bab 2 landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2009-1-00305-mn...
TRANSCRIPT
5
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian dan Tujuan Manajemen Produksi dan Operasi
Manajemen Produksi dan Operasi menurut Handoko adalah :
”Manajemen Produksi dan Operasi merupakan usaha-usaha pengelolaan
secara optimal penggunaan sumber daya-sumber daya (atau sering
disebut faktor-faktor produksi), tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan,
bahan mentah dan sebagainya. Dalam proses transformai bahan mentah
dan tenaga kerja menjadi berbagai produk atau jasa”.
Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi menurut Nicholas J. Aquilano adalah :
“Operation management is defined as the design, operation and
improvement of the systems that create and deliver the firm’s primary
product and services.”
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Manajemen Produksi dan Operasi
merupakan usaha-usaha pengelolaan sumber daya yang ada secara optimal di dalam
proses produksi agar dapat menciptakan dan menambah nilai atau kegunaan suatu
produk atau jasa.
Tujuan Manajemen Operasi adalah memproduksikan atau mengatur produk
barang – barang dan jasa dalam jumlah, kualitas, harga, waktu, serta tempat
tertentu sesuai dengan kebutuhan manajemennya. (Reksohadiprodjo dan
Gitosudarma,2000,p2)
6
2.2 Ruang lingkup Manajemen Operasional
Menurut Heizer (2000,p39) ruang lingkup dari operasi manajemen :
1. Manajemen kualitas
Manajemen kualitas merupakan manajemen seluruh organisasi secara terpadu
dan mencakup segala aspek mengenai barang dan jasa yang penting bagi
konsumen.
2. Jasa dan desain produk
Dalam melakukan desain ini ditujukan untuk kelompok yang melakukan rekayasa
terhadap produk dan jasa yang menghasilkan suatu nilai dan keandalan dalam
produksi.
3. Proses dan desain kapasitas
Proses tambahan yang tersedia atas produk dan jasa. Keputusan atas proses
tersebut berhubungan dengan komitmen manajemen pada teknologi yang
spesifik, kualitas, penggunaan sumber daya manusia, dan pemeliharaan.
4. Lokasi
Fasilitas lokasi memberikan keputusan untuk perusahaan manufaktur dan
organisasi jasa yang menjelaskan tentang kesuksesan yang baik pada suatu
perusahaan.
5. Desain tata letak
Merupakan salah satu keputusan yang menentukan efisiensi operasi perusahaan
dalam waktu dan jangka panjang.
6. Sumber daya manusia dan desain pekerjaan
Merupakan orang yang terdapat didalamnya dan bagian yang sangat khusus dari
suatu desain total sistem.
7. Rantai pasokan manajemen
7
Keputusan yang menjelaskan apa yang harus dibuat dan apa yang harus dibeli.
Hal ini berhubungan dengan kualitas, pengiriman dan apa yang harus dibeli.
8. Persediaan
Persediaan sebagai salah satu fungsi penting dalam melakukan proses produksi
dan untuk menambah fleksibilitas operasi dalam suatu perusahaan.
9. Penjadwalan
Jadwal yang pasti dan efisien dalam melakukan proses produksi yang harus
dikembangkan.
2.3 Pengertian Mutu dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Mutu
2.3.1 Pengertian Mutu
Beberapa pandangan ahli mengenai definisi mutu adalah sebagai berikut :
• J.M.Juran : ”Mutu adalah kesesuaian dengan tujuan dan manfaatnya”.
• Crosby : ”Mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi
availability, delivery , reliability, maintainability, dan cost effectiveness”.
• W. Edward Deming : ”Mutu harus bertujuan memenuhi kebutuhan
pelanggan sekarang dan akan masa akan datang”.
• Feigenbaum : ”Mutu merupakan keseluruhan gabungan karateristik produk
dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture dan
maintenance melalui mana produk dan jasa dalam pemakaian akan sesuai
dengan harapan pelanggan”.
• David L. Goetsch & Stanley B. Davis : ”Mutu adalah suatu kondisi dinamis
yang berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses dan lingkungan
yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan”.
8
• Assauri adalah : “Mutu diartikan sebagai faktor-faktor yang terdapat dalam
suatu barang atau hasil yang menyebabkan barang atau hasil tersebut
sesuai dengan tujuan untuk apa barang atau hasil itu dimaksudkan atau
dibutuhkan”.
• Kotler (2002,p67) : ”Mutu adalah keseluruhan ciri serta sifat dari suatu
produk yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang dinyatakan / yang tersirat.
