bab 2 landasan teori 2.1 teori umum 2.1.1 pengertian...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
2.1.1 Pengertian Manajemen
Menurut Manulang (2004, p1), Manajemen mempunyai tiga arti, pertama
manajemen sebagai suatu proses, yang kedua manajemen sebagai kolektivitas orang-
orang yang melakukan aktivitas manajemen, dan yang ketiga manajemen sebagai sebuah
seni dan sebagai suatu ilmu. Manajemen juga berarti memilih bagaimana mencari
sumber-sumber manusia yang dipakai secara efektif untuk mencapai suatu tujuan yang
dinyatakan. Manajemen sebagai suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan organisasional
atau maksud-maksud yang nyata.
Menurut Robbins dan Coulter (2005, p7), manajemen mengacu pada proses
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan kegiatan kerja secara efisien dan efektif
dengan dan melalui orang lain.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses mengkoordinasikan
dan mengintegrasikan sumber daya dalam kegiatan kerja secara efektif untuk mencapai
tujuan organisasional secara efektif dan efisien.
Menurut Robbins dan Coulter (2005, p7), terdapat empat jenis fungsi
management adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan (planning) mencakup proses merumuskan sasaran, menetapkan
suatu strategi untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan menyusun
rencana guna mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan.
11
2. Mengorganisasikan (organizing) mencakup proses menentukan tugas mana yang
harus dikerjakan, siapa yang mengerjakan, bagaimana tugas-tugas tersebut
dikelompokkan, siapa melapor kepada siapa dan pada tingkat mana pengambilan
keputusan diambil.
3. Kepemimpinan (leading) mencakup proses memotivasi karyawan, mengarahkan,
menyeleksi saluran komunikasi yang paling efektif dan memecahkan suatu
masalah.
4. Pengawasan (controlling) mencakup kegiatan memantau aktivitas-aktivitas yang
ada untuk memastikan bahwa semua mencapai apa yang telah direncanakan dan
mengoreksi penyimpangan-penyimpangan yang signifikan.
2.1.2 Pengertian Sistem
Menurut O’Brien (2005, p29), sistem adalah sekelompok komponen yang saling
berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input
serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur.
Sistem semacam ini (kadang disebut sebagai sistem dinamis) memiliki tiga
komponen atau fungsi dasar yang berinteraksi:
1. Input melibatkan penangkapan dan perakitan berbagai elemen yang memasuki
sistem untuk diproses. Contohnya: bahan baku mentah, energi, data, dan usaha
manusia harus terjamin dan diatur untuk pemrosesan.
2. Proses melibatkan proses transformasi yang mengubah input menjadi output.
Contohnya adalah proses manufaktur, proses bernafasnya manusia, atau perhitungan
matematika.
12
3. Output melibatkan perpindahan elemen yang telah diproduksi oleh proses
transformasi ke tujuan akhirnya. Contohnya: barang jadi, layanan oleh manusia dan
informasi manajemen harus dipindahkan ke para pemakainya.
2.1.3 Pengertian Data
Menurut Laudon dan Laudon (2003, p7), data adalah aliran fakta-fakta yang
belum diolah yang merepresentasikan kejadian yang terjadi dalam organisasi atau
lingkungan fisikal sebelum dikelola menjadi bentuk yang manusia dapat mengerti dan
gunakan.
Menurut McLeod (2004, p9-10), data terdiri dari fakta-fakta dan angka-angka
yang secara relatif tidak berarti bagi pemakai.
Menurut Widayana (2005, p12), data merupakan fakta-fakta mentah, antara lain
berupa gambar, angka yang disajikan tanpa suatu konteks.
Menurut O’Brien (2005, p38), data adalah fakta/observasi mentah, yang biasanya
mengenai fenomena fisik/transaksi bisnis. Rincinya, data merupakan pengukuran
objektif atribut (karakteristik) dari entitas (manusia, tempat, barang, kejadian.)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa data adalah fakta/observasi mentah yang
menggambarkan objektif atribut (karakteristik) dari entitas organisasi (manusia, tempat,
barang, kejadian) yang belum memiliki konteks/arti yang dapat dimengerti dan
dimanfaatkan.
13
2.1.4 Pengertian Informasi
Menurut Laudon dan Laudon (2003, p7), informasi adalah data yang telah diolah
ke dalam bentuk yang telah memiliki arti dan guna bagi manusia.
Menurut McLeod (2004, p9-10), informasi merupakan data yang telah diproses
atau data yang memiliki arti, biasanya memberitahukan pengguna sesuatu yang belum
diketahuinya.
Menurut Widayana (2005, p13), informasi adalah data yang telah disusun dan
disertai dengan referensi terhadap suatu hubungan (konteks) yang mempunyai arti, untuk
membantu pengambilan keputusan.
Menurut O’Brien (2005, p38), informasi adalah data yang telah diubah menjadi
konteks yang berarti dan berguna (memberi nilai) bagi para pemakai akhir tertentu.
Pemrosesan informasi atau pemrosesan data melalui proses nilai tambah:
1. Bentuk yang agregat, telah dimanipulasi, atau diatur.
2. Isinya dianalisis dan dievaluasi.
3. Ditempatkan dalam konteks yang tepat untuk pemakainya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah diolah, disusun
dan disertai dengan referensi terhadap suatu hubungan konteks, sehingga berarti dan
berguna (memberi nilai) memberitahukan sesuatu yang belum diketahui pemakai akhir
tertentu, untuk membantu pengambilan keputusan.
Kualitas dari suatu informasi, diperhatikan dari beberapa atribut dalam tiga
dimensi, antara lain:
1. Dimensi waktu, terdiri dari:
Timeliness : Informasi seharusnya tersedia ketika dibutuhkan.
14
Currency : Informasi seharusnya up-to date ketika disediakan.
Frequency : Informasi seharusnya disediakan sesering mungkin.
Time Period : Informasi dapat disediakan dalam waktu lalu, sekarang
dan waktu akan datang.
2. Dimensi isi, terdiri dari:
Akurat : Informasi seharusnya akurat, bebas dari kesalahan.
Relevan : Informasi seharusnya berhubungan dengan kebutuhan
informasi dari penerima khusus untuk situasi khusus.
Kelengkapan : Semua informasi yang dibutuhkan seharusnya disediakan.
Kepadatan : Hanya informasi yang dibutuhkan seharusnya disediakan.
Bidang : Informasi dapat memiliki bidang yang luas atau sempit.
Performance : Informasi dapat menyatakan performance dengan
penyelesaian aktivitas pengukuran, pengakumulasian
sumber daya.
3. Dimensi bentuk, terdiri dari:
Kejelasan : Informasi seharusnya disediakan dalam suatu bentuk
mudah dimengerti.
Detail : Informasi dapat disediakan dalam bentuk mendetail atau
ringkasan.
Order : Informasi dapat disusun dalam urutan yang ditetapkan.
Presentasi : Informasi dapat diwakilkan dalam bentuk narasi, angka,
grafik atau bentuk lain.
15
Media : Informasi dapat disediakan dalam bentuk dokumen,
penayangan video, atau media lainnya.
2.1.5 Pengertian Sistem Informasi
Menurut Laudon dan Laudon (2005, p8), sistem informasi adalah kumpulan dari
komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mengumpulkan,
memproses, menyimpan dan menyebarkan informasi untuk mendukung proses
pengambilan keputusan, pengkoordinasian dan pengontrolan dalam sebuah organisasi.
Menurut O’Brien (2005, p5), sistem informasi merupakan kombinasi teratur dari
orang-orang, hardware, jaringan komputer, dan sumber daya data yang mengumpulkan,
mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah kombinasi teratur dari
orang-orang, hardware, jaringan komputer, dan sumber daya data yang saling
berhubungan dan bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan
menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
Tiga peran penting yang dapat dilakukan sistem informasi untuk sebuah
perusahaan bisnis:
1. Mendukung proses dan operasi bisnis.
2. Mendukung pengambilan keputusan para pegawai dan manajernya.
3. Mendukung berbagai strategi untuk keunggulan kompetitif.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah kombinasi dari
hardware, software, jaringan komputer, dan sumber daya data yang saling terhubung
dan bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan serta menyebarkan
16
informasi untuk mendukung proses dan operasi bisnis, pengambilan keputusan, dan
penentuan strategi.
Dapat dikatakan bahwa kepuasan adalah kesenangan seseorang karena kinerja
dari produk sesuai dengan harapan. Dimensi-dimensi ini menjadi standar kinerja sistem
yang perlu dimasukan oleh para spesialis sistem informasi dalam rancangannya.
Dimensi-dimensi ini tetap dapat diterapkan baik pada sistem yang baru maupun pada
sistem yang berjalan. Berikut ini adalah dimensi yang akan dipakai untuk mengetahui
kualitas sistem guna menentukan tingkat kepuasan yaitu :
1. Akurasi
Kebenaran atas akses informasi yang berkenaan dengan laporan persediaan,
distribusi dan penjualan.
2. Output terpercaya
Output atau hasil dari program pengelolaan data persediaan, distribusi dan
penjualan dapat diandalkan.
3. Sesuai spesifikasi
Program pengolah data persediaan, distribusi dan penjualan telah dirancang
sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.
4. Kemudahan bagi pemakai (user friendly)
Program pengolah data persediaan, distribusi dan penjualan sebaiknya
direncanakan sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.
5. Respon yang cepat
Program pengolah data persediaan, distribusi dan penjualan dapat mersepon
dengan cepat setiap perintah dari pemakai.
6. Relevan
17
Program pengolah data persediaan, distribusi dan penjualan dirancang agar
berkaitan dengan kebutuhan pemakai.
7. Memenuhi semua kebutuhan pemakai
Program pengolah data persediaan, distribusi dan penjualan dirancang untuk
memenuhi semua kebutuhan pemakai.
8. Tidak ada downtime
Program pengolah data persediaan, distribusi dan penjualan dirancang agar dapat
lebih menghemat waktu.
