bab 2 tinjauan pustaka dan teori · 2021. 8. 24. · bab 2 tinjauan pustaka dan teori 2.1 tinjauan...
TRANSCRIPT
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI
2.1 Tinjauan umum Alun-Alun
2.1.1 Sejarah Alun-Alun (pengertian & fungsi pada jaman dulu)
1. Alun-alun Jaman Prakolonial
a. Pada Masa kerajaan Hindu Budha
Jaman prakolonial dimulai sejak abad 13. Pada jaman ini alun-alun
merupakan bagian dari keraton. Keraton adalah pusat pemerintahan dan
tempat tinggal raja. Masyarakat di jawa membagi ruang di daerahnya
menjadi dua bagian, yaitu ruang homogen dan ruang sakral. Di wilayah
homogen semuanya tampak tidak teratur karena tidak disucikan. Sedangkan
di wilayah sakral semua terlihat teratur, dari karakteristik pengguna sampai
struktur dari bangunannya. Wilayah sakral tersebut adalah wilayah keraton
dan wilayah homogen adalah tempat tinggal rakyat dan lainnya di luar
keraton. Kedua area tersebut dipisahkan oleh pagar yang bisa juga dijadikan
sebagai pertahanan. Hal tersebut didasari oleh sistem kepercayaan dan
keagamaan. (Teguh, 2019)
9
Gambar 5. Tipologi Alun-Alun Jaman Kerajaan
sumber: Teguh (2019)
Pada daerah kuthanegara terdapat tempat tinggal raja yang disebut
dalem ageng. Lalu batasan setelahnya terdapat negara agung yang dibatasi
oleh wilayah pelataran dalam. Lalu setelahnya terdapat manca negara yang
dibatasi oleh wilayah pasisir, tempat ini berfungsi sebagai tempat dimana
raja menerima dan bertemu tamunya. Pada bagian terluar pasisir, raja sudah
jarang sekali menginjak daerah ini. Pada bagian tersebut terdapat siti inggil.
Siti Inggil adalah bangunan yang berbatasan langsung dengan alun-alun.
Lalu batasan terluar dari keraton disebut wilayah sabrang, yang mana
menjadi wilayah batasan antara siti inggil dan alun-alun. Walaupun alun-
alun berada di batas terluar keraton, alun-alun masih dianggap terletak di
dalam kawasan keraton. Alun-alun ini terbagi menjadi dua yaitu di bagian
utara dan selatan keraton. (Teguh, 2019)
Gambar 6. Sketsa alun-alun pada jaman dulu
sumber: Teguh (2019)
Di bagian utara keraton alun-alun tersebut disebut bubat yang berfungsi
sebagai tempat untuk pesta rakyat. Pada jaman dulu pesta yang sering
diakan adalah pertarungan antara pasukan utusan kerajaan. Di daerah ini
10
rakyat bebas menonton pertandingan setiap hari saat acara diselenggarakan,
dan raja biasanya hanya datang pada 3 hari terakhir pertujukan. Sedangkan
alun-alun yang terdapat di bagian selatan disebut waguntur. Alun-alun ini
berfungsi sebagai lapangan upacara penobatan atau kegiatan kenegaraan. Di
bagian timur lapangan ini juga terdapat kuil siwa sebagai tempat pemujaan.
Alun-alun peninggalan masa kerajaan ini adalah Alun-alun Jogjakarta.
(Teguh, 2019)
b. Pada Masa Masuknya Islam
Pada masuknya islam ke Indonesia, alun-alun juga mendapat perubahan
karakteristik. Seperti adanya bangunan masjid di sekitar alun-alun. Pada
jaman ini alun-alun digunakan untuk menyelenggarakan hari besar Islam
seperti Shalat Idul Fitri. Halaman alun-alun pada jaman ini selain digunakan
untuk kegiatan rakyat digunakan sebagai perluasan halaman masjid untuk
menampung jamaah yang tidak tertampung. Contoh dari alun-alun yang
dipengaruhi oleh masa ini adalah Alun-alun Bandung.
