bab 2 tinjauan pustaka - library & knowledge...
TRANSCRIPT
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendekatan Basis Data
Pada bab ini akan dibahas teori – teori yang berkaitan dengan perancangan
aplikasi basis data yang akan dikembangkan.
2.1.1 Basis Data dan Sistem Basis Data
Menurut Connolly dan Begg (2015:63), basis data adalah
kumpulan data logikal yang saling berhubungan, dan deskripsi dari data
yang akan dirancang untuk membentuk informasi yang dibutuhkan
dalam sebuah organisasi.
Menurut Connolly dan Begg (2015:52) sistem basis data adalah
kumpulan dari program aplikasi yang berinteraksi dengan basis data,
bersama dengan Database Management System (DBMS) dan basis data
itu sendiri.
2.1.2 Database Management System
Menurut Connolly dan Begg (2015:64), Database Management
System (DBMS) adalah sistem perangkat lunak yang memungkinkan
pengguna untuk mendefinisikan, membuat, mengelola dan mengontrol
akses ke dalam basis data. DBMS merupakan perangkat lunak yang
berinteraksi dengan basis data dan program aplikasi pengguna.
Terdapat 5 komponen utama dalam DBMS (Connolly dan Begg,
2015:67), antara lain:
• Perangkat keras
DBMS dan aplikasi membutuhkan perangkat keras untuk
dijalankan. Perangkat keras terdiri dari sebuah komputer atau
beberapa komputer yang terhubung. Perangkat keras yang
dibutuhkan tergantung pada kebutuhan organisasi dan DBMS yang
digunakan. Beberapa DBMS dapat dijalankan pada perangkat
keras atau sistem operasi tertentu, sedangkan beberapa DBMS
dapat dijalankan pada berbagai perangkat keras atau sistem operasi.
8
• Perangkat lunak
Perangkat lunak yang dimaksud merupakan DBMS, aplikasi
program, sistem operasi, dan jaringan (jika DBMS menggunakan
jaringan).
• Data
Menurut pandangan end-users, data merupakan komponen
terpenting dalam DBMS. Data berperan sebagai jembatan antara
komponen mesin dan komponen manusia. Dalam basis data
terdapat data operasional dan metadata.
• Prosedur
Prosedur adalah instruksi dan peraturan dalam perancangan
dan penggunaan basis data. Pengguna dan pengelola basis data
membutuhkan dokumen berisi prosedur untuk menggunakan dan
menjalankan sistem yang berisi:
o Masuk ke dalam DBMS.
o Menggunakan beberapa fasilitas DBMS atau program aplikasi.
o Memulai dan menghentikan DBMS.
o Membuat backup basis data.
o Menangani kegagalan perangkat keras atau perangkat lunak
(mengidentifikasi kegagalan perangkat, cara memperbaiki
kegagalan perangkat, cara memperoleh kembali basis data.
o Mengubah struktur tabel, mengatur ulang basis data,
meningkatkan kinerja, atau menyimpang data dalam tempat
penyimpanan kedua.
• Manusia
Komponen terakhir merupakan manusia yang terlibat dalam
sistem, antara lain:
o Data administrator, bertanggung jawab mengatur sumber daya
data yang meliputi: perencanaan basis data, pengembangan dan
pemeliharaan standar, kebijakan, prosedur, dan desain basis
data konseptual dan logikal.
o Database administrators (DA), bertanggung jawab mengatur
realisasi fisik dari aplikasi database yang meliputi desain fisik
9
basis data, implementasi, pengaturan keamanan dan kontrol
integritas, pengawasan performa sistem dan pengaturan ulang
basis data.
o Database designers, ada dua jenis:
� Logical database designer, bertugas mengidentifikasi data,
hubungan antara data dan batasan – batasan data yang akan
disimpan ke dalam basis data.
� Physical database designer, bertanggung jawab dalam
mengimplementasikan desain logis.
o Application developers, bertugas menyediakan fungsi – fungsi
yang dibutuhkan oleh end-users.
o End-users, merupakan pengguna dari basis data. Terdiri dari
dua jenis:
� Naive users adalah tipe user yang belum mengenal DBMS.
� Sophisticated users adalah tipe user yang sudah terbiasa
dengan struktur basis data dan fasilitas yang diberikan oleh
DBMS.
Keuntungan menggunakan DBMS menurut Connolly dan Begg
(2015:75):
• Mengontrol redundansi data
• Konsistensi data
• Informasi tambahan dari data yang sama
• Pemakaian data bersama
• Meningkatkan integritas data
• Meningkatkan keamanan
• Penetapan standarisasi
• Meningkatkan skala ekonomi
• Keseimbangan konflik kebutuhan
• Meningkatkan aksesibilitas dan respon terhadap data
• Meningkatkan pemeliharaan melalui independensi data
• Meningkatkan produktivitas
• Meningkatkan konkurensi
10
• Meningkatkan layanan backup dan recovery data
Kerugian menggunakan DBMS menurut Connolly dan Begg
(2015:75):
• Kompleksitas
• Ukuran yang besar
• Biaya DBMS
• Biaya tambahan hardware
• Biaya konversi
• Kinerja yang kurang maksimal
• Dampak yang tinggi dari kegagalan
2.1.3 Structure Query Language
Menurut Connolly dan Begg (2015:192), structure query language
(SQL) adalah sebuah contoh dari bahasa transform – oriented, atau
sebuah perancangan bahasa yang digunakan untuk mengubah input
menjadi output yang dibutuhkan.
2.1.3.1 Data Definition Language (DDL)
Menurut Connolly dan Begg (2015:64), data definition
language (DDL) adalah bahasa yang memungkinkan pengguna
untuk menspesifikasikan tipe-tipe data, struktur, dan constraint
data yang akan disimpan dalam basis data. Berikut ini adalah
beberapa Data Definition Language (DDL) yang digunakan,
antara lain:
• CREATE SCHEMA
• DROP SCHEMA
• CREATE DOMAIN
• ALTER DOMAIN
• DROP DOMAIN
• CREATE TABLE
• ALTER TABLE
• DROP TABLE
11
• CREATE VIEW
• DROP VIEW
2.1.3.2 Data Manipulation Language (DML)
Menurut Connolly dan Begg (2015:64), data manipulation
language (DML) adalah bahasa yang memungkinkan
pengguna untuk memasukkan, mengubah, menghapus, dan
mengambil data dari basis data. Berikut ini adalah beberapa
Data Manipulation Language (DML) yang digunakan, antara
lain:
• SELECT
Berfungsi untuk mengambil data dari sebuah table dan
beberapa table.
• INSERT
Berfungsi untuk memasukkan data ke sebuah table.
• UPDATE
Berfungsi untuk melakukan pembaruan data pada sebuah
table.
• DELETE
Berfungsi untuk menghapus data yang terdapat di table.
Fungsi agregat yang dimiliki SQL:
• COUNT
Berfungsi untuk menampilkan banyak nilai dalam suatu
kolom.
• SUM
Berfungsi untuk menampilkan jumlah nilai dalam suatu
kolom.
• AVG
Berfungsi untuk menampilkan jumlah nilai rata-rata dalam
suatu kolom.
• MIN
Berfungsi untuk menampilkan nilai terkecil dalam suatu
kolom.
12
• MAX
Berfungsi untuk menampilkan nilai terbesar dalam suatu
kolom.
2.1.4 Fourth Generation Language
Menurut Connolly dan Begg (2015:92), fourth generation
language merupakan versi singkat dari bahasa pemrograman third
generation language. Fourth generation language tidak bersifat
prosedural, pengguna tidak menentukan langkah – langkah yang
diperlukan oleh program untuk melakukan tugas, melainkan
mendefinisikan parameter untuk menghasilkan sebuah program
aplikasi.
