bab 2 -identitas nasional & globalisasi

12

Click here to load reader

Upload: muhammad-ardiansyah-super

Post on 28-Jun-2015

2.272 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 -Identitas Nasional & Globalisasi

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSARFAKULTAS ILMU KESEHATAN-FARMASI

2010-2011

Identitas Nasional dan Globalisasi

Page 2: BAB 2 -Identitas Nasional & Globalisasi

BAB II Identitas Nasional dan Globalisasi 1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas petunjuk dan perkenaan-Nya, akhirnya rangkuman materi buku Pendidikan Kewarganegaraan ( Civic Education ) ini dapat diselesaikan. Dimana buku ini merupakan pedoman pengajaran mata kuliah inti sejak dilaksanakannya diseminasi perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan pada tahun 2000 di seluruh perguruan tinggi islam di Indonesia.

Keberadaan rangkuman materi buku Pendidikan Kewarganegaraan ini tidak lepas dari tuntutan kalangan ahli pendidikan akan kebutuhan mendesak model pendidikan demokrasi yang senapas dengan era reformasi.

Rangkuman materi dari Bab.II Identitas Nasional dan Globalisasi dimaksudkan sebagai alat komunikasi dan informasi yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai kalangan terkhusus dalam lingkungan perguruan tinggi yang mempunyai perhatian yang tetap terhadap kemajuan kehidupan bangsa. Dengan demikian tugas semacam ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tradisi positif terhadap upaya pengembangan generasi bangsa di masa yang akan datang.

Akhirnya kepada semua pihak yang ikut serta terlibat dalam penyusunan tugas Fakultas Ilmu Kesehatan Prodi Farmasi Universitas Islam Negeri Makassar (UIN) Alauddin Makassar ini, kami haturkan terima kasih, semoga usaha kita diterima sebagai ibadah di sisi Allah SWT. Amin.

Samata, 9 Oktober 2010

Page 3: BAB 2 -Identitas Nasional & Globalisasi

BAB II Identitas Nasional dan Globalisasi 2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………………………….1

Daftar Isi………………………………………………………………………………………………2

IDENTITAS NASIONAL DAN GLOBALISASI……………………………………………….…..3

Hakikat dan Dimensi Identitas Nasional………………………………………………….…..3 Unsur-unsur Pembentukan Identitas Nasional………………………………………………..4 Pancasila: Nilai Bersama dalam Kehidupan Kebangsaan dan Kenegaraan…………………...5 Revitalitas Pancasila…………………………………………………………………………...6

Komentar Bacaan…………………………………………………………………………...…………..7

Page 4: BAB 2 -Identitas Nasional & Globalisasi

BAB II Identitas Nasional dan Globalisasi 3

BAB 2

IDENTITAS NASIONAL DAN GLOBALISASI

Hakikat dan Dimensi Identitas Nasional Identitas adalah ungkapan nilai-nilai budaya suatu bangsa yang bersifat khas dan membedakannya dengan bangsa lain. Kekhasan yang melekat pada sebuah bangsa banyak dikaitkan dengan sebutan “identitas nasional”. Namun demikian, proses pembentukan identitas nasional bukan sesuatu yang sudah selesai, tetapi sesuatu yang terus berkembang dan konyekstual mengikuti perkembangan zaman. Sifat identitas nasional yang relatif dan kontekstual mengharuskan setiap bangsa untuk selalu kritis terhadap identitas nasionalnya untuk selalu menyegarkan pemahaman dan pemaknaan terhadap jati dirinya. Pertanyaan reflektif seyogianyaditujukan kepada identitas-identitas khas yang selama ini melekatkepada bangsa Indonesia.

Secara umum beberapa unsur yang terkandung dalam identitas nasional antara lain :1. Pola perilakusumber dari adat istiadat dan budaya.

Adalah gambaran pola perilaku yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari misalnya adat istiadat, budaya dan kebiasaan, ramah tamah, hormat kepada orang tua, dan gotong royong merupakan salah satu identitas nasional yang ber

2. Lambang-lambangAdalah sesuatu yang menggambarkan tujuan dan fungsi negara. Lambang-lambang ini biasanya dinyatakan dalam undang-undang, misalnya bendera, bahasa, dan lagu kebangsaan.

3. Alat-alat perlengkapanAdalah sejumlah perangkat atau alat-alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan yang berupa bangunan, peralatan dan teknologi, misalnya bangunan candi, mesjid, gereja, pakaian adat, teknologi bercocok tanam, dan teknologi seperti kapal laut, pesawat terbang, dan lainnya.

