bab 2 hukum benda1

Upload: tio-ayahnya-athar

Post on 14-Apr-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    1/27

    Bab III, Hukum Benda

    HAK KEBENDAAN

    1. Pengertian Hak Kebendaan

    Hak kebendaan {zakelijk recht) adalah suatu hak yang memberikan kekuasaan

    langsung atas suatu benda yang dapat dipertahankan terhadap tiap orang. Menurut

    Prof. L.J. van Apeldoorn, hak-hak kebendaan adalah hak-hak harta benda yang

    memberikan kekuasaan langsung atas sesuatu benda. Kekuasaan langsung berarti

    bahwa ada terdapat sesuatu hubungan yang langsung antara orang-orang yang berhak

    dan benda tersebut. Demikian juga menurut Prof. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan,

    hak kebendaan (zakelijkrecht) ialah hak mutlak atas suatu benda di mana hak itu

    memberikan kekuasaan langsung atas sesuatu benda dan dapat dipertahankan

    terhadap siapapun juga.

    Dari rumusan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa, hak kebendaan

    merupakan suatu hak mutlak yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda

    yang dapat dipertahankan setiap orang dan mempunyai sifat melekat.

    2. Ciri-ciri Hak Kebendaan

    Pada dasarnya, ciri-ciri dari suatu hak kebendaan itu adalah sebagai berikut:

    a. Merupakan hak mutlakHak kebendaan merupakan hak yang mutlak, yaitu dapat

    dipertahankan terhadap siapa pun juga.

    b. Mempunyai zaaks gevolg atau droit de suite.

    Hak kebendaan mempunyai zaaks gevolg (hak yang mengikuti), artinya hak itu

    terus mengikuti bendanya di mana pun juga (dalam tangan siapa pun juga) barang

    itu berada. Hak itu terus saja mengikuti orang yang mempunyainya.

    c. Mempunyai sistem

    Sistem yang terdapat pada hak kebendaan ialah mana yang lebih dulu terjadinya,

    tingkatnya adalah lebih tinggi daripada yang terjadi kemudian. Misalnya: seorang

    pemilik tanah menghipotikkan tanahnya, kemudian tanah tersebut diberikan

    kepada orang lain dengan hak memungut hasil, maka dalam hal ini, hak hipotik

    mempunyai tingkat yang lebih tinggi daripada hak memungut hasil yang baru

    terjadi kemudian

    d. Mempunyai droit de preference

    80

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    2/27

    Bab III, Hukum Benda

    Hak kebendaan mempunyai droit de preference, yaitu hak yang lebih didahulukan

    daripada hak lainnya.

    e. Mempunyai macam-macam actie

    Pada hak kebendaan ini, orang mempunyai macam-macam actie jika terdapatgangguan atas haknya, yaitu berupa penuntutan kembali, gugatan untuk

    menghilangkan gangguan-gangguan atas haknya, gugatan untuk pemulihan dalam

    keadaan semula, gugatan untuk penggantian kerugian dan sebagainya. Pada hak

    kebendaan, gugatnya itu disebut dengan gugat kebendaan. Gugatan-gugatan ini

    dapat dilaksanakan terhadap siapapun yang menganggu haknya.Mempunyai cara

    pemindahan yang berlainan Kemungkinan untuk memindahkan hak kebendaan

    itu dapat secara sepenuhnya dilakukan.

    Sedangkan menurut Prof. Subekti, hak-hak kebendaan mempunyai sifat-sifat

    sebagai berikut :

    a. Memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda.

    b. Dapat dipertahankan terhadap setiap orang.

    c. Mempunyai sifat "melekat", yaitu mengikuti benda bila ini dipindahtangankan

    {"droit de suite").

    d. Hak yang lebih tua selalu dimenangkan terhadap yang lebih muda.

    3. Pembedaan Hak-hak Kebendaan

    Di dalam Buku II KUHPer diatur macam-macam hak kebendaan, akan tetapi dalam

    membicarakan macam-macam hak kebendaan dalam Buku II KUHPdt harus diingat

    berlakunya Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok

    Agraria. Dengan demikian, hak-hak kebendaan yang diatur dalam Buku II KUHPdt

    (yang sudah disesuaikan dengan berlakunya UUPA No. 5/1960) dapat dibedakan atas

    dua macam, yaitu2:

    a. Hak-hak kebendaan yang bersifat memberi kenikmatan meliputi :

    1) Hak kebendaan yang memberikan kenikmatan atas bendanya sendiri,

    misalnya: hakeigendom, hakbezit.

    2) Hak kebendaan yang memberikan kenikmatan atas benda orang lain,

    misalnya: hak opstal, hak erfpacht, hak memungut hasil, hak pakai, hak

    mendiami.

    81

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    3/27

    Bab III, Hukum Benda

    b. Hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan (zakelijk zakerheidsrechf).

    Misalnya: hak gadai (pand), hipotik. Di samping itu, ada pula hak-hak yang diatur

    dalam Buku II KUHPdt, tetapi bukan merupakan hak kebendaan, yaitu privilege

    dan hak retentie. Namun, hak-hak ini dapat pula digolongkan dalam hakkebendaan.

    C. MACAM-MACAM HAK KEBENDAAN

    1. Hak Bezit

    a. PengertianBezit

    1) Menurut KUHPdt

    Bezit diterjemahkan dengan kedudukan berkuasa, yaitu kedudukan

    seseorang yang menguasai suatu kebendaan baik dengan diri sendiri maupun

    dengan perantaraan orang lain dan yang mempertahankan atau menikmatinya

    selaku orang yang memiliki kebendaan itu (pasal 529 KUHPdt)

    2) Menurut Prof Subekti, SH

    Bezit adalah suatu keadaan lahir, dimana seorang menguasai suatu benda

    seorang olah kepunyaannya sendiri yang oleh hukum diperlindungi, dengan

    tidak mempersoalkan hak milik atas benda itu sebenarnya ada pada siap

    3) Menurut Prof Dr. Sri Soedewi Macjchoen Sofwan, SH

    Dengan mengacu pada Pasal 529 KUHPdt, maka bezit ialah keadaan

    memegang atau menikmati sesuatu benda di mana seseorang menguasainya,

    baik secara sendiri ataupun perantaraan orang lain, seolah olah itu adalah

    kepunyaan sendiri.

    Dari defenisi ditas dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan bezit

    adalah hak seseorang yang menguasai suatu benda, baik langsung maupundengan perantaraan orang lain untuk bertindak seolah olah benda itu kepunyaan

    sendiri.

    b. Bezitjujur dan bezittidak jujur

    Pada dasarnya, suatu bezit itu dapat berada di tangan pemilik benda itu atau

    dapat pula berada ditangan orang lain. Jika orang itu mengira bahwa benda yang

    dikuasainya adalah miliknya sendiri (misalnya ia memperoleh karena ia membeli

    82

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    4/27

    Bab III, Hukum Benda

    secara sah, karena pewarisan dan sebagainya), maka bezitteryang demikian itu

    disebut dengan "bezit te goeder trouw"atau bezityang jujur (Pasal 531 KUHPdt).

    Sebaliknya, apabila ia mengetahui bahwa benda yang ada padanya itu bukan

    miliknya (misalnya ia mengetahui bahwa benda itu berasal dari pencurian) makabezitteryang demikian disebut dengan -bezit Trader trouv"atau bezityang tidak

    jujur (Pasal 532 KUHPdt).