9. Tepat waktu
Program pengolah data persediaan, distribusi dan penjualan menghasilkan
informasi yang dibutuhkan dengan tepat waktu.
10. Perubahan mudah dilakukan
Program pengolah data persediaan, distribusi dan penjualan dirancang agar dapat
dengan mudah ditambah atau dikurangi modul-modul tambahan.
2.1.6 Pengertian Sistem Informasi Manajemen
Menurut Laudon dan Laudon (2003, p43), Sistem Informasi Manajemen adalah
Sistem Informasi pada tingkat fungsi manajemen dengan menyediakan laporan-laporan
untuk manajer atau dengan akses langsung ke dalam kegiatan terakhir dan data-data
sebelumnya.
Menurut McLeod (2004, p259), Sistem Informasi Manajemen didefinisikan
sebagai suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa
pemakai dengan kebutuhan yang serupa.
18
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Manajemen adalah suatu sistem
informasi berbasis komputer yang menyediakan informasi pada tingkat fungsi
manajemen dengan menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan
serupa berupa laporan-laporan atau dengan akses langsung ke dalam kegiatan terakhir
dan data-data sebelumnya.
2.1.7 Pengertian Analisis Sistem
Menurut O’Brien (2005, p518), Analisis sistem (system analysis) adalah studi
mendalam mengenai informasi yang dibutuhkan oleh pemakai akhir yang menghasilkan
persyaratan fungsional (fungsional requirement) yang digunakan sebagai dasar untuk
perancangan sistem informasi baru. Analisis sistem mendeskripsikan apa yang harus
dilakukan oleh sistem untuk memenuhi kebutuhan informasi pemakai.
Tahap analisis sistem meliputi:
1. Analisis organisasi merupakan langkah awal dalam analisis sistem. Analisis
organisasi meliputi struktur manajemen, orang-orang yang terlibat di dalamnya,
aktivitas bisnis, sistem lingkungan terkait, dan sistem informasi terbaru.
2. Analisis sistem yang sudah ada, termasuk hardware, software, jaringan, dan
sumber daya manusia untuk mengubah sumber data, sepreti data transaksi ke
produk informasi, seperti laporan dan tampilan.
3. Analisis persyaratan fungsional merupakan persyaratan informasi pemakai akhir
yang tidak berkaitan dengan hardware, software, jaringan, data, dan sumber daya
manusia yang saat ini digunakan oleh pemakai akhir atau akan digunakan dalam
sistem yang baru dengan diawali tahap penganalisaan kebutuhan informasi bisnis
19
(Contoh: format, volume, frekuensi, kemampuan pemrosesan informasi termasuk
input, proses, output, penyimpanan, dan pengendalian).
2.1.8 Pengertian Perancangan Sistem
Menurut O’Brien (2005, p521), Perancangan sistem (system design) merupakan
aktivitas perancangan yang menghasilkan spesifikasi sistem yang memenuhi persyaratan
fungsional yang dikembangkan dalam proses analisis sistem.
Perancangan sistem terdiri dari tiga aktivitas:
1. Perancangan interface pemakai
2. Perancangan data
3. Perancangan proses
Desain layar, bentuk, laporan Desain stuktur elemen data Desain program dan prosedu
dan dialog.
Gambar 2. 1Desain Sistem
Sumber: O’Brien (2005, p251)
2.1.9 Manajemen Strategis
Menurut David (2006, p5), Manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni
dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas
fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Tujuan manajemen
Perancangan Data
Perancangan Proses
Perancangan Interface Pemakai
20
strategis adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda
unuk masa mendatang, perencanaan jangka panjang, sebaliknya, mencoba untuk
mengoptimalkan tren sekarang untuk masa mendatang.
Proses manajemen Strategis terdiri atas tiga tahap:
1. Formulasi strategi
Proses formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi
peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan
internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi, dan
memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan.
2. Implementasi strategi
Implementasi strategi mengisyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan,
membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya
sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan (memobilisasi
karyawan untuk menempatkan strategi yang telah diformulasikan menjadi tindakan).
3. Evaluasi strategi
Tiga aktivitas yang menjadi dasar evaluasi strategi adalah:
1) Meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi saat ini.
2) Mengukur kinerja
3) Mengambil tindakan korektif.
Teknik perumusan-strategi yang penting dapat diintegrasikan ke dalam kerangka
kerja pengambilan keputusan tiga tahap, yaitu:
21
1. Tahap 1 merupakan tahap input, yang terdiri atas Matriks EFE, Matriks IFE, dan
Matriks Profil Kompetitif (Competitive Profile Matrix-CPM). Pada tahap 1,
informasi dasar yang dibutuhkan dalam strategi diperingkas.
2. Tahap 2 merupakan tahap pencocokan, yang mencakup Matriks Kekuatan-
Kelemahan-Peluang-Ancaman (Matriks SWOT - Strength, Weakness, Opportunity,
Threat ), Matriks Evaluasi Tindakan dan Posisi Strategi (Matriks SPACE-Strategic
Posistion and Action Evaluation), Matriks Boston Consulting Group (BCG), Matriks
Internal-Eksternal (IE), dan Matriks strategi besar (Grand Strategy). Pada tahap 2,
penciptaan alternatif strategi dicocokan dengan faktor eksternal dan internal kunci.
3. Tahap 3 merupakan tahap keputusan, yang melibatkan strategi tunggal dengan
menggunakan Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM- Quantitative
Strategic Planning Matrix).
Manfaat utama manajemen strategis adalah membantu organisasi
memformulasikan strategi yang lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang lebih
sistematik, logis, dan rasional untuk pilihan strategi. Dengan kata lain, manajemen
strategis memungkinkan suatu oraganisasi untuk proaktif dalam membentuk masa
depannya, memungkinkan perusahaan untuk menilai dan mempengaruhi (bukan hanya
merespon terhadap) aktivitas.
Proses manajemen strategis didasarkan pada kepercayaan bahwa organisasi
seharusnya secara terus-menerus memantau kejadian di lingkungan internal dan
eksternal serta tren sehingga perubahan yang cepat dapat dibuat ketika diperlukan.
E-business, E-commerce dan globalisasi adalah perubahan eksternal yang
mentransformasi bisnis dan masyarakat saat ini. Semakin banyak perusahaan mendapat
keunggulan kompetitif dengan menggunakan internet untuk menjual secara langsung
22
dan untuk berkomunikasi dengan pemasok, pelanggan, kreditor, partner, pemegang
saham, klien, kompetitor yang tersebar di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan, dengan
adanya E-business dan E-commerce akan meminimalkan pengeluaran, waktu terbuang,
jarak, dan ruang untuk menjalankan bisnis, sehingga menghasilkan pelayanan pelanggan
yang lebih baik, efisiensi, perbaikan produk, dan profitabilitas yang lebih tinggi.
2.1.10 Pengertian Internet dan World Wide Web
Menurut Purbo, 1998 (Dewanto, 2004, p2), “Interconnected Network” atau yang
lebih popular dengan sebutan internet adalah sebuah sistem komunikasi global yang
menghubungkan komputer-komputer dan jaringan-jaringan komputer di seluruh dunia.”
Menurut McLeod Jr, Schell dan George P. (2004, p264), Internet adalah
kumpulan jaringan komputer yang terbesar di dunia, dimana pada setiap jaringan
komputer tersebut terdiri dari kumpulan jaringan yang lebih kecil. Internet merupakan
jaringan komunikasi global yang menghubungkan jutaan komputer di dunia.
World Wide Web merupakan informasi yang dapat diakses melalui internet
dimana dokumen-dokumen hypermedia (file-file komputer) disimpan dan dapat diambil
kembali dalam skema penempatan yang unik. Hypermedia adalah multimedia yang
terdiri dari teks, grafik, audio, dan video.
Menurut O’Brien (2005, p261), Internet adalah jaringan komputer yang tumbuh
cepat dan terdiri dari jutaan jaringan perusahaan, pendidikan, serta pemerintah yang
menghubungkan ratusan juta komputer serta pemakainya di lebih dari 200 negara.
World Wide Web adalah jaringan multimedia situs internet global untuk
informasi, pendidikan, hiburan, e-business, dan e-commerce.
23
Jadi, dapat disimpulkan bahwa internet adalah jaringan komunikasi global yang
terdiri dari jutaan jaringan perusahaan, pendidikan, serta pemerintah yang
menghubungkan jutaan komputer di dunia. Dan World Wide Web adalah jaringan
hypermedia yang berisi informasi, pendidikan, hiburan, e-business, dan e-commerce
yang dapat diakses melalui internet.
Menurut Ustadiyanto (2002, p15-21) Internet mempunyai keistimewaan dan
keunggulan dibandingkan media-media lainnya. Keistimewaan dan keunggulan tersebut
adalah:
1. Banyak orang salah menilai tentang Internet
Internet dinilai sebagai barang mewah dan berlebihan, yang hanya cocok untuk
perusahaan besar dalam memberikan pelayanan kepada orang-orang kelas atas,
Internet sesungguhnya lebih efisien dan ekonomis bila dibandingkan dengan media-
media lainnya.
2. Tanpa batasan
Salah satu kendala bagi media cetak adalah masalah dalam penyebaran, selain
menuntut biaya tambahan, juga membutuhkan waktu yang lama. Internet tidak
mengenal batas negara, jadi waktu relatif singkat, informasi dapat disebarkan ke
seluruh penjuru dunia.
3. Online 24 jam
Salah satu kelemahan media semacam radio dan televisi adalah jasa informasi yang
ditayangkan hanya berlangsung selama jam siaran, Internet adalah media yang
berlangsung selama 24 jam, ini berarti kapanpun seseorang user memerlukan
informasi, ia dapat langsung mengunjungi situs suatu perusahaan.
4. Interaktif
24
Hampir semua media yang telah dipakai merupakan media yang menyajikan
informasi satu arah, dimana seseoang tidak memiliki peluang untuk ikut ambil
bagian di dalamnya, namun akan memerlukan waktu yang relatif lama. Internet
merupakan media interaktif yang memungkinkan seorang user untuk berpartisipasi
kapanpun.