• Definisi mutu sebagaimana yang diambil oleh American Society for Quality
(Render dan Heizer,2001,p92) adalah : ”keseluruhan fitur dan karateristik
produk / jasa yang mampu memuaskan kebutuhan yang terlibat / yang
tersirat”.
Pengertian ini mengandung arti bahwa semua produk diciptakan untuk
memenuhi tujuan tertentu dan agar produk itu dapat dipergunakan untuk
mencapai tujuan tersebut, maka produk itu harus mempunyai faktor-faktor
tertentu yang terkandung di dalamnya. Suatu barang dikatakan bermutu baik,
kurang, atau buruk berdasarkan kriteria-kriteria yang terkandung dalam barang
tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang tersebut dihasilkan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa mutu
merupakan faktor, sifat, dan karakteristik penting dari suatu produk yang
mencerminkan fungsi suatu produk. Faktor-faktor, sifat-sifat, dan karakteristik
tersebut ditentukan dan dinilai sendiri oleh konsumen.
2.3.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Mutu
Menurut Assauri(1999,p32), faktor-faktor yang mempengaruhi mutu adalah :
a. Fungsi suatu barang
9
Suatu barang yang dihasilkan hendaknya memperhatikan fungsi untuk apa
barang tersebut digunakan atau dimaksudkan, karena pemenuhan fungsi
tersebut mempengaruhi kepuasan para konsumen. Mutu yang hendak
dicapai sesuai dengan fungsi untuk apa barang tersebut digunakan tercermin
pada spesifikasi dari barang tersebut seperti kecepatan, daya tahan,
kegunaannya, berat, bunyi, mudah atau tidaknya perawatan dan
kepercayaan.
b. Wujud luar
Walaupun barang yang dihasilkan secara teknis atau mekanis telah maju,
tetapi bila wujud luarnya kuno atau kurang dapat diterima, maka akan
menyebabkan barang tersebut tidak disenangi oleh konsumen karena
dianggap mutunya kurang memenuhi syarat.
c. Biaya barang
Biaya atau harga suatu barang tidak selalu mencerminkan mutu dari barang
tersebut, karena barang yang diperkirakan tidak selamanya biaya yang
sebenarnya, sehingga sering terjadi adanya inefisiensi.
Sedangkan menurut David Garvin yang diterjemahkan oleh
Drs.M.N.Nasution, M.Sc (2001,p17) faktor-faktor yang mempengaruhi mutu
suatu produk, yaitu :
1. Performa (Performance)
Aspek fungsional dari produk dan karakteristik utama yang dipertimbangkan
pelanggan ketika ingin membeli suatu produk.
2. Features
Pilihan-pilihan dan pengembangan merupakan ciri-ciri atau keistimewaan
10
tambahan atau pelengkap fungsi dasar.
3. Kehandalan (Reliability)
Penggunaan suatu produk berfungsi secara berhasil dalam periode waktu
tertentu dibawah kondisi tertentu.
4. Konformasi (Conformance)
Tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan
sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.
5. Daya Tahan (Durability)
Daya tahan dari ukuran masa pakai suatu produk.
6. Kemampuan Pelayanan (Service Ability)
Kecepatan atau kesopanan, kompetensi, kemudahan, serta akurasi dalam
perbaikan.
7. Estetika (Aesthetics)
Keindahan yang bersifat subyektif mengenai pertimbangan pribadi dan
refleksi dari preferensi atau pilihan individual.
8. Kualitas yang dipersepsikan (Perceived Quality)
Perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk seperti meningkatkan
harga diri.
2.4 Mengapa Mutu itu Penting
Produk dan jasa yang bermutu secara strategis penting bagi perusahaan dan
Negara yang diwakilinya. Mutu dari produk suatu perusahaan, harga yang ditetapkan
oleh perusahaan, dan pemasokan barang yang membuat produk itu tersedia bagi
konsumen merupakan faktor – faktor yang menentukan permintaan.Menurut Render
dan Heizer(2005,p254) mutu terutama mempengaruhi perusahaan ada 4 cara :
11
1). Biaya pangsa pasar
Mutu yang ditingkatkan dapat mengarah kepada peningkatan pangsa pasar dan
penghematan biaya dan juga dapat mempengaruhi profitabilitas.
2). Reputasi perusahaan
Reputasi perusahaan mengikuti reputasi mutu yang dihasilkan buruk atau baik.
Mutu akan muncul bersamaan dengan persepsi mengenai produk baru
perusahaan, praktik – praktik penanganan pegawai, dan hubungannya dengan
pemasok. Mutu produk tidak dapat digantikan oleh promosi perusahaan.
