bab 2 landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2010-2-00467-ti...

42
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Human Error & Criticality Analysis Human Error & Criticality Analysis (HECA) merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat keandalan operator. Metode HECA terdiri dari empat langkah utama yaitu analisis pekerjaan, pembuatan pohon kejadian Human Reliability Analysis (HRA), estimasi Human Error Probability (HEP), dan analisis lembar kerja HECA. Untuk menunjang penelitian yang dilakukan untuk tugas akhir, pada bab ini akan diuraikan teori-teori mengenai kesalahan manusia (human error), analisis keandalan manusia (human reliability analysis), metode HECA, kepuasan kerja, dan hierarki kebutuhan Maslow. Selain itu, akan diuraikan pula teori-teori lainnya yang juga digunakan di dalam penelitian ini. 2.1.1 Kesalahan Manusia Menurut Sanders, kesalahan manusia adalah suatu perilaku atau keputusan manusia yang tidak diinginkan atau yang tidak sesuai, yang dapat

Upload: lytram

Post on 10-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

41

41

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Human Error & Criticality Analysis

Human Error & Criticality Analysis (HECA) merupakan salah satu alat yang

digunakan untuk mengukur tingkat keandalan operator. Metode HECA terdiri dari

empat langkah utama yaitu analisis pekerjaan, pembuatan pohon kejadian Human

Reliability Analysis (HRA), estimasi Human Error Probability (HEP), dan analisis

lembar kerja HECA. Untuk menunjang penelitian yang dilakukan untuk tugas akhir,

pada bab ini akan diuraikan teori-teori mengenai kesalahan manusia (human error),

analisis keandalan manusia (human reliability analysis), metode HECA, kepuasan

kerja, dan hierarki kebutuhan Maslow. Selain itu, akan diuraikan pula teori-teori

lainnya yang juga digunakan di dalam penelitian ini.

2.1.1 Kesalahan Manusia

Menurut Sanders, kesalahan manusia adalah suatu perilaku atau keputusan

manusia yang tidak diinginkan atau yang tidak sesuai, yang dapat

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

42

mengurangi atau mempunyai potensi untuk mengurangi efektivitas, keselamatan, atau

performansi sistem. Walaupun terdapat beberapa pendapat yang cenderung

memandang kesalahan manusia disebabkan karena kelalaian operator semata-mata,

namun sebenarnya ada pihak lain yang juga dapat menyebabkan terjadinya kesalahan,

seperti perancang peralatan, manajer, pengawas, dan personil pemeliharaan. Oleh

karena itu, dalam membicarakan mengenai kesalahan manusia, perlu

dipertimbangkan keseluruhan sistem dan tidak memusatkan hanya kepada operator

tersebut saja.

Penyebab utama kesalahan manusia adalah manusia mempunyai variabilitas

yang tidak dapat dihindarkan. Pada dasarnya seorang manusia adalah sebuah variabel,

dalam arti tidak ada seorangpun yang dapat mengerjakan sesuatu sama persis untuk

kedua kalinya. Adanya variabilitas dapat mengakibatkan fluktuasi acak yang

berpotensi cukup besar untuk menghasilkan kesalahan. Namun hal ini dapat

dikendalikan dengan meningkatkan keterampilan melalui pelatihan.

2.1.2 Karakteristik Human Error

Walaupun terdapat beberapa persamaan antara manusia (dengan berbagai

organ / bagian tubuh dan fungsinya) dengan mesin (dengan berbagai komponen dan

fungsinya) dalam hal kecenderungan berbuat kegagalan, yang mendorong ke arah

kesamaan metode analisis, namun proses kegagalan manusia mempunyai

keistimewaan tertentu.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

43

Perbedaan yang paling utama mungkin adalah kesalahan manusia berulang

secara acak, sedangkan kegagalan mesin dan peralatan berulang secara tetap / pasti.

Manusia dapat menangani kesalahannya sendiri dan berusaha agar kegagalan tersebut

tidak sampai merusak keseluruhan sistem. Berbeda dengan manusia, mesin tidak

dapat menangani kesalahannya sendiri dan kegagalan mesin selalu terkait dengan

kegagalan yang pertama kali terjadi.

Perbedaan kedua adalah manusia mampu meningkatkan performansinya

secara terus-menerus melalui pembelajaran, lain halnya dengan mesin yang tidak

mampu ”belajar” dengan sendirinya. Pembelajaran dan peningkatan performansi

dapat dilakukan oleh manusia dalam berbagai situasi.

Performansi manusia dan tekanan kerja adalah sebuah hubungan yang

nonlinear. Ketika tekanan kerja menurun, tingkat performansi meningkat. Selain itu,

performansi manusia dengan sendirinya terkait dengan data performansi masa lalu,

terutama ketika manusia mempunyai target performansi yang rendah. Oleh karena itu,

parameter dari variabel manusia harus diperoleh dalam kondisi yang mendekati

kenyataan operasional, dengan mempertimbangkan fisik yang nyata, emosional,

intelektual, dan karakteristik tingkah laku dari manusia yang mengoperasikan mesin

tersebut. (sumber : Human Error, 1997)

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

44

2.1.3 Klasifikasi Human Error

Klasifikasi human error yang dikemukakan oleh Swain dan Guttman (1983)

adalah sebagai berikut:

1. Kesalahan “penghilangan” (errors of omission)

Kesalahan yang terjadi akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu karena

seseorang lupa untuk melakukan sebuah bagian dari pekerjaan. Sebagai contoh,

seorang tukang listrik meninggal karena ia lupa memutuskan salah satu kabel

sumber listrik ketika ia memasang kerangka baja pada suatu cabang stasiun listrik,

atau seseorang lupa meletakkan kertas saringan dalam sebuah mesin pembuat kopi

(coffee maker) ketika sedang membuat kopi.

2. Kesalahan ”ketidaktepatan” (errors of comission)

Kesalahan ini terjadi ketika seseorang melakukan pekerjaan dengan tidak tepat.

Sebagian besar orang melakukan jenis kesalahan ini. Sebagai contoh, seseorang

memasukkan persneling maju ketika ia hendak memundurkan mobilnya.

3. Kesalahan akibat seseorang melakukan kegiatan yang tidak berhubungan dengan

pekerjaan atau yang tidak diperlukan (extraneous act)

Kesalahan ini terjadi ketika seseorang melakukan pekerjaan yang seharusnya tidak

dilakukan karena hal tersebut dapat mengalihkan perhatian manusia dan dapat

menimbulkan potensi kerusakan. Sebagai contoh, seseorang yang mendengarkan

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

45

musik dan terus bernyanyi di dalam mobilnya sehingga ia melewatkan putaran

balik yang seharusnya ia lewati.

4. Kesalahan urutan (sequential error)

Kesalahan ini terjadi ketika seseorang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan

urutan yang semestinya. Sebagai contoh, kasus operator derek yang hendak

mengangkat satu blok batu dengan berat 24 ton. Seharusnya ia mengangkat derek

ke atas terlebih dahulu baru kemudian memutarnya 90°, namun ia malah

memutarnya terlebih dahulu dan sebelum ia mengangkatnya ke atas, derek tersebut

sudah terbalik.

