bab 2 landasan teori 2.1 2.1.1 sistem -...
TRANSCRIPT
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori – Teori Umum
Dalam menyusun skripsi ini diperlukan landasan teori yang digunakan guna
menunjang dan mendukung hasil penelitian yang ada. Berikut adalah teori – teori
yang digunakan dalam penelitian dan pembahasan skripsi ini.
2.1.1 Sistem
Sistem biasanya disebut juga sebagai kumpulan atau group dari sebuah bagian
dan komponennya terhubung satu dengan lainnya. Tujuan utama dari sistem adalah
adanya keteraturan dan keterkaitan antar setiap komponen yang ada di organisasi
atau perusahaan tersebut.
Menurut Djahir, (2015,p47). Bahan Ajar Sistem Informasi Manajemen.
Yogyakarta; Deepublish, bahwa sistem haruslah terdiri atas berbagai komponen atau
elemen yang saling berhubungan sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh guna
mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
Gambar 2. 1 Karakteristik Sistem
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, sistem seharusnya merupakan sebuah
kesatuan dari beberapa komponen yang saling berkaitan. Sehingga dengan adanya
sistem, pekerjaan diharapkan lebih efisien dan efektif bagi organisasi atau
perusahaan.
10
2.1.2 Data dan Informasi
Seringkali data dan informasi disebutkan dengan arti yang sama karena banyak
orang menganggap bahwa informasi adalah data begitu juga sebaliknya. Sedangkan
dalam ilmu manajemen sistem informasi, data dan informasi memiliki artian yang
berbeda walaupun keduanya sangat berkaitan.
Menurut Tyoso, (2016,p21). Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta;
Deepublish, bahwa informasi adalah pertambahan dalam ilmu pengetahuan yang
meyumbangkan kepada konsep kerangka kerja yang umum dan fakta-fakta yang
diketahui. Informasi bertumpu pada konteks dan pengetahuan umum si penerima
untuk kepentingannya. Sedangkan data adalah bahan mentah untuk memperoleh
informasi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebelum adanya informasi diperlukannya
data-data untuk mendukung informasi terkait apakah valid atau tidak. Data
merupakan bahan mentah kemudian informasi adalah kumpulan data yang berkaitan.
2.1.3 Sistem Informasi
Dalam sebuah evaluasi atau pengukuran kinerja, tentunya ada hal yang akan
dijadikan bahan utama untuk dievaluasi, dalam hal penelitian, peneliti biasanya
mengevaluasi kinerja sistem yang ada pada perusahaan. Untuk itu berikut pengertian
sistem informasi yang selalu berkaitan dengan data dan informasi yang ada di
organisasi dan perusahaan.
Menurut Jeperson, (2014,p13). Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta;
Deepublish, sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang
mempertemukan kebutuhan pengelolaan transaksi harian, mendukung operasi,
bersifat manajerial, dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan
pihak luar yang dibutuhkan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem informasi merupakan sebuah
penyedia informasi yang berisi data dan informasi yang tujuannya memberikan data
atau informasi yang berguna untuk pengguna sistem. Sistem informasi juga
merupakan sebuah kesatuan antara inputan data, pemrosesan data serta apa yang
dihasilkan dari proses data tersebut dikenal dengan output data.
11
2.1.4 Komponen Sistem Informasi
Setelah mengetahui pengertian dari sistem informasi maka harus juga
diketahui mengenai komponen-komponen yang ada didalamnya sehingga jelas
sebuah sistem pasti memiliki komponen yang saling berkaitan dan membuat sistem
informasi dapat berjalan dengan baik.
Sistem informasi terdiri dari komponen-kompnen yang disebut dengan istilah
blok bangunan. Menurut Jeperson, (2014,p3). Konsep Sistem Informasi.
Yogyakarta; Deepublish, komponen sistem informasi terdiri dari :
Blok masukkan (input block)
Input mewakili data yang masuk ke dalam sistem informasi. Input
disini termasuk metode-metode dan media yang digunakan untuk
menangkap data yang akan dimasukkan, yang dapat berupa dokumen
dasar.
