bab 2 tinjauan kebijakan dan profil kawasan strategis koridor bandung-cirebon
DESCRIPTION
okTRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR ==========================================================
BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN
erkait dengan penyusunan Rencana Tata Rauang Kawasan Strategis Koridor
Bandung – Cirebon maka dalam bab ini akan diuraikan kebijakan-kebijakan
pembangunan yang akan memayungi maupun mempengaruhi proses penataan
ruang wilayah kawasan strategis sepanjang koridor yang menghubungan Kota Bandung
dan Kota Cirebon baik dalam level kebijakan Pemerintah Pusat, Provinsi Jawa Barat
maupun Kabupaten terkait (Kabupaten Bandung, Sumedang, Majalengka dan Kabupaten
Cirebon).
T
2.1 Arahan Kebijakan Penataan Ruang Nasional
Rencana Tata Ruang Nasional (RTRWN) merupakan arah kebijakan tata ruang
yang bersifat menyeluruh, mengatur arahan pengembangan pusat-pusat kegiatan di
wilayah Indonesia. RTRWN merupakan kebijakan ruang yang memerlukan penjabaran
lebih lanjut ke dalam kebijakan ruang lain yang lebih rendah dengan tingkat kedetailan
yang lebih tinggi. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) telah
ditetapkan struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah nasional, yang salah satu
komponennya adalah penetapan kawasan strategis.
2.1 1 Struktur Ruang Wilayah Nasional
Struktur Ruang Wilayah Nasional terdiri dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN),
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
Arahan-arahan di dalam kebijakan struktur ruang meliputi :
a. Arahan Pengembangan Sistem Kota
b. Arahan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
Wilayah dalam koridor yang masuk dalam struktur wilayah koriodor adalah PKN
Metropolitan Bandung dan Kota Cirebon sementara Majalegka masuk kedalam PKW .
2.1.2 Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional
Pola pemanfaatan ruang wilayah menggambarkan secara indikatif sebaran
kegiatan pelestarian alam dan cagar budaya, kegiatan produksi, serta persebaran
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 1
LAPORAN AKHIR ==========================================================
kegiatan strategis nasional. Pola ini secara spasial memperlihatkan pola persebaran
kawasan lindung, pola pengembangan kawasan budidaya dan pola pengembangan
kawasan fungsional.
A. Pengembangan Kawasan Lindung
Pola pengelolaan kawasan lindung memperlihatkan keterkaitan kawasan-kawasan
lindung dengan lokasi pengembangan kawasan budidaya dan sektor produksi di
dalamnya serta keterkaitan dengan lokasi kawasan fungsional. Kawasan-kawasan
lindung tersebut meliputi kawasan lahan gambut, cagar budaya, rawan bencana
(banjir, longsor, tsunami, kenaikan muka air laut akibat pernanasan global, dsb).
B. Pengembangan Kawasan Budidaya
Penetapan kawasan budidaya memuat arahan yang mencakup kegiatan sektor-
sektor produksi dan jasa (pertanian tanaman pangan, kehutanan, pertambangan,
pariwisata, perindustrian dan permukiman).
Pengelolaan kawasan budidaya di Jawa Barat diarahkan sebagai berikut :
1) Kawasan budidaya yang perkembangannya berada di kawasan lindung
diupayakan agar tidak semakin meluas kegiatannya.
2) Wilayah yang perkembanganya sangat lambat (tertinggal) didorong melalui
peningkatan keterkaitan dengan wilayah lainnya yang telah berkembang.
3) Perlu peningkatan keterkaitan di kawasan budidaya baik keterkaitan antar
kawasan perdesaan dan perkotaan maupun keterkaitan antar kawasan lainnya.
2.1.3 Kawasan Andalan
Kawasan Andalan merupakan kawasan yang prospektif untuk berkembang
mempunyai peluang untuk dikembangkan karena didalamnya terdapat sumber daya
alam, mempunyai akses terhadap pusat pertumbuhan, dekat dengan dan dapat menjadi
pusat-pusat permukiman dan dimungkinkan untuk pengadaan prasarana pendukung
secara ekonomis.
A. Pengembangan Kawasan Cirebon-Indramayu-Majalengka-Kuningan
(Ciayumajakuning)
Wilayah pengembangan Ciayumajakuning meliputi Kabupaten Kuningan,
Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu dan Kota
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 2
LAPORAN AKHIR ==========================================================
Cirebon. Wilayah pengembangan Ciayumajakuning sebagai fokus pengembangan
kawasan di bagian timur Jawa Barat.
Kegiatan ekonomi diarahkan pada pengembangan kegiatan yang dapat
mendorong peningkatan produksi dan distribusi pangan (padi, jagung, kedelai dan
protein hewani), peningkatan investasi, pengembangan sumberdaya alam serta
perdagangan dan jasa. Wilayah pengembangan Ciayumajakuning juga diarahkan
sebagai pusat pengembangan agribisnis potensial. Sektor unggulan yang dapat
dikembangkan di WP ini adalah agribisnis, agroindustri, perikanan dan
pertambangan. Lihat tabel 2.1
Tabel II.1Rencana Pengembangan Kawasan Ciayumajakuning
Kawasan Fungsi Strategi Pengembangan Kawasan Pendukung
Infrastruktur Pendukung
Sektor Unggulan
Ciayumajakuning
Mendorong pengembangan wilayah gerbang timur Jawa Barat
Melengkapi fasilitas pendukung PKN, PKW dan PKL
KSP Bandara dan Aerocity Kertajati
Bandara Internasional Kertajati
Agribisnis, Agroindustri, Perikanan, Pertambangan
Mengembangkan infrastruktur strategis
KSP Koridor Cisumdawu
Pelabuhan Arjuna Cirebon
Pola ruang PKN dalam bentuk ring (Ring 1: Jasa perdagangan dan transportasi, Ring 2: Industri berbasis lokal, Ring 3: Penyedia bahan baku)
KSP Pertanian Lahan Basah Subang-Indramayu
Jalan Tol Cikacir
Mengembangkan wisata budaya, religi dan alam
Mendorong agribisnis yang didukung sektor industri, perikanan laut dan darat, pertanian tanaman pangan, kehutanan, perkebunan dan peternakan di kawasan pinggiran
Mendorong pengembangan hutan mangrove, rumput laut dan perikanan tambak
Pengendalian perikanan tangkap di kawasan pesisir
Sumber: RTRW Jawa Barat 2029
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 3
LAPORAN AKHIR ==========================================================
2.2 Arahan Kebijakan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat
Paradigma penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat di era otonomi
daerah dilaksanakan melalui mekanisme perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
secara bottom up planning dan partisipatif untuk mewadahi dan mewujudkan aspirasi.
2.2.1 Arahan Struktur Tata Ruang
Rencana struktur tata ruang wilayah Provinsi Jawa Barat dijabarkan dalam
bentuk pengembangan sistem kota-kota, pengembangan infrastruktur wilayah,
pengembangan kawasan andalan, serta pengembangan kawasan pertahanan keamanan.
A. Rencana Pengembangan Sistem Kota-kota di Jawa Barat
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang masuk kedalam wilayah koridor terdiri dari
Metropolitan Bandung dan Metropolitan Cirebon. Sedangkan Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW) adalah Majalengka. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) terdiri atas PKL
perkotaan dan PKL perdesaan. PKL perdesaan merupakan pusat-pusat kecamatan
yang memiliki potensi dan/atau didorong untuk menjadi pusat-pusat
pengembangan ekonomi perdesaan. Penetapan PKL tersebut diuraikan
sebagaimana tercantum pada Tabel 2.2.
Tabel II.2Sistem Perkotaan Provinsi Jawa Barat
NO KAB./KOTA PKN PKNP PKW PKWp PKL PERKOTAAN PKL PERDESAAN1. Kota Bandung
Kawasan Perkotaan Bandung Raya
2. Kab Bandung Soreang Ciwidey, BanjaranMajalaya, CiparayCicalengka, RancaekekCilengkrang
3. Kab Bandung Barat
Ngamprah Cililin, PadalarangCisarua, Lembang
4. Kab Sumedang
Sumedang Tanjungsari, WadoTomo, Conggeang
5. Kota Cirebon
Cirebon6. Kab Cirebon Sumber ArjawinangunPalimananLemahabangCiledug
7. Kab Majalengka
Kadipaten Majalengka Kertajati, JatiwangiRajagaluh, CikijingTalaga
Sumber : RTRWP Jabar 2029
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 4
LAPORAN AKHIR ==========================================================
Terkait dengan rencana kawasan strategis koridor Bandung - Cirebon, fungsi PKN
yang diindikasi akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan ruas kawasan
koridor sepanjang jalan tersebut adalah PKN Metropolitan Bandung dan PKN
Metropolitan Cirebon. Sementara untuk fungsi PKL yang akan sangat berpengaruh
adalah PKL Sumedang dan PKW Majalengka.
B. Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah
Program-program pengembangan infrastruktur wilayah Jawa Barat yang masuk
dalam wilayah perencanaan tata ruang strategis koridor Bandung Cirebon meliputi :
Pembangunan Jembatan Timbang untuk mengurangi tingkat kerusakan jalan, pada
beberapa ruas jalan yang telah rusak kondisinya serta memiliki pembebanan jalan
yang tinggi pada jalur Cirebon-Kadipaten, Cirebon-Kuningan;
Peningkatan fasilitas dan prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada jaringan
jalan arteri dan kolektor primer serta pada ruas-ruas jalan strategis di perbatasan;
Pembangunan Bandar Udara Pusat Penyebaran Primer Kertajati di Kabupaten
Majalengka sebagai bagian dari prasarana penunjang fungsi pelayanan PKN
Metropolitan Bandung dan Cirebon;
C. Rencana Pengembangan Wilayah
Wilayah pengembangan yang mempengaruhi rencana tata ruang kawasan
strategis koridor Bandung - Cirebon adalah Ciayumajakuning. Wilayah pengembangan
Ciayumajakuning meliputi Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten
Majalengka, Kabupaten Indramayu dan Kota Cirebon.
Rencana pengembangan infrastruktur strategis:
Bandar udara internasional Kertajati
Pelabuhan Arjuna-Cirebon
Rencana pengembangan infrastruktur wilayah di WP Ciayumajakuning yang terkait
dengan penyusunan tata ruang kawasan strategis ini, meliputi:
a. Rencana pengembangan infrastruktur jalan, meliputi:
Pembangunan jalan tol Kanci - Pejagaan, Kota Cirebon
Pembangunan jalan lingkar Kadipaten di Kabupaten Majalengka
Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis.
b. Rencana pengembangan infrastruktur perhubungan meliputi :
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 5
LAPORAN AKHIR ==========================================================
Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di
Kabupaten Majalengka
Optimalisasi fungsi Bandar Udara Cakrabuana di Cirebon
Pembangunan jembatan timbang Cirebon-Kadipaten, Cirebon-Kuningan
dan Majalengka-Indramayu
Penyediaan terminal Tipe A di Cirebon
Peningkatan kapasitas dan fungsi Pelabuhan Cirebon
Pengembangan sistem transportasi terpadu di PKNp Metropolitan
Cirebon
Peningkatan fasilitas dan prasarana lalu lintas angkutan jalan.
c. Rencana pengembangan infrastruktur sumberdaya air meliputi:
Pembangunan Waduk Cipasang, Kadumanik, Cipanas, dan Cipanas Saat
(Kabupaten Sumedang).
Revitalisasi dan optimalisasi fungsi waduk, situ dan embung
Pengembangan infrastruktur pengendali banjir
Pembangunan Daerah Irigasi (DI) Rengrang (Kabupaten Sumedang)
Peningkatan kondisi jaringan irigasi.
d. Rencana pengembangan infrastruktur energi, meliputi :
Pengembangan PLTA Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang
Pengembangan PLTU di Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon
Pengembangan Sumber Energi Panas Bumi di Tampomas (Kabupaten
Sumedang)
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 6
Gambar 2.1Peta Rencana Struktur Ruang Propinsi Jawa Barat
II - 7
LAPORAN AKHIR ==========================================================
2.2.2 Arahan Pola Tata Ruang
Arahan pola tata ruang wilayah Provinsi Jawa Barat terumuskan dalam rencana
pengembangan kawasan lindung dan rencana pengembangan kawasan budidaya
terutama bagi lahan sawah.
A. Rencana Pengembangan Kawasan Lindung
Pengembangan kawasan lindung bertujuan untuk mewujudkan kelestarian fungsi
lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan dan menjaga
keseimbangan ekosistem antar wilayah guna mendukung proses pembangunan
berkelanjutan di Jawa Barat. Adapun rencana pengembangannya adalah :
menetapkan kawasan lindung sebesar 45 % dari luas seluruh wilayah
Jawa Barat yang meliputi kawasan yang berfungsi lindung di dalam kawasan
hutan dan diluar kawasan hutan.
Mempertahankan kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang
berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumber daya air
Mengendalikan pemanfaatan ruang di luar kawasan hutan sehingga
tetap berfungsi lindung
B. Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya
Pengembangan kawasan budidaya lahan sawah bertujuan menjamin ketersediaan
produksi beras untuk swasembada beras Jawa Barat. Rencana pengembangannya
adalah :
Mempertahankan fungsi lahan di kawasan pertanian lahan basah,
terutama lahan sawah beririgasi teknis
Meningkatkan produktivitas lahan sawah melalui upaya intensifikasi
Mengembangkan infrastruktur sumberdaya air untuk menjamin
ketersediaan air dan jaringan irigasi
Sedangkan sasaran pengembangannya adalah :
Tidak adanya alih fungsi lahan sawah
Meningkatnya produktivitas lahan sawah
Terjaminnya ketersediaan air dan jaringan irigasi
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 8
LAPORAN AKHIR ==========================================================
Gambar 2.2Peta Rencana Pola Tata Ruang Provinsi Jawa Barat
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 9
LAPORAN AKHIR ==========================================================
2.2.3 Penetapan Kawasan Strategis Provinsi Jawa Barat berdasarakan Draft RTRW
Provinsi Jabar 2029
Berdasarkan analisis wilayah dan kebijakan yang berlaku maka selain kawasan
strategis yang telah ditetapkan dalam RTRWN, terdapat Kawasan Strategis Provinsi Jawa
Barat. Penetapan kawasan strategis Bandung-Cirebon dalam Provinsi Jawa Barat adalah
sebagai berikut :
Tabel II.3Penetapan Kawasan Strategis Provinsi
No Kepentingan Kawasan Strategis Provinsi
Kriteria Isu Penanganan
1 Ekonomi Koridor Bandung-
Cirebon
Kawasan yang diprioritaskan
menjadi kawasan yang dapat
mendorong perekonomian Jawa
Barat
Mengembangkan kawasan agroindustri
Memanfaatkan hasil pertanian sebagai
bahan olahan industri yang
dikembangkan
Sumber : Draft RTRW Prop Jabar 2029.
2.3 Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-Cirebon
Kawasan Strategis Bandung-CIrebon terdiri atas Kota Bsndung, Kabupaten
Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Cirebon dan Kota
Cirebon. Masing-masing Kabupaten/Kota memiliki ciri dan kebijakan sendiri untuk
pengembangan daerahnya yang tertuang kedalam masing-masing rencana tata ruang
Kota/Kabupaten.
Tabel II.4Kawasan Koridor Bandung-Cirebon dalam Sistem dan Fungsi Kota
NO KAB/KOTA HIRARKI PKN PKNP PKW PKWp PKL PKL PERDESAAN1 Kota Bandung Hirarki I
Kawasan Perkotaan Bandung
Raya
2 Kab Bandung Hirarki IIa Soreang
Ciwidey, Banjaran, Majalaya, Ciparay, Cicalengka, Rancaekek, Cilengkrang
3Kab
Sumedang Hirarki II a SumedangTanjungsari, WadoTomo, Conggeang
4 Kota Cirebon Hirarki II a
Cirebon
5 Kab Cirebon Hirarki II a Sumber
Arjawinangun,Palimanan, Lemahabang,
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 10
LAPORAN AKHIR ==========================================================
NO KAB/KOTA HIRARKI PKN PKNP PKW PKWp PKL PKL PERDESAANCiledug
6Kab
Majalengka Hirarki II a Kadipaten Majalengka
Kertajati, JatiwangiRajagaluh, CikijingTalaga
Sumber : Hasil Pengolahan 2009
1. Kota Bandung
Kota Bandung yang masuk kedalam perencanaan adalah kecamatan Cibiru. Kota
bandung cenderung memiliki perkembangan yang cepat dan dapat menarik minat
investasi Dn berfungsi sebagai pusat pelayanan jasa dan produksi yang didukung oleh
tingkat ketersediaan prasarana dan sarana lingkungan permukiman yang memadai serta
memberikan manfaat.
A. Kawasan Budidaya
Kawasan Budidaya di wilayah Metropolitan Bandung terdiri dari :
Tabel II.5Daya Dukung Lahan Kota Bandung terhadap Budidaya Pertanian
Kabupaten/Kota
Luas Kawasan (Ha)Kawasan Pertanian
Lahan Basah
Kaw. Pertanian Lahan Kering Kawasan
Hutan Produksi
Total
T-Semusim T-TahunanKota Bandung 81.83 299.98 344.17 0 725.98
Sumber : RTRW Metropolitan Bandung, 2029
- Kawasan Budidaya Non-Pertanian / Perkotaan
Dalam konteks pengembangan wilayah Metropolitan Bandung, kawasan
budidaya non-pertanian atau kawasan perkotaan. Di dalamnya termasuk
permukiman dan industri.
Tabel II.6Daya Dukung Lahan Metropolitan Bandung terhadap Kawasan Perkotaan
Kota/KecamatanDaya Dukung
Kawasan Perkotaan (Ha) Luas TotalPersentas
e Kota Bandung 15053.89 15779.87 95.40%
Sumber : RTRW Metropolitan Bandung, 2029
B. Rencana Pengembangan Infrastruktur
1. Penataan angkutan umum
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 11
LAPORAN AKHIR ==========================================================
Untuk mengatasi permasalahan pergerakan yang disebabkan oleh angkutan
umum, maka diperlukan penataan angkutan umum dan pengembangan terminal.
