bab 3 metode perencanaan 3.1 lokasi perencanaaneprints.umm.ac.id/58197/4/bab 3.pdfroda pada sumbu...
TRANSCRIPT
42
BAB 3
METODE PERENCANAAN
3.1 Lokasi perencanaan
Lokasi ruas jalan Mamberamo – Elelim II (Gambar 3.2) merupakan jalan
nasional yang menghubungkan Wamena dan Jayapura yang dimana terdapat
beberapa kabupaten yang dilalui, salah satunya yaitu Kabupaten Yalimo (Gambar
3.1). Jalan Mamberamo-Eleim II dari KM 130+000 sampai dengan KM 165+000.
Gambar 3.1 Peta Kabupaten Yalimo
Jalan Mamberamo – Elelim ini termasuk ruas Jalan Wamena-Elelim-
Jayapura yang memiliki tujuan untuk membangun infrastruktur konektivitas jalan
untuk penghidupan masyarakat.
43
Gambar 3.2 Peta Titik Lokasi Pekerjaan Mamberamo – Elelim
Sepanjang lokasi jalan tersebut (Gambar 3.3), bahwa kondisi umum daerah
tersebut adalah daerah yang memiliki perbukitan dengan relief yang cukup
miring, beberapa wilayah berupa hutan dimana hanya ada jalan setapak dengan
rata-rata kelandaian maksimum sebesar 10% dan karakteristik tanah dasar lunak
bervariasi sampai batuan.
Gambar 3.3 Kondisi Ruas Jalan
44
3.2 Diagram Perencanaan
Perencanaan tebal perkerasan jalan memiliki beberapa prosedur yang
didasarkan pada diagram alur seperti Gambar 3.4 :
a. Studi pustaka yaitu mengumpulkan sumber materi perkerasan jalan dari
buku dan jurnal
b. Pengumpulan data yaitu mengumpulkan data yang diperlukan, seperti
volume LHR, CBR, peta lokasi dan standarisasi satuan harga
c. Pengolahan data yaitu melakukan perencanaan dan perhitungan
terhadap desain tebal perkerasan
d. Perhitungan RAB meliputi harga satuan dasar,volume pekerjaan,
analisa harga satuan dan total biaya pekerjaan
Gambar 3.4 Alur Perencanaan
45
3.2.1 Studi Pustaka
Langkah awal dalam metode pengumpulan data berkaitan tentang materi
atau topik yang akan dibahas disebut studi pustaka. Studi pustaka dapat dilakukan
dengan mencari berbagai sumber seperti buku, literatur, maupun referensi jurnal.
3.2.2 Pengumpulan Data
Langkah selanjutnya dalam alur perencanaan untuk penyelesaian suatu
masalah adalah pengumpulan data. Berdasarkan cara mendapatkannya data
dibedakan jadi 2 jenis, yaitu data primer dan sekunder. Data yang didapat melalui
pengumpulan data yang sudah ada hasil penelitiannya disebut data sekunder.
Maka peranan dari instansi terkait dalam pengumpulan data sekunder sangat
penting, karena memiliki peranan sebagai pendukung dalam mendapatkan data-
data yang diinginkan. Sumber data perencanaan tebal perkerasan berasal dari PPK
Jayawijaya, Wamena sebagai data sekunder. Data yang didapat, yaitu :
1. Data volume lalu lintas harian rata – rata (LHR)
Dalam mendapatkankan data LHR para peneliti melakukan penelitian
di ruas jalan sekitar proyek. Data ini digunakan untuk mengetahui jumlah
kendaraan, jenis kendaraan, konfigurasi kendaraan dan beban sumbu
kendaraan yang akan memakai jalan tersebut.
2. Data CBR tanah
Data CBR tanah merupakan data dari hasil penelitian yang telah
dilaksanakan di lapangan. Data ini memiliki fungsi untuk menentukan
daya dukung tanah dalam suatu pekerjaan.
3. Data Curah Hujan
Data ini digunakan untuk mengetahui faktor regional dan kondisi
lingkungan di sekitar jalan.
4. Peta Lokasi
Data ini digunakan untuk mengetahui lokasi pekerjaan yang dilakukan
5. Standarisasi Harga Satuan
46
3.2.3 Tahap Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan
Dari data yang telah diperoleh, kemudian dihitung untuk mendapatkan
tebal perkerasan jalan yang efisien untuk jalan tersebut. Perhitungan itu
menggunakan 2 metode, yaitu metode analisa komponen untuk perkerasan lentur
dan metode bina marga 2003 untuk perkerasan kaku.
3.2.4 Perkerasan Lentur
Bagan alur perencanaan tebal perkerasan lentur metode analisa komponen
menurut Sukirman (1999) yang terlihat seperti Gambar 3.5 :
Gambar 3.5 Bagan Alir Metode Analisa Komponen
Sumber : Sukirman, 1999
47
Penjelasan dari Gambar 3.5 mengenai beberapa tahapan-tahapan dalam
perencanaan tebal perkerasan lentur :
1. Gunakan Gambar korelasi antara nilai CBR dan DDT dalam
menentukan nilai DDT, yang berdasarkan dari data CBR yang
diperoleh.
2. Tentukan umur rencana. Umur rencana yang digunakan untuk jalan
baru, yaitu 20 tahun. Jika direncanakan menggunakan konstruksi
bertahap, maka tentukan tahapan pelaksanaannya
3. Menentukan faktor pertumbuhan lalu lintas selama masa pelaksanaan
dan selama umur rencana, i%.
