bab 2 landasan teorithesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00403-ti-bab 2-1.pdf · 2008-08-13 ·...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengukuran Waktu kerja
Pengukuran waktu kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara
kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Berikut
adalah pengukuran-pengukuran yang terdapat didalam pengukuran waktu kerja. (Studi
Gerak dan Waktu, 1995, P169)
2.1.1 Pengukuran Waktu Kerja Secara Langsung
Pengukuran waktu kerja secara langsung merupakan pengukuran
waktu kerja yang dilakukan secara langsung yaitu ditempat pengamatan
pekerjaan yang diamati. (Sritomo, 1995, P170)
Pada pengukuran kerja langsung dimana setiap aktivitas yang
dilakukan sesuai dengan lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan. Pengukuran ini dapat dengan mengunakan jam henti
(stopwatch time study) atau dengan mengunakan sampling kerja (work
sampling). Disini waktu yang dihasilkan tentu saja akan menghasilkan sebuah
data yang tentunya dapat dimanfaatkan untuk operasi kerja lainnya. Hal ini
tentunya dipertimbangkan sebagai langkah yang tidak efisien, karena
bagaimanapun berbagai macam pekerjaan / operasi akan memiliki elemen-
9
elemen kerja yang tidak sama. Berikut dibawah ini akan dibahas secara
singkat kedua metode pengukuran waktu kerja secara langsung ini.
2.1.1.1 Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (Stop Watch)
Metode ini dilakukan untuk pekerjaan yang berlangsung
singkat dan berulang-ulang (repetitive) dimana pengukurannya
dilakukan dengan alat ukur yang disebut jam henti atau stop watch.
(Studi gerak dan waktu, 1995, P171)
Pengukuran kerja ini pertama kali diperkenalkan oleh Federick
W. Taylor pada abad ke 19. Dari hasil pengukuran yang dilakukan
dengan metode ini maka akan diperoleh waktu baku yang diperlukan
untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan, dan dapat juga digunakan
sebagai satu standar waktu untuk pekerja lain yang menyelesaikan
pekerjaan yang sama. (Studi gerak dan waktu, 1995, P171)
Aktivitas pengukuran kerja dengan jam henti ini umumnya
diaplikasikan pada industri manufaktur yang memiliki karakteristik
kerja yang berulang-ulang, terspesifikasi jelas, dan menghasilkan
output yang relatif sama. Meskipun demikian aktivitas ini bisa juga
diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan non-manufakturing seperti
yang bisa ditemui dalam aktivitas kantor gudang atau jasa pelayanan
lainnya asalkan memiliki kriteria-kriteria seperti :
10
Pekerjaan tersebut harus dilaksanakan secara repetitive dan
uniform.
Isi / macam pekerjaan itu harus homogen.
Hasil kerja (output) harus dapat dihitung secara kuantitatif baik
secara keseluruhan ataupun untuk tiap-tiap elemen kerja yang
berlangsung.
Pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksanakan dan teratur
sifatnya sehingga akan memadai untuk diukur dan dihitung
waktu bakunya.
Pengukuran kerja dengan jam henti ini merupakan cara
pengukuran yang obyektif karena disini waktu ditetapkan
berdasarkan fakta yang terjadi dan tidak hanya sekedar diestimasi
secara subyektif. Disini juga akan berlaku asumsi-asumsi dasar
sebagai berikut :
Metode dan fasilitas untuk menyelesaikan pekerjaan harus sama
dan dibakukan terlebih dahulu sebelum kita mengaplikasikan
waktu baku ini untuk pekerjaan yang serupa.
Operator harus memahami benar prosedur dan metode
pelaksanaan kerja sebelum dilakukan pengukuran kerja.
11
Operator-operator yang akan dibebani dengan waktu baku ini
diasumsikan memiliki tingkat ketrampilan dan kemampuan yang
sama dan sesuai untuk pekerjaan tersebut. Untuk ini persyaratan
mutlak pada waktu memilih operator yang akan dianalisa waktu
kerjanya benar-benar memiliki tingkat kemampuan yang rata-rata.
Kondisi lingkungan fisik pekerjaan juga relative tidak jauh
berbeda dengan kondisi fisik pada saat pengukuran kerja
dilakukan.