2. Pengembangan sistem angkutan massal
Peningkatan jalur kereta api yang diusulkan untuk jangka menengah adalah
jalan rel tunggal Rancaekek-Jatinangor (4,5 km) dan jalan rel kedua Kiaracondong-
Cicalengka (16,5 km).
2. Kabupaten Bandung
Secara konseptual struktur tata ruang Kabupaten Bandung merupakan pola
polisentrik (polisentrik Urban Region), dengan dua pusat utama. Wilayah Pengembangan
(WP) di Kabupaten Bandung yang mempengaruhi rencana tata ruang koridor Bandung-
Cirebon meliputi WP Cileunyi-Rancaekek dengan pusat kota Cileunyi meliputi
Kecamatan Cileunyi, dan Rancaekek
A. Kawasan Lindung
Kawasan lindung di Kabupaten Bandung meliputi lahan seluas ± 46.171,71 ha
(6,20 %). Kawasan hutan lindung di Kabupaten Bandung yang masuk wilayah
perencanaan Koridor berada di Kecamatan Cileunyi.
B. Kawasan Budidaya
- Kawasan Budidaya Pertanian
Pemanfaatan lahan untuk pertanian dikelompokan pada peruntukan pertanian
lahan basah (padi sawah) dan pertanian lahan kering (tanaman pangan lahan
kering, tanaman tahunan, perkebunan, dan hutan produksi).
- Kawasan Budidaya Perkotaan
1. Kawasan Permukiman
Rencana pengembangan permukiman di Kab. Bandung hingga tahun 2026 seluas
± 31.029,59 ha ( 17,61 %) dari total luas wilayah Kab. Bandung.
2. Kawasan Perdagangan dan Jasa
Kawasan perdagangan/jasa yang memiliki fungsi untuk melayani kecamatan lain,
yaitu Kecamatan Soreang, Banjaran, Majalaya, dan Cileunyi. Luas kawasan ini di
Kab. Bandung ± 2.251,22 Ha.
3. Kawasan Peruntukan Industri
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 12
LAPORAN AKHIR ==========================================================
Kawasan peruntukan industri lama yang telah berkembang yang masuk wilayah
perencanaan koridor Bandung Cirebon adalah terletak di Kecamatan Cileunyi.
Rencana luas kawasan Industri di Kab. Bandung adalah seluas ± 5.43,03 Ha.
C. Rencana Pengembangan Infrastruktur
- Penataan angkutan umum
Penataan angkutan umum yang akan dilakukan untuk Angkutan Kota Antar
Provinsi (AKAP), Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP), angkutan kota dan angkutan
perdesaan. Stasiun Rancaekek-Bojongmalati
- Pengembangan sistem angkutan massal
Peningkatan jalur kereta api yang diusulkan untuk jangka menengah adalah
jalan rel tunggal Rancaekek-Jatinangor (4,5 km) dan jalan rel kedua Kiaracondong-
Cicalengka (16,5 km).
- Pengembangan Terminal
Pembangunan terminal tipe A di Cileunyi
3. Kabupaten Sumedang
WP yang masuk kedalam koridor perencanaan adalah :
1. WP Tanjungsari, terdiri dari Kecamatan Tanjungsari, Jatinangor, Rancakalong,
Pamulihan, Sukasari dan Cimanggung dengan pusatnya di Tanjungsari.
2. WP Sumedang Kota, terdiri dari Sumedang Utara, Sumedang Selatan, Cimalaka ,
Cisarua, Paseh dan Ganeas dengan pusatnya di Kota Sumedang.
3. WP Tomo, terdiri dari Kecamatan Tomo, Jatigede dan Ujungjaya.
A. Kawasan Lindung
1. Hutan lindung : seluruh wilayah kecamatan memiliki kawasan yang diidentifikasi
sebagai hutan lindung, kecuali Kecamatan Paseh.
2. Hutan suaka : terdapat di Sumedang Selatan, Cimalaka, dan Kecamatan Jatigede.
3. Kawasan konservasi : Hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Sumedang memiliki
kawasan konservasi, kecuali di Kecamatan Tomo dan Ujungjaya.
B. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya yang direncanakan adalah kegiatan budidaya pertanian,
terdiri dari pertanian lahan basah, pertaniaan lahan kering, tanaman tahunan/
perkebunan serta kegiatan budidaya non pertanian, terdiri dari pemukiman, industri,
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 13
LAPORAN AKHIR ==========================================================
bendungan jatigede, pendidikan tinggi, pariwisata, pertambangan / bahan galian,
tempat pemakaman bukan umum dan kawasan pemerintahan.
C. Rencana Pengembangan Infrastruktur
- Rencana Waduk Jatigede
Wilayah perencanaan : Bagian wilayah kecamatan Darmaraja, Wado dan Jatigede
Konsep Rencana/ Arahan Pengembangan :
Luas genangan 5000-8000 hektar, Luas kawasan 14.922,50 hektar
Pembangunan waduk yang akan berdampak adanya perluasan daerah irigasi
baik untuk Kabupaten Sumedang maupun kabupaten sekitarnya.
- Rencana Jalan Tol Cisumdawu
Wilayah Perencanaan / Trase Rencana : Kabupaten Sumedang dengan tahap I ruas
jalan Cileunyi- Sumedang dan tahap II Sumedang- Dawuan
- Rencana Tata Ruang Kawasan Andalan Perguruan Tinggi Jatinangor
Wilayah perencanaan : Kecamatan Jatinangor 8 desa
Konsep rencana/ Arahan Pengembangan:
Meningkatkan akses dari dan ke luar Jatinangor
Menghindari arus regional masuk bagian kawasan Perguruan Tinggi untuk
mendukung kawasan yang lebih terintegrasi
Aktivitas yang ada diselaraskan dengan fungsi perguruan tinggi
- Terminal
Terminal tipe B : terminal Wado, Tanjungsari, Rancakalong, Tomo
4. Kabupaten Majalengka
1. Wilayah Pengembangan Utara (WP Utara), fungsi utama pengembangan Kawasan
BIJB, Kawasan Komersial (Perdagangan dan Jasa), Industri dan Pengembangan
Perumahan. Kecamatan Kadipaten, Dawuan, Jatiwangi, dan Sumberjaya, dengan
pusatnya di Kecamatan Kadipaten.
2. Wilayah Pengembangan Tengah (WP Tengah), fungsi utama Kawasan Pemerintahan,
Pendidikan, Jasa, Pelayanan Sosial Dan Pengembangan Perumahan. Meliputi
Kecamatan Leuwimunding, Palasah.
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 14
LAPORAN AKHIR ==========================================================
A. Rencana Pemanfaatan Lahan Kawasan Lindung
Proporsi kawasan lindung di Kabupaten Majalengka 40,76% dari total Kabupaten
Majalengka. Kawasan Lindung dengan luas 3.087,53 Ha (2,57% dari total luas wilayah
Kabupaten Majalengka). Sempadan sungai 1.074.90 Ha (0,89% dari total luas wilayah
Kabupaten Majalengka) yang hampir tersebar diseluruh kecamatan, kecuali Dawuan,
Jatitujuh, Jatiwangi dan Ligung, Kawasan Rawan Bencana gunung berapi tersebar di
sekitar kaki Gunung Ciremai dengan luasan lahan yang perlu ditetapkan 996,70 Ha
(0,83% dari total luas wilayah Kabupaten Majalengka
B. Rencana Pemanfaatan Lahan Kawasan Budidaya
Rencana pengembangan hutan produksi tersebar hampir diseluruh kecamatan kecuali
Jatiwangi, Kadipaten dan Ligung. Namun untuk hutan produksi yang tidak diberi fungsi
lindung dikembangkan di Wilayah Utara, yaitu antara lain Kecamatan Dawuan, Jatitujuh,
Kertajati dan Sumberjaya.
Kawasan Pertanian
Adapun luas kawasan pertanian yang perlu ditetapkan adalah 46.619,69 Ha
(38,71%).
Kawasan Pertambangan & Galian
Luas Kawasan Pertambangan & Galian di Kabupaten Majalengka, yang perlu
ditetapkan adalah 1.959,66 Ha (1,63% dari total luas wilayah Kabupaten Majalengka)
yang tersebar di seluruh kecamatan, kecuali di Kecamatan Sumberjaya, Palasah,
Sindangwangi, Cikijing, Cingambul, dan Lemahsugih.
Peruntukkan Industri
Pembangunan Kawasan Industri yang melingkupi tiga kecamatan, yaitu Kertajati,
Dawuan dan Kadipaten, dengan luas 3.200 Ha. Pembangunan industri pengolahan di
luar Kawasan Industri di diseluruh kecamatan dengan luas 925,42 Ha (0,77 % dari
total luas wilayah Kabupaten Majalengka).
Kawasan Permukiman Perkotaan dan Perdesaan
Adapun luas kawasan permukiman yang perlu ditetapkan di Kabupaten Majalengka
9.650,00 Ha (8,01% dari total luas wilayah Kabupaten Majalengka).
C. Rencana Pengembangan Infrastruktur
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 15
LAPORAN AKHIR ==========================================================
Penetapan lokasi kawasan Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajati, dengan luas
lahan 1.800 Ha (1,49% dari total luas wilayah Kabupaten Majalengka) dan kawasan
pengembangannya seluas 3.200 Ha (2,66 % dari total luas wilayah Kabupaten
Majalengka).