Gambar 7. Alun-alun Bandung Sebelum di Revitalisasi
sumber: Putra, Azwir, Octaviany & Nilansuci, 2015
Gambar 8. Alun-alun Bandung setelah di Revitalisasi
sumber: Putra, Azwir, Octaviany & Nilansuci, 2015
11
Alun-alun Bandung berada di pusat kota Bandung yang dicirikan oleh
sebidang tanah yang luas. Alun-alun Bandung merupakan lahan terbuka
dimana warga dapat berkumpul untuk kegiatan sosial dan budaya, juga
tempat berlangsungnya upacara pemerintahan, sebagai pelengkap masjid
agung dan tempat rekreasi. (Putra, Azwir, Octaviany, & Nilamsuci , 2015)
Gambar 9. Zoning Alun-alun Bandung
Sumber: Gambar diolah oleh penulis (2020)
Alun-alun bandung sudah mengalami renovasi, dulu banyak terdapat
pembatas dari taman kecil yang dibentuk. Hal itu membuat interaksi sosial
antar pengunjung menjadi terbatas dan pasif. Pohon besar tidak diletakan di
tengah sebagai peneduh, melainkan di pinggir lapangan sebagai peneduh
dan pembatas dengan bangunan lainnya. Dengan diletakannya pohon di
pinggir lapangan menjadikan alun-alun memiliki ruang kosong dengan
berbagai macam fungsi di tengah.
2. Alun – alun Pada Jaman Kolonial
Sistem pemerintahan pada jaman kolonial ini berbeda dari jaman
kerajaan. Sistem yang dianut dilakukan secara tidak langsung (indirect rule)
yaitu pemerintah belanda menggunakan pejabat perdaerah seperti bupati
untuk berhubungan langsung dengan rakyat. Tempat tinggal bupati ini
dibangun berdasarkan miniatur keraton seperti pada jaman prakolonial.
12
Seperti bagian depan dari tempat tinggal tersebut terdapat alun-alun. Alun-
alun ini digunakan untuk menggelarkan beberapa perayaan seperti perang
tanding prajurit berkuda yang biasa disebut sodoran dan perayaan peristiwa
penting atau yang sering disebut grebeg.
Pemerintah belanda menjadikan rumah tinggal bupati dengan alun-alun
di depannya sebagai lambang pemerintahan. Di alun-alun tersebut juga
ditanami oleh dua pohon beringin sebagai tanaman kerajaan. Pohon tersebut
melambangkan pengayoman pemerintah kepada rakyatnya. Selain itu, alun-
alun di jaman ini terdapat kantor pos, penjara dan kantor urusan pemerintah
lainnya di sekitar alun-alun.
Seiring jaman alun-alun ini terus berkembang, yang pada awalnya
merupakan sesuatu yang sakral dan sebagai identitas kota jawa pun
menghilang karena fungsinya berkembang menjadi lebih merakyat. Pada
akhir jaman kolonial alun-alun berubah menjadi plaza atau lapangan
terbuka untuk umum.
3. Alun – alun Pasca Jaman Kolonial
Jaman pasca kolonial adalah jaman setelah indonesia merdeka. Di jaman
ini konsep alun-alun sudah tercampur antara budaya jawa dan budaya
belanda karena efek jajahan. Dengan begitu ciri khas alun-alun sebagai khas
kota di jawa mulai menghilang. Selain itu banyak faktor lain yang membuat
alun-alun tidak sesuai pada fungsi awal dibuat, seperti adanya perpindahan
wilayah pusat. Pemerintah sendiri pun sudah tidak menggunakan alun-alun
seperti di jaman pra kolonial yang mana sebagai tempat bertemunya
petinggi daerah dengan rakyatnya. Di era ini alun-alun lebih memfokuskan
kepada ruang terbuka hijau yang multifungsi. Kebanyakan alun-alun
difungsikan untuk tempat olahraga dan tempat rekreasi.
