bab 3 pemodelan dan analisis struktur · permodelan dilakukan dengan menggunakan program sap dengan...

28
Laporan Tugas Akhir Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-1 Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR 3.1 Pengembangan Prototipe Pengembangan prototipe bangunan dilakukan berdasarkan pengamatan akan bangunan eksisting serta sistem struktur yang digunakan. Meski dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip dasar bangunan tahan gempa berkaitan dengan kekuatan, kekakuan, daktilitas, dan integritas struktur, namun prototipe bangunan sebisa mungkin dirancang tanpa mengubah bentuk bangunan eksisting. Tujuannya adalah agar konsep-konsep bangunan yang timbul dari pembahasan Tugas Akhir ini dapat diterapkan tanpa banyak mengubah cara membangun masyarakat setempat. 3.1.1 Aspek Material Hal pertama yang menjadi pertimbangan adalah kendala finansial yang dimiliki oleh sebagian besar masyarakat pancer, sehingga banyak diantara mereka membangun rumahnya dengan mengambil material dari alam atau membuat sendiri. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan, dapat disimpulkan bahwa material bangunan utama yang paling dapat digunakan dan cukup banyak digunakan adalah bambu. Material lokal ini banyak tersedia di alam dan dapat dibeli dengan murah. Namun masyarakat pancer menganggap bahwa rumah bambu memiliki kelemahan, yakni dari segi umur layan, kekuatan, dan keamanan selain juga pandangan masyarakat mengenai bambu sebagai material kelas dua. Umur layan dapat diatasi dengan metoda pemanenan dan pengawetan. Masalah estetika akan menjadi prioritas kedua yang dapat dikorbankan jika bangunan yang dirancang memiliki harga murah, serta dapat memenuhi aspek fungsionalitas bangunan. Pada bangunan eksisting, material dinding banyak menggunakan anyaman bambu. Jika ingin memperoleh kenyamanan yang dimiliki oleh rumah batu, dinding dapat menggunakan anyaman bambu yang diplester. Ide pemanfaatan bambu plester belakangan mulai diterima oleh masyarakat, namun akan memiliki banyak masalah dalam aplikasinya, terutama berkaitan dengan ikatan antara plester dengan bambu. Selain itu juga biaya yang diperlukan tentunya lebih tinggi dibandingkan tanpa plesteran. Dengan material bambu yang ringan sebagai komponen struktur utama, respon bangunan terhadap gempa bumi akan tergantung material atap yang digunakan. Masyarakat wilayah Pancer banyak menggunakan atap genteng dan seng. Atap genteng lebih berat sehingga respon gempanya lebih besar, sehingga pemilihan jenis material penutup atap sebaiknya perlu dipertimbangkan.

Upload: phungthien

Post on 22-Jul-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-1

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

BAB 3

PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

3.1 Pengembangan Prototipe

Pengembangan prototipe bangunan dilakukan berdasarkan pengamatan akan

bangunan eksisting serta sistem struktur yang digunakan. Meski dilakukan

berdasarkan prinsip-prinsip dasar bangunan tahan gempa berkaitan dengan kekuatan,

kekakuan, daktilitas, dan integritas struktur, namun prototipe bangunan sebisa

mungkin dirancang tanpa mengubah bentuk bangunan eksisting. Tujuannya adalah

agar konsep-konsep bangunan yang timbul dari pembahasan Tugas Akhir ini dapat

diterapkan tanpa banyak mengubah cara membangun masyarakat setempat.

3.1.1 Aspek Material

Hal pertama yang menjadi pertimbangan adalah kendala finansial yang dimiliki oleh

sebagian besar masyarakat pancer, sehingga banyak diantara mereka membangun

rumahnya dengan mengambil material dari alam atau membuat sendiri. Berdasarkan

pengamatan yang dilakukan di lapangan, dapat disimpulkan bahwa material

bangunan utama yang paling dapat digunakan dan cukup banyak digunakan adalah

bambu. Material lokal ini banyak tersedia di alam dan dapat dibeli dengan murah.