5 Kabupaten Cirebon
Penentuan fungsi kota ini didasari oleh kelengkapan fasilitas pusat pelayanan
yang akan dikembangkan pada tiap-tiap kota. Dengan demikian, untuk kota yang
berorde tinggi dengan kota yang berorde lebih rendah (misal kota orde I dengan kota
orde II atau kota orde II dengan kota orde III, dan seterusnya) dapat mempunyai fungsi
pelayanan yang sama tetapi skala atau jenjang pelayanannya akan berbeda
A. Rencana Kawasan Berfungsi Lindung
Kawasan Konservasi berada di Kecamatan Palimanan, Ciwaringin, dan Lemahabang.
Lahan Kritis terdapat di Kecamatan Ciwaringin, Gempol, Palimanan.
Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya terdapat di Kecamatan Gempol.
Sempadan Sungai meliputi sungai DAS Cisanggarung dan Cimanuk yang meliputi 18
sungai dan anak sungai tersebar di wilayah Kabupaten Cirebon.
Sekitar Mata Air terdapat di Kecamatan Gempol, Palimanan.
B. Pengembangan Kawasan Budidaya
- Pengembangan Budidaya Pertanian meliputi:
Pengembangunan Kawasan Hijau diluar kawasan lindung hingga 30% (29,711Ha)
untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup dan ketersediaan cadangan cadangan air
tanah, melalui program:
- Mengembangkan Kawasan Budidaya Non Pertanian meliputi:
Pengembangan Kawasan tertentu berupa kawasan strategis dan kawasan
andalan dalam rangka mewujudkan peningkatan perekonomian wilayah. Daerah
perkotaan meliputi simpul pusat pelayanan pada ibu kota kecamatan meliputi 10 kota
strategis yaitu Kota Gegesik, Arjawinangun, Palimanan, Klangenan, Weru, Sumber,
Lemahabang, Ciledug, Astanajapura dan Losari.
C. Rencana Pengembangan Infrastruktur
Pengembangan sitem jaringan yang termasuk kedalam penyusunan rencana tata ruang
strategis koridor Bandung-Cirebon adalah :
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 16
LAPORAN AKHIR ==========================================================
a. Jalan Propinsi Sumber - Dukupuntang menuju Majalengka
b. Jalan Kabupaten Sumber - Cirebon Selatan menuju Kota Cirebon
c. Jalan Tol
Pengembangan Jalan Kolektor sebagai penghubung antar kota strategis yang termasuk
dalam penyusunan rencana strategis ini adalah ;
a. Jalan penghubung Sumber-Weru
b. Jalan penghubung Sumber-Palimanan
c. Jalan penghubung Palimanan-Klangenan
d. Jalan penghubung Klangenan-Gegesik
6. Kota Cirebon
Secara fungsional, Wilayah Kota Cirebon ditetapkan menjadi 4 (empat) Bagian
Wilayah Kota (BWK),
BWK I Zone Pesisir dan Kelautan, seluas ± 346 ha
BWK II Zone Perdagangan dan Jasa, seluas ± 1.343 ha
BWK III Zone Permukiman, seluas ± 1.716 ha
BWK IV Zone Pertanian, Konservasi Terbatas, dan Hankam, seluas ± 405 ha
A. Kawasan Lindung
Kawasan perlindungan setempat (kawasan sempadan pantai dan sempadan sungai)
Kawasan sekitar mata air (Cicambai)
Kawasan rawan bencana alam / gerakan tanah / tanah longsor (eks penambangan
Galian C di Kelurahan Argasunya)
Kawasan cagar budaya (kraton-kraton dan peninggalan bersejarah lainnya)
B. Kawasan Budidaya
Pengembangan kegiatan usaha ekonomi, khususnya yang berkaitan langsung
dengan pengembangan Pelabuhan Cirebon, Pelabuhan Perikanan Nusantara
Kejawanan dan TPI.
Pengembangan kegiatan perumahan dan fasilitas pendukungnya secara intensif,
perdagangan dan jasa skala lokal - regional guna memacu pertumbuhan dan
perkembangan daerah pinggiran di BWK III.
Pengembangan kegiatan pertanian, pengelolaan konservasi terbatas, dan hankan di
BWK IV.
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 17
LAPORAN AKHIR ==========================================================
C. Pengembangan Infrastruktur
Peningkatan aksesibilitas kawasan terisolir, kawasan potensial tumbuh dan
berkembang cepat, serta kawasan yang memiliki potensi akses dengan wilayah
Kabupaten Cirebon
Penanganan / penanggulangan kemacetan lalu-lintas pada simpul-simpul dan
kawasan yang rawan konflik kepentingan antara pengguna jalan dengan elemen
lainnya
Peningkatan kapasitas pelayanan simpul-simpul pergerakan ekonomi kota dan atau
pembangunan simpul pergerakan baru untuk mendukung akselerasi pertumbuhan
dan perkembangan sektor perdagangan dan jasa
7. Kedudukan dan Keterkaitan Kawasan Koridor Bandung Cirebon dalam Perwilayahan Jawa Barat
Dalam konteks pekerjaan ini adalah menyusun rencana tata ruang (RTR),
sehingga dalam pendekatannya diperlukan pendekatan yang komprehensif
(comprehensif planning) yaitu memerlukan kajian berbagai aspek terkait seperti aspek
kebijakan, aspek fisik, aspek sosial kependudukan, aspek perekonomian, aspek
transportasi, aspek sarana dan prasarana, serta aspek pembiayaan dan kelembagaan
sebagai bahan pertimbangan dalam perumusan rencana tata ruang di Kawasan Koridor
Bandung - Cirebon.
Tabel II.7Kawasan Koridor Bandung-Cirebon dalam Sistem Perwilayahan Yang Lebih Luas
KABUPATEN KECAMATAN Indikasi Koridor Perekonomian Kawasan Andalan
Sistem dan Fungsi Kota Sektor Unggulan
KOTA BANDUNG CIBIRU Koridor Bandung
Industri
Kawasan Perkotaan Metro Bandung
PKN Bandung Industri, agribisnis, pariwisata
KAB. BANDUNG CILEUNYI
KAB. SUMEDANG
TOMO
Koridor Sumedang
Industri, Pendidikan dan Agribisnis
PASEH
JATINANGOR
SUMEDANG UTARA
SUMEDANG SELATAN
CIMALAKA
PAMULIHAN
TANJUNGSARI
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 18
LAPORAN AKHIR ==========================================================
KABUPATEN KECAMATAN Indikasi Koridor Perekonomian Kawasan Andalan
Sistem dan Fungsi Kota Sektor Unggulan
KAB. MAJALENGKA
SUMBERJAYA
Koridor Majalengka
Agribisnis, agroindustri dan pertambangan.
Cirebon-Indramayu-Majalengka-
Kuningan (Ciayumajakuning)
PKW Majalengka
Agribisnis, agroindustri, perikanan dan pertambangan.
DAWUAN
PALASAH
JATIWANGI
LEUWIMUNDING
KADIPATEN
KAB. CIREBON
KLANGENAN
Koridor Cirebon
Agribisnis, agroindustri, perikanan dan pertambangan.
PKN Cirebon
JAMBLANG
GUNUNGJATI
CIWARINGIN
PLERED
WERU
PALIMANAN
TENGAH TANI
GEMPOL
KEDAWUNG
DEPOK
KOTA CIREBON KEJAKSAN
Sumber : Hasil Pengolahan, 2009
Penetapan Kawasan strategis Koridor Bandung – Cirebon menjadi salah satu
kawasan strategis Jawa Barat menjadi penghubung pergerakan darat terutama antara
dua kutub utama pertumbuhan di wilayah Jawa Bagian Barat yaitu antara Bandung dan
Cirebon secara fungsional akan sangat mempengaruhi perkembangan fungsi dan
kegiatan kawasan-kawasan koridor yang dilintasi. Keberadaan jaringan jalan tersebut,
meskipun termasuk kedalam kategori jalan penghubung berdasar sifat dan fungsinya,
secara langsung akan mempengaruhi pola kegiatan (keruangan) yang akan berkembang
dikoridor terpengaruhnya terutama pada kawasan-kawasan yang memiliki
keterhubungan secara langsung. Dalam rencana tata ruang setiap Kabupaten dan Kota
yang dilalui koridor ini, beberapa fokus pengembangan pada wilayah ini adalah:
a. Kota Cirebon ditetapkan sebagai bagian dari PKN dengan melengkapi sarana dan
prasarana minimal PKN yang terintegrasi dengan wilayah pengaruhnya. Kota
Cirebon juga dijadikan simpul utama pelayanan jasa dan perdagangan, dan
industri untuk Jawa Barat bagian timur, serta kegiatan wisata budaya dan religi
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 19
LAPORAN AKHIR ==========================================================
b. Kabupaten Cirebon ditetapkan sebagai bagian dari PKN dengan melengkapi
sarana dan prasarana minimal yang terintegrasi, dan mengarahkan kegiatan
utama pada sektor industri, bisnis kelautan dan pertanian
c. Kadipaten di Kabupaten Majalengka ditetapkan sebagai PKW dengan
melengkapi sarana dan prasarana minimal yang terintegrasi
d. Kabupaten Majalengka diarahkan menjadi lokasi Bandara Internasional
Kertajati, pengembangan aerocity, daerah konservasi utama (TN Gunung
Ciremai), dengan kegiatan agrobisnis dan industri bahan bangunan
e. Kabupaten Sumedang ditetapkan sebagai PKL, dilengkapi dengan sarana dan
prasarana minimal, dengan kegiatan utama agrobisnis dan industri.
f. Kawasan Pendidikan Jatinangor, Kawasan yang diprioritaskan menjadi kawasan
yang dapat mendorong perekonomian Jawa Barat.
