bab 2 landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/lkn2006-21-bab...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Definisi Perancangan dan Pengembangan Produk
Perancangan dan pengembangan produk adalah serangkaian aktivitas yang
dimulai dari analisis persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri dengan tahap
produksi, penjualan, dan pengiriman produk. Perancangan dan pengembangan produk
juga dapat diartikan sebagai urutan langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan dimana
suatu perusahaan berusaha untuk menyusun, merancang, dan mengkomersialkan
suatu produk. Produk tersebut tidak hanya terbatas pada produk yang bersifat fisik
tetapi juga produk yang tidak bersifat fisik, yaitu jasa.
2.1.2 Empat Tipe Proyek Perancangan dan Pengembangan Produk
Proyek perancangan dan pengembangan produk dapat dikelompokkan
menjadi 4 tipe :
• Platform produk baru
Pengembangan produk untuk merancang suatu keluarga produk baru
berdasarkan platform yang baru dan umum. Keluarga produk baru akan
memasuki kategori pasar dan produk yang sudah dikenal.
8
• Turunan dari platform produk yang telah ada
Pengembangan produk untuk memperpanjang platform produk supaya lebih
baik dalam memasuki pasar yang telah dikenal dengan satu atau lebih produk
baru.
• Peningkatan perbaikan untuk produk yang telah ada
Pengembangan produk yang mungkin hanya melibatkan penambahan atau
modifikasi beberapa detil produk dari produk yang telah ada dalam rangka
menjaga lini produk yang ada pesaingnya.
• Pada dasarnya produk baru
Pengembangan produk yang melibatkan produk yang sangat berbeda atau
teknologi produksi dan mungkin membantu untuk memasuki pasar yang
belum dikenal dan baru.
2.1.3 Tahap-Tahap Dalam Perancangan dan Pengembangan Produk
Secara umum, ada enam tahap yang harus dilakukan dalam proses
perancangan dan pengembangan produk baru, yaitu perencanaan produk,
pengembangan konsep, perancangan tingkatan sistem, perancangan detail, pengujian
dan perbaikan, dan produksi awal. Untuk lebih jelasnya, tahapan dalam perancangan
dan pengembangan produk dapat dilihat dalam diagram berikut :
9
Fase
0Pe
renc
anaa
n
Fase
1Pe
ngem
bang
anK
onse
p
Fase
4Pe
nguj
ian
dan
Per
baik
an
Fase
3Pe
ranc
anga
nR
inci
Fase
2Pe
ranc
anga
nT
ingk
atan
Sis
tem
Fase
5P
elun
cura
npr
oduk
Proses dan Organisasi Pengembangan
PerencanaanProduk
IdentifikasiKebutuhanPelanggan
SpesifikasiProduk
PenyusunanKonsep
Seleksi Konsep
PengujianKonsep
Arsitektur Produk
Desain Industri
Desain untuk Manufaktur
Prototype
Analisis Ekonomis Pengembangan Produk
Mengendalikan Proyek
Gambar 2.1 Proses Perancangan dan Pengembangan Produk
Karena begitu luasnya proses perancangan dan pengembangan produk, maka
proses pengembangan produk yang dilakukan hanya mencakup mulai dari
perencanaan produk sampai pembuatan prototype, sementara analisis ekonomis
pengembangan produk dan mengendalikan proyek tidak dibahas.
10
2.1.3.1 Perencanaan Produk
Perencanaan produk merupakan tahap awal yang dilakukan sebelum suatu
proyek pengembangan produk disetujui. Perencanaan produk merupakan suatu
kegiatan yang mempertimbangkan portfolio suatu proyek, sehingga suatu organisasi
dapat mengikuti dan menentukan bagian apa dari proyek yang akan diikuti selama
periode tertentu.
Perencanaan produk meliputi mengidentifikasi peluang-peluang yang diikuti
dengan pernyataan misi. Identifikasi peluang-peluang dapat dilakukan dengan
beberapa pendekatan proaktif, yang meliputi :
• Mencatat kegagalan dan keluhan yang dialami pelanggan dengan produk yang
ada sekarang.
• Mewawancarai pengguna utama.
• Mempertimbangkan implikasi terhadap adanya kecenderungan-
kecenderungan dalam gaya hidup, demografis, dan teknologi yang ada.
• Mengumpulkan beberapa usulan pelanggan.