Namun masyarakat pancer menganggap bahwa rumah bambu memiliki kelemahan,

yakni dari segi umur layan, kekuatan, dan keamanan selain juga pandangan

masyarakat mengenai bambu sebagai material kelas dua. Umur layan dapat diatasi

dengan metoda pemanenan dan pengawetan. Masalah estetika akan menjadi prioritas

kedua yang dapat dikorbankan jika bangunan yang dirancang memiliki harga murah,

serta dapat memenuhi aspek fungsionalitas bangunan.

Pada bangunan eksisting, material dinding banyak menggunakan anyaman bambu.

Jika ingin memperoleh kenyamanan yang dimiliki oleh rumah batu, dinding dapat

menggunakan anyaman bambu yang diplester. Ide pemanfaatan bambu plester

belakangan mulai diterima oleh masyarakat, namun akan memiliki banyak masalah

dalam aplikasinya, terutama berkaitan dengan ikatan antara plester dengan bambu.

Selain itu juga biaya yang diperlukan tentunya lebih tinggi dibandingkan tanpa

plesteran.

Dengan material bambu yang ringan sebagai komponen struktur utama, respon

bangunan terhadap gempa bumi akan tergantung material atap yang digunakan.

Masyarakat wilayah Pancer banyak menggunakan atap genteng dan seng. Atap

genteng lebih berat sehingga respon gempanya lebih besar, sehingga pemilihan jenis

material penutup atap sebaiknya perlu dipertimbangkan.

Page 2: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-2

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

Dalam perencanaan, perlu diperhatikan kemampuan bambu dalam menahan beban

sehubungan dengan orientasi serat bambu. Serat bambu tersusun searah sumbu

batang, sehingga bambu menjadi kuat menahan tarik dan tekan searah sumbu batang,

namun sangat lemah jika mengalami tekan atau tarik arah tegak lurus sumbu batang

(penampang terjepit). Gambar 3.1 menunjukkan perilaku kegagalan batang bambu

akibat tekanan dari arah tegak lurus serat. Tekan seperti ini dapat terjadi misalnya

pada pertemuan antara balok dan kolom pada portal seperti Gambar 3.2

Gambar 3.1 Kegagalan akibat tekan tegak lurus serat

3.1.2 Sistem Struktur

Desain sistem struktur bangunan menekankan pada aspek kontinuitas aliran beban.

Kontinuitas berarti beban dapat mengalir secara sempurna dari sumber beban hingga

ke tanah. Kontinuitas pada sistem struktur timbul dari kekuatan dan integritas

struktur bangunan. Kekuatan struktur lahir dari kekuatan komponen rangka struktur

bangunan, sementara integritas lahir dari pembentukan sistem sambungan yang baik,

dan ikatan antara komponen struktural dan non-struktural bangunan. Kontinuitas

aliran beban akan terganggu bila kekuatan elemen struktur kurang sehingga aliran

beban terputus pada elemen struktur, atau karena sambungan kurang kuat atau ada

kesalahan dalam desain sehingga gagal mentransfer beban dari satu elemen ke

elemen struktur yang lain.

Aspek lain yang juga menjadi prinsip pembentukan sistem struktur adalah masalah

daktilitas bangunan. Struktur yang daktail adalah struktur yang mampu mengalami

deformasi yang relatif besar sebelum runtuh. Penggunaan material bambu dengan

penempatan orientasi elemen bangunan (balok dan kolom) secara tepat dapat

menjamin hal ini, karena material bambu bersifat getas jika ditekan dari arah tegak

lurus serat material (penampang terjepit) dan bersifat daktail jika gaya yang terjadi

searah serat material (penampang tertarik/tekan).

Page 3: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-3

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

Faktor lain adalah mengenai kekakuan bangunan. Aspek kekakuan mensyaratkan

deformasi yang terjadi pada bangunan harus relatif kecil untuk menghindari

kerusakan sistem sambungan dan kerusakan pada komponen non struktural. Cara

memberikan kekakuan dalam Tugas Akhir ini adalah dengan memberikan bresing

yang dapat membantu menahan gaya lateral dan memperpendek panjang tekuk bebas

elemen struktur.