2.4 Potensi Kawasan
Daya dukung fisik kawasan dapat diindikasi sebagai salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi pola pengembangan dan pemanfaatan ruangnya. Beberapa karakteristik
fisik yang merupakan potensi bagi pengembangan kawasan koridor Bandung-Cirebon
adalah kondisi morfologi sebagian kawasan yang berada dalam wilayah dataran
merupakan kawasan potensial bagi pengembangan
kegiatan-kegiatan produktif baik pertanian maupun
non pertanian selain itu dari sisi geologi lingkungan
lainnya adalah berupa tingkat ketersediaan air tanah
yang memadai, keterdapatan sumberdaya mineral
yang menyebar disepanjang kawasan serta pola
sebaran batuan yang potensial mendukung
pemanfaatan bagi permukiman dan infrastruktur
perkotaan. Selain itu terdapatnya aliran-aliran
sungai sangat berpotensi bagi pengembangan
budidaya pertanian produktif terutama
dimanfaatkan sebagai saluran irigasi. Kawasan yang menjadi resapan air yang penting
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
Kondisi Fisik kawasan terbangun di. Kecamatan Cileunyi
II - 20
LAPORAN AKHIR ==========================================================
bagi keberlangsungan ketersediaan dan keseimbangan tata air adalah karena
terdapatnya kawasan sekitar gunung
2.4.1 Potensi Fisik Kawasan untuk pengembangan
Daya dukung fisik kawasan dapat diindikasi sebagai salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi pola pengembangan dan pemanfaatan ruangnya. Beberapa karakteristik
fisik yang merupakan potensi bagi pengembangan kawasan koridor Bandung-Cirebon
adalah kondisi morfologi sebagian kawasan yang berada dalam wilayah dataran
merupakan kawasan potensial bagi pengembangan kegiatan-kegiatan produktif baik
pertanian maupun non pertanian selain itu dari sisi geologi lingkungan lainnya adalah
berupa tingkat ketersediaan air tanah yang memadai, keterdapatan sumberdaya mineral
yang menyebar disepanjang kawasan serta pola sebaran batuan yang potensial
mendukung pemanfaatan bagi permukiman dan infrastruktur perkotaan. Selain itu
terdapatnya aliran-aliran sungai sangat berpotensi bagi pengembangan budidaya
pertanian produktif terutama dimanfaatkan sebagai saluran irigasi. Kawasan yang
menjadi resapan air yang penting bagi keberlangsungan ketersediaan dan keseimbangan
tata air adalah karena terdapatnya kawasan sekitar gunung dan sungai.
Kawasan koridor yang termasuk dalam zona sangat rendah atau tidak memiliki
potensi terjadi gerakan tanah adalah yang berada pada kemiringan 5-15 %. Hamir semua
kawasan memiliki zona gerakan tanah
rendah atau jarang terjadi gerakan
tanah kecuali pada kawasan-kawasan
berkemiringan 15-45% yang banyak
terdapat di Kabupaten Sumedang.
Zona gerakan tanah menengah
hampir tersebar dalam Koridor
Bandung-Cirebon, dibeberapa bagian
wilayah kecamatan yang ada
terutama apabila tingginya curah
hujan dan beralihnya fungsi lahan.
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
Kondisi Fisik Pertanian di Kecamatan Cimalaka,
II - 21
LAPORAN AKHIR ==========================================================
Bila dilihat berdasarkan zona keleluasan pembangunan, hampir seluruh
kecamatan di wilayah koridor memiliki lahan yang berada di kawasana zona leluasa dan
memiliki potensi untuk dikembangkan. Total luas lahan potensial untuk dikembangkan
adalah 14.330,81 Ha. Untuk lebih jelasnya luas lahan potential yang dapat
dikembangkan di masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel 2.8.
Tabel II.8Lahan dalam Zona Leluasa yang Belum dimanfaatkan pada Koridor
KORIDOR KECAMATAN KELELUASAAN PENGEMBANGANLUAS ZONA 1 (Ha) LUAS ZONA 2 (Ha)
BANDUNG CIBIRU 148.15 110.63CILEUNYI 246.43 126.73
SUMEDANG
TOMO 0.00 1,225.64PASEH 0.00 2,092.96JATINANGOR 176.51 471.55SUMEDANG UTARA 1,407.82 66.41SUMEDANG SELATAN 364.28 0.00
CIMALAKA 21.87 1,804.76PAMULIHAN 0.00 1,150.27TANJUNGSARI 165.25 604.39
MAJALENGKA SUMBERJAYA 0.00 1,300.96DAWUAN 161.55 127.20PALASAH 0.00 1,423.42JATIWANGI 0.00 347.45LEUWIMUNDING 0.00 1,383.12KADIPATEN 41.57 574.78
CIREBON
KLANGENAN 1,191.02 0.00JAMBLANG* 0.00 0.00GUNUNGJATI 219.23 0.00CIWARINGIN 46.40 611.02PLERED 334.20 0.00WERU 813.81 0.00PALIMANAN 446.12 24.47TENGAH TANI 200.50 0.00GEMPOL 182.84 75.79KEDAWUNG 112.99 0.00DEPOK 18.91 809.25KEJAKSAN 11.11 0.00
JUMLAH TOTAL 6,310.55 14,330.81Sumber: Hasil Pengolahan Konsultan 2009
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 22
LAPORAN AKHIR ==========================================================
Gambar 2.3
Lahan Potential yang dapat dikembangkan pada Kawasan Koridor Bandung-Cirebon
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 23
LAPORAN AKHIR ==========================================================
2.4.2 Potensi Kawasan dalam Bidang Ekonomi
Seperti dijelaskan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun
2029 yang menetapkan kawasan strategis Provinsi Jawa Barat, maka Koridor Bandung-
Cirebon adalah kawasan strategis yang diperuntukkan untuk pusat pertumbuhan
ekonomi. Keberadaan kawasan strategis yang berada di koridor Bandung-Cirebon akan
berdampak terhadap pemanfaatan ruang kawasan disekitarnya, antara lain
berkembangnya berbagai kegiatan pemanfaatan ruang seperti pembangunan
perumahan, perdagangan dan industri, serta persoalanpersoalan seperti : cepatnya alih
fungsi lahan, perubahan guna lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya,
menurunnya kualitas lingkungan, dan sebagainya, yang selanjutnya akan berdampak
juga kepada menurunnya fungsi dan kapasitas pelayanan jalan koridor Bandung-
Cirebon. Demikian juga hal terkait dengan pembangunan jalan Bandung-Cirebon yang
pada dasarnya dibangun berdasarkan kebutuhan untuk menyediakan jalur transportasi
yang menjadi penghubung antara Bandung dan Cirebon. Dengan adanya Jalan Bandung-
Cirebon, maka arus transportasi antar kedua kota tersebut akan melalui koridor ini. Hal
ini tentunya menjadi potensi tersendiri bagi ruas Bandung-Cirebon ini. Selain itu
pembukaan akses yang berupa simpang susun (interchange) sebanyak 22 buah
dibeberapa lokasi merupakan potensi ikutan bagi kemudahan pergerakan ke wilayah
yang lebih luas. Pada Tabel 3.2 dapat dilihat potensi yang ada pada masing-masing
kecamatan dalam koridor dilihat dari sector-sektor yang menjadi unggulan masing-
masing kecamatan
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
Kondisi Industri Rotan di Weru, Kabupaten Cirebon Kondisi Rumah Makan di Jatinangor, Kab. Sumedang
II - 24
LAPORAN AKHIR ==========================================================
Dari aspek sarana dan prasarana lain, dukungan potensi dari tingkat
ketersediaan yang ada masih berkategori rendah. Hal ini perlu didukung oleh bentuk-
bentuk pengembangan dan penyediaan guna lebih meningkatkan produktivitas serta
derajat kehidupan penduduk dalam kawasan dari berbagai jenis sarana kehidupan,
sarana pendidikan yang secara kuantitas telah ada dimasing-masing bagian wilayah
dalam kawasan baik berupa jenjang pendidikan mulai dari tingkat dasar, lanjutan
maupun pendidikan tinggi. Namun konsentrasi ketersediaan masih berada di kota-kota
utama kawasan. Dilihat dari tingkat pelayanan, ketersediaan sarana pendidikan dalam
kawasan masih sangat belum memadai jika diperbandingkan dengan standar kebutuhan
yang harus tersedia.
