bab 2 landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2010-1-00072-if...

37
8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistem Informasi 1. Pengertian Sistem Menurut McLeod (2004, P9), Sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Menurut O’Brien (2005, P29) sistem didefinisikan sebagai sekumpulan komponen yang saling terhubung dan saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur/terorganisir. Jadi, dari definisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, terintegrasi, dan berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan dalam menyelesaikan suatu sasaran tertentu. 2. Pengertian Informasi Menurut McLeod (2004, P12), Informasi adalah data yang telah diproses atau data yang memiliki arti. Menurut Laudon dalam bukunya yang berjudul Essentials of Management Information Systems (2003, P7), informasi adalah data yang telah

Upload: trinhthuan

Post on 06-Aug-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8  

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Umum

2.1.1 Sistem Informasi

1. Pengertian Sistem

Menurut McLeod (2004, P9), Sistem adalah sekelompok elemen yang

terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut O’Brien (2005, P29) sistem didefinisikan sebagai sekumpulan

komponen yang saling terhubung dan saling berinteraksi untuk mencapai tujuan

bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses

transformasi yang teratur/terorganisir.

Jadi, dari definisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa sistem adalah

suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan,

terintegrasi, dan berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

dalam menyelesaikan suatu sasaran tertentu.

2. Pengertian Informasi

Menurut McLeod (2004, P12), Informasi adalah data yang telah diproses

atau data yang memiliki arti.

Menurut Laudon dalam bukunya yang berjudul Essentials of

Management Information Systems (2003, P7), informasi adalah data yang telah

9  

mengalami perubahan menjadi suatu bentuk yang lebih berarti atau berharga dan

berguna untuk kebutuhan pemakai.

Sedangkan menurut Turban, Rainer, dan Potter dalam bukunya yang

berjudul Introduction to Information Technology (2001, P17), informasi adalah

kumpulan fakta-fakta (data) yang terorganisir dalam beberapa cara sehingga

berarti bagi penerima.

Jadi, dari definisi-definisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa

informasi adalah data yang diolah menjadi lebih berguna dan lebih bermanfaat

bagi yang menggunakannya. Setiap Informasi memiliki kadar kualitas yang

bergantung pada : keakuratan, ketepatan waktu, kelengkapan, reabilitas dan

relevansinya.

3. Pengertian Sistem Informasi

Menurut O’Brien (2005, P5), sistem informasi adalah kombinasi yang

diorganisasi oleh manusia, perangkat keras (hardware), perangkat lunak

(software), jaringan komunikasi, sumber-sumber data yang dikumpulkan,

dibentuk dan informasi yang disebarkan dalam organisasi.

Menurut Laudon (2003, P7), sistem informasi adalah komponen-

komponen yang saling terhubung yang bekerja sama untuk mengumpulkan,

memproses, menyimpan, dan penyebaran informasi untuk mendukung

pengambilan keputusan, koordinasi, dan mengontrol atau mengendalikan suatu

organisasi.

10  

Menurut Turban, Rainer, dan Potter (2001, P17), sistem informasi

adalah mengambil atau mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis

dan menyebarkan informasi untuk mencapai tujuan yang spesifik.

Jadi dari definisi-deinisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa sistem

informasi adalah suatu komponen yang saling berhubungan yang

mengumpulkan, memproses, menganalisis, sehingga dapat menghasilkan

informasi bagi suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang spesifik. Sistem

informasi dapat membantu para manager dan karyawan dalam menganalisis

masalah, menyederhanakan subjek yang komplek dan menciptakan suatu produk

yang baru.

2.1.2 Geografi

1. Pengertian Geografi

Menurut Richthoffen (Prahasta, 2005, P12), geografi adalah ilmu yang

mempelajari permukaan bumi sesuai dengan referensinya, atau studi mengenai

area-area yang berada di permukaan bumi.

Kata geografi berasal dari kata geographika dari bahasa yunani yang

dikemukakan oleh Eratosthenes sekitar abad ke-1 SM. Asal katanya adalah Geo

yang berarti Bumi dan graphika yang berarti tulisan atau lukisan. Berdasarkan

asal katanya, geografi dapat diartikan sebagai tulisan mengenai Bumi atau

lukisan tentang Bumi. Dalam arti yang lebih luas, geografi merupakan ilmu

pengetahuan yang mempelajari tentang permukaan bumi, penduduk, serta

hubungan timbal-balik antara keduanya.

11  

Berdasarkan pengertian di atas, yang dimaksud dengan permukaan bumi

ialah tempat mahkluk hidup yang meliputi daratan, air atau perairan dan udara

atau lapisan udara.

2.1.3 Peta

1. Pengertian Peta

Peta adalah suatu alat peraga untuk menyampaikan suatu ide berupa suatu

gambaran mengenai tinggi rendahnya suatu daerah (topologi), penyebaran

penduduk, jaringan jalan dan hal lainnya yang berhubungan dengan kedudukan

dalam ruang. Peta digambarkan dalam skala tertentu dengan tulisan atau simbol

sebagai keterangan yang dapat dilihat dari atas. Peta haruslah mewakili sebagian

atau seluruh permukaan Bumi sehingga fenomena yang ditampilkan harus benar-

benar akurat sesuai dengan data di lapangan (yang sebenarnya). Ilmu

pengetahuan yang mempelajari peta adalah Kartografi.

Sedangkan menurut Burrough, peta adalah sekumpulan titik, garis, area

yang digunakan untuk mendefinisikan lokasi dan tempat yang mengacu pada

sistem koordinat, dan peta biasanya direpresentasikan dalam bentuk 2 dimensi,

tapi tidak tertutup kemungkinan direpresentasikan dengan dalam bentuk 3

dimensi.

