bab 2 landasan teori - library & knowledge...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teknik Industri
2.1.1 Peta Proses Operasi
2.1.1.1 Definisi Peta Proses Operasi
Peta proses operasi (Sutalaksana, p21) merupakan suatu diagram yang menggambarkan
langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai urutan-urutan operasi dan
pemeriksaan. Sejak dari awal sampai produk jadi utuh maupun sebagai komponen, dan juga
memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa lebih lanjut, seperti : waktu yang
dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau alat atau mesin yang dipakai.
2.1.1.2 Kegunaan Peta Proses Operasi
Dengan adanya informasi-informasi yang bisa dicatat melalui peta proses operasi, kita
bisa memperoleh banyak manfaat diantaranya :
• Dapat mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya.
• Dapat memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan memperhitungkan
efisiensi di tiap operasi/pemeriksaan).
• Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik
• Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai
• Sebagai alat untuk latihan kerja
17
2.1.1.3 Prinsip-prinsip Pembuatan Peta Proses Operasi
Untuk bisa menggambarkan Peta Proses Operasi dengan baik, ada beberapa prinsip yang
perlu diikuti sebagai berkut :
o Pertama-tama, pada baris paling atas dinyatakan kepalanya “Peta Proses Operasi”
yang diikuti oleh identifikasi lain seperti nama objek, nama pembuat peta, tanggal
dipetakan cara lama atau cara sekarang, nomor peta dan nomor gambar.
o Material yang akan diproses diletakkan di atas garis horisontal, yang menunjukkan
bahwa material tersebut masuk ke dalam proses.
o Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang menunjukkan terjadinya
perubahan proses.
o Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan sesuai dengan
urutan operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk tersebut atau sesuai dengan
proses yang terjadi.
o Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri dan
prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi.
Agar diperoleh gambar Peta Proses Operasi yang baik, produk yang biasanya paling
banyak memerlukan operasi, harus dipetakan terlebih dahulu, berarti dipetakan dengan garis
vertikal di sebelah kanan kertas.
18
2.1.2 Peramalan
2.1.2.1 Definisi Peramalan
Peramalan (bp1.blogger.com) dapat diartikan sebagai penggunaan data masa lalu dari
sebuah variabel atau kumpulan variabel untuk mengestimasikan nilai dimasa yang akan datang.
Untuk membuat peramalan dimulai dengan mengeksplorasi data dari waktu yang lalu dengan
mengembangkan pola data dengan asumsi bahwa pola data waktu yang lalu itu akan berulang
lagi pada waktu yang akan datang, misalnya berdasarkan data dan pengalaman pada 12 bulan
yang terakhir, pendapatan perusahaan dalam setiap bulan Januari menurun drastis bila di
bandingkan dengan sebelas bulan yang lain. Berdasarkan pola tersebut perusahaan mestinya
dapat meramalkan bahwa pada bulan Januari tahun berikutnya akan terjadi penurunan
pendapatan.
Peramalan merupakan bagian penting bagi setiap perusahaan / organisasi bisnis dalam
setiap pengambilan keputusan manajemen yang sangat signifikan. Peramalan menjadi dasar bagi
perencanaan jangka panjang perusahaan. Dalam area fungsional finansial, peramalan
memberikan dasar dalam menentukan anggaran dan pengendalian biaya. Pada bagian pemasaran,
peramaln penjualan dibutuhkan untuk merencanakan produk baru, kompensasi tenaga penjual,
dan beberapa keputusan penting lainnya. Selanjutnya, pada bagian produksi dan operasi
menggunakan data-data peramalan untuk perencanaan kapasitas, fasilitas, produksi,
penjadwalan, dan pengendalian persediaan.
19
2.1.2.2 Jenis Peramalan
Jenis Peramalan dapat dibedakan berdasarkan jangka waktu, ruang lingkup dan metode
yang digunakan. Berdasarkan jangka waktu peramalan dapat dibedakan menjadi :
• Peramalan Jangka Panjang
Biasanya dilakukan oleh pemimpin perusahaan yang bersifat umum, yang berfungsi
sebagai dasar untuk membuat peramalan jangka panjang.
• Peramalan Jangka Pendek
Biasanya dilakukan pimpinan pada tingkat menengah maupun bawah dan lebih bersifat
operasional. Perlu diketahui bahwa tidak ada batasan yang baku mengenai panjang atau
pendeknya waktu tersebut.
Berdasarkan ruang lingkupnya dapat dibedakan menjadi :
• Peramalan Mikro
Peramalan kondisi perusahaan dalam 5 tahun yang akan datang.
• Peramalan Makro
Peramalan kondisi perekonomian dalam 5 tahun yang akan datang.
20
Berdasarkan Metode yang digunakan :
• Metode Kualitatif (non-statistik)
Peramalan ini didasarkan pada individu-individu penilaian orang yang dilakukan
peramalan dan tidak tergantung pada data-data yang akurat (pengolahan dan analisis data
historis yang tersedia), metode ini digunakan untuk peramalan produk baru dimana tidak
ada data historis. Teknik pada metode ini yang digunakan adalah Teknik Delphi, Kurva
pertumbuhan, Marketing Research, dll.
• Metode Kuantitatif (statistik)
Berdasarkan pada rekayasa atas data historis yang ada secara memadai tanpa intuisi dan
penilaian subyektif oleh orang yang melakukan peramalan. Menurut Makridakis,
Wheelwright, dan Mc.Gee(1983:8-9) diterapkan 3 kondisi berikut pada peramalan
kuantitatif : Informasi mengenai keadaan pada waktu yang tersedia, Informasi tersebut
dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik(angka), Waktu yang akan datang
(disebut asumsi kontinuitas).
21
2.1.2.3 Metode Peramalan
2.1.2.3.1 Metode Kualitatif (Non-Statistik)
Metode ini digunakan dimana tidak ada model matematik, biasanya dikarenakan data
yang ada tidak cukup representatif untuk meramalkan masa yang akan datang. Peramalan ini
menggunakan pertimbangan pendapat para pakar yang ahli dibidangnya. Teknik model
peramalan kualitatif berusaha untuk menggunakan penilaian (judgement) atau faktor subyektif
individu dalam peramalan. Model ini sangat berguna terutama ketika faktor subyektif diharapkan
sangat penting atau ketika data kuantitatif yang akurat sulit didapatkan.