5. Kesalahan pemilihan waktu (timing error)

Kesalahan ini terjadi ketika seseorang gagal untuk melaksanakan suatu tindakan

dalam waktu yang ditentukan, baik terlalu cepat atau terlalu lambat. Sebagai

contoh, seseorang terlambat menginjak rem ketika mobil di depannya tiba-tiba

berhenti.

2.1.4 Penyebab Kesalahan Manusia

Kesalahan manusia seringkali diakibatkan karena adanya keterbatasan dalam

perancangan sistem. Oleh karena itu, untuk membuat sebuah sistem manusia-mesin

yang dapat diandalkan, faktor perancangan yang dapat menyebabkan munculnya

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

46

kesalahan manusia harus diteliti. Beberapa faktor perancangan yang dapat

menyebabkan munculnya kesalahan manusia adalah sebagai berikut (sumber : Human

Error, 1997) :

1. Kerumitan pekerjaan

Pekerjaan yang rumit membutuhkan proses penjiwaan yang berbeda.

Bagaimanapun, manusia secara umum mempunyai keterbatasan performansi dan

proses penerimaan informasi yang sama. Keterbatasan kapasitas inilah yang

menyebabkan manusia dapat membuat banyak kesalahan ketika diberikan tugas

yang lebih rumit. Keterbatasan kapasitas dalam memori jangka pendek dan

permasalahan daya ingat dalam memori jangka panjang benar-benar

mempengaruhi keandalan performansi manusia. Urutan tugas yang rumit

membutuhkan memori manusia lebih banyak. Prosedur tertulis dan checklist yang

detail dapat digunakan untuk membantu operator dalam mengingat semua elemen

pekerjaan sehingga mereka dapat melakukannya sesuai urutan yang tepat.

2. Situasi sering salah (error-likely)

Menurut Swain dan Guttmann, situasi error-likely dikenal sebagai situasi kerja

dimana rancang-bangun manusia (human engineering) sangat kurang tepat

sehingga dapat menyebabkan kesalahan sering terjadi. Situasi ini menghadapkan

operator pada keadaan yang tidak sesuai dengan kemampuan, keterbatasan,

pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

populasi mayoritas dapat menyebabkan kesalahan sering terjadi.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

47

Pendekatan situasi kerja ini berasal dari filosofi perancangan human engineering

dimana sistemlah yang harus disesuaikan dengan manusia, bukan sebaliknya.

Pendekatan situasi kerja menekankan pada identifikasi kondisi-kondisi pemicu

kesalahan serta penanganannya. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa kesalahan

lebih sering terjadi karena sifat alaminya daripada karena kesalahan operator. Oleh

karena itu, kecelakaan terjadi dikarenakan situasi kerja, bukan orang.

Situasi pekerjaan dan karakteristik peralatan yang dapat mempengaruhi operator

untuk lebih sering melakukan kesalahan meliputi:

Ruangan kerja yang tidak cukup luas dan masalah tata letak yang tidak tepat

Kondisi lingkungan yang buruk

Pelatihan, alat bantu pekerjaan, dan prosedur yang kurang jelas

Pengawasan yang sangat kurang (minim).

3. Karakteristik tingkah laku

Variabel individual yang dapat dihubungkan dengan tingginya tingkat kesalahan

dalam mengerjakan berbagai tugas adalah karakteristik manusia secara

keseluruhan. Salah satunya adalah atribut manusia, seperti keterampilan dan sikap

kerja ketika mereka sedang bekerja. Karakteristik lain misalnya faktor tingkah

laku, yang meliputi usia, perbedaan jenis kelamin, tingkat kecerdasan, kemampuan

perseptual, kondisi badan, ketahanan tubuh, pendalaman tugas, pelatihan atau

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

48

pengalaman, tingkatan keterampilan, motivasi, status emosional, tingkat tekanan,

dan faktor sosial. Faktor tingkah laku seperti adanya tekanan kerja dan kurangnya

pengalaman dapat menyebabkan probabilitas terjadinya kesalahan meningkat

sebanyak 10 kali.

2.1.5 Analisis Keandalan Manusia (Human Reliability Analysis)

Menurut Meister (1984), reliabilitas manusia digunakan untuk merujuk

kepada sebuah metodologi, sebuah konsep teoritis, dan sebuah pengukuran. Sebagai

sebuah metodologi, reliabilitas manusia adalah sebuah prosedur untuk menyusun

suatu analisis kuantitatif untuk memprediksi kesalahan manusia. Sebagai sebuah

konsep teoritis, reliabilitas manusia memberikan penjelasan bagaimana sebuah

kesalahan terjadi. Sebagai sebuah pengukuran, reliabilitas manusia menunjukkan

probabilitas kesuksesan manusia dalam menjalankan seluruh atau sebagian elemen

pekerjaan.

Analisis keandalan manusia digunakan untuk menggabungkan dan

menyajikan informasi dari berbagai faktor di atas dengan jalan pemikiran yang logis.

Perusahaan menggunakan analisis keandalan manusia untuk menentukan apakah

faktor-faktor tersebut berada dalam kontrol yang baik. Jika tahap pengontrolan dan

tingkat keandalan manusia dapat ditingkatkan, maka analisis ini menunjukkan

bagaimana caranya untuk mencapai kondisi kerja yang terkontrol dengan baik.

Beberapa teknik perhitungan probabilitas kesalahan manusia (human error

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

49

probability) dalam melakukan pekerjaan dapat memberikan estimasi besarnya

kemungkinan terjadinya sebuah kesalahan manusia.

Salah satu alasan melakukan analisis keandalan manusia adalah bahwa

kesalahan manusia merupakan penyebab utama dari kekacauan (bukan hanya

kecelakaan kerja, namun juga kerusakan pabrik, penurunan kualitas produk, dan

kerusakan lingkungan) dan membutuhkan pengontrolan. Sekedar menghilangkan

laporan kerja juga dapat diindikasikan sebagai kesalahan manusia yang tidak dapat

diterima dalam sebuah perusahaan. Dengan memperhatikan hal keselamatan kerja

menunjukkan bahwa sebuah perusahaan telah bertanggung jawab mengurangi

kesalahan manusia. Secara umum, adalah sebuah keuntungan bagi suatu perusahaan

untuk mengerti mengenai penyebab sebuah kesalahan dan langkah-langkah yang

harus diambil untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan.

Langkah-langkah dasar melakukan sebuah analisis keandalan manusia adalah

sebagai berikut:

1. Identifikasi masalah

2. Penguraian pekerjaan yang ada

3. Identifikasi kesalahan dan konsekuensinya

4. Estimasi probabilitas kesalahan operator (human error probability)

5. Penarikan kesimpulan dan perancangan usulan perbaikan untuk mengurangi

kesalahan.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

50

Beberapa keuntungan dari analisis keandalan manusia adalah:

1. Menyediakan sebuah analisis logis yang mencakup faktor-faktor yang

mempengaruhi performansi manusia.

