bab 2 tinjauan pustaka - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/125717-r18-ped-205 perbedaan...

23
Universitas Indonesia 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rasa cemas dan takut Rasa cemas dan takut dalam perawatan gigi pada anak – anak telah dikenali sebagai sumber masalah kesehatan yang serius. Rasa takut biasanya dirangsang oleh stimulus spesifik yang nyata atau objek tertentu, sedangkan rasa cemas timbul dari dalam psikis pasien sebagai antisipasi terhadap tekanan yang tidak terdefinisikan dan tidak nyata. Kecemasan sangat berhubungan erat dengan rasa takut. Rasa takut dan cemas dapat membuat anak-anak menjadi sulit untuk dirawat dan penurunan ambang rasa sakit. 10 Takut merupakan bentuk konkrit, yang memiliki latar belakang yang jelas, dan dapat diekspresikan melalui kata-kata apa yang ditakutkan. Fischer menyatakan bahwa rasa takut ialah emosi yang timbul dalam situasi stress dan ketidakpastian serta dapat memberikan rasa terancam bagi orang yang mengalaminya. Reaksi dari perasaan tersebut ialah melawan atau menjauhi situasi tersebut sebagai antisipasi rasa sakit atau keadaan bahaya. Dalam hal emosi takut ini seseorang dapat mengenali apa yang menyebabkan rasa takut dan tahu apa yang ditakuti. Anak mengenal rasa takut sebagai pengalaman yang tiba – tiba. 6, 10, 11 Kecemasan terkadang disebut sebagai suatu ketakutan yang tidak jelas, bersifat panjang/meluas (diffuse) dan tidak berkaitan terhadap ancaman spesifik tertentu. Kecemasan tampak dihasilkan oleh ancaman internal, perasaan yang tidak baik; berbeda dengan perasaan takut yang memiliki objek eksternal atau apa yang dilihat pasien sebagai suatu bahaya. Oleh sebab itu, perasaan cemas lebih sulit diatasi dibandingkan perasaan takut. 10 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Upload: doanhanh

Post on 01-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/125717-R18-PED-205 Perbedaan tingkat... · The genesis of fear and anxiety in ... dari pengalaman yang buruk dari

Universitas Indonesia

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rasa cemas dan takut

Rasa cemas dan takut dalam perawatan gigi pada anak – anak telah

dikenali sebagai sumber masalah kesehatan yang serius. Rasa takut biasanya

dirangsang oleh stimulus spesifik yang nyata atau objek tertentu, sedangkan rasa

cemas timbul dari dalam psikis pasien sebagai antisipasi terhadap tekanan yang

tidak terdefinisikan dan tidak nyata. Kecemasan sangat berhubungan erat dengan

rasa takut. Rasa takut dan cemas dapat membuat anak-anak menjadi sulit untuk

dirawat dan penurunan ambang rasa sakit.10

Takut merupakan bentuk konkrit, yang memiliki latar belakang yang jelas,

dan dapat diekspresikan melalui kata-kata apa yang ditakutkan. Fischer

menyatakan bahwa rasa takut ialah emosi yang timbul dalam situasi stress dan

ketidakpastian serta dapat memberikan rasa terancam bagi orang yang

mengalaminya. Reaksi dari perasaan tersebut ialah melawan atau menjauhi situasi

tersebut sebagai antisipasi rasa sakit atau keadaan bahaya. Dalam hal emosi takut

ini seseorang dapat mengenali apa yang menyebabkan rasa takut dan tahu apa

yang ditakuti. Anak mengenal rasa takut sebagai pengalaman yang tiba – tiba.6, 10,

11

Kecemasan terkadang disebut sebagai suatu ketakutan yang tidak jelas,

bersifat panjang/meluas (diffuse) dan tidak berkaitan terhadap ancaman spesifik

tertentu. Kecemasan tampak dihasilkan oleh ancaman internal, perasaan yang

tidak baik; berbeda dengan perasaan takut yang memiliki objek eksternal atau apa

yang dilihat pasien sebagai suatu bahaya. Oleh sebab itu, perasaan cemas lebih

sulit diatasi dibandingkan perasaan takut.10

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/125717-R18-PED-205 Perbedaan tingkat... · The genesis of fear and anxiety in ... dari pengalaman yang buruk dari

Universitas Indonesia

5

Ada objeknya Tidak ada objek

Gambar 2.1 : Ilustrasi perbedaan rasa takut dan cemas. Rasa takut konkrit, sedangkan rasa cemas

difus.

Sumber : Koch G, Modeer T, Poulsen S, Rasmussen P. Pedodontics - A Clinical Approach. 1st ed. Copenhagen: Munksgaard 1991. hal. 72

2.2. Rasa cemas dan takut terhadap perawatan dental

Kecemasan dental adalah hal yang penting karena merupakan komponen

utama yang menyulitkan pasien di dalam praktik dokter gigi. Kecemasan dental

lebih spesifik dibandingkan kecemasan umum. Rasa cemas terhadap perawatan

gigi didefinisikan sebagai suatu sifat kecemasan yang khusus pada situasi tertentu,

yaitu kecenderungan merasa cemas saat perawatan gigi.12

Rasa cemas dan takut merupakan akibat dari adanya rasa sakit. Beberapa

rasa takut bisa terjadi secara alamiah, namun kebanyakan merupakan akibat

setelah terjadi rasa sakit. Sedangkan kecemasan selalu merupakan pengalaman

yang berasal dari akibat langsung rasa sakit atau turunan dari adanya rasa takut.6

Tiga penelitian yang dilakukan oleh Wright dan Alpern (1971), Wright, Alpern

dan Leake (1973), Bailey, Tailor, dan Talbot (1973) menunjukkan bahwa rasa

sakit yang timbul dari prosedur medis memiliki pengaruh buruk bagi perilaku

anak dalam lingkungan dental. Rasa sakit itulah yang menyebabkan perilaku

negatif seseorang dalam lingkungan dental.

Penelitian terakhir menyatakan bahwa rasa takut pada sakit secara fisik

banyak terjadi pada anak – anak. Rasa takut dapat memicu rasa sakit yang besar

dan pengurangan ambang toleransi (Barber, 1960; Lynn dan Eyesenck, 1961;

Lang, 1966; Lazarus, 1966). Ketakutan dental dini membentuk perilaku pasien

saat dewasa.13 Menurut Friedson dan Feldman, 9% dari orang yang tidak

FEAR ANXIETY

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/125717-R18-PED-205 Perbedaan tingkat... · The genesis of fear and anxiety in ... dari pengalaman yang buruk dari

Universitas Indonesia

6

Selalu sekunder

menggunakan jasa perawatan gigi secara teratur mengindikasikan keterkaitan

yang kuat dengan rasa takut dengan dokter gigi, takut sakit.14

Gambar 2.2 :

Segitiga hubungan rasa sakit dengan rasa takut dan cemas

Sumber : Mark HS. The genesis of fear and anxiety in young dental patients. Journal of dentistry for children. July - august 1978. p 51.