3). Pertanggungjawaban produk
Dalam kasus – kasus yang berkaitan dengan produk yang beredar di pasar,
pengadilan kini mengganggap bahwa pihak – pihak yang harus memikul
tanggung jawab adalah seluruh pihak yang tercakup dalam rantai distribusi.
Perusahaan yang merancang dan memproduksi barang atau jasa yang cacat
dapat dianggap bertanggung jawab atas kerusakan dan kecelakaan yang
diakibatkan pemakaian barang atau jasa tersebut. Keamanan produk bagi
konsumen (Consumer Product Safety Act) tahun 1972 menentukan dan
menetapkan standar produk dan melarang produksi barang atau jasa yang tidak
memenuhi standar.
4). Implikasi internasional
Dalam era teknologi seperti sekarang ini, mutu merupakan perhatian
internasional dan perhatian operasi. Agar perusahaan dan juga negara bersaing
secara efektif dalam perekonomian global, produknya harus memenuhi mutu dan
hanya yang diinginkan. Produk yang bermutu rendah membahayakan
perusahaan dan bangsa, dan dapat mengakibatkan implikasi yang negatif bagi
neraca pembayaran.
12
Implikasi internasional dari mutu adalah sangat penting sehingga pada tahun
1988, di Amerika dibentuk Malcolm Bablrige Quality Award untuk meningkatkan
prestasi mutu.
2.5 Perencanaan Standar Mutu
Untuk melaksanakan perencanaan dan pengendalian kualitas selama siklus
kualitas menurut Schroeder, diperlukan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Definisikan sifat-sifat (atribut) mutu.
b. Tentukan bagaimana mengukur setiap atribut.
c. Tetapkan standar mutu.
d. Tetapkan program inspeksi.
e. Cari dan perbaiki penyebab mutu yang jelek.
f. Terus lakukan penyempurnaan.
Perencanaan pengendalian mutu harus selalu mulai dengan sifat-sifat
produk. Perencana mutu menentukan sifat mana yang penting, supaya produk/jasa
cocok untuk digunakan dan mana yang tidak. Tiga atribut mutu yang penting bagi
produknya, yaitu: (1) kenyamanan, (2) penampilan yang menarik dan (3) umur
pemakaian yang dianggap wajar oleh pelanggan.
Setelah memutuskan teknik pengukuran yang akan digunakan, perencanaan
mutu harus menetapkan standar yang menggambarkan jumlah mutu yang
diperlukan pada setiap atribut. Biasanya standar ini dinyatakan sebagai batas
toleransi (jumlah plus minus) atau batas minimum dan maksimum yang dapat
diterima. Standar dapat juga ditetapkan sebagai sasaran yang diinginkan.
13
2.6 Pengertian dan Tujuan Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu mempunyai arti yang sangat penting dalam kegiatan
produksi suatu perusahaan karena apabila mutu produk yang dihasilkan tidak sesuai
dengan keinginan konsumen maka konsumen akan mulai mencari produk lain yang
lebih baik mutunya. Konsumen pada saat ini adalah konsumen yang cenderung
selektif dan kritis dalam membeli suatu barang, karena itu perusahaan harus dapat
benar-benar memenuhi keinginan konsumen akan mutu dari produk yang
ditawarkan.
2.6.1 Pengertian Pengendalian Mutu
Ada beberapa definisi mengenai pengertian pengendalian mutu
menurut para ahli, antara lain :
Menurut Ahyari(1999,p54) :
“Pengendalian kualitas merupakan suatu aktivitas (manajemen
perusahaan) untuk menjaga dan mengarahkan agar kualitas produk
(dan jasa) perusahaan dapat dipertahankan sebagaimana yang telah
direncanakan”.
Menurut Assauri(1999,p65) :
“Pengendalian mutu adalah kegiatan untuk memastikan apakah
kebijaksanaan dalam mutu dapat tercermin dalam hasil akhir. Dengan
perkataan lain pengendalian mutu merupakan usaha untuk
mempertahankan mutu dari barang yang dihasilkan, agar sesuai
dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan
kebijaksanaan pimpinan perusahaan”.
14
Menurut Reksohadiprodjo & Gitosudarma(2000,p31):
”Pengendalian mutu merupakan alat bagi manajemen untuk
memperbaiki produk bila diperlukan, mempertahankan kualitas yang
sudah tinggi dan mengurangi jumlah bahan yang rusak”.