Pemilihan bentuk sistem struktur bangunan akan tampak pada model Gambar 3.3

Bentuk tersebut dipilih karena merupakan bentuk yang paling umum di kalangan

masyarakat. Pemberian bresing pada atap dan kaki bangunan bertujuan untuk

memberi kekakuan pada struktur untuk membatasi deformasi bangunan.

3.1.3 Sambungan

Sambungan adalah titik pertemuan satu elemen struktur dengan elemen struktur yang

lain. Kegagalan struktur pada sambungan dapat berakibat fatal yakni runtuhnya

beberapa komponen struktur secara bersamaan pada titik sambungan tersebut yang

dapat mengakibatkan keruntuhan keruntuhan struktur secara keseluruhan.

Pada bangunan eksisting, maupun pada bangunan bambu pada umumnya,

sambungan menggunakan ikatan dengan tali rotan atau ijuk yang seringkali

diperkuat dengan pasak atau paku dalam pemasangannya. Sambungan seperti ini,

meski mungkin kuat menahan geser hingga batas tertentu, namun kekuatannya tidak

dapat diukur dan sangat tergantung keahlian orang yang membuat ikatan. Konsep

pengembangan prototipe bangunan dari segi sistem sambungan adalah dengan

menggunakan sambungan jenis ini untuk sambungan yang perlu menahan posisi

saja, dan menggunakan batang bambu tambahan serta baut untuk jenis-jenis

sambungan yang menahan geser. Gambar 3.2 memberikan deskripsi mengenai jenis-

jenis sambungan untuk mempertahankan kontinuitas aliran gaya yang menjadi

konsep dalam pengembangan prototipe bangunan.

Gambar 3.2a menunjukkan bahwa ada sambungan yang menahan geser sehingga

perlu di desain dengan memperhitungkan kekuatan dan jumlah alat sambung seperti

baut. Selain itu juga ada sambungan yang hanya menahan posisi komponen struktur

karena kekuatan sambungan tersebut hanya bergantung pada kekuatan material atau

karena sambungan tersebut hanya berfungsi menyatukan elemen struktur untuk

mempertahankan arah aliran gaya.

Page 4: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-4

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

Gambar 3.2a Konsep sambungan pada portal bidang

Gambar 3.2b Foto sambungan pada portal

Pada Gambar 3.2b ditunjukkan tiga alat sambung yang digunakan, yakni tali, baut,

dan batang bambu yang dikombinasikan agar sambungan dapat mengalirkan beban

dengan baik. Keterangan jenis sambungan yang digunakan pada Gambar 3.2b yakni:

Page 5: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-5

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

Sambungan 1: Sambungan yang hanya menggunakan tali

Sambungan yang hanya menggunakan tali didesain digunakan untuk

menahan posisi bambu agar arah aliran gaya yang terjadi tidak berubah. Pada

titik sambungan ini, gaya yang terjadi tidak menggeser sambungan atau dapat

terjadi gaya-gaya yang menggeser sambungan namun besarnya tidak

signifikan untuk diperhitungkan.

Sambungan 2: Sambungan menggunakan tali, baut, dan batang bambu

tambahan dengan tidak memperhitungkan kekuatan sambungan baut

Pada sambungan jenis ini, baut dan tali hanya berfungsi sebagai pengikat

yang mempertahankan posisi batang sehingga arah aliran gaya tetap terjaga.

Pada Gambar 3.2b, terjadi gaya simetris yang menekan batang balok

tambahan sehingga gaya geser yang terjadi sepenuhnya ditahan oleh kuat

tekan batang bambu tambahan. Tali berfungsi sebagai pengikat yang

mempertahankan posisi batang agar tidak selip sehingga arah aliran gaya

tetap terjaga dan dapat diantisipasi dengan baut dan batang bambu tambahan.

Sambungan 3: Sambungan menggunakan tali, baut, dan batang bambu

tambahan dengan memperhitungkan kekuatan sambungan baut.