4. Tujuan yang ingin dicapaiYang bersumber dari tujuan yang bersifat dinamis dan tidak tetap, seperti budaya unggul, prestasi dalam bidang tertentu. Sebagai sebuah bangsa yang mendiami sebuah negara, tujuan bersama bangsa Indonesia telah tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, yakni kecerdasan dan kesejahteraan bersama bangsa Indonesia.

Unsur-unsur Pembentukan Identitas NasionalSalah satu identitas bangsa Indonesia adalah dikenal sebagai sebuah bangsa yang majemuk. Kemajemukan Indonesia dapat dilihat dari sisi sejarah, kebudayaan, suku bangsa, agama, dan bahasa.

1. Sejarah MENURUT catatan sejarah, sebelum menjadi sebuah negara, bangsa Indonesia pernah mengalami masa kejayaan yang gemilang. Dua kerajaan Nusantara, Majapahit dan Sriwijaya misalnya, dikenal sebagai pusat-pusat kerajaan Nusantara yang pengaruhnya menembus batas-batas teritorial di mana dua kerajaan itu berdiri.

Kebesaran dua kerajaan Nusantara tersebut telah membekas pada semangat perjuangan bangsa indonesia pada abad-abad berikutnya ketika penjajahan asing menancapkan kuku imprealismenya. Semangat juang bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah, menurut banyak ahli, telah menjadi ciri khas tersendiri bagi bangsa Indonesia yang kemudian menjadi salah satu unsur pembentukan identitas nasional Indonesia.

Page 5: BAB 2 -Identitas Nasional & Globalisasi

BAB II Identitas Nasional dan Globalisasi 4

2. KebudayaanASPEK kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi tiga unsur, yaitu akal budi, perdaban, dan pengetahuan. Akal budi bangsa Indonesia dapat dilihat pada sikap ramah dan santun kepada sesama. Sedangkan, unsur identitas peradabannya tercermin dari keberadaan dasar negara Pancasila sebagai nilai-nilai bersama bangsa Indonesia yang majemuk.

3. Suku bangsaKEMAJEMUKAN merupakan identitas lain bangsa Indonesia. Namun demikian, lebih dari sekadar kemajemukan yang bersifat alamiah tersebut, tradisi bangsa indonesia untuk hidup bersama dalam kemajemukan merupakan unsur lain yang harus terus dikembangkan dan dibudayakan. Kemajemukan alamiah bangsa Indonesia dapat dilihat pada keberadaan lebih dari ribuan kelompok suku, beragam bahasa, dan ribuan kepulauan.

4. AgamaKEANEKARAGAMAN agama merupakan identitas lain dari kemajemukan alamiah Indonesia. Dengan kata lain, keragaman agama dan keyakinan di Indonesia tidak hanya dijamin oleh konstitusi negara, tetapi juga merupakan suatu Rahmat Tuhan yang Maha Esa yang harus tetap dipelihara dan disyukuri bangsa Indonesia.

5. Bahasa BAHASA Indonesia adalah salah satu identitas nasional indonesia yang penting. Sekalipun Indonesia memiliki ribuan bahasa daerah, kedudukan bahasa Indonesia (bahasa yang digunakan bangsa Melayu) sebagai bahasa penghubung (lingua Franca) berbagai kelompok etnis yang mendiami kepulauan Nusantara memberikan nilai identitas tersendiri bagi bangsa Indonesia.

Peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928, yang menyatakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia, telah memberikan nilai tersendiri bagi pembentukan identitas nasional Indonesia. Lebih dari sekadar bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki nilai tersendiri bagi bangsa Indonesia, ia telah memberikan sumbangan besar pada pembentukan persatuan dan nasionalisme Indonesia.

Pancasila: Nilai Bersama dalam Kehidupan Kebangsaan dan Kenegaraan

Pancasila adalah capaian demokrasi paling penting yang dihasilkan oleh para pendiri bangsa (founding fathers) Indonesia. Pancasila tidak lain merupakan sebuah konsensus nasional bangsa Indonesia yang majemuk. Pancasila merupakan bingkai kemajemukan Indonesia. Pancasila juga merupakan simbol persatuan dan kesatuan Indonesia di mana pertemuan nilai-nilai (shared ideas) terpaut dalam sebuah titik pertemuan yang menjadi landasan bersama (common platform) dalam kehidupan sebagai sebuah bangsa.

Kemajemukan Pancasila bisa dilihat pada kelima silanya. Kelima sila Pancasila tersebut pada dasarnya mewakili beragam pandangan dan kelompok dominan di Indonesia pada paruh pertama abad ke-20. Sebagai wilayah yang terbuka bagi pertemuan beragam budaya dan aneka pandangan ideologi dunia saat itu, Indonesia merupakan kawasan subur bagi pertumbuhan beragam aliran pemikiran dan pergerakan nasional dengan basis ideologi yang beraneka ragam, Nasionalisme, Sosialisme , Liberalisme, Islamisme, Humanisme, dan sebagainya.