Tabel II.9Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan pada Koridor Bandung-Cirebon
KAB / KOTA KECAMATAN SEKTOR UNGGULAN KETERANGAN
KOTA BANDUNG
CIBIRU Jasa, Jasa penunjang angkutan Sektor jasa dan angkutan umum berkembang karena berada di perbatasan kota Bandung
KAB. BANDUNG CILEUNYI Industri pengolahan Produksi peternakan sebesar 64,153 ekor dan perikanan sebesar 20 tonPeternakan
Perikanan
KAB. SUMEDANG
TOMO Perkebunan Produksi perkebunan sebesar 3,972.59 ton dengan luas lahan sebesar 527 Ha terdiri dari perkebunan kelapa, cengkehkopi dan tembakau
PASEH Kehutanan& perburuan, Penggalian, Angkutan jalan raya
Produksi Perikanan sebesar 64,683 ton
Perikanan,
JATINANGOR Perdagangan, Jasa penunjang angkutan, Angkutan jalan raya
Jasa yang berkembang adalah jasa sektor pendidikan
SUMEDANG UTARA
Industri non migas, Angkutan jalan raya, Jasa
Sektor jasa dan perdagangan berkembang karena merupakan ibukota kabupaten
SUMEDANG SELATAN
Angkutan jalan raya, Jasa Produksi perkebunan sebesar 2,257.57 ton terdiri atas perkebunan kelapa, cengkeh, kopi dan tembakau dengan luas perkebunan 833 HaPerkebunan
CIMALAKA Peternakan, Produksi perikanan sebesar 504,102 ton dan peternakan sebesar 16,380 ekorPerikanan,
Penggalian, Industri non migas, Jasa
PASEH Perkebunan, Produksi perkebunan sebesar 1,561,56 ton, terdiri atas perkebunan kelapa, cengkeh, kopi dan tembakau dengan luas perkebunan seluas 779 Ha dan produksi peternakan sebesar 20,193 ekor
Peternakan,
Angkutan jalan raya, Jasa
TANJUNGSARI Perkebunan, Produksi perkebunan sebesar 21,754 ton, terdiri atas perkebunan kelapa, cengkeh, kopi dan tembakau dengan luas lahan sebesar 393 HaPerdagangan, Jasa
KAB. MAJALENGKA
SUMBERJAYA Industri non migas, Perdagangan, Jasa Industri yang berkembang adalah industri bahan mentah
DAWUAN Jasa, Perdagangan Kegiatan perdagangan dan jasa berkembang ke arah perdagangan hasil pertanian
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 25
LAPORAN AKHIR ==========================================================
KAB / KOTA KECAMATAN SEKTOR UNGGULAN KETERANGANPALASAH Jasa Jasa yang berkembang adalah Jasa perdagangan
JATIWANGI Industri non migas, Perdagangan, Jasa Industri yang berkembang adalah industri bahan mentah
LEUWIMUNDING Jasa Sektor jasa berkembang dan tanaman bahan pangan dengan produksi padi sawah dan ladang sebesar 3,141 ton dengan luas lahan sebesar 3,128 HaTanaman bahan makanan
KADIPATEN Angkutan jalan raya, Perdagangan, Jasa Sebagai pusat kabupaten sektor unggulan adalah perdagangan dan jasa
KAB. CIREBON KLANGENAN Perkebunan, Produksi perkebunan sebesar 273.46 ton dengan luas lahan perkebunan sebesar 157.22 Ha, produksi perikanan sebesar 4,206 ton dan peternakan sebesar 3,978 ekorPerikanan,
Peternakan,
Angkutan jalan raya, Angkutan jalan rel, Jasa
JAMBLANG Tanaman bahan makanan Produksi tanaman bahan makanan sebesar 15,826 ton dengan luas lahan sebesar 2.639 Ha
GUNUNGJATI Perkebunan Produski perkebunan sebesar 182.55 ton dengan luas lahan sebesar 223.23 Ha, produksi perikanan sebesar 244.3 ton dan produksi peternakan sebesar 30,977 ekorPerikanan
Peternakan
Jasa
CIWARINGIN Perkebunan, Produksi perkebunan sebesar 616.75 ton terdiri atas perkebunan kelapa dan tebu dengan luas lahan sebesar 229.25 Ha, produksi perikanan sebesar 4.09 tonPerikanan,
Perdagangan, Angkutan jalan raya, Jasa
PLERED Tanaman bahan makanan Produksi tanaman pangan yang terdiri atas padi sawah dan ladang sebesar 16.677 ton dengan luas lahan 1640 Ha
WERU Perikanan, Industri yang berkembang adalah industri bahan mentah
Angkutan jalan raya, Angkutan jalan rel, Jasa, Industri non migas
PALIMANAN Tanaman bahan makanan, Produksi tanaman pangan yang terdiri atas padi sawah dan ladang sebesar 34.954 ton dengan luas lahan 3,288 Ha
Industri non migas, Penggalian
TENGAH TANI Tanaman bahan makanan Produksi tanaman pangan yang terdiri atas padi sawah dan ladang sebesar 7.446 ton dengan luas lahan 1,544 Ha
GEMPOL Tanaman bahan makanan, Produksi tanaman pangan yang terdiri atas padi sawah dan ladang sebesar 17,908 ton dengan luas lahan 4,160 Ha
Industri non migas
KEDAWUNG Perkebunan, Produksi perkebunan sebesar 43,038 ton terdiri atas
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 26
LAPORAN AKHIR ==========================================================
KAB / KOTA KECAMATAN SEKTOR UNGGULAN KETERANGANperkebunan kelapa dan tebu dengan luas lahan 77.01 Ha Perdagangan, Jasa
DEPOK Perkebunan, Produksi perkebunan sebesar 202,32 ton terdiri atas perkebunan kelapa dan tebu dengan luas lahan 80.105 Ha
Perdagangan, Angkutan jalan raya, Jasa
KOTA CIREBON KEJAKSAN Perdagangan, Jasa Kejaksan sebagai bagian dari kota Cirebon sektor jasa dan perdagangan yang berkembang
Sumber : Hasil pengolahan konsultan 2009
Dari kondisi dan ketersediaan prasarana dasar lain terutama jaringan energi dan
telekomunikasi telah tersedia secara memadai bagi pelayanan dan pemenuhan
kebutuhan penduduk. Hal ini dapat dimanfaatkan secara positif bagi pengembangan
perikehidupan penduduk dalam segala kegiatan yang akan dikembangkan.
2.4.3 Potensi Kawasan dalam Bidang Budidaya Pertanian
Potensi budidaya pertanian
mengacu pada Kajian Kesesuaian Lahan.
Kesesuaian Lahan adalah tingkat kecocokan
dari sebidang lahan untuk penggunaan
tertentu sebagai hasil penafsiran terhadap
peta tanah.Faktor-faktor yang
mempengaruhi kesesuaian lahan terdiri dari
atas kedalaman lapisan tanah efektif,
tekstur, kelas drainase, permeabilitas
lapisan bawah, reaksi keasaman tanah, lereng, erodibilitas tanah, banjir, ketebalan
gambut dan zona agroklimat. Salah satu faktor di lokasi studi yang paling dominan
adalah lereng. Klasifikasi lereng ini digunakan sebagai faktor penting dalam tindakan
pengelolaan tanah untuk budidaya.
Makin miring permukaan tanah, makin besar tingkat erosinya, yang didukung
pula oleh curah hujan yang tinggi. Pada kondisi demikian pemilihan dan penggunaan
metode konservasi tanah sangat penting untuk mencegah/mengurangi erosi dan banjir.
Faktor lain adalah ketinggian tempat dari permukaan laut dipakai sebagai salah
satu penentu batas-batas wilayah kawasan budidaya, dan mempunyai kaitan yang kuat
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
Kondisi Pertaniani di , Kab. Sumedang
II - 27
LAPORAN AKHIR ==========================================================
dengan iklim (curah hujan dan suhu). Semakin tinggi suatu wilayah dari permukaan laut
semakin terbatas jenis tanaman budidaya. Pada ketinggian 0 – 500 m dpl sesuai untuk
jenis tanaman beriklim tropis, pada ketinggian antara 500 – 1.000 m dpl, sesuai untuk
tanaman beriklim sub tropis dan pada ketinggian diatas 1.000 m dpl hanya sesuai untuk
tanaman beriklim sedang (temperate).
Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kesesuaian lahan selain
merupakan potensi untuk
mengembangkan kawasan budidaya
pertanian, juga dapat menjadi faktor
pembatas yang merupakan permasalahan
pada aspek tersebut.
Untuk memperbaiki faktor pembatas yang
ada dapat diberikan input teknologi yang berbentuk :
Pencetakan sawah
Pembuatan saluran irigasi
Pembuatan saluran drainase
Perbaikan mekanis lapisan perakaran
Pemupukan
Penanaman searah kontur
Pembuatan terasering
Dengan berbagai usaha/masukan teknologi diatas diharapkan dapat
menanggulangi baik menghilangkan atau menurunkan tingkat faktor pembatas,
sehingga kelas kesesuaian lahan tersebut dapat diperbaiki.
Dengan berpedoman pada hasil peniulaian kesesuaian lahan tersebut berarti
dapat diketahui jenis faktor pembatas yang dapat diperbaiki dalam bentuk teknologi
yang diterapkan untuk melakukan perbaikan dan menghjilangkan faktor pembatas.
