bab 2 landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/asli/bab2/2007-2-00462-ti bab 2.pdf ·...

38
17 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Proses Produksi Proses produksi adalah serangkaian aktifitas yang diperlukan untuk mengolah ataupun merubah sutu kumpulan masukan (input) menjadi sejumlah keluaran (output) yang memiliki nilai tambah (added value). Pengolahan ataupun perubahan yang terjadi di sini bisa secara fisik ataupun non fisik, dimana perubahan tersebut bisa terjadi terhadap bentuk, dimensi maupun sifat-sifatnya. 2.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas 1. Faktor Teknis : Yaitu faktor yang berhubungan dengan pemakaian dan penerapan fasilitas produksi secara lebih baik, penerapan metode kerja yang lebih efektif dan efisien, dan atau pengunaan bahan baku yang lebih ekonomis. 2 Faktor Manusia : Yaitu faktor yang mempunyai pengaruh terhadap usaha-usaha yang dilakukan manusia didalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Di sini ada dua hal pokok yang menentukan, yaitu kemempuan kerja (ability) dari pekerja tersebut dan yang lain adalah motivasi kerja yang

Upload: lamthuy

Post on 30-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

17

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Proses Produksi

Proses produksi adalah serangkaian aktifitas yang diperlukan untuk mengolah

ataupun merubah sutu kumpulan masukan (input) menjadi sejumlah keluaran (output)

yang memiliki nilai tambah (added value). Pengolahan ataupun perubahan yang

terjadi di sini bisa secara fisik ataupun non fisik, dimana perubahan tersebut bisa

terjadi terhadap bentuk, dimensi maupun sifat-sifatnya.

2.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas

1. Faktor Teknis : Yaitu faktor yang berhubungan dengan pemakaian

dan penerapan fasilitas produksi secara lebih baik, penerapan

metode kerja yang lebih efektif dan efisien, dan atau pengunaan

bahan baku yang lebih ekonomis.

2 Faktor Manusia : Yaitu faktor yang mempunyai pengaruh terhadap

usaha-usaha yang dilakukan manusia didalam menyelesaikan

pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Di sini ada

dua hal pokok yang menentukan, yaitu kemempuan kerja (ability)

dari pekerja tersebut dan yang lain adalah motivasi kerja yang

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

18

merupakan pendorong kea rah kemajuan dan peningkatan prestasi

kerjaatas seseorang.

2.2 Pengukuran Waktu kerja

Pengukuran waktu kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara

kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Berikut

adalah pengukuran-pengukuran yang terdapat didalam pengukuran waktu kerja. (Studi

Gerak dan Waktu, 1995, P169)

2.2.1 Pengukuran Waktu Kerja Dengan Pengukuran Langsung

Pengukuran waktu kerja dengan pengukuran langsung merupakan

pengukuran waktu kerja yang dilakukan secara langsung yaitu ditempat

pengamatan pekerjaan yang diamati. (Sritomo, 1995, P170)

Pada pengukuran kerja langsung dimana setiap aktivitas yang

dilakukan sesuai dengan lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

suatu pekerjaan. Pengukuran ini dapat dengan mengunakan jam henti

(stopwatch time study) atau dengan mengunakan sampling kerja (work

sampling). Disini waktu yang dihasilkan tentu saja akan menghasilkan sebuah

data yang tentunya dapat dimanfaatkan untuk operasi kerja lainnya. Hal ini

tentunya dipertimbangkan sebagai langkah yang tidak efisien, karena

bagaimanapun berbagai macam pekerjaan / operasi akan memiliki elemen-

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

19

elemen kerja yang tidak sama. Berikut dibawah ini akan dibahas secara

singkat kedua metode pengukuran waktu kerja secara langsung ini.

2.2.1.1 Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (Stop Watch)

Metode ini dilakukan untuk pekerjaan yang berlangsung

singkat dan berulang-ulang (repetitive) dimana pengukurannya

dilakukan dengan alat ukur yang disebut jam henti atau stop watch.

(Studi gerak dan waktu, 1995, P171)

Pengukuran kerja ini pertama kali diperkenalkan oleh Federick

W. Taylor pada abad ke 19. Dari hasil pengukuran yang dilakukan

dengan metode ini maka akan diperoleh waktu baku yang diperlukan

untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan, dan dapat juga digunakan

sebagai satu standar waktu untuk pekerja lain yang menyelesaikan

pekerjaan yang sama. (Studi gerak dan waktu, 1995, P171)

Aktivitas pengukuran kerja dengan jam henti ini umumnya

diaplikasikan pada industri manufaktur yang memiliki karakteristik

kerja yang berulang-ulang, terspesifikasi jelas, dan menghasilkan

output yang relatif sama. Meskipun demikian aktivitas ini bisa juga

diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan non-manufakturing seperti

yang bisa ditemui dalam aktivitas kantor gudang atau jasa pelayanan

lainnya asalkan memiliki kriteria-kriteria seperti :

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

20

Pekerjaan tersebut harus dilaksanakan secara repetitive dan

uniform.

Isi / macam pekerjaan itu harus homogen.

Hasil kerja (output) harus dapat dihitung secara kuantitatif baik

secara keseluruhan ataupun untuk tiap-tiap elemen kerja yang

berlangsung.

Pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksanakan dan teratur

sifatnya sehingga akan memadai untuk diukur dan dihitung

waktu bakunya.