Beberapa psikolog berpendapat bahwa kehadiran cemas dapat diketahui

dari cara orang tersebut bertindak. Ini dapat dilihat saat pasien menghindari

kunjungan ke dokter gigi atau tidak membiarkan dokter gigi menggunakan

instrumen dental.4

Menurut beberapa psikolog, rasa cemas dan takut merupakan suatu

kesatuan yang tidak terpisahkan karena dalam situasi praktek dental yang

sesungguhnya pasien mengalami rasa takut yang bersifat objektif dan subjektif

atau yang dikenal dengan rasa takut dan rasa cemas.4, 15 Sumber lain juga

menegaskan bahwa secara jelas pada situasi dental, ketakutan dan kecemasan

saling terkait mengingat pasien dihadapkan pada ancaman yang “nyata” dan

“imaginasi” yang kemudian bereaksi dengan derajat kecemasan yang berbeda-

beda.15 Contoh, seseorang dapat merasa cemas terhadap kunjungan ke dokter gigi

dan secara spesifik merasa takut terhadap ekstraksi.10

Sehubungan dengan perawatan gigi, beberapa sumber dari rasa takut dan

cemas yang dialami pasien antara lain: suara dari alat bor, orang “asing”,

lingkungan atau benda yang belum dikenal serta rasa sakit dan orang –orang yang

diasosiasikan dengan rasa sakit itu sendiri.11

Rasa sakit

Rasa takut

Rasa cemas

Primer

Primer atau Sekunder

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/125717-R18-PED-205 Perbedaan tingkat... · The genesis of fear and anxiety in ... dari pengalaman yang buruk dari

Universitas Indonesia

7

Terhadap rasa takut dan cemas ini setiap orang memiliki bentuk – bentuk

pernyataan dari ke 2 perasaan ini. Pada pasien anak, bentuk pernyataan ini jelas

dan mudah tampil sedangkan pada orang dewasa mereka cenderung mentolerir

simptom ini dan berusaha mencari jalan keluar dengan cara mengingkari, giat

berusaha mengatasi atau mengalihkan diri.11

Rasa cemas memiliki 3 komponen yaitu : sisi kognitif, sensasi fisiologis

atau somatik, serta reaksi (tingkah laku). Sisi kognitif yaitu bagaimana perubahan

yang terjadi dalam proses berpikir. Contohnya : rasa khawatir, gelisah, berpikir

berlebihan, sedikit berfirasat, gangguan konsentrasi. Kemudian komponen

somatik misalnya denyut jantung meningkat, berdebar – debar, tekanan darah

meningkat, berkeringat, kekakuan anggota badan, sesak napas, sakit perut, dan

buang – buang air. Komponen yang ketiga yaitu reaksi. Contohnya : menghindar

(menunda perjanjian atau meminta semua perawatan dilakukan pada satu kali

kunjungan) dan menghindari situasi yang membangkitkan kecemasan.16

Seorang anak dengan kecemasan dan ketakutan dental memperlihatkan

situasi yang menantang untuk dokter gigi. Levy dan Domoto mengungkapkan

bahwa dokter gigi menganggap perilaku anak cemas yang mengacaukan

merupakan problematik utama yang dihadapi di klinik. Raadal dkk melaporkan

penelitian terhadap 895 anak di Amerika Serikat umur 5-11 tahun, 19,5 % anak

memiliki tingkat kecemasan dental yang tinggi. Dari kelompok usia 14-21,

ditemukan 23% memiliki kecemasan dental yang ekstrim.14

Studi prevalensi tentang kecemasan dan ketakutan dental juga sudah

dilakukan di Eropa. Pada penelitian di negara Finlandia terhadap anak usia 7-10

tahun sebesar 6% menderita kecemasan dental. Sedangkan usia 12-13 tahun

sebesar 21%. Di Norwegia, pada anak usia 10-13 tahun ditemukan 3,8%

menderita kecemasan dental. Sedangkan pada usia 18 tahun sebesar 19%.17

Ketidakmampuan untuk merawat anak dengan kecemasan dental menjadi

perhatian kesehatan publik yang penting diketahui komunitas dental. Penelitian

Corah mengungkap ¾ dokter gigi yang disurvei melaporkan kecemasan dental

pasien adalah halangan terbesar untuk perawatan dental yang rutin. Jika

kecemasan dental tidak dikurangi pada awal perawatan dental anak, maka

perasaan cemas akan bertumbuh dan menjadi penghancur bagi si anak.14

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/125717-R18-PED-205 Perbedaan tingkat... · The genesis of fear and anxiety in ... dari pengalaman yang buruk dari

Universitas Indonesia

8

Weiner dan Sheehan (1990) mengklasifikasikan dentally anxious

individuals menjadi 2 kelompok, yaitu: eksogen bila kecemasan dental yang

timbul merupakan hasil pengkondisian melalui pengalaman traumatik dental atau

pengalaman orang lain. Pasien anak cenderung masuk ke dalam kategori ini.7

Berikutnya endogen bila kecemasan berasal terjadi akibat suatu kelainan (anxiety

disorders), yang ditandai dengan keadaan anxiety pada umumnya, beberapa

ketakutan berlebih, dan kelainan emosi (mood).

Anak memiliki reaksi yang berbeda – beda dalam menghadapi rasa takut

dan cemas dental. Faktor-faktor yang menentukan bagaimana anak akan bereaksi

terhadap rasa takut dan cemas yaitu : pertama, derajat ketakutan (the degree of

fear), bergantung pada bagaimana anak merasakan suatu situasi dihubungkan

dengan pengalamannya sendiri dan lingkungannya, apakah anak merasa aman,

dikelilingi orang yang dipercayainya atau tidak. Kedua, kemampuan mengatasi

ketakutan berhubungan dengan kedewasaan anak dan kepribadiannya. Ketiga

motivasi atau dorongan untuk mengatasi ketakutan berhubungan dengan tuntutan

disekitarnya, kebiasaan anak dan semuanya ini dipengaruhi oleh kunjungan

dental.

2.2.1. Etiologi Kecemasan Dental

Faktor etiologi dari rasa cemas takut dental dapat dibagi menjadi 3

kelompok besar, yaitu: Faktor personal yang terdiri dari usia, rasa takut cemas

secara umum dan temperament. Faktor eksternal yang terdiri dari kecemasan dan

ketakutan orang tua, situasi sosial dalam keluarga, latar belakang etnik keluarga,

serta pola asuh dan peran anak di lingkungan sosial. Ketiga ialah faktor dental

yang terdiri dari rasa sakit dan tim dental.17

Ketiga faktor tersebut terkait dengan suatu variabel penting yaitu waktu.