    Baik bezitter yang jujur maupun bezitter yang tidak jujur kedua-duanya

    mendapat perlindungan hukum. Dalam hukum berlaku satu asas, bahwa

    kejujuran itu dianggap selalu ada pada setiap orang, sedangkan

    ketidakjujuran itu harus dibuktikan. Dengan demikian, menurut ketentuan Pasal

    533 mengemukakan bahwa sesuatu bezit itu adalah tidak jujur, maka iawajib

    membuktikannya.

    c. Syarat syarat adanya bezit

    Untuk adanya suatu bezit, haruslah dipenuhi syarat syarat , yaitu :

    1) Adanya Corpus, yaitu harus ada hubungan antara orang yang bersangkutan

    dengan bendanya

    2) Adanya Animus, yaitu hubungan antara orang dengan benda itu harus

    dikehendaki oleh orang tersebut.

    Dengan demikian, untuk adanya bezit harus ada dua unsur yaitu kekuasaan

    atas suatu benda dan kemauan untuk memilikinya benda tersebut. Dalam hal ini,

    bezit harus dibedakan dengan detentie, dimana seseorang menguasai suatu

    benda berdasarkan hubungan hukum tertentu dengan orang lain (pemilik dari

    benda itu). Jadi. Seorang detentor tidak mempunyai kemauan untuk memiliki

    benda itu bagi dirinya sendiri.

    d. Fungsi bezitPada dasarnya, bezit mempunyai dua fungsi, yaitu :

    1) Fungsi polisionil

    Bezit itu mendapat perlindungan hukum tanpa mempersoalkan hak milik atas

    benda tersebut sebenarnya ada pada siapa. Jadi siapa yang membezit sesuatu

    benda, maka ia mendapat perlindungan dari hukum sampai terbukti bahwa ia

    sebenarnya tidak berhak. Dengan demikian , bagi yang merasa haknya

    83

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    5/27

    Bab III, Hukum Benda

    dilanggar, maka ia harus meminta penyelesaiannya melalui polisi atau

    pengadilan. Inilah yang dimaksud dengan fungi polisionil yang ada pada

    setiap bezit.

    2) Fungsi zakkenrectelijkBezitter yang telah membezit suatu benda dan telah berjalan untuk beberapa

    waktu tertentu tanpa adanya proses dari pemilik sebelumnya, maka bezit itu

    berubah menjadi hak milik melalui lembaga verjaring (lewat waktu /

    daluwarsa). Inilah yang dimaksud dengan fungsi zakenrectelijk dan fungsi

    ini tidak ada pada setiap bezit

    e. Cara memperoleh bezit

    Menurut ketentuan Pasal 538 KUHPdt, bezit (kedudukan berkuasa) atas

    sesuatu kebendaan diperoleh dengan cara melakukan perbuatan menarik

    kebendaan itu dalam kekuasaannya, dengan maksud mempertahankannya untuk

    diri sendiri. Menurut ketentuan Pasal 540 KUHPdt, cara-cara memperoleh bezit

    dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

    1) dengan jalan occupation

    Memperoleh bezit jalan dengan occupatio ( pengambilan benda ) artinya ia

    memperoleh bezit tanpa bantuan dari orang yang membezit lebih dahulu. Jadi

    bezit diperoleh karena perbuatannya sendiri yang mengambil barang secara

    langsung.

    2) dengan jalan tradition

    Memperoleh bezit dengan jalan tradition (pengoperan) artinya ialah

    memperoleh bezit dengan bantuan dari orang yang membezit lebih dahulu.

    Jadi bezit diperoleh karena penyerahan dari orang lain yang sudah

    menguasainya terlebih dahulu.

    Di samping dua cara di atas, bezitjuga dapat diperoleh karena adanya

    warisan. Menurut Pasal 541 KUHPdt, bahwa segala sesuatu bezityang merupakan

    bezit dari seorang yang telah meninggal dunia beralih kepada ahli warisnya

    dengan segala sifat dan cacad-cacadnya. Menurut Pasal 593 KUHPdt, orang yang

    sakit ingatan tidak dapat memperoleh bezit, tetapi anak yang belum dewasa dan

    perempuan yang telah menikah dapat memperoleh bezit.

    84

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    6/27

    Bab III, Hukum Benda

    f. Hapusnya Bezit

    Pada dasarnya, orang bisa kehilangan bezit apabila

    1) kekuasaan atas benda itu berpindah pada orang lain, baik secara diserahkan

    maupun karena diambil oleh orang lain2) Benda yang dikuasainya nyata telah ditinggalkan.

    2. Hak Eigendom/Hak Milik

    a. Pengertian Eigendom

    1) Menurut KUHPdt

    Hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan

    leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan

    sepenuhnya, asal tidak bertentangan dengan undang-undang atau peraturan umum

    yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak menetapkannya, dan tidak

    mengganggu hak-hak orang lain; kesemuanya itu dengan tak mengurangi

    kemungkinan akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum berdasar atas

    ketentuan undang-undang dan dengan pembayaran ganti-rugi (Pasal 570

    KUHPdt).

    2) MenurutProf. Subekti, SH

    Eigendom adalah hak yang paling sempurna atas suatu benda. Seseorang yang

    mempunyai hak eigendom (milik) atas suatu benda dapat berbuat apa saja dengan

    benda itu (menjual, menggadaikan, memberikan, bahkan merusak), asal saja ia

    tidak melanggar undang-undang atau hak orang lain.

    3) MenurutProf. Dr. Sri Soedewi Masjchoen So/wan, S.H.,

    Dengan mengacu pada Pasal 570 KUHPdt, hak milik adalah hak untuk menikmati

    suatu benda dengan sepenuhnya dan untuk menguasai benda itu dengan sebebas-

    bebasnya, asal tak dipergunakan bertentangan dengan undang-undang atauperaturan umum yang diadakan oleh kekuasaan yang mempunyai wewenang

    untuk itu dan asal tidak menimbulkan gangguan terhadap hak-hak orang lain;

    kesemuanya itu dengan tak mengurangi kemungkinan adanya pencabutan hak itu

    untuk kepentingan umum, dengan pembayaran pengganti kerugian yang layak dan

    menurut ketentuan undang-undang.

    85

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    7/27

    Bab III, Hukum Benda

    Melihat perumusan di atas dapat disimpulkan, bahwa hak milik adalah hak

    milik adalah hal yang paling utama jika dibandingkan dengan hak hak kebendaan

    yang lain. Karena yang berhak itu dapat menikmatinya dengan sepenuhnya dan

    menguasainya dengan sebebas-bebasnya. Hak milik ini tidak dapat diganggu gugat.

    b. Ciri-ciri hak milik

    Menurut Prof. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, yang merupakan ciri-ciri dari hak

    milik itu ialah:

    1) Hak milik itu selalu merupakan hak induk terhadap hak-hak kebendaan yang lain.

    Sedangkan hak-hak kebendaan yang lainnya yang bersifat terbatas itu

    berkedudukan sebagai hak anak terhadap hak milik.

    2) Hak milik itu ditinjau dari kuantitetnya merupakan hak yang selengkap-

    lengkapnya.

    3) Hak milik itu tetap sifatnya. Artinya, tidak akan lenyap terhadap hak kebendaan

    yang lain. Sedang hak kebendaan yang lain dapat lenyap jika menghadapi hak

    milik.