2. Memberikan rekomendasi menuju ke arah kemajuan atau pengembangan.

3. Mendukung masalah keselamatan kerja: meningkatkan perhatian pada keamanan

pekerjaan yang kritis.

Selain keuntungan, terdapat pula beberapa kerugian dari analisis keandalan

manusia, diantaranya sebagai berikut:

1. Menghabiskan banyak waktu dan biaya ketika memberikan tingkat resiko dari

kesalahan manusia dalam melakukan pekerjaannya.

2. Membutuhkan masukan dari para ahli (perusahaan).

2.1.6 Metode Human Error & Criticality Analysis (HECA)

Menurut Yu et.al., metode HECA dirancang untuk mengidentifikasi jenis

pekerjaan kritis dan jenis kesalahan yang dapat muncul, dan untuk menentukan

hubungan antara keduanya, serta untuk menyediakan informasi mengenai keandalan

sistem untuk dapat meningkatkan performansi sistem tersebut. Metode HECA terdiri

dari empat langkah utama, yaitu: analisis pekerjaan, pembuatan pohon kejadian

human reliability analysis (HRA), estimasi human error probability (HEP), dan

analisis lembar kerja HECA.

Proses analisis HECA dilakukan berdasarkan prosedur standar yang ada dari

perusahaan, seperti standard assembly procedure (SAP) atau Standard Operation

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

51

Procedure (SOP). Dengan menggunakan pohon kejadian HRA, hasil laporan HECA

seperti daftar pekerjaan kritis, daftar kesalahan kritis, informasi tingkat keandalan,

dan pohon kejadian HRA dapat diselesaikan. Proses implementasi metode HECA

dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Identifikasi masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam suatu pekerjaan

berdasarkan pada SAP atau SOP yang ada.

2. Analisis pekerjaan melalui SAP atau SOP. Proses pemberian kode dan penguraian

pekerjaan ditunjukkan dalam lembar kerja (worksheet) HECA kolom pertama.

Untuk setiap pekerjaan yang ada, selanjutnya diidenfikasikan jenis kesalahan yang

berhubungan dan efek dari kesalahan tersebut, yang ditunjukkan dalam kolom

kedua dan ketiga. Contoh lembar kerja (worksheet) HECA dapat dilihat pada tabel

2.1.

3. Membuat rancangan pohon kejadian HRA. Rancangan pohon kejadian HRA

menggambarkan jalur sukes dan gagal dari suatu pekerjaan. Pohon kejadian ini

menjadi dasar untuk analisis kuantitatif lebih lanjut.

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

52

Tabel 2.1 Contoh Lembar Kerja (Worksheet) HECA

Human tasks Human error modes Error effects λij βij γij

1 Assembling the pin

with ceramic set using

the epoxy resin

1.1.1 Misuse epoxy resin which is

out of spec.

Reject in process 0.005 1.0

1.1.2 Did not paste the epoxy

resin correctly

Reject in process 0.05 0.55 0.01

1.1.3 Did not cure the epoxy resin

correctly

Reject in process 0.05 0.55

1.1.4 Misuse the pin which is out

of spec.

Reject in process 0.005 1.0 0.001

2 Grinding the pin with

grinding machine

2.1.1 Did not set up the grinding

plate correctly

Reject in process 0.05 1.0

2.1.2 Over or under grind the pin Malfunction 0.005 1.0

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

53

Tabel 2.2 Contoh Lembar Kerja (Worksheet) HECA (Lanjutan)

Human tasks Human error modes Error effects λij βij γij

3 Welding the hot wire

[Pt-Ir (80/20)]

3.1.1 Did not weld correctly Reject in process 0.05 1.0

3.1.2 Did not control the hot wire

correctly

Reject in process 0.05 1.0

3.1.3 Misuse the hot wire Reject in process 0.00005 1.0

3.1.4 Detach them careless Reject in process 0.005 1.0

… … … … … … … …

(Sumber : Application of Human Error & Criticality Analysis for Improving the Initiator Assembly Process)

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

54

4. Estimasi HEP untuk setiap jenis kesalahan ke-j dalam pekerjaan ke-i (λij),

estimasi probabilitas kerusakan mesin atau peralatan yang berhubungan dengan

kesalahan ke-j dalam melakukan tugas ke-i (γij), dan estimasi probabilitas efek

kesalahan ke-j dari setiap pekerjaan ke-i (βij).

a. Probabilitas kesalahan operator (λij)

Dalam penelitian ini, nilai λij diperoleh melalui data historis yang dimiliki

perusahaan mengenai kesalahan operator. Dari data tersebut, kemudian

dilakukan perhitungan probabilitas Sampling dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

Ps = CU

dimana: Ps = probabilitas sampling

C = banyaknya produk yang mengalami kesalahan

U = banyaknya produk yang diteliti

Nilai Ps akan dikonversi ke dalam kategori tertentu yang telah ditentukan

sebelumnya. Berdasarkan MIL-STD-882C dan NUREG/CR-1278-F,

probabilitas kesalahan operator dibagi ke dalam 5 kategori. Pembagian

kategori ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

55

Tabel 2.3 Nilai Probabilitas Kesalahan Operator (λij)

Level Kategori Keterangan Nilai Ps Nilai λij

A Frequent Kemungkinan gagal tinggi 1.0 – 0.1 0.5

B Probable Kemungkinan gagal sedang 0.1 – 0.01 0.05

C Occasional Kemungkinan gagal kecil 0.01 – 0.001 0.005

D Remote Kemungkinan gagal jarang 0.001 – 0.0001 0.0005

E Improbable Kejadian sangat jarang 0.0001 – 0.0 0.00005

(Sumber : Application of Human Error & Criticality Analysis for Improving the Initiator Assembly

Process)

b. Probabilitas kegagalan mesin atau peralatan (γij)

Probabilitas kegagalan mesin atau peralatan diperoleh dengan menggunakan

rumus.

γij = R O

dimana: γij = probabilitas kerusakan mesin

R = jumlah hari mesin rusak dalam periode waktu tertentu

O = jumlah hari mesin beroperasi dalam periode waktu tertentu

c. Probabilitas efek kesalahan (βij)

Berdasarkan standar militer MIL-STD-1629A, nilai βij dapat dibagi menjadi

empat tingkat kualitatif dengan jarak nilai kuantitatif yang dihubungkan

dengan setiap tingkatnya (Tabel 2.3). Nilai βij diperoleh dari penentuan

kategori efek kesalahan oleh kelompok ahli dalam perusahaan.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

56

Tabel 2.4 Nilai Probabilitas Efek Kesalahan (βij)

Level Kategori Probabilitas Nilai βij

B1 Actual loss βij = 1.0 1.0

B2 Probable loss 0.1 < βij < 1.0 0.5

B3 Possible loss 0.0 < βij < 0.1 0.05

B4 No effect βij = 0.0 0.0

(Sumber : Application of Human Error & Criticality Analysis for Improving the

Initiator Assembly Process)

5. Menghitung HEP (Human Error Probability) setiap pekerjaan (λij) melalui

pohon kejadian HRA, diantaranya dengan:

a. Menghitung indeks kritis (criticality indexes) untuk setiap kesalahan dan

indeks kritis (criticality indexes) untuk setiap uraian pekerjaan (CIi).

