bab 2 tinjauan kebijakan dan profil kawasan strategis koridor bandung-cirebon

54
LAPORAN AKHIR ======================================================= === BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN erkait dengan penyusunan Rencana Tata Rauang Kawasan Strategis Koridor Bandung – Cirebon maka dalam bab ini akan diuraikan kebijakan-kebijakan pembangunan yang akan memayungi maupun mempengaruhi proses penataan ruang wilayah kawasan strategis sepanjang koridor yang menghubungan Kota Bandung dan Kota Cirebon baik dalam level kebijakan Pemerintah Pusat, Provinsi Jawa Barat maupun Kabupaten terkait (Kabupaten Bandung, Sumedang, Majalengka dan Kabupaten Cirebon). T 2.1 Arahan Kebijakan Penataan Ruang Nasional Rencana Tata Ruang Nasional (RTRWN) merupakan arah kebijakan tata ruang yang bersifat menyeluruh, mengatur arahan pengembangan pusat-pusat kegiatan di wilayah Indonesia. RTRWN merupakan kebijakan ruang yang memerlukan penjabaran lebih lanjut ke dalam kebijakan ruang lain yang lebih rendah dengan tingkat kedetailan yang lebih tinggi. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) telah ditetapkan struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah nasional, yang salah satu komponennya adalah penetapan kawasan strategis. 2.1 1 Struktur Ruang Wilayah Nasional Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa Barat Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon) II - 1

Upload: siraitboyke

Post on 13-Aug-2015

118 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

BAB 2TINJAUAN KEBIJAKAN

erkait dengan penyusunan Rencana Tata Rauang Kawasan Strategis Koridor

Bandung – Cirebon maka dalam bab ini akan diuraikan kebijakan-kebijakan

pembangunan yang akan memayungi maupun mempengaruhi proses penataan

ruang wilayah kawasan strategis sepanjang koridor yang menghubungan Kota Bandung

dan Kota Cirebon baik dalam level kebijakan Pemerintah Pusat, Provinsi Jawa Barat

maupun Kabupaten terkait (Kabupaten Bandung, Sumedang, Majalengka dan Kabupaten

Cirebon).

T

2.1 Arahan Kebijakan Penataan Ruang Nasional

Rencana Tata Ruang Nasional (RTRWN) merupakan arah kebijakan tata ruang

yang bersifat menyeluruh, mengatur arahan pengembangan pusat-pusat kegiatan di

wilayah Indonesia. RTRWN merupakan kebijakan ruang yang memerlukan penjabaran

lebih lanjut ke dalam kebijakan ruang lain yang lebih rendah dengan tingkat kedetailan

yang lebih tinggi. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) telah

ditetapkan struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah nasional, yang salah satu

komponennya adalah penetapan kawasan strategis.

2.1 1 Struktur Ruang Wilayah Nasional

Struktur Ruang Wilayah Nasional terdiri dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN),

Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL).

Arahan-arahan di dalam kebijakan struktur ruang meliputi :

a. Arahan Pengembangan Sistem Kota

b. Arahan Pengembangan Infrastruktur Wilayah

Wilayah dalam koridor yang masuk dalam struktur wilayah koriodor adalah PKN

Metropolitan Bandung dan Kota Cirebon sementara Majalegka masuk kedalam PKW .

2.1.2 Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional

Pola pemanfaatan ruang wilayah menggambarkan secara indikatif sebaran

kegiatan pelestarian alam dan cagar budaya, kegiatan produksi, serta persebaran

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 1

Page 2: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

kegiatan strategis nasional. Pola ini secara spasial memperlihatkan pola persebaran

kawasan lindung, pola pengembangan kawasan budidaya dan pola pengembangan

kawasan fungsional.

A. Pengembangan Kawasan Lindung

Pola pengelolaan kawasan lindung memperlihatkan keterkaitan kawasan-kawasan

lindung dengan lokasi pengembangan kawasan budidaya dan sektor produksi di

dalamnya serta keterkaitan dengan lokasi kawasan fungsional. Kawasan-kawasan

lindung tersebut meliputi kawasan lahan gambut, cagar budaya, rawan bencana

(banjir, longsor, tsunami, kenaikan muka air laut akibat pernanasan global, dsb).

B. Pengembangan Kawasan Budidaya

Penetapan kawasan budidaya memuat arahan yang mencakup kegiatan sektor-

sektor produksi dan jasa (pertanian tanaman pangan, kehutanan, pertambangan,

pariwisata, perindustrian dan permukiman).

Pengelolaan kawasan budidaya di Jawa Barat diarahkan sebagai berikut :

1) Kawasan budidaya yang perkembangannya berada di kawasan lindung

diupayakan agar tidak semakin meluas kegiatannya.

2) Wilayah yang perkembanganya sangat lambat (tertinggal) didorong melalui

peningkatan keterkaitan dengan wilayah lainnya yang telah berkembang.

3) Perlu peningkatan keterkaitan di kawasan budidaya baik keterkaitan antar

kawasan perdesaan dan perkotaan maupun keterkaitan antar kawasan lainnya.

2.1.3 Kawasan Andalan

Kawasan Andalan merupakan kawasan yang prospektif untuk berkembang

mempunyai peluang untuk dikembangkan karena didalamnya terdapat sumber daya

alam, mempunyai akses terhadap pusat pertumbuhan, dekat dengan dan dapat menjadi

pusat-pusat permukiman dan dimungkinkan untuk pengadaan prasarana pendukung

secara ekonomis.

A. Pengembangan Kawasan Cirebon-Indramayu-Majalengka-Kuningan

(Ciayumajakuning)

Wilayah pengembangan Ciayumajakuning meliputi Kabupaten Kuningan,

Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu dan Kota

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 2

Page 3: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

Cirebon. Wilayah pengembangan Ciayumajakuning sebagai fokus pengembangan

kawasan di bagian timur Jawa Barat.

Kegiatan ekonomi diarahkan pada pengembangan kegiatan yang dapat

mendorong peningkatan produksi dan distribusi pangan (padi, jagung, kedelai dan

protein hewani), peningkatan investasi, pengembangan sumberdaya alam serta

perdagangan dan jasa. Wilayah pengembangan Ciayumajakuning juga diarahkan

sebagai pusat pengembangan agribisnis potensial. Sektor unggulan yang dapat

dikembangkan di WP ini adalah agribisnis, agroindustri, perikanan dan

pertambangan. Lihat tabel 2.1

Tabel II.1Rencana Pengembangan Kawasan Ciayumajakuning

Kawasan Fungsi Strategi Pengembangan Kawasan Pendukung

Infrastruktur Pendukung

Sektor Unggulan

Ciayumajakuning

Mendorong pengembangan wilayah gerbang timur Jawa Barat

Melengkapi fasilitas pendukung PKN, PKW dan PKL

KSP Bandara dan Aerocity Kertajati

Bandara Internasional Kertajati

Agribisnis, Agroindustri, Perikanan, Pertambangan

Mengembangkan infrastruktur strategis

KSP Koridor Cisumdawu

Pelabuhan Arjuna Cirebon

Pola ruang PKN dalam bentuk ring (Ring 1: Jasa perdagangan dan transportasi, Ring 2: Industri berbasis lokal, Ring 3: Penyedia bahan baku)

KSP Pertanian Lahan Basah Subang-Indramayu

Jalan Tol Cikacir

Mengembangkan wisata budaya, religi dan alam

Mendorong agribisnis yang didukung sektor industri, perikanan laut dan darat, pertanian tanaman pangan, kehutanan, perkebunan dan peternakan di kawasan pinggiran

Mendorong pengembangan hutan mangrove, rumput laut dan perikanan tambak

Pengendalian perikanan tangkap di kawasan pesisir

Sumber: RTRW Jawa Barat 2029

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 3

Page 4: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

2.2 Arahan Kebijakan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat

Paradigma penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat di era otonomi

daerah dilaksanakan melalui mekanisme perencanaan dan pelaksanaan pembangunan

secara bottom up planning dan partisipatif untuk mewadahi dan mewujudkan aspirasi.

2.2.1 Arahan Struktur Tata Ruang

Rencana struktur tata ruang wilayah Provinsi Jawa Barat dijabarkan dalam

bentuk pengembangan sistem kota-kota, pengembangan infrastruktur wilayah,

pengembangan kawasan andalan, serta pengembangan kawasan pertahanan keamanan.

A. Rencana Pengembangan Sistem Kota-kota di Jawa Barat

Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang masuk kedalam wilayah koridor terdiri dari

Metropolitan Bandung dan Metropolitan Cirebon. Sedangkan Pusat Kegiatan

Wilayah (PKW) adalah Majalengka. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) terdiri atas PKL

perkotaan dan PKL perdesaan. PKL perdesaan merupakan pusat-pusat kecamatan

yang memiliki potensi dan/atau didorong untuk menjadi pusat-pusat

pengembangan ekonomi perdesaan. Penetapan PKL tersebut diuraikan

sebagaimana tercantum pada Tabel 2.2.