Alun-alun dibangun memang dapat digunakan oleh siapapun untuk
melakukan berbagai macam aktivitas dan biasanya sebagai tempat
penghubung antara penguasa daerah dan rakyatnya. Dengan begitu salah
satu ciri khas suatu alun-alun, yaitu letaknya di depan kediaman penguasa
daerah. (Teguh, 2019)
13
Dari bentuknya, alun-alun biasa memiliki ruang yang perbentuk persegi
karena lebih banyak menampung aktivitas didalamnya. Banyak kota di
Pulau Jawa memiliki lapangan terbuka untuk umum yang disebut alun-alun
dan berbentuk persegi yang terletak di pusat kota. (Teguh, 2019)
Sebagai contoh perkembangan tersebut adalah pada Alun-alun Ahmad
Yani Tangerang. Dari awal dirancang alun-alun tersebut memiliki fungsi
sebagai pendukung Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang dan
sebagai ruang untuk masyarakat berolahraga. Dikarenakan kantor tersebut
sudah tidak lagi digunakan, alun-alun yang ada sekarang hanya berfungsi
sebagai ruang terbuka untuk masyarakat berkegiatan.
2.1.2 Tinjauan Kegiatan di Alun-alun Ahmad Yani Tangerang
1. Climbing Wall
Di Alun-alun Ahmad Yani terdapat fasilitas climbing wall yang dapat di
gunakan oleh siapapun. Climbing wall ini memiliki tinggi 4-5m dengan 4
buah track yang berbeda.
Gambar 10. Climbing Wall di Alun-alun Ahmad Yani Tangerang
Sumber: Penulis (2020)
2. Jogging
Jogging merupakan aktivitas yang paling dikenal di Alun-alun Ahmad
Yani. Alun-alun ini memiliki fasilitas jogging track yang dapat dipakai oleh
siapa saja dan kapan saja secara bebas.
14
Gambar 11. Jogging di Alun-alun Ahmad Yani Tangerang
Sumber: Google.com
3. Kuliner
Alun-alun Ahmad Yani secara khusus tidak menyediakan area untuk
kuliner dan tidak ada larangan tegas untuk berdagang disana. Dengan
begitu banyak pedagang kaki lima liar yang sengaja menempatkan
dagangannya di sekitar Alun-alun Ahmad Yani secara bebas. PKL ini
menargetkan dagangannya ke pengunjung yang sedang beraktivitas di
sekitar alun-alun. Kuliner yang mereka jual beragam dari makanan berat,
ringan, dan berbagai jenis minuman.
Gambar 12. PKL di Alun-alun Ahmad Yani Tangerang
Sumber: Penulis (2020)
15
4. Bermain
Area bermain untuk anak-anak juga disediakan oleh Alun-alun Ahmad
Yani. Anak-anak boleh dengan bebas bermain di fasilitas ini tanpa batasan
waktu.
Gambar 13. Area bermain anak-anak di Alun-alun Ahmad Yani Tangerang
Sumber: Penulis (2020)
5. Bersantai
Alun-alun Ahmad Yani menyediakan tempat duduk atau istirahat
dengan bentuk tribun. Selain itu tribun ini juga biasa digunakan untuk
shelter atau peneduh dikala cuaca sedang buruk. Selain itu beberapa
pengunjung juga menggunakan tribun ini untuk bersantai, melukis, dan
berbincang.
Gambar 14. Tribun Alun-alun Ahmad Yani Tangerang
Sumber: Penulis (2020)
16
6. Kegiatan Komunitas
Banyak komunitas yang sebelumnya sudah terbentuk dan memilih
untuk melakukan kegiatannya di Alun-alun Ahmad Yani dengan alasan
tertentu. Selain itu juga banyak komunitas yang dengan secara tidak sengaja
terbentuk di alun-alun Tangerang, diantaranya:
a. Komunitas Pelari
Gambar 15. Jogging di Alun-alun Ahmad Yani Tangerang
Sumber: google.com
Komunitas Tangerang Runners atau TNGRunners merupakan
perkumpulan pelari yang berbasis di Tangerang. Adanya Jogging Track
yang disediakan oleh Alun-alun Ahmad Yani Tangerang membuat
komunitas ini terbentuk pada tanggal 1 Agustus 2017. Tujuan dari
komunitas ini untuk mengingatkan satu sama lain antar anggota ataupun
kerabat anggota untuk menyadari pentingnya berolahraga bagi kesehatan
tubuh. Komunitas ini sering melalukan aktivitas di Alun-alun Tangerang
setiap hari minggu pada pukul 6 pagi dan melakukan pertemuan pada hari
Rabu pukul 7 malam.