    4) Hak milik itu mengandung inti (benih) dari semua hak kebendaan yang lain.

    Sedang hak kebendaan yang lain itu hanya merupakan onderdeel (bagian) saja

    dari hak milik. Menurut ketentuan Pasal 574 KUHPdt, tiap pemilik sesuatu benda,

    berhak menuntut kembali bendanya dari siapa saja yang menguasainya

    berdasarkan hak miliknya itu.

    c. Cara memperoleh hak milik

    Menurut Pasal 584 KUHPdt, hak eigendom dapat diperoleh dengan jalan:

    1) Pendahuluan ( toeeigening)

    2) Ikutan

    3) Lewat waktu4) Pewarisan ( erfopvolging), baik menurut undang undang maupun menurut surat

    wasiat

    5) Penyerahan (levering) berdasarkan suatu peristiwa perdata untuk memindahkan

    hak milik, dilakukan oleh seseorang yang berhak berbuat bebas terhadap benda

    itu.

    86

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    8/27

    Bab III, Hukum Benda

    Sedangkan menurut Prof. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, cara memperoleh

    hak milik di luar Pasal 584 KUHPdt yang diatur oleh Undang-Undang adalah:

    1) Penjadian benda (zaaksvorming);

    2) Penarikan buahnya (vruchttrekking);3) Persatuan benda (vereniging);

    4) Pencabutan hak(onteigening);

    5) Perampasan (verbeurdverklaring);

    6) Pencampuran harta {boedelmenging);

    7) Pembubaran dari sebuah badan hukum;

    8) Abandonnement(dijumpai dalam Hukum Perdata Laut - Pasal 663 KUHD)

    d. Memperoleh hak milik dengan lewat waktu (Verjaring)

    Lewat waktu adalah salah satu cara untuk memperoleh hak milik atas suatu benda.

    Lewat waktu (verjaring) ini ada dua macam, yaitu:

    1. Acquisitieve verjaring, yaitu lewat waktu sebagai alat untuk memperoleh hak-hak

    kebendaan (di antaranya hak milik).

    2. Extinctieve verjaring, yaitu lewat waktu sebagai alat untuk dibebaskan dari suatu

    perutangan.

    Untuk memperoleh hak milik dengan lewat waktu (acquisitieve verjaring)

    adalah:1) Harus ada bezitsebagai pemilik;

    2) Bezitnya itu harus te goeder trouw;

    3) Membezitnya itu harus terus-menerus dan tak terputus;

    4) Membezitnya harus tidak terganggu;

    5) Membezitnya harus diketahui oleh umum;

    6) Membezitnya harus selama waktu 20 tahun atau 30 tahun;

    7) 20 tahun dalam hal ada alas hak yang sah, 30 tahun dalam al tidak ada alas hak.

    e. Memperoleh hak milik dengan penyerahan (Levering)

    Menurut Hukum Perdata, yang dimaksud dengan penyerahan ialah penyerahan suatu

    benda oleh pemilik atau atas namanya - kepada orang lain, sehingga orang lain ini

    memperoleh hak milik atas benda itu. Sedangkan menurut Prof. Subekti, per kataan

    penyerahan mempunyai dua arti, yaitu:

    87

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    9/27

    Bab III, Hukum Benda

    1) Perbuatan yang berupa penyerahan kekuasaan belaka (feitelijke levering).

    2) Perbuatan hukum yang bertujuan memindahkan hak milik kepada orang lain

    (juridische levering).

    Jadi dapat disimpulkan, bahwa hak milik atas suatu benda baru beralih kepada orang

    lain, apabila telah terjadi penyerahan bendanya. Tetapi, cara untuk melakukan

    penyerahan atas benda itu dapat dibedakan sesuai dengan sifat benda yang akan

    diserahkan. Menurut Pasal 612 KUHPdt, untuk benda bergerak yang berwujud,

    penyerahan dapat dilakukan dengan cara:

    1) Penyerahan nyata (feitelijke levering).

    2) Penyerahan kunci dari tempat di mana benda itu berada.

    Di samping itu, ada dua bentuk penyerahan lainnya, yaitu:

    1) Traditio brevi manu (penyerahan dengan tangan pendek).

    2) Constitutumpessessorium (penyerahan dengan melanjutkan penguasaan atas

    bendanya).

    Sebaliknya penyerahan atas benda bergerak yang tak berwujud dapat di lakukan

    dengan cara:

    1) Penyerahan dari piutang atas nama, yang dilakukan dengan cessie, yaitu dengancara membuat akta otentik atau akta di bawah tangan (Pasal 613 ayat 1 KUHPdt).

    2) Penyerahan dari surat piutang atas bawa, yang dilakukan dengan penyerahan

    nyata (Pasal 613 ayat 3 KUHPdt).

    3) Penyerahan dari piutang atas pengganti, yang dilakukan dengan penyerahan surat

    disertai dengan endosemen (Pasal 613 ayat 3 KUHPdt).

    Penyerahan terhadap benda tidak bergerak dilakukan dengan cara balik nama.

    Menurut Prof. Subekti, pemindahan hak milik atas benda yang tak bergerak ini tidak

    cukup dilaksanakan dengan pengoperan kekuasaan belaka, melainkan harus pula

    dibuat suatu surat penyerahan ("akte van transport") yang harus dikutip dalam daftar

    eigendom. Sebaliknya, terhadap benda yang bergerak, levering lazimnya berupa

    penyerahan dari tangan ke tangan.

    Menurut Prof. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, untuk sah-nya penyerahan itu

    harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu:

    88

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    10/27

    Bab III, Hukum Benda

    a. Harus ada perjanjian yangzakelijk.

    b. Harus ada titel (alas hak).

    c. Harus dilakukan oleh orang yang berwenang menguasai benda-benda tadi (orang

    yang beschikkingsbevoegd).d. Harus ada penyerahan nyata.

    Menurut sistem KUHPer, suatu pemindahan hak terdiri atas dua macam,

    yaitu:

    1) Perjanjian obligatoir ialah perjanjian yang bertujuan memindahkan hak,

    misalnya: perjanjian jual-beli, dan sebagainya.

    2) Perjanjian zakelijk ialah perjanjian yang menyebabkan pindahnya hak-hak

    kebendaan, misalnya: hak milik, bezit, dan sebagainya.

    Selanjutnya mengenai sah atau tidaknya suatu penyerahan itu dapat dilihat

    dari dua pendapat di bawah ini:

    1) Menurut Causaal Stelsel,

    Sah atau tidaknya suatu pemindahan hak milik itu digantungkan pada sah atau

    tidaknya perjanjian obligatoir, misalnya: perjanjian jual-beli atau perjanjian

    schenking, dan sebagainya. Jadi dengan kata lain, untuk sahnya penyerahan itu,

    diperlukan titel yang nyata.