4. Tentukan Faktor Regional (FR) berdasarkan Tabel Faktor Regional
5. Tentukan Lintas Ekivalen Rencana (LER) dapat memakai rumus LER
6. Indeks Permukaan Awal (IPo) ditentukan dengan memakai Tabel IPo
berdasarkan dengan jenis lapisan permukaan yang akan digunakan.
7. Indeks Permukaan Akhir (IPt) ditentukan berdasarkan perkerasan
rencana dengan memakai Tabel IPt berdasarkan LER.
8. Indeks Tebal Perkerasan (ITP) ditentukan dengan memakai Gambar
nomogram IPt yang berdasarkan dari data DDT, LER dan FR
ydiperoleh.
9. Jenis lapisan bahan perkerasan dan batas-batas minimum tebal lapisan
perkerasan yang akan digunakan, ditentukan berdasarkan nilai ITP
10. Tentukan koefisien kekuatan relatif (a) berdasarkan jenis lapisan
perkerasan yang akan dipilih dengan menggunakan Tabel (a).
11. Menentukan tebal lapis perkerasan dengan menggunakan rumus ITP.
12. Tebal dari setiap-setiap lapisan perkerasan kemudian dikontrol apakah
telah memenuhi ITP yang bersangkutan.
3.2.5 Perkerasan Kaku Metode Bina Marga 2003
Bagan alur perencanaan tebal perkerasan kaku metode bina marga menurut
departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2003 ) yang terlihat seperti
Gambar 3.6
48
Gambar 3.6 Bagan Alir Metode Bina Marga
Sumber : Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah,2003
Penjelasan dari Gambar 3.6 mengenai tahapan-tahapan dalam perencanaan
tebal perkerasan kaku :
1. Tentukan macam-macam perkerasan beton semen yang akan
digunakan seperti, bersambung tanpa ruji, bersambung dengan ruji,
atau menerus dengan tulangan.
49
2. Menentukan penggunaan bahu beton atau tidak dalam perencanaan
perkerasan.
3. Jenis tebal pondasi bawah ditentukan menggunakan gambar tebal
pondasi bawah minimum dengan menghubungkan nilai CBR rencana
dan jumlah sumbu kendaraan niaga.
4. CBR efektif ditentukan menggunakan gambar (CBR tanah dasar
efektif) dengan menghubungkan nilai CBR rencana dan pondasi
bawah yang didapat.
5. Tentukan kuat tarik lentur atau kuat tekan beton yang digunakan pada
umur 28 hari (fcf).
6. Faktor keamanan beban lalu lintas (FKB) ditentukan sesuai dengan
Tabel FKB.
7. Penentuan perkiraan tebal pelat beton berdasarkan nilai CBR efektif
dengan menggunakan Tabel .
8. Tegangan ekivalen (TE) dan faktor erosi (FE) untuk STRT, dan
STRG ditentukan dari Tabel tegangan ekivalen dan faktor erosi
berdasarkan taksir tebal beton yang didapat
9. Faktor rasio tegangan (FRT) ditentukan dengan membagi tegangan
ekivalen (TE) oleh kuat tarik lentur (fcf).
10. Tentukan beban per roda pada setiap jangkauan beban kelompok
sumbu, dan kalikan dengan FKB dalam menentukan beban rencana
per roda
11. Jumlah repetisi ijin untuk fatik ditentukan dari Gambar analisa fatik
dengan faktor rasio tegangan dan beban rencana dan dimulai dari
beban roda tertinggi dari jenis sumbu STRT tersebut.
12. Repetisi fatik yang direncanakan dihitung persentasenya terhadap
jumlah repetisi ijin.
13. Jumlah repetisi ijin untuk erosi ditentukan dari Gambar analisa erosi
dengan menggunakan faktor erosi (FE).
14. Repetisi erosi yang direncanakan dihitung persentasenya pada jumlah
repetisi ijin.
50
15. Untuk langkah 15 menghitung ulang kembali pada setiap beban per
roda pada sumbu untuk mencapai 10 juta dan 100 juta repetisi pada
setiap beban ijin.
16. Jumlahkan persentase fatik dari setiap beban roda dengan nilai total
fatik. Begitupun dengan nilai total erosi.
17. Menghitung jumlah total kerusakan akibat fatik untuk semua jenis
kelompok sumbu. Begitupun dengan jumlah total kerusakan akibat
erosi.
18. Untuk langkah terakhir menghitung ulang kembali, agar dapat
memperoleh ketebalan yang lebih tipis dengan total kerusakan akibat
fatik dan atau erosi < 100%. Tebal tersebut sebagai tebal perkerasan
beton semen yang direncanakan.
3.2.6 Rencana Anggaran Biaya
Rencana Anggaran Biaya adalah perhitungan dari jumlah biaya yang akan
diperlukan untuk membeli kebutuhan bahan dan upah serta biaya lainnya yang
berkaitan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek. Perhitungan ini berdasarkan
Analisa Harga Satuan (AHS) Bina marga.
3.2.7 Kesimpulan
Langkah terakhir dalam gambar 3.4 adalah kesimpulan dan saran.
Kesimpulan dan saran merupakan hasil, tujuan dan masukan dari metode yang
digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan jalan.