Pengukuran kerja dengan jam henti ini merupakan cara

pengukuran yang obyektif karena disini waktu ditetapkan

berdasarkan fakta yang terjadi dan tidak hanya sekedar diestimasi

secara subyektif. Disini juga akan berlaku asumsi-asumsi dasar

sebagai berikut :

Metode dan fasilitas untuk menyelesaikan pekerjaan harus sama

dan dibakukan terlebih dahulu sebelum kita mengaplikasikan

waktu baku ini untuk pekerjaan yang serupa.

Operator harus memahami benar prosedur dan metode

pelaksanaan kerja sebelum dilakukan pengukuran kerja.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

21

Operator-operator yang akan dibebani dengan waktu baku ini

diasumsikan memiliki tingkat ketrampilan dan kemampuan yang

sama dan sesuai untuk pekerjaan tersebut. Untuk ini persyaratan

mutlak pada waktu memilih operator yang akan dianalisa waktu

kerjanya benar-benar memiliki tingkat kemampuan yang rata-rata.

Kondisi lingkungan fisik pekerjaan juga relative tidak jauh

berbeda dengan kondisi fisik pada saat pengukuran kerja

dilakukan.

Performance kerja mampu dikendalikan pada tingkat yang sesuai

dengan seluruh periode kerja yang ada.

2.2.1.2 Pengukuran Waktu Kerja Dengan Metode Sampling

Kerja (Work Sampling)

Pengukuran ini dilakukan dengan mengadakan sejumlah besar

pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin, operator, maupun

proses. Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh LHC Tippett

dalam aktivitas penelitian industri tekstil. Secara umum metode ini

dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, menetapkan

performance level, dan menentukan waktu baku suatu proses atau

operasi. ( Sritomo ,1995, P207 )

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

22

2.2.2 Pengukuran Waktu Kerja Dengan Pengukuran Tidak langsung

Pengukuran kerja tidak langsung adalah penetapan waktu baku suatu

pekerjaan yang dapat dilakukan meskipun pekerjaan itu sendiri belum

dilaksanakan. Sehingga di sini kita dapat memperkirakan berapa lama waktu

yang dibutuhkan oleh pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dan

aktivitas yang dilakukan hanya dengan melakukan perhitungan waktu kerja

dengan membaca tabel-tabel waktu yang tersedia hanya dengan mengetahui

urutan-urutan pekerjaan yang ada, cara ini bisa dilakukan dalam aktivitas data

waktu baku (standard data) dan data waktu gerakan (predetermined time

system).( Studi Gerak dan Waktu, 1995, P232 ). Berikut ini akan dijelaskan

beberapa macam metode yang dapat digunakan dalam pengukuran waktu

kerja secara tidak langsung.

2.2.2.1 Pengukuran Waktu Kerja Dengan Sistem Faktor Kerja

(Work Factor System)

Sistem Faktor kerja merupakan salah satu sistem dari

Predetermined Time System yang paling awal dan sering digunakan.

Sistem pengukuran ini menggunakan data waktu gerakan yang telah

ditetapkan. (Studi Gerak dan Waktu, 1995, P245)

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

23

2.2.2.2 Pengukuran Kerja Dengan Metode Analisa Regresi

Metode pengukuran dengan mengunakan rumus (formula)

klasik yang dikembangkan melalui rumus-rumus Standard atau teoritis

maupun bersikap eksperimen, seringkali akan sangat bermanfaatdalam

kasus-kasus dimana elemen kerja tidak berupa variable-variabel yang

sama dengan yang telah didefinisikan dalam formulasi yang telah di

standardkan dan atau rumus-rumus baku yang telah tersedia.

2.2.2.3 Pengukuran Kerja Dengan Metode Standard

Data/Formula

Adalah pengukuran kerja yang seringkali dilaksanakan

hanya untuk satu jenis operasi tertentu saja dan sama sekali tidak ada

pemikiran jauh bahwa data yang diperoleh akan bisa dimanfaatkan

untuk operasi kerja lainnya.

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

24

2.3 Teknik Pengukuran Data dengan Jam henti

Di dalam penelitian ini, Pengukuran proses operasi sangat di butuhkan dalam

menentukan waktu baku setiap proses operasi. Pengukuran waktu proses dan waktu

siklus mengunakan jam henti atau (stopwatch). Cara ini banyak dikenal dan sangat

banyak dipakai. Keunggulan dari cara ini adalah salah satunya kesederhanaan aturan

pemakaian yang digunakan (Sutalaksana, 1979).

2.3.1 Penetapan Tujuan Pengukuran

Sebagaimana dengan aktifitas-aktifitas lain maka tujuan untuk

melaksanakan suatu kegiatan haruslah bisa diidentifikasikan dan ditetapkan

terlebih dahulu. Dalam pengukuran kerja, hal-hal penting yang harus

diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran (dalam hal ini

tentu saja waktu baku) tersebut akan digunakan/ dimanfaatkan didalam

kaitannya dengan proses produksi. Biasanya penetapan waktu baku akan

dikaitkan dengan maksud-maksud pemberian insentif/bonus pekerja langsung

(direct labor). Apabila memang dikaitkan dengan maksud ini maka ketelitian

dan tingkat keyakinan tentang hasil pengukuran harus tinggi karena

mengangkut prestasi dan pendapatan dari kerja.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

25

2.3.2 Persiapan Awal Pengukuran Waktu Kerja

Tujuan utama dari aktifitas pengukuran kerja adalah waktu baku

yang harus dicapai oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan suatu

pekerjaan. Waktu baku yang ditetapkan untuk suatu pekerjaan tidak akan

benar jika metode yang untuk melaksanakan pekerjaan tersebut berubah,

material yang di pergunakan sudah tidak lagi sesuai dengan dengan

spesifikasi semula, kecepatan kerja mesin atau proses produksi lainnya

berubah pula, dan atau kondisi kerja lainnya sudah berbeda dengan kondisi

kerja pada saat waktu baku tersebut ditetapkan. Jadi waktu baku pada

dasarnya adalah waktu penyelesaian pekerjaan untuk suatu sistem kerja yang

dijalankan pada saat pengukuran berlangsungsehingga waktu penyelesaian

tersebut juga hanya akan berlaku untuk sistem kerja tersebut. Adanya

penyimpangan pada system tersebut dapat memberikan waktu penyelesaian

yang berbeda dengan apa yang telah diterapkan.