Fourth genertion language mencakup:
• Presentation languages, seperti query languages dan report
generators.
• Speciality languages, seperti spreadsheets dan database languages.
• Application generators, seperti insert, update, dan retrieve data dari
database ke aplikasi yang dibangun.
• Very high-level languages digunakan untuk menghasilkan kode
aplikasi.
Tipe – tipe fourth generation language:
• Forms generators, merupakan fasilitas interaktif untuk membuat
input data dan menampilkan layout untuk layar dengan cepat.
• Report generators, merupakan fasilitas untuk membuat laporan –
laporan dari data yang tersimpan di dalam basis data.
• Graphics generators, merupakan fasilitas untuk mengambil data
dari basis data dan menampilkan data dalam bentuk grafik dan
hubungan pada data.
• Application generators, merupakan fasilitas untuk memproduksi
sebuah program yang terhubung dengan basis data.
13
2.1.5 Siklus Hidup Aplikasi Basis Data
Menurut Connolly dan Begg (2015:348), Database System
Development Lifecycle (DSDLC) adalah komponen pokok untuk sistem
informasi organisasi yang besar. Tahapan database system development
lifecycle dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Database system development lifecycle
(Connolly & Begg, p.348)
2.1.5.1 Database Planning
Menurut Connolly dan Begg (2015:349), database
planning merupakan tahapan untuk mengimplementasikan
siklus hidup secara efisien dan efektif. Terdapat dua langkah
penting dalam database planning, yaitu:
• Define the mission statement for the database system,
mendefinisikan tujuan utama dari sistem basis data dan
14
mengupayakan cara yang tepat agar sistem basis data yang
dikembangkan menjadi efisien dan efektif.
• Identifying the mission objectives, mengidentifikasi tugas –
tugas khusus yang dapat didukung oleh sistem basis data.
2.1.5.2 System Definition
Menurut Connolly dan Begg (2015:350), system definition
mendeskripsikan ruang lingkup dari sistem basis data dan
tampilan pengguna.
Sebelum merancang sistem basis data, sebaiknya
mengidentifikasi batasan – batasan dari sistem yang akan
dikembangkan dan tampilan sistem informasi yang akan dilihat
oleh organisasi.
Tampilan pengguna mendefinisikan sistem basis data yang
dibutuhkan berdasarkan perspektif dari peran tertentu, seperti
manager, supervisor, marketing, stock control.
2.1.5.3 Requirements Collection and Analysis
Menurut Connolly dan Begg (2015:350), requirements
collections and analysis merupakan proses mengumpulkan dan
menganalisa informasi mengenai bagian dari organisasi yang
akan didukung oleh sistem basis data. Informasi tersebut akan
digunakan untuk mengidentifikasi permintaan untuk sistem
yang baru.
Terdapat dua teknik dalam pengumpulan informasi
menurut Connolly dan Begg (2015:378):
• Fact-Finding Techniques
Terdapat lima jenis fact-finding techniques yang umum
digunakan:
o Examining documentation
Examining documentation dapat mempermudah
dalam memahami sistem yang akan dikembangkan.
o Interviewing
15
Teknik ini merupakan teknik pencarian fakta
yang paling banyak digunakan. Terdapat dua jenis
wawancara:
� Wawancara terstruktur, pewawancara memiliki
pertanyaan yang spesifik.
� Wawancara tidak terstruktur, pewawancara hanya
memiliki pertanyaan yang bersifat umum.
Terdapat dua jenis pertanyaan:
� Open – ended questions, merupakan pertanyaan
yang memungkinkan narasumber menjawab
pertanyaan dengan bebas.
� Closed – ended questions, merupakan pertanyaan
yang memungkinkan narasumber menjawab
pertanyaan hanya dengan “ya” atau “tidak”.
o Observing the enterprise in operation,
merupakan salah satu teknik pencarian fakta
yang paling efektif untuk memahami sistem.
o Research, merupakan teknik pencarian fakta
yang paling berguna untuk melakukan
penelitian terhadap aplikasi dan masalah.
o Questionnaires, merupakan dokumen untuk
tujuan khusus yang memungkinkan
pengumpulan fakta dalam skala besar.
• Requirement Specification Techniques
Terdapat tiga pendekatan dalam requirement specification
techniques:
o Centralized approach, permintaan dari setiap user view
digabungkan menjadi satu kumpulan untuk sistem
basis data yang baru.
16
Gambar 2.2 The Centralized Approach to managing multiple user views 1 to 3
(Connolly & Begg, p.353)
o View Integration approach, permintaan dari setiap user
view tetap pada daftar yang berbeda. Model data
merepresentasikan setiap user view yang telah dibuat,
kemudian digabungkan dalam tahap desain basis data.
Gambar 2.3 The View Integration Approach to managing multiple user views 1 to 3
(Connolly & Begg, p.354)
17
o Penggabungan dari centralized approach dan view
integration approach
2.1.5.4 Database Design
Menurut Connolly dan Begg (2015:354), database design
merupakan proses untuk membuat desain yang akan
mendukung tujuan dan misi perusahaan. Ada empat
pendekatan dalam database design:
• Bottom up
Pendekatan bottom up cocok untuk desain basis data
yang sederhana dengan jumlah atribut yang sedikit.
• Top Down
Pendekatan top down cocok digunakan untuk desain
basis data yang kompeks.
• Inside out
Pendekatan inside out berhubungan dengan pendekatan
bottom up. Perbedaan pendekatan inside out dengan
pendekatan bottom up yaitu pendekatan inside out
mengidentifikasi sekumpulan entitas utama terlebih dahulu,
kemudian dipecah untuk meninjau entitas, hubungan dan
atribut yang berhubungan dengan entitas utama.
• Mixed Strategy
Mixed strategy menggunakan pendekatan bottom up
dan pendekatan top down dalam beberapa bagian pada
model sebelum seluruh bagian dikombinasikan.
Menurut Connolly dan Begg (2015:356), terdapat tiga fase
dalam database design:
• Conceptual database design
Merupakan proses pembuatan model dari data yang
digunakan pada perusahaan yang independen dari
keseluruhan aspek fisik.
18
• Logical database design
Merupakan proses pembuatan model dari data yang
digunakan pada perusahaan berdasarkan model data
spesifik, tetapi independen terhadap DBMS tertentu dan
keseluruhan aspek fisik lainnya.
• Physical database design
Merupakan proses implementasi sistem basis data pada
tempat penyimpanan sekunder. Menggambarkan struktur
penyimpanan dan metode akses yang digunakan untuk
mencapai akses yang efisien terhadap data.
2.1.5.5 DBMS Selection
Menurut Connolly dan Begg (2015:359), DBMS selection
merupakan tahap pemilihan DBMS untuk mendukung sistem
basis data. Empat tahapan untuk memilih DBMS:
• Define terms of reference of study
• Shortlist two or three products
• Evaluate products
• Recommend selection and produce report
2.1.5.6 Application Design
Menurut Connolly dan Begg (2015:363), application
design merupakan tahap perancangan tampilan user dan
program aplikasi yang menggunakan dan memproses basis
data.
Terdapat dua aspek dalam application design:
• Transaction design
Tujuan dari transaction design adalah untuk
mendefinisikan dan mendokumentasikan karakteristik
tingkat tinggi dari transaksi yang dibutuhkan oleh basis
data, termasuk:
o Data yang digunakan pada transaksi;
19
o Karakteristik fungsi dalam transaksi;
o Output dari transaksi;
o Kepentingan user;
o Tingkat yang diharapkan dari penggunaan.