    2) MenurutAbstract Stelsel

    Untuk sah atau tidaknya suatu pemindahan hak milik itu tidak digantungkan pada

    sah atau tidaknya perjanjian obligatoir. Jadi dengan kata lain, untuk sahnya

    penyerahan itu, tidak perlu adanya titel yang nyata dan cukup asal ada titel

    anggapan saja.

    f. Hak milik bersama (Medeeigendom)

    Biasanya, sebuah benda hanya dimiliki oleh seorang pemilik. Tetapi ada

    kemungkinan lain, bahwa benda itu dapat dimiliki oleh dua orang atau lebih. Kalau

    benda itu dimiliki oleh lebih dari seorang, maka hak ini disebut dengan hak milik

    89

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    11/27

    Bab III, Hukum Benda

    bersama atas sesuatu benda. Mengenai hak milik bersama ini menurut KUHPdt dapat

    dibagi menjadi dua macam , yaitu :

    1) Hak milik bersama yang bebas

    2) Hak milik bersama yang terikat

    g. Hapusnya hak milik

    Pada dasarnya seseorang yang dapat kehilangan hal miliknya apabila :

    1) seseorang memperoleh hak milik itu melalui salah satu cara untuk memperoleh

    hak milik

    2) Binasanya benda itu

    3) Pemilik hak milik (eigenaar) melepaskan benda itu

    3. Hak Servituut

    a. Pengertian hak servituut

    1) MenurutKUHPdt,

    Hakservituut disebut juga dengan pengabdian pekarangan, yaitu suatu beban

    yang diberikan kepada pekarangan milik orang yang satu, untuk digunakan bagi

    dan demi kemanfaatan pekarangan milik orang yang lain (Pasal 674 ayat 1

    KUHPdt).

    2) MenurutProf. Subekti, S.H.,

    Yang dimaksud dengan "erfdienstbaarheitf atau "ser-vituut" ialah suatu beban

    yang diletakkan di atas suatu pekarangan untuk keperluan suatu pekarangan lain

    yang berbatasan. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa hakservituutatau

    hak pekarangan adalah suatu beban yang diletakkan di atas suatu pekarangan

    untuk keperluan suatu pekarangan lain.

    b. Macam-macam hak pekaranganMenurut Pasal 677-678 KUHPer, hak pekarangan (servituut) ini dapat dibedakan :

    1) Hak pekarangan abadi, yaitu hak tersebut dapat dilangsung-kan secara terus-

    menerus, tanpa bantuan orang lain atau manusia, misalnya: hak mengalirkan air,

    hak atas peman-dangan ke luar, dan sebagainya.

    90

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    12/27

    Bab III, Hukum Benda

    2) Hak pekarangan tak abadi, yaitu hak tersebut dalam peng-gunaannya memerlukan

    sesuatu perbuatan manusia, misalnya: hak melintas pekarangan, hak mengambil

    air, dan sebagainya.

    3) Hak pekarangan yang nampak, yaitu hak terhadap suatu benda yang nampak,misalnya: pintu, jendela, pipa air, dan sebagainya.

    4) Hak pekarangan yang tak nampak, yaitu hak terhadap tanda-tanda yang tak

    nampak, misalnya: larangan untuk mendirikan bangunan di sebuah pekarangan.

    c. Syarat-syarat hak pekaranganHak pekarangan (servituut)baru dianggap sah, apabila telah memenuhi syarat-syarat

    sebagai berikut :

    1) Harus ada dua halaman, yang letaknya saling berdekatan, dibangun atau tidak

    dibangun dan yang dimiliki oleh berbagai pihak.

    2) Kemanfaatan dari hak pekarangan itu harus dapat dinikmati atau dapat berguna

    bagi berbagai pihak yang memiliki halaman tadi.

    3) Hak pekarangan harus bertujuan untuk meninggalkan kemanfaatan dari halaman

    penguasa.

    4) Beban yang diberatkan itu harus senantiasa bersifat menanggung sesuatu.

    5) Kewajiban-kewajiban yang timbul dalam hak pekarangan itu hanya dapat ada

    dalam hal membolehkan sesuatu, atau tidak membolehkan sesuatu.

    d. Timbulnya hak pekarangan

    Menurut Pasal 695 KUHPdt, hak pekarangan timbul karena:

    1) Suatu perbuatan perdata.

    2) Lewatwaktu.

    e. Hapusnya hak pekarangan

    Hak pekarangan hapus karena:

    1) Kedua pekarangan itu jatuh ke tangan satu orang (Pasal 706 KUHPdt).

    2) Selama 30 tahun berturut-turut tidak dipergunakan (Pasal 707 KUHPdt).

    4. Hak Opstal

    a. Pengertian hak opstal

    91

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    13/27

    Bab III, Hukum Benda

    Prof. Subekti mengutarakan pendapatnya tentang pengertian hak opstal dengan

    mengacu pada Pasal 711 KUHPdt, yaitu adalah suatu hak untuk memiliki bangunan-

    bangunan atau tanaman-tanaman di atas tanahnya orang lain. Sebaliknya menurut

    Pasal 711 KUHPdt, hak opstal disebut juga dengan hak numpang-karang, yaituadalah suatu hak kebendaan untuk mempunyai gedung-gedung, bangunan-bangunan

    dan penanaman di atas pekarangan orang lain. Dengan demikian dapat disimpulkan,

    bahwa yang dimaksud dengan hak opstal adalah hak untuk memiliki bangunan-

    bangunan atau tanaman di atas tanah orang lain.

    Hakopstalini dapat dipindahkan pada orang lain atau dapat dipakai sebagai

    hipotik dan atau hak tanggungan, di mana hak ini diperoleh karena perbuatan perdata

    (Pasal 713 KUHPdt).

    b. Hapusnya hak opstal

    Menurut Pasal 718-719 KUHPdt, hakopstaldapat hapus karena:

    1) Hak opstal jatuh ke dalam satu tangan.

    2) Musnahnya pekarangan.

    3) Selama 30 tahun tidak dipergunakan.

    4) Waktu yang diperjanjikan telah lampau.

    5) Diakhiri oleh pemilik tanah. Pengakhiran ini hanya dapat dilakukan setelah hak

    tersebut paling sedikit sudah dipergunakan selama 30 tahun, dan harus didahului

    dengan suatu pemberitahuan paling sedikit 1 tahun sebelumnya.

    5. Hak Erfpacht

    a. Pengertian hak erfpacht

    Menurut Pasal 720 ayat (1) KUHPdt itu sendiri adalah suatu hak kebendaan untuk

    menikmati sepenuhnya akan kegunaan suatu barang tak bergerak milik orang lain,

    dengan kewajiban akan membayar upeti tahunan kepada si pemilik sebagaipengakuan akan kepemilikannya, baik berupa uang, baik berupa hasil atau

    pendapatan. Prof. Subekti mengutarakan pendapat-nya tentang pengertian hak

    erfpachtdengan mengacu pada Pasal 720 KUHPer, yaitu suatu hak kebendaan untuk

    menarik penghasilan seluas-luasnya untuk waktu yang lama dari sebidang tanah milik

    orang lain dengan kewajiban membayar sejumlah uang atau penghasilan tiap-tiap

    tahun, yang dinamakan "pachfatau "canon".

    92

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    14/27

    Bab III, Hukum Benda

    Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan hak

    erfpacht(hak guna usaha) adalah hak kebendaan untuk menikmati sepenuhnya untuk

    waktu yang lama dari sebidang tanah milik orang lain, dengan kewajiban membayar

    sejumlah uang atau penghasilan tiap-tiap tahun. Hak erfpacht ini dapat juga dijualatau dipakai sebagai jaminan hutang (hipotik).

    b. Berakhirnya hak erfpacht

    Hak erfpacht ini berpindah pada para ahli warisnya apabila orang yang

    mempunyai hak meninggal. Sama seperti berakhirnya hak opstal, maka menurut

    Pasal 736 KUHPdt, hakerfpachtini dapat hapus karena :

    1) Hak opstal jatuh ke dalam satu tangan.