Tabel II.2Sistem Perkotaan Provinsi Jawa Barat

NO KAB./KOTA PKN PKNP PKW PKWp PKL PERKOTAAN PKL PERDESAAN1. Kota Bandung

Kawasan Perkotaan Bandung Raya

2. Kab Bandung Soreang Ciwidey, BanjaranMajalaya, CiparayCicalengka, RancaekekCilengkrang

3. Kab Bandung Barat

Ngamprah Cililin, PadalarangCisarua, Lembang

4. Kab Sumedang

Sumedang Tanjungsari, WadoTomo, Conggeang

5. Kota Cirebon

Cirebon6. Kab Cirebon Sumber ArjawinangunPalimananLemahabangCiledug

7. Kab Majalengka

Kadipaten Majalengka Kertajati, JatiwangiRajagaluh, CikijingTalaga

Sumber : RTRWP Jabar 2029

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 4

Page 5: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

Terkait dengan rencana kawasan strategis koridor Bandung - Cirebon, fungsi PKN

yang diindikasi akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan ruas kawasan

koridor sepanjang jalan tersebut adalah PKN Metropolitan Bandung dan PKN

Metropolitan Cirebon. Sementara untuk fungsi PKL yang akan sangat berpengaruh

adalah PKL Sumedang dan PKW Majalengka.

B. Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah

Program-program pengembangan infrastruktur wilayah Jawa Barat yang masuk

dalam wilayah perencanaan tata ruang strategis koridor Bandung Cirebon meliputi :

Pembangunan Jembatan Timbang untuk mengurangi tingkat kerusakan jalan, pada

beberapa ruas jalan yang telah rusak kondisinya serta memiliki pembebanan jalan

yang tinggi pada jalur Cirebon-Kadipaten, Cirebon-Kuningan;

Peningkatan fasilitas dan prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada jaringan

jalan arteri dan kolektor primer serta pada ruas-ruas jalan strategis di perbatasan;

Pembangunan Bandar Udara Pusat Penyebaran Primer Kertajati di Kabupaten

Majalengka sebagai bagian dari prasarana penunjang fungsi pelayanan PKN

Metropolitan Bandung dan Cirebon;

C. Rencana Pengembangan Wilayah

Wilayah pengembangan yang mempengaruhi rencana tata ruang kawasan

strategis koridor Bandung - Cirebon adalah Ciayumajakuning. Wilayah pengembangan

Ciayumajakuning meliputi Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten

Majalengka, Kabupaten Indramayu dan Kota Cirebon.

Rencana pengembangan infrastruktur strategis:

Bandar udara internasional Kertajati

Pelabuhan Arjuna-Cirebon

Rencana pengembangan infrastruktur wilayah di WP Ciayumajakuning yang terkait

dengan penyusunan tata ruang kawasan strategis ini, meliputi:

a. Rencana pengembangan infrastruktur jalan, meliputi:

Pembangunan jalan tol Kanci - Pejagaan, Kota Cirebon

Pembangunan jalan lingkar Kadipaten di Kabupaten Majalengka

Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis.

b. Rencana pengembangan infrastruktur perhubungan meliputi :

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 5

Page 6: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di

Kabupaten Majalengka

Optimalisasi fungsi Bandar Udara Cakrabuana di Cirebon

Pembangunan jembatan timbang Cirebon-Kadipaten, Cirebon-Kuningan

dan Majalengka-Indramayu

Penyediaan terminal Tipe A di Cirebon

Peningkatan kapasitas dan fungsi Pelabuhan Cirebon

Pengembangan sistem transportasi terpadu di PKNp Metropolitan

Cirebon

Peningkatan fasilitas dan prasarana lalu lintas angkutan jalan.

c. Rencana pengembangan infrastruktur sumberdaya air meliputi:

Pembangunan Waduk Cipasang, Kadumanik, Cipanas, dan Cipanas Saat

(Kabupaten Sumedang).

Revitalisasi dan optimalisasi fungsi waduk, situ dan embung

Pengembangan infrastruktur pengendali banjir

Pembangunan Daerah Irigasi (DI) Rengrang (Kabupaten Sumedang)

Peningkatan kondisi jaringan irigasi.

d. Rencana pengembangan infrastruktur energi, meliputi :

Pengembangan PLTA Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang

Pengembangan PLTU di Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon

Pengembangan Sumber Energi Panas Bumi di Tampomas (Kabupaten

Sumedang)

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 6

Page 7: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

Gambar 2.1Peta Rencana Struktur Ruang Propinsi Jawa Barat

II - 7

Page 8: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

2.2.2 Arahan Pola Tata Ruang

Arahan pola tata ruang wilayah Provinsi Jawa Barat terumuskan dalam rencana

pengembangan kawasan lindung dan rencana pengembangan kawasan budidaya

terutama bagi lahan sawah.

A. Rencana Pengembangan Kawasan Lindung

Pengembangan kawasan lindung bertujuan untuk mewujudkan kelestarian fungsi

lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan dan menjaga

keseimbangan ekosistem antar wilayah guna mendukung proses pembangunan

berkelanjutan di Jawa Barat. Adapun rencana pengembangannya adalah :

menetapkan kawasan lindung sebesar 45 % dari luas seluruh wilayah

Jawa Barat yang meliputi kawasan yang berfungsi lindung di dalam kawasan

hutan dan diluar kawasan hutan.

Mempertahankan kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang

berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumber daya air

Mengendalikan pemanfaatan ruang di luar kawasan hutan sehingga

tetap berfungsi lindung

B. Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya

Pengembangan kawasan budidaya lahan sawah bertujuan menjamin ketersediaan

produksi beras untuk swasembada beras Jawa Barat. Rencana pengembangannya

adalah :

Mempertahankan fungsi lahan di kawasan pertanian lahan basah,

terutama lahan sawah beririgasi teknis

Meningkatkan produktivitas lahan sawah melalui upaya intensifikasi

Mengembangkan infrastruktur sumberdaya air untuk menjamin

ketersediaan air dan jaringan irigasi

Sedangkan sasaran pengembangannya adalah :

Tidak adanya alih fungsi lahan sawah

Meningkatnya produktivitas lahan sawah

Terjaminnya ketersediaan air dan jaringan irigasi

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 8

Page 9: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

Gambar 2.2Peta Rencana Pola Tata Ruang Provinsi Jawa Barat

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 9

Page 10: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

2.2.3 Penetapan Kawasan Strategis Provinsi Jawa Barat berdasarakan Draft RTRW

Provinsi Jabar 2029

Berdasarkan analisis wilayah dan kebijakan yang berlaku maka selain kawasan

strategis yang telah ditetapkan dalam RTRWN, terdapat Kawasan Strategis Provinsi Jawa

Barat. Penetapan kawasan strategis Bandung-Cirebon dalam Provinsi Jawa Barat adalah

sebagai berikut :

Tabel II.3Penetapan Kawasan Strategis Provinsi

No Kepentingan Kawasan Strategis Provinsi

Kriteria Isu Penanganan

1 Ekonomi Koridor Bandung-

Cirebon

Kawasan yang diprioritaskan

menjadi kawasan yang dapat

mendorong perekonomian Jawa

Barat

Mengembangkan kawasan agroindustri

Memanfaatkan hasil pertanian sebagai

bahan olahan industri yang

dikembangkan

Sumber : Draft RTRW Prop Jabar 2029.

2.3 Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-Cirebon

Kawasan Strategis Bandung-CIrebon terdiri atas Kota Bsndung, Kabupaten

Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Cirebon dan Kota

Cirebon. Masing-masing Kabupaten/Kota memiliki ciri dan kebijakan sendiri untuk

pengembangan daerahnya yang tertuang kedalam masing-masing rencana tata ruang

Kota/Kabupaten.

Tabel II.4Kawasan Koridor Bandung-Cirebon dalam Sistem dan Fungsi Kota

NO KAB/KOTA HIRARKI PKN PKNP PKW PKWp PKL PKL PERDESAAN1 Kota Bandung Hirarki I

Kawasan Perkotaan Bandung

Raya

2 Kab Bandung Hirarki IIa Soreang

Ciwidey, Banjaran, Majalaya, Ciparay, Cicalengka, Rancaekek, Cilengkrang

3Kab

Sumedang Hirarki II a SumedangTanjungsari, WadoTomo, Conggeang

4 Kota Cirebon Hirarki II a

Cirebon

5 Kab Cirebon Hirarki II a Sumber

Arjawinangun,Palimanan, Lemahabang,

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 10

Page 11: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

NO KAB/KOTA HIRARKI PKN PKNP PKW PKWp PKL PKL PERDESAANCiledug

6Kab

Majalengka Hirarki II a Kadipaten Majalengka

Kertajati, JatiwangiRajagaluh, CikijingTalaga

Sumber : Hasil Pengolahan 2009

1. Kota Bandung

Kota Bandung yang masuk kedalam perencanaan adalah kecamatan Cibiru. Kota

bandung cenderung memiliki perkembangan yang cepat dan dapat menarik minat

investasi Dn berfungsi sebagai pusat pelayanan jasa dan produksi yang didukung oleh

tingkat ketersediaan prasarana dan sarana lingkungan permukiman yang memadai serta

memberikan manfaat.

A. Kawasan Budidaya

Kawasan Budidaya di wilayah Metropolitan Bandung terdiri dari :

Tabel II.5Daya Dukung Lahan Kota Bandung terhadap Budidaya Pertanian

Kabupaten/Kota

Luas Kawasan (Ha)Kawasan Pertanian

Lahan Basah

Kaw. Pertanian Lahan Kering Kawasan

Hutan Produksi

Total

T-Semusim T-TahunanKota Bandung 81.83 299.98 344.17 0 725.98

Sumber : RTRW Metropolitan Bandung, 2029

- Kawasan Budidaya Non-Pertanian / Perkotaan

Dalam konteks pengembangan wilayah Metropolitan Bandung, kawasan

budidaya non-pertanian atau kawasan perkotaan. Di dalamnya termasuk

permukiman dan industri.