Jenis – jenis transaksi:
o Retrieval transactions, digunakan untuk mengmbil
data agar dapat ditampilkan pada layar atau dalam
pembuatan laporan.
o Update transactions, digunakan untuk menambahkan
catatan baru, menghapus catatan lama, mengubah
catatan yang ada di dalam basis data.
o Mixed transactions, melibatkan retrieval dan updating
of data.
• User interface design
Menurut Connolly dan Begg (2015:365), panduan
dalam merancang formulir atau laporan, antara lain:
o Meaningful title: judul harus jelas dan tidak ambigu
untuk mengidentifikasi tujuan laporan.
o Comprehensible instructions: menggunakan istilah –
istilah umum dalam memberikan instruksi kepada
user.
o Logical grouping and sequencing of fields: fields yang
berkaitan harus ditempatkan bersama dalam laporan.
o Visually appealing layout of the form/report: laporan
harus menampilkan tampilan yang menarik untuk
user.
o Familiar field labels: menggunakan nama fields yang
umum.
o Consistent terminology and abbreviations:
menggunakan ketentuan dan singkatan yang
konsisten.
20
o Consistent use of color: menggunakan warna yang
konsisten agar dapat meningkatkan tampilan laporan
dan menandai field atau pesan yang penting.
o Visible space and boundaries of data-entry fields:
mempertimbangkan kebutuhan dan cakupan ruang
pada setiap fields.
o Convenient cursor movement: mengidentifikasi operasi
yang dibutuhkan untuk memindahkan cursor pada
laporan dengan mudah.
o Error correction for individual characters and entire
fields: mengidentifikasi operasi yang dibutuhkan
untuk mengubah nilai pada field dengan mudah.
o Error messages for unacceptable values: menampilkan
pesan error jika terjadi kesalahan pemasukan data
oleh user.
o Optional fields marked clearly: user harus dapat
mengidentifikasi optional field.
o Explanatory message for fields: menampilkan
informasi field ketika cursor berada di dalam area
field.
o Completion signal: jika pengisian field pada laporan
telah selesai maka akan muncul pesan yang
menandakan bahwa proses pengisian laporan telah
berhasil.
2.1.5.7 Prototyping (optional)
Menurut Connolly dan Begg (2015:367), prototype
merupakan proses membangun sebuah model kerja dari sistem
basis data. Terdapat 2 jenis strategi dalam membuat prototype:
• Requirements prototyping, menggunakan prototype untuk
mendefinisikan kebutuhan untuk sistem basis data. Pada
saat kebutuhan telah terpenuhi, prototype akan dihapus.
• Evolutionary prototyping, digunakan untuk tujuan yang
sama dengan requirements prototyping. Perbedaannya,
21
dalam strategi ini, prototype tidak dihapus jika kebutuhan
telah terpenuhi.
2.1.5.8 Implementation
Menurut Conolly dan Begg (2015:367), implementasi
merupakan perwujudan fisik dari perancangan basis data dan
aplikasi.
2.1.5.9 Data Conversion and Loading
Menurut Conolly dan Begg (2015:368), data conversion
and loading merupakan proses pemindahan data yang telah
ada ke dalam basis data yang baru dan mengubah aplikasi yang
telah ada agar dapat dijalankan di dalam basis data yang baru.
2.1.5.10 Testing
Menurut Conolly dan Begg (2015:368), testing
merupakan proses menjalankan sistem basis data dengan
tujuan untuk menemukan kesalahan.
Contoh kriteria yang dapat digunakan untuk melakukan
evaluasi antara lain (Sommerville, 2010) :
• Learnability: berapa lama pengguna baru akan menjadi
produktif dengan sistem yang baru?
• Performance: seberapa baik sistem tersebut dapat
merespons sesuai dengan praktik kerja pengguna?
• Robustness: seberapa besar toleransi sistem dapat bertahan
dari kesalahan pengguna?
• Recoverability: seberapa cepat performa sistem saat
pemulihan dari kesalahan pengguna?
• Adaptability: seberapa dekat sistem terkait dengan model
kerja tunggal?
2.1.5.11 Operational Maintenance
22
Menurut Conolly dan Begg (2015:369), operational
maintenance merupakan proses mengawasi dan memelihara
sistem basis data setelah instalasi.
2.1.6 Entity Relationship Modelling
Gambar 2.4 Contoh Entity Relationship Diagram (ERD)
(Connolly & Begg, p.407)
2.1.6.1 Entity Types
Menurut Connolly dan Begg (2015:406), entity types
merupakan sekumpulan objek dengan properti yang sama yang
23
diidentifikasi oleh perusahaan yang memiliki eksistensi
independen.
Setiap objek yang diidentifikasi secara unik disebut juga
entity occurence. Menurut Connolly dan Begg (2015:417),
entity types dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian:
• Strong Entity Type merupakan tipe entitas yang
keberadaannya tidak bergantung pada entity type lainnya.
• Weak Entity Type merupakan tipe entitas yang
keberadaannya bergantung pada entity type lainnya.
Gambar 2.5 Contoh Entity Type
(Connolly & Begg, p.408)
2.1.6.2 Relationship Types
Menurut Connolly dan Begg (2015:408), relationship
types merupakan kumpulan asosiasi tipe – tipe entitas yang ada
dan mempunyai arti.
Gambar 2.6 Contoh Relationship Types
(Connolly & Begg, p.410)
Relationship occurance merupakan sebuah asosiasi yang
dapat diidentifikasi secara unik, yang meliputi satu kejadian
24
dari setiap tipe entitas yang berpartisipasi (Connolly dan Begg,
2015:409).
Gambar 2.7 Contoh Relationship Occurance
(Connolly & Begg, p.409)
Derajat dari tipe relasi merupakan jumlah dari tipe entitas
yang berpartisipasi dalam relasi tertentu. Entitas yang terlibat
dalam jenis hubungan tertentu disebut participants dalam
relationship. Jumlah participant dalam hubungan disebut
degree dari relationship. Sehingga, tingkat hubungan
menunjukkan jumlah jenis entitas yang terlibat dalam sebuah
hubungan. Hubungan dengan derajat dua disebut binary,
hubungan dengan derajat tiga disebut ternary, dan hubungan
dengan derajat empat disebut quaternary.
Gambar 2.8 Contoh Binary Relationship
(Connolly & Begg, p.410)
Gambar 2.9 Contoh Ternary Relationship
(Connolly & Begg, p.411)
25
Gambar 2.10 Contoh Quaternary Relationship
(Connolly & Begg, p.411)
Menurut Connolly dan Begg (2015:412), recursive
relationship merupakan tipe relasi yang memiliki jenis entitas
yang sama tetapi berpartisipasi pada lebih dari satu peran.
Gambar 2.11 Contoh recursive relationship
(Connolly & Begg, p.412)
2.1.6.3 Attributes
Menurut Connolly dan Begg (2015:413), attribute
merupakan properti dari sebuah entitas atau tipe relasi.
Domain attribute merupakan kumpulan dari nilai yang
diperbolehkan untuk satu atau lebih atribut (Connolly dan
Begg, 2015:413). Klasifikasi attribute dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu:
• Simple atau Composite Attributes
o Simple attributes merupakan atribut yang terdiri dari
komponen tunggal dengan keberadaan independen.
o Composite attributes merupakan atribut yang terdiri
dari banyak komponen, masing – masing dengan
keberadaan independen.
26
• Single-valued atau Multi-valued Attributes
o Single – valued attributes merupakan atribut yang
menampung nilai tunggal untuk setiap kejadian dari
suatu tipe entitas.
o Multi – valued attributes merupakan atribut yang
menampung banyak nilai untuk setiap kejadian dari
suatu tipe entitas.
• Derived Attributes
Merupakan atribut yang merepresentasikan nilai yang
didapat dari atribut terkait atau sekumpulan atribut.