    2) Musnahnya pekarangan.

    3) Selama 30 tahun tidak dipergunakan.

    4) Waktu yang diperjanjikan telah lampau.

    5) Diakhiri oleh pemilik tanah.

    6. Hak Pakai Hasil

    a. Pengertian hak pakai hasil

    1) MenurutKUHPdt,

    Hak pakai hasil adalah suatu hak kebendaan, dengan mana seorang diperbolehkan

    menarik segala hasil dari sesuatu kebendaan milik orang lain, seolah-olah dia

    sendiri pemilik kebendaan itu, dengan kewajiban memeliharanya sebaik-baiknya

    (Pasal 756 KUHPdt).

    2) MenurutProf. Subekti, S.H.,

    Dengan mengacu pada Pasal 756 KUHPdt, vruchtgebruik adalah suatu hak

    kebendaan untuk menarik penghasilan dari suatu benda orang lain, seolah-olah

    benda itu kepunyaannya sendiri, dengan kewajiban menjaga supaya bendatersebut tetap dalam keadaannya semula.

    3) MenurutProf. Dr. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, S.H.,

    Dengan mengacu pada Pasal 756 KUHPdt, hak memungut hasil ialah suatu hak

    untuk memungut hasil dari barang orang lain seolah-olah seperti eigenaardengan

    kewajiban untuk memelihara barang itu supaya tetap adanya.

    93

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    15/27

    Bab III, Hukum Benda

    Dari uraian isi pasal 756 KUHPdt ini tampaklah, bahwa hak memungut hasil

    (yruchtgebruik) tidak hanya memberikan hak untuk menarik penghasilan saja,

    melainkan juga hak untuk memakai benda itu.

    b. Cara memperoleh hak pakai hasil

    Menurut Pasal 759 KUHPdt, hak pakai hasil ini diperoleh karena:

    1) Undang-undang.

    2) Kehendak si pemilik.

    c. Kewajiban si pemakai hasil

    Menurut ketentuan Pasal 783-784 KUHPdt, kewajiban-kewajiban daripada orang

    yang mempunyai hak pakai hasil (vruchtgebruiker) adalah sebagai berikut:

    1) Membuat catatan/daftar pada waktu ia menerima haknya.

    2) Menanggung segala biaya pemeliharaan dan perbaikan yang biasa.

    3) Memelihara benda itu sebaik-baiknya dan menyerahkannya dalam keadaan yang

    baik apabila hak itu berakhir. Apabila ia melalaikan kewajibannya tersebut, maka

    ia dapat dituntut untuk mengganti kerugian.

    d. Hapusnya hak pakai hasil

    Menurut Pasal 807 KUHPdt, hak pakai hasil (hak memungut hasil) hapus karena:1) Meninggalnya si pemakai.

    2) Tenggang waktu yang diberikan telah lewat waktu atau telah terpenuhkan.

    3) Percampuran, yaitu apabila hak milik dan hak pakai hasil berada di tangan satu

    orang.

    4) Pelepasan hak oleh si pemakai kepada pemilik.

    5) Kadaluwarsa, yaitu apabila si pemakai selama 30 tahun tak mempergunakan

    haknya.

    6) Musnahnya benda itu seluruhnya.

    7. Hak Gadai

    a. Pengertian hak gadai

    1) MenurutKUHPdt

    94

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    16/27

    Bab III, Hukum Benda

    Gadai adalah suatu hak kebendaan yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu

    barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh

    seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang

    itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripadaorang-orang berpiutang lainnya; dengan kekecualian biaya untuk melelang barang

    tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah

    barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan (Pasal 1150

    KUHPdt).

    2) MenurutProf. Subekti, S.H.,

    Dengan mengacu pada Pasal 1150 KUHPdt, pandrecht adalah suatu hak

    kebendaan atas suatu benda yang bergerak kepunyaan orang lain, yang semata-

    mata diperjanjikan dengan menyerahkan bezitatas benda tersebut, dengan tujuan

    untuk mengambil pelunasan suatu hutang dari pendapatan penjualan benda itu,

    lebih dahulu dari penagih-penagih lainnya.

    3) MenurutProf. Dr. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, S.H.,

    Gadai ialah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak, yang

    diberikan kepadanya oleh debitur atau orang lain atas namanya untuk menjamin

    suatu utang, dan yang memberikan kewenangan kepada kreditur untuk mendapat

    pelunasan dari barang tersebut lebih dahulu dari kreditur-kreditur lainnya,

    terkecuali biaya-biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah

    dikeluarkan untuk memelihara benda itu, biaya-biaya mana harus didahulukan.

    b. Sifat-sifat hak gadai

    Hak gadai ini bersifat accessoir, yaitu merupakan tambahan saja dari perjanjian

    pokok yang berupa perjanjian pinjaman uang. Ini dimaksudkan untuk menjaga jangan

    sampai si ber-utang itu lalai membayar kembali utangnya. Menurut Pasal 1160

    KUHPdt, hak gadai ini tidak dapat dibagi-bagi. Artinya, se-bagian hak gadai itu tidak

    menjadi hapus dengan dibayarnya sebagian dari utang. Gadai tetap meletak atas

    seluruh benda-nya.

    c. Syarat-syarat timbulnya hak gadai

    95

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    17/27

    Bab III, Hukum Benda

    Hak gadai lahir dengan penyerahan kekuasaan atas barang yang dijadikan tanggungan

    pada pemegang gadai. Hak atas barang gadai ini dapat pula ditaruh di bawah

    kekuasaan seorang pihak ketiga atas persetujuan kedua belah pihak yang

    berkepentingan (Pasal 1152 ayat 1 KUHPdt). Selanjutnya menurut Pasal 1152 ayat(2) KUHPdt, gadai tidak sah jika bendanya dibiarkan tetap berada dalam kekuasaan si

    pemberi gadai (si berutang).

    d. Obyek hak gadai

    Yang dapat dijadikan obyek dari hak gadai ialah semua benda yang bergerak, yaitu:

    1) Benda bergerak yang berwujud.

    2) Benda bergerak yang tak berwujud, yaitu berupa pelbagai hak untuk mendapatkan

    pembayaran utang, yaitu yang berwujud:

    a) Surat-surat piutang atas pembawa.

    b) Surat-surat piutang atas tunjuk.

    c) Surat-surat piutang atas nama.

    e. Hak si pemegang hak gadai

    Hak-hak dari si pemegang hak gadai adalah sebagai berikut:

    1) Si pemegang gadai berhak untuk menggadaikan lagi barang gadai itu, apabila hak

    itu sudah menjadi kebiasaan, seperti halnya dengan penggadaian surat-surat sero

    atau obligasi (Pasal 1155 KUHPdt).

    2) Apabila si pemberi gadai (si berutang) melakukan wanprestasi, maka si pemegang

    gadai (si berpiutang) berhak untuk menjual barang yang digadaikan itu; dan

    kemudian mengambil pelunasan utang dari hasil penjualan barang itu. Penjualan

    barang itu dapat dilakukan sendiri atau dapat juga meminta perantaraan hakim

    (Pasal 1156 ayat 1 KUHPdt).