Tabel II.6Daya Dukung Lahan Metropolitan Bandung terhadap Kawasan Perkotaan

Kota/KecamatanDaya Dukung

Kawasan Perkotaan (Ha) Luas TotalPersentas

e Kota Bandung 15053.89 15779.87 95.40%

Sumber : RTRW Metropolitan Bandung, 2029

B. Rencana Pengembangan Infrastruktur

1. Penataan angkutan umum

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 11

Page 12: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

Untuk mengatasi permasalahan pergerakan yang disebabkan oleh angkutan

umum, maka diperlukan penataan angkutan umum dan pengembangan terminal.

2. Pengembangan sistem angkutan massal

Peningkatan jalur kereta api yang diusulkan untuk jangka menengah adalah

jalan rel tunggal Rancaekek-Jatinangor (4,5 km) dan jalan rel kedua Kiaracondong-

Cicalengka (16,5 km).

2. Kabupaten Bandung

Secara konseptual struktur tata ruang Kabupaten Bandung merupakan pola

polisentrik (polisentrik Urban Region), dengan dua pusat utama. Wilayah Pengembangan

(WP) di Kabupaten Bandung yang mempengaruhi rencana tata ruang koridor Bandung-

Cirebon meliputi WP Cileunyi-Rancaekek dengan pusat kota Cileunyi meliputi

Kecamatan Cileunyi, dan Rancaekek

A. Kawasan Lindung

Kawasan lindung di Kabupaten Bandung meliputi lahan seluas ± 46.171,71 ha

(6,20 %). Kawasan hutan lindung di Kabupaten Bandung yang masuk wilayah

perencanaan Koridor berada di Kecamatan Cileunyi.

B. Kawasan Budidaya

- Kawasan Budidaya Pertanian

Pemanfaatan lahan untuk pertanian dikelompokan pada peruntukan pertanian

lahan basah (padi sawah) dan pertanian lahan kering (tanaman pangan lahan

kering, tanaman tahunan, perkebunan, dan hutan produksi).

- Kawasan Budidaya Perkotaan

1. Kawasan Permukiman

Rencana pengembangan permukiman di Kab. Bandung hingga tahun 2026 seluas

± 31.029,59 ha ( 17,61 %) dari total luas wilayah Kab. Bandung.

2. Kawasan Perdagangan dan Jasa

Kawasan perdagangan/jasa yang memiliki fungsi untuk melayani kecamatan lain,

yaitu Kecamatan Soreang, Banjaran, Majalaya, dan Cileunyi. Luas kawasan ini di

Kab. Bandung ± 2.251,22 Ha.

3. Kawasan Peruntukan Industri

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 12

Page 13: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

Kawasan peruntukan industri lama yang telah berkembang yang masuk wilayah

perencanaan koridor Bandung Cirebon adalah terletak di Kecamatan Cileunyi.

Rencana luas kawasan Industri di Kab. Bandung adalah seluas ± 5.43,03 Ha.

C. Rencana Pengembangan Infrastruktur

- Penataan angkutan umum

Penataan angkutan umum yang akan dilakukan untuk Angkutan Kota Antar

Provinsi (AKAP), Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP), angkutan kota dan angkutan

perdesaan. Stasiun Rancaekek-Bojongmalati

- Pengembangan sistem angkutan massal

Peningkatan jalur kereta api yang diusulkan untuk jangka menengah adalah

jalan rel tunggal Rancaekek-Jatinangor (4,5 km) dan jalan rel kedua Kiaracondong-

Cicalengka (16,5 km).

- Pengembangan Terminal

Pembangunan terminal tipe A di Cileunyi

3. Kabupaten Sumedang

WP yang masuk kedalam koridor perencanaan adalah :

1. WP Tanjungsari, terdiri dari Kecamatan Tanjungsari, Jatinangor, Rancakalong,

Pamulihan, Sukasari dan Cimanggung dengan pusatnya di Tanjungsari.

2. WP Sumedang Kota, terdiri dari Sumedang Utara, Sumedang Selatan, Cimalaka ,

Cisarua, Paseh dan Ganeas dengan pusatnya di Kota Sumedang.

3. WP Tomo, terdiri dari Kecamatan Tomo, Jatigede dan Ujungjaya.

A. Kawasan Lindung

1. Hutan lindung : seluruh wilayah kecamatan memiliki kawasan yang diidentifikasi

sebagai hutan lindung, kecuali Kecamatan Paseh.

2. Hutan suaka : terdapat di Sumedang Selatan, Cimalaka, dan Kecamatan Jatigede.

3. Kawasan konservasi : Hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Sumedang memiliki

kawasan konservasi, kecuali di Kecamatan Tomo dan Ujungjaya.

B. Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya yang direncanakan adalah kegiatan budidaya pertanian,

terdiri dari pertanian lahan basah, pertaniaan lahan kering, tanaman tahunan/

perkebunan serta kegiatan budidaya non pertanian, terdiri dari pemukiman, industri,

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 13

Page 14: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

bendungan jatigede, pendidikan tinggi, pariwisata, pertambangan / bahan galian,

tempat pemakaman bukan umum dan kawasan pemerintahan.

C. Rencana Pengembangan Infrastruktur

- Rencana Waduk Jatigede

Wilayah perencanaan : Bagian wilayah kecamatan Darmaraja, Wado dan Jatigede

Konsep Rencana/ Arahan Pengembangan :

Luas genangan 5000-8000 hektar, Luas kawasan 14.922,50 hektar

Pembangunan waduk yang akan berdampak adanya perluasan daerah irigasi

baik untuk Kabupaten Sumedang maupun kabupaten sekitarnya.

- Rencana Jalan Tol Cisumdawu

Wilayah Perencanaan / Trase Rencana : Kabupaten Sumedang dengan tahap I ruas

jalan Cileunyi- Sumedang dan tahap II Sumedang- Dawuan

- Rencana Tata Ruang Kawasan Andalan Perguruan Tinggi Jatinangor

Wilayah perencanaan : Kecamatan Jatinangor 8 desa

Konsep rencana/ Arahan Pengembangan:

Meningkatkan akses dari dan ke luar Jatinangor

Menghindari arus regional masuk bagian kawasan Perguruan Tinggi untuk

mendukung kawasan yang lebih terintegrasi

Aktivitas yang ada diselaraskan dengan fungsi perguruan tinggi

- Terminal

Terminal tipe B : terminal Wado, Tanjungsari, Rancakalong, Tomo

4. Kabupaten Majalengka

1. Wilayah Pengembangan Utara (WP Utara), fungsi utama pengembangan Kawasan

BIJB, Kawasan Komersial (Perdagangan dan Jasa), Industri dan Pengembangan

Perumahan. Kecamatan Kadipaten, Dawuan, Jatiwangi, dan Sumberjaya, dengan

pusatnya di Kecamatan Kadipaten.

2. Wilayah Pengembangan Tengah (WP Tengah), fungsi utama Kawasan Pemerintahan,

Pendidikan, Jasa, Pelayanan Sosial Dan Pengembangan Perumahan. Meliputi

Kecamatan Leuwimunding, Palasah.

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 14

Page 15: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

A. Rencana Pemanfaatan Lahan Kawasan Lindung

Proporsi kawasan lindung di Kabupaten Majalengka 40,76% dari total Kabupaten

Majalengka. Kawasan Lindung dengan luas 3.087,53 Ha (2,57% dari total luas wilayah

Kabupaten Majalengka). Sempadan sungai 1.074.90 Ha (0,89% dari total luas wilayah

Kabupaten Majalengka) yang hampir tersebar diseluruh kecamatan, kecuali Dawuan,

Jatitujuh, Jatiwangi dan Ligung, Kawasan Rawan Bencana gunung berapi tersebar di

sekitar kaki Gunung Ciremai dengan luasan lahan yang perlu ditetapkan 996,70 Ha

(0,83% dari total luas wilayah Kabupaten Majalengka

B. Rencana Pemanfaatan Lahan Kawasan Budidaya

Rencana pengembangan hutan produksi tersebar hampir diseluruh kecamatan kecuali

Jatiwangi, Kadipaten dan Ligung. Namun untuk hutan produksi yang tidak diberi fungsi

lindung dikembangkan di Wilayah Utara, yaitu antara lain Kecamatan Dawuan, Jatitujuh,

Kertajati dan Sumberjaya.

Kawasan Pertanian

Adapun luas kawasan pertanian yang perlu ditetapkan adalah 46.619,69 Ha

(38,71%).

Kawasan Pertambangan & Galian

Luas Kawasan Pertambangan & Galian di Kabupaten Majalengka, yang perlu

ditetapkan adalah 1.959,66 Ha (1,63% dari total luas wilayah Kabupaten Majalengka)

yang tersebar di seluruh kecamatan, kecuali di Kecamatan Sumberjaya, Palasah,

Sindangwangi, Cikijing, Cingambul, dan Lemahsugih.