Dari pendapat ini dapat disimpulkan bahwa pengendalian
mutu tersebut merupakan suatu tindakan pemeriksaaan terhadap seluruh
produk atau barang yang diproduksi oleh suatu pabrik guna mencapai
produk sesuai dengan yang diinginkan perusahaan tersebut.
2.6.2 Tujuan Pengendalian Mutu
Tujuan Pengendalian Mutu menurut Assauri adalah :
a. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar mutu yang telah
ditetapkan.
b. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
c. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan
menggunakan mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.
d. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.
Tujuan Pengendalian Mutu menurut Prawirosentono adalah agar
produk akhir mempunyai spesifikasi dengan standar mutu yang telah
ditetapkan dan agar biaya desai produk, biaya inspeksi dan biaya produksi
dapat berjalan secara efisien.
Diharapkan dengan adanya pengendalian mutu, produk yang
15
diproduksi dapat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat
dihindari pemborosan-pemborosan.
2.7 Ruang Lingkup Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu merupakan kegiatan terpadu dalam perusahaan untuk
menjaga dan mengarahkan agar mutu dari produk yang dihasilkan dapat
dipertahankan. Kegiatan pengendalian mutu mempunyai lingkup yang luas, di mana
semua segi yang berpengaruh terhadap mutu perlu diperhatikan dan dianalisis.
Setiap perusahaan dalam menghasilkan produk selalu menggunakan bahan
baku sebagai bahan dasar pembuatan produk, jadi bahan baku sangat
mempengaruhi mutu dari produk akhir perusahaan. Perusahaan melakukan
pengendalian terhadap mutu bahan baku agar bahan baku yang dipakai dalam
proses produksi memenuhi standar mutu yang telah ditentukan.
Ruang lingkup pengendalian mutu menurut Assauri adalah :
1. Pengendalian mutu pada bahan baku
Pengendalian mutu pada bahan baku ini sangat penting untuk menjaga
mutu produk perusahaan. Hal – hal yang dilakukan untuk menjaga mutu bahan
baku yang digunakan yaitu :
a. Seleksi sumber bahan baku
b. Pemeriksaan dokumen pembelian
c. Pemeriksaan penerimaan bahan
2. Pengendalian proses produksi
3. Pengendalian produk akhir
Pengendalian selama pengolahan, banyak cara-cara pengendalian mutu
16
yang berkenaan dengan proses yang teratur. Contoh-contoh atau sampel dari
hasil yang diambil pada jarak waktu yang sama, dan dilanjutkan dengan
pengecekan statistik untuk melihat apakah proses dimulai dengan baik atau
tidak. Apabila mulainya salah, maka keterangan kesalahan ini dapat diteruskan
kepada pelaksana semula untuk penyesuaian kembali. Perlu diingat bahwa
pengendalian dari proses haruslah berurutan dan teratur, pengendalian yang
dilakukan hanya terhadap sebagian dari proses mungkin tidak ada artinya bila
tidak diikuti dengan pengendalian pada bagian lain.
Pengendalian atas barang hasil yang telah diselesaikan, walaupun telah
diadakan pengendaliann mutu dalam tingkat-tingkat proses tetapi hal ini tidak
dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak atau kurang baik ataupun
tercampur dengan hasil yang baik.
Untuk menjaga agar supaya barang-barang yang dihasilkan cukup
baik atau paling sedikit rusaknya, tidak keluar atau lolos dari pabrik sampai ke
konsumen atau pembeli, maka diperlukan adanya pengendalian atas
barang hasil akhir atau produk selesai. Adanya pengendalian seperti ini tidak
dapat mengadakan perbaikan dengan segera.
Dalam prakteknya, proses produksi yang dilaksanakan akan
memperhatikan perubahan atau variasi pada spesifikasi atau standar. Untuk itu
perlu diadakan suatu pengendalian mutu agar perubahaan atau variasi itu
tetap dalam batas-batas yang masih dapat ditoleransi. Oleh karena itu,
diperlukan tenaga kerja yang mengawasi dan bertanggung jawab atas
jalannya pelaksanaan pengendalian mutu dalam perusahaan. Selain itu,
diperlukan juga teknik dan alat yang tepat untuk membentuk pelaksanaan
pengendalian mutu agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
17
Dalam pengendalian mutu ada dua cara yang umum dilakukan perusahaan
yaitu :
1. Inspection (Pemeriksaan)
Pengertian pemeriksaan menurut T. Hani Handoko , adalah :
"Inspeksi (pemeriksaan) adalah kegiatan implementasi kualitas utama
yang berjalan dengan basis hari ke hari"
Inspeksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Pemeriksaan atas barang yang dibeli
Pemeriksaan ini dilakukan atas jenis dan kuantitas barang yang
dipesan dengan harapan barang yang dipesan tersebut tidak
terdapat kerusakan yang dapat mengganggu proses produksi.Untuk
pemeriksaan ini dapat dihilangkan, jika pihak penyedia telah melakukan
pemeriksaan secara ketat atas barang yang dikirim.