2. Jenis Peta

Ada beberapa jenis peta yang ditinjau dari berbagai aspek, yaitu tujuan,

kegunaan, dan skalanya.

a. Berdasarkan tujuan

12  

1) Peta Umum

Peta yang melukiskan semua kenampakan pada suatu wilayah secara

umum. Kenampakan-kenampakan tersebut adalah keadaan alam atau

daerah dengan berbagai bentuk permukaan bumi, yaitu gunung, daratan,

lembah, sungai dan sebagainya yang merupakan suatu kesatuan. Contohnya

Peta Dunia.

2) Peta Khusus atau Tematik

Peta yang memuat informasi geografi tentang fenomena alam dan sosial

budaya pada ruang dan waktu tertentu. Contohnya Peta Iklim.

b. Berdasarkan kegunaannya

1) Peta Referensi Umum

Peta yang digunakan mengidentifikasi dan verifikasi macam-macam bentuk

geografi termasuk fitur tanah, perkotaan, jalan dan lain sebagainya

2) Peta Mobilitas

Peta ini digunakan untuk membantu masyarakat dalam menentukan jalur

dari satu tempat ke tempat lainnya, digunakan untuk perjalanan darat, laut

dan udara.

3) Peta Tematik

Peta yang menunjukkan penyebaran dari suatu objek tertentu seperti

populasi, curah hujan dan sumber daya alam.

4) Peta Inventaris

Peta yang menunjukkan lokasi dari fitur-fitur khusus misalnya posisi

gedung di suatu wilayah.

13  

c. Berdasarkan skala

1) Skala Besar : Berskala antara 1 : 100 – 1 : 250.000

2) Skala Sedang : Berskala antara 1 : 250.000 – 1 : 1.000.000

3) Skala Kecil : Berskala antara lebih dari 1 : 1.000.000

3. Penggunaan Peta

Peta pada umumnya digunakan untuk mengetahui berbagai kenampakan

pada suatu wilayah yang dipetakan, yakni :

a. Memperlihatkan posisi suatu tempat dipermukaan bumi

b. Mengukur luas dan jarak suatu daerah di permukaan bumi berdasarkan skala

dan ukuran peta

c. Memperlihatkan bentuk suatu daerah yang sesungguhnya dengan skala

tertentu

d. Menghimpun data suatu daerah yang disajikan dalam bentuk peta.

Sedangkan peta khusus digunakan untuk tujuan tertentu yang

menonjolkan satu jenis data saja. Misalnya : Peta Curah Hujan, Peta Iklim, Peta

Penyebaran Penduduk dan sebagainya.

4. Syarat-syarat Peta

Peta yang ideal mempunyai luas, bentuk, arah dan jarak yang benar. Peta

yang baik dan lengkap harus mencantumkan :

14  

1. Judul Peta

Judul peta merupakan identitas yang menggambarkan isi dan jenis peta.

Karena itu, judul peta harus ditulis sesuai dengan jenis informasi yang

disampaikan dalam peta tersebut. Judul peta harus diletakkan di atas tengah.

Contoh : Peta Sulawesi Utara.

2. Tahun Pembuatan

Tahun pembuatan peta diletakkan di kanan bawah atau kiri bawah. Tahun

pembuatan peta penting untuk memastikan bahwa peta tersebut masih

relevan dan masih baik untuk digunakan.

3. Skala Peta

Skala adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya

dipermukaan bumi. Ada 3 macam skala peta, yaitu :

a. Skala numerik

Contoh: 1 : 100000, artinya 1 Cm pada peta sama dengan 100000 Cm

pada permukaan bumi.

b. Skala verbal atau skala kalimat

Contoh: 1 inch : 1 mil

c. Skala garis atau skala grafik

Skala pada peta berupa garis yang menunjukkan jarak sesungguhnya pada

permukaan bumi.

4. Petunjuk Arah (mata angin)

Setiap pembuatan peta harus dicantumkan mata angin sebagai penunjuk arah

dari daerah atau wilayah yang dipetakan. Pembuatan mata angin harus

memperhatikan hal-hal berikut :

15  

a) Umumnya arah utara peta berada di sisi atas peta.

b) Petunjuk arah ditempatkan pada bagian kosong agar tidak menganggu

peta induk.

5. Legenda

Informasi pada peta cenderung banyak dan padat, sehingga tidak

dimungkinkan semua data dibubuhi keterangan secara rinci. Karena itu,

keterangan pada peta dibuat berupa simbol-simbol. Keterangan berupa

simbol ini pada peta dinamakan legenda. Ada 2 macam simbol pada peta :

a) Simbol Kualitatif

Digunakan untuk melukiskan bentuk-bentuk dipermukaan bumi. Simbol

kualitatif meliputi simbol titik, simbol garis, dan simbol warna.

b) Simbol Kuantitatif

Digunakan untuk menunjukkan jumlah data yang diwakili, misalnya

untuk menggambarkan jumlah penduduk di daerah tertentu. Contoh :

● : 1000 jiwa

●● : 2000 jiwa

●●● : 3000 jiwa

6. Sumber Peta

Merupakan keterangan tentang asal data atau informasi yang ada dalam peta.

Sumber peta dapat berasal dari instansi atau lembaga yang berwewenang dan

melalui survei lapangan.

16  2.1.4 Sistem Informasi Geografi

1. Pengertian Sistem Informasi Geografi

Sistem informasi geografi merupakan suatu komponen yang terdiri dari

perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang

bekerja bersama secara efektif untuk menangkap, menyimpan, memperbaiki,

memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa, dan

menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis (Puntodewo, 2003).