2.1.6.4 Keys
Jenis – jenis keys:
• Candidate key, merupakan sebagian kecil atribut yang
mengidentifikasikan setiap kejadian dari entitas tersebut
secara unik (Connolly dan Begg, 2015:415).
• Primary key, merupakan candidate key yang telah dipilih
untuk mengidentifikasi setiap kejadian pada tipe entitas
secara unik (Connolly dan Begg, 2015:415).
• Alternate key, merupakan candidate key yang tidak terpilih
sebagai primary key (Connolly dan Begg, 2015:159).
• Composite key, merupakan candidate key yang memiliki
dua atau lebih atribut (Connolly dan Begg, 2015:416).
• Foreign key, merupakan sebuah atribut atau sekumpulan
atribut dalam suatu relasi yang sama dengan candidate key
dari beberapa relasi lainnya (Connolly dan Begg,
2015:159).
27
Gambar 2.12 Contoh Representasi Key
(Connolly & Begg, p.416)
2.1.6.5 Structural Constraint
Menurut Connolly dan Begg (2015;419), tipe utama dari
constraint dalam relasi disebut multiplicity. Multiplicity adalah
jumlah kejadian dalam tipe entitas yang mungkin berhubungan
pada kejadian tertentu.
Tiga tipe relasi binary secara umum yaitu (Connolly dan
Begg, 2015:419):
• Relasi one to one (1:1), merupakan relasi antar dua tipe
entitas dimana satu tipe entitas berelasi tepat satu atau nol
dengan tipe entitas lainnya.
Gambar 2.13 Contoh Relasi One to One
(Connolly & Begg, p.420)
28
• Relasi one to many (1:*), merupakan relasi antara dua tipe
entitas dimana satu tipe entitas berelasi nol, satu atau
banyak dengan tipe entitas lainnya.
Gambar 2.14 Contoh Relasi One to Many
(Connolly & Begg, p.421)
• Relasi many to many (*:*), merupakan relasi antar dua tipe
entitas dimana tipe entitasnya saling berelasi banyak.
Gambar 2.15 Contoh Relasi Many to Many
(Connolly & Begg, p.422)
Multiplicity terdiri dari dua batasan yang terpisah, yaitu:
• Cardinality, menggambarkan nilai maksimum yang
memungkinkan suatu relasi terjadi untuk sebuah entitas.
• Participation, menentukan apakah semua atau hanya
beberapa kejadian entitas yang akan berpartisipasi dalam
sebuah relasi.
29
Gambar 2.16 Contoh Cardinality dan Participation
(Connolly & Begg, p.425)
Masalah yang terjadi pada ER Models (Connoly dan Begg,
2015:426):
• Fan Traps, sebuah model merepresentasikan sebuah relasi
antar tipe entitas, tetapi terjadi ambiguitas antara jalur
antara entitas tertentu.
Gambar 2.17 Contoh Fan Traps
(Connolly & Begg, p.426)
Gambar 2.18 Cara Menghilangkan Fan Traps
(Connolly & Begg, p.427)
30
• Chasm Traps, sebuah model menunjukkan adanya relasi
antara tipe entitas perangkap, tetapi tidak terdapat jalur
antara entitas tertentu.
Gambar 2.19 Contoh Chasm Traps
(Connolly & Begg, p.428)
Gambar 2.20 Cara Menghilangkan Chasm Traps
(Connolly & Begg, p.429)
2.1.7 Metodologi Perancangan Basis Data
2.1.7.1 Perancangan Konseptual
Menurut Connolly dan Begg (2015:505), perancangan
konseptual merupakan sebuah proses membangun sebuah
model dari data yang digunakan dalam perancangan database
perusahaan, bersifat independen dari semua pertimbangan
fisik.
Langkah – langkah untuk membangun model data
konseptual (Connolly dan Begg, 2015:506), yaitu:
1. Mengidentifikasi jenis entitas
Bertujuan untuk mengidentifikasi jenis entitas yang
dibutuhkan.
2. Mengidentifikasi jenis relasi
31
Bertujuan untuk mengidentifikasi relasi penting yang
terdapat antara jenis entitas.
3. Mengidentifikasi dan mengasosiasi atribut dengan tipe
entitas atau relasi
Bertujuan untuk mengumpulkan atribut dengan tipe entitas
atau tipe relasi yang sesuai.
4. Mengidentifikasi atribut domain
Bertujuan untuk menentukan domain dari atribut dalam
model data konseptual.
5. Menentukan candidate key, primary key, dan alternate key
Bertujuan untuk mengidentifikasi candidate key untuk
setiap tipe entitas, dan jika terdapat lebih dari satu
candidate key, maka dipilih satu untuk menjadi primary
key dan yang lain sebagai alternate key.
6. Mempertimbangkan penggunaan konsep enhanced
modeling (optional)
Bertujuan untuk mempertimbangkan penggunaan konsep
enhanced modeling, seperti specialization, generalization,
aggregation, dan composition.
7. Memeriksa redundansi
Bertujuan untuk memeriksa adanya redundansi/data
berulang pada model. Terdapat tiga aktivitas dalam tahap
ini (Connolly dan Begg, 2015:520):
• Re-examine one to one (1:1) relationship
Jika terdapat relasi one to one makakedua entitas
harus digabung bersama-sama. Jika primary key
berbeda, pilih salah satu untuk menjadi primary key
dan yang lain sebagai alternate key.
• Remove redundant relationship
Suatu relasi disebut redundant jika informasi
yang sama dapat diperoleh melalui hubungan lainnya.
• Consider time dimension
Dimensi waktu dari sebuah relasi penting ketika
menilai suatu redundansi.
32
8. Validasi model konseptual dengan transaksi pengguna
Bertujuan untuk untuk memastikan bahwa model
konseptual mendukung transaksi yang dibutuhkan.
9. Meninjau kembali model data konseptual dengan
pengguna
Bertujuan untuk untuk meninjau kembali model data
konseptual dengan pengguna untuk memastikan bahwa
model tersebut sudah sesuai dengan representasi yang
sebenarnya dari kebutuhan data perusahaan.
2.1.7.2 Perancangan Logikal
Menurut Connolly dan Begg (2015:357), logical database
design merupakan proses pembuatan model dari data yang
digunakan pada perusahaan berdasarkan model data spesifik,
tetapi independen terhadap DBMS tertentu dan keseluruhan
aspek fisik lainnya.
Logical database design merupakan tahap kedua dalam
perancangan basis data. Tahapan – tahapan dalam logical
database design antara lain (Connolly dan Begg, 2015:528):
1. Menurunkan hubungan untuk model data logis
Bertujuan untuk membangun relasi terhadap logical data
model untuk merepresentasikan entitas, relasi, dan atribut
yang telah diidentifikasi.
2. Memvalidasi hubungan menggunakan normalisasi
Bertujuan untuk memvalidasi relasi dalam logical data
model menggunakan normalisasi.
3. Memvalidasi hubungan terhadap transaksi pengguna
Bertujuan untuk menentukan relasi dalam logical data
model yang dapat mendukung transaksi yang dibutuhkan.
4. Memeriksa batasan integritas
33
Bertujuan untuk memeriksa batasan integritas yang
direpresentasikan dalam logical data model.
5. Meninjau model data logis dengan pengguna
Bertujuan untuk meninjau logical data model dengan
pengguna untuk memastikan bahwa model akan
merepresentasikan kebutuhan data perusahaan dengan
benar.
6. Menggabungkan model data logis ke dalam model data
global
Bertujuan untuk menggabungkan local logical data
models dalam suatu global logical data model yang
merepresentasikan seluruh user views terhadap basis data.
7. Memeriksa pertumbuhan masa depan
Bertujuan untuk menentukan jika terdapat perubahan yang
signifikan di masa mendatang dan untuk menilai apakah
logical data model dapat mengakomodasi perubahan ini.