Fungsi sambungan baut dan batang bambu di sini adalah untuk menahan

gaya geser yang terjadi dari tekanan batang pengaku di atasnya. Fungsi tali

adalah untuk mencegah perubahan posisi batang sehingga arah aliran gaya

dapat dipertahankan.

Ketiga alat sambung dengan dengan konfigurasi di atas dapat dipergunakan di

seluruh struktur dengan memperhatikan arah aliran gaya yang terjadi.

3.1.4 Aspek Arsitektur Bangunan

Dalam tugas akhir ini, aspek arsitektur bangunan berarti memberikan ruang yang

cukup untuk memfasilitasi fungsi bangunan. Pada gambar 3.3, antisipasi keperluan

arsitektur diberikan dengan memberikan ruang bebas di tengah bangunan yang dapat

digunakan untuk fungsi rumah tinggal maupun pasar.

3.2 Permodelan Struktur Bangunan

Permodelan dalam Tugas Akhir ini melingkupi permodelan kerangka struktural

bangunan. Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan

memodelkan komponen bangunan yang berfungsi sebagai komponen struktural

sebagai frame dan komponen non-struktural sebagai beban mati.

Pemodelan struktur pada tugas akhir ini adalah struktur bangunan tiga dimensi

dengan tipe portal terbuka tanpa dinding. Rangka atap juga dimodelkan bersama

Page 6: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-6

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

kerangka struktur, yakni karena atap bangunan menyambung pada kolom dengan

sempurna, tidak diletakkan begitu saja.

Pondasi menggunakan umpak beton sehingga akan dimodelkan sebagai perletakan

sendi. Sambungan dimodelkan sebagai sambungan kaku, dan dalam penerapannya

akan didesain sebagai sambungan kaku, dalam arti sambungan ini ikut berkontribusi

dalam mengalirkan beban sebagai bagian dari rangka struktur bangunan.

Beban gempa selalu diperhitungkan memiliki besar 100% pada arah x dan 30 % pada

arah y, serta sebaliknya. Karena itu pemodelan dilakukan 3 dimensi, seperti pada

Gambar 3.3.

1,5

m1 m

2,5

m

a) Tampak depan

b) Tampak Samping

Gambar 3.3 Model struktur bangunan

Page 7: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-7

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

c) Tampak 3D

Gambar 3.3 Model struktur bangunan (lanjutan)

3.3. Pembebanan

Konsep pembebanan yang direncanakan dalam perencanaan struktur diambil

berdasarkan Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung SKBI-

1.3.53.1987. Beban-beban yang direncanakan adalah beban mati (dead load), beban

mati tambahan (super imposed dead load), beban hidup (live load), dan beban gempa

(earthquake load). Perincian beban-beban tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Beban Mati (Dead Load)

Beban mati yaitu berat dari seluruh bagian dari suatu struktur yang bersifat

tetap. Beban mati yang diperhitungkan adalah berat sendiri dari masing-masing

elemen struktur seperti balok, kuda-kuda, dan kolom. Berat sendiri pada desain

bangunan sederhana ini berasal dari berat sendiri material bambu jenis bambu

tali untuk digunakan dalam pemodelan dengan bambu = 700 kg/m3.

Page 8: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-8

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

2. Beban Mati Tambahan (Super Imposed Dead Load)

Beban mati tambahan (super imposed dead load) yaitu berat mati tambahan

yang muncul akibat beban-beban mati yang bukan merupakan elemen

struktural. Beban mati tambahan yang digunakan pada struktur antara lain

beban atap berupa penutup atap berupa genteng dengan reng dan usuk/kaso, per

m2 bidang atap sebesar 50 kg/m

2

3. Beban Hidup (Live Load)

Beban hidup adalah beban yang berasal dari orang maupun barang yang dapat

berpindah, atau mesin dan peralatan serta komponen yang tidak merupakan

bagian yang tetap dalam struktur yang dapat diganti selama masa hidup dari

struktur tersebut. Pada struktur ini, beban hidup tidak dimodelkan karena

penempatan beban hidup pada ruang bebas tidak membebani struktur.