Peruntukkan Industri

Pembangunan Kawasan Industri yang melingkupi tiga kecamatan, yaitu Kertajati,

Dawuan dan Kadipaten, dengan luas 3.200 Ha. Pembangunan industri pengolahan di

luar Kawasan Industri di diseluruh kecamatan dengan luas 925,42 Ha (0,77 % dari

total luas wilayah Kabupaten Majalengka).

Kawasan Permukiman Perkotaan dan Perdesaan

Adapun luas kawasan permukiman yang perlu ditetapkan di Kabupaten Majalengka

9.650,00 Ha (8,01% dari total luas wilayah Kabupaten Majalengka).

C. Rencana Pengembangan Infrastruktur

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 15

Page 16: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

Penetapan lokasi kawasan Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajati, dengan luas

lahan 1.800 Ha (1,49% dari total luas wilayah Kabupaten Majalengka) dan kawasan

pengembangannya seluas 3.200 Ha (2,66 % dari total luas wilayah Kabupaten

Majalengka).

5 Kabupaten Cirebon

Penentuan fungsi kota ini didasari oleh kelengkapan fasilitas pusat pelayanan

yang akan dikembangkan pada tiap-tiap kota. Dengan demikian, untuk kota yang

berorde tinggi dengan kota yang berorde lebih rendah (misal kota orde I dengan kota

orde II atau kota orde II dengan kota orde III, dan seterusnya) dapat mempunyai fungsi

pelayanan yang sama tetapi skala atau jenjang pelayanannya akan berbeda

A. Rencana Kawasan Berfungsi Lindung

Kawasan Konservasi berada di Kecamatan Palimanan, Ciwaringin, dan Lemahabang.

Lahan Kritis terdapat di Kecamatan Ciwaringin, Gempol, Palimanan.

Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya terdapat di Kecamatan Gempol.

Sempadan Sungai meliputi sungai DAS Cisanggarung dan Cimanuk yang meliputi 18

sungai dan anak sungai tersebar di wilayah Kabupaten Cirebon.

Sekitar Mata Air terdapat di Kecamatan Gempol, Palimanan.

B. Pengembangan Kawasan Budidaya

- Pengembangan Budidaya Pertanian meliputi:

Pengembangunan Kawasan Hijau diluar kawasan lindung hingga 30% (29,711Ha)

untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup dan ketersediaan cadangan cadangan air

tanah, melalui program:

- Mengembangkan Kawasan Budidaya Non Pertanian meliputi:

Pengembangan Kawasan tertentu berupa kawasan strategis dan kawasan

andalan dalam rangka mewujudkan peningkatan perekonomian wilayah. Daerah

perkotaan meliputi simpul pusat pelayanan pada ibu kota kecamatan meliputi 10 kota

strategis yaitu Kota Gegesik, Arjawinangun, Palimanan, Klangenan, Weru, Sumber,

Lemahabang, Ciledug, Astanajapura dan Losari.

C. Rencana Pengembangan Infrastruktur

Pengembangan sitem jaringan yang termasuk kedalam penyusunan rencana tata ruang

strategis koridor Bandung-Cirebon adalah :

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 16

Page 17: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

a. Jalan Propinsi Sumber - Dukupuntang menuju Majalengka

b. Jalan Kabupaten Sumber - Cirebon Selatan menuju Kota Cirebon

c. Jalan Tol

Pengembangan Jalan Kolektor sebagai penghubung antar kota strategis yang termasuk

dalam penyusunan rencana strategis ini adalah ;

a. Jalan penghubung Sumber-Weru

b. Jalan penghubung Sumber-Palimanan

c. Jalan penghubung Palimanan-Klangenan

d. Jalan penghubung Klangenan-Gegesik

6. Kota Cirebon

Secara fungsional, Wilayah Kota Cirebon ditetapkan menjadi 4 (empat) Bagian

Wilayah Kota (BWK),

BWK I Zone Pesisir dan Kelautan, seluas ± 346 ha

BWK II Zone Perdagangan dan Jasa, seluas ± 1.343 ha

BWK III Zone Permukiman, seluas ± 1.716 ha

BWK IV Zone Pertanian, Konservasi Terbatas, dan Hankam, seluas ± 405 ha

A. Kawasan Lindung

Kawasan perlindungan setempat (kawasan sempadan pantai dan sempadan sungai)

Kawasan sekitar mata air (Cicambai)

Kawasan rawan bencana alam / gerakan tanah / tanah longsor (eks penambangan

Galian C di Kelurahan Argasunya)

Kawasan cagar budaya (kraton-kraton dan peninggalan bersejarah lainnya)

B. Kawasan Budidaya

Pengembangan kegiatan usaha ekonomi, khususnya yang berkaitan langsung

dengan pengembangan Pelabuhan Cirebon, Pelabuhan Perikanan Nusantara

Kejawanan dan TPI.

Pengembangan kegiatan perumahan dan fasilitas pendukungnya secara intensif,

perdagangan dan jasa skala lokal - regional guna memacu pertumbuhan dan

perkembangan daerah pinggiran di BWK III.

Pengembangan kegiatan pertanian, pengelolaan konservasi terbatas, dan hankan di

BWK IV.

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 17

Page 18: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

C. Pengembangan Infrastruktur

Peningkatan aksesibilitas kawasan terisolir, kawasan potensial tumbuh dan

berkembang cepat, serta kawasan yang memiliki potensi akses dengan wilayah

Kabupaten Cirebon

Penanganan / penanggulangan kemacetan lalu-lintas pada simpul-simpul dan

kawasan yang rawan konflik kepentingan antara pengguna jalan dengan elemen

lainnya

Peningkatan kapasitas pelayanan simpul-simpul pergerakan ekonomi kota dan atau

pembangunan simpul pergerakan baru untuk mendukung akselerasi pertumbuhan

dan perkembangan sektor perdagangan dan jasa

7. Kedudukan dan Keterkaitan Kawasan Koridor Bandung Cirebon dalam Perwilayahan Jawa Barat

Dalam konteks pekerjaan ini adalah menyusun rencana tata ruang (RTR),

sehingga dalam pendekatannya diperlukan pendekatan yang komprehensif

(comprehensif planning) yaitu memerlukan kajian berbagai aspek terkait seperti aspek

kebijakan, aspek fisik, aspek sosial kependudukan, aspek perekonomian, aspek

transportasi, aspek sarana dan prasarana, serta aspek pembiayaan dan kelembagaan

sebagai bahan pertimbangan dalam perumusan rencana tata ruang di Kawasan Koridor

Bandung - Cirebon.

Tabel II.7Kawasan Koridor Bandung-Cirebon dalam Sistem Perwilayahan Yang Lebih Luas

KABUPATEN KECAMATAN Indikasi Koridor Perekonomian Kawasan Andalan

Sistem dan Fungsi Kota Sektor Unggulan

KOTA BANDUNG CIBIRU Koridor Bandung

Industri

Kawasan Perkotaan Metro Bandung

PKN Bandung Industri, agribisnis, pariwisata

KAB. BANDUNG CILEUNYI

KAB. SUMEDANG

TOMO

Koridor Sumedang

Industri, Pendidikan dan Agribisnis

PASEH

JATINANGOR

SUMEDANG UTARA

SUMEDANG SELATAN

CIMALAKA

PAMULIHAN

TANJUNGSARI

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 18

Page 19: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

KABUPATEN KECAMATAN Indikasi Koridor Perekonomian Kawasan Andalan

Sistem dan Fungsi Kota Sektor Unggulan

KAB. MAJALENGKA

SUMBERJAYA

Koridor Majalengka

Agribisnis, agroindustri dan pertambangan.

Cirebon-Indramayu-Majalengka-

Kuningan (Ciayumajakuning)

PKW Majalengka

Agribisnis, agroindustri, perikanan dan pertambangan.

DAWUAN

PALASAH

JATIWANGI

LEUWIMUNDING

KADIPATEN

KAB. CIREBON

KLANGENAN

Koridor Cirebon

Agribisnis, agroindustri, perikanan dan pertambangan.

PKN Cirebon

JAMBLANG

GUNUNGJATI

CIWARINGIN

PLERED

WERU

PALIMANAN

TENGAH TANI

GEMPOL

KEDAWUNG

DEPOK

KOTA CIREBON KEJAKSAN

Sumber : Hasil Pengolahan, 2009

Penetapan Kawasan strategis Koridor Bandung – Cirebon menjadi salah satu

kawasan strategis Jawa Barat menjadi penghubung pergerakan darat terutama antara

dua kutub utama pertumbuhan di wilayah Jawa Bagian Barat yaitu antara Bandung dan

Cirebon secara fungsional akan sangat mempengaruhi perkembangan fungsi dan

kegiatan kawasan-kawasan koridor yang dilintasi. Keberadaan jaringan jalan tersebut,

meskipun termasuk kedalam kategori jalan penghubung berdasar sifat dan fungsinya,

secara langsung akan mempengaruhi pola kegiatan (keruangan) yang akan berkembang

dikoridor terpengaruhnya terutama pada kawasan-kawasan yang memiliki

keterhubungan secara langsung. Dalam rencana tata ruang setiap Kabupaten dan Kota

yang dilalui koridor ini, beberapa fokus pengembangan pada wilayah ini adalah:

a. Kota Cirebon ditetapkan sebagai bagian dari PKN dengan melengkapi sarana dan

prasarana minimal PKN yang terintegrasi dengan wilayah pengaruhnya. Kota

Cirebon juga dijadikan simpul utama pelayanan jasa dan perdagangan, dan

industri untuk Jawa Barat bagian timur, serta kegiatan wisata budaya dan religi

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 19

Page 20: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

b. Kabupaten Cirebon ditetapkan sebagai bagian dari PKN dengan melengkapi

sarana dan prasarana minimal yang terintegrasi, dan mengarahkan kegiatan

utama pada sektor industri, bisnis kelautan dan pertanian

c. Kadipaten di Kabupaten Majalengka ditetapkan sebagai PKW dengan

melengkapi sarana dan prasarana minimal yang terintegrasi

d. Kabupaten Majalengka diarahkan menjadi lokasi Bandara Internasional

Kertajati, pengembangan aerocity, daerah konservasi utama (TN Gunung

Ciremai), dengan kegiatan agrobisnis dan industri bahan bangunan

e. Kabupaten Sumedang ditetapkan sebagai PKL, dilengkapi dengan sarana dan

prasarana minimal, dengan kegiatan utama agrobisnis dan industri.

f. Kawasan Pendidikan Jatinangor, Kawasan yang diprioritaskan menjadi kawasan

yang dapat mendorong perekonomian Jawa Barat.