• Studi para pesaing produk yang dilakukan secara hati-hati dengan
memperhatikan keunggulan-keunggulan pesaing.
11
Sedangkan pernyataan misi mencakup beberapa dari keseluruhan informasi
berikut :
• Uraian produk ringkas. Mencakup manfaat produk utama untuk pelanggan
namun menghindari penggunaan konsep produk secara spesifik. Mungkin saja
berupa pernyataan visi produk.
• Sasaran utama bisnis. Tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi
perusahaan, mencakup waktu, biaya, dan kualitas.
• Pasar target untuk produk. Mengidentifikasi pasar utama dan pasar kedua
yang perlu dipertimbangkan dalam usaha pengembangan.
• Asumsi-asumsi dan batasan-batasan untuk mengarahkan usaha
pengembangan. Asumsi membatasi kemungkinan jangkauan konsep produk,
namun membantu untuk menjaga lingkup proyek yang terkelola.
• Stakeholder. Mendaftar secara eksplisit seluruh stakeholder dari produk,
yaitu mereka yang dipengaruhi oleh keberhasilan dan kegagalan produk,
dimulai dari pengguna akhir, tenaga penjual, organisasi pelayanan, dan
departemen produksi.
2.1.3.2 Pengembangan Konsep
Proses pengembangan konsep mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
• Identifikasi kebutuhan pelanggan. Sasaran kegiatan ini adalah untuk
memahami kebutuhan pelanggan dan mengkomunikasikannya secara efektif
12
kepada tim pengembang. Output yang dihasilkan adalah sekumpulan
pernyataan kebutuhan pelanggan yang tersusun rapi, diatur dalam daftar
secara hierarki.
Lima tahap dalam identifikasi kebutuhan pelanggan :
1. Mengumpulkan data mentah dari pelanggan. Beberapa metode yang biasa
digunakan adalah wawancara, kuisioner, kelompok fokus, dan observasi
produk pada saat digunakan.
2. Menginterpretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan.
3. Mengorganisasikan kebutuhan menjadi beberapa hierarki, yaitu kebutuhan
primer, sekunder dan (jika diperlukan) tertier.
4. Menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan.
5. Menganalisa hasil dan proses.
• Penetapan spesifikasi target. Spesifikasi memberikan uraian yang tepat
mengenai bagaimana produk bekerja. Merupakan terjemahan dari kebutuhan
pelanggan menjadi kebutuhan secara teknis dan merupakan harapan dari tim
pengembangan yang kemudian akan diperbarui agar konsisten dengan
batasan-batasan berdasarkan konsep produk yang dipilih oleh tim. Output
yang dihasilkan adalah suatu spesifikasi target, yang terdiri dari suatu metrik
(besaran), serta nilai-nilai batas dan nilai-nilai ideal untuk besaran tersebut.
13
Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari empat langkah :
1. Menyiapkan gambar metrik, dan menggunakan metrik-metrik kebutuhan,
jika diperlukan.
2. Mengumpulkan informasi tentang pesaing.
3. Menetapkan nilai target ideal dan marginal yang dapat dicapai untuk tiap
metrik.
4. Merefleksikan hasil dan proses.
• Penyusunan konsep. Menggali lebih jauh area konsep-konsep produk yang
mungkin sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Output yang dihasilkan adalah
10 sampai 20 konsep.
Penyusunan konsep menggunakan metode lima langkah, yaitu :
1. Memperjelas masalah.
2. Pencarian eksternal.
3. Pencarian internal.
4. Menggali secara sistematis.
5. Merefleksikan hasil dan proses.
• Pemilihan konsep. Konsep-konsep tersebut dianalisis dan secara berturut-
turut dieliminasi untuk mengidentifikasi konsep yang paling menjanjikan.
Output yang dihasilkan adalah beberapa konsep.
14
Pemilihan konsep atau seleksi konsep terdiri atas enam langkah :
1. Menyiapkan matriks seleksi.
2. Menilai konsep.
3. Mengurut konsep.
4. Mengkombinasi atau memperbaiki konsep.
5. Memilih satu atau lebih konsep.
6. Merefleksikan hasil dan proses.
• Pengujian konsep. Konsep-konsep yang telah dipilih diuji untuk mengetahui
apakah kebutuhan pelanggan telah terpenuhi, memperkirakan potensi pasar
dari produk, dan mengidentifikasi beberapa kelemahan yang harus diperbaiki.