Blok model (model block)
Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan metode matematik
yang akan memanipulasi data input dan data tersimpan di basis data
dengan cara yang sudah tertentu untuk menghasilkan keluaran yang
sudah diinginkan.
Blok keluaran (output block)
Produk dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan
informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua
tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem.
Blok teknologi (technology block)
Teknologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model,
menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan
keluaran dan membantu pengendalian diri secara keseluruhan.
Teknologi terdiri dari unsur utama:
a. Teknisi (human ware atau brain ware)
12
b. Perangkat lunak (software)
c. Perangkat keras (hardware)
Blok basis data (database block)
Merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan
yang lainnya, tersimpan diperangkat keras komputer dan digunakan
perangkat lunak untuk memanipulasinya.
Blok kendali (control block)
Banyak faktor yang dapat merusak sistem informasi, misalnya bencana
alam, api, temperatur tinggi, air, debu, kecurangan-kecurangan,
kejanggalan sistem itu sendiri, kesalahan-kesalahan ketidak-efisienan
dan sebagainya. Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan
untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat
dicegah atau bila terlanjur terjadi kesalahan dapat langsung diatasi.
Sehingga dapat disimpulkan dari beberapa sumber dan referensi diatas bahwa
komponen sistem informasi merupakan penunjang dan berperan penting dalam alur
proses sistem informasi. Setiap komponen akan saling berinteraksi untuk
menghasilkan sistem yang baik, memberikan data dan informasi yang diperlukan
serta berjalan sesuai dengan ekspektasi awal pembentukan sistem informasi.
2.1.5 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Hamdi, (2014,p47). Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam
Pendidikan, Yogyakarta; Deepublish, menjelaskan bahwa penelitian mencakup
pengumpulan informasi tentang variabel yang ada dalam penelitian. Peneliti memilih
teknik dan pendekatan dalam pengumpulan data. Masing-masing metode memiliki
kelebihan dan kekurangan tersendiri, dan pendekatan spesifik yang diambil harus
merupakan metode terbaik guna menjawab pertanyaan penelitian. Beberapa metode
yang lazim digunakan dalam pengumpulan informasi yaitu :
Kuisioner
Wawancara terencana
Tes
13
Observasi terencana
Inventarisasi
Skala rating
Ukuran biasa
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara khusus yang digunakan peneliti
dalam menggali data dan fakta yang diperlukan dalam penelitian. Teknik yang
digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian yaitu :
1. Pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
responden seperti : angket dan hasi test ujian, sedangkan angket adalah
serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan peneliti kepada responden
untuk mendapatkan jawaban secara tertulis.
2. Pengumpulan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari lembaga yang
berpengaruh dengan penelitian, buku pustaka dan sebagainya seperti :
Studi kepustakaan
Penulis berusahaan mengumpulkan informasi mengenai teori-teori yang
berkaitan dengan penelitian yaitu dengan membaca literatur atau buku
yang ada di perpustakaan
Pengambilan data dari luar tempat penelitian secara langsung seperti
pengambilan data dari lembaga sekitar tempat penelitian
Data-data dari Kabupaten, kecamatan dan dinas pendidikan setempat
untuk mendukung penelitian
Sehingga dapat disimpulkan bahwa banyak metode dalam penelitian yang
dapat menghasilkan solusi dan jawaban atas setiap permasalahan yang diteliti, tetapi
setiap metode atau teknik penelitian memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-
masing sehingga penting bagi peneliti untuk menentukan dari awal metode apa yang
akan dipakai dalam sebuah penelitian dengan melihat situasi serta kondisi
permasalahan dalam organisasi tersebut, dengan begitu maka akan didapat hasil
yang dapat membantu perusahaan dalam mengatasi masalah yang ada.
14
2.1.6 Survey
Menurut Hamdi, (2014,p6). Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam
Pendidikan. Yogyakarta, Deepublish, mengungkapkan bahwa survei biasanya
digunakan untuk mengumpulkan informasi berbentuk opini dari sejumlah besar
orang terhadap topik atau isu-isu tertentu.