2.4 Potensi Kawasan

Daya dukung fisik kawasan dapat diindikasi sebagai salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi pola pengembangan dan pemanfaatan ruangnya. Beberapa karakteristik

fisik yang merupakan potensi bagi pengembangan kawasan koridor Bandung-Cirebon

adalah kondisi morfologi sebagian kawasan yang berada dalam wilayah dataran

merupakan kawasan potensial bagi pengembangan

kegiatan-kegiatan produktif baik pertanian maupun

non pertanian selain itu dari sisi geologi lingkungan

lainnya adalah berupa tingkat ketersediaan air tanah

yang memadai, keterdapatan sumberdaya mineral

yang menyebar disepanjang kawasan serta pola

sebaran batuan yang potensial mendukung

pemanfaatan bagi permukiman dan infrastruktur

perkotaan. Selain itu terdapatnya aliran-aliran

sungai sangat berpotensi bagi pengembangan

budidaya pertanian produktif terutama

dimanfaatkan sebagai saluran irigasi. Kawasan yang menjadi resapan air yang penting

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

Kondisi Fisik kawasan terbangun di. Kecamatan Cileunyi

II - 20

Page 21: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

bagi keberlangsungan ketersediaan dan keseimbangan tata air adalah karena

terdapatnya kawasan sekitar gunung

2.4.1 Potensi Fisik Kawasan untuk pengembangan

Daya dukung fisik kawasan dapat diindikasi sebagai salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi pola pengembangan dan pemanfaatan ruangnya. Beberapa karakteristik

fisik yang merupakan potensi bagi pengembangan kawasan koridor Bandung-Cirebon

adalah kondisi morfologi sebagian kawasan yang berada dalam wilayah dataran

merupakan kawasan potensial bagi pengembangan kegiatan-kegiatan produktif baik

pertanian maupun non pertanian selain itu dari sisi geologi lingkungan lainnya adalah

berupa tingkat ketersediaan air tanah yang memadai, keterdapatan sumberdaya mineral

yang menyebar disepanjang kawasan serta pola sebaran batuan yang potensial

mendukung pemanfaatan bagi permukiman dan infrastruktur perkotaan. Selain itu

terdapatnya aliran-aliran sungai sangat berpotensi bagi pengembangan budidaya

pertanian produktif terutama dimanfaatkan sebagai saluran irigasi. Kawasan yang

menjadi resapan air yang penting bagi keberlangsungan ketersediaan dan keseimbangan

tata air adalah karena terdapatnya kawasan sekitar gunung dan sungai.

Kawasan koridor yang termasuk dalam zona sangat rendah atau tidak memiliki

potensi terjadi gerakan tanah adalah yang berada pada kemiringan 5-15 %. Hamir semua

kawasan memiliki zona gerakan tanah

rendah atau jarang terjadi gerakan

tanah kecuali pada kawasan-kawasan

berkemiringan 15-45% yang banyak

terdapat di Kabupaten Sumedang.

Zona gerakan tanah menengah

hampir tersebar dalam Koridor

Bandung-Cirebon, dibeberapa bagian

wilayah kecamatan yang ada

terutama apabila tingginya curah

hujan dan beralihnya fungsi lahan.

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

Kondisi Fisik Pertanian di Kecamatan Cimalaka,

II - 21

Page 22: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

Bila dilihat berdasarkan zona keleluasan pembangunan, hampir seluruh

kecamatan di wilayah koridor memiliki lahan yang berada di kawasana zona leluasa dan

memiliki potensi untuk dikembangkan. Total luas lahan potensial untuk dikembangkan

adalah 14.330,81 Ha. Untuk lebih jelasnya luas lahan potential yang dapat

dikembangkan di masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel 2.8.

Tabel II.8Lahan dalam Zona Leluasa yang Belum dimanfaatkan pada Koridor

KORIDOR KECAMATAN KELELUASAAN PENGEMBANGANLUAS ZONA 1 (Ha) LUAS ZONA 2 (Ha)

BANDUNG CIBIRU 148.15 110.63CILEUNYI 246.43 126.73

SUMEDANG

TOMO 0.00 1,225.64PASEH 0.00 2,092.96JATINANGOR 176.51 471.55SUMEDANG UTARA 1,407.82 66.41SUMEDANG SELATAN 364.28 0.00

CIMALAKA 21.87 1,804.76PAMULIHAN 0.00 1,150.27TANJUNGSARI 165.25 604.39

MAJALENGKA SUMBERJAYA 0.00 1,300.96DAWUAN 161.55 127.20PALASAH 0.00 1,423.42JATIWANGI 0.00 347.45LEUWIMUNDING 0.00 1,383.12KADIPATEN 41.57 574.78

CIREBON

KLANGENAN 1,191.02 0.00JAMBLANG* 0.00 0.00GUNUNGJATI 219.23 0.00CIWARINGIN 46.40 611.02PLERED 334.20 0.00WERU 813.81 0.00PALIMANAN 446.12 24.47TENGAH TANI 200.50 0.00GEMPOL 182.84 75.79KEDAWUNG 112.99 0.00DEPOK 18.91 809.25KEJAKSAN 11.11 0.00

JUMLAH TOTAL 6,310.55 14,330.81Sumber: Hasil Pengolahan Konsultan 2009

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 22

Page 23: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

Gambar 2.3

Lahan Potential yang dapat dikembangkan pada Kawasan Koridor Bandung-Cirebon

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 23

Page 24: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

2.4.2 Potensi Kawasan dalam Bidang Ekonomi

Seperti dijelaskan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun

2029 yang menetapkan kawasan strategis Provinsi Jawa Barat, maka Koridor Bandung-

Cirebon adalah kawasan strategis yang diperuntukkan untuk pusat pertumbuhan

ekonomi. Keberadaan kawasan strategis yang berada di koridor Bandung-Cirebon akan

berdampak terhadap pemanfaatan ruang kawasan disekitarnya, antara lain

berkembangnya berbagai kegiatan pemanfaatan ruang seperti pembangunan

perumahan, perdagangan dan industri, serta persoalanpersoalan seperti : cepatnya alih

fungsi lahan, perubahan guna lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya,

menurunnya kualitas lingkungan, dan sebagainya, yang selanjutnya akan berdampak

juga kepada menurunnya fungsi dan kapasitas pelayanan jalan koridor Bandung-

Cirebon. Demikian juga hal terkait dengan pembangunan jalan Bandung-Cirebon yang

pada dasarnya dibangun berdasarkan kebutuhan untuk menyediakan jalur transportasi

yang menjadi penghubung antara Bandung dan Cirebon. Dengan adanya Jalan Bandung-

Cirebon, maka arus transportasi antar kedua kota tersebut akan melalui koridor ini. Hal

ini tentunya menjadi potensi tersendiri bagi ruas Bandung-Cirebon ini. Selain itu

pembukaan akses yang berupa simpang susun (interchange) sebanyak 22 buah

dibeberapa lokasi merupakan potensi ikutan bagi kemudahan pergerakan ke wilayah

yang lebih luas. Pada Tabel 3.2 dapat dilihat potensi yang ada pada masing-masing

kecamatan dalam koridor dilihat dari sector-sektor yang menjadi unggulan masing-

masing kecamatan

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

Kondisi Industri Rotan di Weru, Kabupaten Cirebon Kondisi Rumah Makan di Jatinangor, Kab. Sumedang

II - 24

Page 25: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

Dari aspek sarana dan prasarana lain, dukungan potensi dari tingkat

ketersediaan yang ada masih berkategori rendah. Hal ini perlu didukung oleh bentuk-

bentuk pengembangan dan penyediaan guna lebih meningkatkan produktivitas serta

derajat kehidupan penduduk dalam kawasan dari berbagai jenis sarana kehidupan,

sarana pendidikan yang secara kuantitas telah ada dimasing-masing bagian wilayah

dalam kawasan baik berupa jenjang pendidikan mulai dari tingkat dasar, lanjutan

maupun pendidikan tinggi. Namun konsentrasi ketersediaan masih berada di kota-kota

utama kawasan. Dilihat dari tingkat pelayanan, ketersediaan sarana pendidikan dalam

kawasan masih sangat belum memadai jika diperbandingkan dengan standar kebutuhan

yang harus tersedia.