Page 6: BAB 2 -Identitas Nasional & Globalisasi

BAB II Identitas Nasional dan Globalisasi 5

Sebagai sebuah konsensuss nasional, Pancasila merupakan sebuah pandangan hidup Indonesia yang terbuka dan bersifat dinamis. Sifat keterbukaan Pancasila dapat dilihat pada muatan Pancasila yang merupakan perpaduan antara nilai-nilai yang bersifat universal. Universalitas Pancasila dapat dilihat pada semangat ketuhanan (sila pertama); kemanusiaan, keadilan, dan keadaban (sila kedua); dan keadilan sosial (sila kelima) dan sekaligus keindonesiaan (persatuaan Indonesia) dan semangat gotong royong (sila keempat).

Seiring dengan lengsernya Orde Baru, sikap dan pandangan baru terhadap Pancasila telah muncul di kalangan bangsa Indonesia. Tuntutan demokrasi dan penegakan HAM yang disuarakan oleh kalangan tokoh reformasi telah berdampak pada sikap dan pandangan mempertentangkan Pancasila dan demokrasi. Pancasila dinilai sebagai simbol ketidakadilan, pelanggaran HAM, dan penyelewengan kekuasaan Orde Baru, sementara demokrasi diidentikkan dengan keadilan, persamaan, penghormatan terhadap HAM, dan taat hukum.

Sebagai sebuah karya luhur anak bangsa, Pancasila selayaknya ditempatkan secara terhormat dalam khazanah kehidupan berbangsa dan bernegara bangsa Indonesia. Posisinya sebagai panduan nilai dan pedoman bersama (common platform) untuk mewujudkan tujuan atau kesejahteraan bersama bangsa Indonesia, Pancasila tidak bisa digantikan oleh pandangan-pandangan sektarian mana pun, yang berpotensi mengancam keutuhan Indonesia sebagai sebuah bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Revitalitas PancasilaMenurut Azyumardi Azra, gelombang demokratisasi yang melanda Indonesia

bersamaan dengan krisis moneter, ekonomi, dan politik sejak 1997 membuat Pancasila seolah kehilangan relevasinya.

Paling tidak ada tiga faktor yang membuat Pancasila tidak lagi relevan. Pertama, Pancasila terlanjur tercemar karena kebijakan rezim Soeharto yang menjadikan Pancasila sebagai alat politik untuk mempertahankan status quo kekuasaannya. Rezim Soeharto menetapkan Pancasila sebagai asas tunggal bagi tiap organisasi, baik organisasi kemasyarakatan maupun organisasi politik. Rezim Orde Baru juga mendominasi pemaknaan pancasila yang selanjutnya diindoktrinasikan secara paksa melalui penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalam pancasila (P4).

Kedua, liberalisasi politik dengan penghapusan ketentuan yang ditetapkan Presiden B. J. Habibie tentang Pancasila sebagai satu-satunya asas setiap organisasi. Penghapusan ini memberikan peluang bagi adopsi asas ideologi-ideologi lain, khususnya yang berbasiskan agama. Akibatnya, Pancasila cenderung tidak lagi menjadi common platform dalam kehidupan politik.

Ketiga, desentralisasi dan otonomisasi daerah yang sedikit banyak mendorong penguatan sentimen kedaerahan. Apabila tidak diantisipasi, bukan tidak mungkin menumbuhkan sentimen local-nationalism

Rangkuman Bacaan

1. Multikulturalisme adalah konsep yang di pandang menyebar dan paling penting bagi masyarakat majemuk dan kompleks di dunia, dan bahkan dikembangkan sebagai strategi integrasi kebudayaan melalui pendidikan multikultural.

2. Masyarakat majemuk lebih menekankan soal etnisitas atau suku yang pada gilirannya membangkitkan gerakan etnosentrisme dan etnonasiolisme.

Page 7: BAB 2 -Identitas Nasional & Globalisasi

BAB II Identitas Nasional dan Globalisasi 6

3. Karakter dari masyarakat multikurtural yaitu bersifat toleran. Mereka hidup dalam semangat peaceful co-existence.

4. Adapun tahap-tahap perkembangan nasionalisme Indonesia :1. Tahap awal ditandai dengan tumbuhnya perasaan kebangsaan dan persamaaan nasib yang

diikuti dengan perlawanan terhadap penjajahan baik sebelum maupun sesudah proklamasi kemerdekaan.

2. Tahap kedua adalah bentuk nasionalisme indonesia yang merupakan kelanjutan dari semangat revolusioner pada masa perjuangan kemerdekaan, dengan peran pemimpin nasional yang lebih besar.