• Indeks kritis (criticality indexes) untuk setiap kesalahan (CIij)

menggunakan rumus CIij = λij x βij apabila tidak menggunakan mesin

atau CIij = λij x γij x βij apabila menggunakan mesin.

dimana: CIij = indeks kritis kesalahan ke-j dalam pekerjaan ke-i

λij = probabilitas kesalahan ke-j dalam pekerjaan ke-i

γij = probabilitas kerusakaan mesin yang digunakan sewaktu

kesalahan ke-j terjadi dalam pekerjaan ke-i

βij = probabilitas efek kesalahan ke-j dalam pekerjaan ke-i

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

57

• Indeks kritis (criticality indexes) untuk setiap uraian pekerjaan (CIi)

menggunakan rumus CIi = 1 - Πj (1 - λij x βij ) apabila tidak

menggunakan mesin atau CIi = 1 - Πj (1 - λij x γij x βij ) apabila

menggunakan mesin.

dimana: CIi = indeks kritis pekerjaan ke-i

Πj = hasil perkalian sebanyak j kesalahan

b. Menghitung keandalan operator untuk setiap uraian pekerjaan (Ri) dengan

menggunakan rumus Ri = 1 - CIi dan keandalan operator keseluruhan (Rm)

menggunakan rumus Rm = Πi (Ri).

dimana: Ri = tingkat keandalan operator untuk uraian pekerjaan ke-i

CIi = indeks kritis pekerjaan ke-i

Rm = tingkat keandalan operator secara keseluruhan

Πi = hasil perkalian sebanyak i pekerjaan

dan menyelesaikan lembar kerja HECA.

6. Analisis keandalan operator melalui pohon kejadian HRA.

7. Menampilkan HECA dengan membuat lembar kerja (worksheet) HECA yang

memuat jenis pekerjaan, jenis kesalahan, efek kesalahan, nilai probabilitas

kesalahan operator (λ), nilai probabilitas kerusakan mesin (γ), nilai

probabilitas efek kesalahan (β), tingkat kritis (CI), dan keandalan operator (R).

8. Meringkas semua pekerjaan kritis, kesalahan kritis, informasi keandalan

operator, dan pohon kejadian HRA.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

58

2.2 Teori Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan

mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan

prestasi kerja. Kepuasan kerja ini dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan dan

kombinasi dalam dan luar pekerjaan. Kepuasan kerja dalam pekerjaan adalah

kepuasan kerja yang dinikmati dalam pekerjaan dengan memperoleh pujian hasil

kerja, penempatan, perlakukan, peralatan, dan suasana lingkungan kerja yang

baik. Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan kerja dalam pekerjaan ini

akan lebih mengutamakan pekerjaannya daripada balas jasa, walaupun balas jasa

itu penting.

Kepuasan kerja di luar pekerjaan adalah kepuasan kerja karyawan yang

menikmati di luar pekerjaan dengan besarnya balas jasa yang akan diterima dari

hasil kerjanya, agar ia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Karyawan yang

lebih suka menikmati kepuasannya di luar pekerjaan lebih mempersoalkan balas

jasa daripada pelaksanaan tugas-tugasnya.

Kepuasan kerja kombinasi dalam dan luar pekerjaan adalah kepuasan kerja

yang dicerminkan oleh sikap emosional yang seimbang antara balas jasa dengan

pelaksanaan pekerjaannya. Karyawan yang lebih menikmati kepuasan kerja

kombinasi dalam dan luar pekerjaan akan merasa puas jika hasil kerja dan balas

jasanya dirasa adil dan layak.

Ketidakpuasan karyawan dapat dinyatakan dalam sejumlah cara,

diantaranya :

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

59

1. Keluar (Exit)

Perilaku yang diarahkan ke arah meninggalkan organisasi. Mencakup

pencarian suatu posisi baru maupun meminta berhenti.

2. Suara (Voice)

Dengan aktif dan konstruktif mencoba memperbaiki kondisi. Mencakup saran

mperbaikan, membahas problem-problem dengan atasan dan beberapa bentuk

kegiatan serikat buruh.

3. Kesetiaan (Loyalty)

Pasif tetapi optimis menunggu membaiknya kondisi. Mencakup berbicara

membela organisasi menghadapi kritik luar dan mempercayai organisasi dan

manajemennya untuk melakukan hal yang tepat.

4. Pengabaian (Neglect)

Secara pasif membiarkan kondisi memburuk, termasuk kemangkiran atau

datang terlambat secara kronis, upaya yang dikurangi dan tingkat kekeliruan

yang meningkat.

Teori kepuasan merupakan teori yang menjelaskan tentang apa motivasi

itu dan faktor-faktor apa yang menyebabkan karyawan berperilaku. Teori ini

berusaha menjawab pertanyaan mengenai kebutuhan apa aja yang dipunyai

seseorang dan yang perlu dipuaskan, serta apa saja yang mendiring seseorang

untuk memperlihatkan perilaku tertentu.

Penganut teori kepuasan ini cukup banyak, yang satu sama yang lain

sebenarnya tidak memiliki kaitan. Akan tetapi berdasarkan penelitian yang

mereka lakukan, ternyata hasil penemuannya dapat dimasukkan dalam teori ini.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

60

Oleh sebab itu teori ini sering juga disebut dengan teori kebutuhan. Beberapa

contoh penganut teori ini antara lain (sumber : Manajemen Sumber Daya Manusia) :

a. F.W. Taylor dengan teori motivasi konvensional.

b. Abraham H. Maslow dengan teori hierarki kebutuhan.

c. Frederick Herzberg dengan teori model dua faktor.

d. Clayton P. Alderfer dengan teori ERG.

e. Douglas McGregor dengan teori X dan teori Y.

f. David McClelland dengan teori motivasi prestasi.

g. Claude S. George dengan teori keadilan.

h. Victor H. Vroom dengan teori harapan.

Namun pada penelitian ini, penulis hanya menggunakan teori hierarki

kebutuhan Maslow sebagai acuan. Oleh sebab itu, pada sub bab berikutnya akan

dijelaskan mengenai teori hierarki kebutuhan Maslow.