17
b. Komunitas Biola
Gambar 16. Komunitas Biola Alun-alun Ahmad Yani Tangerang
Sumber: Penulis (2020)
Komunitas ini berdiri pada tanggal 2 Maret 2013. Berawal dari
hanya latihan biasa perorangan sampai perkumpulan tersebut membentuk
sebuah komunitas baru di Alun-alun Ahmad Yani Tangerang. Pada awalnya
komunitas ini hanya beranggotakan 7 orang, sekarang sudah lebih dari 30
orang. Komunitas ini dibuat untuk mengajarkan serta melestarikan keahlian
untuk bermain biola. Selain itu juga mereka ingin mengubah pandangan,
tentang biola hanya dapat dimainkan oleh kelompok tertentu. Padahal biola
dapat dimainkan oleh siapapun dimana saja dan oleh siapa saja. Komunitas
ini melakukan aktivitasnya pada hari sabtu dan minggu pukul 2 siang
sampai 6 malam. Selain di alun – alun, komunitas ini biasa melakukan
latihan di Pasar Laris Taman Cibodas. Lagu yang sering dimainkan pun lagu
daerah dan nasional karena ingin mengenalkan dan melestarikan musik
indonesia.
c. Komunitas Gymnastic
Terdapat salah satu komunitas olahraga yang terbentuk karena
fasilitas yang sudah tersedia di Alun-alun Ahmad Yani. Komunitas itu
adalah komunitas S.W.A.T Calisthenics yang berdiri pada 4 mei 2014.
Komunitas ini merupakan komunitas yang memiliki kegemaran untuk street
workout. Kegiatan yang biasa mereka lakukan adalah latihan calisthenics
yang menggunakan berat badan mereka sendiri untuk melatih otot.
18
Gambar 17. Komunitas Gymnastic Alun-alun Ahmad Yani Tangerang
Sumber: Penulis (2020)
d. Komunitas Beatbox
Komunitas beatbox di Alun-alun Ahmad Yani Tangerang ini
mewadahi pecinta beatbox di Tangerang. Komunitas ini sebelumnya sudah
terbentuk dan memutuskan untuk melakukan pertemuan di Alun-alun
Ahmad Yani. Aktivitas yang mereka lakukan adalah berkumpul di tribun
atau di lapangan terbuka di alun-alun. Mereka berkumpul pada hari minggu
pukul 3 siang sampai 6 sore.
Gambar 18. Komunitas Beatbox di Alun-alun Ahmad Yani Tangerang
Sumber: google.com
19
e. Komunitas Bela Diri
Gambar 19. Komunitas bela diri nunchaku Tangerang
Sumber: google.com
Komunitas Indonesia Nunchaku Club (INC) Tangerang adalah
sebuah komunitas penggemar senjata nunchaku. Komunitas ini merupakan
cabang dari Komunitas INC pusat yang didirikan pada 2017. Lalu
Komunitas Nunchaku cabang Tangerang ini memutuskan untuk menjadikan
Alun-alun Ahmad Yani sebagai salah satu lokasi untuk mereka berlatih.
Komunitas ini memiliki 30 anggota yang berlatih setiap hari minggu pada
pukul 10.30 di Lapangan Alun-alun Ahmad Yani Tangerang.
f. Kegiatan Event
Banyak acara atau event tingkat kota maupun nasional yang sering
diadakan di lapangan terbuka Ahmad Yani. Event yang pernah diadakan
adalah event motor, event hewan, bahkan sampai lomba.
2.2 Tinjauan umum Community center
2.2.1 Pengertian Community center
Menurut KBII, Pusat adalah pokok pangkal atau yang menjadi
pumpunan (berbagai-bagai urusan, hal, dan sebagainya).
Komunitas adalah kelompok organisme (orang dan sebagainya)
yang hidup dan saling berinteraksi di dalam daerah tertentu.
Dalam ilmu sosial, komunitas memiliki arti sebagai kelompok dari
berbagai organisme yang melakukan kegiatan sosial karena memiliki
ketertarikan dan habitat yang sama. Komunitas dibedakan menjadi 3
komponen, yaitu : (Singgih, 2018)
20
1. Berdasarkan lokasi atau tempat, dalam komponen ini sebuah komunitas
terbentuk karena adanya interaksi di Antara beberapa orang atau
kelompok yang tinggal di wilayah yang sama.
2. Berdasarkan minat, komunitas ini terbentuk karena adanya interaksi
antar masyarakat karena adanya minat yang sama pada satu bidang
tertentu. Misalnya komunitas musik, komunitas seni, komunitas pecinta
alam, dan sebagainya.
3. Berdasarkan komuni, komunitas ini adalah komunitas yang terbentuk
berdasarkan ide-ide tertentu yang menjadi landasan dari komunitas itu
sendiri.
Menurut Kamus Cambridge, community center adalah tempat di
mana orang-orang yang tinggal di suatu daerah dapat bertemu satu sama
lain dan berolahraga, mengikuti kursus, dan lainnya.
Community center adalah konsep, sekaligus bangunan fisik.
Digunakan untuk penyediaan layanan kepada masyarakat sekaligus menjadi
tempat singgah, tempat berlindung dan titik temu bagi masyarakat. (LIFE,
2014)
2.2.2 Fungsi Community Center
Community center memiliki fungsi dan tujuan yaitu: (Singgih, 2018)
1. Meningkatkan Kapasitas Masyarakat Madani
Adanya community center dapat mendukung organisasi kecil
ataupun yang tidak berbadan hukum yang berada di masyarakat untuk
beraktivitas. Selain itu, organisasi tersebut dapat saling terhubung antar
organisasi sejenis dalam satu wadah.
2. Menggali Potensi Sumber Daya Lokal
Adanya Community dapat menjadi salah satau upaya untuk
memperdayakan masyarakat, yang meliputi sektor publik, swasta
maupun perorangan. Dengan begitu masyarakat memiliki wadah untuk
mereka berlatih bahkan mempertunjukan potensinya yang mana
sekaligus dapat pula meningkatkan keunggulan atau potensi kota.
21
2.2.3 Kebutuhan Ruang Community Center
Desain dari community centrer akan ditentukan oleh Komunitas itu
sendiri. Penempatan letak, bangunan yang akan digunakan dari segi warna,
bentuk dan ukuran seharusnya disesuaikan dengan komunitas tertentu.
Namun, ada elemen community center yang dapat ditentukan secara tepat
berdasarkan penggunaan yang diharapkan dan pengalaman ruang. Untuk
menciptakan community center, di perlukan prasarana-prasarana yang
menunjang saperti :
1. Ruang Kursus.
Ruang kursus merupakan fungsi utama di community center Sebagai
wadah untuk meningkatkan keilmuan dan kekayaan potensi, akademisi dan
praktisi yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai upaya meningkatkan
potensi masyarakat terhadap kota Tangerang itu sendiri, maka community
center ini membuka peluang untuk semua kalangan masyarakat untuk
bergabung mempelajari ilmu seni maupun pengetahuan tentang potensi apa
saja yang terdapat di Kota Tangerang.
2. Ruang Seminar.
Diperuntukan bagi kalangan pendidik untuk merancang dan
melaksanakan program-program pengembangan dan sosialisasi. Seminar
ini dapat dibuat untuk mengundang masyarakat agar dapat melestarikan
potensi yang berkembang di masyarakat lokal.
3. Ruang Workshop.
Ruang ini di gunakan pada saat seniman dan institusi pendidikan ingin
mengadakan pelatihan, penelitian atupun simulasi bersama-sama
pengunjung atau masyarakat.
4. Ruang Pamer.
Ruang pamer digunakan untuk menyampaikan hasil karya kepada orang
lain dan mempresentasikan perkembangan potensi masyakarakat terkini
kepada pengunjung. Memberikan pemahaman yang jelas kepada
pengunjung luar tentang seni, maupun pengetahuan tentang potensi yang
ada di kota Tangerang.
5. Auditorium Visual
22
Auditorium visual adalah ruangan yang memperagakan simulasi visual
maupun dokumentari visual. Auditorium memiliki bentuk denah yang
beragam. Beberapa diantaranya adalah persegi panjang, kipas, dan tapal
kuda. bentuk persegi panjang biasanya diperuntukan untuk pertunjukan
orkestra atau musik, bentuk kipas digunakan untuk pertunjukan teater atau
drama, dan bentuk tapal kuda digunakan untuk pertunjukan opera (Beranek,
1962).
Dikarenakan auditorium yang akan digunakan pada perancangan ini
adalah yang diperuntukan untuk pertunjukan musik, maka penulis akan
menggunakan denah auditorium dengan bentu kipas. Denah auditorium
yang berbentuk kipas akan menampung lebih banyak penonton daripada
bentuk denah persegi panjang. Tetapi, untuk mendesain auditorium ini pun
diperlukan untuk memperhatikan sistem akustiknya. Sistem tersebut diatur
dengan menggunakan reflector pada tempat tertentu (Indrani, 2004).
2.2.4 Desain Community Center
Standar penerapan untuk Community Center: (LIFE, 2014)
1. Dapat mengintegrasikan dan dapat menggabungkan berbagai macam
aktivitas secara bersamaan
2. Memiliki ukuran yang sesuai dengan kebutuhan komunitas
3. Dapat memanfaatkan energi bangunan secara maksimal
4. Dapat dengan mudah dijangkau dan dekat dengan layanan transportasi
umum
5. Dibangun dengan material lokal
6. Dibangun dengan tenaga kerja lokal
2.2.5 Elemen pembentuk kota
Untuk meningkatkan kualitas perancangan sebuah kawasan, terdapat 5
elemen yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kawasan. 5 elemen
tersebut adalah Nodes, Edges, Paths, Landmark, dan Districts.
1. Paths
Paths adalah jalur sirkulasi atau jalur pergerakan pengguna. Paths dapat
berupa pedestrian, jalan raya, dan jalan di dalam gang.
23
2. Edges
Edges adalah sebuah batas yang tidak terlihat sebagai batasan wilayah
dengan wilayah lainnya. Edges juga dapat diartikan sebagai batas antara
dua jenis bidang dan tidak dapat ditembus. Edges ini dapat berupa
bagian rel kereta api, tepi sungai, laut, danau, dan jalan dengan jalur
bercabang.
3. Landmark
Landmark adalah sesuatu dengan bentuk fisik yang khas, mudah untuk
diidentifikasi dan memiliki bentuk yang jelas. Landmark berfungsi
sebagai acuan untuk mempermudah pengguna dalam menemukan
orientasi. Landmark juga digunakan sebagai cerminan nilai budaya pada
kawasan tersebut.
4. Nodes
Nodes adalah titik temu dari jalur sirkulasi atau path. Nodes berfungsi
sebagai tanda untuk mengenali jalur sirkulasi tersebut. Nodes dapat
berupa persimpangan atau pertemuan jalur, tempat pemberhentian
kendaraan umum atau terminal. Untuk menentukan nodes terkadang
dapat diberi elemen arsitektur atau landmark.
5. Districts
Districts adalah bagian dari wilayah kota. Wilayah ini dapat memiliki
karakter yang sama atau berbeda. Biasanya districts dapat dibedakan
dari zona wilayah. Seperti zona tempat tinggal, zona perdagangan,
wisata dan fasilitas umum.
2.3 Ruang Terbuka Publik
Ruang terbuka publik dapat diartikan sebagai penataan ruang yang saling
terbuka antara ruang satu dengan lainnya dan dapat diakses secara gratis oleh
publik seperti kafe, retail, bazaar, taman, jalan, dan jalur pejalan kaki. Ruang
terbuka publik biasa digunakan untuk interaksi social, karena dapat menampung
pengunjung untuk melakukan aktivitasnya di sana dengan berbagai macam
aktivitas. Pengunjung dari ruang terbuka publik pun beragam, yaitu individu
24
atau kelompok, dapat diakses oleh semua kelas dan usia, serta sektor formal dan
informal.
Ruang terbuka publik harus memperhatikan beberapa aspek, antara lain:
1. Kenyamanan
Kenyamanan pengunjung untuk menjalani aktivitas perlu diwadahi agar
aktivitas yang mereka lakukan dapat terpenuhi.
2. Keselamatan
Keselamatan juga perlu diperhatikan untuk melindungi pengunjung
dalam beraktivitas agar terhindar dari kecelakaan.
3. Keamanan
Keamanan diperhatikan dengan tujuan agar pengunjung terhindar dari
tindak kejahatan.
Ruang terbuka publik yang sukses harus meningkatkan aspek kenyamanan,
keselamatan dan keamanan. Untuk memenuhi aspek tersebut, dalam
perancangan ini diperlukan kriteria yang harus diterapkan. Kriteria desain ruang
terbuka publik yang baik adalah dengan menerapkan aksesibilitas yang baik,
menyediakan fasilitas yang mendukung kegiatan dan terdapat unsur alam.
(Nasution & Zahrah, 2012)
1. Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah sebuah ukuran ketika adanya perpindahan antar
tempat atau kawasan yang meliputi lamanya perjalanan, biaya perjalanan,
dan usaha untuk melakukan perpindahan tersebut. (Magribi, 1999)
Salah satu yang harus diperhatikan untuk menunjang aksesibilitas
yang baik adalah dengan memperhatikan jalur pejalan kaki. Sirkulasi untuk
pejalan kaki haruslah jelas dan terintegrasi dari satu titik ke titik lainnya
untuk mempermudah perpindahan tempat. Selain itu teraturnya moda
transportasi. Tersedianya drop off point untuk transportasi pribadi dan
umum disekitar lokasi dan parkir kendaraan. Ketika saat di tempat parkir
pun perlu adanya jalur pejalan kaki untuk berpindah tempat dari parkiran ke
titik yang ingin dituju. Kehadiran landmark sebagai orientasi juga dapat
mendukung aksesibilitas. Adanya landmark akan memudahkan pengunjung
untuk menemukan titik yang akan dituju. (Nasution & Zahrah, 2016)
25
2. Arsitektural
Konsep open space akan lebih menarik jika desain pada ruang
publik tersebut memperhatikan estetika. Estetika tersebut megarah kepada
ciri khas agar menciptakan pengalaman tersendiri bagi pengunjung ketika
beraktivitas didalamnya maupun citra dari ruangan yang diberikan
(Dwiananto, 2003)
Estetika tersebut salah satunya dapat diterapkan pada fasad
bangunan. Fasad bangunan yang menarik dapat memberikan perasaan
menyenangkan untuk pengunjung. Selain itu pemandangan dari dalam dan
luar bangunan juga berpengaruh saat pengunjung sudah berada di kawasan
bangunan. (Nasution & Zahrah, 2012)
Desain Arsitektural tidak hanya tentang memenuhi estetika dan
ruang melainkan fungsi pendukung ruang aktivitas juga perlu diperhatikan.
Agar suatu ruang dapat berfungsi dengan baik diperlukan adanya fasilitas
yang mendukung fungsi tersebut. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan
kenyamanan tempat dan aktivitas pengguna. Seperti fasilitas peneduh,
tempat duduk, dan penerangan yang baik. (Nasution & Zahrah, 2016)
3. Unsur alam
Unsur alam yang dimaksud adalah adanya penghijauan. Tanaman hijau
dapat memberikan manfaat seperti meningkatkan kenyamanan pengunjung
dan memberikan suasana yang merilekskan. Kenyamanan yang disebabkan
oleh tanaman hijau tersebut tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
suhu dan kelembapan di sekitar tapak. Daerah yang ditumbuhi tanaman
hijau akan lebih sejuk dan lembap daripada daerah yang tidak ditumbuhi
tanaman hijau akan lebih panas dan kering. Selain itu tanaman hijau juga
dapat menjadi peneduh dengan menempatkan pohon di pedestrian dan area
tempat duduk. (Nasution & Zahrah, 2016)
2.4 Studi Preseden
2.4.1 San Wayao Community Sports Center
Recreation & training, community center - Chengdu Shi, China
26
Gambar 20. San Wayao Community Sport Center
Sumber: Arch Daily
Gambar 21. Potongan San Wayao
Sumber: Arch Daily
San Wayao Community Sports Center dibangun pada tahun 2015
dan terletak di dekat pemukiman tempat tinggal bertingkat tinggi
(apartment) dan bangunan pendidikan sekolah dasar di Dongyuan,
Chengdu. Bangunan ini memiliki fungsi sebagai tempat untuk berekreasi,
latihan dan pusat komunitas. Dengan area 11936 m2, fasilitas yang dimiliki
oleh Community Center mencangkup kolam renang, pusat kebugaran,
lapangan tenis, lapangan basket, squash, ping pong, biliar sampai taman
bermain untuk anak-anak.
27
Gambar 22. Denah lantai 1 San Wayao
Sumber: Arch Daily
Bangunan ini memiliki dua bangunan yang terpisah, bangunan
utama (No.1) memiliki fungsi utama dan yang lainnya merupakan bangunan
pelengkap yaitu café (No.2). Diantara dua bangunan ini, terdapat lapangan
olahraga terbuka.
Gambar 23. Proses massa bangunan San Wayao
Sumber: Arch Daily
Konsep yang diterapkan pada bangunan ini adalah untuk membuat
bangunan utama dan tapak terintegrasi, selain itu juga untuk membuat ruang
olah raga yang nyaman dan sesuai kebutuhan. Konsep tersebut diterapkan
dari massa bangunan yang berbentuk miring dan membuat bangunan
28
tersebut secara langsung tersambung dengan lapangan olahraga yang berada
disebelah timurnya.
Gambar 24. San Wayao Community Sport Center
Sumber: Arch Daily
Atap miring tersebut dapat digunakan untuk beraktivitas seperti
menjadi tempat duduk untuk menikmati lapangan bola yang ada didepannya
dan juga sebagai akses untuk pedestrian. Pengunjung dapat berjalan ke
lantai teratas di lantai 4 melalui tangga kantilever. Konsep berjalan di atas
atap tersebut seperti mendaki bukit buatan yang membawa perasaan
mendaki gunung di kawasan kota yang padat. Selain itu bagian datar yang
tertutup rumput dapat dijadikan tempat untuk beryoga, bersantai, piknik,
dan lainnya. Atap yang dapat dilalui dan untuk beraktivitas tersebut,
membentuk presepsi bahwa bangunan tersebut memang diperuntukan
sebagai fasilitas umum.
29
2.4.2 Grace Farms
Cultural Center & Community Center – New Canaan, United States
Gambar 25. Grace Farms
Sumber: Arch Daily
Grace Farms sudah berdiri sejak 2015 di kawasan padang rumput
terbuka, hutan, dan kolam seluas 77 Hektar di New Canaan, United Stated.
Bangunan ini dibangun dengan tujuan agar pengunjung dapat menikmati
alam, menikmati seni, membantu perkembangan komunitas, dan
mengeksplorasi keyakinan mereka. Fasilitas yang disediakan antara lain
ruang pertemuan komunitas, ruang diskusi, ruang konser, kelas seni, dan
beberapa ruang olahraga hingga tempat untuk menggelarkan acara.
30
Gambar 26. Countour Mapping Grace Farms
Sumber: Arch Daily
1. Experience Nature
Bangunan ini dirancang dengan konsep “open space”, karena saat
pengunjung sedang beraktivitas tetap dapat merasakan esensi alam
walaupun sedang berada didalam ruangan.
Gambar 27. Pedestrian Grace Farms
Sumber: Arch Daily
31
2. Foster Community
Tujuan dari Community Center ini adalah menciptakan lingkungan yang
hangat diantara para komuniti dan pengunjung melalui kegiatan pasif dan
aktif serta sosial dan artistik.
Gambar 28. Interior Grace Farms Sumber: Arch Daily
3. Pursue Justice
Dikarenakan bangunan ini dibangun di ruang terbuka hijau, SANAA
Architect memanfaatkan beberapa pohon yang ditebang untuk pembukaan
lahan sebagai bahan pembuatan furnitur yang akan digunakan di Grace
Farms. Sisa dari pohon yang tidak dibutuhkan dipindahkan dan ditanam
kembali ke lahan lain.
4. Explore Faith
Bangunan ini dirancang untuk menciptakan suasana yang sesuai untuk
belajar, diskusi, rekreasi dan ibadah