Drai hal tersebut diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa waktu

kerja yanghendak dilakukan hendaknya merupakan waktu kerja yang

diperoleh dari kondisi dan metode kerja yang baik. Dengan lain perkataan

pengukuran waktu kerja hendaknya dilaksanakan apabila kondisi dan metode

kerja dari pekerjaan yangakan diukur sudah baik. Jika belum maka kondisi

yang ada ini hendaknya diperbaiki kemudian distandarkan terlebih dahulu.

Empelajari kondisi kerja dan metode kerja kemudian memperbaiki kemudian

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

26

membakukannya adalah apa yang dilakukan dalam langkah penelitian

pendahuluan yang harus dipersiapkan. Tentunya hal ini berlaku jika

pengukuran dilakukan atas pekerjaan yang telah ada dan bukan pekerjaan

yang baru. Dalam keadaan yang terakhir ini, maka yang dilakukan adalah

bukan memperbaiki melainkan merancang kondisi kerja yang baik serta yang

baru sama sekali. Pembakuan kondisi dan cara kerja ini dikenal dengan

kegiatan studi gerakan.

Selain mempersiapkan kondisi dan cara kerja dalam langkah awal ini

yang tidak kalah pentingnya juga adalah langkah untuk memilih operator yang

akan melakukan pekerjaan yang diukur. Operator atau pekerja ini harus

memenuhi persyaratan tertentu agar pengukuran dapat diandalkan hasilnya,

yaitu dia harus memiliki kemampuan atau skill yang normal dan mudah diajak

kerja sama didalam kegiatan pengukuran kerja nantinya.

Pengamatan kerja dan analisa metode kerja ada dasarnya akan

memusatkan perhatiannya pada bagaimana (how) suatu macam perkerjaan

akan diselesaikan. Dengan mengaplikasikan prinsip dan teknik pengaturan

cara kerja yang optimal dalam system kerja tersebut, maka akan diperoleh

alternatif metode pelaksanaan kerja yang dianggap memberikan hasil yang

efektif dan efisien. Suatu pekerjaan akan dikatakan diselesaikan secara efisien

apabila waktu penyelesaiannya paling singkat. Untuk menghitung waktu baku

(standard time) penyelesaiaan pekerjaan guna memilih metode kerja yang

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

27

terbaik, maka perlu diterapkan prinsip – prinsip dan teknik – teknik

pengukuran kerja. Pengukuran waktu kerja ini akan berhubungan dengan

usaha – usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna

menyelesaikan metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia

yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan.

Waktu baku ini merupakan waktu yang dibutuhkan oleh mesin untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan disini sesudah melakukan set up untuk suatu

mesin

Pengukuran waktu kerja secara langsung disebut demikian karena

pengukurannya dilaksanakan secara langsung yaitu tempat dimana pekerjaan

yang diukur dijalankan. Dua cara termasuk didalamnya adalah cara

pengukuran kerja menggunakan jam henti (stopwatch) dan sampling kerja

(work sampling).

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

28

2.3.3 Langkah – langkah sebelum melakukan pengukuran

Hal penting didalam pengukuran kerja agar mengasilkan waktu baku

yang sebaik – baiknya dalam melaksanakan pengukuran antara lain

adalah :

1. Penentuan Tujuan Pengukuran

Dalam suatu pengukuran, tujuan merupakan faktor yang sangat

penting dalam melakukan suatu kegiatan pengukuran. Tujuan

dari pengukuran tersebut diantaranya adalah kegunaan dari

penggunaan, mengetahui tingkat ketelitian dan tingkat

keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran.

2. Melakukan Penelitian Pendahuluan

Pengukuran waktu disetiap stasiun kerja memiliki waktu yang

berbeda – beda. Waktu tersebut akan mempengaruhi oleh

faktor yang menyebebkan waktu yang harus disesuaikan

dengan kondisi lingkungannya. Kondisi lingkungan tempat

kerja meliputi berbagai hal, diantaranya pencahayaan, ventilasi

udara, keergonomian perlengkapan kerja, dan lain – lain

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

29

3. Memilih Operator

Operator merupakan orang yang mempunyai tugas untuk

menjalankan suatu mesin sehingga mesin tersebut dapat

menghasilkan produk yang diinginkan. Kemampuan operator

dalam bekerja berbeda – beda yaitu dari berkemampuan rendah

sampai tinggi. Pengukuran waktu dalam penelitian ini adalah

pengukuranwaktu pada operator yang bekerja secara wajar atau

berkemampuan rata – rata.

4. Menyiapkan Alat – Alat Pengukuran

Setelah langkah diatas sudah dijalankan dengan baik, tibalah

sekarang pada langkah terakhir sebelum melakukan

pengukuran yaitu menyiapkan alat – alat yang diperlukan. Alat

– alat tersebut adalah:

1. Jam henti

2. Lembaran – lembaran pengamatan

3. Pena atau pensil

4. Papan pengamatan

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

30

2.3.4 Melakukan Pengukuran Waktu

Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat

waktu – waktu kerja baik setiap elemen ataupun waktu siklus

dengan menggunakan alat – alat yang telah disiapkan.