Karakteristik utama survei yaitu :
Informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untuk
mendeskripsikan beberapa aspek atau karakteristik tertentu seperti
kemampuan, sikap, kepercayaan, pengetahuan dari populasi
Informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan umumnya
tertulis maupun lisan dari suatu populasi
Informasi diperoleh dari sampel bukan dari populasi
Tujuan utama dari survei adalah mengetahui gambaran umum karakteristik
dari populasi.
Dapat disimpulkan bahwa survei baik digunakan dalam penelitian disamping
metode ini cukup mudah, efisien, multi fungsi dan informasi dapat dengan cepat
didapat dari responden. Pertanyaan dapat di berikan oleh peneliti dalam bentuk lisan
maupun tulisan sehingga dengan metode ini dapat menjangkau responden dimana
saja.
2.1.7 Evaluasi
Dalam sebuah organisasi atau perusahaan, penting sekali mengadakan evaluasi
dikarenakan dengan adanya evaluasi, organisasi atau perusahaan tersebut akan dapat
membandingkan kinerja, mengukur kinerja dari sebuah sistem (evaluasi sistem).
Menurut Suardi, (2015,p204). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta;
Deepublish, evaluasi adalah suatu aktivitas yang bermaksud menentukan nilai
belajar pembelajaran (baik belumnya/tidaknya, berhasil belumnya/tidaknya,
memadai belum/tidak, belajar pembelajaran yang meliputi hasil belajar). Oleh karena
itu pengukuran adalah salah satu kegiatan yang ada dalam evaluasi, maka orang
yang mengevaluasi sebenarnya juga melakukan aktivitas pengukuran.
15
Sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan suatu proses atau
keputusan akhir serta penilaian terhadap suatu hal melalui proses pengujian atau
tanpa pengujian.
2.2 Teori – Teori Khusus
Berangkat dari teori-teori umum yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian,
maka peneliti juga menjabarkan teori-teori khusus yang mendukung dalam
penelitian ini, dengan tujuan bahwa penelitian didasari landasan teori yang valid dan
menjadi acuan serta berguna dalam berjalannya proses penelitian nantinya.
2.2.1 Supply Chain Management
Saat ini banyak organisasi mulai mempelajari bagaimana peran supply chain
management dalam kegiatan proses bisnis yang ada, didasari dari berbagai fenomena
bahwa peran supply chain management sangat efektif jika di aplikasikan dalam
proses bisnis perusahaan saat ini, sehingga banyak perusahaan mulai berlomba-
lomba dalam implementasinya karena dengan implementasi supply chain dapat
mereduksi biaya produksi dan meningkatkan pendapatan perusahaan jika di
implementasikan dengan baik.
Journal Peran Supply Chain Management dalam Sistem Produksi dan Operasi
Perusahaan yang ditulis oleh Widyarto, (2012,p93), mengemukakan bahwa Supply
chain merupakan salah satu upaya untuk mereduksi biaya penawaran produk
dibandingkan dengan tingkat harga yang bersaing dengan mengoptimalkan distribusi
material dari pemasok, aliran material dalam proses produksi sampai dengan
distribusi produk ke tangan konsumen.
Dengan mengetahui tentang apa itu supply chain management, apa dampak
dalam organisasi atau perusahaan, pastilah ada komponen-komponen atau rantai-
rantai yang mendukung dalam siklus supply chain management tersebut. Terdapat 3
macam komponen rantai supplai menurut Journal Peran Supply Chain Management
dalam Sistem Produksi dan Operasi Perusahaan yang ditulis oleh Widyarto,
(2012,p93), yaitu:
Rantai suplai hulu (Upstream Supply Chain) bagian upstream supply
chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan para
penyalurannya dan koneksi mereka kepada penyalur mereka. Hubungan
para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari
16
asal material (contohnya biji tambang, pertumbuhan tanaman). Didalam
upstream supply chain, aktivitas utama adalah pengadaan
Manajemen rantai suplai internal (Internal Supply Chain Management)
meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang yang digunakan
dalam mentranformasikan masukan dari para penyalur ke dalam
keluaran organisasi itu. Hal itu meluas dari waktu masukan masuk ke
dalam organisasi. Didalam rantai suplai internal, perhatian utama
adalah manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan.