Sistem Informasi Geografi merupakan bidang kajian ilmu dan teknologi yang

relatif masih baru. Berikut ini merupakan beberapa definisi dari SIG yang telah

beredar di berbagai pustaka :

1. SIG adalah sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data,

manusia, organisasi dan lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan,

menyimpan, menganalisa, dan menyebarkan informasi-informasi mengenai

daerah-daerah di permukaan bumi. [Chrisman97]

2. SIG merupakan sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data

yang tereferensi secara spasial atau koordinat-koordinat geografi. SIG adalah

sistem basis data dengan kemampuan-kemampuan khusus untuk data yang

tereferensi secara geografi berikut sekumpulan operasi-operasi yang

mengelola data tersebut. [Foote95]

3. SIG merupakan sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data

yang terreferensi secara spasial atau koordinat geografi. SIG adalah basis

data dengan kemampuan-kemampuan khusus untuk data yang terreferensi

secara geografi berikut sekumpulan operasi-operasi yang mengelola data

tersebut. [Star90]

17  

2. Subsistem Sistem Informasi Geografi (SIG)

Sistem Informasi Geografi dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem

(Prahasta, 2005, P56), yaitu :

1. Data Input

Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial

dan atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggung jawab

dalam mengkonversi atau mentransformasikan format-format yang dapat

digunakan oleh sistem informasi geografi.

2. Data Output

Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian

basis data baik dalam bentuk softcopy maupun dalam bentuk hardcopy seperti

tabel, grafik, peta, dan lain-lain.

3. Data Manajemen

Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut ke dalam

sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, diperbaharui,

dan diperbaiki.

4. Data Manipulation and Analysis

Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh

sistem informasi geografi. Selain itu, subsistem ini juga melakukan

manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang

diharapkan.

18  

Uraian dari subsistem-subsistem tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Uraian Subsistem-subsistem SIG

3. Komponen Sistem Informasi Geografi

Komponen-komponen SIG terdiri dari :

1. Perangkat keras (hardware)

SIG membutuhkan komputer untuk menyimpan dan memproses data. SIG

dengan skala yang kecil membutuhkan PC (Personal Computer) yang kecil

untuk menjalankannya, namun ketika sistem menjadi besar dibutuhkan

19  

komputer yang lebih besar serta host untuk client machine yang mendukung

penggunaan multiple user. Perangkat keras yang digunakan dalam SIG

memiliki spesifikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem informasi

lainnya. Ini dikarenakan penyimpanan data yang digunakan dalam SIG baik

data raster maupun data vector membutuhkan ruang yang besar dan dalam

proses analisisnya membutuhkan memori yang besar dan processor yang

cepat. Selain itu diperlukan juga digitizer untuk mengubah peta ke dalam

bentuk digital.

2. Perangkat lunak (software)

Perangkat lunak dalam SIG haruslah mampu menyediakan fungsi dan tool

untuk melakukan penyimpanan data, analisis dan menampilkan informasi

geografi. Dengan demikian, elemen yang harus terdapat dalam komponen

perangkat lunak SIG adalah :

a) Tool untuk melakukan input dan transformasi data geografi.

b) Sistem Manajemen Basis Data.

c) Tool yang mendukung query geografi, analisis dan visualisasi.

d) Graphical User Interface (GUI) untuk memudahkan akses pada tool

geografi. Ada banyak perangkat lunak SIG yang dapat kita gunakan,

diantaranya adalah Map Info, Arc Info, Arc View, Arc GIS dan masih

banyak lainnya.

3. Data

Menurut McLeod (2004, P12), data merupakan fakta-fakta dan angka-angka

yang relatif tidak berarti bagi pemakai. Sedangkan Laudon (2003, P8)

mendeskripsikan data sebagai berkas-berkas fakta yang masih mentah yang

20  

menggambarkan kejadian-kejadian yang terjadi di dalam

perusahaan/organisasi atau di lingkungan fisik sebelum disusun dalam bentuk

yang dapat dimengerti dan digunakan oleh pemakai. Jenis data yang

digunakan dalam sistem informasi geografi adalah data spasial (peta) dan

data non-spasial (keterangan/atribut). Perbedaan antara 2 jenis data tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Data Spasial

Data spasial adalah data sistem informasi yang terpaut pada dimensi

ruang dan dapat digambarkan dengan berbagai komponen data spasial,

yaitu :

1) Titik

Titik merupakan representasi grafis yang paling sederhana untuk suatu

objek. Representasi ini tidak memiliki dimensi tetapi dapat

diidentifikasi di atas peta dan dapat ditampilkan pada layar monitor

dengan menggunakan simbol-simbol. Titik dapat mewakili objek-

objek tertentu berdasarkan skala yang ditentukan, misalnya : letak

bangunan, kota, dan lain-lain.

2) Garis

Garis adalah bentuk linier yang akan menghubungkan paling sedikit

dua titik dan digunakan untuk merepresentasikan objek-objek satu

dimensi. Batas-batas poligon merupakan garis-garis, demikian pula

dengan jaringan listrik, saluran buangan, jalan, sungai, dan lain

sebagainya.

21  

3) Poligon

Poligon digunakan untuk merepresentasikan objek-objek dua dimensi.

Suatu danau, batas propinsi, batas kota, batas-batas persil tanah milik

adalah tipe-tipe entity yang pada umumnya direpresentasikan sebagai

poligon. Suatu poligon paling sedikit dibatasi oleh 3 garis yang saling

terhubung diantara ketiga titik tersebut.

Gambar 2. 2 Komponen data Spasial

b. Data Non-spasial (atribut)

Data atribut adalah data yang mendeskripsikan karakteristik atau

fenomena yang dikandung pada suatu objek data dalam peta dan tidak

mempunyai hubungan dengan posisi geografi.

Contoh : data atribut jumlah pengungsi yang dapat ditampung oleh suatu

fasilitas. Atribut dapat dideskripsikan secara kualitatif dan kuantitatif.

Pada pendeskripsian secara kualitatif, kita mendeskripsikan tipe,

klasifikasi, label suatu objek agar dapat dikenal dan dibedakan dengan

objek lain, misalnya : Puskemas, rumah sakit dan kantor pemerintahan.