5. Hyperlink
Informasi dalam internet bisasanya tersaji dalam bentuk hyperlink. Ini berarti user
dapat berpindah dari satu informasi ke informasi lain baik yang mempunyai kaitan
secara langsung maupun tidak langsung.
6. Tidak membutuhkan ijin khusus
Untuk dapat menayangkan informasi di Internet, tidak diperlikan adanya surat ijin.
Tidak diperlukannya surat ijin bukan berarti informasi yang diterbitkan menjadi liar,
kalau ada pihak yang merasa dirugikan dengan pemberitaan surat kabar, majalah,
buku maupun internet, maka ia dapat melancarkan gugatan melalui proses peradilan
yang sah yang berlaku dalam satu negara hukum.
7. Tidak ada sensor
Hingga sekarang belum ada satu badan pun di dunia ini yang berwenang resmi untuk
menyensor informasi dalam internet. Kebebasan untuk berbicara, berekspresi, dan
mengeluarkan berita mengakar kuat dalam masyarakat internet.
2.1.11 Pengertian E-business
Menurut Ross (2003, p50), e-business adalah semua aktivitas dalam hubungan
bisnis antar partner bisnis yang dilakukan melalui internet. Hubungan bisnis tersebut
mencakup transaksi elektronik, dokumentasi, dan fungsi pengiriman (transfer) yang
25
dapat dilakukan dengan menggunakan EDI (electronic data interchange) atau media
berbasis Web lainnya.
Menurut O’Brien (2005, p314), e-business adalah penggunaan internet dan
jaringan serta teknologi informasi lainnya untuk mendukung e-commerce, komunikasi,
dan kerja sama perusahaan, dan berbagai proses yang dijalankan melalui Web, baik
dalam jaringan perusahaan maupun dalam para pelanggan serta mitra bisnisnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa E-business adalah penggunaan internet dan
jaringan serta teknologi informasi lainnya untuk mendukung semua aktivitas antar
partner bisnis.
Teknologi berbasis web, memungkinkan perusahaan untuk mengurangi
redudansi dan biaya yang berlebihan dari proses bisnis yang ada serta meningkatkan
kualitas pelayanan terhadap konsumen dan integrasi rantai pasokan (supply chain).
2.1.12 Pengertian Persediaan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004, p14), Persediaan adalah aktiva
yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, dalam proses produksi atau
dalam perjalanan, atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk
digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Persediaan meliputi barang yang
telah dibeli dan disimpan utnuk dijual kembali. Persediaan juga mencakup barang jadi
yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi
perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang digunakan dalam proses
produksi.
Menurut Assauri (2004, p169), Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi
barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha
26
yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses
produksi, ataupun persediaan barang atau bahan baku yang menunggu penggunaannya
dalam suatu proses produksi. Jadi persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan atau
barang-barang, parts yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat
dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang
disediakan untuk memenuhi permintaan dari komponen atau langganan setiap waktu.
Secara praktis, semua hal atau barang-barang yang sifatnya berwujud, termasuk
kelompok persediaan ini pada suatu saat atau saat lainnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah aktiva yang tersedia untuk
dijual dalam suatu periode normal, atau untuk digunakan dalam proses produksi atau
dalam dalam pengerjaan proses produksi.
Persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan menurut beberapa
cara. Persediaan dapat dilihat dari fungsinya dan dilihat dari jenis dan posisi bahan atau
barang tersebut di dalam urutan pengerjaan produk.
Dilihat dari fungsinya:
1. Batch Stock atau Lot Size Inventory, merupakan persediaan yang diadakan karena
perusahaan membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah
yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Jadi, dalam hal ini
pembelian atau pembuatan yang dilakukan untuk jumlah besar, sedangkan
penggunaan atau pengeluaran dalam jumlah kecil.
2. Fluctuation Stock, merupakan persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan
mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, apabila
tingkat permintaan menunjukkan keadaaan yang tidak beraturan atau tidak tetap dan
27
fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan lebih dahulu. Jadi, apabila terdapat
fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka persediaan ini (fluctuation stock)
dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan
tersebut.
3. Anticipation Stock, merupakan persediaan yang diadakan untuk menghadapi
fluktuasi permintaaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang
terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan
permintaan yang meningkat. Di samping itu, anticipation stock dimaksudkan pula
untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan-bahan atau barang-barang
sehingga tidak mengganggu jalannya produk atau menghindari kemacetan produksi.
Dilihat dari jenis dan posisi bahan atau barang tersebut di dalam urutan
pengerjaan produk:
1. Persediaan bahan baku (raw material stock), adalah semua bahan yang dipergunakan
dalam perusahaan pabrik, kecuali terhadap bahan-bahan yang secara fisik akan
digabungkan dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan pabrik tersebut.
2. Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchased parts atau components
stock), adalah persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari
perusahaan lain, yang dapat secara langsung dirakit atau dipasang dengan parts lain,
tanpa melalui proses produksi sebelumnya.
3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (supplies
stock), adalah persediaan bahan-bahan atau barang-barang yang diperlukan dalam
proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan
dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen
dari barang jadi.
28
4. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process atau
progress stock) adalah barang-barang yang belum berupa barang jadi, akan tetapi
masih memerlukan proses lebih lanjut lagi di pabrik itu sehingga menjadi barang jadi
yang sudah siap untuk dijual kepada konsumen atau pelanggan.
5. Persediaan barang jadi (finished goods stock) adalah barang-barang yang telah
selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan
atau perusahaaan lain.
Unsur-unsur biaya dalam persediaan dapat digolongkan menjadi:
1. Biaya pemesanan(ordering cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan berkenaan
dengan pemesanan bahan-bahan atau barang-barang dari penjual, sejak dari pesanan
(order) dibuat dan dikirim ke penjual, sampai bahan-bahan atau barang-barang
tersebut dikirim dan diserahkan atau diinspeksi di gudang atau di daerah pengolahan
(process area). Besarnya biaya yang dikeluarkan tidak tergantung pada besarnya
atau banyaknya bahan atau barang yang dipesan. Yang termasuk biaya pemesanan
ini adalah:
1) Biaya administrasi pembelian dan penempatan order (cost of placing order).
1) Biaya pengangkutan atau bongkar muat (shipping and handling cost)
2) Biaya penerimaan
3) Biaya pemeriksaan
2. Biaya yang terjadi dari adanya persediaan (inventory carrying costs) adalah biaya-
biaya yang meliputi seluruh pengeluaran akibat adanya sejumlah persediaan dan
disebut juga dengan biaya mengadakan persediaan (stock holding costs). Biaya ini
berhubungan dengan tingkat rata-rata persediaan yang selalu terdapat di gudang,
sehingga besarnya biaya ini bervariasi tergantung dari besar kecilnya rata-rata
29
persediaan yang ada. Biasanya inventory carrying costs ditentukan sebagai suatu
persentase (%) dari nilai uang dari persediaan tersebut per unitnya dalam satu tahun.
Yang termasuk dalam biaya ini adalah:
1) Biaya pergudangan (storage costs) yang terdiri dari:
Biaya asuransi persediaan,
Pajak kekayaan atas investasi dari persediaan rata-rata dalam satu tahun.
Penghapusan dan resiko-resiko akibat persediaan ketinggalan jaman atau
menjadi tua, mengalami kerusakan, kerugian, dan penurunan nilai atau harga
barang dalam persediaan (depreciation and obselence).
2) Bunga atas modal yang diinvestasikan dalam inventory untuk mengganti biaya
(cost of capital tied up) yang timbul karena hilangnya kesempatan untuk
menggunakan modal tersebut dalam investasi lain (cost of income for investment
opportunity).
3) Biaya kekurangan persediaan (out of stock costs) adalah biaya-biaya yang timbul
akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil daripada jumlah yang diperlukan,
seperti kerugian atau biaya-biaya tambahan yang diperlukan karena seorang
pelanggan meminta atau memesan suatu barang, sedangkan barang yang
dibutuhkan tidak tersedia. Selain daripada itu, dapat pula merupakan biaya-biaya
yang timbul karena akibat pengiriman kembali pesanan (order) tersebut
4) Biaya yang berhubungan dengna kapasitas (capacity associated costs) adalah
biaya-biaya yang terjadi karena adanya penambahan atau pengurangan kapasitas,
atau bila terlalu sedikitnya kapasitas yang digunakan pada suatu waktu tertentu,
seperti:
a. Biaya kerja lembur
30
b. Biaya latihan
c. Biaya pemberhentian kerja
d. Biaya pengangguran (idle time)
2.1.13 Pengertian Supply chain
Menurut Ross (2003, p14), Supply chain adalah semua aktivitas yang
berhubungan dengan arus dan transformasi produk dari bahan mentah hingga
pendistribusian kepada pengguna akhir, serta terkait erat dengan arus informasi, baik
arus hilir (dari dan kepada supplier) maupun arus hulu (dari dan kepada konsumen).
Menurut Indrajit (2006, p5), Supply chain adalah suatu sistem tempat organisasi
menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini
merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai
tujuan yang sama.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa supply chain adalah semua aktivitas yang
berhubungan dengan arus dan transformasi produk dari bahan mentah hingga
pendistribusian kepada pengguna akhir antar organisasi yang saling berhubungan dan
mempunyai tujuan yang sama.
2.1.14 Pengertian Supply chain Management
Menurut Simchi-Levi (2003, p1), Supply chain Management adalah sekumpulan
pendekatan yang digunakan untuk menginterasikan pemasok, manufaktur, gudang, dan
toko sehingga barang dihasilkan dan didistribusikan dengan kuantitas tepat, ke lokasi
yang tepat, dan pada waktu yang tepat, dengan tujuan meminimalkan biaya keseluruhan
sistem serta memenuhi tingkat layanan yang dibutuhkan.
31
Menurut Ross (2003, p14) Supply chain Management didefinisikan sebagai
integrasi dari aktivitas supply chain melalui peningkatan hubungan dalam supply chain,
untuk meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan.