Segmen rantai suplai hilir (Downstream Supply Chain Segment)
meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada
pelanggan akhir. Didalam Downstream Supply Chain, perhatian
diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-sales-
service.
Evolusi supply chain management yang telah mencapai tahap keempat tersebut
menunjukan suatu integrasi yang menyeluruh diantara seluruh komponen terkait
sehingga menuntut adanya transparansi arus informasi. Sehingga dengan adanya
transparansi informasi yang ada pada supply chain management maka akan dapat
mengoptimalkan biaya dan produksi sehingga diharapkan perusahaan dapat bersaing
dengan harga saing optimal serta mendapatkan keuntungan, yang sesuai dengan
strategi perusahaan.
2.2.2 Manfaat Supply Chain Management
Dalam penerapannya supply chain management pasti memiliki manfaat bagi
organisasi/perusahaan, dalam journal Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain
Management) Konsep dan Hakikat yang ditulis oleh Sarijun, (2011,p3) secara umum
penerapan konsep Supply Chain Management dalam perusahaan akan memberikan
manfaat sebagai berikut:
Kepuasan pelanggan. Konsumen atau pengguna produk merupakan
target utama dari aktivitas proses produksi setiap produk yang
dihasilkan perusahaan. Konsumen dan pengguna yang dimaksud dalam
konteks ini tentunya konsumen yang setia dalam jangka waktu yang
lama. Untuk menjadikan konsumen setia maka terlebih dahulu
17
konsumen harus puas dengan pelayanan yang telah diberikan oleh
perusahaan.
Meningkatkan pendapatan. Semakin banyak konsumen yang setia dan
menjadi mitra perusahaan maka dapat berarti bahwa keuntungan
perusahaan ikut meningkat sehingga produk-produk yang dihasilkan
perusahaan tidak terbuang percuma karena diminati oleh konsumen.
Menurunnya biaya. Pengintegrasian aliran produk dari perusahan
kepada konsumen akhir berarti pula mengurangi biaya-biaya pada jalur
distribusi.
Pemanfaatan asset semakin tinggi. Aset terutama faktor manusia akan
semakin terlatih dan terampil baik dari segi pengetahuan maupun
keterampilan. Tenaga manusia akan mampu memberdayakan
penggunaan teknologi tinggi sebagaimana yang dituntut dalam
pelaksanaan Supply Chain Management.
Peningkatan laba. Dengan semakin meningkatnya jumlah konsumen
yang setia dan menjadi pengguna produk, pada gilirannya akan
meningkatkan laba perusahaan
Perusahaan semakin besar. Perusahaan yang mendapat keuntungan dari
segi proses distribusi produknya lambat laun akan menjadi besar, dan
tumbuh lebih kuat.
Manfaat yang didapatkan oleh perusahaan dapat dibagi lagi menjadi 2 tipe
manfaat seperti disebutkan di Journal Peran Supply Chain Management dalam
Sistem Produksi dan Operasi Perusahaan. Widyarto, (2012,p95), juga menyimpulkan
secara umum manfaat langsung dari penerapan Supply Chain Management bagi
perusahaan dibagi menjadi 2 :
1. Supply Chain Management secara fisik dapat mengkonversi bahan baku
menjadi produk jadi dan mengantarkannya kepada konsumen akhir.
Manfaat ini menekankan pada fungsi produksi dan operasi dalam sebuah
perusahaan. Dalam fungsi ini dilakukan penggunaan dari seluruh sumber
daya yang dimiliki dalam sebuah proses transformasi yang terkendali,
18
untuk memberikan nilai pada produk yng dihasilkan sesuai dengan
kebijaksanaan perusahaan dan mendistribusikannya kepada konsumen yang
dibidik.