2.2.1 Teori hierarki kebutuhan Maslow

Hersey dan Blanchard (1988) berpendapat bahwa perilaku seseorang pada

saat tertentu biasanya ditentukan oleh kekuatan tuntutan kebutuhannya. Untuk itu

para pemimpin atau manajer perlu memahami tingkatan kebutuhan seorang

pekerja atau bawahannya sebagai sesuatu hal yang sangat penting dalam

kelangsungan hidupnya. Maslow (1943,1954) telah mengembangkan teori

hierarki kebutuhan manusia berdasarkan suatu anggapan bahwa seseorang pada

galibnya menginginkan barang-barang dan dimotivasi oleh keinginannya untuk

memuaskan jenis kebutuhan tertentu. Dari asusmsi ini, Maslow kemudian

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

61

mengajukan suatu dalil bahwa kebanyakan individu didorong oleh intensitas

pemenuhan berbagai kebutuhan berikut (Steers dan Porter, 1983) :

• Kebutuhan pisiologik (physiological needs), sebagai paling dasar, seperti

sandang, pangan, papan, dan sex.

• Kebutuhan rasa aman (safety needs), sebagai kebutuhan perlinfungan terhadap

keamanan lingkungan fisik dan jiwa, bebas dari rasa takut.

• Kebutuhan sosial (belongingness needs), menyangkut kebutuhan akan rasa

persahabatan atau diterima dalam suatu kelompok tertentu.

• Kebutuhan penghargaan (esteem needs), sebagai kebutuhan akan rasa hormat,

dihargai keberadaannya dalam kelompok.

• Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs), sebagai kebutuhan untuk

menunjukkan kemampuan diri atau berprestasi.

Teori hierarki kebutuhan (need hirarchy theory) yang dikemukakan

Maslow dalam bukunya Motivation dan Personality pada dasarnya terdiri dari

beberapa anggapan, yaitu (sumber : Manajemen Sumber Daya Manusia, 1996):

a. Manusia merupakan makhluk berkeinginan. Mereka dimotivasi oleh suatu

keinginan untuk memuaskan berbagai kebutuhan. Kebutuhan yang tidak

terpuaskan akan mempengaruhi tingkah laku. Kebutuhan yang sudah

terpuaskan tidak lagi berfungsi sebagai motivasi.

b. Kebutuhan seseorang tersusun secara berurutan dalam satu hierarki, mulai dari

yang paling dasar sampai yang paling tinggi.

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

62

c. Kebutuhan seseorang bergerak dari tingkat lebih rendah ke tingkat berikutnya,

setelah kebutuhan yang lebih rendah itu secara minimal terpuaskan.

Menurut Maslow, kebutuhan-kebutuhan yang secara luas tidak terpenuhi

cenderung menciptakan ketegangan dalam diri seseorang yang kemudian

mendorongnya untuk berperilaku sebagai jalan keluar untuk mengurangi

ketegangan dan usahanya menjaga keseimbangannya. Jika salah satu kebutuhan

atau sejumlah kebutuhan terpenuhi, maka potensi atau kekuatan memotivasi dari

kebutuhan tersebut cenderung berkurang atau hilang, hingga kebutuhan itu

diaktifkan kembali. Sebagai contoh, jika kebutuhan fisiologik (makan) sudah

terpenuhi, maka kebutuhan itu tidak lagi berpotensi untuk memotivasi perilaku,

sampai orang yang bersangkutan lapar kembali atau pada saat tertentu orang

tersebut dimotivasi oleh kebutuhan lain. Dengan perkataan lain, kebutuhan-

kebutuhan tersebut mengalami perputaran.

Secara khusus Maslow berpendapat bahwa kebutuhan seseorang

mempunyai hierarki yang berurutan. Artinya jika kebutuhan yang lebih rendah

sudah terpenuhi atau terpuaskan, maka ia cenderung bergerak ke hirarki yang

lebih tinggi pada satu tingkatan tertentu dan berusaha memuaskannya untuk

menaiki tingkat kebutuhan berikutnya yang lebih tinggi. Atau, secara diagram

proses hirarkik tersebut digambarkan oleh Hersey dan Blanchard (1988) sebagai

berikut.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

63

Gambar 2.1 Dominasi Kebutuhan Fisiologik dalam Hierarki Kebutuhan

(Sumber : Management of Organizational Behavior, Utilizing Human Resources. Hersey and

Blanchard, 1988:33-35)

Dari gambar 2.1 di atas dapat dipahami bahwa kebutuhan fisiologik

merupakan kebutuhan dengan tingkatan yang paling tinggi. Kebutuhan ini

merupakan tingkat paling dasar yang diperkenalkan oleh Maslow. Kebutuhan

paling dasar ini berupa kebutuhan makan, minum, perumahan, pakaian, yang

harus dipenuhi seseorang dalam upayanya untuk mempertahankan diri dari

kelaparan, kehausan, kedinginan, kepanasan, dan sebagainya. Keinginan untuk

memenuhi kebutuhan dasar tersebut mempunyai kekuatan yang tinggi untuk

memotivasi perilaku seseorang hingga kebutuhan ini terpuaskan. Dan ini memberi

makna bahwa kekuatan kebutuhan yang lain kurang mempengaruhi motivasi

individu. Setelah kebutuhan dasar ini terpuasakan, maka tingkatan kebutuhan lain

yang lebih tinggi menjadi penting artinya untuk memotivasi perliaku individu.

Pada saat kebutuhan fisiologik terpenuhi, maka individu akan bergerak ke

tingkatan kebutuhan yang lebih tinggi yaitu rasa aman. Kebutuhan akan rasa aman

dan keselamatan meliputi kebutuhan akan keamanan jiwa dan kebutuhan akan

keamanan terhadap harta benda. Kebutuhan keamanan jiwa raga merupakan

kebutuhan yang selalu menjadi dambaan setiap manusia termasuk para karyawan

Aktualisasi diri

Penghargaan

Sosial

Keamanan

Fisiologik

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

64

yang bekerja dalam perusahaan. Apalagi para karyawan yang bekerja dalam

bidang yang berbahaya, seperti tukang listrik, tukang las, pemadam kebakaran,

pekerja bangunan yang tinggi dan sebagainya. Untuk itu perusahaan haruslah

menyediakan alat pelindung atau alat pengaman bagi para karyawan yang bekerja

pada bidang yang berbahaya.

Sedangkan keamanan harta benda juga merupakan harapan setiap orang

dimanapun mereka berada. Walaupun nilai hartanya tidak seberapa, tetapi ia tetap

tidak senang apabila hartanya itu dicuri ataupun hilang. Upaya yang dapat

dilakukan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan akan keamanan ini dapat

melalui :

a. Selalu memberikan informasi agar para karyawan dalam bekerja bersikap hati-

hati dan waspada.

b. Menyediakan tempat kerja yang aman dari keruntuhan, kebakaran, dan

sebagainya.

c. Memberikan perlindungan asuransi jiwa, terutama bagi karyawan yang

bekerja pada tempat rawan kecelakaan.

d. Memberi jaminan kepastian kerja, bahwa selama mereka bekerja dengan baik

maka tidak akan di PHK, dan adanya jaminan kepastian pembinaan karier.