Pasien anak yang kita lihat hari ini akan menjadi pasien dewasa yang kita lihat

esok hari. Melalui penelitian sebelumnya tentang adult odontophobia, kita

mengetahui bahwa pasien dewasa sering mengidentifikasikan masalahnya berasal

dari pengalaman yang buruk dari perawatan dental di masa lalunya. Saat dimana

kecemasan dental awal dan masalah perilaku bertemu akan menyebabkan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/125717-R18-PED-205 Perbedaan tingkat... · The genesis of fear and anxiety in ... dari pengalaman yang buruk dari

Universitas Indonesia

9

penghindaran terhadap perawatan dental, ada risiko yang besar masuknya

lingkaran setan menuju odontophobia dan buruknya kesehatan dental (gbr 2.3.).

Pencegahan terjadinya evolusi yang buruk ialah tugas utama pediatric dentist. 17

Gambar 2.3 : Etiologi terjadinya kecemasan/ ketakutan dental dan masalah perilaku.

Sumber : Koch G, Poulsen S. Behaviour management problems in children and adolescents. In: Klingberg G, Raadal M, eds. Pediatric dentistry- a clinical approach. 1st ed. Oxford: Blackwell Munksgaard 2003. p.56.

Faktor etiologi yang berada pada siklus atas dapat dibagi menjadi 3

kelompok utama : faktor personal, faktor eksternal, dan faktor dental. Akibat yang

ditimbulkan dan besarnya tingkat faktor tersebut sangat bergantung pada usia

anak. Jika kecemasan dental dan masalah perilaku mengarah kepada penghindaran

perawatan dental, ada risiko masuknya lingkaran setan ini. Jika perawatan yang

tepat untuk mengurangi kecemasan dental tidak segera dilakukan, siklus akan

segera terjadi bersamaan dengan waktu, seperti diperlihatkan pada siklus bawah.

Faktor Personal

Faktor Dental Faktor Eksternal

Kecemasan dental, masalah management perilaku

Penghindaran

Kelegaan sementara, Berkurangnya

kecemasan

Rusaknya Kesehatan gigi dan

mulu, rasa nyeri

Perasaan malu

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/125717-R18-PED-205 Perbedaan tingkat... · The genesis of fear and anxiety in ... dari pengalaman yang buruk dari

Universitas Indonesia

10

2.2.1.1. Faktor personal

Prevalensi derajat kecemasan dental yang telah dikemukakan bervariasi

pada setiap survei. Hal ini disebabkan karena : perbedaan kriteria untuk definisi

kecemasan dental atau masalah perilaku, perbedaan ukuran sampel dan teknik

seleksi sampel, perbedaan usia, perbedaan budaya sampai perbedaan sistem

perawatan gigi di negara masing – masing.

Walaupun demikian, 1 faktor yang pasti dalam menjelaskan kecemasan

dental dan masalah perilaku, yaitu usia dari anak. Baik kecemasan/ ketakutan

dental serta masalah perilaku umum pada anak kecil, merefleksikan pengaruh

perkembangan psikologi anak dalam kemampuannya menghadapi perawatan

dental. Anak kecil akan merasakan dan mengerti situasi dental berbeda dengan

anak yang lebih tua. Alasan utamanya ialah proses memahami dan motivasi untuk

taat terhadap perawatan dental memerlukan kesiapan anak. Misalnya untuk

berbaring tanpa bergerak, untuk mentolerir ketidaknyamanan, rasa yang aneh,

bahkan rasa sakit dan dan semuanya berada pada lingkungan asing dengan orang

– orang aneh.17

Semua anak melalui periode perkembangan kedegilan sering bertepatan

dengan krisis yang dialami anak saat fase berbeda dalam perkembangan sosial

emosional. Hal ini memang normal namun periode pencobaan ini ditandai dengan

masalah perilaku dalam situasi perawatan dental. Orang tua umumnya

mendeskripsikan perubahan tiba- tiba dari suasana hati anak, dari penurut menjadi

keras kepala. Ini adalah periode peralihan yang berlalu dalam 1 minggu atau

sebulan dua bulan. Ketakutan terhadap medis, ketakutan terhadap hal yang tidak

diketahui, dan takut akan luka telah diasosiasikan dengan kecemasan/ ketakutan

dental.17 Penelitian lebih lanjut mengungkap bahwa usia 6-7 tahun ialah periode

dimana ditemukan kecemasan dental tertinggi. Herbertt dan Innes menemukan

anak dari umur 8-9 tahun paling banyak mengalami kecemasan dental dan paling

tidak kooperatif selama perawatan dental. Anak di antara umur 4-14 melaporkan

ketakutan spesifik dari dokter gigi, dengan peringkat tertinggi ialah takut dicekik

diikuti dengan ketakutan terhadap injeksi dan pengeburan.14

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/125717-R18-PED-205 Perbedaan tingkat... · The genesis of fear and anxiety in ... dari pengalaman yang buruk dari

Universitas Indonesia

11

Winner mengemukakan pendapat berbeda (1982). Ia menyimpulkan

bahwa ada indikasi bertambahnya ketakutan dental anak seiring meningkatnya

usia, khususnya setelah usia 7-8 tahun. Kemudian naik secara signifikan pada usia

9-12 tahun. Ia menyatakan hal ini berkaitan dengan perkembangan fisiologis dan

psikologis. Selain itu, anak yang lebih tua tentunya memiliki risiko yang lebih

besar untuk menerima perawatan restoratif yang lebih ekstensif dibandingkan

anak yang masih muda. Hal ini didukung oleh penelitian Bauer (1976). Ia

melaporkan kenaikan frekuensi rasa takut termasuk luka tubuh dan bahaya fisik

mulai dari anak taman kanak – kanak hingga anak kelas 2 dan kemudian anak

kelas 6. Ollendick, Matson, dan Helsel (1985) menemukan tingginya angka takut

akan bahaya pada remaja dibandingkan anak yang lebih muda.18 Oleh karena itu,

tampak bahwa anak yang lebih tua merasakan dan memproses pengalaman dental

berbeda dengan anak yang lebih muda.19

Temperamen ialah kualitas emosional personal bawaaan yang cenderung

stabil. Temperamen juga dipercaya merupakan pengaruh genetik. Kecenderungan

dari temperamen ialah sifat malu, yang ditemukan pada 10% populasi anak.