2. Supply Chain Management berfungsi sebagai mediasi pasar, yaitu
memastikan apa yang dipasok oleh rantai suplai mencerminkan aspirasi
pelanggan atau konsumen akhir tersebut. Dalam hal ini fungsi pemasaran
yang akan berperan. Melalui pelaksanaan Supply Chain Management,
pemasaran dapat mengidentifikasi produk dengan karakteristik yang
diminati konsumen. Selanjutnya fungsi ini harus mampu mengidentifikasi
seluruh atribut produk yang diharapkan konsumen tersebut dan
mengkomunikasikan kepada perancang produk. Apabila seleksi rancangan
produk sudah dilakukan dan dilakukan pengujian maka produk dapat
diproduksi. Sehingga Supply Chain Management akan berperan dalam
memberikan manfaat seperti point 1.
2.2.3 Balanced Scorecard
Dalam penelitian ini, pengukuran kinerja B2Bi didasari dengan menggunakan
pengukuran Balanced Scorecard sehingga nantinya dengan metode ini diharapkan
perbandingan sebelum diimplementasikan B2Bi dan sesudah implementasi B2Bi
dalam supply chain management terlihat jelas dan valid.
Menurut journal Using Cobit 4.1 to Achieve Business-IT Alignment: A
Practical Approach, Rouyet, (2010,p1), IT Balanced Scorecard merupakan alat yang
berguna untuk mencapai bisnis-IT alignment dan merupakan alat untuk mengukur
kinerja perusahaan. Namun alat pengukuran ini impelentasinya berbeda-beda di
setiap organisasi, sehingga sangatlah perlu untuk setiap organisasi menerapkan
konsep-konsep balanced scorecard dan disesuaikan dengan konteks organisasinya
sendiri.
Adapun visi dan strategi balanced scorecard diterjemahkan kedalam 4
perspektif yang kemudian oleh masing-masing perspektif visi dan strategi tersebut
dinyatakan dalam bentuk tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi, ukuran
(measures) dari tujuan, target yang diharapkan dimasa yang akan datang serta
inisiatif-inisiatif atau program yang harus dilaksanakan untuk memenuhi tujuan-
tujuan strategis.
19
2.2.4 Perspektif Balanced Scorecard
Dalam penggunaan Balanced Scorecard perlu diperhatikan mengenai
pandangan atau perspektif apa yang mendukung dalam pengukuran balanced
scorecard tersebut, sehingga dengan pertimbangan persepektif akan sangat
membantu dalam implementasi metode pengukuran balanced scorecard yang
efektif.
Menurut journal Using Cobit 4.1 to Achieve Business-IT Alignment: A Practical
Approach, Rouyet, (2010,p1), IT Balanced Scorecard yaitu:
Perspektif Finansial
Dalam perspektif finansial organisasi merumuskan tujuan finansial yang
ingin dicapai organisasi dimasa yang akan datang. Selanjutnya tujuan
finansial tersebut dijadikan dasar bagi ketiga perspektif lainnya dalam
menetapkan tujuan dan ukurannya. Tujuan finansial suatu organisasi selalu
berkaitan dengan profitabilitas yang bisa diukur. Ukuran finansial
menggambarkan apakah implementasi strategi organisasi memberikan
kontribusi atau tidak terhadap keberhasilan finasial organisasi.
Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, organisasi mengidentifikasikan pelanggan dan
segmen pasar dimana organisasi akan bersaing. Tujuan yang bisa ditetapkan
dalam perspektif ini adalah pemuasan kebutuhan pelanggan. Ukuran-ukuran
yang digunakan dalam perspektif ini antara lain retensi pelanggan, kepuasan
pelanggan, profitabilitas pelanggan, akuisisi pelanggan baru dan market
share. Dalam perspektif ini organisasi menyusun strategi yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang pada akhirnya memberikan
keuntungan finansial bagi organisasi.
Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal mengidentifikasi proses-proses yang penting
bagi organisasi untuk melayani pelanggan (perspektif pelanggan) dan pemilik
organisasi (perspektif finansial). Komponen utama dalam proses bisnis
internal adalah :
20
1. Proses inovasi, yang diukur dengan banyaknya produk baru yang
dihasilkan organisasi, waktu penyerahan produk ke pasar, dan lain
sebagainya.
2. Proses operasional, yang diukur dengan peningkatan kualitas produk,
waktu proses produksi lebih pendek..
3. Proses pelayanan yang diukur dengan pelayanan purna jual, waktu
dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan.