b. Pemeriksaan barang dalam proses
Pemeriksaan ini dilakukan pada saat proses produksi berlangsung. Jika
pada saat produksi terdapat penyimpangan atas produk yang
dihasilkan, maka bagian yang berhubungan dalam penanganan
produksi tersebut harus mengatasi masalah yang menyimpang
tersebut.
Menurut Hani Handoko, dalam melaksanakan inspeksi, harus
diperhatikan di mana inspeksi itu dilakukan, dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Floor inspection
Adalah inspeksi yang dilakukan di tempat k=pekerjaan artau di tempat
dimana kegiatan produksi dilakukan
18
Kebaikan inspeksi ini adalah:
a. Menghemat kegiatan penanganan bahan.
b. Memungkinkan bahan bergerak lebih cepat
c. Mencegah kerusakan yang lebih parah
Keburukan inspeksi ini adalah:
a. Para karyawan dan mesin-mesin harus menunggu para
pemeriksa.
b. Pemeriksa harus membawa peralatan-peralatan inspeksi ke
setiap tempat.
b. Central inspection
Adalah inspeksi yang dilakukan dalam suatu tempat pemeriksaan pusat
yang didukung oleh peralatan – peralatan khusus untuk inspeksi
sehingga kebenaran hasil pemeriksaan akan lebih terjamin.
Kebaikan inspeksi ini adalah:
a. Menghemat waktu inspeksi.
b. Peralatan inspeksi khusus dapat dipergunakan.
c. Menghemat biaya inspeksi.
Keburukan inspeksi ini adalah :
a. Menaikkan biaya transportasi.
b. Penanganan bahan lebih mengakibatkan penundaan - penundaan
sehingga barang-barang bergerak lebih lambat.
Jadi, tujuan inspeksi adalah “menghentikan pembuatan komponen-
komponen yang rusak (atau menghentikan jasa yang tidak berguna).”
19
2. Statistical Quality Control ( Pengendalian Kualitas secara Statistik )
Statistical Quality Control merupakan suatu metode statistik dalam
kegiatan pengendalian mutu. Statistical Quality Control semua data
penyimpangan spesifikasi yang terjadi pada sampel dicatat dan kemudian
dianalisis, untuk diambil kesimpulan akan karakteristik populasi sampel
tersebut.
Statistical Quality Control dapat digunakan untuk mengawasi proses
produksi, mutu produk yang dikerjakan dan menerima atau menolak produk
akhir.
Penting untuk diketahui bahwa Statistical Quality Control tidak
menghilangkan resiko, dan juga tidak menciptakan resiko. Karena pada
dasarnya dengan atau tanpa Statistical Quality Control resiko akan tetap
ada. SQC hanya membantu pihak manajemen agar dapat dilakukan tindakan
korektif apabila diketahui telah terjadi kesalahan, juga dapat melakukan
tindakan-tindakan untuk mempertahankan keadaan yang telah baik.
Pengendalian proses produksi secara statis merupakan aplikasi teknik
statistik yang digunakan untuk mengawasi dan memastikan pelaksanaan
proses produksi telah berjalan sesuai dengan spesifikasinya.
Menurut T. Hani Handoko, statistical quality control mempunyai tiga
penggunaan umum, yaitu :
a. Untuk mengawasi pelaksanaan kerja sebagai operasi-operasi individual
selama pekerjaan sedang dilakukan.
b. Untuk memutuskan apakah menerima atau menolak sejumlah produk
yang telah diproduksi.
c. Untuk melengkapi manajemen dengan audit kualitas produk perusahaan.
20
2.8 Alat – Alat Pengendalian Mutu
Dalam melakukan pengendalian mutu, ada beberapa alat yang mendukung
dalam melakukan pengendalian mutu. Berikut ini beberapa penjelasan mengenai
alat-alat pengendalian mutu.
Alat Statistical Process Control adalah Shewhart Control Chart, yang
penggunaannya tergantung dari karakteristik mutu yang diukur. Pada dasarnya di
dalam pengendalian mutu secara statistik dapat dibagi menjadi dua tipe pengukuran,
yaitu pengukuran secara sampel dan pengukuran seluruh produk.