    3) Si pemegang gadai berhak untuk mendapatkan ganti biaya-biaya yang telah iakeluarkan untuk menyelamatkan barang yang digadaikan itu (Pasal 1157 ayat 2).

    4) Si pemegang gadai berhak untuk menahan barang yang digadaikan sampai pada

    waktu utang dilunasi, baik yang mengenai jumlah pokok maupun bunga (Pasal

    1159 ayat 1 KUHPer).

    f. Kewajiban si pemegang gadai

    96

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    18/27

    Bab III, Hukum Benda

    Seorang pemegang gadai mempunyai kewajiban-kewajiban sebagai berikut:

    1) Si pemegang gadai wajib memberitahukan pada orang yang berutang apabila ia

    hendak menjual barang gadainya (Pasal 1156 ayat 2 KUHPdt).

    2) Si pemegang gadai bertanggung jawab atas hilangnya atau merosotnya hargabarang yang digadaikan, jika itu semua terjadi karena kelalaiannya (Pasal 1157

    ayat 1 KUHPdt).

    3) Si pemegang gadai harus memberikan perhitungan ten-tang pendapatan penjualan

    itu dan setelah ia mengambil pelunasan utangnya, maka ia harus menyerahkan

    kelebihannya pada si berutang (Pasal 1158 KUHPdt).

    4) Si pemegang gadai harus mengembalikan barang gadai, apabila utang pokok,

    bunga dan biaya untuk menyelamatkan barang gadai telah dibayar lunas (Pasal

    1159 KUHPdt). Apabila si pemberi gadai (si beutang) tidak memenuhi

    kewajiban-kewajibannya, maka tak diperkenankanlah si berpiutang memiliki

    barang yang digadaikan. Segala janji yang bertentangan dengan ini adalah batal

    (Pasal 1154 ).

    g. Hapusnya hak gadai

    Pada dasarnya, hak gadai dapat hapus karena:

    1) Seluruh utangnya sudah dibayar lunas.

    2) Barang gadai hilang/musnah.

    3) Barang gadai ke luar dari kekuasaan si penerima gadai.

    4) Barang gadai dilepaskan secara sukarela.

    8. Hak Hipotik

    a. Pengertian hipotik

    1) MenurutKUHPdt,

    Hipotik adalah suatu hak kebendaan atas benda-benda tak bergerak, untukmengambil penggantian daripadanya bagi pelunasan suatu perikatan (Pasal 1162).

    2) MenurutProf. Subekti, S.H.,

    Dengan mengacu dari Pasal 1162 KUHPdt, hipotik adalah suatu hak kebendaan

    atas suatu benda tak bergerak, bertujuan untuk mengambil pelunasan suatu utang

    dari (pendapatan penjualan) benda itu.

    3) MenurutProf. Dr. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, S.H.,

    97

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    19/27

    Bab III, Hukum Benda

    Dengan mengacu pada Pasal 1162 KUHPdt, hipotik adalah suatu hak kebendaan

    atas benda tak bergerak, untuk mengambil penggantian daripadanya bagi

    pelunasan suatu perutangan {verbintenis).

    b. Sifat dari hipotik

    Sama seperti halnya dengan hak gadai, hipotik sifatnya adalah accessoir, yaitu

    adanya tergantung pada perjanjian pokok. Pada dasarnya, hipotik mempunyai sifat-

    sifat sebagai berikut:

    1) Hipotik lebih didahulukan pemenuhannya dari piutang yang lain atau droit

    depreference (Pasal 1133 KUHPdt).

    2) Hipotik itu tak dapat dibagi-bagi dan meletak di atas seluruh benda yang menjadi

    obyeknya (Pasal 1163 ayat 1 KUHPdt).

    3) Hak hipotik itu senantiasa mengikuti bendanya dalam tang-an siapa benda itu

    berada atau droit de suite (Pasal 1163 ayat 2 KUHPdt).

    4) Obyek hipotik adalah benda-benda tetap, yaitu yang dapat dipakai sebagai

    jaminan adalah benda-benda tetap, baik yang berwujud maupun yang berupa hak-

    hak atas tanah (Pasal 1164 KUHPdt).

    5) Hak hipotik hanya berisi hak untuk pelunasan utang saja dan tidak mengandung

    hak untuk menguasai/memiliki bendanya.

    c. Subyek dan obyek hipotik

    Suatu hipotik hanya dapat diberikan oleh pemilik benda itu (Pasal 1168 KUHPdt).

    Sedangkan yang dapat dijadikan obyek hipotik adalah benda yang tak bergerak.

    Menurut Pasal 1164 KUHPdt, yang dapat dibebani dengan hipotik adalah:

    1) Benda-benda tak bergerak.

    2) Hak pakai hasil atas benda tersebut.

    3) Hak opstaldan hakerfpacht.4) Bunga tanah.

    5) Bunga sepersepuluh.

    6) Pasar-pasar yang diakui oleh Pemerintah beserta hak istimewa yang melekat

    padanya.

    Di luar Pasal 1164 KUHPer yang dapat dibebani hipotik ialah

    98

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    20/27

    Bab III, Hukum Benda

    1) Bagian yang tak dapat dibagi-bagi dalam benda tak bergerak yang merupakan hak

    milik bersama (hak milik bersama yang bebas). f 2) Kapal (diatur dalam KUHD).

    Selanjutnya menurut Pasal 1167 KUHPdt, benda bergerak tidak dapat dibebani

    dengan hipotik.

    d. Syarat-syarat hipotik

    Cara untuk mengadakan hipotik harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu:

    1) Harus dengan akta notaris, kecuali dalam hal-hal yang dengan tegas ditunjuk

    undang-undang (Pasal 1171 KUHPdt).

    2) Harus didaftarkan ke Kantor Balik Nama (Pasal 1179 KUHPdt).

    e. Asas-asas hipotik

    Menurut Prof. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, ada dua asas dalam hipotik, yaitu:

    1) Asaspubliciteit

    Yaitu asas yang mengharuskan bahwa hipotik itu harus didaftarkan pada pegawai

    pembalikan nama, yaitu pada kantor kadaster. Yang didaftarkan ialah akte dari

    hipotik itu.

    2) Asasspecialiteit

    Yaitu asas yang menghendaki, bahwa hipotik hanya dapat diadakan atas benda-

    benda yang ditunjukkan secara khusus untuk dipakai sebagai tanggungan.

    f. Hapusnya hipotik

    Menurut Pasal 1209 KUHPdt, hak hipotik dapat hapus karena:

    1) Hapusnya perikatan pokoknya.

    2) Si berpiutang melepaskan hipotiknya.

    3) Penetapan tingkat oleh hakim.

    g. Perbedaan antara gadai dan hipotik

    Pada dasarnya, antara gadai dengan hipotik terdapat perbedaan, yaitu antara lain:

    1) Pada gadai, benda jaminannya adalah benda bergerak, sedangkan pada hipotik

    adalah benda tak bergerak.

    2) Gadai harus disertai dengan penyerahan kekuasaan atas benda yang dijadikan

    gadai, sedangkan pada hipotik syarat yang demikian tidak ada.

    99

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    21/27

    Bab III, Hukum Benda

    3) Perjanjian gadai dapat dibuat secara bebas dan tidak terikat pada bentuk tertentu,

    sedangkan pada perjanjian hipotik harus dibuat dengan akte otentik.