2.1.7.3 Perancangan Fisikal
Menurut Connolly dan Begg (2015:358), physical
database design merupakan proses implementasi sistem basis
data pada tempat penyimpanan sekunder. Menggambarkan
struktur penyimpanan dan metode akses yang digunakan untuk
mencapai akses yang efisien terhadap data.
Physical database design terdiri dari beberapa tahap dan
merupakan tahap terakhir dalam perancangan basis data.
Tahapan – tahapan dalam physical database design antara lain
(Connolly dan Begg, 2015:563):
1. Tahap ketiga: menerjemahkan logical data model ke
dalam DBMS yang telah ditentukan, yaitu untuk
memproduksi skema relasi basis data dari logical data
model yang dapat diimplementasikan ke dalam DBMS
yang telah ditentukan (Connolly dan Begg, 2015:564).
34
a. Merancang relasi dasar
Bertujuan untuk memustuskan cara merepresentasikan
relasi dasar yang telah diidentifikasi dalam logical
data model di DBMS yang dituju.
b. Merancang representasi data turunan
Bertujuan untuk memutuskan cara merepresentasikan
data turunan yang terdapat pada logical data model di
DBMS yang dituju.
c. Merancang batasan umum
Bertujuan untuk merancang batasan umum untuk
DBMS yang dituju.
2. Tahap keempat: merancang organisasi file dan indeks
Bertujuan untuk menentukan organisasi file yang
optimal yang akan digunaakan untuk menyimpan relasi
dasar dan indeks yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja
yang dapat diterima, yaitu keadaan di mana relasi dan
tuples akan disimpan pada penyimpanan sekunder
(Connolly dan Begg, 2015:569).
a. Menganalisa transaksi
Bertujuan untuk memahami fungsi dari transaksi yang
akan dijalankan pada basis data dan untuk
menganalisa transaksi – transaksi penting.
b. Memilih organisasi file
Bertujuan untuk menentukan organisasi file yang
efisien untuk setiap relasi dasar.
c. Memilih index
Bertujuan untuk menentukan apakah penambahan
index akan meningkatkan performa dari sistem
d. Memperkirakan kebutuhan memori
Bertujuan untuk memperkirakan memori yang
dibutuhkan oleh basis data.
3. Tahap kelima: merancang user views
Bertujuan untuk merancang user views yang telah
diidentifikasi pada tahap requirements collection and
35
analysis pada database system development lifecycle
(Connolly dan Begg, 2015:582).
4. Tahap keenam: merancang mekanisme keamanan
Bertujuan untuk merancang mekanisme keamanan
dalam basis data berdasarkan yang telah ditentukan oleh
user pada tahap requirements and collection pada
database system development lifecycle (Connolly dan
Begg, 2015:582).
5. Tahap ketujuh: mempertimbangkan penggunaan
redundansi yang terkontrol
Bertujuan untuk menentukan bahwa penggunaan
redudansi yang terkontrol secara terkendali dengan aturan
normalisasi akan meningkatkan performa sistem
(Connolly dan Begg, 2015:585).
6. Tahap kedelapan: mengawasi dan menyempurnakan
sistem operasional
Bertujuan untuk mengawasi sistem operasional dan
meningkatkan performa sistem untuk memperbaiki
rancangan yang kurang tepat atau menggambarkan
perubahan kebutuhan (Connolly dan Begg, 2015:598).
2.1.8 Normalisasi
Menurut Indrajani (2011:57), normalisasi adalah suatu teknik
dengan pendekatan bottom – up yang digunakan untuk membantu
mengidentifikasikan hubungan. Menurut Connolly dan Begg
(2015:451), normalisasi adalah suatu teknik untuk memproduksi sebuah
hubungan dengan properti yang diperlukan, dan memberikan
persyaratan data suatu perusahaan.
2.1.8.1 Tujuan Normalisasi
Tujuan utama normalisasi adalah mengidentifikasi
kesesuaian hubungan yang mendukung data untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan (Connolly and Begg, 2015:452).
36
Karakteristik yang sesuai untuk sebuah set hubungan
adalah sebagai berikut:
• Atribut minimal yang diperlukan untuk mendukung
kebutuhan perusahaan.
• Atribut dengan hubungan logika yang menjelaskan
mengenai functional dependencies.
• Duplikasi minimal untuk setiap atribut.
2.1.8.2 Data Redundancy and Update Anomalies
Tujuan utama dari desain relasi basis data adalah
mengelompokkan atribut menjadi relationship untuk
meminimalkan data yang berulang. Keuntungan potensial
untuk implementasi basis adalah sebagai berikut:
• Pembaruan data yang disimpan dalam basis data dengan
jumlah minimal operasi, akan mengurangi data yang tidak
konsisten di dalam basis data (Connolly and Begg,
2015:454).
• Pengurangan kapasitas penyimpanan diperlukan oleh
suatu relasi dasar untuk meminimalkan biaya (Connolly
and Begg, 2015:454).
Hubungan basis data yang berulang menimbulkan masalah
yang disebut update anomalies, yang terdiri dari insertion,
deletion atau modification anomalies (Connolly and Begg,
2015:455).
2.1.8.3 Functional Dependencies
Functional Dependencies mendeskripsikan hubungan
antara atribut dalam setiap relationship. Sebagai contoh, jika A
dan B adalah atribut dari hubungan R, fungsi B tergantung dari
A (ditandai A→B), jika setiap nilai dari A berasosiasi dengan
nilai B. (A dan B masing-masing terdiri dari satu atau lebih
atribut) (Connolly and Begg, 2015:457).
37
2.1.8.4 Proses Normalisasi
• Unnormalized Form(UNF)
Tabel yang terdiri dari satu atau lebih grup yang
berulang (repeating group). Repeating group adalah sebuah
atribut atau himpunan atributdi dalam tabel yang memiliki
lebih dari satu nilai (multiple value) untuk sebuah
nominated key attributes pada tabel (Connolly and Begg,
2015:466)
• First Normal Form (1NF)
Sebuah relasi yang memiliki titik potong setiap baris
dan kolom dan mengandunghanya satu nilai (Connolly and
Begg, 2015:466).
Proses UNF ke 1NF:
o Menentukan satu atau kumpulan atribut sebagai
kunci untuk tabel unnormalized.
o Mengidentifikasi grup yang berulang dalam tabel
unnormalizedyang berulang, untuk kunci atribut.
o Menghapus grup yang berulang dengan cara:
� Memasukkan data ke dalam kolom yang kosong
pada baris yang berisi data yang berulang
(flattening the table).
� Menggantikan data yang ada dengan melakukan
penulisan ulang dari kunci atribut yang
sesungguhnya ke dalam relasi terpisah.
• Second Normal Form (2NF)
Sebuah relasi yang berada pada first normal form
(1NF) dan setiap atribut yang bukan primary key berfungsi
secara penuh untuk bergantung pada primary key (full
functional dependent) (Connolly and Begg, 2015:470).
Proses 1NF ke 2NF:
o Mengidentifikasi primary key untuk relasi 1NF.
38
o Mengidentifikasi functional dependencies dalam
relasi.
o Partial dependencies terhadap primary key dihapus,
dengan menempatkan dalam relasi baru bersama
dengan salinan determinan.
• Third Normal Form (3NF)
Sebuah relasi yang berada pada first normal form
(1NF) dan second normal form (2NF) dan tidak
terdapatattribute yang bukan primary key (non-primary-
key) yang bersifat ketergantungan pada primary
key(transitively dependent) (Connolly and Begg, 2015:472).
Proses 2NF ke 3NF:
o Mengidentifikasi primary key dalam relasi second
normal form (2NF).
o Mengidentifikasi functional dependencies dalam
relasi.