3. Tahap ketiga adalah nasionalisme persatuan dan kesatuan. Ketika kelompok oposisi atau mereka yang tidak sejalan dengan pemerintah disingkirkan karena akan mengancam persatuan dan stabilitas.

4. Tahap keempat adalah nasionalisme kosmopolitan. Dengan bergabungnya Indonesia dalam sistem global internasional, nasionalisme indonesia yang dibangun adalah nasionalisme kosmopolitan yang menandaskan bahwa Indonesia sebagai bangsa tidak dapat menghindari bangsa lain, namun dengan memiliki nasionalisme kultural keindonesiaan dengan memberikan kesempatan kepada aktor-aktor daerah secara langsung menjadi aktor kosmopolitan.

5. Adapun upaya membangun indonesia yang multikultural ada dua yaitu :1. Yang pertama konsep multikulturalisme menyebar luas dan dipahami oleh masyarakat

Indonesia, serta adanya keinginan bangsa Indonesia pada tingkat nasional untuk mengadopsi dan menjadikan sebagai pedoman.

2. Yang kedua yaitu kesamaan pemahaman di antara masyarakat mengenai makna multikulturisme dan bangunan konsep yang mendukungnya.

6. Kemudian ada lima hal yang penting dalam hubungan pancasila dan multikulturalisme yaitu :1. Yang pertama multikulturalisme adalah pandangan kebudayaan yang berorientasi praktis,

atau Pancasila harus diberi energi praktis yang multikulturalisme.2. Yang kedua multikulturalisme harus menjadi “Grand Strategy” ke masa depan, khususnya

dalam pendidikan nasional yang menekankan “ Learning by doing or practicing”, dan tidak lagi semata-mata kognitif.

3. Yang ketiga memposisikan mulkulturalisme sebagai perwujudan pancasila, maka kebudayaan tidak lagi djadikan sampiran atau embel-embel saja, atau dijadikan kambing hitam jika terjadi pergolakan masyarakat.

4. Yang keempat yaitu multikulturalisme adalah sejumlah kebudayaan yang hidup berdampingan, dan seyogianya mengembangkan cara pandang yang mengakui dan menghargai keberadaan satu sama lain.

5. Yang kelima yaitu perubahan car berpikir pluralisme ke multikulturalisme dalam memndang pancasila adalah perubahan kebudayaan yang menyangkut nila-nilai dasar yang tidak mudah diwujudkan.

Page 8: BAB 2 -Identitas Nasional & Globalisasi

BAB II Identitas Nasional dan Globalisasi 7

Komentar Bacaan

Identitas adalah ungkapan nilai-nilai budaya suatu bangsa yang bersifat khas dan membedakannya

dengan bangsa yang lain. Namun sekarang bangsa Indonesia seolah-olah telah kehilangan identitas

dirinya, tidak lagi terkenal dengan keramahannya dan kesopanannya, terjadi begitu banyak kekerasan

dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat, budaya timur yang dulu terjaga kini mulai

tergantikan dengan budaya barat, bahkan tujuan utama bangsa Indonesia untuk mencerdaskan dan

menyejahterakan rakyat kini sudah mulai dipertanyakan.

Saat ini diperlukan pemahaman dan pengetahuan yang lebih mengenai identitas nasional bangsa

Indonesia secara mendalam, kembali kepada unsur-unsur pembentuk identitas itu sendiri, seperti

sejarah, kebudayaan, suku bangsa, agama, dan bahasa. Dengan memahami unsur-unsur tersebut, kita

bisa mengembalikan sesuatu yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

Globalisasi adalah suatu perubahan sosial dalam bentuk semakin ertambahnya keterkaitan antara

masyarakat dengan faktor-faktor yang terjadi akibat transkulturasi dan perkembangan teknologi

modern. Indonesia sebagai bangsa tidak bisa menghindar dari bangsa lain dalam artian Inonesia tidak

mungkin bia berjalan tanpa adanya hubungan yang terjalin dengan bangsa lain. Bangsa Indonesia

tentu bisa menjadi masyarakat global, namun kita harus memahami arti dari kebutuhan global

tersebut, kita tidak boleh hanya tinggal dan diam saja menerima hal-hal baru yang datangnya dari luar,

sebaiknya kita bisa mengadakan penyaringan terhadap hal-hal tersebut agar nantinya tidak akan

mengubah identitas nasional bangsa Indonesia.

Multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan tanpa

memedulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa, ataupun agama. Dari pengertian ini, jelas

bahwa paham ini sejalan dengan tujuan bangsa Indonesia, tidak lagi menjadikan kebudayaa, etnik,

maupun gender sebagai kambing hitam dalam permasalahan yang terjadi dalam masyarakat, namun

menyadari betapa pentingnya perbedaan tersebut yang nantinya akan menjadi pembangun bangsa.