    4) Pada gadai, lazimnya benda jaminan hanya digadaikan satu kali, sedangkan pada

    hipotik, benda yang dipakai sebagai jaminan dapat dihipotikkan lebih dari satukali.

    Dari penguraian tentang hipotik ini, jika dikaitkan dengan pembebanannya atas

    tanah dan benda-benda yang ada di atas tanah, sejak berlakunya Undang-undang Hak

    Tanggungan No. 4 Tahun 1996, dinyatakan tidak berlaku lagi ketentuan yang mengatur

    tentang hipotik tersebut yang terdapat dalam KUHPdt, kecuali seperti pesawat terbang

    dan kapal laut, dapat dipedomani ketentuan KUHPdt tersebut.

    9. Hak Istimewa (Privilege)

    a. Pengaturan privilege

    Pada dasarnya banyak yang tidak setuju apabWa privilege di-atur dalam Buku

    II KUHPdt. Menurut mereka, privilegebu-kan merupakan hak kebendaan dan hanya

    merupakan hak untuk lebih mendahulukan dalam pelunasan/pembayaran piutangnya.

    Lebih lanjut menurut mereka, privilege sebaiknya bisa diatur di luar KUHPer atau

    diatur dalam hukum acara perdata (dalam hal pelelangan dan kepailitan).

    Menurut Prof. Subekti, meskipun privilege mempunyai sifat-sifat yang

    menyerupai pand dan hypotheek, tetapi kita belum dapat menamakannya suatu hak

    kebendaan, karena privilege itu barulah timbul apabila suatu kekayaan yang telah

    disita ternyata tidak cukup untuk melunasi semua utang dan karena privilege itu tidak

    memberikan sesuatu kekuasaan terhadap suatu benda.

    Sedangkan menurut Prof. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, karena privilege

    ini sekalipun bukan merupakan hak kebendaan dalam satu dua hal mempunyai sifat

    kebendaan juga, dalam satu dua hal menunjukkan sifat droit de suite. Privilege inisedikit banyak memberikan jaminan juga, oleh karena itu, maka menurut sistem

    hukum KUHPdt, privilege ini diatur bersama dengan pengaturan pand dan hipotik.

    Lebih lanjut menurut beliau, privilege bukan jaminan yang bersifat kebendaan dan

    bukan jaminan yang bersifat perorangan, tetapi memberi jaminan juga. Privilege

    adalah hak terhadap benda, yaitu terhadap benda debitur. Jika perlu benda itu dapat

    dilelang untuk melunasi piutangnya. Sedangkan hak kebendaan itu adalah hak atas

    100

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    22/27

    Bab III, Hukum Benda

    sesuatu benda. Jadi, adanya privilege itu diberikan oleh undang-undang, bukan

    diperjanjikan seperti gadai dan hipotik. Sedangkan menurut Pasal 1134 ayat (2)

    KUHPdt, gadai dan hipotik mempunyai kedudukan yang lebih tinggi darfpada hak

    istimewa, kecuali dalam hal-hal di mana oleh undang-undang ditentukan sebaliknya.

    b. Pengertian hak istimewa

    1) MenurutKUHPer,

    Hak istimewa ialah suatu hak yang oleh undang-undang diberikan kepada seorang

    berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada orang berpiutang lainnya,

    semata-mata berdasarkan sifatnya piutang (Pasal 1134 ayat 1 KUHPdt).

    2) MenurutProf. Subekti, S.H.,

    Dengan mengacu pada Pasal 1134 ayat (1) KUHPdt, yang dimaksudkan dengan

    privilege ialah suatu kedudukan istimewa dari seorang penagih yang diberikan

    oleh undang-undang melulu berdasarkan sifat piutang.

    3) Menurut Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, S.H., Dengan mengacu pada

    Pasal 1134 ayat (1) KUHPdt, privilege adalah suatu hak yang diberikan oleh

    undang-undang kepada kreditur yang satu di atas kreditur lainnya semata-mata

    berdasarkan sifat dari piutangnya.

    c. Macam-macam privilege

    Menurut undang-undang,privilege ini ada 2 (dua) macam, yaitu:

    1) Privilege khusus

    Adalah piutang-piutang yang diistimewakan terhadap benda-benda tertentu (Pasal

    1139 KUHPdt).

    2) Privilege umum

    Adalah piutang-piutang yang diistimewakan terhadap semua harta benda (Pasal

    1149 KUHPdt).Menurut ketentuan Pasal 1138 KUHPdt, privilege yang khusus ini

    didahulukan dariipada privilege yang umum.

    10. Hak Reklame

    Hak reklame ini diatur dalam Pasal 1145-1146a KUHPdt dan . dalam KUHD

    (Pasal 230 dan seterusnya). Yang dimaksud dengan . hak reklame adalah hak yang

    101

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    23/27

    Bab III, Hukum Benda

    diberikan kepada si penjual untuk meminta kembali barangnya yang telah diterima oleh si

    pembeli ' setelah pembeli membayar tunai. Jadi, jikalau penjualan telah dilakukan dengan

    tunai, maka si penjual mempunyai kekuasaan menuntut kembali barang-barangnya,

    selama barang-barang ini masih berada di tangan si pembeli, asal saja penuntutankembali ini dilakukan dalam jangka waktu 30 hari setelah penyerahan barang kepada si

    pembeli (Pasal 1145 ayat 1 KUHPdt).

    Menurut undang-undang, hak si penjual ini gugur/tidak dapat dilaksanakan

    apabila:

    1) Barang-barang yang telah diterima pembeli, ternyata telah disewakan (Pasal 1146).

    2) Barang-barang tersebut oleh pembeli telah dibeli pihak ketiga dengan itikad baik dan

    telah diserahkan kepada pihak ketiga tersebut (Pasal 1146a KUHPdt).

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa hak reklame ini mempunyai unsur

    yang dimiliki dalam hak kebendaan, yaitu ;memberikan kekuasaan langsung pada

    bendanya dan dapat dipertahankan terhadap siapa pun juga. Oleh karena hak reklame ini

    ada miripnya dengan hak kebendaan, maka ia diatur dalam Buku II KUHPdt.

    11. Hak Retentie

    Hak retentie ini juga diatur dalam Buku II KUHPdt, karena mengandung

    persamaan dengan gadai. Hak retentie ini juga memberikan jaminan dan juga bersifat

    accessoir. Menurut Prof. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, yang dimaksud dengan hak

    retentie adalah hak untuk menahan sesuatu benda, sampai suatu piutang yang bertalian

    dengan benda itu dilunasi. Sedangkan menurut H.F.A. Vollmar, hak menahan (hak

    retentie) adalah hak untuk tetap memegang benda milik orang lain sampai piutang si

    pemegang mengenai benda tersebuttelah lunas. Hak retentie ini mempunyai sifat yang tak

    dapat dibagi-bagi. Artinya, pembayaran atas sebagian utang saja, tidak berarti ha-pusnya

    hak retentie (harus mengembalikan sebagian dari barang yang ditahan). Hak retentie

    hapus apabila seluruh utang telah dibayar lunas.