4. Beban Gempa (Earthquake Load)

Beban gempa adalah semua beban pada struktur atau bagian struktur yang

menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa tersebut. Seperti yang

telah dijelaskan pada bab sebelumnya, struktur ini direncanakan terhadap

gempa kuat pada wilayah gempa 5 di menurut Tata Cara Perencanaan

Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2003), dan

perencanaan dilakukan dengan perhitungan respons spektra.

Parameter tanah yang digunakan adalah jenis tanah yang diambil pada titik

pengambilan di sekitar area Pancer. Tabel 3.1 menunjukkan data-data hasil uji

karakteristik tanah beserta klasifikasinya.

Tabel 3.1 Hasil Uji Parameter Tanah di beberapa titik kajian

No Titik Point Sudut Geser (PSI) Jenis tanah Korelasi N-SPT Klasifikasi SNI

1 Pulau Merah 36,68° 0,071 kg/cm² Pasir 31 Sedang

2 TPI 38,41° 0 kg/cm² Pasir 35 Sedang

3 Portal 31,53° 0,116 kg/cm² Pasir 13 Lunak

4 Haliman 8° 7,742 kg/cm² 1585,68 psf Lempung 6,5 Lunak

Kohesi

Melihat Tabel 3.1 maka untuk melakukan pemodelan secara konservatif maka

dipilih jenis tanah lunak untuk zona 5 gempa berdasarkan SNI 03-1726-2003.

5. Beban Hujan

Untuk bangunan sederhana (contoh : rumah tinggal) bekerja beban hujan yang

bekerja pada atap bangunan. Beban hujan terbagi rata per m2 bidang datar

Page 9: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-9

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

berasal dari beban air hujan sebesar (40-0.8 ) kg/m2, dimana adalah sudut

kemiringan atap. Atap pada prototipe memiliki kemiringan = 26° , sehingga

qH = 19.2 kg/m2 diambil qH = 20 kg/m

2

Rekapitulasi pembebanan struktur yang digunakan dalam perencanaan struktur dapat

dilihat dari Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Rekapitulasi Pembebanan

No Jenis Beban Simbol

Besar

Beban Keterangan

1 Beban Mati D 700 kg/m³ Berat Material Bambu tali

2

Beban Mati

Tambahan SI

1,566 kg Gording Berat Terpusat pada Joint

50 kg/m² Genteng beserta kasaunya

3 Beban Hidup L 0 Beban langsung menerus ketanah

4 Beban Hujan H 20 kg/m² Atap dengan sudut 26°

5 Beban Gempa E Zona Gempa 5 jenis tanah lunak

3.3.1 Modelisasi Beban Gempa

Pembebanan gempa dilakukan dengan metoda respons spektra dengan menggunakan

respons spektra gempa zona 5 untuk jenis tanah lunak seperti Gambar 3.4. Faktor-

faktor yang digunakan adalah:

Faktor redaman, R = 1.6 (struktur elastis)

Faktor keutamaan struktur = 1 (bangunan rumah sederhana)

Gambar 3.4 Respon spektra gempa zona 5 untuk tanah lunak

Page 10: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-10

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

Respon spektra ini akan digunakan sebagai input untuk memodelkan beban gempa

pada analisa struktur.

3.3.2 Kombinasi Pembebanan

Pada perencanaan struktur, beban-beban yang ada harus dikombinasikan dengan

faktor-faktor tertentu sehingga akan menghasilkan beban ultimate sebagai dasar

perencanaan untuk kekuatan bangunan. Kombinasi beban rencana yang digunakan

dalam perencanaan struktur sesuai dengan spesifikasi pada Minimum Design Loads

for Buildings and Other Structures, ASCE 7-95. Kombinasi pembebanan yang

diterapkan pada analisis struktur untuk mengetahui kekuatan struktural bangunan

adalah sebagai berikut :

1. 1.4 D

2. 1.2 D + 1.6 L + 0.5 H

3. 1.2 D + 1.6 H + 0.5 L

4. 1.2 D + 0.5 L + Ex + 0.3Ey

5. 1.2 D + 0.5 L + Ey + 0.3Ex

6. 0.9D + 1.0 (Ex + 0.3Ey)