Pengukuran secara sampel dibagi menjadi dua karakteristik
(Gaspersz,2003,p64) yaitu :
1. Pengendalian Atribut (Attribute Control)
Atribut adalah karakteristik suatu produk yang berhubungan dengan
pengukuran apakah produk tersebut baik atau buruk, diterima atau ditolak.
Pengukuran atribut bersifat kualitatif, yaitu hanya merupakan penentuan
memuaskan / tidak memuaskan.
Bagan kontrol yang sering digunakan pada pengendalian atribut,antara lain :
1) Bagan proporsi kerusakan ( p charts )
2) Bagan bagian jumlah cacat ( c charts)
2. Pengendalian Variabel (Variabel Control)
Pengendalian ini untuk mengukur variable yang sering digunakan secara
bersama.
Bagan pengendalian yang sering digunakan antara lain :
21
a) Bagan rata-rata/Average charts ( x charts ), Suatu bagan yang
memperhitungkan rata-rata karakteristik mutu dalam sampel.
b) Bagan rentang/Range charts (R charts), Suatu bagan yang
memperhitungkan rentang antara data sampel terbesar dan terkecil.
2.9 Alat Pengendalian Kinerja Mutu
Piranti atau alat perbaikan kualitas dibedakan atas piranti yang menggunakan data
numerik dan piranti yang menggunakan data verbal.(Gaspersz,2003,p41)
1. Piranti Data Numerik
Ada lima piranti atau alat yang digunakan dalam mengolah data numerik atau
data kuantitatif, yaitu kertas periksa, Pareto chart, histogram, diagram pencar,
dan diagram perjalanan (run chart). Kelima piranti ini digunakan untuk
mengetahui apa masalah utama terjadinya penyimpangan.
a. Kertas Periksa (Check Sheet)
Kertas periksa adalah suatu piranti yang paling mudah untuk menghitung
seberapa sering sesuatu terjadi. Dengan demikian, kertas periksa adalah
piranti yang sederhana, tetapi teratur untuk pengumpulan dan pencatatan
data.
Dalam menyusunnya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Bentuk lajur-lajur untuk mencatat data harus jelas.
- Data yang hendak dikumpulkan dan dicatat harus jelas tujuannya.
- Kapan data dikumpulkan harus dicantumkan.
- Data harus dikumpulkan secara jujur.
b. Pareto Chart
22
Pareto chart adalah diagram yang dikembangkan oleh seorang ahli
ekonomi Italia yang bernama Vilfredo Pareto pada abad ke-19
Pareto chart digunakan untuk memperbandingkan berbagai kategori
kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang paling besar di sebelah
kiri ke yang paling kecil di sebelah kanan.
Berbagai Pareto chart dapat digambarkan dengan menggunakan data
yang sama, tetapi digambarkan secara berlainan. Dengan cara menunjukkan
data menurut frekuensi terjadinya, biaya, dan waktu terjadinya, dapat
diungkapkan berbagai prioritas penanganannya, tergantung pada kebutuhan
spesifik. Dengan demikian, kita tidak dapat begitu saja menentukan bar yang
terbesar dalam Pareto chart sebagai persoalan yang terbesar. Dalam hal ini
harus dikumpulkan informasi secukupnya.
Pareto chart dapat disusun dengan menggunakan diagram sebab akibat.
Sesudah sebab-sebab potensial diketahui dari diagram tersebut, Pareto chart
dapat disusun untuk merasionalisasi data yang diperoleh dari diagram
sebab-akibat. Selanjutnya, Pareto chart dapat digunakan pada semua tahap
PDCA cycle.
Histogram
Histogram adalah piranti untuk menunjukkan variasi data pengukuran,
misalnya, berat badan sekelompok orang, tebal plat besi, dan sebagainya.
Seperti halnya dengan Pareto chart, histogram berbentuk bar graph
menunjukkan distribusi frekuensi. Akan tetapi, histogram berbeda dengan
Pareto chart, karena bar graph tidak digambar menurun dari kiri ke kanan.
Bar graph histogram disusun sepanjang jangkauan data pengukurannya.