Menurut Chopra dan Meindl (2004, p6), Supply chain Management adalah
manajemen arus informasi, produk, atau keuangan yang berkaitan dengan biaya-biaya di
dalam supply chain.
Menurut O’Brien (2005, p332), Supply chain Management (SCM) adalah sistem
antar perusahaaan lintas fungsi yang menggunakan teknologi informasi untuk membantu
mendukung serta mengelola berbagai hubungan antara beberapa proses bisnis utama
perusahaan dengan pemasok, pelanggan, serta para mitra bisnis.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Supply chain Management adalah sistem antar
perusahaan lintas fungsi yang mendukung dan mengelola hubungan dengan pemasok,
pelanggan, serta mitra bisnis terkait dengan manajemen arus informasi, produk, atau
keuangan sehingga proses transformasi produk dan pendistribusiannya memiliki
kuantitas yang tepat, ke lokasi yang tepat, serta waktu yang tepat, dengan tujuan
meminimalkan biaya keseluruhan sistem serta memenuhi tingkat layanan perusahaan.
Tujuan SCM adalah: untuk menciptakan jaringan yang cepat, efisien, dan
berbiaya rendah, untuk membuat produk perusahaan beranjak dari konsep menuju
pasokan. Setiap rantai pasokan harus menambah nilai bagi produk atau jasa yang
dihasilkan perusahaan, sehingga seringkali disebut sebagai rantai nilai (value chain).
2.1.15 Pengertian e-Supply chain Management
Menurut Ross (2003, p18), e-Supply chain Management adalah filosofi
manajemen strategis dan taktis yang ditujukan untuk menginteraksikan gabungan
kapasitas produktif dan sumber daya lainnya dalam suatu sistem jaringan pemasok
32
(supply channel system) melalui teknologi internet, untuk pencarian solusi yang inovatif
dan sinkronisasi kemampuan jaringan, dan untuk menciptakan nilai tambah bagi
konsumen.
Perbedaan antara dengan e-SCM bukan hanya sekedar perbedaan pemanfaatan
teknologi internet saja, tetapi juga perubahan fundamental / konsep supply channel itu
sendiri. Dimana, SCM berfokus pada optimalisasi arus produk dan informasi, sedangkan
e-SCM yang merupakan supply channel berbasis Web berfokus pada penambahan nilai
bagi konsumen (baik konsumen internal maupun ekstenal).
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Lima Unsur Utama Rekayasa SCM
Dalam merekayasa ulang SCM di perusahaan, Cohen dan Roussel (Said, 2006,
p11-16) mengusulkan lima hal penting, yaitu:
1. Tetapkan SCM sebagai aspek strategis bagi perusahaan
2. Kesalahan yang umumnya terjadi dalam implementasi SCM adalah penerapan SCM
langsung pada level operasional tanpa memahami betul strategi organisasi secara
keseluruhan.
3. Rancang proses SCM dari ujung ke ujung
Salah satu perbedaan SCM dengan manajemen logistik adalah aspek integrasi dari
ujung ke ujung, rancangan pola aliran informasi dan barang harus mencakup dari
supplier hingga konsumen akhir. Sehingga perusahaan bisa memetakan dengan baik
proses mana yang dapat menyebabkan biaya tinggi atau proses mana yang
menyebabkan waktu paling lama (bottleneck).
33
4. Rancang struktur organisasi SCM
Merancang struktur organisasi SCM berarti memperjelas eksistensi SCM di dalam
perusahaan, bukan sebagai ‘tools’ di luar sistem organisasi, karena SCM seharusnya
terintegrasi di dalam operasional perusahaan.
5. Kembangkan model kolaborasi yang tepat
Agar dapat mengembangkan kolaborasi yang tepat maka pemilihan mitra sangatlah
penting. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih mitra adalah posisi strategik
mitra, kecocokan teknologi operasi, kecocokan budaya organisasi, dan kecocokan
teknologi. Dalam kolaborasi perlu diperhatikan: kolaborasi internal yang kuat
sebelum melakukan kolaborasi dengan pihak luar, seberapa luas dan dalam
kolaborasi yang akan dilakukan, kemungkinan manfaat yang dapat diperoleh, serta
kerugian yang mungkin terjadi.
6. Gunakan alat ukur kinerja yang tepat.
Ciri-ciri alat ukur SCM yang baik adalah: terhubung dengan strategi organisasi,
seimbang dan komprehensif, penetapan target sebanding dengan situasi internal
maupun eksternal, target bersifat agresif namun dapat dicapai, dapat dimonitor
dengan mudah, dapat digunakan untuk peningkatan produktivitas berkelanjutan, dan
dilaksanakan melalui rencana implementasi formal.
2.2.2 Ciri-ciri SCM
Menurut Lee (Said, 2006, p16-17), SCM bercirikan tiga A, yaitu:
1. Agilility berarti SCM selain hemat juga lincah dalam merespon setiap perubahan
terutama yang jangka pendek. Agility bisa dicapai apabila informasi dikelola secara
34
lebih terbuka, sehingga perubahan lebih mudah terdeteksi dan dipahami oleh semua
pihak dalam alur SCM secara cepat.
2. Adaptability berarti SCM harus dapat disesuaikan dengan trend yang sedang terjadi
di pasar ataupun pasar baru.
3. Alignment berarti SCM harus dibangun berdasarkan integrasi yang kuat baik
internal maupun eksternal.
2.2.3 Kriteria sukses SCM
Menurut Cohen dan Roussel (Said, 2006, p20-34) terdapat empat kriteria sukses
SCM:
1. Sesuai dengan strategi bisnis.
SCM harus disesuaikan dengan strategi bisnis organisasi bukan hanya dengan bagian
logistik dari organisasi. Apakah organisasi tersebut memiliki strategi bisnis: efisiensi
biaya yang umumnya digunakan di industri retail, consumer goods, atau distributor.
Atau organisasi memiliki strategi bisnis yang terkait dengan inovasi produk baru
seperti perusahaan telepon genggam. Atau organisasi memiliki strategi bisnis:
pelayanan prima bagi pelanggan seperti rumah sakit. Atau organisasi memiliki
strategi bisnis yang mengutamakan kualitas, seperti industri makanan dan minuman.
2. Sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Dengan mengetahui kebutuhan konsumen dan dirancang sesuai prioritas kebutuhan
konsumen. Contoh: Apabila konsumen membutuhkan kecepatan, SCM dirancang
dengan mengutamakan kecepatan.
35
3. Sesuai dengan power position.
Kekuatan tawar-menawar dapat didukung dengan tawaran kerja sama jangka
panjang yang saling menguntungkan, seperti promosi bersama, sehingga kelancaran
SCM lebih terjamin.
4. Adaptif
SCM dapat disesuaikan dengan perubahan yang terjadi seperti perubahan terknologi,
lingkungan bisnis, basis kompetisi, lingkup usaha dan terjadinya akuisisi/merger.
Tabel 2. 1 Kriteria sukses SCM
1. Sesuai dengan strategi bisnis
Biaya, Inovasi, Pelayanan, Kualitas
2. Sesuai dengan kebutuhan konsumen
Mendengarkan suara konsumen
Kebutuhan antar segmen pasar berbeda
Amati Perubahan kebutuhan konsumen secara periodik
3. Sesuai dengan power position
Lihat skala operasi dan kekuatan merek
Lakukan dialog dan titik optimal terbaik bagi konsumen.
Fokus pada konsumen akhir dan cari peluang kerja sama.
4. Adaptif
Teknologi, lingkup usaha, basis teknologi, akuisisi dan merger.
Sumber: Cohen dan Roussel (Said, 2006, p20-34)
36
2.2.4 Karakteristik e-SCM
Menurut Ross (2003, p19-26), karakteristik e-SCM terdiri dari:
1. e-SCM menciptakan pandangan baru mengenai fungsi informasi dalam supply chain.
Dimana, internet memungkinkan pengumpulan, pencarian, dan pengontrolan atas e-
information dimana pun dan kapan pun.
2. e-SCM memungkinkan perusahaan untuk memenangi persaingan dengan memperat
hubungan antar partner bisnis. Dengan adanya e-SCM, kolaborasi dengan partner
bisnis lebih mudah dilakukan (tanpa adanya batasan waktu dan tempat serta integrasi
sistem yang mendukung operasional masing-masing perusahaan).
3. Sinkronisasi supply chain yang mengutamakan kecepatan dan ketepatan e-
information dari supplier hingga konsumen.
2.2.5 Komponen e-SCM business systems
Komponen e-SCM business systems saat ini mencakup empat produk software,
yaitu:
1. EBS (Enterprise Business Systems), yaitu software yang memungkinkan optimalisasi
rantai nilai internal perusahaan, dengan mengintegrasikan sistem internal
perusahaan. EBS tetap menjadi tulang punggung (backbone) dalam e-SCM karena
EBS mencakup fungsi transaksi dan informasi perusahaan. Contoh software EBS
yang digabungkan dengan teknologi berbasis web adalah SCP (Supply chain
Planning)-APS (Advance Planning Systems) yang menggantikan fungsi-fungsi
MRP, E-procurement yang menggantikan fungsi pembelian persediaan manual,
CRM yang menjadi pusat layanan konsumen.
37
2. EDI (Electronic Data Interchange), yang berfungsi untuk transfer data transaksi
masih banyak digunakan dan menjadi bagian penting dalam e-SCM saat ini. Namun,
dalam beberapa periode terakhir, sosialisasi pertukaran data melalui XML mulai
digencarkan.
3. Aplikasi berbasis Web (Web-based Application)
Aplikasi berbasis Web memungkinkan penggabungan tiga area utama dalam e-SCM
saat ini, yaitu area konsumen, area supplier, dan area internal perusahaan.
4. Middleware
Software middleware dapat digunakan untuk membantu sistem yang berbeda untuk
bekerja sama.