2.4 Menentukan Tingakat ketelitian dan Tingkat Keyakinan

Pengukuran waktu yang idealnya tentu dilakukan pengukuran-

pengukuran yang sangat banyak (sampai tidak terhingga kali), sehingga

dengan demikian diperoleh jawaban yang pasti. Akan tetapi hal tersebut tidak

memungkinkan Karena dipengaruhi oleh faktor keterbatasan waktu, tenaga

dan biaya.

Penggukuran waktu yang tidak banyak akan menyebabkan

pengukuran kehilangan sebagian kepastian akan ketepatan atau rata – rata

waktu penyelesaian yang sebenarnya. Tingkat ketelitian dan tingkat

keyakinan adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh

pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran yang sangat

banyak.

Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil

pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan

dalam persen (dari waktu penyelesaian sebenarnya, yang harus dicari).

Sedangkan tingkat keyakinan menunjukan besarnya keyakinan pengukur

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

31

bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Dan dinyatakan

dalam bentuk persen. Jadi tingakat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95%

memberi arti bahwa pengukur membolehkan rata – rata hasil pengukurannya

menyimpang sejauh 10% dari rata – rata sebenarnya, dan kemungkinan

barhasil mendapatkan hal lain adalah 95%.

2.5 Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data dilakukan untuk memastikan kecukupan jumlah

data pengukuran yang telah dilaksanakan. Pada penelitian ini tingkat

kepercayaan (convidence level) yang digunakan adalah 95% dan tingkat

ketelitian (degree of accuracy) yang digunakan adalah 5%. Hal ini berarti

sekurang – kurangnya 95 dari 100 harga rata – rata dari waktu yang dicatat

atau diukur untuk suatu elemen kerja akan memiliki penyimpangan tidak lebih

dari 5% (Wignjosoebroto S., 1992), yang menggunakan rumus sebagai berikut

N’ =( )

22240

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

∑∑ ∑

x

xxn

Keterangan : N = Jumlah pengamatan aktual yang dilakukan

N’ = Jumlah pengamatan teoritis yang

diperlukan

X = Waktu penyelesaian

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

32

Jika N’ ≤ N maka data dianggap cukup dan tidak perlu

mengambil sampel atau data lagi, sedangkan N’> N maka data

belum cukup dan harus diambil data sebanyak N’ – N kali.

2.6 Uji Keseragaman Data

Pada uji keseragaman ini, dapat diketahui keseragaman pada data –

data yang telah diambil sebagai sampel. Data – data yang seragam akan

berada pada daerah batas control yaitu terletak diantara daerah BKA dan

BKB. Adapun langkah – langkah yangdilakukan penulis dalam pengujian

keseragaman data ini adalah sebagai berikut :

1. Menghitung standard deviasi, dengan rumus sebagai berikut :

1)(......)()( 22

22

1

−++−+−=

Nxxxxxx nσ

2. Menghitung Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol

Bawah (BKB), Menggunakan rumus sebagai berikut :

BKA = σ3+x

BKB = σ3−x

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

33

2.7 Melakukan Perhitungan Waktu Standar / Waktu Baku

Untuk menentukan waktu standart menurut buku pengamatan oleh

Buku “Teknik Tata Cara Kerja” karangan Sutalaksana, Anggawisastra,

Tjakraatmadja terlebih dahulu harus dicari waktu siklus.Waktu siklus

adalah merupakan waktu yang tercatat selama pekerja menyelesaikan

pekerjaannya.

Dari. hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat dicari waktu siklus

rata – rata dengan rumus :

NX

WS ∑=

Setelah waktu siklis diketahui maka dapat dicari dan ditentukan waktu

normalnya dengan rumus :

WN = WS * P

Selanjutnya, dari waktu normal yang sudah didapat maka waktu

standar / waktu baku dapat kita hitung dengan rumus :

WB = WN + (WN +λ )

Keterangan :

WS / CT = Waktu siklus

WN = Waktu normal

X = Waktu siklus dalam pengamatan ke – j

N = Jumlah siklus pengamatan

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

34

P = Faktor penyesuaian : jiak P<1maka pekerja bekerja lambat,

jika P=1, maka pekerja bekerja normal, dan jika P>1 maka pekerja

bekerja cepat.

WB / Wi = Waktu standar / waktu baku

λ = Jumlah faktor kelonggaran setiap stasiun kerja

2.8 Pengaruh Waktu Siklus terhadap Penyusunan Stasiun Kerja

Waktu siklus amat berpengaruh terhadap penyusunan stasiun kerja.

Waktu siklus ditentukan dari tingkat kapasitas, permintaan, serta waktu

operasi terpanjang. Jelas sekali bahwa perubahan waktu siklus akan

memperngaruhi susunan operasi yang dibebankan pada stasiun kerja.

Jika tidak dibatasi oleh waktu operasi terpanjang, maka waktu siklus

akan menentukan jumlah stasiun kerja. Misalnya jika waktu siklus yang

diinginkan 90 menit sementara waktu operasi tertinggi adalah 10 menit,

maka waktu siklus dapat ditetapkan antara 10 sampai 90 menit. Semakin

rendah waktu siklus, kecepatan lintas perakitan akan semakin tinggi

sehingga jumlah produk per satuan waktu semakin besar, di lain pihak

jumlah stasiun kerja yang dibutuhkan akan semakin banyak dan begitu

pula sebaliknya, waktu siklus yang semakin besar berarti kecepatan lintas

perakitan akan semakin rendah tetapi jumlah stasiun kerja yang

dibutuhkan menjadi semakin sedikit.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

35

2.9 Peta Proses Operasi ( Operation Process Chart )

Merupakan peta yang menggambarkan langkah – langkah proses

yang dialami oleh komponen, bahan atau bahan baku dari awal proses

sampai menjadi suatu produk jadi. Teknik ini terutama untuk operasi

mandiri dari tiap komponen atau rakitan.

Peta ini akan memberi gambaran yang lebih cermat tentang pola aliran

produksi. Beberapa keuntungan dan kegunaan OPC adalah :

1. Menunjukkan operasi yang harus dilakukan untuk tiap komponen.

2. Memberikan informasi mengenai hubungan antar komponen.

3. Menunjukkan sifat pola aliran bahan.

4. Membedakan antara komponen yang dirakit dan yang dibeli.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan OPC adalah :

A. Bahan – bahan.

Kita harus mempertimbangkan semua alternatif bahan yang

digunakan, proses penyelesaian dan toleransi sehingga sesuai

dengan fungsi, reliabilitas dan waktu.

B. Operasi.

Harus mempertimbangkan mengenai alternatif proses pengolahan,

pembuatan, pengerjaan dengan mesin, metode perakitan dan

perlengkapan yang digunakan.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

36

C. Pemeriksaan.

Dalam hal ini kita harus mempunyai standar kualitas.

D. Waktu

Untuk mempersingkat waktu penyelesaian maka perlu diperhatikan

semua alternatif mengenai metode, peralatan dan perlengkapan

khusus.

2.10 Faktor Penyesuaian

Besarnya faktor penyesuaian sepenuhnya ditentukan oleh pengukuran

melalui pengamatannya selama melakukan pengukuran. Jadi sesuai

dengan pengukuran dia menentukan harga P dimana bila operator

bekerja di atas normal (terlalu cepat) maka harga P nya akan lebih besar

dari satu (P>1), sebaliknya jika operator dipandang bekerja di bawah

normal maka P akan lebih kecil dari satu (P<1). Dan seandainya

pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar maka harga

P nya sama dengan satu (P=1). Harga P itu akan menghasilkan waktu

normal bila harga P ini dikalikan dengan waktu siklus. Misalnya contoh

pengukur mendapat P = 110%. Jika waktu siklusnya telah terhitung sama

dengan 14,6 menit, maka waktu normalnya :Wn = 14,6 * 1,1 = 16,6

menit

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

37

Ada beberapa metode untuk menentukan performance rating,

musalnya metode Bedeaux, Westinghouse dan objektif. Dalam penelitian

ini metode yang dipakai adalah metode Westinghouse den objektif.

A. Metode Westinghouse

Menurut buku “Teknik Tata Cara Kerja” karangan Sutalaksana,

Anggawisastra, Tjakraatmadja metode wastinghouse ini

mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan

kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu Keterampilan,

Usaha, Kondisi kerja, dan Konsistensi.

1. Keterampilan atau skill didefinisikan sebagai kemampuan

sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan.

Latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi hanya sampai

ketingkat tertentu saja, tingkat mana merupakan kemampuan

maksimal yang dapat diberikan pekerja yang nersangkutan.

Keterampilan dapat juga menurun yaitu bila telah terlampau

lama tidak menangani fatique yang berlebihan, pengaruh

lingkungan social dan sebagainya.

2. Usaha didefinisikan sebagai kesungguhan yang ditunjukkan

atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya.

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

38

3. Kodisi Kerja didefinisikan sebagai kodisi fisik lingkungannya

seperti keadaan pencahayaan, temperature, dan kebisingan

ruangan.

4. Kosistensi adalah faktor yang sangat perlu diperhatikan karena

kenyataan bahwa pada setiap pengukuran waktu angka – angka

yang dicatat tidak pernah semuanya sama disebabkan karena

pekerja dalam waktu menyelesaikan pekerjaannya tidak

semuanya tetap melainkan memiliki waktu yang berbeda – deba

baik dari satu siklus ke siklus lainnya, dari jam ke jam bahkan

dari hari ke hari.

B. Metode Objektif

Dalam metode objektif ini ada beberapa 2 faktor yang perlu

diperhatikan yaitu:

1. Kecepatan kerja

Kecepatan kerja adalah kecepatan dalam melakukan

pekerjaannya

2. Tingkat kesulitan pekerja

Kesulitan kerja adalah keadaan kesulitan kerja yang

memerlukan banyak anggota badan.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

39

2.11 Pengertian Line Balancing

Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi massal, dimana

tugas – tugas yang dikerjakan dalam proses harus dibagi kepada seluruh

operator agar beban kerja dari para operator merata. Jadi masalah

keseimbangan adalah bagaimana agar suatu pekerjaan dapat diselesaikan

dengan beban kerja setiap stasiun kerja seimbang dan menghasilkan jumlah

keluaran (output) yang hampir sama persatuan waktu.

Atau dengan kata lain keseimbangan lini dimaksudkan adalah

persamaan kapasitas keluaran/output tersebut tidak sama, maka keluaran

maksimum yang mungkin tercapai untuk lintasan tersebut secara keseluruhan

akan ditentukan oleh operasi yang paling lambat dalam urutan itu. Operasi

yang paling lambat atau yang mengalami kemacetan itulah yang akan

membatasi arus pada lintasan tersebut.

2.11.1 Lini Produksi

Menurut buku pengamatan oleh Buku “Perencanaan dan

pengendalian produksi” karangan Teguh Baroto” menjelaskankan

bahwa lini produksi adalah penempatan area – area kerja dimana

operasi – operasi diatur secara berurutan dan material bergerak secara

kontinu melalui operasi yang terangkai seimbang. Menurut

karakteristiknya proses produksinya, lini produksi dibagi menjadi dua

:

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

40

1. Lini fabrikasi, merupakan merupakan lintasan produksi yang terdiri

atas sejumlah operasi pekerjaan yang bersifat membentuk atau

mengubah bentuk benda kerja.

2. Lini perakitan, merupakan lintasan produksi yang terdiri atas

sejumlah operasi perakitan yang dikerjakan pada beberapa stasiun

kerja dan digabungkan menjadi benda assembly atau subassembly.

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari perencanaan lini

produksi yang baik adalah sebagai berikut :

1. Jarak perpindahan material yang minim diperoleh dengan mengatur

susunan dan tempat kerja

2. Aliran benda kerja (material), mencangkup gerakan dari benda kerja

yang kontinu. Alirannya diukur dengan kecepatan produksi dan

bukan oleh jumlah spesifik.

3. Pembagian tugas terjadi secara merata yang disesuaikan dengan

keahlian maing – masing pekerja sehingga pemanfaatan tenaga kerja

lebih efisien.

4. Pengerjaan operasi yang serentak (simultan) yaitu setiap operasi

dikerjakan pada saat yang sama di seluruh lintasan produksi.

5. Operasi unit. Lintasan dimaksudkan sebagai penghasil unit tunggal,

satu seri operasi atau grup pekerja ditugaskan untuk suatu produk.

Seluruh lintasan merupakan satu unit produksi.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

41

6. Gerakan benda kerja tetap sesuai dengan set – up dari lintasan dan

bersifat tetap.

7. Proses memerlukan waktu yang minimum.

Dan persyaratan yang harus diperhatikan untuk menunjang

kelangsungan lintasan produksi antara lain sebagai berikut :

1. Pemerataan distribusi kerja yang seimbang di setiap stasiun kerja

yang terdapat di suatu lintasan produksi fabrikasi atau suatu lintasan

perakitan yang bersifat manual.

2. Pergerakan aliran benda kerja yang kontinyu pada kecepatan yang

seragam. Alirannya tergantung pada waktu operasi.

3. Arah aliran material harus tetap sehingga memperkecil daerah

penyebaran dan mecegah timbulnya atau setidk – tidaknya

mengurangi waktu menunggu karena keterlambatan benda kerja.

4. Produksi yang kontinu guna menghindari adanya penumpukan benda

kerja di lain tempat sehingga diperlukan aliran benda kerja pada

lintasan produksi secara kontinu.

2.11.2 Definisi Line Balancing

Menurut buku pengamatan oleh Buku “Perencanaan dan

pengendalian produksi” karangan Teguh Baroto” menjelaskankan bahwa

line balancing atau bisa disebut sebagai penyeimbang lini adalah metode

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

42

penugasan terhadap sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun kerja – stasiun

kerja yang saling berkaitan dalam satu lini produksi sehingga setiap

stasiun kerja memiliki waktu stasiun yang besarnya tidak melebihi waktu

siklus dari stasiun kerja tersebut. Hubungan atau saling keterkaitan antara

satu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya digambarkan dalam suatu

precedence diagram.

2.11.3 Tujuan Line Balancing

Kriteria umum keseimbangan lintasan produksi adalah

memaksimumkan efisiensi atau meminimumkan balance delay. Tujuan

pokok dari metode ini adalah untuk mengurangi atau meminimumkan

waktu menganggur (idle time) pada lintasan yang ditentukan oleh operasi

yang paling lambat.

Tujuan perencanaan keseimbangan lintasan adalah mendistribusikan

unit – unit kerja atau elemen – elemen kerja pada setiap stasiun kerja

agar waktu menganggur dari stasiun kerja pada suatu lintasan produksi

dapat ditekan seminimal mungkin, sehingga pemanfaatan dari peralatan

maupun operator dapat digunakan semaksimal mungkin. Tujuan tersebut

dapat terjadi apabila :

1. Lintasan produksi bersifat seimbang, dimana setiap stasiun kerja

mendapat tugas yang sama nilainya yang diukur dengan waktu (line

efficiency).

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

43

2. Stasiun – stasiun kerja berjumlah minimum dan kesetimbangan

waktu senggang (balance delay).

3. Jumlah menganggur di setiap stasiun kerja sepanjang lintasan

produksi minimum (idle time).

Salah satu manfaat dari waktu baku / standar adalah untuk

menyeimbangkan lintasan produksi (the balancing of production lines).

Proses keseimbangan lintasan pada dasarnya merupakan satu hal yang

tidak pernah mencapai kesempurnaan. Disini sedikit waktu lebih dikenal

dengan istilah “balancing delay” tetap harus ditambahkan pada setiap

stasiun kerja. Hal ini tentu saja akan menambah besarnya waktu baku

yang telah dihitung atau ditetapkan. Kondisi inilah yang merupakan satu

hal yang merugikan dan terdapat dalam sistem lintasan perakitan

(assembly line).

Disamping kerugian dalam hal pertambahan besarnya waktu standar,

terdapat beberapa keuntungan – keuntungan seperti pengurangan

aktivitas material handling, pembagian tugas secara merata sehingga

kemacetan – kemacetan bisa dihindari, serta memacu operator untuk

selalu bekerja dengan target – target tertentu yang harus dicapai.

Dalam memperoleh suatu lintasan yang seimbang ada beberapa

petunjuk menurut Wignjosoebroto, Sritomo., (1995. P.302) :

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

44

1. Mengubah kecepatan proses kerja seperti mesin, hand tool speeds,

dan kritis.