Dikarakteristikan dengan kecenderungan sulit beradaptasi dalam situasi baru. Hal

ini tampak jelas saat bertemu orang asing. Pada situasi ini, anak yang pemalu

dihalangi atau bahkan canggung, dengan perasaan ketegangan dan sedih serta

cenderung keluar dari interaksi sosial. Anak ini memerlukan waktu untuk

beradaptasi dengan situasi. Kecenderungan temprament lain ialah emosi negatif

seperti menangis, takut, marah dan temper tantrum. Dua kecenderungan

temperamen ialah malu dan emosi negatif telah diasosiasikan dengan rasa cemas

dan takut terhadap perawatan dental.17

Faktor lain seperti jenis kelamin juga turut berperan dalam tingkat

kecemasan dental. Anak perempuan memiliki tingkat kecemasan dental yang

lebih tinggi dibandingkan laki – laki.18

2.2.1.2. Faktor eksternal

Situasi sosial anak sangatlah penting. Masalah rasa takut dental dilaporkan

banyak terjadi pada masyarakat immigrant. Kelompok dengan status sosial

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/125717-R18-PED-205 Perbedaan tingkat... · The genesis of fear and anxiety in ... dari pengalaman yang buruk dari

Universitas Indonesia

12

ekonomi rendah memperlihatkan tingginya prevalensi kecemasan dental dan

masalah perilaku.17

Faktor eksternal lain yang menentukan, yakni : Pertama, sikap orang tua

terhadap perawatan dental. Rasa cemas dental orangtua dapat mempengaruhi

kecemasan dental pada anak – anak. Orang tua yang takut sering mencampuri

perawatan dental anaknya, sebagai contoh dengan menanyakan keperluan untuk

injeksi atau perawatan restoratif. Pada saat itulah, orangtua yang takut pada

perawatan dental dapat menjadi model yang hidup dan kuat bagi kecemasan

dental anaknya. Studi di antara pasien odontophobics yang dilakukan Berggren,

Meynert dan Moore melaporkan bahwa perilaku negatif keluarga terhadap

perawatan dental menjadi alasan umum berkembangnya odontophobia.17 Jadi,

orang tua dengan kecemasan terhadap perawatan dental cenderung memiiki anak

yang cemas pula.17, 20

Kedua, pengalaman medis dan dental pada anak. Anak yang tidak

kooperatif atau cemas selama kunjungan dental terkait dengan pengalaman yang

traumatik atau prosedur dental yang menyakitkan di masa lalu. Namun, tidak

semua pasien yang mendapat nyeri atau rasa sakit selama perawatan dental

menjadi cemas. Bernstein dan koleganya menemukan bahwa kunci penting dari

perkembangan kecemasan dental ialah dokter gigi. Pada penelitian yang

dilakukannya terhadap mahasiswa, baik dengan rasa takut yang tinggi maupun

rendah terhadap perawatan dental dan diperiksa dengan pertanyaan esai terkait

pengalaman kanak – kananknya terhadap prosedur dental. Pada kelompok dengan

tingkat ketakutan tinggi 42% mengalami rasa sakit selama kunjungan namun

banyak dari mereka melaporkan bahwa dokter giginya bersikap dingin, tidak

perhatian dan deskripsi negatif serupa lainnya. Hanya 17% kelompok dengan

tingkat ketakutan rendah mengalami rasa sakit juga tetapi untuk kelompok ini,

mereka merasakan bahwa dokter giginya teliti, perhatian, ramah. Ini menunjukkan

bahwa pendekatan empatik dapat mengatasi efek rasa sakit jangka panjang.20

Pengalaman medis sebelumnya yang tidak menyenangkan juga dapat

mempengaruhi kemampuan anak untuk mendapatkan perawatan dental.

Bagaimanapun, yang menentukan ialah kualitas emosi dari peristiwa bukan

jumlah kunjungan.20

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/125717-R18-PED-205 Perbedaan tingkat... · The genesis of fear and anxiety in ... dari pengalaman yang buruk dari

Universitas Indonesia

13

Ketiga, pengalaman dental dari teman dan saudara kandung. (vicarious

learning). Banyak dari orang yang belum mendapatkan perawatan dental tapi

merasa cemas. Hal ini disebabkan anak mendapatkan dental fear melalui

pembelajaran sosial dari saudara kandung, kenalan, dan teman. Contoh : banyak

anak dan orang dewasa yang tidak pernah menerima injeksi lokal namun

menganggapnya sakit. Anak dapat belajar dari cerita teman sebayanya yang

“dibesar - besarkan” tetapi juga merefleksikan kecemasan dental orang tuanya.17,

20

Keempat, jenis persiapan yang dilakukan di rumah sebelum pertemuan

dental. Kemudian yang kelima ialah persepsi anak sendiri bahwa ada sesuatu

yang tidak benar dengan giginya. Anak yang datang ke dokter gigi untuk pertama

kalinya dan tahu bahwa mereka memiliki masalah dental, maka mereka akan

cenderung bersikap buruk. Rasa takut akan mendapatkan sakit sangatlah umum

ditemukan pada anak dan merupakan faktor penting.20

2.2.1.3. Faktor dental

Salah satu penyebab kecemasan dental dan masalah perilaku saat

perawatan gigi ialah rasa sakit yang ditimbulkan dari perawatan. Rasa sakit

didefinisikan sebagai pengalaman tidak menyenangkan yang disebabkan karena

kerusakan jaringan atau oleh ancaman kerusakan itu. Penting untuk mengetahui

bahwa sensasi tidak harus disebabkan oleh kerusakan jaringan, tetapi juga oleh

kondisi stimuli seperti suara bur dan jarum. Hal ini disebabkan karena secara

normal rasa sakit menimbulkan reaksi fisiologi dan psikologi untuk melindungi

tubuh dari kerusakan jaringan, perilaku tidak kooperatif ialah reaksi yang wajar

saat anak merasakan sakit atau ketidaknyamanan.17

Pemahaman anak terhadap rasa sakit sangat bevariasi tergantung

kemampuan kognitif, reaksi dan pemikiran anak terhadap stimuli yang bervariasi

bergantung usia dan kematangan. Faktor tambahan lain seperti perkembangan

sosio-emosional, keluarga, dan situasi sosial, dukungan orang tua, hubungan

dengan tim dental mempengaruhi bagaimana anak menghadapi stress, rasa sakit,

dan ketidaknyamanan.17

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/125717-R18-PED-205 Perbedaan tingkat... · The genesis of fear and anxiety in ... dari pengalaman yang buruk dari

Universitas Indonesia

14

Kecemasan dental yang paling umum pada anak dapat dihubungkan

dengan ketakutan dari ketidaktahuan dan kurangnya kontrol dari prosedur dental.

Perasaan tidak berdaya adalah suatu hal yang banyak dirasakan pasien yang

berbaring di kursi dental. Apalagi dengan ketidakmampuan berbicara dengan

dokter gigi karena instrumentasi di dalam mulut. Hal ini dapat

menginterprestasikan kurangnya kontrol. Pasien meyakini bahwa tidak ada cara

untuk menghentikan proses walaupun sesuatu berjalan salah.20

Rongga mulut juga merupakan salah satu faktor dental. Secara neurologis,

rongga mulut ialah salah satu regio yang paling sensitif dari tubuh manusia. Hal

ini disebabkan oleh banyaknya reseptor pengecapan rasa, sentuhan, temperatur

dan persepsi sakit. Stimulus oral dapat memberikan seseorang perasaan aman.