Untuk lahan0lahan yang memiliki kemiringan tanah 0 – 5 % sangat optimal untuk
tanaman padi, akan tetapi jika kemiringan > 14 % diperlukan tindakan konservasi
dengan membuat teras-teras. Selain itu tanah bersifat gembur atau remah dan
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
Kondisi Pertaniani di Dawuan, Kab. Majalengka
II - 28
LAPORAN AKHIR ==========================================================
mengandung bahan organik yang cukup tinggi atau minimum mengandung 4 % bahan
organik.
Faktor kelerengan atau kemiringan lahan di Koridor Bandung-Cirebon adalah
dominan. Untuk itu diperlukan teknik
konservasi kawasan dengan tanaman
penguat, misalnya jenis Gembalia dan
Alkbasia yang kayunya memiliki nilai
ekonomi yang cukup tinggi, selain itu
juga bagian bawahnya (tanaman
penutup tanah) dapat ditanami sejenis
tanaman kacang-cangan sejenis Clotaria
sp. Atau sejenis rumput gajah yang juga
dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, akan tetapi jenis rumput ini akan mati jika
kemarau panjang tetapi sistim perakarannya akjan tetap hidup sehingga disaat musim
hujan datang tanaman tersebut akan cepat tumbuh kembali.
Untuk pemanfaatan daerah/kawasan dengan kemiringan antara 5 – 40 % dapat
dilakukan teknik konservasi dengan teras kredit. Teras Kredit artinya teras yang
terbentuk secara bertahap karena tertahannya erosi tanah oleh guludan. Teras
semacam ini memotong lereng dan guludan, pada daerah ini sebaiknya ditanami secara
rapat dengan tanaman pagar dan atau rumput/legum penutup tanah. Tujuannya dibuat
teras kredit adalah untuk menangkap aliran air permukaan pada bidang areal serta
mengurangi erosi. Teras Bangku akan terbentuk dengan senirinya setelah 3 – 7 tahun.
Pembentukan teras bangu ditentukan oleh cara pengolahan tanah. Apabila pengolahan
tanah ditarik kebagian bawah lereng, maka pembentukan teras bangku akan lebih cepat.
Selain itu disepanjang Koridor Bandung-Cirebon dapat dikembangkan
Agroforestry (Wanatani). Wanatani ini merupakan salah satu bentuk sistem usaha tani
yang menggabungkan tanaman keras dengan jenis komoditas lain. Gabungan tersebut
sebaiknya mempunyai hubungan yang saling menguntungkan antara berbagai jenis
tanaman tersebut. Sampai sejauh ini di Indonesia dikenal berbagai macam tipe
Wanatani. Ada sistem wanatani tradisional (Indiginous Agroforestry) seperti hutan
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
Kondisi Kebun di Ciwaringin, Kabupaten Cirebon
II - 29
LAPORAN AKHIR ==========================================================
rakyat, kebun campuran dan pekarangan. Selain itu juga dikenal sistem pertanaman
Silvi Pastura (Alley Cropping) atau pertanaman lorong.
Beberapa model wanatani diantaranya adalah :
1. Talun Hutan Rakyat
Talun adalah lahan diluar areal permukiman yang ditumbuhi dengan tanaman hutan
dan tanaman tahunan lainnya, karena tumbuh sendiri secara spontan maka proporsi
dan jarak tanamnya sering tidak beraturan, sistem ini telah lama dikenal khususnya
di Jawa Barat.
2. Kebun Campuran
Kebun campuran mirip dengan talun, tetapi pada umumnya sengaja ditanam. Yang
ditanam adalah tanaman tahunan seperti petai, jengkol, aren, melinjo, buah-
buahan, kapuk dan kayu-kayuan. Adakalanya sebagian lahan ditanami dengan
tanaman pangan semusim. Kalau proporsi tanaman pangan semusim lebih besar
dari pada tanaman tahunan maka lahan tersebut menjadi tegalan.
3. Pertanaman Sela
Sistim pertanaman sela yaitu penanaman tanaman pangan semusim atau rumput
pakan ternak diantara tanaman tahunan. Penanaman diatur sedemikian rupa
sehingga tanaman tidak saling merugikan. Pada mulanya sistim ini diterapkan di
hutan jati, tetapi karena keberhasilannya kini sistim tersebut diterapkan juga
dihutan pinus, albazia dan lamtoro. Selain itu dapat ditambahkan juga tanaman
nenas dan cabe. Sistem ini bermanfaat ganda, selain menjaga kestabilan ekosistem,
juga mencegah kerusakan lahan dan meningkatkan penghasilan petani.
4. Silvi Pastura
Sistem Silvi Pastura sebenarnya merupakan bentuk lain dari tumpang sari tetapi
yang ditanam di sela-sela tanaman pakan ternak, seperti rumpur gajah, setaria dan
lain-lain. Ada beberapa bentuk Silvi Pastura yang dikenal di Indonesia, antara lain :
(1) tanaman pakan ternak di hutan tanaman industri, (2) tanaman pakan ternak di
hutan sekunder; (3) tanaman pohon-pohonan sebagai tanaman penghasil pakan dan
(4) tanaman pakan sebagai pagar hidup.
2.5 Masalah dan Tantangan Kawasan
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 30
LAPORAN AKHIR ==========================================================
Selain potensi-potensi tersebut, perkembangan jalan Bandung-Cirebon ini juga
berpotensi memunculkan permasalahan baru terutama adalah munculnya gangguan lalu
lintas. Dampak gangguan lalu lintas ini merupakan dampak turunan dari adanya
perubahan tata guna lahan terutama di sekitar titik pertemuan jalan Bandung-Cirebon
dan jalan lainnya dan Perkembangan Jalan tol yang ada di kawasan perencanaan.
Sumber dampaknya adalah bangkitan lalu lintas yang dihasilkan dari perubahan tata
guna lahan (terutama yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah) di sekitar
kawasan koridor Bandung-Cirebon dan sekitar lokasi jalan keluar Tol yang ada di
kawasan menuju jalan arteri. Menilik dari tingkat bangkitan lalu lintas yang dapat
terjadi, maka tingkat gangguan lalu lintas dengan v/c mencapai 0.85 di sekitar lokasi
tersebut, maka besaran dampaknya termasuk sedang. Sementara itu dilihat dari daerah
persebaran perubahan yang akan mencakup jalur lalu lntas utama Bandung dan Cirebon,
dan dampaknya dapat berlangsung menerus, maka sifat dan derajatnya dapat
dikategorikan negatif penting. Menurut mekanisme aliran dampaknya, dampak ini
merupakan dampak tidak langsung dari kegiatan perkembangan koridor Bandung-
Cirebon terhadap komponen sarana dan prasarana.
2.5.1 Masalah dan Tantangan Aspek Fisik Kawasan
Sedangkan pola permasalahan kawasan dari aspek fisik yang dapat diindikasi
diantaranya adalah berupa kebencanaan geologi seperti gempa bumi dan gerakan
tanah. Kawasan rentan kegempaan terutama dikarenakan terdapatnya sesar
Majalengka-Kuningan. Dari aspek gerakan tanah, kawasan koridor sepanjang Bandung-
Cirebon dapat dikategori menjadi 3 bagian yaitu kawasan yang merupakan zona gerakan
tanah sangat rendah, zona gerakan rendah, zona gerakan menengah dan zona gerakan
tinggi.
Zona gerakan tanah.tinggi terutama dalam wilayah Leuwimunding dan Cimalaka
pada kawasan-kawasan perbukitan bergelombang hingga terjal di kemiringan 15-45%.
Terkait khusus dengan lintasan jalannya, dengan adanya pembangunan ruas-ruas jalan
Bandung-Cirebon dan pembangunan jalan Tol Cisumdawu menyebabkan terjadinya
perubahan lingkungan fisik alami dilintasan terbangunnya, baik bentang maupun ekologi
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 31
LAPORAN AKHIR ==========================================================
alam yang ada sebelumnya. Dampak yang terindikasi adalah munculnya gangguan pola
aliran air permukaan. Hal ini merupakan dampak turunan dari adanya perubahan tata
guna lahan akibat pembangunan di sepanjang jalan koridor perencanaan tersebut.
Sumber dampaknya adalah berkurangnya daerah tangkapan air sehingga yang semula
air hujan dapat ditampung atau meresap, setelah adanya perubahan tata guna lahan
langsung berubah menjadi aliran air permukaan (run off). Dampak lanjutan yang ada
adalah potensinya bencana banjir akibat perubahan aliran air permukaan ini, terutama
pada daerah lembah. Terjadinya run off yang meningkat pada suatu wilayah dan tidak
memadainya sistem drainase yang ada, maka pada lokasi ini akan terjadi banjir
(genangan). Dampak lain adalah adanya perubahan kawasan lindung menjadi kawasan
budidaya.
Sementara itu permasalahan lain yang timbul akibat perkembangan kawasan
koridor Bandung-Cirebon dapat dilihat dari adanya pemanfaatan lahan yang berada di
zona kurang leluasa untuk pembangunan. Pemanfaatan yang tidak sesuai ini berada di
Kecamatan Paseh dan Cimalaka. Luas total yang telah dimanfatkan seluas 52,65 Ha,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.10.