Selanjutnya, Pareto chart juga hanya menunjukkan karakteristik produk atau
23
jasa, seperti jenis cacat, kecelakaan, kerusakan, dan sebagainya. Histogram
menunjukkan data pengukuran, seperti berat, temperatur, `tinggi, dan
sebagainya. Dengan cara demikian, histogram dapat digunakan untuk
menunjukkan variasi setiap proses.
d. Diagram Pencar (Scatter Diagram)
Scatter diagram adalah gambaran yang menunjukkan kemungkinan
hubungan (korelasi) antara pasangan dua macam variabel. Walaupun
terdapat hubungan, namun tidak perlu berarti bahwa suatu variabel
menyebabkan timbulnya variabel yang lain.
e. Diagram Perjalanan (Run Chart)
Run chart adalah grafik yang menunjukkan variasi ukuran sepanjang
waktu. Pada suatu run chart, sumbu horisontalnya adalah ukuran waktu.
Interval waktu tersebut dapat berupa tahun, minggu, hari, jam, dan
sebagainya. Karena meliputi waktu, maka piranti ini lebih bersifat dinamik
daripada piranti-piranti yang lain.
2. Piranti Data Verbal
Piranti atau alat dalam menggunakan data verbal adalah bagan alur,
brainstorming, diagram sebab-akibat, fishbone diagram, diagram gabungan, dan
diagram pohon. Kelima piranti ini digunakan untuk mengetahui apa penyebab
utama terjadinya suatu masalah :
a. Diagram Alur ( Flow Chart )
Flow chart adalah gambaran skematik atau diagram yang menunjukkan
seluruh langkah dalam suatu proses dan menunjukkan bagaimana langkah
itu saling mengadakan interaksi satu sama lain. Setiap orang yang
24
bertanggung jawab untuk memperbaiki suatu proses haruslah mengetahui
seluruh langkah dalam proses tersebut. Ada beberapa cara untuk
menggambarkan flow chart dengan berbagai simbol yang digunakannya.
b. Brainstorming
Brainstorming adalah cara untuk memacu pemikiran kreatif guna
mengumpulkan ide-ide dari suatu kelompok dalam waktu yang relatif
singkat.
c. Fishbone Diagram
Diagram sebab-akibat (cause and effect diagram) atau sering disebut
juga sebagai "diagram tulang ikan" (fishbone diagram) atau diagram
Ishikawa (Ishikawa diagram) sesuai dengan nama Prof. Kaoru Ishikawa dari
Jepang yang memperkenalkan diagram ini.
Diagram sebab-akibat adalah suatu pendekatan terstruktur yang
memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan
penyebab-penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian, dan kesenjangan yang
ada. Diagram ini dapat digunakan dalam situasi di mana: (1) terdapat
pertemuan diskusi dengan menggunakan brainstorming untuk
mengidentifikasi mengapa suatu masalah terjadi, (2) diperlukan analisis lebih
terperinci terhadap suatu masalah, dan (3) terdapat kesulitan untuk
memisahkan penyebab dari akibat.
d. Diagram Gabungan (Affinity diagram)
Affinity diagram kadang-kadang disebut secara agak kurang tepat,
sebagai metoda KJ, karena dikembangkan oleh Jiro Kawakita pada dekade
1950-an. Diagram tersebut merupakan hasil kerja sekelompok orang yang
25
bekerja sama secara kreatif untuk menganalisis data, terutama dalam situasi
data yang berjumlah besar yang masih campur aduk dan belum tertata.
Situasi itu dapat terjadi apabila sekelompok orang dengan pengalaman yang
sangat beragam membentuk suatu tim, atau apabila orang-orang tersebut
mempunyai pengetahuan yang tidak lengkap mengenai bidang yang akan
dianalisis. (Nasution, 2004: 128).
e. Diagram Pohon Keputusan (Decision Tree Diagram)
Decision tree diagram adalah piranti yang lazim digunakan untuk
menghubungkan antara tujuan dengan tugas yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan tersebut. Decision tree diagram berbentuk seperti bagan
organisasi yang digulingkan. Diagram tersebut merupakan piranti yang
berguna bagi manajer puncak dan manajer menengah untuk membuat
rencana perbaikan proses berdasarkan input dari pelanggan. (Nasution, H
129). Dengan menyatakan tujuan utama yang hendak dicapai, maka dalam
membuat decision tree diagram kita memecah tujuan utama tersebut
menjadi sasaran antara dan tugas yang perlu dilakukan.
2.10 Acceptance Sampling
Menurut Heizer adalah :
“A method of measuring random samples of lots or batches of
products againts predetermined standars”.
Menurut Stevenson adalah :
“Form of inspection applied to lots or batches of items before or after
a process, to judge conformance with predetermined standards”.