2.2.6 Pembangunan e-Supply Chain Management
Langkah awal dalam pembangunan e-Supply chain Management adalah tahap
pendahuluan (Preliminary Steps), yaitu:
1. Mempersiapkan organisasi
Pihak yang paling berperan dalam tahap ini adalah top manajemen perusahaan. Pada
tahap ini organisasi dipersiapkan agar dapat menerima perubahan yang direncanakan
oleh perusahaan.
2. Mempersiapkan visi perusahaan
Penyusunan visi perusahaan yang dapat menjamin adanya kesadaran para eksekutif
berkaitan dengan kesadaran akan pentingnya e-business bagi perusahaan.
3. Mengevaluasi nilai dari supply chain
Tahap ini merupakan tahap yang akan mempengaruhi insitatif bisnis, pengaturan
proses bisnis perusahan serta penyusunan strategi perusahaan. Pada tahap ini, supply
38
chain perusahaan dievaluasi secara mendetail, apa saja nilai yang dihasilkan dari
supply chain tersebut.
Gambar 2. 2 Tahap-tahap pembangunan e-SCM
Sumber : Ross ( 2003, p131,139)
4. Mengidentifikasi peluang
Tahap selanjutnya adalah pengidentifikasian peluang terhadap supply chain yang
ada, seperti: proses apa saja yang penting dan dapat dikelola untuk penambahan
nilai, proses apa saja yang dapat dihilangkan atau dikurangi untuk meningkatkan
Tahap pendahuluan:
Penstrukturisasian strategi bisnis e-SCM:
Mempersiapkan organisasi
Mempersiapkan visi perusahaan
Mengevaluasi nilai dari supply chain
Mengidentifikasi peluang
Keputusan strategis
Usulan nilai bisnis
Portofolio Nilai
Ruang Lingkup Kolaborasi
Manajemen sumber daya
Manajemen perkembangan
39
efisiensi dan efektifitas supply chain itu sendiri, proses mana yang memiliki resiko
tinggi/rendah serta proses mana yang memiliki manfaat yang besar/kecil.
5. Keputusan strategis
Pada tahap ini, akan dilakukan analisis perusahaan secara keseluruhan dilanjutkan
dengan penyusunan strategi yang mencakup aplikasi berbasis web dan menyediakan
suatu cara baru dalam penciptaan nilai tambah bagi konsumen dan peningkatan
keunggulan kompetitif perusahaan.
Setelah tahap pendahuluan dilakukan, selanjutnya perusahaan dapat melakukan
penstrukturisasian strategi bisnis e-SCM, yaitu melalui tahap:
1. Usulan nilai bisnis (business value proposition)
Pada tahap ini, dilakukan penyesuaian antara nilai yang diharapkan melalui strategi
yang sudah terbentuk, dengan teknologi berbasis web yang akan dibangun.
2. Portofolio nilai (value portfolio)
Value portfolio mencakup: perancangan cara pendistribusian produk dan jasa,
pengkonsepan ide web dari hulu ke hilir, perancangan yang dapat memberikan nilai
tambah bagi konsumen dan meningkatkan kualitas pelayanan perusahaan.
3. Ruang lingkup kolaborasi (scope of colaboration)
Strukturisasi ruang lingkup kolaborasi mencakup:
a. Pertimbangan dimensi kolaborasi, pengkajian ulang sistem berkaitan dengan
dimensi vertikal (penyediaan barang/jasa dari hulu ke hilir) dan horizontal
(hubungan antar partner bisnis ) yang hendak dicapai.
b. Penentuan kekuatan kolaborasi
40
Kekuatan kolaborasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu: kolaborasi lemah
(menjamin ketersediaan informasi bagi partner bisnis) dan kolaborasi kuat
(adanya peleburan proses bisnis dan tujuan antar perusahaan).
c. Penentuan level teknis
Ada 4 level teknis yang dapat digunakan untuk mendukung strategi kolaborasi:
i. Non-internet technology
Pada level teknis ini, pertukaran data dengan partner bisnis dilakukan melalui
EDI, fax, atau telepon.
ii. Visibility
Pada level teknis ini, perusahaan menyediakan suatu sistem yang
menyediakan informasi perusahaan bagi partner bisnisnya.
iii. Server to server
Pada level teknis ini, salah satu perusahaan menyediakan server untuk
menyimpan data perusahaan lainnya.
iv. Process Management
Pada level teknis ini, beberapa proses bisnis bersama dan pertukaran data
telah dilakukan melalui aplikasi berbasis web, dengan mengintegrasikan
proses antar perusahaan pada level aplikasi.
d. Penilaian outsourcing
Pertimbangan diperlukannya outsourcing atau tidak menjadi langkah terakhir
pada tahap strukturisasi ruang lingkup kolaborasi. Outsourcing dapat
dipertimbangkan dengan: ketersediaan tenaga ahli, biaya, manfaat.
41
4. Manajemen sumber daya (resource management)
Adanya tindakan manajemen sumber daya lebih lanjut khususnya sumber daya
manusia, seperti pengumpulan dan pengorganisasian knowledge para pekerja.
5. Manajemen perkembangan (growth management)
Pembangunan suatu sistem memerlukan ukuran performa yang tepat untuk
mengetahui efektifitas dari sistem.
2.2.7 Metode Analisis Bisnis
2.2.7.1 Value Configuration Analysis
Menurut Thompson (Stabell dan Fjeldstad, 1998, p414-415), Value
Configuration Analysis adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk menganalisis
level keunggulan kompetitif suatu perusahaan berdasarkan teori penciptaan nilai (Value
Creation Analysis). Value Configuration Analysis terdiri dari tiga bentuk alternatif
representasi nilai yang berbeda, yaitu:
1. Value chain
Value chain umumnya digunakan oleh perusahaan yang menggunakan teknologi
long-linked. Teknologi long-linked merupakan teknologi yang digunakan oleh
perusahaan-perusahaan manufaktur. Dan value creation logic dari value chain
adalah transformasi input menjadi produk.
2. Value Shop
Value Shop umumnya digunakan oleh perusahaan yang menggunakan teknologi
intensive. Teknologi intensive merupakan teknologi yang umumnya digunakan oleh
perusahaan yang bergerak di bidang jasa khususnya jasa yang memberikan solusi
42
bagi konsumennya. Dan value creation logic dari value shop adalah menyelesaikan
permasalahan konsumen.
3. Value network
Value network umumnya digunakan oleh perusahaan yang menggunakan teknologi
mediasi. Teknologi mediasi merupakan teknologi yang umumnya digunakan oleh
perusahaan yang bergerak di bidang jasa khususnya yang menghubungkan
kepentingan antar konsumen. Dan value creation logic dari value network adalah
menghubungkan konsumen.
2.2.7.2 Value network
Menurut Thompson (Stabell dan Fjeldstad, 1998, p427), Value network
merupakan model dari value creation analysis yang dapat digunakan oleh perusahaan
yang menyediakan jasa jaringan (networking services), yang memanfaatkan teknologi
mediasi untuk menghubungkan kepentingan antar klien atau konsumennya. Contoh
perusahaan yang menggunakan value network adalah perusahaan yang bergerak di
bidang: perbankan, telekomunikasi, asuransi, jasa pengiriman.
Dalam konsep value network, value creation analysis direpresentasikan melalui
aktivitas bisnis perusahaan yang digolongkan menjadi: aktivitas utama (primary
activities) dan aktivitas pendukung (support activities). Pada gambar 2.2 akan
digambarkan diagram value network yang mencakup kedua aktivitas tersebut.
1. Aktivitas utama (primary activities)
Aktivitas utama dalam value network mencakup:
A. Manajemen kontrak dan jaringan promosi (Network promotion and contract
management).
43
Manajemen kontrak dan jaringan promosi merupakan aktivitas-aktivitas yang
berkaitan dengan penggabungan konsumen ke dalam jaringan perusahaan.
Contohnya: aktivitas pemilihan konsumen, inisialisasi konsumen, manajemen
dan pembatalan kontrak.
B. Penyediaan layanan (Service provisioning)
Penyediaan layanan merupakan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan
aktivitas yang dilakukan setelah aktivitas manajemen kontrak dan jaringan
promosi. Aktivitas tersebut termasuk pengesahan, pemeliharaan, dan
pengakhiran hubungan dengan konsumen.
C. Operasional infrastruktur jaringan (Network infrastructure operation)
Operasional infrastruktur jaringan merupakan aktivitas-aktivitas yang berkaitan
dengan pemeliharaan dan pengorperasian infrastruktur fisik dan informasi
perusahaan. Aktivitas-aktivitas ini mendukung kelancaran aktivitas jaringan.
2. Aktivitas pendukung (support activities)
Aktivitas pendukung dalam value network mencakup:
A. Infrastruktur perusahaan (Firm Infrastructure), mencakup manajemen umum
perusahaan, keuangan, dan manajemen sistem informasi perusahaan secara
umum.
B. Manajemen sumber daya manusia (Human Resource Management), mencakup
aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan sumber daya manusia, seperti:
perekrutan staff baru, pelatihan, pemberhentian.
C. Pengembangan infrastruktur dan pelayanan jaringan (Network infrastructure
development and service development/Technology development), mencakup
44
aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan, perancangan,
pengembangan dan pengimplementasian teknologi yang mendukung aktivitas
utama perusahaan.
D. Pengadaan (Procurement), mencakup pengadaan barang-barang kebutuhan
perusahaan yang digunakan dalam aktivitas keseharian perusahaan, seperti:
pengadaan barang-barang kantor.
Gambar 2. 3 Diagram value network
Sumber: Stabell dan Fjeldstad (1998, p430)
Perspektif value network membutuhkan sebuah pendekatan yang berbeda
terhadap analisis dan modeling. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah pertukaran
value apapun didukung oleh mekanisme atau media yang memungkinkan pertukaran
45
tersebut terjadi. Menurut Verna Allee (2002, p6), dalam setiap hubungan value network
akan dihasilkan nilai nyata dan tidak nyata (tangible and intangible value).