Tabel II.10Luas Lahan dalam Zona kurang Leluasa yang telah dimanfaatkan dalam
Kawasan Koridor Bandung-Cirebon
KORIDOR KECAMATAN ZONA KELELUASAAN
LUAS (Ha)
SUMEDANG PASEH Zona 4 0.69CIMALAKA Zona 4 51.96
TOTAL LUAS 52.65Sumber: Hasil Pengolahan Konsultan 2009
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 32
LAPORAN AKHIR ==========================================================
Gambar 2.4
Lahan Kurang Leluasa yang Telah dikembangkan pada Kawasan Koridor Bandung-
Cirebon
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 33
LAPORAN AKHIR ==========================================================
2.5.2 Masalah dan Tantangan Kawasan dalam Bidang Ekonomi
Secara khusus terkait dengan
adanya pembangunan dan
pengoperasian jalan Bandung-Cirebon,
implikasi yang signifikan terkait
dengan tata ruang wilayah yang
dilintasinya adalah terjadinya alih
fungsi lahan yaitu berubahnya
pemanfaatan lahan menjadi ruas-ruas
jalan koridor tersebut dengan
berbagai bentukan teknisnya. Pola
perubahan tersebut sebagai akibat dari kemudahan aksesibilitas barang dan jasa antar
wilayah, sehingga kemungkinan besar dapat menarik kegiatan investasi (kawasan
industri dan perumahan). Perubahan tata guna lahan yang diperkirakan terjadi adalah
perubahan dari areal pertanian menjadi kawasan industri dan perumahan. Diperkirakan
di sepanjang koridor Bandung-Cirebon dapat terjadi kegiatan investasi rata-rata satu
kawasan industri dan satu komplek perumahan setiap periode 2 tahun. Kalau satu
kawasan industri luasnya rata-rata 100 hektar dan satu komplek perumahan rata-rata 25
hektar, maka perubahan tata guna lahan (terutama areal sawah dan tegalan menjadi
kawasan industri dan perumahan) sebesar 0.24% per tahun. Meskipun demikian, di satu
sisi terjadinya perkembangan kawasan terbangun (industri dan perumahan) dapat
dijadikan salah satu indikator pengukuran tingkat perkembangan suatu wilayah.
2.5.3 Masalah dan Tantangan Kawasan dalam Bidang Budidaya Pertanian
Secara umum bagi pengembangan wilayah dalam kawasan koridor Bandung-
Cirebon potensi ruang yang dimiliki adalah masih luasnya ketersediaan kawasan non
terbangun yang cenderung tidak produktif seperti masih luasnya lahan belukar/rumput
terutama didalam Koridor Majalengka. Sehingga potensi untuk diubah menjadi lahan
produktif masih sangat terbuka sekali. Dari sisi bagi peningkatan kegiatan ekonomi
produktif, luasnya lahan bagi persawahan (irigasi teknis dan tadah hujan) dan kebun
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
Kondisi Pasar Pasalaran di Plered, Kabupaten Cirebon
II - 34
LAPORAN AKHIR ==========================================================
membuka peluang untuk dimanfaatkan secara optimal bagi mendukung perekonomian
wilayah.
Sedangkan dari sisi
permasalahan yang muncul terkait pola
perkembangan pemanfaatan lahan
yang terjadi, berdasar temuan studi
adalah adanya kawasan-kawasan yang
tidak konsisten pemanfaatannya baik
berdasar kajian eksisting maupun
perbandingan terhadap arahan RTRW
wilayah bersangkutan. Terdapat
beberapa kawasan budidaya yang berkembang berada dalam kawasan lindung serta
pemanfaatan kawasan budidaya terbangun yang berada pada kawasan rentan bencana,
yaitu kawasan perumahan dan industri berlokasi pada kawasan rentan gerakan tanah.
Pola permukiman dalam kawasan koridor terbentuk secara sporadis dan menyebar.
Pemisahan jarak yang terjadi tersebut akan menjadi salah satu kendala bagi pemusatan
penyediaan sarana prasarana pendukung.
Sementara itu kawasan budidaya pertanian juga mengalami banyak perubahan
menjadi kawasan terbangun. Semua sawah pada wilayah kecamatan yang ada di
kawasan koridor memiliki perubahan dari lahan peruntukan sawah pada tahun 2004
menjadi lahan peruntukkan permukiman. Masalah utama adalah perubahan sawah
irigasi yang produktif menjadi lahan permukiman. Sementara untuk perubahan lahan
sawah tadah hujan menjadi permukiman dapat dikatakan adalah perubahan yang
produktif. Total sawah irigasi yang berubah menjadi lahan permukiman di kawasan
koridor perencanaan adalah 3.319,45 Ha.
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
Kondisi Kebun di Klangenan, Kab. Cirebon
II - 35
LAPORAN AKHIR ==========================================================
Table II.11Perubahan Lahan Sawah menjadi lahan Terbangun di Kawasan Koridor
Nama Koridor Nama KecamatanPeruntukan Lahan
2004Peruntukan Lahan
2008KETERANGAN
LUAS (Ha)
BANDUNGCibiru Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 16.25
Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 50.15Cileunyi Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 468.06
Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 136.89
SUMEDANG
TOMO Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 19.86Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 5.96
PASEH Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 0.06Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 9.77
JATINANGOR Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 420.55Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 27.09
SUMEDANG UTARA
Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 34.21Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 212.62
SUMEDANG SELATAN
Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 28.85Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 18.64
CIMALAKA Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 43.11Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 17.29
PAMULIHAN Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 0.53Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.82
TANJUNGSARI Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 104.27Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 103.20
MAJALENGKA
SUMBERJAYA Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 139.30Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.00
DAWUAN Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 65.78Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.00
PALASAH Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 145.21Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.00
JATIWANGI Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 166.83Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.00
LEUWIMUNDING Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 82.19Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 28.14
KADIPATEN Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 171.55Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.00
CIREBON
KLANGENAN Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 242.08Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.00
JAMBLANG* Sawah Irigasi Permukiman PermasalahanSawah Tadah Hujan Permukiman Produktif
GUNUNGJATI Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 96.89Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.00
CIWARINGIN Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 192.98Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 11.15
PLERED Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 256.97Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.00
WERU Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 210.60Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.00
PALIMANAN Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 168.90Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.98Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 23.38
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 36
LAPORAN AKHIR ==========================================================
Nama Koridor Nama KecamatanPeruntukan Lahan
2004Peruntukan Lahan
2008KETERANGAN
LUAS (Ha)
TENGAH TANI Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.00GEMPOL Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 42.43
Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 4.49KEDAWUNG Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 56.03
Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.00DEPOK Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 117.95
Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 61.70KEJAKSAN Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 4.61
Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.00Sumber: Hasil Pengolahan 2009
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 37
LAPORAN AKHIR ==========================================================
Gambar 2.6
Lahan Sawah Irigasi yang Berubah Menjadi Lahan Permukiman
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 38
LAPORAN AKHIR ==========================================================
2.6 Isu Pengembangan Kawasan
Dalam perkembangannya Koridor Bandung-Cirebon mengalami pertumbuhan
yang pesat seiring dengan into juga timbul isu-isu perkembangan yang menjadi potensi
dan permasalahan dalam kawasan. Berdasarkan hasil observasi dan analisa pada table
3.5 dapat dilihat isu-isu utama yang ada dalam perkembangan koridor.
Tabel II.12Potensi dan Masalah Pada Koridor Bandung-Cirebon
Isu Pengembangan Kawasan
Potensi Masalah
Fisik, land use dan daya dukung lahan/ daya tampung lingkungan
Banyaknya Lahan yang berada di zona leluasa namun belum produktif
Adanya Lahan terbangun yang berada pada zona kurang leluasa
Masih banyaknya sawah tadah hujan yang dapat dikembangkan menjadi lebih produktif terkait dengan pembangunan waduk Jatigede
Adanya sawah irigasi yang berubah menjadi permukiman
Sosial dan Budaya Pertumbuhan Penduduk yang pesat yang dapat dimanfaatkan sebagai sumberdaya manusia bagi pengembangan kawasan
Kurangnya fasilitas pendidikan untuk menguatkan sumber daya manusia
Ekonomi dan kegiatan perekonomian kaw
Pertumbuhan kawasan yang relatif cepat terutama pada koridor Bandung dan koridor Cirebon
Fasilitas Sosial dan ekonomi belum memadai untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
Mulai tumbuhnya kawasan-kawasan industri baru di Koridor Cirebon dan Majalengka
Tidak meratanya keberadaan fasilitas sosial dan ekonomi di kawasan koridor
Infrastruktur Wilayah
Pertumbuhan arus pergerakan yang tinggi menandakan kawasan ini sangat penting sebagai penghubung dua PKN (Bandung Raya dan Cirebon)
Tingkat Pelayanan jalan di beberapa titik sudah tidak memadai
Sumber: Hasil Analisa Konsultan, 2009
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 39
LAPORAN AKHIR ==========================================================
Potensi dan masalah yang dijabarkan pada table diatas akan dikaji lebih lanjut dalam
penyusunan rencana tata ruang kawasan dimana potensi yang ada akan dioptimalkan
dan masalah yang asa akan dihilangkan atau direduksi untuk pertumbuhan kawasan
yang lebih optimal bagi kawasan.
Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)
II - 40