Pada tahap ini rasa aman menjadi kebutuhan utama yang memotivasi atau

mendominasi perilaku individu. (Gambar 2.2)

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

65

Gambar 2.2 Dominasi Kebutuhan Keamanan dalam Hierarki Kebutuhan

(Sumber : Management of Organizational Behavior, Utilizing Human Resources. Hersey and

Blanchard, 1988:33-35)

Setelah kebutuhan fisiologik dan rasa aman terpenuhi, maka tingkatan

kebutuhan akan bergeser ke kebutuhan sosial (Gambar 2.3). Manusia sebagai

mahluk sosial, tidak hanya membutuhkan rasa aman dan kebutuhan fisiologik,

akan tetapi mereka ingin bergaul dan diterima oleh orang lain atau kelompok lain.

Beberapa jenis kebutuhan yang termasuk dalam kebutuhan sosial, yaitu :

a. Kebutuhan untuk disayangi, dicintai dan diterima oleh orang lain (sense of

belonging).

b. Kebutuhan untuk dihormati oleh orang lain (sense of importance).

c. Kebutuhan untuk diikutsertakan dalam pergaulan (sense of participation).

d. Kebutuhan untuk berprestasi (sense of achievment).

Pada tahap ini kebutuhan sosial mendominasi tingkatan kebutuhan dan

merupakan penggerak utama perilaku seseorang. Ini berarti bahwa seseorang akan

terdorong untuk mencari hubungan-hubungan diluar dirinya, sebagai relasi yang

dapat memuaskan tuntutan kebutuhannya.

Aktualisasi diri

Penghargaan

Sosial

Keamanan

Fisiologik

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

66

Gambar 2.3 Dominasi Kebutuhan Sosial dalam Hierarki Kebutuhan

(Sumber : Management of Organizational Behavior, Utilizing Human Resources. Hersey and

Blanchard, 1988:33-35)

Rangkaian kebutuhan berikutnya setelah kebutuhan sosial terpenuhi adalah

kebutuhan penghargaan (Gambar 2.4). Pada tahap ini kebutuhan sosial meningkat

menjadi kebutuhan untuk diberi penghargaan atau dihormati oleh orang lain.

Dengan demikian kebutuhan akan harga diri menjadi dominan dalam perilaku

individu. Artinya, seseorang berinteraksi dengan orang lain, pada tahap ini,

didorong oleh keinginan untuk memperoleh penghargaan atau penghormatan dari

relasinya, sebagai faktor utama yang memberi kepuasan dirinya.

Persoalan yang sering muncul pada tahap ini adalah bahwasanya sumber

penghargaan bisa muncul sebagai akibat dari perilaku negatif. Misalnya,

seseorang dapat berperilaku mengacau atau merusak, bila ia menganggap perilaku

itu dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhannya pada tahap ini.

Aktualisasi diri

Penghargaan

Sosial

Keamanan

Fisiologik

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

67

Gambar 2.4 Dominasi Kebutuhan Penghargaan dalam Hierarki Kebutuhan

(Sumber : Management of Organizational Behavior, Utilizing Human Resources. Hersey and

Blanchard, 1988:33-35)

Setelah penghargaan terpenuhi individu akan bergerak ke tingkatan

kebutuhan yang lebih tinggi yaitu aktualisasi diri (Gambar 2.5). Pada tahap ini

individu mulai berusaha mengoptimalkan kemampuan dirinya, apapun

kemampuan tersebut. Biasanya mereka akan bertindak buakan atas dorongan

orang lain, tetapi karena kesadaran dan keinginan diri sendiri. Maslow

menyatakan, apa yang dapat dilakukan oleh seseorang, ia harus melakukannya.

Seorang pemimpin misalnya, harus mampu memimpin bawahannya dengan

berhasil; seorang wartawan harus mampu meliput suatu peristiwa dan membuat

laporannya. Oleh karena itu aktualisasi diri menurut Hersey dan Blanchard (1988)

adalah keinginan untuk mencapai sesuatu sesuai dengan batas kemampuannya.

Pada tahap ini dapat dipahami bahwa perilaku seseorang didominasi oleh

keinginan atau kebutuhan untuk berprestasi. Pemenuhan kebutuhan ini akan

memberi kepuasan kepada individu yang bersangkutan.

Aktualisasi diri

Penghargaan

Sosial

Keamanan

Fisiologik

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

68

Gambar 2.5 Dominasi Kebutuhan Aktualisasi Diri dalam Hierarki Kebutuhan

(Sumber : Management of Organizational Behavior, Utilizing Human Resources. Hersey and

Blanchard, 1988:33-35)

Dengan demikian, teori hierarki kebutuhan Maslow dapat disimpulkan,

antara lain (Drs. Gouzali Saydam, Bc.TT, 1996) :

a. Kelima kebutuhan tersebut perlu diketahui dan dipahami oleh setiap pimpinan,

dan berusaha memuaskannya seoptimal mungkin. Keberhasilan melakukan ini,

berarti yang bersangkutan telah berhasil menyelaraskan pencapaian tujuan

perusahaandengan tujuan pribadi orang-orangnya yang ada dalam perusahaan.

b. Suatu kebutuhan tidak harus terpenuhi secara maksimal sebelum kebutuhan

berikutnya muncul untuk mempengaruhi perilaku seseorang. Dengan demikian

ternyata bahwa setiap orang mempunyai derajat kepuasan dan ketidakpuasan

yang relatif dalam semua kebutuhan dasar pada saat yang sama.

2.3 Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien

Aktualisasi diri

Penghargaan

Sosial

Keamanan

Fisiologik

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

69

bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa

diharapkan dari responden. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/ pernyataan

tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau

dikirim melalui pos atau internet.

Uma Sekaran (1992) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan

kuesioner sebagai teknik pengumpulan data yaitu : prinsip penulisan, pengukuran

dan penampilan fisik.

1. Prinsip penulisan kuesioner

Prinsip ini menyangkut beberapa faktor yaitu : isi dan tujuan pertanyaan,

bahasa yang digunakan mudah, pertanyaan tertutup terbuka-negatif positif,

pertanyaan tidak mendua, tidak menanyakan hal-hal yang sudah lupa,

pertanyaan tidak mengarahkan, panjang pertanyaan, dan urutan pertanyaan.

a. Isi dan tujuan pertanyaan

Yang dimaksud di sini adalah, apakah isi pertanyaan tersebut merupakan

bentuk pengukuran atau bukan? Kalau berbentuk pengukuran, maka dalam

membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus memiliki skala

pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel

yang diteliti.

b. Bahasa yang digunakan

Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuesioner harus disesuaikan

dengan kemampuan berbahasa responden. Kalau sekiranya responden

tidak dapat berbahasa Indonesia, maka kuesioner jangan disusun dengan

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

70

bahasa Indonesia. Jadi bahasa yang digunakan dalam kuesioner harus

memperhatikan jenjang pendidikan responden, keadaan sosial budaya dan

“frame of reference” dari responden.

c. Tipe dan bentuk pertanyaan

Tipe pertanyaan dalam kuesioner dapat terbuka atau tertutup, dan

bentuknya dapat menggunakan kalimat positif atau negatif. Pertanyaan

terbuka adalah pertanyaan yang mengharapkan responden untuk

menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang sesuatu hal. Sebaliknya

pertanyaan tertutup, adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban

singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternative

jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia.