Analisis kualitatif dapat menjadi teknik peramalan yang sangat berguna jika
memungkinkan pengumpulan dan organisasi yang sistematis untuk data yang diturunkan dari
opini yang tidak terbias dan terinformasi tetapi, metode-metode kualitatif dapat memberikan
hasil yang membias ketika beberapa individu tertentu mendominasi proses peramalan melalui
reputasi, kekuatan kepribadian, atau posisi stategis dalam organisasi.
2.1.2.3.2 Metode Kuantitatif (Statistik)
Teknik peramalan kuantitatif sangat beragam, dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu
dan untuk berbagai maksud. Setiap teknik yang akan dipilih memiliki sifat, ketepatan, tingkat
kesulitan dan biaya tersendiri yang harus dipertimbangkan.
Dalam melakukan peramalan dengan metode Kuantitatif terdapat beberapa tahapan
dalam peramalan sebagai berikut :
1. Definisikan Tujuan Peramalan
22
2. Membuat Diagram Pencar (Plot Data)
3. Memilih Model Peramalan yang tepat
4. Lakukan Peramalan
5. Hitung Kesalahan Ramalan
6. Pilih Metode Peramalan dengan Kesalahan terkecil
7. Lakukan Verifikasi
Makridakis, Wheelwright dan McGee (1992) menjelaskan bahwa pada umumnya
peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut :
1. Tersedia informasi tentang masa lalu (data historis)
2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk numerik
3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa
mendatang.
Peramalan dengan menggunakan metode deret waktu didasarkan pada pendugaan masa
depan yang dilakukan berdasarkan nilai masa lalu dari suatu variabel dan / atau kesalahan
peramalan di masa lalu. Tujuan metode peramalan deret waktu seperti itu adalah menemukan
pola dalam deret data historis dan mengekstrapolasikan pola dalam deret data tersebut ke masa
depan.
23
Menurut Makridakis, Wheelwright dan McGee (1992), langkah penting dalam memilih
suatu metode deret waktu yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola datanya. Pola
data dapat dibedakan menjadi empat, yaitu :
1. Pola horisontal, terjadi bilamana data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan atau
stasioner terhadap nilai rata-ratanya.
2. Pola musiman, terjadi bilamana suatu deret data dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya
kuartal tahun tertentu, bulanan atau hari pada minggu tertentu)
3. Pola siklis, terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang
seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis atau ekonomi.
4. Pola tren, terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan jangka panjang dalam data.
Gambar 2.1 Pola Data
24
2.1.3 Linear Programming
2.1.3.1 Definisi Linear Programming
Linear Programming (http://lecture.brawijaya.ac.id/rosihan) adalah suatu model
umum yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang
terbatas secara optimal. Masalah tersebut timbul apabila seseorang diharuskan untuk memilih
atau menentukan tingkat setiap kegiatan yang akan dilakukannya, dimana masing-masing
kegiatan membutuhkan sumber yang sama sedangkan jumlahnya terbatas.
Dalam model Linear Programming dikenal 2 (dua) macam fungsi, yaitu :
1. Fungsi tujuan adalah fungsi yang menggambarkan tujuan sasaran di dalam permasalahan
Linear Programming yang berkaitan dengan pengaturan secara optimal sumberdaya-
sumberdaya, untuk memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal. Pada
umumnya nilai yang akan dioptimalkan dinyatakan sebagai Z.
2. Fungsi batasan merupakan bentuk penyajian secara matematis batasan-batasan kapasitas
yang tersedia yang akan dialokasikan secara optimal ke berbagai kegiatan.
2.1.3.2 Asumsi-asumsi Dasar Linear Programming
Terdapat 4 asumsi dasar dalam Linear Programming, yaitu :
1. Proportionality
Naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber atau fasilitas yang tersedia akan berubah
secara sebanding (proportional) dengan perubahan tingkat kegiatan.
25
2. Additivity
Nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi, atau dalam Linear Programming
dianggap bahwa kenaikan dari nilai tujuan (Z) yang diakibatkan oleh kenaikan suatu
kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian nilai Z yang diperoleh dari
kegiatan lain.
3. Divisibility
Keluaran (output) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan dapat berupa bilangan pecahan.
Demikian pula dengan nilai Z yang dihasilkan.
4. Deterministic (Certainty)
Asumsi ini menyatakan bahwa semua parameter yang terdapat dalam model Linear
Programming (aij, bi Cj) dapat diperkirakan dengan pasti, meskipun jarang dengan tepat.
2.1.3.3 Model Linear Programming
Gambar 2.2 Model Linear Programming Secara Umum
26
Gambar 2.3 Model Matematika Linear Programming
2.1.3.4 Metode Simpleks
Karena kesulitan menggambarkan grafik berdimensi banyak, maka penyelesaian masalah
Linear Programming yang melibatkan lebih dari dua variabel menjadi tak praktis atau tidak
mungkin. Dalam keadaan ini kebutuhan metode solusi yang lebih umum menjadi nyata. Metode
umum itu dikenal dengan nama algoritma Simpleks yang dirancang untuk menyelesaikan seluruh
masalah, baik yang melibatkan dua variabel atau lebih. Informasi yang dapat diperoleh dari
metode simpleks jauh lebih besar daripada sekedar menentukan nilai-nilai optimum dari variabel
dan fungsi tujuan. Pada kenyataannya, metode simpleks juga dapat memberikan interpretasi
ekonomi.
Metode Simpleks (Taha,p61) merupakan prosedur aljabar yang bersifat iteratif, yang
bergerak selangkah demi selangkah, dimulai dari suatu titik ekstrim pada daerah fisibel (ruang
solusi) menuju ke titik ekstrim yang optimum.