7. 0.9D + 1.0 (Ey + 0.3Ex)

Menurut IBC 2003 pasal 1804.1 mengenai perhitungan daya dukung tanah dan pasal

1805.4.1.1 mengenai desain pondasi, spesifikasi kombinasi beban yang digunakan

untuk perhitungan daya dukung tanah dan desain pondasi harus berdasarkan pasal

1605.3, yakni:

1. 1.0D + 1.0 L

2. 1.0D + 1.0L + 1.0 H

3. 1.0D + 1.0L + (Ey + 0.3Ex)/1.4

4. 1.0D + 1.0L + (Ex + 0.3Ey)/1.4

5. 0.9D + (Ey + 0.3Ex)/1.4

6. 0.9D + (Ex + 0.3Ey)/1.4

3.4 Preliminary Design

Pada tahap Preliminary Design akan ditentukan dimensi awal dari komponen-

komponen bangunan sebagai acuan untuk melakukan analisa struktur. Preliminary

design dilakukan dengan menggunakan referensi dari Heinz Frick yang berjudul Ilmu

Konstruksi Bangunan Bambu. Gambar 3.5 menunjukkan bagian struktur yang

merupakan dasar untuk melakukan preliminary desain.

Page 11: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-11

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

6 m

1.12 m1.12 m

1.12 m

0.5 m

3 m

Gambar 3.5 Dimensi Struktur untuk Desain

3.4.1 Desain Komponen Batang Lentur

Dalam struktur yang didesain yang tergolong dalam komponen batang lentur di sini

adalah bagian gording dan balok Penentuan ukuran gording berdasarkan lebar

bentang dan muatan sesuai dengan Tabel 3.3

Tabel 3.3 Penentuan Profil Balok atau Gording sebagai Balok Tunggal

Pada konstruksi atap bambu pada model, dengan jarak antar gording = 1.12 m,

kemiringan 26o dan jarak kuda-kuda 3 m (lihat Gambar 3.5).

Page 12: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-12

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

Beban-beban yang diperhitungkan dan bekerja pada komponen struktur ini adalah:

Beban mati tambahan berupa genteng dengan reng dan usuk/kaso, per m2 bidang

atap sebesar 0.5 kN/m2

Beban hidup (hujan) : 0.20 KN/m2

Total = 0.70 KN/m2

Lebar bentang gording = jarak kuda-kuda = l = 3m

Beban per meter gording = 1.12 m x 0.70 KN/m2 = 0.784 KN/m

Meski Tabel 3.3 tidak memuat kapasitas yang diinginkan, namun untuk desain awal

akan digunakan dimensi 100/10 mm.

3.4.2 Kasau Bambu

Kasau bambu yang lazim digunakandapat dibuat dari bambu utuh seperti atau

digunakan dua bilah bambu seperti pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Bentuk kasau yang biasanya digunakan dalam

bangunan konstruksi bambu

Untuk menentukan ukuran kasau yang digunakan, dapat menggunakan berdasarkan

Tabel 3.3 untuk jenis kasau dengan bambu utuh, sedangkan untuk kasau yang

berbentuk dua bilah bambu yang diikat digunakan Tabel 3.4 untuk menentukan

ukuran kasau tersebut.

Page 13: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-13

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

Tabel 3.4 Penentuan ukuran kasau dengan 2 bilah bambu

Perhitungan preliminary design dilakukan sebagai berikut:

Jarak antar bantalan dengan bubungan: 3.36 m

Beban: 0.70 KN/m2

Jarak antar kasau: 0.30 m

Beban per meter kasau adalah: 0.70 x 0.30 = 0.21 KN/m

Karena beban per meter kasau terlalu besar untuk menggunakan Tabel 3.4 Maka

digunakan Tabel 3.3, sehingga bambu yang digunakan adalah bambu utuh ukuran

80/7 mm

3.4.3 Kolom Bambu

Perhitungan pengaruh gaya tekan pada kolom harus memperhatikan panjang tekuk

Euler akibat penjepitan pada ujung-ujung kolom. Kondisi tekuk menurut Euler dapat

dilihat seperti pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Pengaruh tekuk Euler

Panjang tekuk Euler dengan perhitungan sesuai Gambar 3.7 akan digunakan sebagai

acuan untuk menggunakan Tabel 3.4 dalam menentukan dimensi kolom

Page 14: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-14

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

Perhitungan awal untuk kolom dilakukan berdasarkan Tabel 3.4 sebagai berikut:

Beban pada tiang: 3m x 3m x 0.7 KN/m2 = 6.3 KN

Panjang tekuk euler = 3 m

Dari Tabel 3.5 dapat digunakan bambu ukuran 100/7 mm. Untuk desain pada

pemodelan akan digunakan penampang 100/10

Tabel 3.5 Penentuan ukuran kolom dengan batasan kekuatan muatan tekuk

3.4.4 Kuda-Kuda Bambu dan Ikatan Angin

Kuda-kuda bambu dan ikatan angin didesain sebagai sebuah sistem rangka batang.

Dimensi elemen batang tekan ditentukan berdasarkan Tabel 3.5 dengan

memperhitungkan panjang tekuk euler. Dimensi elemen batang tarik ditentukan

dengan rumus (3 – 2)

A

Tutn (3- 1)

tn = kuat tarik bambu (MPa)

Tu = gaya dalam batang tarik (N)

A = Luas Penampang bambu (mm)

Untuk desain awal, kuda-kuda atap menggunakan bambu 100/10 mm, sedang ikatan

angin menggunakan bambu 80/10 mm.

3.5. Analisis Struktur

Analisa struktur dilakukan menggunakan perangkat lunak SAP 2000.9. Model

struktur dibuat seperti Gambar 3.3 dan penampang masing-masing jenis komponen

Page 15: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-15

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

struktur dimodelkan berdasarkan preliminary desain pada sub-bab 3.4. Gaya-gaya

yang dikenakan pada struktur tercantum pada Tabel 3.2. Setelah program di-run dan

gaya dalam untuk masing-masing komponen struktur disortir berdasarkan nilai

maksimal dan minimal, dapat disusun Tabel 3.6 yang menjadi dasar untuk desain

masing-masing komponen bangunan.

Tabel 3.6 Hasil analisa struktur

Balok

Panjang P V2 V3 T M2 M3

Max 3 2.82 0.1 0.007 0.02 0.011 0.1

Min 3 0.014 -0.1 -0.007 -0.02 -0.011 -0.11

Kolom

Panjang P V2 V3 T M2 M3

max 3 2.1 0.68 0.2 0.011 0.23 0.49

min 0.5 -8.8 -0.31 -0.2 -0.014 -0.23 -0.49

Bresing

Panjang P V2 V3 T M2 M3

max 3.354102 9.43 1.2 0.14 0.04 0.17 0.42

min 0.5 -5.82 -1.2 -0.15 -0.04 -0.15 -0.42

Kuda-kuda

Panjang P V2 V3 T M2 M3

max 3.354102 12.2 1.23 0.07 0.04 0.054 0.713

Min 0.5 -11.9 -1.23 -0.07 -0.04 -0.056 -0. 43

*) Hasil dalam KN dan m, nilai (-) pada P menyatakan tekan.

Tabel 3.7 menunjukkan gaya reaksi tumpuan struktur yang akan digunakan untuk

desain pondasi.

Tabel 3.7 Gaya reaksi tumpuan

U1 U2 U3

KN KN KN

Max 0.186 0.26 7.06

Min -0.186 -0.26 2.84

3.6 Pengujian Properti Mekanika Bambu

Untuk menentukan batasan dalam mendesain, dilakukan suatu pengujian material

bambu untuk mendapatkan parameter karakteristik material. Nilai yang didapat dari

pengujian ini akan berguna saat melakukan desain penampang. Pengujian tersebut

dilaksanakan pada Laboratorium Struktur dan Bahan Teknik Sipil ITB, dimana

Page 16: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-16

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

pengujiannya meliputi uji tarik dan uji tekan seperti tergambar pada Gambar 3.8 dan

Gambar 3.9.