Tabel II.9Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan pada Koridor Bandung-Cirebon

KAB / KOTA KECAMATAN SEKTOR UNGGULAN KETERANGAN

KOTA BANDUNG

CIBIRU Jasa, Jasa penunjang angkutan Sektor jasa dan angkutan umum berkembang karena berada di perbatasan kota Bandung

KAB. BANDUNG CILEUNYI Industri pengolahan Produksi peternakan sebesar 64,153 ekor dan perikanan sebesar 20 tonPeternakan

Perikanan

KAB. SUMEDANG

TOMO Perkebunan Produksi perkebunan sebesar 3,972.59 ton dengan luas lahan sebesar 527 Ha terdiri dari perkebunan kelapa, cengkehkopi dan tembakau

PASEH Kehutanan& perburuan, Penggalian, Angkutan jalan raya

Produksi Perikanan sebesar 64,683 ton

Perikanan,

JATINANGOR Perdagangan, Jasa penunjang angkutan, Angkutan jalan raya

Jasa yang berkembang adalah jasa sektor pendidikan

SUMEDANG UTARA

Industri non migas, Angkutan jalan raya, Jasa

Sektor jasa dan perdagangan berkembang karena merupakan ibukota kabupaten

SUMEDANG SELATAN

Angkutan jalan raya, Jasa Produksi perkebunan sebesar 2,257.57 ton terdiri atas perkebunan kelapa, cengkeh, kopi dan tembakau dengan luas perkebunan 833 HaPerkebunan

CIMALAKA Peternakan, Produksi perikanan sebesar 504,102 ton dan peternakan sebesar 16,380 ekorPerikanan,

Penggalian, Industri non migas, Jasa

PASEH Perkebunan, Produksi perkebunan sebesar 1,561,56 ton, terdiri atas perkebunan kelapa, cengkeh, kopi dan tembakau dengan luas perkebunan seluas 779 Ha dan produksi peternakan sebesar 20,193 ekor

Peternakan,

Angkutan jalan raya, Jasa

TANJUNGSARI Perkebunan, Produksi perkebunan sebesar 21,754 ton, terdiri atas perkebunan kelapa, cengkeh, kopi dan tembakau dengan luas lahan sebesar 393 HaPerdagangan, Jasa

KAB. MAJALENGKA

SUMBERJAYA Industri non migas, Perdagangan, Jasa Industri yang berkembang adalah industri bahan mentah

DAWUAN Jasa, Perdagangan Kegiatan perdagangan dan jasa berkembang ke arah perdagangan hasil pertanian

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 25

Page 26: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

KAB / KOTA KECAMATAN SEKTOR UNGGULAN KETERANGANPALASAH Jasa Jasa yang berkembang adalah Jasa perdagangan

JATIWANGI Industri non migas, Perdagangan, Jasa Industri yang berkembang adalah industri bahan mentah

LEUWIMUNDING Jasa Sektor jasa berkembang dan tanaman bahan pangan dengan produksi padi sawah dan ladang sebesar 3,141 ton dengan luas lahan sebesar 3,128 HaTanaman bahan makanan

KADIPATEN Angkutan jalan raya, Perdagangan, Jasa Sebagai pusat kabupaten sektor unggulan adalah perdagangan dan jasa

KAB. CIREBON KLANGENAN Perkebunan, Produksi perkebunan sebesar 273.46 ton dengan luas lahan perkebunan sebesar 157.22 Ha, produksi perikanan sebesar 4,206 ton dan peternakan sebesar 3,978 ekorPerikanan,

Peternakan,

Angkutan jalan raya, Angkutan jalan rel, Jasa

JAMBLANG Tanaman bahan makanan Produksi tanaman bahan makanan sebesar 15,826 ton dengan luas lahan sebesar 2.639 Ha

GUNUNGJATI Perkebunan Produski perkebunan sebesar 182.55 ton dengan luas lahan sebesar 223.23 Ha, produksi perikanan sebesar 244.3 ton dan produksi peternakan sebesar 30,977 ekorPerikanan

Peternakan

Jasa

CIWARINGIN Perkebunan, Produksi perkebunan sebesar 616.75 ton terdiri atas perkebunan kelapa dan tebu dengan luas lahan sebesar 229.25 Ha, produksi perikanan sebesar 4.09 tonPerikanan,

Perdagangan, Angkutan jalan raya, Jasa

PLERED Tanaman bahan makanan Produksi tanaman pangan yang terdiri atas padi sawah dan ladang sebesar 16.677 ton dengan luas lahan 1640 Ha

WERU Perikanan, Industri yang berkembang adalah industri bahan mentah

Angkutan jalan raya, Angkutan jalan rel, Jasa, Industri non migas

PALIMANAN Tanaman bahan makanan, Produksi tanaman pangan yang terdiri atas padi sawah dan ladang sebesar 34.954 ton dengan luas lahan 3,288 Ha

Industri non migas, Penggalian

TENGAH TANI Tanaman bahan makanan Produksi tanaman pangan yang terdiri atas padi sawah dan ladang sebesar 7.446 ton dengan luas lahan 1,544 Ha

GEMPOL Tanaman bahan makanan, Produksi tanaman pangan yang terdiri atas padi sawah dan ladang sebesar 17,908 ton dengan luas lahan 4,160 Ha

Industri non migas

KEDAWUNG Perkebunan, Produksi perkebunan sebesar 43,038 ton terdiri atas

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 26

Page 27: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

KAB / KOTA KECAMATAN SEKTOR UNGGULAN KETERANGANperkebunan kelapa dan tebu dengan luas lahan 77.01 Ha Perdagangan, Jasa

DEPOK Perkebunan, Produksi perkebunan sebesar 202,32 ton terdiri atas perkebunan kelapa dan tebu dengan luas lahan 80.105 Ha

Perdagangan, Angkutan jalan raya, Jasa

KOTA CIREBON KEJAKSAN Perdagangan, Jasa Kejaksan sebagai bagian dari kota Cirebon sektor jasa dan perdagangan yang berkembang

Sumber : Hasil pengolahan konsultan 2009

Dari kondisi dan ketersediaan prasarana dasar lain terutama jaringan energi dan

telekomunikasi telah tersedia secara memadai bagi pelayanan dan pemenuhan

kebutuhan penduduk. Hal ini dapat dimanfaatkan secara positif bagi pengembangan

perikehidupan penduduk dalam segala kegiatan yang akan dikembangkan.

2.4.3 Potensi Kawasan dalam Bidang Budidaya Pertanian

Potensi budidaya pertanian

mengacu pada Kajian Kesesuaian Lahan.

Kesesuaian Lahan adalah tingkat kecocokan

dari sebidang lahan untuk penggunaan

tertentu sebagai hasil penafsiran terhadap

peta tanah.Faktor-faktor yang

mempengaruhi kesesuaian lahan terdiri dari

atas kedalaman lapisan tanah efektif,

tekstur, kelas drainase, permeabilitas

lapisan bawah, reaksi keasaman tanah, lereng, erodibilitas tanah, banjir, ketebalan

gambut dan zona agroklimat. Salah satu faktor di lokasi studi yang paling dominan

adalah lereng. Klasifikasi lereng ini digunakan sebagai faktor penting dalam tindakan

pengelolaan tanah untuk budidaya.

Makin miring permukaan tanah, makin besar tingkat erosinya, yang didukung

pula oleh curah hujan yang tinggi. Pada kondisi demikian pemilihan dan penggunaan

metode konservasi tanah sangat penting untuk mencegah/mengurangi erosi dan banjir.

Faktor lain adalah ketinggian tempat dari permukaan laut dipakai sebagai salah

satu penentu batas-batas wilayah kawasan budidaya, dan mempunyai kaitan yang kuat

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

Kondisi Pertaniani di , Kab. Sumedang

II - 27

Page 28: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

dengan iklim (curah hujan dan suhu). Semakin tinggi suatu wilayah dari permukaan laut

semakin terbatas jenis tanaman budidaya. Pada ketinggian 0 – 500 m dpl sesuai untuk

jenis tanaman beriklim tropis, pada ketinggian antara 500 – 1.000 m dpl, sesuai untuk

tanaman beriklim sub tropis dan pada ketinggian diatas 1.000 m dpl hanya sesuai untuk

tanaman beriklim sedang (temperate).

Faktor-faktor lain yang

mempengaruhi kesesuaian lahan selain

merupakan potensi untuk

mengembangkan kawasan budidaya

pertanian, juga dapat menjadi faktor

pembatas yang merupakan permasalahan

pada aspek tersebut.

Untuk memperbaiki faktor pembatas yang

ada dapat diberikan input teknologi yang berbentuk :

Pencetakan sawah

Pembuatan saluran irigasi

Pembuatan saluran drainase

Perbaikan mekanis lapisan perakaran

Pemupukan

Penanaman searah kontur

Pembuatan terasering

Dengan berbagai usaha/masukan teknologi diatas diharapkan dapat

menanggulangi baik menghilangkan atau menurunkan tingkat faktor pembatas,

sehingga kelas kesesuaian lahan tersebut dapat diperbaiki.