27
2.1.3.5 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas (Taha,p23) dirancang untuk mempelajari pengaruh perubahan dalam
parameter model Linear Programming terhadap pemecahan optimum. Analisis seperti ini
dipandang sebagai bagian integral dari pemecahan (yang diperluas) dari setiap masalah LP.
Analisis ini memberikan karakteristik dinamis pada model yang memungkinkan seorang analis
untuk mempelajari prilaku pemecahan optimum sebagai hasil dari perubahan dalam parameter
model. Tujuan akhir dari analisis ini adalah untuk memperoleh informasi tentang pemecahan
optimum yang baru dan yang dimungkinkan (yang bersesuaian dengan perubahan dalam
parameter tersebut) dengan perhitungan tambahan yang minimal. Analisis sensitivitas terutama
sangat sesuai untuk mempelajari pengaruh variasi dalam koefisien biaya/laba dan jumlah sumber
daya yang tersedia terhadap pemecahan optimum.
2.1.4 Safety Stock
2.1.4.1 Pengujian Kecukupan Data
Menurut Sutalaksana (1979, p.134), uji kecukupan data dilakukan untuk mendapatkan
apakah jumlah data hasil pengamatan cukup untuk melakukan penelitian. Untuk menghitung
banyaknya pengukuran yang diperlukan untuk tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95%
adalah sebagai berikut :
( )2
2240'
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ −=
∑∑ ∑
X
XXNN
Dimana: 'N = Jumlah data yang diperlukan
N = Jumlah data yang digunakan
28
iX = Data pengamatan
Analisa kecukupan data :
Apabila N’ ≤ N , maka jumlah data sudah cukup
Apabila N’ > N, maka jumlah data belum cukup
Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari data
pengukuran sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen, sedangkan tingkat keyakinan
menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat
ketelitian tadi. Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah pencerminan tingkat kepastian
yang diinginkan pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran yang sangat
banyak.
2.1.4.2 Perhitungan Safety Stock
Safety stock merupakan jumlah dari persediaan barang jadi, yang juga disebut sebagai
“buffer stock”, yang digunakan untuk memenuhi permintaan pelanggan ketika terjadi hal yang
tiba-tiba.
Rumus untuk menghitung safety stock (Greene, 1997, p309) adalah:
Safety stock = Safety Factor * Standar Deviasi
Standar deviasi merupakan hasil perhitungan yang menggunakan data permintaan selama
periode yang bersangkutan. Rumus untuk menghitung standar deviasi (S) adalah: S = 2(x-x)
n∑
Dengan x = jumlah permintaan dalam periode yang bersangkutan,
x = rata-rata permintaan selama periode yang bersangkutan,
29
n = jumlah periode data permintaan.
Tabel 2.1 Safety Factor
Service Level (%) Safety Factor50 0,00 55 0,13 60 0,25 65 0,39 70 0,52 75 0,67 80 0,84 84 1,00 85 1,04 90 1,28 95 1,65 99 2,33 100 3,61
2.1.5 Sistem Persediaan
Sistem persediaan (Baroto, 2002, p54) adalah suatu mekanisme mengenai bagaimana
mengelola masukan-masukan yang sehubungan dengan persediaan menjadi output, dimana untuk
itu diperlukan umpan balik agar output memenuhi standar tertentu. Sistem ini bertujuan
menetapkan dan menjamin tersedianya produk jadi, barang dalam proses, komponen, dan bahan
baku secara optimal. Kriteria optimal adalah minimasi biaya total yang terkait dengan
persediaan, yaitu biaya penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya kekurangan persediaan.
Variabel keputusan dalam pengendalian persediaan tradisional dapat diklasifikasikan ke
dalam variabel kuantitatif dan variabel kualitatif. Secara kuantitatif diartikan bahwa berapa
banyak jumlah barang yang akan dipesan atau dibuat, kapan pemesanan atau pembuatan harus
dilakukan, berapa jumlah persediaan pengaman, dan bagaimana mengendalikan persediaan.
Secara kualitatif, masalah persediaan berkaitan dengan sistem pengoperasian persediaan yang
30
akan menjamin kelancaran pengelolaan persediaan adalah jenis barang apa yang dimiliki, dimana
barang tersebut tersedia, berapa jumlah barang yang sedang dipesan, dan siapa saja yang menjadi
pemasok masing-masing item.
2.1.5.1 Tipe Persediaan
Secara fisik, item persediaan dapat dikelompokkan dalam lima kategori (Baroto, 2002,
p52), yaitu :
1. Bahan mentah (raw materials), yaitu barang-barang berwujud seperti baja, kayu, tanah liat,
atau bahan-bahan mentah lainnya yang diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari
pemasok, atau diolah sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksinya
sendiri.
2. Komponen, yaitu barang-barang yang terdiri atas bagian-bagian (parts) yang diperoleh dari
perusahaan lain atau hasil produksi sendiri untuk digunakan dalam pembuatan barang jadi
atau barang setengah jadi.
3. Barang setengah jadi (work in process) yaitu barang-barang keluaran dari tiap operasi
produksi atau perakitan yang telah memiliki bentuk lebih kompleks daripada komponen,
namun masih perlu proses lebih lanjut untuk menjadi barang jadi.
4. Barang jadi (finished goods) adalah barang-barang yang telah selesai diproses dan siap untuk
didistribusikan ke konsumen.
5. Bahan pembantu (supplies material) adalah barang-barang yang diperlukan dalam proses
pembuatan atau perakitan barang, namun bukan merupakan komponen barang jadi.
31
2.1.5.2 Karakteristik Permintaan dan Model Persediaan
Permintaan dan lead time merupakan hal yang tidak pasti dalam sistem persediaan.
Klasifikasi model persediaan yang berkaitan dengan permintaan adalah sebagai berikut :
(Elsayed, 1994, p69)
1. Static deterministic inventory model (model persediaan statis deterministik). Model ini
mempunyai ukuran permintaan yang deterministik karena ukuran permintaan dalam suatu
periode diketahui dan konstan, dan laju permintaannya sama untuk setiap periode.
2. Dynamic deterministic inventory model (model persediaan dinamis deterministik). Model ini
ukuran permintaannya untuk setiap periode diketahui dan konstan, tetapi laju permintaannya
bervariasi (dinamis).