Oleh karena itu, seseorang akan bereaksi hebat untuk rasa sakit yang ada pada

rongga mulut dibandingkan luka pada bagian tubuh lainnya. Banyak pasien

memperlihatkan rasa takut yang begitu besar saat akan direstorasi giginya

dibandingkan prosedur bedah minor pada bagian tubuh lain.21

Selain itu, situasi praktik dental juga turut mempengaruhi kecemasan/

ketakutan dental. Takut akan perawatan dental menyebar dan dirasakan baik

secara sadar maupun tidak sadar. Saat pasien datang untuk perjanjian dental,

kecemasan dan stress telah berada dalam tingkat yang besar. Jika pasien dibiarkan

duduk di ruang tunggu untuk beberapa waktu, kecemasannya meningkat. Saat

pasien dibawa ke ruang operasi, ia dihadapkan pada stimuli sensori yang

mengakibatkan perasaan tidak nyaman. Stimuli ini antara lain, lampu yang terang,

pemandangan instrument – instrument dental dan baju putih dokter gigi, bau

medikasi yang tidak menyenangkan, bunyi – bunyi instrument termasuk suara bur.

Ditambah komunikasi yang buruk dengan dokter gigi akan menambah kecemasan

pada pasien kita. 21

Pasien merasa lemah dan berada di bawah perintah dokter gigi. Saat

kecemasan dan stress berada pada tingkat tinggi, ambang rasa dari semua panca

indera menurun; jadi jika satu indera saja mengalami trauma, reaksi pasien

terhadap stimulus akan berada di luar perkiraan. 21

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/125717-R18-PED-205 Perbedaan tingkat... · The genesis of fear and anxiety in ... dari pengalaman yang buruk dari

Universitas Indonesia

15

2.2.2. Pengaruh takut dan cemas dalam perawatan dental

Masalah diasosiasikan dengan kecemasan dental tidak terbatas pada anak

dengan kecemasan dental tetapi juga pada dokter gigi yang merawatnya. Frustasi

yang berkepanjangan yang muncul dengan perilaku penolakan menyebabkan

dokter gigi juga menderita dari kecemasan. Melamed dan Williamson melaporkan

banyak dokter gigi mengakui dirinya sendiri menjadi cemas saat berhadapan

dengan pasien yang cemas. Kombinasi frustasi dan kecemasan yang dirasakan

dokter gigi dapat diproyeksikan secara tidak sadar pada si anak, hal ini membuat

anak menjadi tidak nyaman dengan dokter gigi dan menciptakan siklus kecemasan

dokter gigi-anak yang tidak pernah berakhir.14

Kecemasan dental mempengaruhi pasien untuk membatalkan atau

menunda dental appointment serta perawatan dental. Hal ini terlihat dari suatu

metode yang digunakan untuk menghitung secara tabulasi data mengenai dental

appointment yang ditunda atau dibatalkan oleh pasien tersebut. Hal ini

menghasilkan konsekuensi berupa kerusakan gigi secara biologis maupun sikap

penolakan secara psikologis. Sikap tersebut pada akhirnya memperparah rasa sakit

dari pasien tersebut yang kemudian menimbulkan suatu stress dimana pada

akhirnya dapat memperparah sikap penolakan pasien terhadap perawatan gigi,

demikian seterusnya membentuk suatu siklus. Siklus lingkaran setan ini dikuatkan

oleh perasaan malu pasien akan kondisi oralnya dan karena ketidakmampuannya

untuk mengatasi situasi.15

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/125717-R18-PED-205 Perbedaan tingkat... · The genesis of fear and anxiety in ... dari pengalaman yang buruk dari

Universitas Indonesia

16

Gambar 2.4 : Lingkaran setan dari stress, penghindaran, dan rasa sakit dalam kedokteran gigi.

Sumber : Eli I. Oral psychophysiology : stress, pain, and behaviour in dental care 1th edition ed. Boca Raton: CRC Press 1992:65.

Seiring berjalannya waktu, pengalaman perawatan dental masa lalu dapat

memberikan pengaruh yang buruk dalam perawatan. Jika pasien ditanyakan

mengenai perasaannya pada masa lalu, seringkali pasien tersebut menyatakan

bahwa perasaan cemasnya pada saat recall dapat jauh lebih besar dibandingkan

perasaannya pada saat duduk di dental unit. Hal yang sama juga terjadi pada

pasien-pasien yang mengeluhkan rasa sakit 3 bulan setelah perawatan

dibandingkan rasa sakit setelah perawatan pertama. Jadi, dapat disimpulkan

kecemasan dental mempunyai efek yang bersifat menganggu kesehatan rongga

mulut pasien tersebut.15

2.3. Perkembangan Anak usia 6 dan 9 tahun

Perkembangan manusia merupakan suatu proses pertumbuhan dan

perubahan fisik, perilaku, kognitif, sosial dan emosional yang berlangsung seumur

hidup. Terjadilah perubahan yang luar biasa mulai dari bayi ke masa kanak –

kanak terus remaja dan kemudian dewasa. Melalui setiap proses, setiap orang

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/125717-R18-PED-205 Perbedaan tingkat... · The genesis of fear and anxiety in ... dari pengalaman yang buruk dari

Universitas Indonesia

17

mengembangkan perilaku dan nilai untuk menentukan pilihan, hubungan dan

pemahaman.

Setiap tahap perkembangan menunjukkan karakteristik khas. Berikut ialah

berbagai aspek perkembangan yang menjadi patokan khas umur tersebut.

Bagaimanapun, setiap anak ialah individu yang berbeda sehingga mencapai

tahapan perkembangan bisa ada yang cepat dan ada yang lebih lambat

dibandingkan anak lain di umur yang sama. 22

2.3.1. Perkembangan Anak 6 Tahun

Anak usia 6 tahun mengalami perkembangan fisik secara umum yakni

perkembangan pesat pada otot besar ketimbang otot kecil, penglihatannya belum

sempurna, pertumbuhan yang cepat terjadi pada organ jantung, memiliki aktivitas

besar melalui periode yang singkat. Saat usia 6 tahun gigi permanen mulai erupsi.9

Dari usia 6 tahun terjadi perkembangan berkesinambungan pada bagian

kepala dan leher. Saat usia 12 tahun, 90% ukuran wajah sudah komplit. Pada

rentang usia ini, rahang berkembang lebih cepat dari perkembangan neural.

Di usia 6 tahun, kebanyakan anak mengalami erupsi 4 molar permanen

pertama, eksfoliasi I1 dan I2 maksila dan mandibula yang kemudian diikuti erupsi

insisif permanen. Untuk beberapa anak insisif lateral permanen maksila akan

terlihat setelah usia 7 tahun.