Performance kerja mampu dikendalikan pada tingkat yang sesuai
dengan seluruh periode kerja yang ada.
2.1.1.2 Pengukuran Waktu Kerja Dengan Metode Sampling
Kerja (Work Sampling)
Pengukuran ini dilakukan dengan mengadakan sejumlah besar
pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin, operator, maupun
proses. Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh LHC Tippett
dalam aktivitas penelitian industri tekstil. Secara umum metode ini
dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, menetapkan
performance level, dan menentukan waktu baku suatu proses atau
operasi. ( Sritomo ,1995, P207 )
12
2.1.2 Pengukuran Waktu Kerja Secara Tidak langsung
Pengukuran kerja tidak langsung adalah penetapan waktu baku suatu
pekerjaan yang dapat dilakukan meskipun pekerjaan itu sendiri belum
dilaksanakan. Sehingga di sini kita dapat memperkirakan berapa lama waktu
yang dibutuhkan oleh pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dan
aktivitas yang dilakukan hanya dengan melakukan perhitungan waktu kerja
dengan membaca tabel-tabel waktu yang tersedia hanya dengan mengetahui
urutan-urutan pekerjaan yang ada, cara ini bisa dilakukan dalam aktivitas data
waktu baku (standard data) dan data waktu gerakan (predetermined time
system).( Studi Gerak dan Waktu, 1995, P232 ). Berikut ini akan dijelaskan
beberapa macam metode yang dapat digunakan dalam pengukuran waktu
kerja secara tidak langsung.
2.1.2.1 Pengukuran Waktu Kerja Dengan Sistem Faktor Kerja
(Work Factor System)
Sistem Faktor kerja merupakan salah satu sistem dari
Predetermined Time System yang paling awal dan sering digunakan.
Sistem pengukuran ini menggunakan data waktu gerakan yang telah
ditetapkan. (Studi Gerak dan Waktu, 1995, P245)
13
Berikut ini adalah hal-hal yang penting dalam sistem faktor kerja.
A. Variabel Utama dari Sistem Faktor Kerja
Ada empat variable utama yang akan mempengaruhi waktu
untuk melaksanakan gerakan-gerakan kerja secara manual, yaitu :
Anggota tubuh yang digunakan
1. Jari atau telapak tangan
2. Lengan (Arm)
3. Putaran Lengan ( Forearm swiveal )
4. Badan Bagian Atas ( Trunk )
5. Telapak Kaki ( Foot )
6. Kaki ( Leg )
Jarak yang harus ditempuh
Yang dimaksud dengan jarak disini adalah jarak lurus antar
titik dimulainya gerakan sampai saat gerakan tersebut berhenti.
Kontrol manual yang Diperlukan
Kontrol manual terhadap suatu gerakan akan mempengaruhi
lamanya gerakan tersebut terjadi. Semakin besar kontrol
manual diperlukan, maka semakin besar pula waktu yang
dibutuhkan.
14
Besarnya kontrol manual ditentukan oleh beberapa faktor
dibawah ini.
1.Keadaan Perhentian yang Pasti ( Definite Stop )
Jika letak perhentian suatu gerakan merupakan tempat yang
pasti maka perhentian ini disebut Definite Stop.
2.Pengarahan ( Steering )
Jika letak perhentian suatu gerakan merupakan tempat yang
pasti, maka perhentian ini memerlukan pengarahan.
Pengarahan sering terjadi secara bersamaan dengan
perhentian yang pasti.
3.Kehati-hatian ( Precaution )
Gerakan yang pengerjaannya memerlukan kehati-hatian
misalnya untuk menghindari atau kontrol lain maka kehati-
hatian ada terkandung didalamnya.
4.Perubahan Arah Gerak ( Change Direction )
Perubahan arah gerak adalah faktor yang tersangkut apabila
didalam suatu gerakan terjadi perubahan arah yang cukup
signifikan.
Berat atau tahanan
15
B. Tabel Data Waktu Gerakan Untuk Faktor Kerja (The
Work Factor Motion Time Table)
Data waktu gerakan menurut faktor kerja dapat dilihat dalam
tabel. Tabel waktu gerakan faktor kerja mencantumkan waktu-waktu
gerakan menurut anggota badan yang menggerakkannya. Disini
faktor-faktor kerja yang tidak terkait tidak diperhatikan macamnya
melainkan ditinjau dari segi banyaknya. Jadi bukan faktor kerja
mana yang akan berpengaruh tapi berapa banyak faktor kerja yang
terkandung didalamnya. (Studi Gerak dan Waktu, 1995, P247)
Pada Work Factor System, suatu pekerjaan dibagi atas elemen-
elemen gerakan standar kerja seperti dibawah ini :
Transport atau Reach and Move ( TRP )
Grasp (GR)
Pre- Position ( PP )
Assemble ( ASY )
Use ( manual, process or machine time ) - ( US )
Disassemble ( DSY )
Mental Process ( MP )
Release ( RL )
16
Kemudian simbol-simbol ini akan dipergunakan untuk
menunjukkan anggota tubuh mana yang dipergunakan.
Berikut adalah tabel faktor – faktor kerja yang distandarkan.
Tabel 2.1 Anggota tubuh dan Faktor Kerja dalam Work Factor
Anggota tubuh Simbol Faktor kerja SimbolFinger F Weight of resistance WHand H Directional Control SArm A Steer S
ForeArm FS Care ( Precaution ) PTrunk T Change Direction UFoot FT Define Stop DLeg L
Head Turn HT
17
Dan berikut dibawah ini adalah table Work Factor Motion Time :
Tabel 2.2 Work Factor Motion time table
Distance Work Factor Distance Work FactorMoved Basic 1 2 3 4 Moved Basic 1 2 3 4
(A) Arm - Measured at knucles (L) Leg - Measured at ankle1" 18 26 34 40 46 1" 21 30 39 46 532" 20 29 37 44 50 2" 23 33 42 51 583" 22 32 41 50 57 3" 26 37 48 57 654" 26 38 48 58 66 4" 30 43 55 66 765" 29 43 55 65 75 5" 34 49 63 75 86
6" 32 47 60 72 83 6" 37 54 69 83 957" 35 51 65 78 90 7" 40 59 75 90 1038" 38 54 70 84 96 8" 43 63 80 96 1109" 40 58 74 89 102 9" 46 66 85 102 117
10" 42 61 78 93 107 10" 48 70 89 107 123
11" 44 63 81 98 112 11" 50 72 94 112 12912" 46 65 85 102 117 12" 52 75 97 117 13413" 47 67 88 105 121 13" 54 77 101 121 13914" 49 69 90 109 125 14" 56 80 103 125 14415" 51 71 92 113 129 15" 58 82 106 130 149
16" 52 73 94 115 133 16" 60 84 108 133 15317" 54 75 96 118 137 17" 62 86 111 135 15818" 55 76 98 120 140 18" 63 88 113 137 16119" 56 78 100 122 142 19" 65 90 115 140 16420" 58 80 102 124 144 20" 67 92 117 142 166
22" 61 83 106 128 148 22" 70 96 121 147 17124" 63 86 109 131 152 24" 73 99 126 121 17526" 66 90 113 135 156 26" 75 103 130 122 17628' 68 93 116 139 159 28' 78 107 134 126 18330" 70 96 119 142 163 30" 81 110 137 130 187
35" 76 103 128 151 171 35" 87 118 147 143 19740" 81 109 35 159 179 40" 93 126 155 182 206
weight 2 7 13 20 UP weight 8 42 UP - -Male in 1 3,5 6,5 10 UP Male in 4 21 UP - -
Lbs Fem. Lbs Fem.
18
Tabel 2.2 Work Factor Motion time table ( Lanjutan )
1" 26 38 49 58 67 1" 16 23 29 35 402" 29 42 53 64 73 2" 17 25 32 38 443" 32 47 60 72 82 3" 19 28 36 43 494" 38 55 70 84 96 4" 23 33 42 50 585" 43 62 79 95 109
Weight Male 2/3 2 1/2 4 UP -6" 47 68 87 105 120 in Lbs. Fem 1/3 2 1/4 4 UP -7" 51 74 95 114 1308" 54 79 101 121 1399" 58 84 107 128 147 1" 20 29 37 44 51
10" 61 86 113 135 155 2" 22 32 40 48 553" 24 35 45 55 63
11" 63 91 118 141 162 4" 29 41 53 64 7312" 66 94 123 147 169 Weight Male 5 22 UP - -13" 68 97 127 153 175 in Lbs. Fem 2 1/2 11 UP - -14" 71 100 130 158 18215" 73 103 133 163 188
45 17 22 28 32 3716" 75 105 136 167 193 90 23 30 37 43 4917" 78 108 139 170 199 135 28 36 44 52 5818" 80 111 142 173 203 180 31 40 49 57 6519" 82 113 145 176 20620" 84 116 148 179 209
Weight Male 11 58 UP - - Torque Male 3 13 UP - -in Lbs. Fem 51/2 29 UP - - Lbs.Ind.Fem 1 1/2 6 1/2 UP - -
(FS) ForeArm Swivel-Measured at knuckles
(FT) Foot-Measured at Toe
(T) Trunk- Measured at shoulder (F,H) Finger Hand-Measured at Finger Tip
19
2.1.2.2 Pengukuran Waktu kerja dengan Menggunakan Metode
Pengukuran Waktu ( Methods-Time Measurement )
MTM adalah suatu sistem penetapan awal waktu baku
(predetermined time standard) yang dikembangkan berdasarkan studi
gambar gerakan – gerakan kerja dari suatu operasi kerja industri yang
direkam dalam film. ( Studi Gerak dan Waktu, 1995, P251 )
Pengukuran waktu dengan metode MTM ini dilakukan
dengan cara membagi gerakan-gerakan kerja atas elemen-elemen
gerakan menjangkau (reach), mengangkut (move), memutar (turn),
memegang (grasp) , mengarahkan (position), melepas (release),
melepas rakit (dis-assemble), gerakan mata (eye movement), dan
gerakan anggota badan lainnya. Elemen – elemen gerakan itu sendiri
akan ditentukan berdasarkan kelas-kelas yang sesuai dengan kondisi
pada saat operator bekerja atau melakukan gerakan. ( Studi Gerak dan
Waktu, 1995, P251 )
Gerakan - gerakan dasar pada pengukuran waktu dengan MTM
Menjangkau (Reach)
Menjangkau adalah elemen gerakan dasar yang digunakan bila
maksud utama gerakan adalah untuk memindahkan tangan atau jari
ke suatu tempat tujuan tertentu.
20
Waktu yang dibutuhkan untuk gerakan menjangkau ini bervariasi
dan tergantung pada faktor-faktor seperti keadaan / kondisi tujuan,
panjang gerakan dan macam gerak jangkauan yang dilakukan.
Disini ada lima macam kelas menjangkau yang mana waktu untuk
melaksanakan masing-masing gerakan menjangkau tersebut akan
dipengaruhi oleh keadaan obyek yang akan dijangkau. Ke lima
kelas itu adalah :
Menjangkau kelas A : Adalah gerakan menjangkau ke arah suatu
tempat yang pasti, atau ke suatu obyek di
tangan lain.
Menjangkau kelas B : Adalah gerakan menjangkau ke arah suatu
sasaran yang tempatnya berada pada jarak ”
kira-kira” tapi tertentu dan diketahui
lokasinya.
Menjangkau kelas C : Adalah gerakan menjangkau ke arah suatu
obyek yang bercampur aduk dengan banyak
obyek lain.
Menjangkau kelas D : Adalah gerakan menjangkau ke arah suatu
obyek yang kecil sehingga diperlukan suatu
alat pemegang khusus.
21
Menjangkau kelas E : Adalah gerakan menjangkau ke arah suatu
sasaran yang tempatnya tidak pasti.
Mengangkut (Move)
Mengangkut adalah elemen gerakan dasar yang dilaksanakan
dengan maksud utama untuk membawa suatu objek dari satu
lokasi ke lokasi tujuan tertentu. Disini ada tiga kelas mengangkut,
yaitu :
Mengangkut kelas A : Adalah bila gerakan mengangkut
merupakan pemindahan obyek dari
satu tangan ketangan yang lain atau
berhenti karena suatu sebab.
Mengangkut kelas B : Adalah bila gerakan mengangkut
merupakan pemindahan obyek ke
suatu sasaran yang letaknya tidak
pasti atau mendekati.
Mengangkut kelas C : Adalah bila gerakan mengangkut
merupakan pemindahan obyek ke
suatu sasaran yang letaknya sudah
tetap atau tertentu.
22
Memutar (Turn)
Memutar adalah gerakan yang dilakukan untuk memutar tangan
baik dalam keadaan kosong atau membawa beban beban. Gerakan
disini berputar pada tangan, pergelangan, dan lengan sepanjang
sumbu lengan tangan yang ada. Waktu dibutuhkan untuk memutar
akan tergantung pada dua variabel yaitu derajat putaran dan faktor
berat yang harus dipikul.
Menekan (Apply Pressure)
Siklus waktu penuh komponen gerakan berkaitan dengan gerakan-
gerakan lainnya.
Memegang (Grasp)
Memegang adalah elemen gerakan dasar yang dilakukan dengan
tujuan utama untuk menguasai / mengontrol sebuah atau beberapa
obyek baik dengan jari-jari maupun tangan untuk memungkinkan
melaksanakan gerakan dasar berikutnya. Diantara hal-hal yang
mempengaruhinya lamanya gerakan ini adalah mudah / sulitnya
obyek dipegang, bercampur tidaknya obyek dengan obyek lain,
bentuk obyek dan lain-lain.
23
Mengarahkan (Position)
Mengarahkan adalah elemen gerakan dasar yang dilaksanakan
untuk menggabungkan, mengarahkan, atau memasangkan satu
obyek dengan obyek lainnya. Gerakan yang ada disini cukup
sederhana sehingga tidak diklasifikasikan seperti elemen-elemen
gerakan dasar yang lain. Waktu untuk gerakan mengarahkan
dipengaruhi oleh derajat kesesuaian, bentuk simetris, dan
kemudahan untuk ditangani (handling).
Melepas (Release)
Melepas adalah elemen gerakan dasar untuk membebaskan kontrol
atas suatu obyek oleh jari atau tangan. Ada dua klasifikasi gerakan
melepas ialah gerakan melepas normal (normal release) yaitu
secara sederhana jari-jari tangan bergerak membuka dan yang
kedua adalah gerakan melepas sentuhan (contact release) yaitu
dimulai dan diselesaikan penuh sesaat elemen gerakan
menjangkau (reach) dimulai tanpa ada waktu idle sesaat pun.
Biasanya gerakan melepas tidak membutuhkan waktu untuk
melaksanakannya terkecuali bila gerakannya terpisah dengan
gerakan lainnya.
24
Melepas Rakit (Disassemble atau Disengage)
Lepas rakit adalah elemen gerakan dasar yang digunakan untuk
memisahkan kontak antara satu obyek dengan obyek lainnya. Hal
ini termasuk gerakan memaksa yang dipengaruhi oleh mudah atau
tidaknya pada saat gerak lepas rakit dilaksanakan oleh mudah
atau tidaknya obyek dipegang. Waktu yang dibutuhkan untuk
gerakan lepas rakit akan dipengaruhi oleh tiga variable seperti
tingkat hubungan / sambungan dari obyek-obyek yang akan
dipisahkan , kemudian didalam proses handling, faktor kehati-
hatian yang perlu dipertimbangkan.
Gerakan Mata (Eye Times)
Pada bagian besar aktivitas kerja, waktu yang dibutuhkan untuk
menggerakkan dan memfokuskan mata bukanlah merupakan
faktor-faktor yang menghambat sehingga konsekuensinya hal ini
ini tidak akan mempengaruhi waktu untuk melaksanakan operasi
kerja itu sendiri, terkecuali gerakan-gerakan mata yaitu eye focus
time dan eye travel time. Eye focus time akan memerlukan waktu
untuk melakukan gerakan focus pada suatu obyek pada suatu
obyek dan melihatnya untuk waktu yang cukup lama guna
menentukan karakteristik-karakteristik dari obyek tersebut
25
Selanjutnya eye travel time ( gerak perpindahan mata )
dipengaruhi oleh jarak diantara obyek-obyek yang harus dilihat
dengan jalan menggerakan mata.
Gerakan Anggota Badan, kaki, dan telapak kaki (Body, Leg, Foot)
Gerakan-gerakan anggota badan lainnya adalah gerakan kaki,
telapak kaki, serta bagian-bagian tubuh lainnya seperti lutut,
pinggang dan lainnya.
Berikut ini adalah tabel-tabel data untuk aplikasi MTM :
26
Tabel 2.3 Data Aplikasi MTM
27
Tabel 2.3 Data Aplikasi MTM (Lanjutan)
28
Tabel 2.3 Data Aplikasi MTM (Lanjutan)
29
2.1.3 Kelonggaran ( Allowance )
Penyesuaian dan kelonggaran diperlukan dalam menentukan waktu
kerja karena dalam pekerjaan sering terjadi ketidak wajaran kerja yang
ditujukan operator. (Sutaklaksana, 1979, P138)
- Penyesuaian dilakukan dengan mengalihkan waktu siklus rata-rata atau
waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor
penyesuaian. Tujuan dari penyesuaian adalah menormalkan waktu proses
operasi agar waktu penyelesaian proses operasi tidak terlalu singkat atau
tidak terlalu panjang. Terdapat 3 bahasan dalam penyesuaian :
o P > 1 jika pengukur menganggap bahwa pekerja bekerja terlalu
cepat (diatas normal).
o P = 1 jika pengukur menganggap pekerja bekerja normal.
o P < 1 jika pengukur menganggap bahwa pekerja bekerja terlalu
lambat (dibawah normal)
Metode yang sering digunakan untuk menentukan faktor kelonggaran
adalah metode Westinghouse. Kriteria penilaian akan faktor penyesuaian
dalam metode Washinghouse ditentukan oleh 4 faktor yaitu :
Keterampilan
Usaha
Konsistensi
Kondisi kerja
30
- Kelonggaran merupakan suatu faktor yang harus diberikan kepada
pekerja, karena seorang pekerja tidak mungkin bekerja sepanjang waktu
tanpa adanya beberapa interupsi untuk kebutuhan personalnya. Faktor
kelonggaran ini merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan agar
pekerja dapat optimal dalam performansi bekerja.
Kelonggaran yang diberikan mencakup dalam 3 hal yaitu :
Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi yang dimaksud dalam suatu
sistem kerja adalah hal-hal seperti ke kamar kecil, minum,
berbicara dan lain-lain.
Kelonggaran ini sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk
mendukung kondisi tubuhnya, karena itu faktor kelonggaran
haruslah diperhatikan oleh perusahaan kepada pekerjanya agar
produktivitasnya dapat berlangsung dengan baik. Berdasarkan
hasil penelitian, ternyata besarnya kelonggaran bagi pekerja pria
berbeda dengan pekerja wanita. Misalnya, untuk pekerjaan ringan
pada kondisi kerja normal pria memerlukan 2 - 2.5% dan wanita
5%.
31
Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique
Kelonggaran untuk rasa fatique sangatlah penting untuk
diperhatikan dalam suatu proses produksi, karena apabila rasa
kelelahan ini terus-menerus diforsir oleh pekerja, maka hasil atau
kualitas dari produk tidaklah baik. Jadi dalam suatu sistem kerja,
suatu laju produksi turut dipengaruhi oleh faktor kelonggaran dari
pekerja, karena apabila pekerja sudah mencapai titik kelelahan
maka ia akan memperlambat laju pekerjaannya.
Kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tidak dapat
dihindarkan
Dalam melaksanakan pekerjaan, pekerja tidak akan lepas dari
berbagai ‘hambatan’. Beberapa contoh yang termasuk dalam
hambatan tak terhindarkan adalah menerima atau meminta
petunjuk pada pengawas, melakukan penyesuaian-penyesuaian
mesin, mengambil alat-alat khusus dari gudang, hambatan-
hambatan karena kesalahan pemakaian alat ataupun bahan.
Berikut ini adalah tabel-tabel yang dipergunakan dalam hal
kelonggaran dan penyesuaian.