Dengan berpedoman pada hasil peniulaian kesesuaian lahan tersebut berarti

dapat diketahui jenis faktor pembatas yang dapat diperbaiki dalam bentuk teknologi

yang diterapkan untuk melakukan perbaikan dan menghjilangkan faktor pembatas.

Untuk lahan0lahan yang memiliki kemiringan tanah 0 – 5 % sangat optimal untuk

tanaman padi, akan tetapi jika kemiringan > 14 % diperlukan tindakan konservasi

dengan membuat teras-teras. Selain itu tanah bersifat gembur atau remah dan

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

Kondisi Pertaniani di Dawuan, Kab. Majalengka

II - 28

Page 29: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

mengandung bahan organik yang cukup tinggi atau minimum mengandung 4 % bahan

organik.

Faktor kelerengan atau kemiringan lahan di Koridor Bandung-Cirebon adalah

dominan. Untuk itu diperlukan teknik

konservasi kawasan dengan tanaman

penguat, misalnya jenis Gembalia dan

Alkbasia yang kayunya memiliki nilai

ekonomi yang cukup tinggi, selain itu

juga bagian bawahnya (tanaman

penutup tanah) dapat ditanami sejenis

tanaman kacang-cangan sejenis Clotaria

sp. Atau sejenis rumput gajah yang juga

dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, akan tetapi jenis rumput ini akan mati jika

kemarau panjang tetapi sistim perakarannya akjan tetap hidup sehingga disaat musim

hujan datang tanaman tersebut akan cepat tumbuh kembali.

Untuk pemanfaatan daerah/kawasan dengan kemiringan antara 5 – 40 % dapat

dilakukan teknik konservasi dengan teras kredit. Teras Kredit artinya teras yang

terbentuk secara bertahap karena tertahannya erosi tanah oleh guludan. Teras

semacam ini memotong lereng dan guludan, pada daerah ini sebaiknya ditanami secara

rapat dengan tanaman pagar dan atau rumput/legum penutup tanah. Tujuannya dibuat

teras kredit adalah untuk menangkap aliran air permukaan pada bidang areal serta

mengurangi erosi. Teras Bangku akan terbentuk dengan senirinya setelah 3 – 7 tahun.

Pembentukan teras bangu ditentukan oleh cara pengolahan tanah. Apabila pengolahan

tanah ditarik kebagian bawah lereng, maka pembentukan teras bangku akan lebih cepat.

Selain itu disepanjang Koridor Bandung-Cirebon dapat dikembangkan

Agroforestry (Wanatani). Wanatani ini merupakan salah satu bentuk sistem usaha tani

yang menggabungkan tanaman keras dengan jenis komoditas lain. Gabungan tersebut

sebaiknya mempunyai hubungan yang saling menguntungkan antara berbagai jenis

tanaman tersebut. Sampai sejauh ini di Indonesia dikenal berbagai macam tipe

Wanatani. Ada sistem wanatani tradisional (Indiginous Agroforestry) seperti hutan

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

Kondisi Kebun di Ciwaringin, Kabupaten Cirebon

II - 29

Page 30: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

rakyat, kebun campuran dan pekarangan. Selain itu juga dikenal sistem pertanaman

Silvi Pastura (Alley Cropping) atau pertanaman lorong.

Beberapa model wanatani diantaranya adalah :

1. Talun Hutan Rakyat

Talun adalah lahan diluar areal permukiman yang ditumbuhi dengan tanaman hutan

dan tanaman tahunan lainnya, karena tumbuh sendiri secara spontan maka proporsi

dan jarak tanamnya sering tidak beraturan, sistem ini telah lama dikenal khususnya

di Jawa Barat.

2. Kebun Campuran

Kebun campuran mirip dengan talun, tetapi pada umumnya sengaja ditanam. Yang

ditanam adalah tanaman tahunan seperti petai, jengkol, aren, melinjo, buah-

buahan, kapuk dan kayu-kayuan. Adakalanya sebagian lahan ditanami dengan

tanaman pangan semusim. Kalau proporsi tanaman pangan semusim lebih besar

dari pada tanaman tahunan maka lahan tersebut menjadi tegalan.

3. Pertanaman Sela

Sistim pertanaman sela yaitu penanaman tanaman pangan semusim atau rumput

pakan ternak diantara tanaman tahunan. Penanaman diatur sedemikian rupa

sehingga tanaman tidak saling merugikan. Pada mulanya sistim ini diterapkan di

hutan jati, tetapi karena keberhasilannya kini sistim tersebut diterapkan juga

dihutan pinus, albazia dan lamtoro. Selain itu dapat ditambahkan juga tanaman

nenas dan cabe. Sistem ini bermanfaat ganda, selain menjaga kestabilan ekosistem,

juga mencegah kerusakan lahan dan meningkatkan penghasilan petani.

4. Silvi Pastura

Sistem Silvi Pastura sebenarnya merupakan bentuk lain dari tumpang sari tetapi

yang ditanam di sela-sela tanaman pakan ternak, seperti rumpur gajah, setaria dan

lain-lain. Ada beberapa bentuk Silvi Pastura yang dikenal di Indonesia, antara lain :

(1) tanaman pakan ternak di hutan tanaman industri, (2) tanaman pakan ternak di

hutan sekunder; (3) tanaman pohon-pohonan sebagai tanaman penghasil pakan dan

(4) tanaman pakan sebagai pagar hidup.

2.5 Masalah dan Tantangan Kawasan

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 30

Page 31: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

Selain potensi-potensi tersebut, perkembangan jalan Bandung-Cirebon ini juga

berpotensi memunculkan permasalahan baru terutama adalah munculnya gangguan lalu

lintas. Dampak gangguan lalu lintas ini merupakan dampak turunan dari adanya

perubahan tata guna lahan terutama di sekitar titik pertemuan jalan Bandung-Cirebon

dan jalan lainnya dan Perkembangan Jalan tol yang ada di kawasan perencanaan.

Sumber dampaknya adalah bangkitan lalu lintas yang dihasilkan dari perubahan tata

guna lahan (terutama yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah) di sekitar

kawasan koridor Bandung-Cirebon dan sekitar lokasi jalan keluar Tol yang ada di

kawasan menuju jalan arteri. Menilik dari tingkat bangkitan lalu lintas yang dapat

terjadi, maka tingkat gangguan lalu lintas dengan v/c mencapai 0.85 di sekitar lokasi

tersebut, maka besaran dampaknya termasuk sedang. Sementara itu dilihat dari daerah

persebaran perubahan yang akan mencakup jalur lalu lntas utama Bandung dan Cirebon,

dan dampaknya dapat berlangsung menerus, maka sifat dan derajatnya dapat

dikategorikan negatif penting. Menurut mekanisme aliran dampaknya, dampak ini

merupakan dampak tidak langsung dari kegiatan perkembangan koridor Bandung-

Cirebon terhadap komponen sarana dan prasarana.

2.5.1 Masalah dan Tantangan Aspek Fisik Kawasan

Sedangkan pola permasalahan kawasan dari aspek fisik yang dapat diindikasi

diantaranya adalah berupa kebencanaan geologi seperti gempa bumi dan gerakan

tanah. Kawasan rentan kegempaan terutama dikarenakan terdapatnya sesar

Majalengka-Kuningan. Dari aspek gerakan tanah, kawasan koridor sepanjang Bandung-

Cirebon dapat dikategori menjadi 3 bagian yaitu kawasan yang merupakan zona gerakan

tanah sangat rendah, zona gerakan rendah, zona gerakan menengah dan zona gerakan

tinggi.

Zona gerakan tanah.tinggi terutama dalam wilayah Leuwimunding dan Cimalaka

pada kawasan-kawasan perbukitan bergelombang hingga terjal di kemiringan 15-45%.

Terkait khusus dengan lintasan jalannya, dengan adanya pembangunan ruas-ruas jalan

Bandung-Cirebon dan pembangunan jalan Tol Cisumdawu menyebabkan terjadinya

perubahan lingkungan fisik alami dilintasan terbangunnya, baik bentang maupun ekologi

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 31

Page 32: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

alam yang ada sebelumnya. Dampak yang terindikasi adalah munculnya gangguan pola

aliran air permukaan. Hal ini merupakan dampak turunan dari adanya perubahan tata

guna lahan akibat pembangunan di sepanjang jalan koridor perencanaan tersebut.

Sumber dampaknya adalah berkurangnya daerah tangkapan air sehingga yang semula

air hujan dapat ditampung atau meresap, setelah adanya perubahan tata guna lahan

langsung berubah menjadi aliran air permukaan (run off). Dampak lanjutan yang ada

adalah potensinya bencana banjir akibat perubahan aliran air permukaan ini, terutama

pada daerah lembah. Terjadinya run off yang meningkat pada suatu wilayah dan tidak

memadainya sistem drainase yang ada, maka pada lokasi ini akan terjadi banjir

(genangan). Dampak lain adalah adanya perubahan kawasan lindung menjadi kawasan

budidaya.

Sementara itu permasalahan lain yang timbul akibat perkembangan kawasan

koridor Bandung-Cirebon dapat dilihat dari adanya pemanfaatan lahan yang berada di

zona kurang leluasa untuk pembangunan. Pemanfaatan yang tidak sesuai ini berada di

Kecamatan Paseh dan Cimalaka. Luas total yang telah dimanfatkan seluas 52,65 Ha,

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.10.