Bila dilakukan secara kuantitatif, data objek dapat diukur atau dinilai

berdasarkan skala ordinat atau tingkatan, interval atau selang, dan rasio

atau perbandingan dari suatu titik tertentu. Contohnya, luas suatu fasilitas

evakuasi, misalnya luas rumah sakit seluas 1000 meter persegi.

22  

4. Metode

Untuk menghasilkan SIG sesuai dengan yang diinginkan, maka SIG harus

direncanakan dengan matang dengan menggunakan metologi yang benar.

SIG yang baik memiliki keserasian antara rencana desain yang baik dan

aturan dunia nyata, yaitu metode, model dan implementasi akan berbeda-

beda untuk setiap permasalahan.

5. Manusia

Teknologi SIG tidak akan bermanfaat tanpa manusia yang mengelola sistem

dan membangun perencanaan untuk diaplikasikan sesuai dunia nyata.

Sumber daya manusia sangat diperlukan untuk mendefinisikan, menganalisa,

mengoperasikan serta menyimpulkan masalah yang sedang dihadapi dalam

pembuatan SIG. Pemakai pada SIG terdiri dari beberapa tingkatan, dari

tingkatan spesialis teknis yang mendesain dan memelihara sistem sampai

pada pengguna yang menggunakan SIG untuk membantu pekerjaan sehari-

hari.

2.1.5 Jalan

1. Pengertian Jalan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jalan adalah tempat untuk lalu

lintas orang, kendaraan, dan lain sebagainya. sedangkan menurut UU RI No.13

tahun 1983 mengenai jalan, jalan adalah prasarana perhubungan darat yang

diperuntukkan bagi lalu lintas kendaraan dan orang atau prasarana perhubungan

darat dalam bentuk apapun meliputi segala bentuk bagian jalan termasuk bagian

pelengkap dan perlengkapan yang diperuntukkan bagi lalu lintas. Bagian

23  

pelengkap yang dimaksudkan adalah bangunan yang tidak dapat dipisahkan dari

jalan, antara lain jembatan overpass, underpass, tempat parkir, gorong-gorong,

tembok penahan, dan saluran air jalan. Sedangkan perlengkapan jalan adalah

rambu-rambu lalu lintas, rambu-rambu jalan, tanda-tanda jalan, pagar pengaman

lalu lintas, pagar daerah milik jalan dan patok-patok daerah milik jalan.

2. Jenis Jalan

a. Berdasarkan Fungsi

1) Jalan Ateri

Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh,

kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan yang masuk dibatasi secara

efisien.

2) Jalan Koletor

Jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagian dengan ciri-

ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan

masuk dibatasi.

3) Jalan Lokal

Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak

dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

b. Jenis Jalan lainnya

1) Jalan Tol (Jalan bebas hambatan)

Jalan umum yang pemakainya dikenai kewajiban membayar tol yang

disebut tarif tol. Jalan tol hanya boleh dilalui oleh kendaraan beroda empat

atau lebih.

24  

2) Jalan lintas

Jalan yang melayani angkutan utama dan menghubungkan pusat-pusat

kegiatan utama, termasuk pintu-pintu gerbang/outlet dan merupakan jaringan

utama transportasi nasional.

3) Jalan Umum

Jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.

4) Jalan Khusus

Jalan yang dibangun dan dipelihara oleh instansi atau badan hukum atau

perorangan untuk melayani kepentingan masing-masing.

5) Jalan Protokol

Jalan yang menjadi pusat keramaian lalu lintas kota.

2.1.6 Algoritma Dijkstra

Menurut Wiitala (1987, p240), Algoritma Dijkstra pertama kali

ditemukan oleh E. Dijkstra pada tahun 1959, dan merepresentasikan sebuah

shorthpath. Ide dibalik algoritma Dijkstra ini cukup pintar. Algoritma ini

membuat dua track yang berisi verteks, yang satu berisi verteks yang memiliki

path terpendek dari verteks awal / verteks yang diberikan, dan track ke dua berisi

sisa verteks yang lainnya. Saat algoritma dimulai, track pertama hanya berisi

verteks awal, kemudian dengan proses iterasi dalam algoritma, sebuah verteks

dari track kedua dihapus dan dimasukkan ke dalam track pertama. Begitu

seterusnya hingga verteks akhir yang diharapkan masuk ke dalam track kedua

maka proses berhenti.

25  

1. Cara Kerja Algoritma Dijkstra

Algoritma Dijkstra merupakan algoritma untuk menemukan path

terpendek dari verteks awal s, ke semua verteks dalam graph (V-1). V adalah

semua verteks yang terdapat dalam graph. Algoritma Dijkstra membagi verteks –

verteks yang pernah ditelusuri menjadi S dan F. S terdiri dari verteks – verteks

yang telah didapatkan rute terpendeknya, sedangkan F terdiri dari verteks –

verteks yang path terpendeknya belum ditemukan. Verteks – verteks yang tidak

termasuk S dan F adlaah verteks yang belum pernah ditelusuri (V –( S + F )).

Algoritma Dijkstra terus meng–update d, yang berisi jarak terpendek

yang terbaru dari s ke masing – masing verteks. Jika sebuah verteks v termasuk

dalam S, maka d[v] sudah pasti merupakan jarak terpendek menuju verteks

tersebut. Jika v termasuk F, maka untuk sejauh ini d[v] masih merupakan jarak

terpendek ( masih bisa berubah). Selain itu, jika v tidak termasuk S maupun F

maka d[v] belum bernilai.

Di bawah ini diberikan pseudocode dari algoritma Dijkstra. L(u, v)

adalah panjang edge dari u ke v.