    12. Hak Kebendaan Menurut Undang-Undang Pokok Agraria

    Menurut Pasal 16 Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960, hak-hak

    atas tanah adalah sebagai berikut:

    a. Hak milik

    102

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    24/27

    Bab III, Hukum Benda

    Adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas

    tanah, dengan mengingat semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial (Pasal 20

    ayat 1 UUPA).

    b. Hak guna usaha

    Adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh negara, dalam

    jangka waktu paling lama 25 tahun, guna perusahaan pertanian, perikanan atau

    peternakan (Pasal 28 ayat 1 UUPA).

    c. Hak guna bangunan

    Adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang

    bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun (Pasal 35 ayat 1

    UUPA).

    d. Hak pakai

    Adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai

    langsung oleh negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan

    kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang

    berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanah nya, yang

    bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu

    asal tidak bertentangan dengan jiwa dan undang-undang ini (Pasal41ayat 1 UUPA).

    e. Hak sewa untuk bangunan

    Adalah hak seseorang atau suatu badan hukum mempergunakan tanah milik orang

    lain untuk keperluan bangunan, dengan membayar kepada pemiliknya sejumlah uang

    sebagai sewa (Pasal 44 ayat 1 UUPA).

    f. Hak membuka hutan dan memungut hasil hutan

    Adalah hak membuka tanah dan memungut hasil hutan yang hanya dapat dipunyai

    oleh warganegara Indonesia. Dengan mempergunakan hak memungut hasil hutan

    secara sah, tidak dengan sendirinya diperoleh hak milik atas tanah itu (Pasal 46

    UUPA).

    g. Hak guna air, pemeliharaan dan penangkapan ikan

    103

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    25/27

    Bab III, Hukum Benda

    Adalah hak memperoleh air untuk keperluan tertentu dan/atau mengalirkan air itu di

    atas tanah orang lain (Pasal 47 ayat 1 UUPA).

    h. Hak guna ruang angkasa

    Adalah hak untuk mempergunakan tenaga dan unsur-unsur dalam ruang angkasa,

    guna memelihara, memperkembangkan kesuburan bumi, air, dan kekayaan alam yang

    terkandung di dalamnya dan hal lainnya yang bersangkutan dengan itu (Pasal 48 (1).

    i. Hak-hak tanah untuk keperluan suci dan sosial

    Adalah hak milik tanah badan-badan keagamaan dan sosial sepanjang dipergunakan

    untuk usaha dalam bidang keagamaan dan sosial diakui dan dilindungi. Badan-badan

    tersebut dijamin pula akan memperoleh tanah yang cukup untuk bangunan dan

    usahanya dalam bidang keagamaan dan sosial (Pasal 49 ayat 1 UUPA).

    13. Hak Tanggungan Menurut Undang-Undang Hak Tanggungan

    a. Pengertian hak tanggungan

    Mengenai hak tanggungan ini diatur dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1996

    tentang "hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan

    tanah" dan disingkat dengan Undang-Undang Hak Tanggungan (UUHT). Maksud

    hak tanggungan adalah hak jaminan atas tanah yang dibebankan pada hak atas tanah,

    berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan

    tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu yang memberikan kedudukan yang

    diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur yang lain (Pasal 1

    angka 1 UUHT).

    Kehadiran Undang-Undang Hak Tanggungan ini adalah bertujuan untuk:

    1) Menuntaskan unifikasi tanah nasional, dengan menyatakan tidak berlaku lagi

    ketentuan Hipotik dan Credietverband (Pasal 29 UUHT).2) Menyatakan berlakunya UUHT dan Hak Tanggungan dinyatakan sebagai satu-

    satunya hak jaminan atas tanah. Oleh karena itu, tidak berlaku lagi Fidusia

    sebagai hak jaminan atas tanah.

    b. Sifat-sifat hak tanggungan

    Pada dasarnya, hak tanggungan ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

    104

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    26/27

    Bab III, Hukum Benda

    1) Kreditur pemegang hak tanggungan diutamakan (droit de preference) daripada

    kreditur-kreditur lainnya dalam rangka pelunasan atas piutangnya (Pasal 1 angka

    1 UUHT).

    2) Tidak dapat dibagi-bagi, kecuali jika diperjanjikan oleh kreditur dan debitur

    dilaksanakan roya partial(Pasal 2 UUHT).

    3) Obyek hak tanggungan dapat dibebani lebih dari satu hak tanggungan (Pasal 5

    UUHT).

    4) Hak tanggungan tetap mengikuti obyeknya ditangan siapa pun obyek tersebut

    berada (Pasal 7 UUHT).

    5) Hak tanggungan hanya dapat diberikan oleh yang berwenang atau yang berhak

    atas obyek hak tanggungan yang bersangkutan (Pasal 8 ayat 2 UUHT).

    6) Hak tanggungan dapat beralih kepada kreditur lain apabila perjanjian kreditnya

    dipindahkan kepada kreditur yang bersangkutan karena cessie atau subrograsi

    (Pasal 16 UUHT).

    7) Pemegang hak tanggungan tetap berwenang melakukan segala hak yang

    diperolehnya menurut UUHT, apabila pemberi hak Tanggungan dinyatakan pailit

    (Pasal 24 UUHT).

    c. Obyek hak tanggungan

    Menurut Pasal 4 UUHT, obyek dari hak tanggungan adalah sebagai berikut:

    1) Hak Milik (Pasal 25 UUPA), Hak Guna Usaha (Pasal 33 UUPA), dan Hak Guna

    Bangunan (Pasal 39 UUPA).

    2) Hak Pakai atas tanah Negara, yang memenuhi syarat sebagai berikut:

    a) Bersertifikat

    b) Dapat diperjual-belikan

    3) Bangunan Rumah Susun dan Hak Milik Atas Satuan Riimah Susun, yang berdiri

    di atas tanah Hak Milik, Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai yang diberikan oleh

    Negara (UU No. 16/1985 tentang Rumah Susun).

    Pemberi dan pemegang hak tanggungan Pemberi hak tanggungan adalah

    orang atau badan hukum yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan

    hukum terhadap obyek Hak Tanggungan yang bersangkutan (Pasal 8 ayat 1 UUHT).

    Sedangkan pemegang hak tanggungan adalah orang atau badan hukum yang

    berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang (kreditur). Sebagai pemegang hak

    tanggungan, dapat berstatus Warganegara Indonesia, Badan Hukum Indonesia,

    105

  • 7/30/2019 Bab 2 Hukum Benda1

    27/27

    Bab III, Hukum Benda

    Wargane-gara Asing atau Badan Hukum Asing, baik yang berkedudukan di Indonesia

    maupun di luar negeri, sepanjang kredit yang bersangkutan dipergunakan untuk

    kepentingan pembangunan di wilayah negara Republik Indonesia (Pasal 9 UUHT).

    d. Lahirnya hak tanggungan

    Hak tanggungan lahir sejak tanggal hari ketujuh (hari kerja ketujuh), setelah

    penerimaan secara lengkap surat-surat yang diperlukan bagi pendaftaran hak

    tanggungan dinyatakan lengkap oleh Kepala Seksi Pendaftaran Tanah di Kantor

    Pertanahan yang bersangkutan.e. Hapusnya hak tanggungan

    Menurut Pasal 18 UUHT, hak tanggungan hapus karena hal-hal sebagai

    berikut:

    1) Hapusnya piutang yang dijamin dengan hak tanggungan.

    2) Dilepaskannya hak tanggungan oleh kreditur pemegang hak tanggungan.

    3) Pembersihan hak tanggungan berdasarkan penetapan Ketua Pengadilan Negeri

    atas permohonan pembeli obyek hak tanggungan.

    4) Hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan.

    106