ekonomi daerah. Jika dilihat sebaran supply listrik menurut Unit PLN
menggambarkan belum semua desa teraliri listrik.
d. Jaringan Irigasi
Sejalan dengan besarnya potensi pertanian, khususnya tanaman padi
sawah di kabupaten Morowali telah dikembangkan jaringan irigasi untuk mendukung
pengembangan areal lahan sawah. Areal irigasi di kabupaten ini tersebar diseluruh
kecamatan, kecuali Kecamatan Menui Kepulauan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
Bab II - 30
.Dari data pada tabel 2,24 menunjukan bahwa tahun 2002 lahan potensi
irigasi seluas 33.281 ha, yang sudah difungsikan adalah 7.815 ha atau baru 23,48%,
sedang tahun 2007 secara keseluruhan menunjukkan lahan potensial seluas 11.248
ha, dan fungsional 8.022 ha atau hanya sekitar 71,31%
Tabel : 2. 24 Perkembangan Luas Areal Irigasi di Kabupaten Morowali
No
Kecamatan
2002 2007
Jumlah Daerah Irigasi
Luas Areal Irigasi Jumlah Daerah Irigasi
Luas Areal Irigasi
Potensial (ha)
Fungsional (ha)
% Potensial
(ha) Fungsional (ha)
%
1 Menui Kepulauan - - - - - - -
2 Bungku Selatan 7 3.715 328 8,83 - -
3 Bungku Tengah 2 350 160 45,71 382 360
4 Bungku Barat 5SSS 4.252 1.135 26,69 658 206
5 Lembo 12 1.335 951 71,24 118 68
6 Mori Atas 25 6.597 3.068 46,51 1405 1405
7 Petasia 12 14.810 1.177 7.95 2102 2102
8 Bungku Utara 9 2.222 996 44,82 1185 868
9 Soyo Jaya 500 22 4,40 2525 1423
10 Bahodopi - - - - 998 349
11 Bumi Raya - - - - 837 591
12 Witaponda - - - - 169 169
13 Mamosalato - - - - 712 324
14 Mori Utara 157 157
Jumlah 72 33.281 7.815 23,48 11.248 8.022
Sumber : Kabupaten Morowali Dalam Angka Tahun 2007.