3. Static probabilistic inventory model (model persediaan statis probabilistik). Pada model ini,
ukuran permintaannya bersifat acak, namun berdistribusi tertentu yang sama untuk setiap
periodenya.
4. Dynamic probabilistic inventory model (model persediaan statis probabilistik). Pada model
ini ukuran permintaannya bersifat acak, namun berdistribusi tertentu yang berbeda dan
bervariasi untuk setiap periodenya.
2.1.5.3 Model EOQ
Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Ford Harris dari Westinghouse pada tahun
1915. Metode ini merupakan inspirasi bagi para pakar persediaan untuk mengembangkan
metode-metode pengendalian persediaan lainnya. Metode ini dikembangkan atas fakta adanya
biaya variabel dan biaya tetap dari proses produksi atau pemesanan barang. (Baroto, 2002, p57)
32
EOQ merupakan salah satu teknik pengendalian persediaan tertua dan paling terkenal.
Teknik ini relatif mudah digunakan, tetapi didasarkan pada beberapa asumsi :
1. Tingkat permintaan diketahui dan bersifat konstan.
2. Lead time, yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan, diketahui, dan bersifat
konstan.
3. Persediaan diterima dengan segera. Dengan kata lain, persediaan yang dipesan tiba dalam
bentuk kumpulan produk, pada satu waktu.
4. Tidak mungkin diberikan diskon.
5. Biaya variabel yang muncul hanya biaya pemasangan atau pemesanan dan biaya penahanan
atau penyimpanan persediaan sepanjang waktu.
6. Keadaan kehabisan stok (kekurangan) dapat dihindari sama sekali bila pemesanan dilakukan
pada waktu yang tepat.
7. Harga per unit produk adalah konstan.
8. Satuan barang merupakan produk tunggal; tidak ada interaksi dengan produk lain.
33
2.2 Sistem Informasi
2.2.1. Sistem
Sistem menurut O’Brien (2003, p8) adalah suatu kelompok dari elemen-elemen yang
saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lain dan menciptakan suatu kesatuan yang utuh.
Elemen-elemen ini bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama dengan menerima input
dan memproduksi output dalam proses transformasi yang terorganisir.
Sistem memiliki tiga komponen dasar yang saling berinteraksi :
1. Input : mencakup mendapatkan dan mengatur komponen atau elemen yang masuk ke sistem
untuk diproses. Contohnya mencakup bahan mentah, data, usaha manusia.
2. Proses : mencakup proses transformasi yang mengubah input menjadi output. Contohnya
mencakup proses manufaktur, perhitungan matematis, dan lain sebagainya.
3. Output : mencakup elemen yang telah melalui proses transformasi. Contoh mencakup jasa,
produk dan informasi.
Selain ketiga komponen dasar tersebut, terdapat dua lagi komponen tambahan yaitu :
1. Feedback : data mengenai performa sistem.
2. Control : mecakup pengawasan dan evaluasi dari feedback untuk mengetahui bila sistem
bergerak menuju tujuan yang telah ditetapkan.
2.2.2. Informasi
Untuk memahami konsep informasi, perlu untuk terlebih dahulu memahami konsep data.
Data adalah kenyataan atau observasi mengenai fenomena tertentu atau transaksi bisnis tertentu
yang merupakan pengukuran objektif dari karakteristik dari suatu objek pengamatan tertentu.
34
Informasi adalah data yang telah diolah sehingga memiliki makna tertentu bagi
penggunanya.
2.2.3. Sistem Informasi
Sistem Informasi adalah sekumpulan orang, prosedur, dan sumber daya yang
mengumpulkan, memproses dan menyalurkan informasi dalam suatu organisasi. Pengertian
lainnya dari sistem informasi adalah sebagai suatu sistem yang menerima data sebagai input dan
kemudian mengolahnya menjadi informasi sebagai outputnya.
Computer Based Information System (CBIS) adalah sistem informasi berbasis komputer
dimana sistem disini menyangkut kombinasi dari perangkat keras, perangkat lunak, sumber daya
manusia, jaringan dan data yang berfungsi untuk melakukan kegiatan input, proses, output,
penyimpanan dan kontrol yang mengubah sumber daya data menjadi produk berupa informasi.
Sumber daya sistem informasi menurut O’Brien (2003, p11-14) mencakup :
1. Sumber daya manusia
Sumber daya manusia mencakup pengguna akhir dan spesialis IS. Pengguna akhir adalah
semua orang yang menggunakan sistem informasi dalam melaksanakan kegiatan dan tugas
mereka. Spesialis IS mencakup system analyst, pengembang software dan orang yang
mengoperasikan sistem tersebut.
2. Sumber daya perangkat keras (hardware)
Hardware mencakup semua peralatan fisik dan material yang digunakan dalam mengolah
informasi termasuk di dalamnya mesin seperti komputer (baik itu merupakan komputer
desktop, laptop, mainframe, dan lain sebagainya) serta semua perlengkapan lainnya seperti
media penyimpanan, media untuk input dan output.
35
3. Sumber daya perangkat lunak (software)
Software mencakup program dan prosedur. Program adalah serangkaian perintah yang
mengontrol jalannya hardware. Prosedur adalah serangkaian instruksi untuk mengolah
informasi seperti prosedur input data, prosedur untuk mengoreksi kesalahan.
4. Sumber daya data
Data disini mencakup semua bentuk data termasuk data berupa angka, alfabet maupun
karakter lain yang mendeskripsikan transaksi bisnis dan kejadian lainnya. Termasuk juga di
dalamnya adalah konsep penyimpanan data seperti database.
5. Sumber daya jaringan
Sumber daya jaringan mencakup media komunikasi seperti teknologi komunikasi wireless,
microwave kabel serat optik dan lain sebagainya serta dukungan untuk jaringan seperti
modem.
Sistem Informasi menurut O’Brien (2003, p24) terbagi atas tiga kategori yaitu :
1. Operations Support Systems
Merupakan sistem operasi yang memproses data yang digunakan dalam operasi bisnis
menjadi informasi yang dapat digunakan baik untuk keperluan internal maupun eksternal
tanpa penekanan mengenai kegunaannya bagi manajemen (atau manager). Fungsinya adalah
untuk mengefisiensikan transaksi bisnis, mengontrol proses bisnis, mendukung komunikasi
dan kolaborasi serta update database.
Yang termasuk dalam Operations Support Systems adalah :
a. Transaction Processing Systems
Mengolah data yang didapat dari transaksi bisnis, mengupdate database operasional, dan
mengahasilkan dokumen bisnis.
36
b. Process Control Systems
Memonitor dan mengontrol proses industri.
c. Enterprise Collaboration Systems
Mendukung kolaborasi dan kerja sama serta komunikasi dalam kegiatan perusahaan, tim
dan kelompok kerja.
2. Management Support Systems
Merupakan sistem informasi yang berfokus pada penyediaan informasi untuk mendukung
pengambilan keputusan yang efektif bagi para manager. Yang termasuk dalam Management
Support Systems adalah :
a. Management Information Systems
Menyediakan informasi dalam bentuk laporan dan tampilan yang mendukung proses
pembuatan keputusan bisnis.
b. Decision Support Systems
Menyediakan dukungan ad hoc untuk proses pengambilan keputusan bagi manager dan
profesional bisnis lainnya.
c. Executive Information Systems
Menyediakan informasi yang kritis dari berbagai sumber untuk memenuhi kebutuhan
informasi bagi kaum eksekutif perusahaan.
3. Sistem informasi yang dapat mendukung operasi maupun kegiatan manajemen seperti:
a. Expert Systems
Sistem berbasis knowledge (pengetahuan) yang memberikan masukan atau nasihat dari
sudut pandang ahli di bidang tersebut.
37
b. Knowledge Management Systems
Sistem berbasis knowledge yang mendukung penciptaan, pengorganisasian, dan
penyebaran business knowledge dalam perusahaan.
c. Strategic Information Systems
Mendukung proses manajemen dan operasi yang memberikan perusahaan kemampuan
strategis dalam mendapatkan keuntungan bersaing.
d. Functional Business Systems
Mendukung berbagai aplikasi operasional dan manajemen untuk fungsi bisnis mendasar
dalam suatu perusahaan.
2.2.4. Sistem Informasi Manajemen
McLeod (2001, p239) mendefinisikan Sistem Informasi Manajemen (SIM) sebagai
sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi pengguna yang memiliki
kepentingan yang saman yaitu pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi oleh organisasi / perusahaan. Output dari SIM adalah berupa laporan periodik, laporan
khusus dan perhitungan matematis.
Model SIM dapat dijelaskan dalam Gambar 2.1. Dimana ditunjukkan bahwa data dan
informasi didapat dari lingkungan. Database digunakan oleh software untuk menghasilkan
laporan dan model matematis juga digunakan untuk menghasilkan perhitungan yang akan
digunakan oleh pengambil keputusan dalam organisasi baik itu berupa manager maupun non
manager. Aliran data dan informasi dibedakan untuk menunjukkan yang mana yang merupakan
input dan output dari komponen system.
38
(Sumber : McLeod, 2000, p240)
Gambar 2.4 Model Sistem
SIM memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah dalam dua cara:
1. Sumber daya informasi organisasi secara menyeluruh
SIM menyiapkan dan merupakan sarana untuk menghubungkan para manager dalam
organisasi, sehingga informasi dapat digunakan bersama untuk mendukung pemecahan
masalah yang dihadapi.
2. Pemahaman dan identifikasi masalah
Sesuai dengan konsep SIM yaitu sebagai penyedia informasi terus menerus bagi manager
(pengambil keputusan). Penggunaan SIM dapat memberikan gambaran dan sinyal akan
masalah yang dihadapi atau yang akan terjadi bila keputusan lebih lanjut tidak segera
diambil. SIM juga membantu dalam hal pemahaman penyebab dari masalah tersebut.
39
2.2.5. Daur Hidup Sistem (System Life Cycle)
Daur Hidup Sistem adalah pengaplikasian pendekatan sistem untuk pengembangan
sistem informasi dan subsistem berbasis komputer. Daur hidup sistem terdiri dari rangkaian
tugas yang mengikuti pola tertentu dan dilakukan secara top-down sehingga dikenal dengan
pendekatan air terjun (waterfall approach).
Daur hidup sistem menurut McLeod (2001, p123) terdiri dari lima fase dimana empat
fase pertama berkaitan dengan upaya pengembangan sistem sehingga dikenal dengan sebutan
System Design Life Cycle (SDLC). Keempat fase tersebut adalah planning (perencanaan),
analysis (analisa), design (perancangan) dan implementation (implementasi). Fase yang kelima
adalah use (pemakaian) yang mana akan berlangsung hingga sistem perlu untuk dirancang ulang
atau dihentikan.
2.2.6. Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek (Object Oriented Analysis and Design)
Analisa dan perancangan berorientasi objek (OOAD) menggunakan objek dan kelas
sebagai konsep kunci dalam melakukan analisa dan perancangan. Objek sendiri adalah suatu
entitas yang memiliki identitas, state dan behaviour. Dalam kegiatan analisa objek digunakan
untuk mengelola pemahaman akan konteks sistem. Dalam perancangan objek digunakan untuk
memahami dan mendefinisikan sistem.
Kelas menurut Mathiassen (2000, p4) adalah deskripsi dari sekumpulan objek yang
berbagi struktur, behavioral pattern dan attributes yang sama. Kelas berguna untuk memahami
dan menggambarkan objek dimana daripada mendeskripsikan masing-masing objek yang ada,
akan lebih baik untuk membuat kelas yang berisi objek-objek dengan deskripsi yang sama.
40
Penganalisaan objek mendeskripsikan fenomena yang terjadi diluar sistem yang
umumnya berdiri sendiri. Walaupun fenomena tersebut tidak dapat diatur namun tetap perlu
diakui keberadaannya yang akan mempengaruhi sistem. Perancangan objek mendeskripsikan
fenomena yang berada dalam sistem yang dapat dikendalikan.
Keunggulan dalam OOAD menurut Mathiassen (2000, p5-6) adalah :
a. Menyediakan informasi yang jelas mengenai konteks sistem. Dimana OOAD memfokuskan
dengan kejelasan yang sama antara sistem dan konteksnya.
b. Hubungan yang erat antara analisa berorientasi objek dengan perancangan berorientasi objek,
antar muka pengguna yang berorientasi objek dan programming yang berorientasi objek.
Dalam kegiatan analisa, objek digunakan untuk menentukan system requirements dan dalam
perancangan, objek digunakan untuk mendeskripsikan sistem. Objek juga digunakan untuk
menggambarkan dan sebagai model dari situasi dalam organisasi mauun situasi di luar
organisasi.
c. Objek memungkinkan pemahaman dengan cara yang alami terhadap masalah yang dihadapi.
Aktivitas dalam OOAD mencakup kegiatan utama yaitu problem domain analysis,
application domain analysis, architecture design dan componen design. Selain itu terdapat
juga kegiatan tambahan yaitu preliminary analysis yang dilakukan sebelum keempat aktivitas
tersebut yang bertujuan untuk menentukan sistem yang dibutuhkan dengan cara memahami
situasi yang ada mengumpulkan ide-ide.
41
Sumber: Mathiassen et al (2000, p15)
Gambar 2.5 Aktivitas Utama dalam OOAD
2.2.6.1. System Choice
Perancangan sistem dimulai dengan mengumpulkan ide-ide mengenai sistem yang
dibutuhkan serta mengumpulkan informasi mengenai situasi yang sedang dihadapai. Kegiatan ini
merupakan preliminary analysis dimana pada tahap ini dilakukan perembukan demi tujuan
pengumpulan ide mengenai sistem atau keadaaan yang ada saat ini dari berbagai sudut pandang
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya serta ide-ide berkaitan dengan sistem yang diinginkan dan
dibutuhkan.
Hasil dari preliminary analysis ini adalah system definition yang menggambarkan pilihan
sistem yang akan dikembangkan. System definition menjelaskan konteks sistem, informasi yang
42
harus dikandung dalam sistem, fungsi-fungsi dalam sistem, penggunaan serta batasan-batasan
yang harus diperhatikan.
Dalam kegiatan preliminary analysis juga ditentukan FACTOR yang mana seperti
dinyatakan oleh Mathiassen (2000, p39-40) merupakan enam kriteria :
a. Functionality : Fungsi dari sistem yang mendukung kegiatan dalam application domain.
b. Application domain : Bagian dari organisasi yang mengatur, mengawasi dan mengontrol
problem domain.
c. Conditions : Kondisi dimana sistem akan dikembangkan dan digunakan.
d. Technology : Teknologi yang digunakan baik untuk mengembangkan sistem dan juga
teknologi yang memungkinkan dan mendukung jalannya sistem.
e. Objects : Objek utama dalam problem domain
f. Responsibility : Tanggung jawab sistem secara keseluruhan dalam hubungannya dengan
konteksnya.
Mathiassen (2000, p40) juga menyatakan bahwa FACTOR dapat digunakan dalam dua
cara. Yang pertama adalah FACTOR dapat digunakan untuk mendukung kegiatan pembuatan
system definition, dimana keenam kriteria FACTOR dipertimbangkan formulasinya. Pada tahap
ini, FACTOR terlebih dahulu didefinisikan baru kemudian ditentukan system definitionnya. Cara
kedua adalah dengan mendefinisikan terlebih dahulu system definition dan kemudian
menggunakan keenam kriteria FACTOR untuk mengetahui bagaimana system definition yang
dibuat telah memenuhi keenam faktor tersebut.
43
2.2.6.2. Problem Domain Analysis
Problem domain analysis berfokus pada upaya untuk mengetahui apa-apa saja
informasi yang perlu untuk ditangani oleh sistem. Kegiatan dalam problem domain analysis
mencakup aktivitas kelas berupa penentuan objek, kelas dan event yang dirangkum dalam event
table. Kelas dan objek tersebut kemudian dibuat modelnya berdasarkan relasi struktural antara
kelas dan objeknya, untuk kemudian dilakukan pendeskripsian dari atribut dan behavior dari
kelas dan objek tersebut.
2.2.6.2.1. Aktivitas Kelas
Aktivitas kelas dalam problem domain analysis merupakan kegiatan abstraksi,
klasifikasi, dan pemilihan. Abstraksi merupakan kegiatan dimana problem domain
diabstraksikan dalam bentuk objek dan kelas. Objek dan kelas tersebut kemudian
diklasifikasikan dan kemudian dilakukan pemilihan kelas dan event yang digunakan untuk
memodelkan problem domain. Konsep kelas dan event ini merupakan upaya untuk
mendifinisikan dan membatasi problem domain.
Event table merupakan tabel yang merangkum kelas dan event dimana dalam event table
akan ditunjukkan event dimana objek tertentu terlibat di dalamnya dan juga event apa saja yang
mempengaruhi objek tersebut.
2.2.6.2.2 Aktivitas Struktural
Bila dalam aktivitas kelas, kelas dan objek dikarakterisasi berdasarkan eventnya maka
pada aktivitas struktural hal ini dikembangkan dengan menambahkan pendeskripsian hubungan
struktural antara kelas dan objek tersebut. Sruktur ini kemudian digambarkan dalam suatu class
44
diagram (diagram kelas). Struktur menurut Mathiassen (2000, p72-77) terbagi atas dua yaitu
struktur antar objek dan struktur antar kelas :
1. Struktur antar kelas, yaitu: Generalisasi
Merupakan hubungan struktural antara dua atau lebih kelas yang khusus dengan kelas yang
lebih umum. Relasi generalisasi dapat didefinisikan sebagai hubungan ‘adalah’ dimana
subclass (kelas yang khusus) juga adalah superclass (kelas yang umum). Contohnya adalah
antara kendaraan dengan truk dimana kendaraan adalah superclass dan truk adalah subclass
dimana dapat dinyatakan bahwa truk adalah kendaraan. Dalam konsep generalisasi ini segala
yang merupakan property dari superclass juga berlaku bagi subclassnya.
2. Struktur antar objek
a. Agregasi
Menggambarkan hubungan antara dua atau lebih objek yang menunjukkan bahwa salah
satu dari objek merupakan bagian dari suatu objek keseluruhan. Hubungan asosiasi dapat
dinyatakan sebagai hubungan ‘bagian dari’. Contohnya adalah pada objek mobil dan roda
dimana roda dapat dinyatakan sebagai bagian dari mobil.
b. Asosiasi
Hubungan asosiasi merupakan hubungan antara dua atau beberapa objek yang tidak
mengimplikasikan adanya peringkat antar objek yang dihubungkannya tersebut. Asosiasi
tidak memiliki nama, dimana bila tampak perlu untuk pemberian nama maka itu
menandakan adanya kelas penghubung yang belum didefinisikan untuk hubungan
tersebut.
45
2.2.6.2.3. Aktivitas Behavior
Pada aktivitas ini dilakukan pendefinisian atribut dan behavioral pattern (pola behavior)
dari setiap kelas. Pola behavior adalah deskripsi dari semua kemungkinan event traces untuk
semua objek dalam sebuah kelas. Event traces adalah urutan event yang melibatkan onjek
tertentu.
Mathiassen (2000, p93) menyatakan bahwa behavioral pattern memiliki tiga bentuk yaitu
sequence (urutan), selection (pemilihan) dan iteration (perulangan). Sequence merupakan pola
dimana event terjadi setelah event tertentu diselesaikan. Selection merupakan pola dimana hanya
satu event yang terjadi dari beberapa kemungkinan event yang dapat terjadi. Iteration merupakan
pola event yang dapat terjadi berulang-ulang.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan behavioral pattern adalah event yang
menyebabkan tebentuknya objek dalam sebuah problem domain dan event yang menyebabkan
hilangnya objek tersebut. Hal lainnya adalah bahwa behavioral pattern harus mampu
menggambarkan event traces yang diperbolehkan dan yang tidak legal.
Hasil dari aktivitas behavioral ini adalah statechart yang menggambarkan semua
kemungkinan aktivitas dalam kelas mulai dari pembentukan kelas hingga ketika kelas tersebut
diterminasi.
2.2.6.3. Application Domain Analysis
Application domain analysis berfokus pada upaya untuk menjawab pertanyaan
bagaimana sistem akan digunakan. Pada tahap ini akan dilakukan pendefinisian use cases, actor,
function dan interface dari system. Kegiatan analisa dapat dimulai baik dari analisa problem
domain maupun pada analisa application domain masing-masing dengan titik berat yang
46
berbeda. Dimana bila diawali dengan application domain analysis maka fokus akan terletak pada
pekerjaan pengguna sementara dengan memulai dari problem domain analysis fokus terletak
pada aktivitas bisnis tersebut dan bukannya pada antarmuka sistem tersebut.
Dengan memulai dari problem domain analysis yang walaupun lebih sulit dibandingan
dengan application domain analysis terdapat kelebihan berupa pendeskripsian object oriented
yang lebih baik. Sementara problem domain lebih stabil sementara application domain lebih
rentan terhadap perubahan. Bila terdapat perubahan pada problem domain maka fungsi dan
antarmuka pasti berubah namun perubahan pada application domain dapat tidak menyebabkan
perubahan pada problem domain.
2.2.6.3.1 Usage
Dalam aktivitas ini dilakukan pendefinisian bagaimana pengguna (user) berinteraksi
dengan sistem. Hal ini dilakukan dengan pendefinisian use case dan actor. Use case adalah pola
interaksi antara sistem dengan actor dalam application domain. Actor adalah abstraksi dari
pengguna ataupun sistem lain yang berinteraksi dengan sistem. Use case memungkinkan suatu
pemahaman atas sistem dari sudut pandang pengguna dan menyediakan dasar bagi pendefinisian
dan pengevaluasian fungsi dan antarmuka.
Hasil dari aktivitas ini adalah use case diagram yang menggambarkan nteraksi antara
actor dan use case.
47
2.2.6.3.2 Functions
Function (fungsi) adalah fasilitas yang memungkinkan model agar berguna bagi para
actors. Aktivitas ini berguna untuk menentukan kapabilitas dari pemrosesan sistem informasi
dimana function yang kompleks perlu untuk diberikan perhatian lebih.
Mathiassen (2000, p138) menyatakan bahwa terdapat empat tipe function yaitu :
1. Update : fungsi yang diaktifkan oleh event dalam problem domain dan menghasilkan
perubahan di status dari model.
2. Signal : diaktifkan oleh perubahan status dari model dan mengakibatkan reaksi baik berupa
tampilan bagi para aktor yan menyatakan hal tersebut atau intervensi langsung dalam
problem domain.
3. Read : diaktifkan oleh adanya keperluan akan informasi oleh para actors dan mengakibatkan
sistem menampilkan bagian tertentu dari model yang berhubungan.
4. Compute : diaktifkan oleh adanya keperluan akan informasi oleh para actors yang perlu
melibatkan komputasi dari informasi yang disediakan oleh para actos ataupun model.
Hasilnya adalah berupa hasil komputasi tersebut.
2.2.6.3.3 Antarmuka
Antarmuka merupakan fasilitas yang memungkinkan model sistem dan function dari
sistem agar dapat digunakan oleh para actors. Antarmuka sendiri dapat dibedakan atas
antarmuka pengguna dengan antarmuka sistem.
Hasil dari kegiatan analisa antarmuka adalah navigation diagram yang menggambarkan
setiap windows dan bagaimana hubungan antara setiap windows dan bagaimana mengakses
setiap windows tersebut. Hasil lainnya adalah berupa sequence diagram dimana pada diagram ini
48
dijelaskan interaksi antar objek-objek melalui pesan-pesan yang disampaikan antar objek
tersebut.
2.2.6.4. Architecture Design
Perancangan arsitektur merupakan suatu usaha untuk menstrukturisasi sistem berdasarkan
bagian-bagiannya untuk memenuhi kriteria perancangan tertentu.
Kegiatan perancangan arsitektur terbagi atas dua kegiatan yaitu arsitektur komponen dan
arsitektur proses. Arsitektur komponen berfokus pada aspek yang lebih stabil (kelas) dan
merupakan struktur untuk keperluan deskripsi. Arsitektur proses lebih berfokus pada aspek yang
dinamis (objek) dan menstrukturisasi proses dalam sistem agar terkoordinasi dan efisien.
Arsitektur proses lebih berhubungan dengan pertimbangan fisikal dibandingkan dengan
arsitektur komponen yang lebih berhubungan dengan aspek logikal.
Kegiatan dalam perancangan arsitektur menurut Mathiassen (2000, p176) adalah:
2.2.6.4.1. Prioritas perancangan (kriteria)
Kriteria merupakan kondisi atau sifat yang lebih diutamakan dalam suatu arsitektur.
Perancangan yang baik perlu untuk menyeimbangkan antara berbagai kriteria dan karena
kriteria-kriteria ini bisa jadi saling bertentangan maka prioritas dari kriteria tersebut menjadi
penting.
Kriteria-kriteria tersebut adalah :
1. Usable : Kemampuan sistem untuk dapat diadaptasi dalam suatu organisasi, kegiatan kerja
dan konteks teknis dalam organisasi tersebut.
2. Secure : Pencegahan terhadap akses yang tidak diijinkan terhadap data dan fasilitas sistem.
49
3. Efficient : Eksploitasi ekonomis dari fasilitas teknis sistem.
4. Correct : Pemenuhan kebutuhan sistem.
5. Reliable : Pemenuhan ketepatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan fungsi - fungsi sistem.
6. Maintainable : Biaya untuk memperbaiki defect dari sistem.
7. Testable : Biaya untuk memastikan bahwa sistem yang dibuat dapat berfungsi sesuai
sebagaimana mestinya.
8. Flexible : Biaya untuk mengubah sistem yang dibuat.
9. Comprehensible : Usaha yang diperlukan untuk mendapatkan pemahaman atas sistem.
10. Reuseable : Potensi untuk menggunakan bagian dari sistem dengan sistem terkait lainnya.
11. Portable: Biaya untuk memindahkan sistem ke perangkat teknis yang lain.
12. Interoperable : Biaya untuk penggunaan sistem dengan sistem yang lain.
Perancangan yang baik umumnya memiliki kriteria usable, flexible dan comprehensible.
Usable ditentukan oleh hubungan antara kualitas teknis sistem dengan penerapannya dalam
pekerjaan user. Flexible dan comprehensible membantu dalam perancangan dan
pengimplementasian kegiatan.
2.2.6.4.2. Pendefinisian komponen
Komponen adalah kumpulan dari bagian program dengan tanggung jawabnya masing-
masing. Arsitektur komponen adalah struktur sistem dari komponen-komponen yang saling
berhubungan. Arsitektur komponen yang baik akan membantu pemahaman sistem, pengaturan
perancangan dan menunjukkan kestabilan dari sistem tersebut.
50
Komponen sistem memiliki tiga bagian yaitu :
1. User interface : bertanggung jawab untuk membaca perintah dari tombol dalam tampilan,
dan mengupdate tampilan yang memungkinkan interaksi antara pengguna dengan sistem.
2. Model : bertanggung jawab dalam menampung objek.
3. Function : bertanggung jawab dalam menyediakan fungsi dari sistem.
Terdapat tiga pola arsitektur yaitu :
1. The layered architecture pattern
Arsitektur ini memiliki beberapa komponen yang dirancang dalam bentuk lapisan-lapisan
dimana terdapat antarmuka atas dan bawah. Antarmuka atas mendeskripsikan operasi yang
disediakan oleh komponen di lapisan atas sementara antarmuka bawah mendeskripsikan
operasi yang dapat diakses oleh komponen dari lapisan dibawahnya.
2. The generic architecture pattern
Arsitektur ini terdiri model sistem yang terletak di lapisan paling bawah, diikuti dengan
dengan function diatasnya dan kemudian interface di lapisan teratas. Perangkat teknis bisa
diletakkan di bawah model dimana perangkat teknis ini terhubung dengan model dan
interface.
3. The client-server architecture pattern
Dikembangkan untuk sistem yang terdistribusi di beberapa area geografis yang berbeda.
Komponen dari arsitektur ini mencakup sebuah server dan beberapa klien dimana klien-klien
ini menggunakan server secara independen satu sama lainnya.
51
2.2.6.4.3. Pendefinisian Proses
Arsitektur proses merupakan struktur pengeksekusian sistem yang terdiri dari proses-
proses yang interdependent. Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk mendefinisikan struktur fisik
dari sistem. Hasil dari aktivitas ini adalah deployment diagram. Deployment diagram
menjelaskan konfigurasi sistem dalam bentuk processor dan objek yang terkait dengan processor
dimana processor adalah unit yang melakukan proses.
2.2.6.5. Component Design
Sistem komponen yang umum terdiri atas komponen fungsi dan komponen model.
Perancangan komponen terdiri dari kegiatan untuk mendefinisikan kedua komponen tersebut dan
bagaimana menghubungkan komponen-komponen. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
menentukan penerapan kebutuhan dalam kerangka kerja arsitektur.
2.2.6.5.1. Model Component
Model component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan model problem
domain. Tujuan dari model component adalah untuk mengantarkan data historis dan masa kini ke
functions, antarmuka dan juga bagi pengguna serta sistem lain yang menggunakannya. Hasil dari
kegiatan ini adalah revised class diagram dari hasil analisa event dan struktur kelas yang ada.
2.2.6.5.2. Function Component
Funciton component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan apa yang
menjadi keperluan fungsional. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan akses terhadap
model kepada antarmuka pengguna dan sistem lainnya. Dengan demikian function component
52
adalah penghubung antara model dan penggunaannya. Hasil dari kegiatan ini adalah class
diagram dengan operasi dan spesifikasi dari operasi yang kompleks. Spesifikasi bagi operasi
yang kompleks dapat digambarkan dalam bentuk operation specification, sequence diagram atau
statechart diagram.