Menurut www.bioss.ac.uk adalah :
26
“Acceptance sampling is a quality control procedure used when a
decision on the acceptability of a batch has to be made from tests
done on a sample of items from the batch”
Menurut kamus ekonomi adalah :
Acceptance Sampling meliputi pemeriksaan sejumlah data untuk
menentukan apakah terdapat proporsi dalam unit mempunyai
perlengkapan yang melebihi persentase yang ditetapkan.
Menurut http://gkmin.net/download/wm231_istilah_kualitas.pdf adalah :
Acceptance sampling plan: a specific plan that indicates the sampling sizes
and the associated acceptance or nonacceptance criteria to be used
Menurut http://www.samplingplans.com/usingoccurves.htm adalah :
Acceptance Sampling Plan : These sampling plans consist of a sample size
and a decision rule. The sample size is the number of items to sample or the
number of measurements to take. The decision rule involves the acceptance
limit(s) and a description of how to use the sample result to accept or reject
the lot.
Dengan beberapa teori diatas, maka dapat disimpulkan Acceptance
Sampling merupakan prosedur atau metode pengendalian mutu penerimaan atau
penolakan keseluruhan kumpulan produk atas dasar jumlah cacat barang data
sample sehingga jika terjadi penerimaan barang rusak dapat segera diketahui .
Metode Acceptance Sampling ini diklasifikasikan berdasarkan cara
pemeriksaan karakteristik, yaitu :
a. Sifat Barang (Attributes)
27
Pemeriksaan dengan atribut merupakan pemeriksaan karakteristik-karakteristik
yang bersifat kualitatif yaitu hanya untuk menentukan apakah barang dapat
diterima atau ditolak. Pemeriksaan semacam ini hanya memberikan sedikit
data untuk memperkirakan besarnya penyesuaian yang diperlukan pada
proses.
b. Faktor-faktor (Variable)
Pemeriksaan dengan variable berarti pemeriksaan karakteristik barang diukur
secara kuantitatif.
Kelebihan Acceptance Sampling :
• lebih murah
• jumlah inspektor lebih sedikit
• kesalahan inspeksi lebih rendah
• mempunyai dampak lebih besar pada pemasok / vendor
• mengurangi ”handling”
Kekurangan Acceptance Sampling :
• mempunyai resiko menolak lot yang baik () atau menerima lot yang jelek (β)
• memberikan sedikit informasi mengenai produk atau proses yang menghasilkan
produk tersebut
• memerlukan perencanaan dan dokumentasi dari prosedur Acceptance Sampling
Jenis – jenis Acceptance Sampling :
Berdasarkan landasan keputusan :
Sampling berdasarkan atribut
Sampling berdasarkan variabel
28
Berdasarkan rangkaian sampling :
1. Sampling Tunggal ( single sampling) :
• Output keputusan : TOLAK / TERIMA
2. Sampling ganda ( double sampling) :
• Output keputusan :
Sampling I : TERIMA / TOLAK / LANJUT KE SAMPLING II
Sampling II : TERIMA / TOLAK (berdasarkan hasil dari sampling I & II)
Sampling Majemuk ( Multiple Sampling) :
Kelanjutan dari Sampling Ganda
Ukuran sampel < Sampling Tunggal atau Sampling Ganda
Sampling Sekuential (Sequential Sampling) :
Kelanjutan dari Sampling Majemuk
Teoritis : dilakukan hingga inspeksi 100%
Praktek : berhenti setelah jumlah yang diinspeksi = ± 3 x jumlah yang
diinspeksi dengan Sampling Tunggal
Jika n = 1, disebut item-by-item sampling
Langkah-langkah dalam pengendalian mutu yang dilakukan oleh perusahaan
terhadap produk yang dihasilkan dengan menggunakan metode Acceptance
Sampling, menurut Stevenson, sebagai berikut :
a. Mengumpulkan pada data lots size N sebelumnya dan sampel size n. Dari kode
tersebut akan dapat diketahui ukuran/jumlah sampel yang akan diambil dalam
analisis adalah sebesar unit yang akan dicari dengan menggunakan tabel
(Single Sampling Plans for Normal Inspection- lampiran II).
29
b. Langkah kedua yaitu dengan menghitung rata-rata defective, p untuk
mengetahui total varians dan sampel atas varians yang akan diambil.
c. Kemudian dari ukuran nilai tersebut, maka ditentukan AQL (Acceptable Quality
Level) dan LTPD (Lot Tolerance Percent Defective) dengan menggunakan tabel
yang berhubungan dengan resiko produsen dan resiko konsumen.
d. Semua data yang akan dinilai dengan menggunakan tabel.