Output yang dihasilkan bisa berupa konsep terpilih atau mengulang kembali
bahkan menghentikan proyek pengembangan, jika tanggapan konsumen tidak
baik terhadap konsep tersebut.
Metode pengujian konsep terdiri atas tujuh langkah :
1. Mendefinisikan maksud dari pengujian konsep.
2. Memilih populasi survei.
3. Memilih format survei.
4. Mengkomunikasikan konsep.
5. Mengukur respons pelanggan.
6. Menginterpretasikan hasil.
15
7. Merefleksikan hasil dan proses.
• Penentuan spesifikasi akhir. Menentukan spesifikasi dari konsep yang telah
dipilih dan lolos uji atau mendapat tanggapan baik dari konsumen.
2.1.3.3 Arsitektur Produk
Arsitektur produk adalah penugasan elemen-elemen fungsional dari produk
terhadap kumpulan bangunan fisik (physical building blocks) produk. Tujuan
arsitektur produk adalah menguraikan komponen fisik dasar dari produk, apa yang
harus dilakukan oleh komponen tersebut dan seperti apa penghubung atau pembatas
(interface) yang digunakan untuk peralatan lainnya.
Sebuah produk dianggap terdiri dari elemen fungsional dan fisik. Elemen-
elemen fungsional dari produk terdiri atas operasi dan transformasi yang
menyumbang terhadap kinerja keseluruhan produk. Sedangkan elemen fisik dari
sebuah produk adalah bagian-bagian produk (part), komponen, sub rakitan yang pada
akhirnya diimplementasikan terhadap fungsi produk.
Dalam menetapkan suatu keputusan arsitektur produk terdapat tiga langkah,
yaitu:
1. Membuat skema produk.
Skema adalah suatu diagram yang menggambarkan pengertian tim terhadap
elemen-elemen penyusunan produk.
16
2. Mengelompokkan elemen-elemen pada skema.
Tantangan pada langkah 2 ini adalah menugaskan setiap elemen yang terdapat
pada skema menjadi chunk yang menjalankan setiap fungsi tertentu.
3. Membuat susunan geometris yang masih kasar.
Susunan geometris dapat diciptakan dalam bentuk gambar, model komputer
atau model fisik (dari tripleks atau busa, sebagai contoh) yang terdiri dari dua
atau tiga dimensi.
2.1.3.4 Desain Industri
Desain industri adalah “jasa profesional dalam menciptakan dan
mengembangkan konsep dan spesifikasi guna mengoptimalkan fungsi-fungsi, nilai,
dan penampilan produk serta sistem untuk mencapai keuntungan yang mutual antara
pemakai dan produsen.”
Daftar lima tujuan penting dalam desain industri yang harus dicapai desainer-
desainer ketika mengembangkan produk-produk baru mencakup :
• Kegunaan
Hasil produksi manusia harus selalu aman, mudah digunakan, dan intuitif.
Setiap ciri harus dibentuk sedemikian rupa sehingga memudahkan
pemakainya mengetahui fungsinya.
17
• Penampilan
Bentuk, garis, proporsi, dan warna digunakan untuk menyatukan produk
menjadi satu produk yang menyenangkan.
• Kemudahan pemeliharaan.
Produk juga harus didesain untuk memberitahukan bagaimana mereka dapat
dirawat dan diperbaiki.
• Biaya-biaya rendah
Bentuk dan ciri memegang peranan besar dalam biaya peralatan dan produksi.
Karena itu, hal ini harus diperhatikan secara bersama-sama oleh tim.
• Komunikasi
Desain produk harus dapat mewakili filosofi desain perusahaan dan misi
perusahaan melalui visualisasi kualitas produk.
Dalam fase ini akan difokuskan dengan merancang bentuk-bentuk fisik dari
produk baru. Pada awalnya, perusahaan memiliki beberapa ide umum dari akan
seperti apa produk baru tersebut tetapi tidak terlalu spesifik. Pada akhir dari fase
produk desain, perusahaan memiliki sebuah susunan dari spesifikasi produk (list
komponen) dan gambar teknik secara detail sehingga pembuatan prototype awal
dapat dilakukan dan diuji coba.
18
Dalam desain industri, terdapat kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi,
yaitu kebutuhan-kebutuhan ergonomik dan kebutuhan-kebutuhan estetis. Kebutuhan-
kebutuhan ergonomik mencakup hal-hal seperti :
- Seberapa penting kemudahan pemakaian?
- Seberapa pentingnya kemudahan perawatan?
- Berapa banyak interaksi pemakai yang diperlukan untuk fungsi-fungsi produk?
- Berapa banyak pembaruan yang interaksi pemakai perlukan?
- Apa pokok permasalahan keamanan?
Sedangkan kebutuhan-kebutuhan estetis mencakup hal-hal separti :
- Apakah diferensiasi produk visual diperlukan?
- Seberapa penting gengsi kepemilikan, kesan, dan model?
- Akankah suatu produk estetis memotivasi team?
Pada akhirnya, terdapat penilaian kualitas desain industri produk, dimana
kategori penilaiannya mencakup kualitas antarmuka pengguna, daya tarik emosional,
kemampuan untuk memelihara dan memperbaiki produk, penggunaan yang tepat dari
sumber, dan diferensiasi produk.
19
2.1.3.5 Design For Manufacturing
Kegagalan yang umumnya ditemukan dalam pengembangan produk adalah
membuat produk tersebut bekerja namun sulit untuk dibangun. Kesulitan dalam
manufaktur membuat sebuah produk menjadi mahal, sulit untuk dipabrikasi,
membutuhkan ekstra waktu, bentuk geometri yang diinginkan sulit untuk dikerjakan
dan membutuhkan perawatan ekstra dalam produksi dan lain sebagainya. Design for
Manufacture (DFM) and Assembly (DFA) adalah suatu analisis dan perancangan
ulang (redesign) dari sebuah produk atau konsep agar dapat menjadi lebih mudah
diproduksi.
Desain untuk manufaktur biasanya sudah dilakukan selama proses
pengembangan. Langkah-langkah dalam metode DFM terdiri atas lima langkah,
yaitu :
1. Memperkirakan biaya manufaktur
2. Mengurangi biaya komponen
3. Mengurangi biaya perakitan
4. Mengurangi biaya pendukung produksi
5. Mempertimbangkan pengaruh keputusan DFM pada faktor lainnya.
Karena DFM bertujuan untuk mengurangi biaya-biaya yang diperlukan,
termasuk biaya komponen, maka pada tahap DFM sebaiknya juga sudah terdapat
daftar list komponen, struktur produk, dan Bill of Material (BOM).
20
• Daftar list komponen.
Daftar list komponen berfungsi mendaftar komponen-komponen yang
diperlukan untuk membuat produk beserta kegunaan dari tiap-tiap komponen.
• Struktur Produk
Struktur produk merupakan merupakan gambaran BOM secara grafis yang
membentuk sebuah pohon. Struktur produk menunjukkan bagaimana sebuah
produk dibuat secara bersama-sama dari berbagai elemen, mengandung
informasi yang mengidentifikasi tiap bahan, keadaan kuantitas bahan yang
digunakan.
• Bill of Material
Bill of Material atau BOM adalah daftar (list) dari bahan, material atau
komponen yang dibutuhkan untuk dirakit, dicampur atau membuat produk
akhir. Jaringan yang menggambarkan hubungan induk-komponen.
Dibutuhkan sebagai input dalam perencanaan dan pengendalian aktivitas
produksi. Bill of material diperoleh dengan memperhatikan struktur produk.
2.1.3.6 Prototype
Esensi dasar prototype pada umumnya didefinisikan sebagai “sebuah
penaksiran produk melalui satu atau lebih dimensi yang menjadi perhatian.” Dengan
definisi ini, setiap wujud yang memperlihatkan sedikitnya satu aspek produk yang
menarik bagi tim pengembangan dapat ditampilkan sebagai sebuah prototype.
21
Definisi ini menyimpang dari penggunaan umumnya, di mana mencakup
bermacam bentuk prototype seperti penggambaran konsep, model matematika, dan
bentuk fungsional yang lengkap sebelum dibuat dari suatu produk. Membuat
prototype merupakan proses pengembangan perkiraan-perkiraan semacam itu dari
produk.
Dalam proyek pengembangan produk, prototype digunakan untuk empat
tujuan, yaitu :
• Pembelajaran
Prototype sering digunakan untuk menjawab dua tipe pertanyaan “Akankah
dapat bekerja?” dan “Sejauh mana dapat memenuhi kebutuhan pelanggan?”
Saat harus menjawab pertanyaan semacam ini, prototype diperlakukan
sebagai alat pembelajaran.
• Komunikasi
Prototype memperkaya komunikasi dengan manajemen puncak, penjual,
mitra, keseluruhan anggota tim, pelanggan, dan investor. Hal ini benar karena
sebuah gambaran, alat, tampilan tiga dimensi dari produk lebih mudah
dimengerti daripada sebuah penggambaran verbal, bahkan sebuah sketsa
produk sekalipun.
• Penggabungan
Prototype digunakan untuk memastikan bahwa komponen-komponen dan
subsistem-subsistem dari produk bekerja bersamaan seperti yang diharapkan.
22
• Milestone
Dalam tahap pengembangan produk berikutnya, prototype digunakan untuk
mendemontrasikan bahwa produk telah mencapai tingkat kegunaan yang
diinginkan. Prototype ini menyediakan hasil nyata, mempelihatkan kemajuan
dan disiapkan untuk menjalankan jadwal.
Berdasarkan penggunaannya Prototype sering dibedakan menjadi dua tipe,
yaitu prototype alpha dan prototype beta.
• Prototype Alpha, khususnya digunakan untuk menilai apakah produk bekerja
seperti yang diharapkan. Bagian-bagian dalam prototype alpha biasanya sama
dalam hal material dan bentuk geometriknya dengan bagian-bagian yang akan
digunakan pada versi produk hasil produksi. Namun biasanya bagian-bagian
itu dibuat dengan pross produksi prototype.
• Prototype Beta, khususnya digunakan untuk menilai reliabilitas dan untuk
mengidentifikasi kesalahan dalam produk. Prototype ini seringkali diberikan
pada pelanggan untuk pengujian pada lingkungan pengguna selanjutnya.
Bagian-bagian dalam prototype beta biasanya dibuat dengan proses produksi
sebenarnya atau disuplai oleh suplier bagian tersebut, tapi produk biasaya
telah dirakit dengan fasilitas perakitan akhir berikutnya.
23
Metode empat langkah untuk merencanakan sebuah prototype selama
pengembangan produk antara lain:
• Menetapkan Tujuan Prototype.
• Menetapkan tingkat perkiraan konsep
• Menggariskan rencana percobaan
• Membuat jadwal untuk perolehan, pembuatan dan pengujian
2.1.4 Pengambilan Sampel
Dalam menentukan pengambilan sampel, maka perlu diperhatikan hubungan
antara biaya, tenaga, dan waktu dengan tingkat presisi yang diinginkan. Semakin
tinggi tingkat presisi yang diinginkan, maka biaya, tenaga, dan waktu yang
dibutuhkan jauh lebih besar. Namun pada umumnya, semakin tinggi tingkat presisi
maka tingkat keberhasilan dan ketepatan suatu penelitian menjadi jauh lebih baik.
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini
adalah pengambilan sampel probabilita. Dari beberapa cara dalam pengambilan
sampel probabilita, yang digunakan adalah pengambilan sampel ganda Hal ini
disebabkan karena jumlah populasi yang letaknya tersebar secara geografis, sehingga
sulit untuk mendapatkan kerangka sampel dari semua unsur-unsur yang terdapat
dalam populasi tersebut. Pengambilan sampel ganda adalah mengambil sampel dari
suatu populasi, dimana sampel tersebut akan digunakan sebagai populasi untuk
pengambilan sampel tahap berikutnya, dan seterusnya sehingga didapatkan jumlah
24
sampel yang semakin mengecil namun sesuai dengan yang dibutuhkan dalam
penelitian tersebut.
Untuk lebih jelasnya, pengambilan sampel ganda akan ditunjukkan dalam
diagram dibawah ini :
Populasi I
Populasi
Sampel I(Sampel dariPopulasi I)
Sampel
Populasi II(Populasi dalam
Sampel I)Sampel II
(Sampel dariPopulasi II)
Populasi III(Populasi dalam
Sampel II)
dst
Diagram 2.1 Diagram Pengambilan Sampel
25
2.1.5 Ukuran Sampel yang Dibutuhkan
Untuk menentukan berapa minimal sampel yang dibutuhkan jika ukuran
populasi diketahui dapat menggunakan rumus Slovin dibawah ini :
)(1 2eNNn
⋅+=
Ket : n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang
dapat ditolerir, misalnya 5%
2.1.6 Pengujian Data
Pengujian data dilakukan sebelum alat ukur dibagikan kepada responden.