Dalam penganalisisan value network, terdapat tiga pertanyaan utama yang
menjadi dasar analisis, yaitu:
1. Exchange Analysis: Bagaimana pola pertukaran dalam sistem?
2. Impact Analysis: Apa dampak dari setiap input value (value input) bagi setiap pihak
yang terlibat?
3. Value Creation Analysis: Apa cara yang terbaik dalam menciptakan,
mengembangkan, dan meningkatkan nilai?
Untuk penggambaran pola pertukaran dalam sistem dapat digunakan pola seperti
pada gambar 2.4. Dan untuk membuat impact dan value creation analysis dapat
menggunakan tabel, seperti pada tabel 2.2 (impact analysis) dan tabel 2.3 (value
creation analysis)
P ha r mC oS a l e s&M a r ket ing
P a t i e nt s
r e qui r e me ntsdise a se kno wl e dge
c o mm unica t i o n
Pha r mC oM a nuf act ure
inv ent o r y l e ve lp r o duc t inf o
or der
R e gul a t or
inspe ct ion
pr o duc t i on data
cer t i f i ca t i o n
Gambar 2. 4 Pola pertukaran dalam sistem PharmCo
Sumber: Verna Allee (2002, p11)
46
Tabel 2. 2 Impact Analysis
Receive From Activity Tangible
Impact
Intangibles
Impact
Cost /
Risk
Benefit
Aktifitas apa
yang terjadi
yang
berhubungan
dengan unit
bisnis
perusahaan
Nilai
tangible
apa yang
didapatkan?
Negatif
atau positif
Intangibles
aset seperti
apa yang
didapatkan?
Positif atau
negatif
Seberapa
besarnya,
keuntungan
/ kerugian
Keseluruhan
benefit
dari
yang
didapatkan
Sumber: Verna Allee (2002, p15)
Tabel 2. 3 Value Creation Analysis
What We
Output
Goes To Value
Enhancements
or Value Addes
Cost / Risk Benefit
Apa yang
dihasilkan
Aliran value
yang mengalir
keluar menuju
pada bagian
tertentu
Value yang
dihasilkan
Seberapa besarnya,
keuntungan/kerugian
Keseluruhan
benefit dari
yang di
dapatkan
Sumber: Verna Allee (2002, p 17)
47
2.2.7.3 Analisis Industri: Matriks Evaluasi Faktor Eksternal
Menurut David (2006, p143-144), matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
memungkinkan para penyusun strategi untuk merangkum dan mengevaluasi inforamsi
ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi,
persaingan.
Matriks EFE dapat dibuat dengan lima tahapan:
1. Buat daftar faktor eksternal yang diidentifikasikan dalam proses audit eksternal.
Masukkan faktor-faktor, baik peluang maupun ancaman, yang mempengaruhi
perusahaan dan industrinya. Tuliskan peluang terlebih dahulu dan kemudian
ancaman. Usahakan untuk sespesifik mungkin menggunakan presentasi, rasio, dan
nilai komparatif bila mungkin.
2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0
(paling penting). Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap
terhadap keberhasilan perusahaan dalam suatu industri. Peluang sering kali diberi
bobot lebih tinggi dari ancaman, tetapi ancaman juga dapat diberi bobot yang tinggi
jika mereka sangat serius atau sangat mengancam. Bobot yang tepat dapat ditentukan
dengan membandingkan keberhasilan atau kegagalan pesaing atau dengan
mendiskusikan faktor dan mencapai konsensus kelompok. Penjumlahan dari seluruh
bobot yang diberikan kepada semua faktor harus sama dengan 1,0.
3. Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor eksternal kunci tentang
seberapa efektif strategi tentang seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam
merespon faktor tersebut, di mana 4 = respons perusahaan superior, 3 = respons
perusahaan di atas rata-rata, 2 = respons perusahaan rata-rata, dan 1 = respons
perusahaan jelek. Peringkat didasarkan pada efektivitas strategi perusahaan. Dengan
48
demikian, peringkat didasarkan pada perusahaan (company-based), sedangkan bobot
dalam tahap 2 didasarkan pada industri (industry-based). Penting untuk diperhatikan
bahwa ancaman dan peluang dapat diberi peringkat 1, 2, 3, atau 4.
4. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan nilai
tertimbang.
5. Jumlahkan nilai tertimbang dari masing-masing variabel untuk menentukan total
nilai tertimbang bagi organisasi.
Tanpa memedulikan jumlah peluang dan ancaman kunci yang dimasukkan dalam
matriks EFE, total nilai tertimbang tertinggi untuk suatu organisasi adalah 4,0 dan nilai
tertimbang terendah adalah 1,0. Total nilai tertimbang rata-rata adalah 2,5. Total nilai
tertimbang sebesar 4,0 mengindikasikan bahwa organisasi merespon dengan sangat baik
terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dalam kata lain, strategi
perusahaan secara efektif mengambil keuntungan dari perluang yang ada saat ini dan
meminimalkan efek yang mungkin muncul dari ancaman eksternal. Total nolai 1,0
mengindikasikan bahwa perusahaan tidak memanfaatkan peluang atau tidak
menghindari ancaman eksternal.
2.2.7.4 Analisis Internal Perusahaan: Matriks Evaluasi Faktor Internal
Menurut David (2006, p206-209), matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)
berfungsi untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area
fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi
hubungan antara area-area tersebut.
49
Matriks IFE juga dibuat melalui lima tahapan:
1. Masukkan faktor-faktor internal, baik kekuatan maupun kelemahan perusahaan.
Tuliskan kekuatan terlebih dahulu dan kemudian kelemahan. Usahakan untuk
sespesifik mungkin menggunakan presentasi, rasio, dan nilai komparatif.
2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0
(paling penting). Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap
terhadap keberhasilan perusahaan dalam suatu industri.Tanpa memandang apakah
faktor kunci itu adalah kekuatan atau kelemahan internal, faktor yang dianggap
memiliki pengaruh paling besar dalam kinerja organisasi harus diberikan bobot yang
paling tinggi. Penjumlahan dari seluruh bobot harus sama dengan 1,0.
3. Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor, untuk mengindikasikan
apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan utama (peringkat = 1), atau
kelemahan minor (peringkat = 2), kekuatan minor (peringkat = 3), kekuatan utama
(peringkat = 4). Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau 4
dan kelemahan harus mendapatkan peringkat 1 atau 2 . Peringkat adalah berdasarkan
perusahaan, di mana bobot di langkah 2 adalah berdasarkan industri.
4. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan nilai
tertimbang.
5. Jumlahkan nilai tertimbang dari masing-masing variabel untuk menentukan total
nilai tertimbang bagi organisasi.
Berapapun banyaknya faktor yang dimasukkan dalam matriks IFE, total nilai
tertimbang tertinggi untuk suatu organisasi adalah 4,0 dan nilai tertimbang terendah
adalah 1,0. Total nilai tertimbang rata-rata adalah 2,5. Total nilai tertimbang di bawah
2,5 menggambarkan organisasi yang lemah secara internal, sementara total nilai di atas
50
2,5 mengindikasikan posisi internal yang kuat. Jumlah faktor tidak memiliki pengaruh
terhadap kisaran total rata-rata tertimbang karena bobot selalu berjumlah 1,0.
2.2.7.5 Analisis SWOT (Strengthen,Weakness,Opportunities,Threats)
Menurut Rangkuti (2004, p18), Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths), dan peluang
(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu
berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan.
Dengan demikian perencana strategi (strategic planner) harus menganalisa faktor-faktor
strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang
ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling populer untuk
analisis situasi adalah Analisis SWOT.
Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh
kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan
dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengths dan
Weakness serta lingkungan eksternal Opportunities dan Ancaman (threats) yang
dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang
(opportunities) dan Ancaman (threats) dengan faktor internal Kekuatan (strengths) dan
Kelemahan (weaknesses)
51
Gambar 2. 5 Diagram analisis SWOT
Sumber: Rangkuti (2004, p8 )
Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan
tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan
dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif (Growth oriented strategy).
Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan
adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka
panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di
lain pihak, perusahaan harus menghadapi beberapa
kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah
meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat
merebut peluang pasar yang lebih baik.
BERBAGAI PELUANG
KELEMAHAN INTERNAL
BERBAGAI ANCAMAN
KEKUATAN INTERNAL
1.Mendukung strategi agresif
3.Mendukung strategi turn-around
4.Mendukung strategi defensif
2.Mendukung strategi diversifikasi
52
Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan
tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah
matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman
eksternal yang dihadapi perusahaan untuk disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat kemungkinan alternatif
strategis. Dengan kata lain, matriks SWOT merupakan alat untuk mencocokan yang
penting yang membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi: SO (kekuatan-
peluang − Strenght-Opportunity), WO (kelemahan-peluang − Weakness-Opportunity),
ST (kekuatan-ancaman −Strength Threat), WT (kelemahan-ancaman − Weakness-
Threat).
Strategi SO menggunakan kekutan internal perusahaan untuk memanfaatkan
peluang eksternal. Organisasi pada umumnya akan menjalankan strategi WO, ST, atau
WT agar dapat mencapai situasi di mana mereka dapat menerapkan strategi SO. Ketika
suatu perusahaan memiliki kelemahan utama, ia akan berusaha mengatasinya dan
menjadikannya kekuatan.
Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang eksternal. Kadang-kadang terdapat peluang eksternal kunci
tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang menghambatnya untuk
mengeksploitasi peluang tersebut.
Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari dan
mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Ini tidak berarti bahwa organisasi yang
kuat harus selalu menghadapi ancaman di lingkungan eksternalnya secara langsung.
53
Strategi WT adalah taktik defensive yang diarahkan pada pengurangan
kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi menghadapi
berbagai ancaman eksternal dan kelemahan interal akan berada pada posisi yang tidak
aman. Kenyataannya perusahaan seperti itu, mungkin harus berusaha bertahan hidup,
bergabung, mengurangi ukuran, mendeklarasikan kebangkrutan, atau memilih likuidasi.
Tabel 2. 4 Tabel matriks SWOT
Strengths Weakness
Opportunity
Strategi SO
Gunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
Strategi WO
Atasi kelemahan dengan
memanfaatkan peluang
Threats
Strategi ST
Gunakan kekuatan untuk
menghindari ancaman
Strategi WT
Meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman
Sumber: David (2006, p287)
Penyajian sistematis dari matriks SWOT terdapat pada tabel 2.4. Empat sel
strategi, yang diberi nama SO, WO, ST, dan WT dikembangkan setelah menyelesaikan
empat sel faktor kunci. Tujuan dari masing-masing alat pencocokan di tahap 2 adalah
untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak, bukan untuk memilih strategi mana
yang terbaik. Tidak semua strategi yang dikembangkan dalam matriks SWOT akan
dipilih untuk implementasi.
2.2.7.6 Matriks Internal-Eksternal (IE)
Menurut David (2006, pp300-303), Matriks IE memposisikan berbagai divisi
organisasi dalam tampilan sembilan sel. Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci
yaitu : total rata-rata tertimbang IFE pada sumbu x dan total rata-rata tertimbang EFE
54
pada sumbu y. Pada sumbu x dari matriks IE, total rata-rata tertimbang dari 1,0 hingga
1,99 dianggap rendah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah dan nilai 3,0 hingga
4,0 adalah tinggi. Total nilai rata-rata tertimbang yang diturunkan dari masing-masing
divisi memungkinkan pembuatan matriks IE tingkat korporasi.
Tabel 2. 5 Matriks Internal-Eksternal (IE)
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE
Kuat Rata-rata Lemah
3,0-4,0 2,0-2,99 1,0-1,99
Sumber:David(2006, p301)
Matriks IE dibagi menjadi tiga daerah utama, seperti yang terdapat pada tabel
2.5, yang memiliki implikasi strategi berbeda. Posisi untuk kuardan I, II dan IV dapat
digambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan. Strategi yang tepat dijalankan pada
posisi ini adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan
pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan
dan integrasi horizontal). Posisi untuk kuardan III, IV dan VII dapat digambarkan
sebagai jaga dan pertahankan. Strategi yang tepat dijalankan pada posisi ini adalah
strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Posisi kuardan VI, VIII dan IX dapat
digambarkan sebagai tuai atau divestasi.
I II III
IV V VI
VII VIII IX
4,0
3,0
2,0
1,0
TOTALRATA-RATA
TERTIMBANG EFE
55
2.2.7.7 Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM)
Menurut David (2006, p308-312), Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif
(Quantitative Strategic Planning Matrix- QSPM) merupakan satu-satunya teknik dalam
literatur yang didesain untuk menentukan daya tarik relatif dari alternatif tindakan yang
layak. Teknik ini secara objektif mengindikasikan alternatif strategi mana yang terbaik.
QSPM adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi alternatif
strategi secara objektif, berdasarkan factor keberhasilan kunci internal dan eksternal
yang telah diindikasikan sebelumnya. Format dasar dari QSPM diilustrasikan dalam
tabel 2.6.
Tabel 2. 6 Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM)
Alternatif
Strategi
Faktor Kunci Bobot Strategi 1 Strategi 2
AS TAS AS TAS
Faktor Eksternal
Kunci
Faktor Internal
Kunci
Sumber: David ( 2006, p309)
Baris atas QSPM terdiri atas alternatif strategi yang diturunkan dari tahap 2,
tetapi tidak semua strategi yang disarankan dalam teknik pencocokan (tahap 2) harus
56
dievaluasi dalam QSPM. Penyusun strategi harus menggunakan penilaian intuitif yang
bagus untuk memilih strategi yang akan dimasukkan dalam QSPM.
Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi
berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan
atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam satu set alternatif
dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif dari masing-masing faktor
keberhasilan kunci internal dan eksternal. Jumlah set alternatif strategi yang dimasukkan
dalam QSPM bisa berapa saja, jumlah strategi dalam satu set juga bisa berapa saja,
tetapi hanya strategi dalam set yang sama dapat dievaluasi satu sama lain.
Langkah-langkah pembuatan matriks QSPM:
1. Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan internal kunci
perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM.
Informasi ini harus diambil secara langsung dari matriks EFE dan IFE. Minimum
sepuluh faktor keberhasilan kunci eksternal dan sepuluh factor keberhasilan kunci
intenal harus dimasukkan dalam QSPM.
2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal.
Bobot ini identik dengan yang ada pada matriks EFE dan IFE, Bobot disajikan dalam
kolom persis di samping kanan faktor keberhasilan kunci eksternal dan internal.
3. Evaluasi matriks tahap 2 (pencocokan), dan identifikasi alternatif strategi yang harus
dipertimbangkan organisasi untuk diimplementasikan.
Catat strategi-strategi ini pada baris atas dari QSPM. Kelompokkan strategi ke dalam
set yang independen jika memungkinkan.
57
4. Tentukan nilai daya tarik (Attractiveness Scores-AS)
AS didefinisikan sebagai angka yang mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-
masing strategi dalam set alternatif tertentu. Nilai daya tarik (Attractiveness Scores-
AS) harus diberikan untuk masing-masing strategi untuk mengindikasikan daya tarik
relatif dari satu strategi atas strategi lainnya, dengan mempertimbangkan faktor
tertentu. Jangkauan untuk Nilai Daya Tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak
menarik, 3 = cukup menarik, 4 = sangat menarik. Berikan tanda minus jika faktor
kunci tidak memiliki dampak terhadap strategi.
5. Hitung total nilai daya tarik (Total Attractiveness Scores-TAS).
TAS didefinisikan sebagai produk dari pengalian bobot dengan nilai daya tarik
dalam masing-masing baris. Total nilai daya taruk mengindikasikan daya tarik retatif
dari masing-masing alternatif strategi. Semakin tinggi total nilai daya tarik, semakin
menarik alternatif strategi tersebut (dengan hanya memepertimbangkan faktor
keberhasilan kunci tersebut).
6. Hitung penjumlahan total nilai daya tarik.
Tambahkan TAS dalam masing-masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan
TAS mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif.
Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik,
mempertimbangkan semua faktor internal dan eksternal yang relevan yang dapat
mempengaruhi keputusan strategis.
58
2.2.8 Metode Analisis dan Perancangan Sistem Informasi
2.2.8.1 Pengertian Object Oriented Analysis and Design (OOA&D)
Menurut Whitten (2001, p97), OOA&D adalah upaya untuk menggabungkan
data dan proses menjadi konstruksi singular yang disebut object. OOA&D
memperkenalkan diagram-diagram object yang mendokumentasikan suatu sistem dalam
hal object-object dan interaksinya.
Menurut Mathiassen (2000, p135), Object-Oriented Analysis and Design
(OOA&D) adalah metode untuk menganalisa dan merancang sistem dengan pendekatan
berorientasi object.
Menurut Mathiasen (2000, p4), Object diartikan sebagai suatu entitas yang
memiliki identitas, state, dan behavior. Pada analisa, object merupakan gambaran dari
fenomena dalam isi sistem. Object menjelaskan bagaimana seorang user
membedakannya dari object lain, dan behavior object digambarkan melalui event yang
dilakukannya. Sedangkan pada perancangan, object adalah bagian dari sistem. Object
digambarkan dengan cara bagaimana object lain mengenalinya sehingga dapat diakses,
dan behavior object digambarkan dengan operation yang dapat dilakukan object tersebut
yang dapat mempengaruhi object lain dalam sistem.
2.2.8.2 Rich Picture
Menurut Mathiassen et al (2000, p26), Rich Picture merupakan gambaran
informal mengenai situasi yang digambarkan ilustrator. Rich picture memiliki fokus
pada aspek-aspek penting dari situasi yang digambarkan. Sebelum penggambaran rich
picture diperlukan penggambaran seluruh entitas penting seperti orang, objek-objek,
organisasi, peran maupun tugas.
59
2.2.8.3 Empat Aktivitas Utama OOA&D
Gambar 2.6 Aktivitas Utama dalam OOAD
Sumber : Mathiassen., et. al., (2000, p15)
Menurut Mathiassen., et. Al (2000, p15), ada empat aktivitas utama yang
terdapat dalam OOA&D, yaitu :
1. Analisa Problem Domain
Analisa problem domain bertujuan untuk mengidentifikasi dan memodelkan
suatu problem domain. Menurut Mathiassen (2000, p45), problem domain adalah
bagian dari konteks yang diadministrasikan, dimonitor, dan dikendalikan oleh
sistem. Sedangkan model adalah deskripsi dari class, object, structure, dan behavior
dalam sebuah problem domain.
60
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada analisis problem domain adalah :
a. Classes
Menurut Mathiassen (2000, 49), class adalah deskripsi dari kumpulan
object-object yang memiliki attribute, structure, dan behavior pattern yang
sama. Tujuannya adalah untuk memilih elemen-elemen dari sebuah model
problem domain dan object diberi karakter yang sesuai dengan eventnya. Object
merupakan suatu entitas yang mempunyai identitas, state, dan behavior. Event
adalah peristiwa yang terjadi saat itu juga, yang melibatkan suatu object atau
lebih.
b. Structure
Structure bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan struktural antara
class dan object dalam problem domain. Menurut Mathiassen (2000, p69),
konsep hubungan strukturalnya, terdiri dari :
i. Struktur antar class
Generalization merupakan sebuah class umum (super class) yang
menjelaskan properties pada sekelompok class khusus
(subclass).
Passenger car
Taxi Private Car
Gambar 2.7 Struktur Generalisasi
Sumber: Mathiassen., et. al., (2000, p73)
61
Cluster merupakan sekumpulan class yang saling berhubungan.
<<cluster>>Cars
<<cluster>>People
Car
PassengerCar
Cylinder Taxi
Engine
Owner
Clerk
Gambar 2.8 Struktur Cluster
Sumber: Mathiassen (2000, p75)
ii. Struktur antar object
Aggregation merupakan sebuah object superior (the whole) yang
mengandung sejumlah object (the parts).
Car
Engine W heelBody
11
Taxi Cylinder
11
14
11..* 2..*
1
Gambar 2.9 Struktur Agregasi
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p76)
62
Association merupakan sebuah relasi penting antara sejumlah object.
Car Person0..* 1..*
Gambar 2.10 Struktur Asosiasi
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p77)
c. Behavior
Menurut Mathiassen (2000, p89) tujuan behavior adalah untuk
memodelkan dinamika dari problem domain. Behavior merupakan susunan
event-event yang melibatkan sebuah object. Dalam aktivitas behavior, definisi
class dalam class diagram diperluas dengan menambahkan deskripsi behavioral
pattern dan atribut dari tiap class. Konsep behavior :
i. Event Trace adalah serangkaian event yang berurutan yang melibatkan
sebuah object khusus.
ii. Behavioral Pattern merupakan deskripsi kemungkinan event trace untuk
semua object dalam sebuah class.
iii. Attribute adalah sebuah sifat deskriptif dari sebuah class atau event.
63
Gambar 2. 11 Aktivitas dalam memodelkan problem domain
Sumber: Mathiassen et al, 2000, p46
2. Analisa Application Domain
Menurut Mathiassen (2000, p115), appilcation domain merupakan suatu
organisasi yang mengadministrasi, memonitor, atau mengontrol suatu problem
domain. Analisa application domain bertujuan untuk menentukan kebutuhan-
kebutuhan pemakaian sebuah sistem. Untuk menganalisa application domain harus
terfokus pada pekerjaan user dan kemudian menspesifikasikan berbagai kebutuhan
secara rinci. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada analisis application domain,
yaitu:
a. Usage
Menurut Mathiassen (2000, p119), usage menjelaskan bagaimana actor
berinteraksi dengan sebuah sistem. Actor adalah abstraksi atau pemisahan user
atau sistem lain yang berinteraksi dengan target sistem. Sedangkan usecase
adalah pola interaksi antara sistem dan actor dalam application domain.
64
Diagram Use-Case menunjukkan relasi antara aktor dengan use cases
(Mathiassen et al, 2000, p343). Dalam diagram ini, aktor dan use cases
merupakan dua elemen terpenting. Keduanya dapat dihubungkan satu sama lain
untuk menggambarkan pola interaksi antara aktor dengan bagian sistem tertentu.
Notasi untuk penggambaran usecase terdapat pada gambar 2.11.
UseCase
<<actor>>Actor
Actor
Alternative symbol for actor
Participation
Actor
Use Case
Use case group Group of use cases
Gambar 2. 12 Notasi untuk Use Case Diagram
Sumber: Mathiassen et al., 2000, p343
b. Sequence Diagram
Menurut Bennett., et. al., (2006, p253), sequence diagram merupakan
diagram yang menunjukkan interaksi antar objek yang diatur berdasarkan urutan
waktu. Sequence diagram dapat digambarkan dalam berbagai level of detail yang
berbeda untuk memenuhi tujuan yang berbeda-beda pula dalam daur hidup
pengembangan sistem. Sequence diagram biasanya digunakan menggambarkan
interaksi antar objek yang terjadi pada sebuah use case atau sebuah operation.
65
Menurut Bennett., et. al., (2006, pp253-254), menyatakan bahwa setiap
sequence diagram harus diberikan frame yang memiliki heading dengan
menggunakan notasi sd yang merupakan kependekan dari sequence diagram.
Berikut ini notasi penulisan heading pada setiap frame yang terdapat dalam sequence
diagram, antara lain:
a. alt
Notasi alt merupakan kependekan dari alternatives yang menyatakan bahwa
terdapat beberapa buah alternatif jalur eksekusi untuk dijalankan.
b. opt
Notasi opt merupakan kependekan dari optional dimana frame yang memiliki
heading ini memiliki status pilihan yang akan dijalankan jika syarat tertentu
dipenuhi.
c. loop
Notasi loop menyatakan bahwa operation yang terdapat dalam frame tersebut
dijalankan secara berulang selama kondisi tertentu.
d. break
Notasi break mengindikasikan bahwa semua operation yang berada setelah
frame tersebut tidak dijalankan.
e. par
Merupakan kependekan dari parallel yang mengindikasikan bahwa operation
dalam frame tersebut dijalankan secara bersamaan.
f. seq
Notasi seq merupakan kependekan dari weak sequencing yang berarti operation
yang berasal dari lifeline yang berbeda dapat terjadi pada urutan manapun.
66
g. strict
Notasi strict merupakan kependekan dari strict sequencing yang menyatakan
bahwa operation harus dilakukan secara berurutan.
h. neg
Notasi neg merupakan kependekan dari negative yang mendeskripsikan operasi
yang tidak valid.
i. critical
Frame yang memiliki heading critical menyatakan bahwa operasi-operasi yang
terdapat di dalamnya tidak memiliki sela yang kosong.
j. ignore
Notasi ini mengindikasikan bahwa tipe pesan atau parameter yang dikirimkan
dapat diabaikan dalam interaksi.
k. consider
Consider menyatakan pesan mana yang harus dipertimbangkan dalam interaksi.
l. assert
Merupakan kependekan dari assertion yang menyatakan urutan pesan yang valid.
m. ref
Notasi ref merupakan kependekan dari refer yang menyatakan bahwa frame
mereferensikan operation yang terdapat di dalamnya pada sebuah sequence
diagram tertentu.
67
Contoh sequence diagram terdapat pada gambar 2.12 :
Gambar 2.12 Contoh Sequence Diagram for the use case Add a new advert to a campaign
Sumber : Bennett., et. al., (2006, p254)
68
b. Functions
Menurut Mathiassen (2000, p137), function adalah fasilitas untuk
membuat sebuah model yang berguna bagi actor. Function bertujuan untuk
menentukan kemampuan pemrosesan sistem informasi. Function berfokus pada
apa yang dapat dilakukan sistem untuk membantu tugas actor. Prinsipnya adalah
mengidentifikasi semua function, menspesifikasikan function yang rumit, dan
mengecek kelengkapan daftar function. Empat macam function, yaitu :
i. Update
Update merupakan function yang diaktifkan oleh suatu event problem
domain dan menghasilkan suatu perubahan dalam model-model state.
ii. Read
Read adalah aktivitas akan kebutuhan informasi dalam sebuah tugas kerja
actor dan hasilnya berupa tampilan sistem yang relevan dari model.
iii. Signal
Signal adalah function yang diaktifkan oleh sebuah perubahan dalam model
state dan menghasilkan suatu reaksi di dalam konteks. Reaksi ditujukan
kepada actor dalam application domain.
iv. Compute
Compute adalah function yang diaktifkan oleh suatu kebutuhan akan
informasi dalam tugas actor dan terdiri dari suatu perhitungan termasuk
informasi yang disajikan oleh actor. Hasilnya berupa sebuah tampilan
mengenai hasil perhitungan.
69
c. Interface
Menurut Mathiassen (2000, p151), konsep-konsep interface :
i. Interface adalah fasilitas yang memungkinkan sebuah model sistem dan
function dapat digunakan oleh user.
ii. User interface adalah sebuah interface untuk user.
iii. System interface adalah sebuah interface untuk sistem lain.
Navigation diagram merupakan jenis khusus dari statechart diagram
yang menfokuskan pada keseluruhan dinamika user interface (Mathiassen et al.,
2000, p344). Diagram ini menunjukkan windows yang berpartisipasi dan
bagaimana transisi diantara mereka. Setiap window merepresentasikan sebuah
state.
Gambar 2. 14 Notasi untuk Navigation Diagram
Sumber: Mathiassen et al., 2000, p340
70
3. Architectural Design
Menurut Mathiassen (2000, p173), tujuannya adalah untuk menstrukturkan
sistem terkomputerisasi.
4. Component Design
Menurut Mathiassen (2000, p231), tujuan component design adalah untuk
mendefinisikan implementasi kebutuhan-kebutuhan di dalam kerangka arsitektur.
2.3 Kerangka Kerja Pembangunan e-SCM
Gambar 2.15 Kerangka kerja pembangunan e-SCM
Kerangka kerja pembangunan e-Supply chain Management penulis melalui
tahap:
1. Mengevaluasi nilai dari supply chain
Pada tahap ini menggunakan metode value network analysis untuk mengevaluasi
supply chain perusahaan mendetail dan mengetahui apa saja nilai yang dihasilkan
dari supply chain tersebut.
2. Mengidentifikasi peluang
Portofolio Nilai
Ruang Lingkup Kolaborasi
Mengidentifikasi peluang
Keputusan strategis
Mengevaluasi nilai dari supply chain
Usulan nilai bisnis
71
Tahap selanjutnya adalah pengidentifikasian peluang terhadap supply chain yang ada
melalui analisis value network yang lebih mendalam, yang terdiri dari analisis
dampak (impact analysis) dan analisis penciptaan nilai (value creation analysis).
3. Keputusan strategis
Pada tahap ini, analisis dan penyusunan strategi dilakukan dengan menggunakan
metode perbandingan, matriks IFE-EFE, matriks SWOT, matriks IE, dan matriks
QSPM
4. Business value proposition
Penyesuaian antara nilai yang diharapkan melalui strategi yang sudah terbentuk,
dengan teknologi berbasis web yang akan dibangun dilakukan dengan menggunakan
metode analisis problem domain sistem berbasis OOAD (Object Oriented Analysis
and Design).
5. Value portfolioValue portfolio dilakukan dengan menggunakan analisis application
domain berbasis OOAD.
6. Scope of collaboration
Strukturisasi ruang lingkup kolaborasi dilakukan melalui:
Pemetaan fitur yang menggambarkan dimensi kolaborasi yang hendak dicapai.
a. Perancangan sistem yang mendukung kolaborasi kuat antar perusahaan dengan
supplier.
b. Perancangan sistem yang berkonsep level teknis Process Management. Dimana,
kedua perusahaan tetap dapat menggunakan sistemnya masing-masing dan dapat
memperoleh informasi langsung (tertentu) dari server partner melalui Web-
services (aplikasi yang memungkinkan pertukaran data antar dua sistem dalam
jaringan internet).