Procedure Dijkstra :

S = {s};

F = OUT(s);

For v in OUT(s) {d[v] = length (s,v);}

While F is not empty {

V = u such that d[u] is minimum among u in F;

F = F – {v};

S = S + {v};

26  

For w in OUT(v) {

If w is not in S {

New_dist = d[v] + L(v,w);

If w is in F {d[w] = min (d[w], New_dist);}

Else {

D[w] = New_dist;

F = F + {w};

}

}

}

}

2.2 Teori Khusus

2.2.1 Basis Data

1. Pengertian Basis Data

Menurut Connolly (2005, p15) basis data adalah kumpulan bersama dari

data-data logikal yang saling terkait, dan deskripsi dari data tersebut, dibuat

untuk memenuhi kebutuhan informasi dari suatu organisasi. (Basis Data,

menurut McLeod, adalah kumpulan data komputer yang terintegrasi, diatur dan

disimpan berdasarkan suatu cara yang memudahkan pengambilan kembali. Basis

Data merupakan sebuah gudang data tunggal dan besar yang di-sharing dan dapat

digunakan secara simultan oleh banyak departemen dan banyak user).

27  

2. Pengertian Sistem Manajemen Basis Data (DBMS)

Menurut Connolly (2005, p16) DBMS adalah sebuah sistem perangkat

lunak yang memungkinkan user untuk menentukan, menciptakan, memelihara

dan mengontrol akses ke basis data. Sebuah DBMS menyediakan fasilitas-

fasilitas berupa :

1. Data Definition Language (DDL) yang memungkinkan user menentukan

basis data, misalnya jenis data, struktur data, dan batasan-batasan pada data

yang hendak disimpan dalam basis data.

2. Data Manipulation Language (DML) yang memungkinkan user untuk

memasukkan, meng-update, menghapus dan me-retrieve data dari basis data.

3. Akses terkontrol ke basis data, contohnya :

a) sistem keamanan yang mana mencegah user yang tidak berhak untuk

akses ke basis data

b) sistem terintegrasi yang mana memelihara konsistensi data yang disimpan

c) sistem kontrol konkuren yang mana memperbolehkan akses bersama

terhadap basis data

d) sistem kontrol pengembalian data yang mana dapat mengembalikan data

ke keadaan sebelumnya apabila terjadi kegagalan perangkat keras atau

perangkat lunak

e) katalog yang dapat diakses user yang mana berisi deskripsi data dalam

basis data

28  

3. Relational Database

Menurut Connolly (2005, p76) Relational Database merupakan

kumpulan table-tabel dimana masing-masing tabel memiliki sebuah nama yang

unik. Setiap relation memiliki properti-properti sebagai berikut :

1. Sebuah relation memiliki sebuah nama yang berbeda dari yang lainnya

2. Setiap sel pada relation hanya berisi satu nilai saja

3. Setiap atribut memiliki nama yang berbeda

4. Nilai pada sebuah atribut berasal dari nilai domain yang sama

5. Setiap tuple adalah unik, tidak ada duplikatnya

6. Urutan atribut tidaklah penting

7. Secara teori, urutan tuple juga tidaklah penting

4. Entity Relationship (E-R)

Menurut Connolly (2005, p342) Model E-R merupakan sebuah

pendekatan topdown dalam mendesain database yang dimulai dengan

mengidentifikasi data-data penting(objek-objek dasar) dari dunia nyata yang

dinamakan entity dan relationship diantara data-data yang harus

direpresentasikan ke dalam model tersebut. Menurut Silberschatz (2006, p204)

ada tiga konsep dasar dalam model data E-R, yaitu :

1. Entity sets

Entity adalah ”sesuatu” atau ”objek” dalam dunia nyata yang dapat dibedakan

dari objek-objek lainnya. Sedangkan entity sets adalah sekelompok objek

dengan property yang sama, atau attributes.

2. Relationship sets

29  

Relationship adalah kaitan (asosiasi) antara beberapa entitas. Sedangkan

relationship sets adalah sekumpulan relationship yang memiliki tipe sama.

3. Attributes

Attributes merupakan properti-properti khusus dari entitas. Setiap attributes

memiliki nilai yang disebut domain. Attributtes dapat dikelompokkan

menjadi:

a) Simple and Composite attributes.

Simple attribute maksudnya atribut yang sederhana dan tidak dapat dapat

dibagi-bagikan ke dalam sub-sub bagian atribut lagi, sedangkan

composite attribute masih dapat dibagi-bagikan ke sub-sub atribut.

b) Single-Valued and Multi-valued attributes

Dikatakan single-valued attributes apabila sebuah atribut hanya memiliki

satu nilai, sedangkan multi-valued attributes dapat memiliki lebih dari

satu nilai.

c) Derived attributes

Derived attribute hanya digunakan pada saat diperlukan sehingga tidak

disimpan. Model E-R merepresentasikan kendala-kendala yang mana isi

dari basis data harus sesuai. Salah satu kendalanya adalah mapping

cardinalities, yang menjelaskan jumlah entitas yang dapat diasosiasikan

oleh entitas lain lewat relationship sets. Mapping cardinalities yang

mungkin terdapat dalam binari relationship sets antara entity sets A dan

B adalah :

1. One to One : Sebuah entitas di A hanya dapat diasosiasikan dengan

paling banyak satu entitas di B dan sebaliknya.

30  

2. One to Many : Sebuah entitas di A dapat diasosiasikan dengan nol

atau lebih entitas di B, namun entitas di B hanya dapat diasosiasikan

dengan paling banyak satu entitas di A.

3. Many to One : Sebuah entitas di A hanya dapat diasosiasikan dengan

paling banyak satu entitas di B, namun entitas di B dapat

diasosiasikan dengan nol atau lebih entitas di A.

4. Many to Many : Sebuah entitas di A dapat diasosiasikan dengan nol

atau lebih entitas di B, dan sebuah entitas di B dapat diasosiasikan

dengan nol atau lebih entitas di A.

2.2.2 Waterfall

Tahap-tahap Waterfall adalah, sebagai berikut :

1. Rekayasa Sistem

Yaitu dengan menentukan kebutuhan sistem secara keseluruhan, antara

lain dengan menentukan komponen-komponen sistem (Entity), atribut

komponen dan hubungan antara komponen. Secara umum Entity dibedakan

atas data, algoritma dan interface.