Tabel II.10Luas Lahan dalam Zona kurang Leluasa yang telah dimanfaatkan dalam

Kawasan Koridor Bandung-Cirebon

KORIDOR KECAMATAN ZONA KELELUASAAN

LUAS (Ha)

SUMEDANG PASEH Zona 4 0.69CIMALAKA Zona 4 51.96

TOTAL LUAS 52.65Sumber: Hasil Pengolahan Konsultan 2009

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 32

Page 33: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

Gambar 2.4

Lahan Kurang Leluasa yang Telah dikembangkan pada Kawasan Koridor Bandung-

Cirebon

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 33

Page 34: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

2.5.2 Masalah dan Tantangan Kawasan dalam Bidang Ekonomi

Secara khusus terkait dengan

adanya pembangunan dan

pengoperasian jalan Bandung-Cirebon,

implikasi yang signifikan terkait

dengan tata ruang wilayah yang

dilintasinya adalah terjadinya alih

fungsi lahan yaitu berubahnya

pemanfaatan lahan menjadi ruas-ruas

jalan koridor tersebut dengan

berbagai bentukan teknisnya. Pola

perubahan tersebut sebagai akibat dari kemudahan aksesibilitas barang dan jasa antar

wilayah, sehingga kemungkinan besar dapat menarik kegiatan investasi (kawasan

industri dan perumahan). Perubahan tata guna lahan yang diperkirakan terjadi adalah

perubahan dari areal pertanian menjadi kawasan industri dan perumahan. Diperkirakan

di sepanjang koridor Bandung-Cirebon dapat terjadi kegiatan investasi rata-rata satu

kawasan industri dan satu komplek perumahan setiap periode 2 tahun. Kalau satu

kawasan industri luasnya rata-rata 100 hektar dan satu komplek perumahan rata-rata 25

hektar, maka perubahan tata guna lahan (terutama areal sawah dan tegalan menjadi

kawasan industri dan perumahan) sebesar 0.24% per tahun. Meskipun demikian, di satu

sisi terjadinya perkembangan kawasan terbangun (industri dan perumahan) dapat

dijadikan salah satu indikator pengukuran tingkat perkembangan suatu wilayah.

2.5.3 Masalah dan Tantangan Kawasan dalam Bidang Budidaya Pertanian

Secara umum bagi pengembangan wilayah dalam kawasan koridor Bandung-

Cirebon potensi ruang yang dimiliki adalah masih luasnya ketersediaan kawasan non

terbangun yang cenderung tidak produktif seperti masih luasnya lahan belukar/rumput

terutama didalam Koridor Majalengka. Sehingga potensi untuk diubah menjadi lahan

produktif masih sangat terbuka sekali. Dari sisi bagi peningkatan kegiatan ekonomi

produktif, luasnya lahan bagi persawahan (irigasi teknis dan tadah hujan) dan kebun

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

Kondisi Pasar Pasalaran di Plered, Kabupaten Cirebon

II - 34

Page 35: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

membuka peluang untuk dimanfaatkan secara optimal bagi mendukung perekonomian

wilayah.

Sedangkan dari sisi

permasalahan yang muncul terkait pola

perkembangan pemanfaatan lahan

yang terjadi, berdasar temuan studi

adalah adanya kawasan-kawasan yang

tidak konsisten pemanfaatannya baik

berdasar kajian eksisting maupun

perbandingan terhadap arahan RTRW

wilayah bersangkutan. Terdapat

beberapa kawasan budidaya yang berkembang berada dalam kawasan lindung serta

pemanfaatan kawasan budidaya terbangun yang berada pada kawasan rentan bencana,

yaitu kawasan perumahan dan industri berlokasi pada kawasan rentan gerakan tanah.

Pola permukiman dalam kawasan koridor terbentuk secara sporadis dan menyebar.

Pemisahan jarak yang terjadi tersebut akan menjadi salah satu kendala bagi pemusatan

penyediaan sarana prasarana pendukung.

Sementara itu kawasan budidaya pertanian juga mengalami banyak perubahan

menjadi kawasan terbangun. Semua sawah pada wilayah kecamatan yang ada di

kawasan koridor memiliki perubahan dari lahan peruntukan sawah pada tahun 2004

menjadi lahan peruntukkan permukiman. Masalah utama adalah perubahan sawah

irigasi yang produktif menjadi lahan permukiman. Sementara untuk perubahan lahan

sawah tadah hujan menjadi permukiman dapat dikatakan adalah perubahan yang

produktif. Total sawah irigasi yang berubah menjadi lahan permukiman di kawasan

koridor perencanaan adalah 3.319,45 Ha.

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

Kondisi Kebun di Klangenan, Kab. Cirebon

II - 35

Page 36: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

Table II.11Perubahan Lahan Sawah menjadi lahan Terbangun di Kawasan Koridor

Nama Koridor Nama KecamatanPeruntukan Lahan

2004Peruntukan Lahan

2008KETERANGAN

LUAS (Ha)

BANDUNGCibiru Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 16.25

Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 50.15Cileunyi Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 468.06

Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 136.89

SUMEDANG

TOMO Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 19.86Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 5.96

PASEH Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 0.06Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 9.77

JATINANGOR Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 420.55Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 27.09

SUMEDANG UTARA

Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 34.21Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 212.62

SUMEDANG SELATAN

Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 28.85Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 18.64

CIMALAKA Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 43.11Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 17.29

PAMULIHAN Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 0.53Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.82

TANJUNGSARI Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 104.27Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 103.20

MAJALENGKA

SUMBERJAYA Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 139.30Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.00

DAWUAN Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 65.78Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.00

PALASAH Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 145.21Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.00

JATIWANGI Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 166.83Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.00

LEUWIMUNDING Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 82.19Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 28.14

KADIPATEN Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 171.55Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.00

CIREBON

KLANGENAN Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 242.08Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.00

JAMBLANG* Sawah Irigasi Permukiman PermasalahanSawah Tadah Hujan Permukiman Produktif

GUNUNGJATI Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 96.89Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.00

CIWARINGIN Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 192.98Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 11.15

PLERED Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 256.97Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.00

WERU Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 210.60Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.00

PALIMANAN Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 168.90Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.98Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 23.38

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 36

Page 37: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

Nama Koridor Nama KecamatanPeruntukan Lahan

2004Peruntukan Lahan

2008KETERANGAN

LUAS (Ha)

TENGAH TANI Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.00GEMPOL Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 42.43

Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 4.49KEDAWUNG Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 56.03

Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.00DEPOK Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 117.95

Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 61.70KEJAKSAN Sawah Irigasi Permukiman Permasalahan 4.61

Sawah Tadah Hujan Permukiman Produktif 0.00Sumber: Hasil Pengolahan 2009

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 37

Page 38: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

Gambar 2.6

Lahan Sawah Irigasi yang Berubah Menjadi Lahan Permukiman

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 38

Page 39: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

2.6 Isu Pengembangan Kawasan

Dalam perkembangannya Koridor Bandung-Cirebon mengalami pertumbuhan

yang pesat seiring dengan into juga timbul isu-isu perkembangan yang menjadi potensi

dan permasalahan dalam kawasan. Berdasarkan hasil observasi dan analisa pada table

3.5 dapat dilihat isu-isu utama yang ada dalam perkembangan koridor.

Tabel II.12Potensi dan Masalah Pada Koridor Bandung-Cirebon

Isu Pengembangan Kawasan

Potensi Masalah

Fisik, land use dan daya dukung lahan/ daya tampung lingkungan

Banyaknya Lahan yang berada di zona leluasa namun belum produktif

Adanya Lahan terbangun yang berada pada zona kurang leluasa

Masih banyaknya sawah tadah hujan yang dapat dikembangkan menjadi lebih produktif terkait dengan pembangunan waduk Jatigede

Adanya sawah irigasi yang berubah menjadi permukiman

Sosial dan Budaya Pertumbuhan Penduduk yang pesat yang dapat dimanfaatkan sebagai sumberdaya manusia bagi pengembangan kawasan

Kurangnya fasilitas pendidikan untuk menguatkan sumber daya manusia

Ekonomi dan kegiatan perekonomian kaw

Pertumbuhan kawasan yang relatif cepat terutama pada koridor Bandung dan koridor Cirebon

Fasilitas Sosial dan ekonomi belum memadai untuk mendukung pertumbuhan ekonomi

Mulai tumbuhnya kawasan-kawasan industri baru di Koridor Cirebon dan Majalengka

Tidak meratanya keberadaan fasilitas sosial dan ekonomi di kawasan koridor

Infrastruktur Wilayah

Pertumbuhan arus pergerakan yang tinggi menandakan kawasan ini sangat penting sebagai penghubung dua PKN (Bandung Raya dan Cirebon)

Tingkat Pelayanan jalan di beberapa titik sudah tidak memadai

Sumber: Hasil Analisa Konsultan, 2009

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 39

Page 40: Bab 2 Tinjauan Kebijakan Dan Profil Kawasan Strategis Koridor Bandung-cirebon

LAPORAN AKHIR ==========================================================

Potensi dan masalah yang dijabarkan pada table diatas akan dikaji lebih lanjut dalam

penyusunan rencana tata ruang kawasan dimana potensi yang ada akan dioptimalkan

dan masalah yang asa akan dihilangkan atau direduksi untuk pertumbuhan kawasan

yang lebih optimal bagi kawasan.

Dinas Permukiman & Perumahan Propinsi Jawa BaratPenyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (Koridor Bandung-Cirebon)

II - 40