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif ini menggambarkan kemampuan organisasi untuk menciptakan
pertumbuhan jangka panjang. Tujuan dalam perspektif ini adalah
menyediakan infrastruktur bagi perspektif finansial, pelanggan dan proses
bisnis internal agar tujuan dari perspektif-perspektif tersebut tercapai.
Perspektif ini bertujuan meningkatkan kemampuan karyawan, meningkatkan
kapabilitas sistem informasi, dan peningkatan keselarasan dan motivasi.
Ukuran yang bisa digunakan antara lain kepuasan karyawan, retensi
karyawan, banyaknya saran yang diberikan oleh karyawan.
Setiap tujuan dan ukuran dari setiap perspektif merupakan suatu hubungan
sebab akibat, artinya jika tujuan dari perspektif pelanggan, proses bisnis internal dan
pembelajaran serta pertumbuhan tercapai maka pada akhirnya adalah peningkatan
kinerja finansial pada organisasi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa 4 perspektif yang ada pada balanced
scorecard saling berkaitan dengan yang lainnya sehingga penting untuk menjadi
tolak ukur dalam implementasi balanced scorecard pada sebuah organisasi. Jika
dengan semua perspektif diatas didapatkan data dan ukuran yang jelas sehingga
dapat membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan saat itu juga serta dapat
dijadikan proses pembelajaran pada organisasi dan membantu memprediksi finansial
yang ada di organisasi tersebut. Perspektif yang paling mendasar dari balanced
scorecard yaitu pembelajaran dan pertumbuhan maka jika terjadi peningkatan
keahlian kerja, diharapkan terjadi peningkatan kualitas produk yang dihasilkan
dalam perspektif proses bisnis internal, selanjutnya produk yang berkualitas akan
21
meningkatkan kepuasan pelanggan serta kepuasan pelanggan akan mendatangkan
finasial yang baik bagi organisasi.
2.2.5 Fit Gap Analysis
Analisa fit gap ini biasanya digunakan untuk menentukan langkah yang perlu
diambil dari kondisi saat ini menuju kondisi selanjutnya. Analisa ini juga berguna
membantu perusahaan untuk mempertimbangkan, mengambil keputusan terhadap
sistem yang sudah dievaluasi sebelumnya. Analisa ini juga mengidentifikasikan
antara gap atau kesenjangan dari sistem yang ada dengan sistem yang diinginkan
oleh perusahaan.
Dapat disimpulkan bahwa analisa ini merupakan perbandingan kinerja aktual
dengan kinerja yang diharapkan oleh organisasi atau perusahaan. Analisa ini dapat
dijadikan alat evaluasi bisnis yang berfokus pada kesenjangan kinerja perusahaan
saat ini dan kinerja perusahaan masa mendatang. Analisa ini juga
mengidentifikasikan tindakan-tindakan yang diperlukan dalam mengatasi
kesenjangan yang ada.
Menurut Journal Fit Gap Analysis – The Role of Business Process Reference
Models oleh Dejan, (2013,p325) bahwa tujuan utama dari analisis ini adalah untuk
mengidentifikasi dan mendokumentasikan semua gap atau kesenjangan yang ada
berdasarkan perbandingan kebutuhan bisnis perusahaan dan kemampuan perusahaan,
serta analisis ini memberikan solusi atau alternatif lain dalam meminimalisir
kesenjangan yang ada.
Gap Analysis bertujuan untuk mengevaluasi kebutuhan perbaikan pada sistem
yang sedang berjalan dan mengidentifikasi apakah ada fit atau gap antara kondisi
proses sistem saat ini dengan kondisi yang diharapkan. Fit berarti proses yang
dijalankan telah sesuai dengan harapan perusahaan. Sedangkan gap berarti proses
yang dijalankan masih memiliki jarak untuk sesuai dengan harapan perusahaan.
Menurut Bens, (2012,p160). Facilitating with Ease! Core Skills for
Facilitators, Team Leaders and Member, Managers, Consultants and Trainers, 3rd
Edition. San Fransisco: John Wiley & Sons, berpendapat bahwa tujuan dari Gap
Analysis adalah untuk mendorong review realistis dari sekarang dan membantu
mengidentifikasi hal-hal yang perlu dilakukan untuk sampai pada keinginan masa
depan.