2. Analisa Sistem

Yaitu mencari dan menentukan kriteria aplikasi yang tepat untuk

memenuhi kebutuhan sistem.

3. Desain Sistem

Yaitu dengan mendefinisikan hasil analisa dengan merancang modul

aplikasi perancangan yang dilakukan pada tiga bagian, yaitu: Struktur data,

31  

rancangannya didefinisikan dalam Entity Relationship Diagram (ERD) dan

kamus data.

4. Pemrograman

Yaitu mengimplementasikan rancangan atau desain dengan menuliskan

code program sesuai bahasa pemrograman yang dipilih.

5. Ujicoba

Yaitu melakukan pengujian program aplikasi yang telah selesai dibuat

dengan memperhatikan konsep logika untuk mengetahui kinerja aplikasi

apakah sesuai dengan kebutuhan sistem dan melakukan pencegahan

terjadinya kesalahan seminimal mungkin. 

6. Pemeliharaan

Yaitu memungkinkan terjadinya perubahan data, lingkungan sistem dan

kebutuhan penggunaan agar aplikasi tetap bisa dikembangkan sesuai

perubahan yang terjadi. Berikut ini merupakan gambar hubungan dari tahap-

tahap pada konsep waterfall.

Gambar 2.3 Konsep metode rekayasa piranti lunak tipe Waterfall

32  

2.2.3 Data Flow Diagram (DFD)

Menurut Pressman (2000, p305) DFD atau diagram aliran data adalah

sebuah teknik grafis yang menggambarkan aliran informasi dan transformasi

yang diaplikasikan pada saat data bergerak dari input menjadi output. Bentuk

dasar dari DFD dapat disebut juga data flow graph atau bubble chart.

Pada DFD tingkat 0, disebut juga model sistem dasar atau model konteks,

merepresentasikan keseluruhan elemen sistem sebagai sebuah bubble tunggal

dengan data input dan output yang ditunjukkan oleh anak panah masuk dan

keluar secara berurutan. Proses tambahan (bubble) dan jalur aliran informasi

direpresentasikan pada saat DFD tingkat 0 dipartisi untuk mengungkap detail

lebih. Contohnya, sebuah DFD tingkat 1 dapat berisi lima atau enam bubble

dengan anak panah yang saling menghubungkan. Setiap proses yang

direpresentasikan pada tingkat 1 adalah subfungsi dari seluruh sistem yang

digambarkan di dalam model konteks.

DFD merepresentasikan suatu sistem, baik otomastis maupun manual

melalui gambar yang berupa jaringan grafik. Dengan DFD, seorang analis sistem

dapat memahami aliran data dalam sebuah sistem. Keuntungan memahami aliran

data dalam suatu sistem adalah :

1. Terhindar dari usaha mengimplementasikan suatu sistem yang terlalu dini.

Analis sistem perlu memikirkan secara cermat aliran-aliran data yang

diperlukan sebelum mengambil keputusan untuk merealisasikannya secara

teknik.

33  

2. mengerti lebih dalam hubungan state dengan sub-sub sistem. Dengan DFD,

analis sistem dapat membedakan sistem dari lingkungannya dengan batasan-

batasannya (boundaries).

3. DFD dapat menginformasikan kepada user sistem yang berlaku dan sebagai

alat untuk berinteraksi dengan user dalam bentuk representasi.

Tingkatan-tingkatan dalam DFD :

a) Diagram Konteks

Merupakan level tertinggi yang menggambarkan masukkan dan keluaran dari

sistem. Pada diagram konteks hanya terdapat satu proses dan tidak ada data

store.

b) Diagram Nol

Pada diagram nol terdapat data store. Diagram yang tidak rinci pada akhir

nomor diberi tanda *.

c) Diagram Rinci

Merupakan rincian dari diagram nol atau diagram level diatasnya. Proses-

proses pada diagram ini sebaiknya tidak lebih dari 7 atau maksimum 9.

Simbol-simbol yang digunakan dalam DFD, yaitu :

1. External Entity

Entitas eksternal menggambarkan penghasil atau pengguna informasi yang

ada di luar sistem yang dimodelkan. Dilambangkan dengan gambar persegi.

34  

2. Process

Proses menggambarkan sebuah transformasi informasi (fungsi) yang ada di

dalam sistem yang dimodelkan. Dilambangkan dengan lingkaran.

3. Data Object

Data Object menggambarkan anak panah yang mengindikasikan arah dari

data flow. Dilambangkan dengan anak panah.

4. Data Store

Data Store menggambarkan tempat penyimpanan data yang digunakan oleh

satu atau lebih proses. Dilambangkan dengan 2 garis sejajar.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam DFD, yaitu :

a) Antara entitas tidak boleh saling berhubungan

b) Diperbolehkan untuk mengambil entitas yang sama, dengan tujuan untuk

menyederhanakan pemodelan

c) Hindari dialog-dialog yang tidak perlu dalam DFD.

2.2.4 State Transition Diagram (STD)

Tujuan dari STD adalah mewakili sistem dengan sejumlah state dan

serangkaian aktivitas yang berhubungan, menggambarkan hubungan antara state,

menunjukkan bagaimana sistem bergerak dari satu state ke state yang lain dan

35  

mendokumentasikan urutan dan prioritas dari state. STD pertama kali

dikembangkan untuk membantu merancang kompiler. (Davis and Yen, 1999,

p235)

STD digunakan untuk menggambarkan diagram dari kelakuan sistem

dalam beberapa jenis pesan dengan proses yang komplek dan sinkronisasi

kebutuhan. Komponen utama dalam STD adalah state dan arrow yang mewakili

perubahan state. Setiap kotak persegi mewakili sebuah state dimana sistem

berada. State adalah suatu attribute atau keadaan suatu sistem pada suatu saat

tertentu.