Pada lengkung mandibula anak usia 6-7 tahun sampai 11-13 tahun mulai

dari M1 permanen dan I1, gigi erupsi secara bergantian dengan cepat yaitu I1, I2,

C, P1, P2 dan M2 permanen. Inklinasi dari jalur eruptif I permanen menyebabkan

penampilannya yang melebar. Tampak alami untuk menemukan diastema di

antara gigi I, khususnya pada maksila. Setelah C permanen mulai erupsi, terjadi

tekanan ke arah mesial yang biasanya cukup untuk meluruskan insisive dan

menutup diastema. Periode perkembangan ini disebut “ugly duckling stage”. 23

Selain itu anak usia 6 tahun pada juga mengalami perkembangan sosial

emosional yaitu percaya diri dan senang untuk menunjukkan kemampuan yang

dimilikinya. Ia menjadi pusat dari dunianya dan cenderung suka menyombongkan

diri. Anak usia ini harus dikatakan segalanya benar karena ia sulit menerima

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/125717-R18-PED-205 Perbedaan tingkat... · The genesis of fear and anxiety in ... dari pengalaman yang buruk dari

Universitas Indonesia

18

kritikan. Anak usia 6 tahun melalui periode tidak kooperatif dan melawan

instruksi orang tua. 24-26

Ia mulai sadar pada emosi dirinya dan orang lain sehingga mulai

mengembangkan teknik pengendalian diri yang lebih baik. Selama proses menuju

kemandirian ia mulai mengalami perasaan tidak aman Sumber penting bagi

stabilitas emosi dan perasaan aman dirinya ialah rutinitas yang dapat diperkirakan

dan interaksinya dengan orang dewasa yang mana mereka rasakan aman,

khususnya pada situasi yang mencekam. Ia sangat menikmati rutinitas dan

perubahan yang lambat. Rutinitas dipandang sebagai aktivitas yang nyaman dan

diinginkan.24

Anak sangat tergantung pada hubungan ”basis keamanan” dengan orang

dewasa (orang tua, guru) untuk dapat merasa aman dan nyaman. Kemampuan

yang ditunjukkan anak pada bidang non-sosial (seperti sekolah) tergantung pada

perasan aman dan nyaman dengan orang dewasa yang ada pada situasi tersebut. 24

Anak mulai menunjukkan kesadaran yang meningkat terhadap emosi

orang lain dan dirinya sendiri, serta dapat menilai apa yang dirasakan orang lain

seperti frustasi, gembira. Kemudian anak juga mulai dapat mengidentifikasi

penyebab perasaan orang tersebut (misalnya, berkata ”dia sedih karena…”), Ia

menilai apa yang dialami orang lain berdasarkan observasi langsung atau

pengalaman.24

Anak usia 6 tahun memiliki perilaku yang kaku dan negatif, yang tidak

dapat diprediksi dan penolakan yang kuat, banyak menuntut, tidak mampu

beradaptasi, respon lambat, memperlihatkan kebrutalan yang ekstrim, serta

emosinya mudah meledak karena kemampuannya untuk pengendalian diri sendiri

masih belum seimbang. 24, 25

Ia mengalami emosi positif atau negatif, ketimbang campuran emosi.

Seiring dengan berjalannya usia maka anak lebih sedikit menyampaikan perasaan

negatifnya. Mampu mengatasi emosi negatif dengan dukungan langsung

(misalnya kontak dan kenyamanan fisik dari perawat atau distraksi (misalnya,

menonton TV).24

Ia suka mengertak - gertakan kaki ke lantai, goyang – goyang, memutar –

mutar rambut, menggaruk – garuk disertai iritabilitas dan tangisan, serta tidak

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/125717-R18-PED-205 Perbedaan tingkat... · The genesis of fear and anxiety in ... dari pengalaman yang buruk dari

Universitas Indonesia

19

mampu untuk duduk lama sebagai tanda dari perasaanya yang penuh semangat

dan mudah gelisah. Anak pada usia ini sulit mengambil keputusan. Dia lebih

nyaman dengan aturan yang jelas.25, 26

Pada usia 6 – 12 tahun, anak mulai belajar tentang perilakunya yang dapat

diterima. Menangis, marah, dan perilaku serupa lainnya, untuk anak normal,

terjadi sebagai bentuk dari frustasi. Jika pada anak sebelum sekolah banyak

menuntut, memerlukan penghargaan segera, dan kepuasan, maka anak pada masa

transisional mampu menunda kepuasan. 23

Mayoritas anak 6-12 tahun akan menemukan kepuasan emosional hanya

jika mereka diterima di lingkungan sosial. Kurangnya penerimaan, diasingkan,

dan penghinaan dapat merusak emosional anak. Kemampuan untuk mengatasi dan

sembuh dari penghinaan, frustasi, kehilangan, kekecewaan diperlukan muncul

pada anak usia ini. Jika tidak, akan timbul masalah besar pada anak dewasa muda. 23

Pada tahun 1970, White menyimpulkan tentang perkembangan kognitif

anak antara usia 5-7 tahun terjadi reorganisasi sistem saraf pusat yang

menyebabkan peningkatan kemampuan secara drastis untuk tetap tekun

menyelesaikan tugas atau menaruh perhatian dalam menyelesaikan masalah. Dan

seiring bertambahnya usia maka rentang perhatiannya juga bertambah.23

Dari usia 4 hingga 6 tahun anak memasuki suatu periode yang ditandai

dengan banyaknya konflik dan ketidakstabilan emosional. Anak berada dalam

kondisi kekacauan antara ego-nya dengan hasratnya untuk menyesuaikan diri.

Dalam periode ini, imaginasi berperan penting sebagai mekanisme pelindung.

Fantasi berperan sebagai penyangga untuk masalah emosional. Rasa takut dapat

diatasi dengan mengenali faktor apa yang ditakuti oleh individu, kemudian dengan

berimaginasi akan membantu mengatasi rasa takut itu. Pada usia ini, batas

berimaginasi sangatlah penting dan dapat digunakan oleh dokter gigi untuk

menangani anak kecil. Pada usia ini anak tidak yakin dengan kemampuannya

sendiri mengatasi kemungkinan bahaya dan berdampak pada perilakunya yang

sedikit malu – malu.