22
Menurut Bens, (2012,p160). Facilitating with Ease! Core Skills for
Facilitators, Team Leaders and Member, Managers, Consultants and Trainers, 3rd
Edition. San Fransisco: John Wiley & Sons, ada enam langkah dalam melakukan
Gap Analysis, yaitu:
Langkah 1: Mengidentifikasi situasi mendatang. Menggunakan alat
seperti visi atau pendekatan lain yang menghasilkan gambar dimana
suatu kelompok ingin berada pada waktu tertentu. Deskripsi dari
gambaran masa depan harus rinci. Melakukan posting informasi disisi
kanan dinding kosong yang besar.
Langkah 2: Mengidentifikasi situasi sekarang. Menjelaskan komponen
yang sama yang ditampilkan dalam situasi mendatang, namun dalam
keadaan sekarang ini. Sekali lagi, sangat rinci. Melakukan postingan ide-
ide yang dihasilkan disisi kiri dinding ruang kerja.
Langkah 3: Meminta anggota untuk bekerja dengan mitra untuk
mengidentifikasi kesenjangan (gap) antara masa sekarang (present) dan
masa depan (future)
Langkah 4: Ketika Mitra telah menyelesaikan diskusi mereka, berbagai
ide sebagai kelompok total dan melakukan postingan kesenjangan antara
“sekarang” dan “masa depan”.
Langkah 5: Ketika ada kesepakatan mengenai kesenjangan, maka akan
membagi kelompok besar menjadi beberapa sub kelompok. Memberikan
setiap kelompok satu atau lebih item kesenjangan untuk memecahkan
masalah atau melakukan rencana tindakan.
Langkah 6: Memasang kembali seluruh kelompok untuk mendengar
rekomendasi dan rencana tindakan. Mintalah anggota untuk mengesahkan
rencana, kemudian mekanisme tindak lanjut ke depan.
2.2.5.1 Rangking Requirement
Requirement harus diidentifikasikan ke dalam tingkat prioritasnya masing-
masing. Tingkatan tersebut akan membantu tim proyek dan sponsor tim dalam
memastikan semua proses bisnis kritis yang diakomodasi selama implementasi
23
sistem baru. Berikut rangking of requirement yang digunakan dalam melakukan
fit/gap analysis:
H (High / Kebutuhan Penting), yaitu kebutuhan yang sangat penting
untuk kegiatan peroperasi dan tanpa hal tersebut organisasi tidak dapat
berfungsi, hal tersebut juga meliputi kebutuhan pelaporan eksternal dan
internal.
M (Medium / Kebutuan Nilai Tambah), yaitu kebutuhan yang jika
dipenuhi, akan meningkatkan proses bisnis secara signifikan, kebutuhan
ini biasanya kurang kritis untuk bisnis organisasi, tetapi jika dipenuhi
akan memberikan keuntungan biaya signifikan pada organisasi.
L (Low / Kebutuhan yang diinginkan), yaitu kebutuhan yang baik untuk
dimiliki dan hanya akan menambah nilai kecil ke proses bisnis dan
mungkin dipertemukan melalui perubahan bisnis.
2.2.5.2 Tingkat Kesesuaian
Tingkat kesesuaian antara sistem berjalan dengan kebutuhan pengguna.
Berikut ini akan diuraikan kode-kode yang digunakan dalam menentukan tingkat
kesesuaian untuk fit/gap analysis:
F (Fit), yakni kebutuhan secara penuh dipenuhi oleh perangkat lunak.
G (Gap), yakni perangkat lunak tidak memenuhi kebutuhan secara penuh.
Comment adalah deskripsi dari kondisi perusahaan yang sedang
berlangsung.
P (Partial Fit), yakni perangkat lunak memiliki fungsionalitas kebutuhan
pengguna.