STD menggambarkan sifat suatu sistem informasi, menjelaskan

bagaimana sistem melakukan suatu respon untuk setiap kejadian dan bagaimana

kejadian merubah state suatu sistem.

2.2.5 Bencana Banjir

1. Pengertian Bencana

Definisi bencana menurut Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

(ESDM) adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh

alam, manusia atau keduanya yang mengakibatkan korban manusia, kerugian

harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas

umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan

masyarakat.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia definisi bencana

adalah peristiwa/kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan

ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan

36  

pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa

dari pihak luar.

Menurut WHO definisi bencana (disaster) adalah setiap kejadian yang

menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau

memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu

yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena.

Bencana adalah situasi dan kondisi yang terjadi dalam kehidupan

masyarakat. Tergantung pada cakupannya, bencana ini bisa merubah pola

kehidupan dari kondisi kehidupan masyarakat yang normal menjadi rusak,

menghilangkan harta benda dan jiwa manusia, merusak struktur sosial

masyarakat, serta menimbulkan lonjakan kebutuhan dasar (BAKORNAS PBP).

2. Jenis Bencana

Penulis mengelompokkan bencana menjadi 2 jenis yaitu:

1. Bencana alam (natural disaster) yaitu bencana yang terjadi karena disebabkan

oleh kejadian-kejadian alami seperti banjir, gempa bumi, gunung meletus,

badai, kekeringan, wabah, serangga dan lainnya.

2. Bencana akibat dari perbuatan manusia (man made disaster) yaitu kejadian-

kejadian karena perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau

kendaraan, kebakaran, huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik,

ganguan komunikasi, gangguan transportasi dan lainnya.

37  

3. Cakupan Wilayah

Berdasarkan cakupan wilayah, bencana terdiri dari:

1. Bencana Lokal

Bencana ini adalah bencana yang hanya memberikan dampak pada wilayah

sekitarnya yang berdekatan. Bencana terjadi pada sebuah gedung atau

bangunan-bangunan disekitarnya. Biasanya adalah karena akibat faktor

manusia seperti kebakaran, ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia dan

lainnya.

2. Bencana Regional

Bencana ini adalah bencana yang memberikan dampak atau pengaruh pada

area geografis yang cukup luas, dan biasanya disebabkan oleh faktor alam,

seperti badai, banjir, letusan gunung, tornado dan lainnya.

4. Fase-fase Bencana

Menurut Barbara Santamaria (1995), ada 3 fase dalam terjadinya suatu

bencana, yaitu fase preimpact, fase impact dan fase postimpact.

1. Fase preimpact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana. Informasi

didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Pada fase ini seharusnya

dilakukan segala persiapan untuk menghadapi bencana yang dilakukan baik

oleh pemerintah, lembaga, dan warga masyarakat.

2. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-saat

dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup (survive). Fase

impact ini terus berlanjut hingga terjadi kerusakan dan bantuan-bantuan

darurat dilakukan.

38  

3. Fase postimpact adalah saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase

darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi

komunitas yang normal.

2.2.6 Definisi Banjir

Banjir adalah suatu keadaan sungai, dimana aliran air tidak tertampung

oleh palung sungai, sehingga terjadi limpasan, dan atau genangan pada lahan

yang semestinya kering (Departemen Kimpraswil, 2001).

Banjir adalah peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan (yang

biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena

peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air

sungai, atau pecahnya bendungan sungai. (Wikipedia, 2009).

1. Penyebab Banjir

Banjir dapat terjadi karena: perubahan tata guna lahan (land-use) di

daerah aliran sungai, pembuangan sampah, erosi dan sedimentasi, kawasan

kumuh di sepanjang sungai/drainase, perencanaan system pengendalian banjir

tidak tepat, curah hujan, pengaruh fisiografi/geofisik sungai, kapasitas sungai,

kapasitas drainase yang tidak memadai, pengaruh air pasang, penurunan tanah

dan rob, drainase lahan, bendung dan bangunan air, serta kerusakan bangunan

pengendali banjir. Perubahan tata guna lahan merupakan penyebab utama banjir

dibandingkan dengan penyebab yang lainnya (Kodoatie RJ dan Sjarief R (2005)). 

Faktor – faktor yang dapat menyebabkan banjir meliputi:

1. Hujan deras yang terjadi secara terus menerus dalam beberapa hari.

39  

2. Permukaan tanah tidak dapat menyerap air, karena jenuh atau karena diplester.

3. Debit air sungai yang tinggi karena hujan terus menerus

4. Permukaan tanah yang lebih rendah dari daerah sekitarnya, di mana tidak

terdapat saluran-saluran pembuangan air yang berfungsi untuk memindahkan

air ke lokasi lain menyeberangi daerah sekitarnya yang lebih tinggi

5. Permukaan tanah yang lebih rendah dari permukaan laut yang sedang pasang.

2. Kategori Banjir

Menurut penulis berdasarkan sumber air yang menyebabkan banjir di

wilayah Jakarta Selatan, maka banjir dapat digolongkan kepada:

1. Banjir kiriman yang dikirim oleh sungai - sungai yang datang dari arah

selatan Jakarta.

2. Banjir genangan akibat hujan lokal yang tidak dapat diserap oleh tanah pada

daerah genangan air tersebut.

3. Banjir kombinasi kiriman dan hujan lokal yang besar yang datang secara

bersamaan.

Berdasarkan jenisnya ada dua jenis banjir, yaitu:

1. Banjir biasa di mana permukaan air yang naik secara perlahan.

2. Banjir bandang, yakni banjir yang datang dan secara cepat menyapu sebuah

area. Banjir bandang lebih berbahaya, karena datangnya tiba-tiba dengan

kecepatan yang dapat menghancurkan. Banjir bandang dapat disebabkan

hujan sangat deras yang terjadi di hulu sungai, atau bendungan yang jebol.

Tsunami adalah banjir bandang yang datangnya dari laut yang disebabkan

oleh gempa.