2.2 Pemahaman Obyek Studi
Obyek studi yang dipelajari menyangkut sistem pergudangan pada PT
Multibox Indah dan PT Karya Indah Multiguna. Di dalam sistem pergudangan
ini terbagi atas komponen – komponen sebagai berikut:
2.2.1 Sistem Persediaan
Menurut Indrajani (2011:70), persediaan adalah aset yang tersedia
untuk dijual dalam proses bisnis biasa atau aset yang ada dalam proses
produksi untuk dijual kembali, atau aset dalam bentuk material atau
bahan baku untuk digunakan dalam proses produksi. Aset ini dapat
berbentuk barang atau jasa. Dalam persuhaan manufaktur, persediaan
terdiri atas:
• Persediaan produk jadi
• Persediaan produk dalam proses
• Persediaan bahan baku
39
• Persediaan bahan penolong
• Persediaan bahan habis pakai pabrik
• Persediaan suku cadang
Menurut Indrajani (2011:71), persediaan dikatakan sangat penting
bagi perusahaan , karena persediaan berguna untuk:
• Menghilangkan risiko keterlambatan datangnya barang.
• Menghilangkan risiko dari produk yang dipesan tidak bagus atau
rusak.
• Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin
kelancaran arus produksi.
• Memberikan pelayanan kepada pelanggan sebaik – baiknya, di mana
keinginan langganan pada setiap waktu dapat terpenuhi atau
memberi jaminan terhadap tersedianya barang tersebut.
Menurut Mulyadi (2008:553), sistem persediaan bertujuan untuk
mencatat mutasi tiap jenis persediaan yang disimpan di gudang. Sistem
ini berkaitan erat dengan sistem penjualan, sistem retur penjualan,
sistem pembelian, sistem retur pembelian, dan sistem akuntansi biaya
produksi. Dalam perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari:
persediaan produk jadi, persediaan produk dalam proses, persediaan
bahan baku, persediaan bahan penolong, persediaan bahan habis pakai
pabrik, persediaan suku cadang.
Tabel 2.1 Tipe Persediaan, Transaksi yang Mempengaruhi, Sistem dan
Prosedur yang Bersangkutan
Tipe Persediaan
Transaksi
Sistem dan Prosedur yang
Bersangkutan
1. Persediaan
produk jadi
Produk selesai
diproduksi
Prosedur pencatatan harga
pokok produk jadi
Penjualan Prosedur pencatatan harga
pokok produk jadi yang
dijual
Retur penjualan Prosedur pencatatan harga
40
pokok produk jadi yang
diterima kembali dari
pembeli
Penghitungan
fisik persediaan
Sistem penghitungan fisik
persediaan
2. Persediaan
produk dalam
proses
Produk selesai
diproduksi
Prosedur pencatatan produk
jadi
Readjusment Prosedur readjusment
persediaan produk dalam
proses
Penghitungan
fisik persediaan
Sistem perhitungan fisik
persediaan
3. Persediaan
bahan baku
Pembelian Prosedur pencatatan harga
pokok persediaan yang
dibeli
Retur pembelian Prosedur pencatatan harga
pokok persediaan yang
dikembalikan kepada
pemasok
Pemakaian
barang gudang
(dicatat sebagai
biaya bahan
baku)
Prosedur permintaan dan
pengeluaran barang gudang
Pengembalian
barang gudang
Prosedur pencatatan
tambahan harga pokok
persediaan karena
pengembalian barang
gudang
Penghitungan
fisik persediaan
Sistem perhitungan fisik
persediaan
4. Persediaan
bahan
Pembelian Prosedur pencatatan harga
pokok persediaan yang
41
penolong dibeli
Retur pembelian Prosedur pencatatan harga
pokok persediaan yang
dikembalikan kepada
pemasok
Pemakaian
barang gudang
(dicatat sebagai
biaya overhead
pabrik
sesungguhnya)
Prosedur permintaan dan
pengeluaran barang gudang
Pengembalian
barang gudang
Prosedur pencatatan
tambahan harga pokok
persediaan karena
pengembalian barang
gudang
Penghitungan
fisik persediaan
Sistem perhitungan fisik
persediaan
5. Persediaan
bahan habis
pakai pabrik,
persediaan suku
cadang
Pembelian Prosedur pencatatan harga
pokok persediaan yang
dibeli
Retur pembelian Prosedur pencatatan harga
pokok persediaan yang
dikembalikan kepada
pemasok
Pemakaian
barang gudang
(dicatat sebagai
biaya overhead
pabrik
sesungguhnya)
Prosedur permintaan dan
pengeluaran barang gudang
Pengembalian
barang gudang
Prosedur pencatatan
tambahan harga pokok
42
persediaan karena
pengembalian barang
gudang
Penghitungan
fisik persediaan
Sistem perhitungan fisik
persediaan
Menurut Mulyadi (2008:556), ada dua macam metode pencatatan
persediaan: metode mutasi persediaan (perpetual inventory method) dan
metode persediaan fisik (physical inventory method). Dalam metode
mutasi persediaan, setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu
persediaan. Dalam metode persediaan fisik, hanya tambahan persediaan
dari pembeli saja yang dicatat, sedangkan mutasi berkurangnya
persediaan karena pemakaina tidak dicatat dalam kartu persediaan.
Menurut Mulyadi (2008:559), sistem dan prosedur yang
bersangkutan dengan sistem akuntansi persediaan adalah:
1. Prosedur pencatatan produk jadi
2. Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang dijual
3. Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang diterima
4. Prosedur pencatatan tambahan dan penyesuaian kembali harga
pokok persediaan produk dalam proses
5. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli
6. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan
kepada pemasok
7. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang
8. Prosedur pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena
pengembalian barang gudang
9. Sistem perhitungan fisik persediaan
43
Gambar 2.21 Contoh Kartu Perhitungan Fisik
(Mulyadi, p.577)
Gambar 2.22 Contoh Kartu Gudang
(Mulyadi, p.578)
2.2.2 Sistem Pengiriman
44
Menurut Mulyadi (2008:213), sistem pengiriman bertanggung
jawab untuk menyerahkan barang atas dasar surat pesanan pengiriman
yang diterimanya dari fungsi penjualan. Fungsi ini bertanggung jawab
untuk menjamin bahwa tidak ada barang yang keluar dari perusahaan
tanpa ada otorisasi dari yang berwenang. Otorisasi ini dapat berupa
surat pesanan pengiriman yang telah ditandatangani oleh fungsi
penjualan, surat perintah kerja dari fungsi produksi mengenai
penjualan/pembuangan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai lagi.
Gambar 2.23 Contoh Surat Order Pengiriman
(Mulyadi, p.215)
45
Gambar 2.24 Contoh Bagan Sistem Pengiriman
(Mulyadi, p.228)
46
Prosedur pengiriman menurut Mulyadi (2008:240):
1. Prosedur order pengiriman satuan
Merupakan modifikasi dari prosedur order pengiriman dan
prosedur penagihan yang terpisah. Order pengiriman dibuat
sebanyak jenis barang yang dipesan (Mulyadi, 2008:240).
2. Prosedur pra-penagihan lengkap
Merupakan prosedur dengan faktur penjualan dan
tembusannya dibuat secara lengkap bersamaan dengan pembuatan
surat order pengiriman dan tembusannya (Mulyadi, 2008:241).
3. Prosedur pra-penagihan tidak lengkap
Merupakan prosedur dengan faktur penjualan dan
tembusannya dibuat bersamaan dengan pembuatan surat order
pengiriman, namun faktur penjualan belum diisi dengan informasi
yang lengkap oleh fungsi tersebut (Mulyadi, 2008:241).