2.2.6 Manfaat Zero Error
Menurut Journal Pengaruh Total Quality Management Terhadap Defect Produk
pada Labelling and Packaging Department di PT. Great Giant Pineapple Lampung
Tengah oleh Dinata, (2016,p48) bahwa Philips B. Crosby mendefinisikan kualitas
adalah „Zero Defects/Zero Error‟, yaitu kesesuaian seratus persen dengan spesifikasi
produk.
24
Empat prinsip zero defects/zero error antara lain:
1. Kualitas adalah kesesuaian dengan persyaratan. Setiap produk atau
layanan seharusnya merupakan deskripsi dari apa yang pelanggan
butuhkan
2. Pencegahan cacat produk lebih disarankan untuk pemeriksaan kualitas
dan koreksi. Prinsip kedua ini didasarkan pada pengamatan bahwa
mencegah kecacatan lebih tidak merepotkan, lebih pasti dan lebih
murah daripada menemukan dan memperbaikinya
3. Zero error atau disebut juga dengan zero defects pada system
merupakan standar kualitas. Prinsip ketiga didasarkan pada sifat
normative persyaratan: jika persyaratan mengungkapkan apa yang
benar-benar diperlukan, maka setiap unit yang tidak memenuhi
persyaratan tidak akan memuaskan kebutuhan dan tidak baik. Jika unit
yang tidak memenuhi persyaratan ternyata mampu memuaskan
kebutuhan, maka persyaratan harus diubah untuk mencerminkan
realitas.
4. Kualitas diukur dalam istilah moneter, harga dari ketidaksesuaian (Price
of non conformance / PONC). Prinsip keempat ini adalah kunci untuk
metodologi. Phil Crosby percaya bahwa setiap cacat merupakan biaya
yang sering tersembunyi. Biaya ini mencakup waktu pemeriksaan,
pengerjaan ulang, bahan terbuang dan tenaga kerja, pendapatan yang
hilang dan biaya ketidakpuasan pelanggan.
Dapat disimpulkan bahwa manfaat dari zero defect/zero error pada system
merupakan sebuah mutu dan sebagai syarat dalam sebuah sistem sehingga system
memiliki mutu yang berkualitas dan lebih baik mencegah terjadinya error
dibandingkan untuk memeriksanya dikarenakan akan ada kemungkinan pengeluaran
biaya terhadap pemeriksaan error atau perbaikan error tersebut. Sehingga zero
defect/zero error haruslah menjadi salah satu syarat utama dalam sistem.
2.2.7 Skala Pengukuran
Menurut Sugiyono, (2013,p131). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: ALFABETA, bahwa skala pengukuran merupakan kesepakatan
25
yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang
ada dalam alat ukur sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran
akan menghasilkan data kuantitatif.
Menurut Sugiyono, (2013,p131). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: ALFABETA, skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial,
fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti dan selanjutnya
disebut variable penelitian. Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala
Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat
berupa kata-kata, antara lain:
a) Sangat Setuju
b) Setuju
c) Ragu-Ragu
d) Tidak Setuju
e) Sangat Tidak Setuju
a) Selalu
b) Sering
c) Kadang-kadang
d) Tidak pernah
a) Sangat positif
b) Positif
c) Negatif
d) Sangat negatif
a) Sangat baik
b) Baik
c) Tidak baik
d) Sangat tidak baik
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka penelitian ini point-point diberikan skor
sebagai berikut:
26
1. Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 4
2. Setuju/sering/positif diberik skor 3
3. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 2
4. Tidak setuju/hamper tidak pernah/negative diberi skor 1
Setelah mengetahui point nilai yang telah ditentukan, kemudian mencari nilai ideal
setelah pertanyaan diberikan skor, dengan rumus sebagai berikut:
Nilai Ideal = Nilai Tertinggi X Jumlah Soal X Jumlah Responden
Setelah mendapatkan nilai ideal, selanjutnya nilai tersebut menginterpretasikan skor
jawaban responden kedalam rating scale seperti dibawah ini.
Gambar 2. 2 Contoh Rating Scale
Keterangan:
Tabel 2. 1 Rating Scale
0 Sangat tidak cukup
1-195 Kurang Baik
196-390 Cukup Baik
391-585 Sangat Baik