40  

3. Upaya-upaya Antisipasi Bencana Banjir

a) Penataan pemukiman di sekitar bantaran kali, penertiban daerah aliran sungai

(DAS) sesuai dengan garis sepadan kali (GSK) dari bangunan/gubuk liar

dengan meninjau KDB/KLB.

b) Pendataan ulang kawasan dan sungai dengan meninjau peraturan KDB/KLB.

c) Peningkatan sarana, prasarana serta SDM penanggulangan bencana.

d) Pembuatan sodetan kali dan saluran air untuk mengurangi debit air pada titik

tertentu.

e) Pembuatan sumur resapan air pada setiap pemukiman, perkantoran serta

tempat wisata.

f) Penyediaan daerah pompa (polder area) dan daerah dataran banjir

g) Penyediaan lahan terbuka hijau sebagai sarana penampungan air dan

memaksimalkan fungsi setu/danau yang sudah ada sebagai tendon air.

4. Metode Penanggulangan Bencana Banjir

1. Langkah Prefentif

a) Meningkatkan peringatan dini antisipasi bencana.

b) Melaksanakan pekan sadar bencana untuk masyarakat.

c) Meningkatkan program kali bersih.

d) Membentuk satgas dan posko penanggulangan bencana

e) Identifikasi wilayah rawan bencana banjir

f) Penyuluhan / sosialisasi tentang upaya yang harus dilakukan sebelum dan

sesudah banjir

41  

g) Pembangunan waduk dan pemulihan kondisi dan fungsi daerah aliran

sungai

h) Memaksimalkan fungsi waduk / situ sebagai tendon air.

i) Normalisasi fungsi sungai / kali dengan membongkar bangunan liar.

j) Konstruksi bendungan pengendali (check dam) berdasarkan landai aliran

air.

k) Penghijauan / Penguhutanan kembali dengan pepohonan yang berdaya

serap tinggi

l) Persiapan stock untuk bantuan pangan dan obat-obatan.

m) Pelatihan pelaksanaan penaggulangan banjir Satgas PB, apel siaga banjir,

simulasi dapur umum dan posko penanggulangan bencana dan pengungsi

2. Langkah Represif

a) Mengkoordinasikan pelaksanaan tanggap bencana kepada instansi terkait

untuk mengerahkan segala potensi dan sarana yang ada melalui radio HT,

HP dan sarana telekomunikasi lainnya

b) Mengevakuasikan korban ke rumah sakit atau ke tempat penampungan

sesuai dengan kondisi koban

c) Penanganan melalui :

- Mendirikan tenda penampungan

- Mendirikan posko kesehatan

- Mendirikan dapur umum

d) Pemanfaatan data informasi institusi BMG dan Lapan tentang curah

hujan serta kekuatan gempa

e) Menyusun standar operasi prosedur (SOP)

42  

f) Peningkatan kesiapan aparat melalui posko bencana, piket banjir dan

sebagainya

g) Pembentukan jaringan kerja unit (network) antara instansi pemerintah

dengan organisasi relawan (ORARI, RAPI, FMKT, FRPSM,

PRAMUKA)

h) Penyiapan alokasi dana, menampung serta menyalurkan baik bantuan

maupun dana donator kepada korban bencana

i) Memantau dan mengawasi perkembangan banjir, pengungsi dapur umum,

posko kesehatan penyaluran bantuan kepada korban bencana

3. Langkah Rehabilitasi

a) Rehabilitasi struktur dan infrastruktur yang rusak akibat bencana

b) Rehabilitasi fisik korban sakit maupun luka-luka akibat bencana

c) Rehabilitasi psikis korban bencana

2.2.7 Definisi evakuasi

Evakuasi adalah upaya pemindahan korban dari lokasi kejadian yang

berbahaya ke tempat yang memadai untuk diberi pertolongan atau untuk

ditindaklanjuti dengan kondisinya guna kelangsungan hidupnya.

Dalam melakukan evakuasi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,

yaitu situasi dan kondisi dalam evakuasi, kondisi korban dan kondisi penolong

sendiri. Hal utama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan evakuasi yaitu

kontrol keadaan korban secara medis, tapi tetap disesuaikan dengan kondisi

trauma korban. Ketiga keadaan tersebut pada akhirnya mengharuskan kita untuk

43  

memilih maneuver evakuasi yang khas, seperlunya, dengan tidak membuang

waktu.

2.2.8 Tabel Koordinat Centroid

ID mT (x) mS (y)

1 239092.99302 813148.28980

2 230944.45938 812853.55174

3 227558.78453 810962.90316

4 229278.12941 810312.57921

5 229848.05901 808384.29739

6 230188.98163 806888.75133

7 230058.12744 804561.13288

8 232116.98871 807157.44140

9 232101.07630 805260.25293

10 231564.36079 803729.76176

11 231918.98797 802210.30082

12 231812.22093 809244.22664

13 232446.51064 810360.52654

14 236112.63403 807673.95170

15 234127.34541 808343.14801

16 234604.56052 807026.78761

17 234568.20025 805816.99782

18 235261.24244 805295.75973

19 234160.21026 804675.13473

44  

20 233972.29623 802802.26108

21 233832.00537 800719.21748

22 233248.30774 798720.90135

23 233826.08969 798067.07759

24 237029.88506 809206.51739

25 235563.65739 811494.72752

26 236504.33367 805154.11945

27 239189.25836 807143.59788

28 237926.10732 804938.79228

29 236759.73015 804337.58967

30 237284.46877 801972.24558

31 236993.05162 802948.02378

32 236349.27621 799263.99499

33 240282.75210 811518.54646

34 239182.48730 803961.32759

35 236247.80853 813679.37550

36 235975.51260 812811.63327

37 230946.22042 812019.81863

38 232131.99838 812577.31029

39 235165.96219 812175.23466

Table 2.1 Tabel Koordinat Centroid