2.3 Tools yang Digunakan
2.3.1 Diagramming Tools
Diagramming tools yang digunakan, antara lain:
2.3.1.1 UML (Unified Modeling Language)
Menurut Bentley dan Whitten (2010:371), UML
merupakan sekumpulan model yang digunakan untuk
menggambarkan sebuah sistem software dalam hal objek.
Beberapa jenis UML (Bentley dan Whitten, 2010:381):
• Use case diagram
Menurut Bentley dan Whitten (2010:246), use case
diagram merupakan diagram yang menggambarkan
interaksi antara sistem, sistem eksternal dan user.
Gambar 2.25 Use Case Diagram
47
Gambar 2.26 Contoh Use Case Diagram
(http://commons.wikimedia.org/, 2014)
Komponen use case diagram (Bentley dan Whitten,
2010:247):
o Actor
Menurut Bentley dan Whitten (2010:247), actor
adalah segala sesuatu yang memiliki kepentignan
untuk berinteraksi dengan sistem untuk bertukar
informasi.
Gambar 2.27 Actor
o Use Case
Menurut Bentley dan Whitten (2010:246), use
case mewakili tujuan sistem dan menggambarkan
urutan aktivitas dan interaksi pengguna yang mencoba
untuk mencapai tujuan.
48
Gambar 2.28 Use Case
o Relationship
Menurut Bentley dan Whitten (2010:248),
relationship digambarkan sebagai garis antara dua
simbol pada use case diagram.
Relasi pada use case diagram:
���� Associations
Merupakan sebuah hubungan antara aktor
dan sebuah use case yang ada di mana use case
tersebut menggambarkan interaksi antara
keduanya (Bentley dan Whitten, 2010:248).
���� Extends
Merupakan sebuah hubungan use case yang
terdiri dari use case yang diambil dari use case
kompleks untuk menyederhanakan dan
memperluas fungsionalitas use case (Bentley dan
Whitten, 2010:248).
���� Uses / Includes
Merupakan hubungan yang mengurangi
redudansi antara dua atau lebih use
case dengan menggabungkan langkah – langkah
umum (Bentley dan Whitten, 2010:249).
���� Depends On
Merupakan hubungan yang menjelaskan
ketergantungan use case dengan use case lain
agar bisa menentukan urutan use case mana yang
perlu dikembangkan (Bentley dan Whitten,
2010:249).
49
���� Inheritance
Merupakan hubungan yang menjelaskan dua
atau lebih aktor yang melakukan hal yang sama,
atau melakukan use case (Bentley dan Whitten,
2010:250).
• Activity diagram
Menurut Whitten dan Bentley (2007: 390), activity
diagram adalah diagram yang digunakan untuk
menjelaskan aliran proses bisnis, langkah – langkah use
case atau logika dari sebuah behavior (method).
Tabel 2.2 Simbol Activity Diagram
No. Nama Simbol Deskripsi
1. Initial
node
Proses awal yang
ditandai dengan bulat
penuh.
2. Action
Aksi yang dieksekusi.
Ditandai dengan kotak
yang memiliki sudut
tumpul.
3. Flow
Aliran ketika suatu
proses selesai dieksekusi.
Dilambangkan dengan
garis panah. Sebagian
besar flow tidak perlu
kata – kata untuk
mengidentifikasikannya
kecuali dalam hal
membuat keputusan.
4. Decision
Dilambangkan dengan
bentuk berlian dengan
satu flow masuk dan dua
50
atau lebih flow keluar.
Flow yang keluar
ditandai untuk
mengindikasikan kondisi.
5. Merge
Berfungsi untuk
menggabungkan
beberapa flow yang
sebelumnya terpisah oleh
keputusan.
Dilambangkan dengan
bentuk berlian dengan
dua atau lebih flow.
6. Fork
Bar hitam dengan satu
flow yang masuk dan dua
atau lebih flow keluar.
7. Join
Bar hitam dengan dua
atau lebih flow yang
masuk dan satu flow
keluar.
8. Activity
Final
Proses akhir yang
ditandai dengan bulat
penuh di dalam
lingkaran.
2.3.1.2 DFD (Data Flow Diagram)
Menurut Bentley dan Whitten (2010:317), Data Flow
Diagram (DFD) adalah alat yang digunakan untuk
menggambarkan aliran data sebuah sistem dan tugas atau
pengolahan yang dilakukan oleh sistem.
Jenis – jenis data flow Diagram (DFD) adalah sebagai berikut:
51
• Diagram konteks, merupakan model yang
mendokumentasikan lingkup sistem, berisi satu dan hanya
satu proses.
• Diagram nol, menunjukkan interaksi input, output, dan
data store untuk setiap proses.
Tabel 2.3 Notasi DFD
2.3.1.3 Entity Relationship Diagram (ERD)
Menurut Bentley dan Whitten (2010:271), entity
relationship diagram (ERD) merupakan model data
menggunakan beberapa notasi untuk menggambarkan data
dalam hal entitas dan hubungan yang digambarkan oleh data
tersebut.
Tiga komponen entity relationship diagram:
• Entities
Menurut Bentley dan Whitten (2010:271), entity
adalah sekelompok orang, tempat, benda, peristiwa atau
konsep tentang apa yang kita butuhkan untuk menyimpan
data.
Lambang Penjelasan
Menggambarkan manusia,
organisasi, atau unit organisasi
yang berinteraksi dengansistem.
Menggambarkan nama proses yang
dikerjakan oleh sistem
Arusdatayangkeluar
danyangmasukdalam sistem.
Tempat penyimpanandata.
52
Gambar 2.29 Contoh Entity
• Attributes
Menurut Bentley dan Whitten (2010:271), attribute
adalah properti deskriptif atau karakteristik dari suatu
entitas.
Gambar 2.30 Contoh Attribute
Properti - properti dari atribut:
• Domain
Menurut Bentley dan Whitten (2010:272), domain
adalah properti dari sebuah atribut yang mendefinisikan
nilai – nilai yang dapat diambil dari atribut.
• Data Type
Menurut Bentley dan Whitten (2010:272),data type
adalah properti dari atribut yang mendefinisikan tipe data
yang dapat disimpan di dalam atribut.
53
Tabel 2.4 Tipe Data Logikal dalam Atribut
Logical Data Type Logical Business Meaning
NUMBER Any number, real or integer.
TEXT A string of characters, inclusive of
numbers. When numbers are
included in a TEXT attribute, it
means we do not expect to
perform arithmethic or
comparisons whith those
numbers.
MEMO Same as TEXT but of an
indeterminate size. Some business
systems require the ability to
attach potentially lengthly notes
to a given database record.
DATE Any date in any format.
TIME Any time in any format.
YES / NO An attribute that can assume only
one of theese two values.
VALUE SET A finite set of values.
IMAGE Any picture or image.
Tabel 2.5 Domain Logikal untuk Tipe Data Logikal
Data Type Domain Examples
NUMBER For integers, specify the
range: {minimum-
maximum}
For real numbers,
specify the range and
precision:
{minimum.precision-
maximum.precision}
{10-99}
{1.000-
799.999}
TEXT TEXT (maximum size of TEXT (30)
54
attribute)
Actual values are
usually infinite;
however, users may
specify certain
narrative restrictions.
MEMO Not applicable. There
are no logical
restrictions on size or
content.
Not applicable
DATE Variation on the
MMDDYYYY format.
MMDDYYYY
MMYYYY
YYYY
TIME For AM/PM times:
HHMMT
or
For military times:
HHMM
HHMMT
HHMM
YES/NO {YES, NO} {YES, NO}
{ON, OFF}
VALUE
SET
{ value#1,
value#2,..value#n}
or
{ table of codes amd
meanings}
{FRESHMAN,
SHOPOMORE
, JUNIOR,
SENIOR}
{FR =
FRESHMAN
SO =
SOPHOMORE
JR = JUNIOR
SR = SENIOR}
IMAGE Not applicable;
however, any known
characteristics of the
Not applicable
55
images will eventually
prove useful to
designers.
• Relationships
Menurut Bentley dan Whitten (2010:275),
relationship adalah asosiasi bisnis alami antara satu atau
lebih entitas.
o Cardinality
Mengidentifikasi nilai minimum dan maksimum
setiap kejadian dari satu entitas yang mungkin
memiliki relasi ke sebuah kejadian tunggal dari entitas
lain.
Gambar 2.31 Cardinality Notations
(http://depth-first.com/, 2009)
o Degree
Merupakan jumlah entitas yang berpartisipasi
dalam sebuah hubungan.
56
2.3.2 Software Tools
2.3.2.1 Programming Tools
2.3.2.1.1 PHP
Pembuatan aplikasi akan menggunakan bahasa
pemrograman PHP. Menurut Winarno dan Zaki
(2014:49), PHP adalah sebuah bahasa
pemrograman web berbasis server (server-side)
yang mampu memecah kode PHP dari kode web
dengan ekstensi .php, sehingga menghasilkan
tampilan website yang dinamis di sisi client
(browser).
2.3.2.1.2 jQuery
Menurut Hakim (2014:3), jQuery adalah
Javascript library, kumpulan kode Javascript siap
pakai, sehingga mempermudah dan mempercepat
dalam membuat kode Javascript.
2.3.2.2 DBMS Tools
Menurut Microsoft, Microsoft SQL Server adalah
manajemen database dan analisis sistem untuk e-commerce,
line-of-business, dan solusi data warehousing.
Menurut Paul Stanley Software, alasan – alasan memilih
SQL Server adalah:
1. High performance and scalability
Dalam banyak situasi, Microsoft SQL Server
menawarkan kinerja yang lebih baik daripada basis data
Access. SQL Server juga menyediakan dukungan untuk
basis data yang sangat besar, hingga satu terabyte. SQL
Server bekerja sangat efisien pada Microsoft Windows
Server dengan pengolahan query secara paralel dan
57
meminimalkan persyaratan memori tambahan ketika
pengguna yang menggunakan bertambah banyak.
2. Increased availability
Basis data Microsoft SQL Server, dapat dibackup
secara inkremental atau lengkap. Basis data dapat berjalan
hingga 24 jam sehari, tujuh hari seminggu.
3. Improved security
Microsoft SQL Server dapat berintegrasi dengan
keamanan sistem operasi Windows Server untuk
memberikan log on tunggal ke jaringan dan basis data.
4. Immediate recoverability
Dalam kasus kegagalan sistem (seperti sistem operasi
crash atau pemadaman listrik), Microsoft SQL Server
memiliki mekanisme pemulihan otomatis yang
memulihkan basis data ke keadaan terakhir dalam
hitungan menit, tanpa intervensi administrator database.
5. Reliable distributed data and transactions
Microsoft SQL Server mendukung transaksi atom
dengan transaksi logging, yang menjamin semua
perubahan yang dilakukan dalam transaksi yang baik
comitted atau rolled back.
6. Server-based processing
Microsoft merancang Microsoft SQL Server dari awal
sebagai client / server database. Data dan indeks berada
pada server komputer yang sering diakses lewat jaringan
dengan banyak komputer client. SQL Server mengurangi
lalu lintas jaringan dengan mengolah querydatabase di
server sebelum mengirim hasilnya ke client.
2.4 Hasil Rancangan Sistem Basis Data yang Serupa
58
2.4.1 Perancangan Sistem Informasi Manajemen Warehourse Berbasis
Internet dalam Penyimpanan dan Persediaan Material pada PT
LEN Industri (Persero) Bandung (Tono Hartono, 2011)
PT LEN merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang bisnis
elektronika industri dan prasarana. PT LEN memiliki persediaan
material gudang dan belum terorganisir dengan baik. Setiap pengecekan
material masih melihat dari arsip material sehingga membutuhkan
waktu yang lama dan proses pengiriman, penerimaan, pengambilan,
penerimaan, dan penyimpanan menjadi tidak efektif dan efisien.
Alat yang dipergunakan dalam metode terstruktur ini berupa
diagram alur (Flow Map), diagram konteks (Context Diagram), DFD
(Data Flow Diagram), kamus data (Data Dictionary), ERD (Entity
Relational Diagram), dan normalisasi yang berorientasi pada proses
dan data. Dalam penerapan tahapan pengembangan sistem, digunakan
metode klasik atau waterfall (Edhy Sutanta, 2003:128).
Batasan masalah dalam pembuatan aplikasi dalam penelitian ini
antara lain:
1. Analisa dan penelitian yang dilakukan hanya sebatas menangani
masalah pengolahan data persediaan, penerimaan, pengeluaran, dan
pemesanan material.
2. Pembuatan laporan – laporan yang terkait dengan analisa dan
penelitian sebatas menangani laporan persediaan material, bukti
masuk material, bukti keluar material, dan produksi.
3. Sistem informasi ini menggunakan topologi jaringan Local Area
Network (LAN) dengan konsep tiga tingkatan, artinya hanya satu
komputer yang bertugas sebagai server dan kedua lainnya sebagai
client.
2.4.2 Optimalisasi Utilitas Gudang UNILEVER - PT POS INDONESIA
di Kawasan Pulo Gadung Melalui Penataan Lay Out Gudang dan
Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Inventory Pergudangan
Berupa System Radio Frequency Identification (RFID)
UNILEVER - PT POS INDONESIA bergerak dalam bidang jasa
pergudangan. UNILEVER - PT POS INDONESIA memiliki gudang
59
persediaan barang untuk bahan baku, barang setengah jadi, dan barang
jadi. Tata letak gudang belum dirancang secara efisien dan belum
didukung dengan aplikasi sistem informasi manajemen inventory yang
tepat guna untuk mengatasi terjadi stock out maupun over stock barang.
Dalam operasional bisnis keberadaan Warehousing Management
System tidak berfungsi dengan baik sehingga pengiriman barang kepada
customer dilakukan tanpa melihat kondisi atau persediaan barang
(stock) yang ada digudang, dampaknya adalah terjadi system lifo (last in
first out atau barang yang tiba langsung dikirimkan kepada konsumen).
Ruang lingkup dalam penelitian ini:
1. Penerimaan Barang (received).
Barang yang secara fisik cocok dengan barang yang tercantum
di daftar/faktur akan disimpan dalam gudang. Secara komputerisasi
bagian inventory melihat letak dari barang yang disimpan.
Kemudian dengan sistem informasi akan dihitung jumlah
persediaan dan memberikan laporan kepada pihak Unilever bahwa
barang telah diterima.
2. Penyimpanan (Storage)
Gudang dirancang untuk mencapai target tingkat pelayanan
dengan total biaya yang paling rendah. Kurang seimbangnya antara
proses penawaran dan permintaan mendorong munculnya
persediaan (inventory). Karena jumlah barang yang datang tidak
seimbang dengan alur barang yang keluar dan space gudang yang
terbatas maka sistem penomoran tidak dapat dilakukan. Proses ini
tidak memperhatikan system fifo (first in first out), sehingga barang
yang lama akan cenderung menjadi out of date dan bahkan bisa
rusak karena penyimpanan yang terlalu lama di dalam gudang.
3. Pengiriman Barang ( Distribution system)
Sistem penyimpanan pada sistem informasi hanya untuk
keperluan inventory, sedangkan dalam proses pengambilan barang
(order picking), hanya mengandalkan daya ingat cheker dan packer
serta supervisor inventory.
60