Tujuannya adalah menguji reliabilitas dan validitas data. Disarankan pengujian data
dilakukan terhadap minimal 30 responden agar distribusi skor (nilai) akan lebih
mendekati kurva normal.
2.1.6.1 Uji Reliabilitas Data
Uji reliabilitas data menguji tiga unsur, yaitu :
1. Kemantapan data
Apabila dalam mengukur sesuatu berulang kali, alat-alat ukur tersebut
memberikan hasil yang sama dengan syarat kondisi pada saat pengukuran
tidak berubah.
26
2. Ketepatan
Apakah ukuran yang diperoleh merupakan ukuran yang benar dari sesuatu
yang ingin kita ukur.
3. Homogenitas
Apabila pertanyaan-pertanyaan yang merupakan unsur dasarnya mempunyai
kaitan yang erat satu sama lain.
Metode-metode yang dapat digunakan untuk perhitungan indeks reliabilitas
antara lain :
• Metode ulang (Test dan retest)
Pertanyaan yang sama diberikan kepada responden yang sama dengan situasi
yang (kira-kira) sama pada dua waktu yang berlainan.
• Metode paralel
Variabel diukur dua kali pada waktu yang sama atau hampir sama pada
responden yang sama pula.
• Metode belah dua (Split-half method)
Digunakan apabila hendak menguji suatu alat ukur yang terdiri dari beberapa
pertanyaan yang biasanya dalam bentuk skala, dimana pertanyaan-pertanyaan
tersebut harus mempunyai kaitan erat satu sama lain. Jadi, metode belah dua
mengukur homogenitas dan konsistensi internal pertanyaan-pertanyaannya.
27
2.1.6.2 Uji Validitas Data
Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur
apa yang seharusnya diukur. Ada beberapa jenis validitas, diantaranya :
• Content validity
Uji validitas dilakukan dengan meminta pendapat para ahli. Dikatakan valid
apabila dua atau lebih ahli memberikan pendapat yang sama terhadap suatu
pertanyaan. Biasanya untuk mengukur kebenaran suatu instrumen mengukur
isi (content) dari suatu area.
• Constuct validity
Pengukuran validitas suatu tes dengan mengacu pada teori. Umumnya untuk
mengukur sesuatu yang tidak dapat diamati secara langsung.
• Concurrent validity
Suatu tes dianggap valid apabila nilainya bila dibandingkan dengan tes
lainnya yang mengukur hal yang sama dimana validitasnya telah teruji yang
diberikan pada waktu yang bersamaan menghasilkan nilai tes yang sama.
• Predictive validity
Kebenaran suatu instrumen dalam memprediksi kemampuan seseorang
melakukan sesuatu di waktu yang akan datang.
28
2.2 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah proses berpikir yang dilakukan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Kerangka pikir biasanya dimulai dari suatu variabel, yaitu
suatu masalah atau hambatan dan diakhiri dengan result (hasil), yaitu solusi yang
dipilih untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Untuk lebih jelasnya, tahapan dalam kerangka pikiran ini antara lain :
• Variabel.
Dalam hal ini yang menjadi variabel adalah suatu permasalahan, yaitu suatu
kebutuhan cahaya penerangan pada saat mati lampu. Penggunaan lilin
mempunyai resiko terjadi kebakaran. Kasus kebakaran akibat penggunaan
lilin pada saat mati lampu di Indonesia sudah seringkali terjadi.
• Ide.
Berawal dari variabel tersebut, maka timbul suatu ide untuk mengembangkan
suatu alat yang dapat menjadi cahaya penerangan yang dapat menggantikan
lilin pada saat mati lampu untuk meminimasi resiko kebakaran.
• Resources search.
Berangkat dari ide tersebut, maka dicari suatu tekonologi yang sesuai dengan
ide yang dikembangkan. Dalam pencarian teknologi yang dapat dipakai
ditemukan beberapa alat yang dapat menjadi cahaya penerangan pada saat
mati lampu tanpa adanya resiko kebakaran, yaitu senter dan emergency lamp.
29
• Selection.
Dari hasil resources searching, ditemukan dua alat bantu penerangan yang
telah ada sekarang, yaitu senter dan emergency lamp. Namun, pada
kenyataannya, kedua alat tersebut belum dapat menggantikan peran lilin.
• Result.
Hasil yang didapatkan adalah merancang dan mengembangkan produk alat
penerangan baru yang dapat menggabungkan kelebihan-kelebihan dari lilin,
senter, dan emergency lamp.