Semakin tua usia anak makan ketakutannya menjadi lebih bervariasi dan

individual.27 Secara khusus, anak usia 6 memiliki ketakutan dan kecemasan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/125717-R18-PED-205 Perbedaan tingkat... · The genesis of fear and anxiety in ... dari pengalaman yang buruk dari

Universitas Indonesia

20

terhadap makhluk supernatural, luka fisik, dokter, kegelapan, petir, berada

sendirian, dan berpisah dari orang tua.28

2.3.2. Perkembangan Anak 9 Tahun

Perkembangan fisik anak usia 9 tahun ialah sebagai berikut. Pada usia ini

mulai terjadi perubahan fisiologis. Anak usia 9 tahun sudah memiliki koordinasi

otot besar dan kecil yang baik. Anak perempuan bertumbuh lebih cepat

dibandingkan anak laki – laki. Beberapa anak mencapai puncak mengawali

pertumbuhan cepat pra remaja. Sistem pernapasan, pencernaan, dan sirkulasi

hampir menyerupai orang dewasa. Pada usia ini anak mungkin memerlukan

perbaikan susunan gigi. Di usia ini muncul premolar pertama dan kedua.

Koordinasi mata dan tangan sudah baik dan ukuran mata hampir sama seperti saat

dewasa.9

Perkembangan emosional dan sosial anak usia 9 tahun ialah sebagai

berikut. Anak usia 9 tahun mencapai tingkat organisasi pribadi dimana emosi

positif sering dirasakan. Ia menunjukkan tanggung jawab, kemandirian,

kepatuhan, dan kemampuan untuk bergaul dengan orang lain.29 Namun dalam usia

ini pula anak berada dalam tahap mencari jati diri sehingga ia suka mengkritik dan

meningkatnya kemampuan verbal untuk melepaskan kemarahan. Ia memiliki

perasaan kuat terhadap apa yang benar dan apa yang salah. Perbedaan nyata antar

individu menjadi jelas dan berkembangnya kemampuan untuk tekun pada suatu

pekerjaan. Anak mau melakukan sesuatu dengan baik, tetapi hilang minat jika

tertekan. Anak pada usia ini dapat bekerja rajin untuk periode waktu yang lama

tetapi dapat menjadi tidak sabar dengan penundaan. Anak siap untuk pekerjaan

yang memerlukan ketelitian dengan sedikit ketegangan.9

Ia sangat suka dengan kompetisi, khususnya di sekolah, mengalami

pemberontakan yang ekstrim, suka menganggu, suka mengeluh, mudah gelisah,

isolasi sosial, mudah mengalami ketidakcocokan dengan orang tua. Anak laki –

laki dan perempuan memiliki perbedaan mencolok dalam kepribadian,

karakteristik, ketertarikan, dan pola pikir. Anak laki – laki baru mulai untuk

belajar mandiri. Ia memiliki beberapa masalah perilaku, khususnya jika tidak

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/125717-R18-PED-205 Perbedaan tingkat... · The genesis of fear and anxiety in ... dari pengalaman yang buruk dari

Universitas Indonesia

21

diterima oleh orang lain. Pada usia ini, ia mulai mandiri, dan dapat dipercaya. Ia

sangat mementingkan keadilan, sangat kompetitif, berdebat soal keadilan, sulit

menerima kesalahan namun lebih mampu menerima kegagalan dan kesalahan

serta bertanggung jawab. Anak sangat perhatian terhadap hal benar atau salah,

mau melakukan hal yang baik, namun terkadang bereaksi berlebihan atau

memberontak terhadap pandangan yang ketat.30

Pada usia ini, motivasi pribadi ialah karakteristik utama yang mewarnai

perilaku dan emosi anak. Perubahan yang cukup besar terjadi pada usia ini,

walaupun hal ini sepertinya tidak terlihat. Semua tuntutan dan kebinggungan dari

usia sebelumnya terintegrasi dalam usaha pencapaian jati diri yang stabil. Ia

memiliki kontrol yang baik dan dapat memikirkan masalah dan rencana

bagaimana menyelesaikannya. Ia persisten dengan usahanya dan dapat fokus

dalam menyelesaikan tugas.29

Pada usia ini anak mengembangkan hati nuraninya. Ia mengenal saat

dimana ia berbuat salah dan gagal untuk melaksanakan hal yang benar. Ia akan

menuduh atau mencari-cari alasan bila ia malu. Anak usia ini sangat disiplin,

tetapi mudah kecewa jika dia merasa bahwa ada hal yang tidak adil. Keadilan

menjadi hal yang penting bagi anak usia 9 tahun. Ia akan memiliki respon yang

baik jika ia merasa diperlakukan adil. Perbedaan kontras dengan anak usia 8

tahun, anak 9 tahun tidak terlalu termotivasi oleh penghargaan.29

Hal yang utama, anak usia 9 tahun cemas untuk membahagiakan orang

tua, guru, dan teman. Ia ingin perilakunya diterima oleh orang yang penting dalam

hidupnya. Ia suka menjelek – jelekan dirinya. Hal ini menunjukkan perasaan

kecemasan yang kuat pada usia ini. Kendati demikian, anak usia 9 tahun mudah

diarahkan jika ia memperlihatkan emosi negatif dan perilaku buruk. Saat ia

kecewa, ia sensitif terhadap kritik dan mudah malu. Hal ini dikarenakan anak

berada dalam periode integrasi emosional, jadi beberapa sifat emosional dalam

dirinya masih labil. Secara umum, ia mampu untuk mengatasi emosi negatifnya

dengan cepat. Dia memiliki keinginan kuat untuk menyenangkan orang lain,

walaupun terkadang cuek. Dia masih mengalami kemarahan, ketakutan, dan rasa

cemas, namun umumnya hanya dalam jangka waktu pendek.29

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/125717-R18-PED-205 Perbedaan tingkat... · The genesis of fear and anxiety in ... dari pengalaman yang buruk dari