Pertanyaan tertutup akan memandu responden untu menjawab dengan

cepat, dan juga memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data

terhadap seluruh kuesioner yang telah terkumpul. Pertanyaan/pernyataan

dalam kuesioner perlu dibuat positif dan negatif agar responden dalam

memberikan jawaban setiap pertanyaan lebih serius, dan tidak mekanistis.

d. Pertanyaan tidak mendua

Setiap pertanyaan dalam kuesioner jangan mendua sehingga menyulitkan

responden untuk memberikan jawaban.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

71

e. Tidak menanyakan yang sudah lupa

Setiap pertanyaan dalam instrumen kuesioner, sebaiknya juga tidak

menanyakan hal-hal yang sekiranya responden sudah lupa, atau

pertanyaan yang memerlukan jawaban dengan berfikir berat.

f. Pertanyaan tidak menggiring

Pertanyaan dalam kuesioner sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban

yang baik saja atau ke yang jelek saja.

g. Panjang pertanyaan

Pertanyaan dalam kuesioner juga sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga

akan membuat jenuh responden dalam mengisi. Bila jumlah variabel

banyak, sehingga memerlukan instrumen yang banyak, maka instrumen

tersebut dibuat bervariasi dalam penampilan, model skala pengukuran

yang digunakan, dan cara mengisinya.

h. Urutan pertanyaan

Urutan pertanyaan dalam kuesioner, dimulai dari yang umum menuju ke

hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit, atau

diacak. Hal ini perlu dipertimbangkan karena secara psikologis

mempengaruhi semangat responden untuk menjawab. Kalau pada awalnya

sudah diberi pertanyaan yang sulit, atau spesifik, maka responden akan

patah semangat untuk mengisi kuesioner yang telah mereka terima. Urutan

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

72

pertanyaan yang diacak perlu dibuat jika tingkat kematangan responden

terhadap masalah yang ditanyakan sudah tinggi.

2. Prinsip pengukuran

Kuesioner yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrumen

penelitian, yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh

karena itu instrumen kuesioner tersebut harus dapat digunakan untuk

mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur.

Supaya diperoleh data penelitian yang valid dan reliabel, maka perlu diuji

validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu. Instrumen yang tidak valid dan

reliabel bula digunakan untuk mengumpulkan data, akan menghasilkan data

yang tidak valid dan reliabel pula.

3. Penampilan fisik kuesioner

Penampilan fisik kuesioner sebagai alat pengumpula data akan mempengaruhi

respon atau keseriusan responden dalam mengisi kuesioner. Kuesioner yang

dibuat di kertas buram, akan mendapat respon yang kurang menarik dari

responden, bila dibandingkan kuesioner yang dicetak dalam kertas yang

bagusa dan berwarna. Tetapi kuesioner yang dicetak di kertas yang bagus dan

berwarna akan menjadi lebih mahal.

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

73

2.3.1 Skala Likert

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial.dalam penelitian

fenomena sosial ini dapat ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya

disebut sebagai variabel penelitian.

Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi

indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk

menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai

gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata

antara lain :

1. Sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju

2. Setuju, sering, kadang-kadang, hampir tidak pernah, tidak pernah

3. Sangat positif, positif, netral, negatif, sangat negatif

4. Baik sekali, cukup baik, kurang baik, sangat tidak baik

Instrumen penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat dalam

bentuk checklist ataupun pilihan ganda. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka

jawaban itu dapat diberi skor misalnya :

1. Sangat setuju/ selalu/ sangat positif diberi skor 5

2. Setuju/ sering/ positif diberi skor 4

3. Ragu-ragu/ kadang-kadang/ netral diberi skor 3

4. Tidak setuju/ hampir tidak pernah / negatif diberi skor 2

5. Sangat tidak setuju/ tidak pernah / sangat negatif diberi skor 1

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

74

Dalam penyusunan instrumen untuk variabel tertentu, sebaiknya butir-butir

pertanyaan dibuat dalam bentuk kalimat positif, negatif, atau netral, sehingga

responden dapat menjawab dengan serius dan konsisten. Dengan cara demikian

makan kecenderungan responden untukmenjawab pada kolom tertentu dari bentuk

checklist dapat dikurangi. Dengan model ini juga responden akan selalu membaca

pertanyaan setiap item instrumen dan juga jawabannya. Pada bentuk checklist,

sering jawaban tidak dibaca, karena letak jawaban suah menentu. Tetapi dengan

bentuk checklist, maka akan didapat keuntungan dalam hal inis ingkat dalam

pembuatannya, hemat kertas, mudah mentabulasikan data, dan secara visual lebih

menarik. Data yang diperoleh dari skala tersebut adalah berupa data interval.

2.4 Validitas dan Realibilitas Instrumen

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur

apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila

digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan

data yang sama. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam

pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan

reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk

mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.

Instrumen yang reliabel belum tentu valid. Reliabilitas instrumen

merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu walaupun

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

75

instrumen yang valid umumnya reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrumen

perlu dilakukan.

Instrumen yang baik harus valid dan reliabel. Instrumen yang valid harus

mempunyai validitas internal dan eksternal. Instrumen yang memiliki validitas

internal atau rasional, bila criteria yang ada dalam instrumen secara rasional

(teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur. Instrumen memiliki validitas

eksternal bila criteria di dalam instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta empiris

yang telah ada.

2.4.1 Pengujian Validitas Instrumen

Pengujian validitas instrumen terdiri dari :

a. Pengujian Validitas Konstruksi

Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat paea ahli

(judgement experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang

aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka

selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang

instrumen yang telah disusun itu.

Setelah pengujian konstruk dari ahli selesai, maka diteruskan uji instrumen.

Instrumen tersebut dicobakan pada sampel dari mana populasi diambil. Jumlah

anggota sampel yang digunakan sekitar 30 orang. Setelah data ditabulasikan

maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor, yaitu

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

76

dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu factor, dan

mengkorelasikan antar skor factor dengan skor total.

b. Pengujian Validitas Isi

Untuk item yang berbentuk test, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan

dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajarn yang telah

diajarkan. Pada setiap instrumen terdapat butir-butir pertanyaan atau

pernyataan. Untuk emnguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut, maka

setelah dikonsultasikan denagn ahli, maka selanjutnya diujicobakan, dan

dianalisis dengan analisis item.

c. Pengujian Validitas Eksternal

Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk

mencari kesamaan) antara criteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta

empiris yang ada terjadi di lapangan.

2.4.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun

internal. Secara eskternak pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability),

equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat

diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan

teknik tertentu.

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

77

a. Test-retest

Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test-retest dilakukan

dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Jadi dalam

hal ini instrumennya sama, respondennya sama, dan waktunya yang berbeda.

Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan

yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen

tersebut sudah dinyatakan reliabel.

b. Ekuivalen

Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbedam

tetapi maksudnya sama. Pengujian reliabilitas dengan cara ini cukup dilakukan

sekali, tetapi instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu sama,

instrumen berbeda. Reliabilitas instrumen dihitungan dengan cara

mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrumen yang

dijadikan ekuivalen. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen dapat

dinyatakan reliabel.

c. Gabungan

Pengujian reliabilitas ini dilakukan dnegan cara mencobakan dua instrumen

yang ekuivalen itu beberapa kali, ke responden yang sama. Reliabilitas

instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan uda instruemn itu, setelah itu

dikorelasikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan secara

silang.

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

78

d. Internal Consistency

Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara

mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis

dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat diguanakn untuk memprediksi

reliabilitas instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan

teknik belah dua dari Spearman Brown (Split Half), KT. 20, KR. 21 dan Anova

Hoyt.

Rumus Spearman Brown :

ri =2rb

1+ rb

dimana : ri = reliabilitas internal seluruh instrumen

rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

2.5 Regresi Berganda

Persamaan regresi berganda adalah persamaan regresi dengan satu peubah

tak bebas (Y) dengan satu lebih peubah bebas (X1, X2, X3, ..., Xp). Peubah tak

bebas dapat berupa ukuran atau kriteria keberhasilan, sedangkan peubah bebas

dapat berupa faktor-faktor penentu keberhasilan tersebut. Hubungan antara

peubah-peubah tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan :

Yi = b0 + b1X1 + b2X2 + ..... + bpXp

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

79

Perhitungan regresi berganda dapat dilakukan dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

nb0 + b1 ∑=

n

1i1x + b2 ∑

=

n

1i2x = ∑

=

n

1i

y

∑∑∑∑====

=++n

1i1

n

1i212

n

1i

211

n

1i10 yxxxbxbxb

∑∑∑∑====

=++n

1i2

n

1i

222

n

1i211

n

1i20 yxxbxxbxb

2.6 Korelasi Antara Dua Peubah

Koefisien korelasi adalah koefisien yang menggambarkan tingkat keeratan

hubungan linier antara dua peubah atau lebih. Besaran dari koefisien korelasi

tidak menggambarkan hubungan sebab akibat antara dua peubah atau lebih tetapi

semata-mata menggambarkan keterkaitan linier antar peubah.

Koefisien korelasi sering dinotasikan dengan r dan nilainya berkisar antara

-1 dan 1 (-1 ≤ r ≤ 1), nilai r yang mendekati 1 atau -1 menunjukkan semakin erat

hubungan linier antara kedua peubah tersebut. Sedangkan nilai r yang mendekati 0

menggambarkan hubungan kedua peubah tersebut tidak linier.

Tanda dari nilai r dapat dilihat dari diagram pencar pengamatan dari kedua

peubah dalam kuadran dua. Bilai titik-titik pengamatan menggerombol mengikuti

garis lurus dengan kemiringan positif, maka korelasi antar kedua peubah tersebut

positif. Sebaliknya bila titik-titik pengamatan tersebut menggerombol mengikuti

garis lurus dengan kemiringan negatif, maka korelasi antar kedua peubah tersebut

bertanda negatif.

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

B

y

d

k

d

Beberapa po

(sumber :

Pada

yang sangat

dan gambar

kedua peuba

dan Y dapat

ola hubungan

Gam

: Perancangan

a gambar a

erat tetapi a

d, menunju

ah memiliki

dirumuskan

⎢⎢⎣

⎡=

n

r

n antar peub

mbar 2.6 Pol

n Percobaan de

dan gambar

arah hubung

ukkan kedua

hubungan ti

n sebagai ber

⎜⎝

⎛− ∑∑

==

=

n

i

n

1i

2i

n

1i

xn

n

ah dapat dili

la Hubungan

engan Aplikasi

r b terlihat k

gannya berla

peubah seca

idak linier. K

rikut :

⎢⎢⎣

⎥⎥⎦

⎤⎟⎠

∑∑

==

=

n

i

2n

1i

n

1iii

nx

xyx

ihat pada gam

n Antar Peub

i SAS dan Mini

kedua peuba

awanan. Sed

ara linier tid

Koefisien ko

⎜⎝

⎛− ∑∑

==

=

n

1i

n

1

2i

n

1iii

yy

y

mbar beriku

bah

itab Jilid I)

ah memiliki

angkan pada

dak berhubun

orelasi antara

⎥⎥⎦

⎤⎟⎠

⎞2

iy

80

ut :

i hubungan

a gambar c

ngan tetapi

a peubah X

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

81

2.7 Analytical Hierarchy Process (AHP)

AHP adalah singkatan dari Analytical Hierarchy Process. AHP

merupakan salah satu tools yang paling terkenal di teori keputusan. Karena di bisa

buat ngambil keputusan secara kuantitatif, walaupun masalah yang ingin diambil

keputusannya bersifat kualitatif. Caranya adalah AHP meminta pengambil

keputusan untuk membuat hierarki dari masalahnya. AHP meminta pembuat

keputusan untuk membandingkan semua kriteria secara berpasangan, dan begitu

juga dengan alternatifnya. Penilaian itulah yang membuat jenis masalah berubah

dari kualitatif menjadi kuantitatif, karena dalam menilai/membandingkan kriteria,

pembuat keputusan harus memberi bobot untuk masing-masing kriteria. Dari

bobot-bobot itulah nanti AHP akan menghasilkan keputusan berupa alternatif

dengan bobot terbesar. Dan itulah pilihan yang terbaik.

Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli

matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan

dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan

mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan

tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu

susunan hirarki, member nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang

pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk

menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan

bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode AHP ini

membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu

hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00467-TI BAB 2.pdf · pengalaman, dan harapan mereka. Sebagai contoh, desain yang mengabaikan

82

pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga

menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada

berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam

menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang

dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. (Saaty, 1993).

Dalam memilih kriteria-kriteria pada setiap masalah pengambilan

keputusan perlu memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Lengkap

Kriteria harus lengkap sehingga mencakup semua aspek yang penting, yang

digunakan dalam mengambil keputusan untuk pencapaian tujuan.

b. Operasional

Operasional dalam artian bahwa setiap kriteria ini harus mempunyai arti bagi

pengambil keputusan, sehingga benar-benar dapat menghayati terhadap

alternatif yang ada, disamping terhadap sarana untuk membantu penjelasan

alat untuk berkomunikasi.

c. Tidak berlebihan

Menghindari adanya kriteria yang pada dasarnya mengandung pengertian

yang sama.

d. Minimum

Diusahakan agar jumlah kriteria seminimal mungkin untuk mempermudah

pemahaman terhadap persoalan, serta menyederhanakan persoalan dalam

analisis.