2. Menempatkan operator yang memiliki keterampilan terbaik pada

stasiun kerja yang kritis.

3. Memperbaiki metode kerja khususnya pada stasiun – stasiun kerja

yang kritis, yaitu stasiun kerja yang cenderung untuk dilanggar batas

waktu siklus yang telah ditetapkan.

4. Hindari terjadinya oi – process storage, terutama yang sering

dijumpai pada stasiun kerja yang kritis dengan cara melakukan kerja

extra (overtime).

5. Gunakan stasiun kerja ganda (multiple stations), dua atau lebih

stasiun kerja dalam melaksanakan elemen – elemen aktivitas yang

sama untuk meningkatkan siklus waktu secara efektif.

2.11.4 Istilah – istilah Dalam Line Balancing

Ada beberapa istilah lazim line balancing dalam penggunaan line

balancing tersebut menurut buku pengamatan oleh Buku

“Perencanaan dan pengendalian produksi” karangan Teguh Baroto”

menjelaskankan, antara lain adalah :

A. Precedence diagram. Precedence diagram merupakan gambaran

secara grafis dari urutan operasi kerja, serta ketergantungan pada

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

45

operasi kerja lainnya yang tujuannya untuk memudahkan

pengontrolan dan perencanaan kegiatan yang terkait di dalamnya.

Adapun tanda – tanda yang dipakai sebagai berikut :

1. Simbol lingkaran dengan huruf atau nomor di dalamnya untuk

mempermudah identifikasi dari suatu proses operasi.

2. Tanda panah menunjukan ketergantungan dan urutan proses

operasi. Dalam hal ini, operasi yang berada pada pangkal panah

berarti mendahului operasi kerja yang ada pada ujung anak

panah.

3. Angka diatas symbol lingkaran adalah waktu standar yang

diperlukan untuk menyelesaikan setiap operasi.

B. Assemble product adalah produk yang melewati urutan work station

dimana tiap work station memberikan proses tertentu hingga selesai

menjadi produk akhir pada perakitan akhir.

C. Work elemen (elemen kerja/operasi), merupakan bagian dari seluruh

proses perakitan yang dilakukan.

D. Waktu operasi (Wi), adalah waktu standar untuk menyelesaikan

suatu operasi.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

46

E. Work station adalah tempat pada lini perakitan di mana proses

perakitan dilakukan. Setelah menentukan interval waktu siklus, maka

jumlah stasiun kerja efisien dapat ditetapkan dengan rumus berikut

WS

Wik

n

i∑== 1

min

Di mana :

Wi = Waktu operasi / elemen (I=1,2,3,….,n)

WS = Waktu siklus stasiun kerja

mink = Jumlah stasiun kerja minimal

F. Cycle time (WS) / (waktu siklus), merupakan waktu yang diperlukan

untuk membuat satu unit produk per satu station. Apabila waktu

produksi dan target produksi telah ditentukan, maka waktu siklus

dapat diketahui dari hasil bagi waktu produksi dan target produksi.

Dalam mendesain keseimbangan lintasan produksi untuk sejumlah

produksi tertentu, waktu siklus harus sama atau lebih besar dari waktu

operasi terbesar yang merupakan penyebab terjadinya bottle neck

(kemacetan) dan waktu siklus juga harus sama atau lebih kecil dari

jam kerja efektif perhari di bagi jumlah produksi per hari, yang secara

matematis dinyatakan sebagai berikut :

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

47

QPWSWimaks ≤≤

Dimana:

maksWi = Waktu operasi terbesar pada lintasan

WS = Waktu siklus (cycle time)

P = Jam kerja efektif per hari

Q = Jumlah produksi per hari

G. Station time (∑Wi ), jumlah waktu dari elemen kerja yang dilakukan

pada suatu station kerja yang sama.

Idle time (IT), merupakan selisih (perbedaan) antara cycle time (WS)

dan station time (∑Wi ) atau WS dikurangi ∑Wi .

IT = N*WS – ∑=

n

iWi

1

H. Balance delay (DT), sering disebut balancing loss, adalah ukuran dari

ukuran ketidaksesuaian lintasan yang dihasilkan dari waktu

menganggur sebenarnya yang disebabkan karena pengalokasian yang

kurang sempurna di antara stasiun – stasiun kerja.

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

48

Balance delay ini dinyatakan dalam prosentase. Balance delay dapat

dirumuskan sebagai berikut :

%100*)*(

)*(1

WSn

WiWSnDT

n

i∑=

−=

Di mana :

N = Jumlah stasiun kerja

WS = Waktu siklus terbesar dalam stasiun kerja

∑Wi = Jumlah waktu operasi dari semua operasi

Wi = Waktu operasi

DT = balance delay (%)

I. Line efficiency (LE), adalah rasio dari total waktu di stasiun kerja

dibagi dengan waktu siklus dikalikan jumlah stasiun kerja.

%100*)(*)(

1

WSn

WiLE

n

i∑==

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

49

Di mana :

n = jumlah stasiun kerja

WS = waktu stasiun terbesar (cycle time actual)

Wi = waktu sebenarnya pada setiap stasiun kerja

i = 1,2,3,4,……

J. Smoothness index (SI), adalah suatu indeks yang menunjukkan kelancaran

relative dari penyeimbang lini perakitan tertentu, dimana bila nilai SI

mendekati 0 maka menendakan bahwa lini produksi berjalan dengan lancar.

∑=

−=k

i

WiWiSI1

2max )(

Dimana :

maxWi = Maksimum waktu di stasiun

Wi = Waktu stasiun di stasiun kerja ke –i

2.12 Metode-metode dalam Line Balancing

A. Metode Ranked Positional Weight (RPW)

Metode Ranked positional Weight (RPW) disebut juga sebagai

metode Hegelson – Barnie. Menentukan positional weight

(bobot posisi) untuk setiap elemen pekerjaannya dari suatu

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

50

operasi dengan memperhatikan precedence diagram. Cara

penentuan bobotnya sebagai berikut :

Bobot RPW = Waktu proses tersebut +waktu proses operasi –

operasi berikutnya

Pengelompokan operasi ke dalam stasiun kerja

dilakukan atas dasar urutan RPW (dari yang terbesar), dan juga

memperhatikan pembatas berupa waktu siklus. Metode ini

mengutamakan waktu elemen kerja yang terpanjang, dimana

elemen kerja ini akan diprioritaskan terlebih dahulu untuk

ditempatkan dalam stasiun kerja dan diikuti oleh elemen kerja

yang lebih rendah. Proses ini dilakukan dengna memberikan

bobot.

Bobot ini diberikan pada setiap elemenkerja dengan

memperhatikan precedence diagram. Dengan sendirinya

elemen pekerjaan memiliki bobot semakin besar pula, dengan

kata lain akan lebih diprioritaskan. Prosedur dalam metode ini

terdiri dari :

1. Mengambarkan jaringan precedence diagram sesuai dengan

yang sebenarnya.

2. Menentukan elemen pekerjaan berdasarkan positional

weight (bobot posisi) untuk setiap elemen pekerjaan dari

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

51

suatu operasi yang memiliki waktu penyelesaian terpanjang

mulai dari awal pekerjaan hingga akhir elemen pekerjaan

yang memiliki waktu penyelesaian terendah.

3. Mengurutkan elemen pekerjaan berdasarkan positional

weight pada langkah kedua diatas. Elemen kerja yang

memiliki positional weight tertinggi diurutkan pertama

kali.

4. Melanjutkan dengan menempatkan elemen pekerjaan yang

memiliki positional weight tertinggi hingga ke yang

terendah ke setiap stasiun kerja.

5. Jika pada setiap stasiun kerja terdapat kelebihan waktu

dalam hal ini waktu stasiun melebihi waktu siklus, tukar

atau ganti elemen pekerjaan yang ada dalam stasiun kerja

tersebut ke stasiun kerja berikutnya selama tidak menyalahi

precedence diagram.

6. Mengulangi langkah 4 dan 5 diatas sampai seluruh elemen

pekerjaan sudah ditempatkan ke dalam stasiun kerja.

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

52

B. Metode Largest Candidate Rule (LCR)

Langkah – langkah penyeimbangan lini dengan metode

Largest Candidate Rule (LCR) ini adalah :

1. Mengurutkan semua elemen operasi dari yang memiliki

waktu paling besar hingga yang paling kecil.

2. Elemen kerja pada stasiun kerja pertama diambil dari urutan

yang paling atas. Elemen kerja dapat diganti atau

dipindahkan ke stasiun kerja berikutnya, apabila jumlah

elemen kerja telah melebihi waktu siklus.

3. Melanjutkan proses langkah kedua, hingga semua elemen

kerja telah berada dalam stasiun kerja dan memenuhi / lebih

kecil sama dengan waktu siklus.

C. Metode Region Approach (RA)

Langkah – langkah penyeimbangan lini dengan menggunakan region

approach (RA) ini adalah:

1. Membuat precedence diagram

2. Menentukan wilayah precedence diagram dari kiri ke kanan

3. Dalam tiap – tiap wilayah precedence, mengurutkan

pekerjaan dari waktu yang maksimum ke waktu yang

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

53

minimum. Hal ini akan menyakinkan pekerjaan terbesar akan

diperimbangkan terlebih dahulu, memberikan kesempatan

untuk memperoleh kombinasi yang lebih baik dengan

pekerjaan – pekerjaan yang lebih dengan pekerjaan –

pekerjaan yang lebih kecil.

4. Mengumpulkan pekerjaan dengan urutan sebagai berikut :

1. Di akhir – akhir stasiun kerja, memutuskan apakah

penggunaan waktunya dapat diterima. Jika tidak,

periksa semua pekerjaan yang memiliki hubungan

precedence. Tentukan apakah penggunaan waktu akan

meningkat bila dilakukan pertukaran dengan pekerjaan

yang sedang dipertimbangkan.

2. Meneruskan hingga semua elemen pekerjaan

ditempatkan pada semua stasiun kerja.

3. Menghitung efisiensi lini, smmothness index dan

balance delay dari lini produksi tersebut

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2007-2-00462-TI Bab 2.pdf · Secara umum metode ini dapat digunakan untuk mengukur ratio delay, ... ventilasi

54

2.13 Kerangka Pemikiran

Selanjutnya, usulan keseimbangan lini ini penulis akan

melakukan pengujian dengan tiga metode yaitu metode Helgelson

Bernie (RPW), metode Largest Candidate Rule (LCR) dan metode

Region Approach (RA). Sampel yang direncanakan adalah waktu

siklus tiap proses.

Hasil penelitian ini diharapkan membuktikan bahwa metode

keseimbangn lini usulan lebih baik daripada keseimbangan lini

awalnya. Tetapi penulis anggap ini juga sebagai feedback bagi

perusahaan yang sedang diteliti agar perusahan dapat meningkatkan

produktivitas serta kinerja para operator sehingga output yang

dihasilkan dapat optimal.