Universitas Indonesia

22

Anak usia 9 tahun sangat memperhatikan keinginan dan hambatannya oleh

waktu dan tempat. Harinya penuh dengan tempat dan tugas untuk diselesaikan dan

ia mudah prihatin karena waktu yang tersedia untuk setiap aktivitasnya. Ia mudah

merasa tertekan dan cemas untuk memenuhi semua keinginannya dalam waktu

yang terbatas. Anak 9 tahun memiliki beberapa ketakutan. Ia memiliki perasaan

takut yang lebih tinggi dibandingkan anak usia lain. Emosi yang dominant ialah

kecemasan dan berkisar dari ringan sampai ekstrem. Situasi yang menyebabkan

kecemasan biasanya hilang dengan cepat pada tahap akhir perkembangan.29

Anak umur 9 tahun tertarik dengan kegiatan persahabatan dan aktivitas

sosial.30 Ia mencari status dengan bergabung dalam kelompok. Pergaulan dalam

kelompok menjadi sangat kuat dan hanya dengan sesama jenis. Ia menghabiskan

banyak waktu untuk bicara dan berdiskusi, sering mengkritik orang dewasa,

walaupun masih bergantung pada persetujuan orang tua. Pada usia inilah

ketergantungan anak terhadap orang tua menurun.9 Sekarang anak memiliki

persahabatan yang solid, memiliki perasaan empati yang kuat, pengertian dan

sensitif terhadap perasaan orang lain. 31

Perkembangan kognitif anak usia 9 tahun ialah sebagai berikut. Anak usia

9 tahun mulai menyadari kemungkinan pendapat lain. Ia menyukai sesuatu yang

memiliki alasan kuat. Ia berpikir secara lebih konseptual, menyeluruh dan

memiliki tingkat kreativitas yang tinggi.9 Ia berpikir secara mandiri dan

mengembangkan kemampuan membuat keputusan yang baik. Hal ini

merefleksikan terjadinya peningkatan kemampuan pemikiran kritis dan

kemampuan untuk mempertimbangkan lebih dari 1 perspektif dalam waktu

tertentu. Ia mampu berbicara baik dan mengucapkan kata dengan jelas serta

menyukai aktivitas yang menggunakan kemampuan motorik.31 Ia memiliki

ketertarikan dan keingintahuan yang besar, mencari fakta, mampu

mempertahankan perhatian dalam waktu yang cukup lama, lebih banyak berpikir

dan mencari alas an yang logis. 30

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/125717-R18-PED-205 Perbedaan tingkat... · The genesis of fear and anxiety in ... dari pengalaman yang buruk dari

Universitas Indonesia

23

2.4. Alat ukur kecemasan terhadap perawatan dental anak.

Pengukuran rasa cemas dan takut dalam perawatan gigi anak dapat dibagi

menjadi 3 komponen, yaitu pengukuran perubahan fisiologis, observasi tingkah

laku, dan self report. Yang dijelaskan disini ialah metode pengukuran self report.1

2.4.1. Corah Dental Anxiety Scale

Awalnya digunakan untuk mengukur kecemasan dental pada pasien

dewasa. Alat ukur ini memiliki 4 pertanyaan dengan tiap pertanyaan memiliki 5

alternatif jawaban. Hasil yang didapatkan Corah Dental Anxiety Scale belum

digunakan secara luas untuk anak karena pertanyaannya yang terlalu sulit untuk

dimengerti anak yang masih kecil. Reliabilitas dan validitas metode pengukuran

ini masih dipertanyakan. 1

2.4.2. Venham Picture Test

Termasuk dalam self report kuesioner yang menggunakan teknik

bergambar untuk menjawab dan terdiri dari 8 item pengukuran situasional atau

keadaan kecemasan. Awalnya mempresentasikan 8 gambar anak yang

memperlihatkan emosi yang bervariasi dan kemudian ditanya untuk memilih

gambar anak yang merefleksikan emosi dirinya.

Metode ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu : mudah untuk dilakukan,

waktu yang diperlukan relatif singkat yakni 1-2 menit, dan konstruktor

menyatakan skala ini tepat digunakan untuk anak kecil muda.

Hasil yang bisa didapatkan untuk mengukur kecemasan dental dan lebih

jauh dapat digunakan sebagai pengukur kecemasan dental situasional untuk

memprediksi perilaku anak selama perawatan dental.

Melalui penelitian yang telah dilakukan reliabilitas metode ini cukup baik

hanya memerlukan studi lebih lanjut. Metode Venham memiliki validitas yang

moderate dan mampu membedakan antara anak yang takut dan anak yang tidak

takut terhadap perawatan dental.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/125717-R18-PED-205 Perbedaan tingkat... · The genesis of fear and anxiety in ... dari pengalaman yang buruk dari

Universitas Indonesia

24

Namun interpretasi Venham Picture Test terhambat karena Venham

diambil sebelum perawatan dimulai, sementara ukuran perilaku kecemasan dan

perilaku tidak kooperatif terjadi saat perawatan.

Untuk mendapatkan perkiraan yang lebih baik dari validitas Venham

Picture Test sebaiknya dikorelasikan dengan pengukur kecemasan perawatan

lainnya sebelum perawatan dimulai. 1

2.4.3. Children Fear Survey Schedule- Dental Subscale (CFSS-DS)

CFSS dibuat oleh Scherer dan Nakamura. Alat ini terdiri dari 80

pertanyaan dan 5 skala Lickert. Telah dibuktikan memiliki reliabilitas dan

validitas yang tinggi untuk mengukur rasa cemas/ takut dental anak.5

CFSS-DS ialah revisi dari Fear Survey Schedule for Children (FSS-FC)/

Children Fear Survey Schedule (CFSS) dengan memasukkan item ketakutan

dental yang spesifik sebagai 1 dari subskala. Alat ini dikembangkan oleh Cuthbert

dan Melamed. Alat ini sangat terkenal untuk mengukur tingkat kecemasan dental

pada anak. Metode ini terdiri dari 15 pertanyaan dimana masing – masing

mencakup aspek yang berbeda dari situasi dental. Tingkat kecemasan dibagi

menjadi skala 5 point, yakni : tidak takut sama sekali, agak takut, cukup takut,

takut, sangat takut. Nilai total yang didapatkan dari metode ini berkisar dari 15-75.

Skor 38 atau lebih diindikasikan dengan kecemasan dental klinis. Metode ini

digunakan untuk memeriksa perbedaan yang mungkin dalam ketakutan dental

awal antara anak dalam kelompok percobaan dengan kelompok kontrol.

CFSS-DS memiliki reliabilitas yang tinggi, stabil dan meyakinkan selama

lebih dari 1 periode waktu. 1, 5 Analisis factor CFSS-DS oleh Ten Berge et all

dapat mengukur konsep multidimensi kecemasan/ ketakutan dental, khususnya

prosedur dental invasif. Alat ini dirancang untuk diisi anak yang telah

mendapatkan perawatan dental sebelumnya sehingga dapat mengukur trait fear. 5

CFSS-DS menjadi pilihan yang lebih baik dibandingkan Corah’s Anxiety

Scale (DAS) dan Venham Picture Test (VPT). Alasanannya karena CFSS-DS

mencakup lebih banyak situasi dental, mampu mengukur kecemasan/ ketakutan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/125717-R18-PED-205 Perbedaan tingkat... · The genesis of fear and anxiety in ... dari pengalaman yang buruk dari

Universitas Indonesia

25

dental dengan lebih akurat, tersedianya data normatif dalam skala ini dan

memiliki properti psikometrik yang superior.32

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/125717-R18-PED-205 Perbedaan tingkat... · The genesis of fear and anxiety in ... dari pengalaman yang buruk dari

Universitas Indonesia

26

Rasa sakit/ nyeri

2.5. Kerangka Teori

1. Faktor Personal 2. Faktor Eksternal 3. Faktor Dental

Anak usia 6 dan 9 tahun

Perkembangan Perkembangan Perkembangan Fisik emosi Kognitif

Tingkat kecemasan

dental Takut Cemas

Perawatan Gigi Mulut

yang optimal

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia