bab 2 tinjauan pustaka · 2018. 1. 17. · bab 2 tinjauan pustaka 2.1 proses pengolahan kelapa...
TRANSCRIPT
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Pengolahan Kelapa Sawit
2.1.1 Stasiun Penerimaan
Hal ini sangat sederhana, sebagian besar jenis jembatan timbang
sekarang menggunakan sel-sel beban, dimana tekanan beban
menyebabkan variasi pada sistem listrik yang diukur. Pabrik Kelapa
Sawit sekarang ini pada umumnya sudah menggunakan jembatan
timbang yang terintegrasi langsung dengan sistem komputer.
Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu truk yang melewati jembatan
timbang berhenti 5 menit, kemudian dicatat berat truk awal sebelum
TBS dibongkar dan sortir, kemudian setelah dibongkar truk kembali
ditimbang, selisih berat awal dan akhir adalah berat TBS yang diterima
dipabrik. TBS yang telah ditimbang kemudian diterima oleh bagian
Loading ramp, untuk dilakukan penyortiran.Hal ini dilakukan untuk
memisahkan antara TBS yang layak diolah atau tidak.
2.1.2 Stasiun Perebusan
Setelah disortir, TBS yang layak olah lalu dimasukkan ke dalam lori
rebusan yang terbuat dari plat besi / baja berlubang-lubang (cage) dan
langsung dimasukkan ke dalam Sterilizer yaitu bejana perebusan yang
menggunakan uap air yang bertekanan antara 2.6 sampai 3.0 Kg/cm2.
Proses perebusan ini dimaksudkan untuk mematikan enzim-enzim
yang dapat menurunkan kualitas minyak CPO. Disamping itu, juga
dimaksudkan agar buah sawit mudah lepas dari tandannya
(berondolan) dan memudahkan pemisahan daging buah sawit dari
cangkang dan inti.
2.1.3 Stasiun Kempa
Pada tahapan mesin Trehser, buah yang masih melekat pada tandannya
akan dipisahkan dengan menggunakan prinsip bantingan, sehingga
buah tersebut terlepas (kemudian ditampung dan dibawa oleh Fruit
Conveyor ke Digester).
Pada stasiun ini tandan buah segar yang telah direbus siap untuk
dipisahkan antara berondolan dan tandannya. Sebelum masuk kedalam
thresser TBS yang telah direbus diatur pemasukannya dengan
menggunakan auto feeder.Dengan menggunakan putaran TBS
dibanting sehingga berondolan lepas dari tandannya dan jatuh ke
conveyor dan elevator untuk didistribusikan ke rethresser untuk
pembantingan kedua kalinya. Thresser mempunyai kecepatan putaran
22 – 25 rpm.Pada bagian dalam thresser, dipasang batang-batang besi
perantara sehingga membentuk kisi-kisi yang memungkinkan
berondolan keluar dari thresser.Untuk tandan kosong sendiri
didistribusikan dengan empty bunch conveyor untuk didistribusikan ke
penampungan empty bunch.
Berondolan yang keluar dari thresser jatuh ke conveyor, kemudian
diangkut dengan fruit elevator ke top cross conveyor yang
mendistribusikan berondolan ke distributing conveyor untuk
dimasukkan dalam tiap-tiap digester.Digester adalah tangki silinder
tegak yang dilengkapi pisau-pisau pengaduk dengan kecepatan putaran
25-26 rpm, sehingga brondolan dapat dicacah di dalam tangki ini.Bila
tiap-tiap digester telah terisi penuh maka brondolan menuju ke
conveyor recycling, diteruskan ke elevator untuk dikembalikan ke
digester.Tujuan pelumatan adalah agar daging buah terlepas dari biji
sehingga mudah di-press. Untuk memudahkan pelumatan buah, pada
digester di-inject steam bersuhu sekitar 90 – 95 °C.
2.1.4 Stasiun Klarifikasi
Minyak yang berasal dari stasiun press masih banyak mengandung
kotoran-kotoran yang berasal dari daging buah seperti lumpur, air dan
lain-lain. Untuk mendapatkan minyak yang memenuhi standar, maka
perlu dilakukan pemurnian terhadap minyak tersebut. Pada stasiun ini
terdiri dari beberapa unit alat pengolah untuk memurnikan minyak
produksi, yang meliputi : Sand Trap Tank, Vibrating Screen, Crude Oil
Tank, Continous Settling Tank (CST), Oil Tank, Purifier, Vacum
Dryer, Sludge Oil Tank, Sludge Vibrating Screen, Sludge Centrifuge,
Fat Pit, da n Storage Tank.
Gambar 2.1 Stasiun Klarifikasi
2.1.5 Stasiun Pengolahan Biji
Pada stasiun ini dilakukan aktifitas pemisahan serabut dari nut,
pemisahan inti dari cangkangnya dan juga pengeringan inti. Peralatan
yang digunakan di stasiun ini , diantaranya : Cake Breaker Conveyor
(CBC), Depericarper, Nut Silo, Ripple Mill, Claybath, dan Kernel Silo.
Gambar 2.2 Stasiun Pengolahan Biji
2.2 Unit Sterilizer
Fungsi dari proses perebusan adalah :
a. Mempermudah proses pelepasan brondolan buah sawit dari tandan buah
segar (TBS).
b. Menonaktifkan enzim lipase penghasil asam lemak bebas (ALB) atau Free
Fatty Acid (FFA).
c. Mempermudah proses pelepasan inti sawit (kernel) dari cangkangnya.
d. Mempermudah pelumatan berondolan (di mesin digester) dan
pengepressan di mesin screw press serta mengurangi kadar air pada
brondolan sawit.
e. Untuk membantu proses pemecahan emulsi.
f. Supaya serat (fibre) dan biji (nut) mudah terlepas.
Ada beberapa yang mempengaruhi hasil dari perebusan salah satunya adalah
temperatur uap yang digunakan. Biasanya temperatur uap yang digunakan
pada sterilizer adalah 130-135°C dan tekanan 2,8-3 kg/cm². (Naibaho, 1998)
Secara umum pada pabrik pengolahan kelapa sawit digunakan banyak
bermacam-macam jenis sterilizer yaitu: vertical sterilizer, horizontal
sterilizer, continious sterilizer, dimana semua jenis sterilizer ini mempunya
kelebihan dan kelemahan masing-masing. Namun untuk saat ini yang umum
digunakan adalah jenis vertical sterilizer dan horizontal sterilizer.
Pola perebusan yang digunakan pada sebuah PKS harus disesuaikan dengan
kemampuan boiler untuk memproduksi uap, agar tujuan dari perebusan
tersebut dapat tercapai dengan baik. Pola perebusan pada PKS yang lazim
dikenal adalah sistim single peak, sistim double peak, sisitim triple peak,
namun untuk saat ini yang umum digunakan adalah sistim triple peak dengan
berbagai macam modifikasi tergantung dari kodisi pabrik, buah yang diolah,
kapasitas lori dan kebijakan dari manajemen operasional (Bahan Ajar
STIPAP).
2.3 Perpindahan Panas
Perpindahan panas adalah ilmu yang mempelajari tentang laju perpindahan
panas diantara material/benda karena adanya perbedaan suhu(panas dan
dingin).Panas akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ketempat yang
suhunya lebih rendah (Donald, 2011)
Proses perpindahan panas dapat terbagi atas tiga cara yaitu :
1. Perpindahan panas secara konduksi
2. Perpindahan panas secara konveksi
3. Perpindahan panas secara radiasi
2.3.1 Perpindahan Panas Secara Konduksi
Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas dimana
molekul-molekul dari zat perantara tidak ikut berpindah tempat tetapi
molekul-molekul tersebut hanya menghantarkan panas atau proses
perpindahan panas dari suhu yang tinggi ke bagian yang suhunya lebih
rendah. Konduksi (keadaan steady). Suatu material bahan yang
mempunyai gradient, maka kalor yang mengalir tanpa disertai oleh
suatu gerakan zat. Aliran kalor seperti ini disebut konduksi atau
hantaran. Konduksi termal pada logam-logam padat terjadi akibat
gerakan elektron yang terikat dan konduksi termal mempunyai
hubungan dengan konduktivitas listrik. Pemanasan pada logam berarti
pengaktifan gerakan molekul, sedangkan pendinginan berarti
pengurangan gerakan molekul. (McCabe, 1993)
Contoh perpindahan kalor secara konduksi antara lain: perpindahan
kalor pada logam cerek pemasak air atau batang logam pada dinding
tungku. Laju perpindahan kalor secara konduksi sebanding dengan
gradient suhu perpindahan kalor secara konduksi sebanding dengan
gradient suhu (McCabe, 1993).
Rumus berdasarkan hokum Fourier yang berbunyi
Rumus berdasarkan hukum Fourier yang berbunyi perpindahan panas
konduksi adalah proses perpindahan panas jika panas mengalir dari
tempat yang suhunya tinggi ketempat yang suhunya lebih rendah,
dengan media penghantar panas tetap.
𝑞 = −𝑘𝐴 (𝑑𝑡
𝑑𝑥) Atau
𝑞𝐾
𝐴= −𝑘 (
𝑑𝑡
𝑑𝑥) ……………..
1
q = perpindahan kalor k = termal konduktivitas
(𝑑𝑡
𝑑𝑥)= gradien temperature A = luas permukaan bidang hantaran
2.3.2 Perpindahan Panas Secara Konveksi
Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan panas yang
terjadi dari suatu tempat ke tempat lain dengan gerakan partikel
secara fisis. Perpindahan panas panas secara konveksi ini juga
diakibatkan oleh molekul-molekul zat perantara ikut bergerak
mengalir dalam perambatan panas atau proses perpindahan panas dari
suatu titik ke titik lain dalam fluida antara campuran fluida dengan
bagian lain. Arus fluida yang melintas pada suatu permukaan, maka
akan ikut terbawa sejumlah enthalphi. Aliran enthalphi ini disebut
aliran konveksi kalor atau konveksi. Konveksi merupakan suatu
fenomena makroskopik dan hanya berlangsung bila ada gaya yang
bekerja pada partikel atau ada arus fluida yang dapat membuat
gerakan melawan gaya gesek (McCabe, 1993). Contoh sederhana
perpindahan panas secara konveksi adalah aliran air yang dipanaskan
dalam belanga. Kalor yang dipindahkan secara konveksi dinyatakan
dengan persamaan Newton tentang pendinginan. (Holman, 1986)
Rumus perpindahan panas dengan cara konveksi berdasarkan hukum
newton yang menyatakan yaitu perpindahan panas yang terjadi antara
permukaan padat dengan fluida yang mengalir disekitarnya, dengan
menggunakan media penghantar berupa fluida (cairan/gas).
𝑞𝑐=ℎ𝑐𝐴 (𝑇𝑤−𝑇𝑠) atau 𝑞𝑐
𝐴= ℎ𝑐 (𝑇𝑤− 𝑇𝑠) ….………... 2
q = kalor yang dipindahkan
h = koefisien perpindahan kalor secara konveksi
A = luas bidang permukaan perpindahan panas
T = temperatur
Berdasarkan gaya penyebab terjadinya arus aliran fluida, konveksi
dapat diklasifikasikan:
a. Konveksi Bebas (Natural Convention)
Merupakan proses perpindahan panas yang berlangsung secara
alamiah, dimana perpindahan panas dalam molekul-molekul dalam
zat yang dipanaskan terjadi dengan sendirinya tanpa adanya tenaga
dari luar. Konveksi alamiah dapat terjadi karena ada arus yang
mengalir gaya apung, sedangkan gaya apung terjadi karena ada
perbedaan densitas fluida tanpa dipengaruhi gaya dari luar sistem.
Perbedaan densitas fluida terjadi karena adanya gradien suhu pada
fluida. Contoh konveksi alamiah antara lain aliran udara yang
melintasi radiator panas. (McCabe, 1993)
Contoh: plat panas dibiarkan berada di udara sekitar tanpa ada
sumber gerakan dari luar.
b. Konveksi Paksa (Forced Convection)
Konveksi paksa adalah perpindahan panas yang mana dialirannya
tersebut berasal dari luar, seperti dari blower atau kran dan pompa.
Konveksi paksa dalam pipa merupakan persolaan perpindahan
konveksi untuk aliran dalam atau yang disebut dengan internal
flow. Adapun aliran yang terjadi dalam pipa adalah fluida yang
dibatasi oleh suatu permukaan. Sehingga lapisan batas tidak dapat
berkembang secara bebas seperti halnya pada aliran luar
(Walujodjati, 2012).
Contoh konveksi paksa adalah : memasak air diatas kompor, udara
bakar yang dihembuskan blower combustion air ke dalam pipa-pipa
recuperator, sistem pendingin mesin mobil /radiator, hair dryer
,dll.
2.3.3 Perpindahan Panas Secara Radiasi
Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas yang
terjadi karena perpindahan energi melalui gelombang
elektromagnetik secara pancaran. Antara sumber energi dengan
penerima panas tidak terjadi kontak, bagian dapur yang terkena
radiasi adalah ruang pembakaran. Pada radiasi panas, panas diubah
menjadi gelombang elektromagnetik yang merambat tanpa melalui
ruang media penghantar. Jika gelombang tersebut mengenai suatu
benda, maka gelombang dapat mengalami transisi (diteruskan),
refleksi (dipantulkan), dan absorbsi (diserap) dan menjadi kalor.
Hal itu tergantung pada jenis benda, sebagai contoh memantulkan
sebagian besar radiasi yang jatuh padanya, sedangkan permukaan
yang berwarna hitam dan tidak mengkilap akan menyerap radiasi
yang diterima dan diubah menjadi kalor. Contoh radiasi panas
anatara lain pemanasan bumi oleh matahari. Menurut hokum Stefan
Boltzman tentang radiasi panas dan berlaku hanya untuk benda
hitam, bahwa kalor yang dipancarkan (dari benda hitam) dengan
laju yang sebanding dengan pangkat empat temperatur absolut
benda itu dan berbanding langsung dengan luas permukaan benda
(Koestoer, 2013)
Hukum Stefan-Boltzman menyatakan perpindahan panas secara
radiasi. Adalah perpindahan panas yang terjadi karena
pancaran/sinaran/radiasi gelombang elektromagnetik, tanpa
memerlukan media perantara.
q pancaran = 𝜎. 𝐴 . 𝑇4………………….……3
𝜎 = Konstanta proposionalitas (5,669 . 10−8 W/m . 𝐾4)
A = Luas permukaan bidang benda hitam
T = Temperatur absolut benda hitam
2.4 Termodinamika
Termodinamika adalah cabang dari ilmu fisika yang mempelajari tentang
proses perpindahan energi sebagai kalor dan usaha antara sistem dan
lingkungan. Kalor diartikan sebagai perpindahan energi yang disebabkan oleh
perbedaan suhu, sedangkan usaha merupakan perubahan energi melalui cara-
cara mekanis yang tidak disebabkan oleh perubahan suhu. Proses perpindahan
energi pada termodinamika berdasarkan atas dua hukum, yaitu Hukum 1
Termodinamika yang merupakan persyaratan hukum kekekalan energi, dan
Hukum 2 Termodinamika yang memberikan batasan tentang arah perpindahan
kalor yang dapat terjadi. (Bernard, 1982)
Dalam pembahasan kita kali ini, kita akan mengacu pada sistem tertentu, yaitu
Sistem Terbuka dan Sitem Tertutup. Sistem terbuka adalah sistem dimana
antara sistem dan lingkungan memungkinkan terjadinya pertukaran materi dan
energi. Apabila hanya terjadi pertukaran energi tanpa pertukaran materi,
sistem disebut sistem tertutup.Adapun sistem terisolasi adalah jika antara
sistem dan lingkungan tidak terjadi pertukaran materi dan energi.
Dalam termodinamika juga terdapat empat hukum dasar yang menjadi
panduan dalam keseluruhan kajiannya. Hukum-hukum termodinamika
tersebut antara lain:
a. Hukum 0 Termodinamika: Jika dua sistem dalam keadaan setimbang
dengan sistem ketiga, maka ketiga sistem saling setimbang satu
dengan lainnya.
b. Hukum I Termodinamika: Berbicara tentang prinsip kekekalan energi
yang berbunyi “Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan tetapi energi dapat diubah dari suatu bentuk energi ke
bentuk energi yang lainnya”.
c. Hukum II Termodinamika: Energi kalor tidak dapat seluruhnya diubah
menjadi energi mekanik atau usaha, tetapi sebagian akan terbuang.
d. Hukum III Termodinamika: Suatu saat sistem akan berada pada suhu
nol absolut, proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati
nilai minimum (Bernard, 1982).
2.4.1 Sistem Termodinamika
Dalam termodinamika dikenal istilah sistem dan lingkungan. Sistem
adalah benda atau sekumpulan apa saja yang akan diteliti atau diamati
dan menjadi pusat perhatian. Sedangkan lingkungan adalah benda-
benda yang berada diluar dari sistem tersebut. Sistem bersama dengan
lingkungannya disebut dengan semesta atau universal. Batas adalah
perantara dari sistem dan lingkungan. Contohnya adalah pada saat
mengamati sebuah bejana yang berisi gas, yang dimaksud dengan
sistem dari peninjauan itu adalah gas tersebut sedangkan
lingkungannya adalah bejana itu sendiri (Parkins, 1991)
Klasifikasi sistem termodinamika berdasarkan sifat dari batasan dan
arus benda, energi dan materi yang melaluinya. Ada tiga jenis sistem
berdasarkan jenis pertukaran yang terjadi antara sistem dan
lingkungannya, yaitu :
2.4.1.1 Sistem Terbuka
Sistem yang mengakibatkan terjadinya pertukaran energi
(panas dan kerja) dan benda (materi) dengan lingkungannya.
Sistem terbuka ini meliputi peralatan yang melibatkan adanya
aliran massa kedalam atau keluar sistem seperti pada
kompresor, turbin, nozel dan motor bakar. Sistem mesin
motor bakar adalah ruang didalam silinder mesin, dimana
campuran bahan bahan bakar dan udara masuk kedalam
silinder, dan gas buang keluar sistem. Pada sistem terbuka ini,
baik massa maupun energi dapat melintasi batas sistem yang
bersifat permeabel. Dengan demikian, pada sistem ini volume
dari sistem tidak berubah sehingga disebut juga dengan
control volume (Parkins, 1991)
Perjanjian yang kita gunakan untuk menganalisis sistem
adalah:
a. Untuk panas (Q) bernilai positif bila diberikan kepada
sistem dan bernilai negatif bila keluar dari sistem.
b. Untuk usaha (W) bernilai positif pabila keluar dari
sistem dan bernilai negatif bila diberikan (masuk)
kedalam sistem.
2.4.1.2 Sistem Tertutup
Sistem yang mengakibatkan terjadinya pertukaran energi
(panas dan kerja) tetapi tidak terjadi pertukaran zat dengan
lingkungan. Sistem tertutup terdiri atas suatu jumlah massa
yang tertentu dimana massa ini tidak dapat melintasi lapis
batas sistem. Tetapi energi baik dalam bentuk panas (heat)
maupun usaha (work) dapat melintasi lapis batas sistem
tersebut. Dalam sistem tertutup, meskipun massa tidak dapat
berubah selama proses berlangsung, namun volume dapat saja
berubah disebabkan adanya lapis batas yang dapat bergerak
(moving boundary) pada salah satu bagian dari lapis batas
sistem tersebut. Contoh sistem tertutup adalah suatu balon
udara yang dipanaskan, dimana massa udara didalam balon
tetap, tetapi volumenya berubah dan energi panas masuk
kedalam massa udara didalam balon (Parkins, 1991)
Suatu sistem dapat mengalami pertukaran panas atau kerja
atau keduanya, biasanya dipertimbangkan sebagai sifat
pembatasnya:
a. Pembatas adiabatik: tidak memperbolehkan pertukaran
panas.
b. Pembatas rigid: tidak memperbolehkan pertukaran
kerja.
Dikenal juga istilah dinding, ada dua jenis dinding yaitu
dinding adiabatik dan dinding diatermik. Dinding adiabatik
adalah dinding yang mengakibatkan kedua zat mencapai suhu
yang sama dalam waktu yang lama (lambat). Untuk dinding
adiabatik sempurna tidak memungkinkan terjadinya
pertukaran kalor antara dua zat. Sedangkan dinding diatermik
adalah dinding yang memungkinkan kedua zat mencapai suhu
yang sama dalam waktu yang singkat (cepat).
2.4.1.3 Sistem Terisolasi
Sistem yang mengakibatkan tidak terjadinya pertukaran
panas, zat atau kerja dengan lingkungannya.Contohnya : air
yang disimpan dalam termos dan tabung gas yang terisolasi.
Dalam kenyataan, sebuah sistem tidak dapat terisolasi
sepenuhnya dari lingkungan, karena pasti ada terjadi sedikit
pencampuran, meskipun hanya penerimaan sedikit penarikan
gravitasi. Dalam analisis sistem terisolasi, energi yang masuk
ke sistem sama dengan energi yang keluar dari sistem
(Parkins, 1991)
Karakteristik yang menentukan sifat dari sistem disebut property (koordinat
sistem/variabel keadaan sistem), seperti tekanan (p), temperatur (T), volume
(v), masa (m), viskositas, konduksi panas dan lain-lain. Selain itu ada juga
koordinat sistem yang didefinisikan dari koordinat sistem yang lainnya
seperti, berat jenis, volume spesifik, panas jenis dan lain-lain.Suatu sistem
dapat berada pada suatu kondisi yang tidak berubah, apabila masing-masing
jenis koordinat sistem tersebut dapat diukur pada semua bagiannya dan tidak
berbeda nilainya. Kondisi tersebut disebut sebagai keadaan (state) tertentu
dari sistem, dimana sistem mempunyai nilai koordinat yang tetap. Apabila
koordinatnya berubah, maka keadaan sistem tersebut disebut mengalami
perubahan keadaan. Suatu sistem yang tidak mengalami perubahan keadaan
disebut sistem dalam keadaan seimbang (equilibrium).
2.5 Entalphi dan Entrophi
2.5.1 Entalphi
Entalpi adalah jumlah energi panas yang ditransfer (panas yang diserap
atau dipancarkan) dalam proses kimia di bawah tekanan konstan, ketika
reaksi berlangsung, mungkin menyerap atau melepas panas, dan jika
reaksi dilakukan pada tekanan konstan, panas ini disebut entalpi reaksi.
Entalpi molekul tidak dapat diukur. Oleh karena itu, perubahan entalpi
pada reaksi dapat diukur.(Sudarman, 2016)
Entalpi adalah kandungan kalor sistem dalam tekanan tetap. Entalpi di
lambangkan dengan H, sedangkan perubahan entalpi adalah selisih
antara entalpi akhir dan entalpi awal di simbolkan dengan dengan DH.
ΔH = Hakhir – Hmula-mula
Walaupun ini merupakan definisi yang biasa dari DH, keadaan entalpi
H, mula-mula dan akhir (yang sebenarnya berhubungan dengan jumlah
energi yang adapada keadaan ini) tidak dapat di ukur. Ini di sebabkan
jumlah energi total dari sistem adalah jumlah dari semua energi kinetik
dan energi potensialnya.
Perubahan entalpi antara setiap pasangan reaktan dan produk tidak
tergantung pada jalur antara mereka. Selain itu, perubahan entalpi
tergantung pada fase reaktan. Sebagai contoh, ketika gas oksigen dan
hidrogen bereaksi untuk menghasilkan uap air, perubahan entalpi adalah
-483,7 kJ. Namun, ketika reaktan yang sama bereaksi untuk
menghasilkan air dalam bentuk cair, perubahan entalpi adalah -571,5 kJ.
(Sudarman, 2016)
2.5.2. Entropi
Entropi adalah fungsi keadaan, dan merupakan kriteria yang
menentukan apakah suatu keadaan dapat dicapai dengan spontan dari
keadaan lain. Entropi merupakan besaran termodinamika yang
menyatakan derajat ketidakteraturan partikel. Jika sistem kemasukan
kalor, maka entropi bertambah., dan sebaliknya jika kalor keluar maka
entropi berkurang. Menentukan entropi (S) suatu sistem tidak mudah
karena menyangkut energi yang di kandungnya. Akan tetapi besarnya
peribahan entropi (ΔS) dalam suatu peristiwa dapat di hitung dari
besarnya kalor yang masuk atau yang keluar. Kalor dapat menambah
ketidakteraturan (entropi) partikel sistem, tetapi perubahan itu tidak
linier, dan bergantung pada suhu sistem. Seperti energi dalam (U) dan
entalpi (H), Entropi adalah besaran termodinamika yang nilainya
tergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir dan tidak di pengaruhi
oleh jalan yang di tempuh. Oleh sebab itu, ΔS proses reversibel sama
dengan irreversibel walaupun kalor yang di serap tidak sama. (Taro
Saito, Kimia Anorganik, 1996)
qir = ΔU + P (V2 – V1)
2.6 Bejana Bertekanan
Bejana tekan adalah suatu alat untuk menabung fluida yang bertekanan atau,
bejana selain pesawat uap yang didalamnya terdapat tekanan yang melebihi
tekanan udara luar, dipakai untuk menampung gas atau gas campuran
termasuk udara baik terkempa menjadi cair atau dalam keadaan larut atau
beku. Tekanan eksternal dapat disebabkan karena internal vacuum atau
tekanan fluida antara jacket dan dinding bejana, bejana yang dikenai tekanan
eksternal biasanya diperiksa sama seperti bejana yang dikenai tekanan
internal.
Yang termasuk bejana tekan adalah:
a. Bejana penampung atau storage tank
b. Bejana pengangkut atau bejana transport
c. Botol baja atau tabung gas
d. Instalasi atau pesawat pendingin
e. Instalasi pipa gas atau udara
f. Reaktor, reaktor adalah suatu tangki tempat berlangsungnya suatu
proses reaksi kimia dengan jalan bahan-bahan yang diperlukan
dimasukan kedalamnya kemudian dicampur, dipanaskan, didinginkan,
ditekan atau disuling dan lain-lain agar menghasilkan reaksi yang
diinginkan
Komponen utama dari bejana tekan adalah :
a. Shell (the primary component that contains the pressure)
b. Head (shell must be closed at the ends by heads)
c. Nozzle (cylindrical component that penetrates the shell or head).
d. Support (saddle, leg, lug and skirt)
e. Column, tower, drum, reactor, heat exchanger, condenser, air cooler,
sphere dan accumulator adalah tipe-tipe yang umum dari bejana tekan.
f. Cylindrical (dengan bentuk head flat, conical, toriconical,
torispherical, semiellipsoidal atau hemispherical)
g. Spherical
h. Spheroidal
i. Boxed (dengan flat rectangular atau flat square plate head sebagai
header dari air cooled exchanger)
j. Lobed.
Bejana yang berbentuk silinder, termasuk heat exchanger dan condenser
(posisi horisontal atau vertikal) disangga oleh column, cylindrical plate skirt
atau plate lugs. Spherical umumnya disangga dengan column atau skirt,
sedangkan spheroidal diletakkan pada pondasinya. Beberapa metode dipakai
untuk membuat bejana tekan dengan welding, brazing dan forging (paku
keling jarang digunakan saat ini). Umumnya material yang digunakan adalah
carbon steel, tetapi untuk penggunaan khusus bisa dipakai nickel, titatium,
high nickel alloy atau alumunium dll. Copper dan copper alloy ditemukan
pada petrochemical plant. Jika carbon steel tidak bisa menahan korosi atau
erosi, ataupun akan menyebabkan kontaminasi produk, maka bejana dilapisi
dengan material lain. Banyak digunakan pada refinery atau petrochemical
plant, biasanya memuat proses fluida. Sebagai thermal reactor atau catalytic
reactor yang berisi perubahan kimia yang dikehendaki dari sebuah proses,
sebagai fractionator untuk memisahkan beberapa unsur, sebagai separator
untuk memisahkan gas atau chemical, sebagai surge drum untuk liquid,
sebagai chemical treating unit, atau sebagai exchanger, condenser, cooler.
Gambar 2.3 Bejana Bertekanan
2.7 Proses Pembentukan Uap
Proses terbentuknya uap terjadi melalui perubahan energi panas pembakaran
bahan bakar menjadi energi panas dalam bentuk uap. Panas hasil pembakaran
digunakan untuk menaikkan entalpi air sampai terbentuk uap air yang
mengandung energi dalam yang disimpan dalam bentuk panas dan tekanan.
Salah satu proses pembentukan uap adalah mendidih, dimana titik didih suatu
zat cair tergantung pada tekanan payang diberikan padapermukaan zat cair.
Untuk menghasilkan uap yang lebih besar digunakan ketel uap, dimana fluida
kerja yang digunakan adalah air, karena air memiliki sifat-sifat yang lebih
menguntungkan bila dibandingkan dengan fluida kerja yang lain. (Susyadi)
Adapun keuntungan penggunaan air sebagi fluida kerja yang lain:
a. Mudah diperoleh dengan harga yang murah
b. Air dapat bersifat netral (pH = 7) sehingga sifat korosif yang merusak
logam dapat diatasi.
c. Air tidak terbakar
d. Mampu menerima kalor dalam jumlah besar
e. Dapat bekerja pada tekanan yang tinggi
Uap yang terbentuk dari pemanasan ini dirubah menjadi uap basah ataupun
kering melalui beberapa tahap. Dengan demikian uap yang terbentuk dapat
digolongkan kedalam berbagai bentuk jenis uap yaitu:
1. Uap Basah
Kondisi uap ini masih mengandung titik-titik air. Kualitas uap ini dapat
dinyatakan dengan kualitas uap tertentu (x), dimana harga x berkisar
antara 0<x<1. Kondisi uap berada pada titik 2 dan 3.
2. Uap Jenuh
Kondisi uap ini tidak mengandung titik-titik air lagi. Kualitas uap pada
kondisi ini x = 100%. Uap ini diperoleh dengan penambahan kalor pada
uap basah sama sehingga mencapai titik >3.
3. Uap Panas Lanjut
Kondisi uap ini diperoleh dengan memanaskan uap jenuh pada tekanan
konstan sehingga temperaturnya meningkat.
Pemanasan air dari keadaan awal (titik 1) menjadi kondisi cair jenuh (titik
2), membutuhkan kalor sebesar (Moran, 2004).
Gambar 2.2 Diagram Proses pembentukan uap
Q1-2 = ma (h2 –h1) (2-1)…………………………..……. 4
ma = laju aliran massa air yang dipanaskan (kg/jam)
h1 = entalpi air pengisian ketel (kJ/kg)
h2 = entalpi air pada kondisi cair jenuh (kJ/kg)
Pemanasan uap jenuh (titik 3) secara kontinu akan menaikkan temperatur
uap sehingga menjadi uap panas lanjut (titik4). Dalam hal ini panas yang
dibutuhkan sebesar:
Q3-4 = mu (h4 – h3)……………..………………. 5
dimana:
mu = laju aliran massa campuran yang dipanaskan (kg/jam)
h3 = entalpi uap pada kondisi uap panas lanjut titik 4 (kg/kJ)
2.8 Kondensasi
Kondensasi yang merupakan kebalikan (invers) dari pendidihan, terjadi ketika
uap jenuh bersentuhan dengan permukaan yang berada pada temperatur yang
lebih rendah. Cairan terkumpul pada permukaan dan kemudian mengalir
karena efek gravitasi atau terbawa oleh gaya hambat uap yang bergerak. Jika
pergerakan dari kondensat tersebut adalah laminar, yang memang bisa terjadi,
kalor dipindahkan dari antarmuka uap-cairan ke permukaan melalui konduksi.
Laju perpindahan kalor bergantung pada ketebalan film, yang ditujukan untuk
permukaan vertikal. Ketebalan film bergantung pada laju kondensasi dan laju
penghilangan kondensat. Untuk suatu bidang miring laju-laju pembuangannya
lebih rendah, yang menambah ketebalan film dan mengurangi laju
perpindahan kalor (Moran, 2004)
2.8.1 Proses Kondensasi
Kondensasi adalah peristiwa perubahan wujud zat dari gas menjadi
cair. Kondensasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni kondensasi
eksterior dan kondensasi interior. Kondensasi eksterior terjadi ketika
udara lembab menyentuh permukaan dingin seperti kaca. Kondensasi
akan terjadi jika suhu permukaan tersebut berada di bawah titik embun
udara (dew point). Titik embun udara adalah suhu/temperatur di mana
uap air dalam udara mengembun menjadi air pada kecepatan yang
sama dengan kecepatan air itu menguap, pada tekanan udara konstan.
Kondensasi seperti ini biasa terlihat ketika malam hari yang dingin
diikuti dengan siang hari yang hangat.
Di sisi lain, kondensasi interior dapat terjadi ketika kelembaban udara
terlalu berlebihan dalam suatu ruang tertutup. Kelembaban udara yang
berlebihan ini biasa menyebabkan pengembunan pada kaca jendela.
Banyaknya pengembunan berbanding lurus dengan banyaknya udara
hangat dalam ruang. Semakin banyak udara hangat maka semakin
banyak pula uap air yang dimiliki, sehingga semakin banyak pula
pengembunan yang terjadi pada permukaan (Moran, 2004)
2.9 Data Kualitatif dan Kuantitatif
2.9.1 Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam
bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai teknik
pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen (transkip).
Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui
pemotretan atau rekaman video.
2.9.2 Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai
dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis
menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika.
Berdasarkan proses atau cara untuk mendapatkannya, data kuantitatif
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a. Data diskrit
Data diskrit adalah data dalam bentuk angka (bilangan) yang
diperoleh dengan cara membilang. Contoh : Jumlah Sekolah Dasar
Negeri di Kecamatan XXX sebanyak 20.
b. Data Ordinal
Data ordinal adalah data yang berasal dari suatu objek atau kategori
yang telah disusun secara berjenjang menurut besarnya. Setiap data
ordinal memiliki tingkatan tertentu yang dapat diurutkan mulai dari
yang terendah sampai tertinggi atau sebaliknya. Namun demikian,
jarak atau rentang antar jenjang yang tidak harus sama.
Dibandingkan dengan data nominal, data ordinal memiliki sifat
berbeda dalam hal urutan. Terhadap data ordinal berlaku
perbandingan dengan menggunakan dengan menggunakan fungsi
pembeda yaitu “>” dan “<”.