Gambar 3.8 Uji Tarik Penampang Bambu dengan buku-buku

Gambar 3.9 Uji Tekan Penampang Bambu dengan buku-buku

Uji tarik dan tekan dilakukan berdasarkan standar ASTM untuk pengujian batang

kayu. Hasil dari pengujian Tekan dan Tarik penampang bambu ini dipergunakan

untuk memperhitungkan desain penampang.

Untuk menegtahui modulus elastisitas penampang bambu, diambil dari hasil uji

tarik. Berikut adalah prosedur perhitungan modulus elastisitas (E).

gangan

TeganganE

Re

hoH

LuasBebanE

/

/

Keterangan :

H = perubahan panjang

ho = panjang awal

Page 17: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-17

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

Contoh perhitungan modulus elastisitas untuk bambu dengan buku-buku :

tebal 6,7 mm

lebar 25 mm

A 167,5 mm2

panjang awal 100 mm

nt4

Beban Perpanjangan

Tegangan

(Mpa) Regangan

0 0 0,00 0

0,3 0,8 17,91 0,008

0,3 1 17,91 0,01

0,4 1,6 23,88 0,016

0,5 2 29,85 0,02

0,9 3 53,73 0,03

1,6 4 95,52 0,04

2 4,3 119,40 0,043

2,6 5 155,22 0,05

3 5,3 179,10 0,053

3,6 5,8 214,93 0,058

Gambar 3.10 Grafik Tegangan Vs Regangan salah satu spesimen uji tarik

bambu

Modulus elastistas yang dihasilkan dari grafik diatas adalah berupa gradien garis

regresi liner dari grafik tersebut. Besar Modulus Elastistas yang didapat adalah 3577

MPa. Namun rata-rata nilai Modulus Elastisitas untuk seluruh spesimen Uji tarik

adalah sebesar 3300 MPa untuk tanpa buku-buku dan dengan buku-buku spesimen

bambu.

Page 18: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-18

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

Pada Tabel 3.8 menunjukan hasil pengujian tekan dan tarik, namun beberapa

properti mekanika bambu yang lainnya didaptakan dari referensi mengenai properti

mekanika bambu. Perlu diketahui bahwa nilai yang akan digunakan dalam desain

adalah nilai terendah untuk karakteristik yang sama.

Tabel 3.8 Properti Mekanika Material Bambu

Properti Mekanika Bambu Dengan buku Tanpa buku

Kuat tekan 45 Mpa 32 Mpa

Kuat tarik 180 Mpa 220 Mpa

Modulus Elastisitas 3300 Mpa -

Modulus Geser* 18 Mpa 16 Mpa

Modulus Lentur* 19 Mpa -

* Diambil dari Konstruksi Bangunan Bambu, Heinz Frick

3.7 Desain Struktur Bangunan

Desain struktur bangunan dilakukan berdasarkan gaya dalam masing-masing

komponen struktur pada Tabel 3.5. Desain struktur bangunan ini meliputi:

Desain gording dan balok

Desain kasau

Desain kolom

Desain rangka batang kuda-kuda.

Desain Sambungan

3.7.1 Desain Penampang

Berikut merupakan konsep dalam melakukan desain penampang bambu. Konsep

dibawah ini akan digunakan untuk mendesain komponen struktur utama (balok,

kolom, kuda-kuda) dan komponen struktur pendukung (gording, kasau).

3.7.1.1 Desain Terhadap Momen Lentur

Penampang yang digunakan harus memiliki nilai momen statis minimum,

max

lt

MW (3- 2)

dimana lt adalah nilai modulus lentur penampang.

Nilai momen statis masing-masing penampang dapat dilihat pada Tabel 3.9.

Page 19: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-19

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

Tabel 3.9 Nilai momen statis penampang

D (ø) b A J W i V

mm mm mm2 mm

4 mm

3 mm m

3/m

x 103 x 10

3 x 10

3

50 4 0,578 154 6,0 16,3 0,0006

5 0,707 181 7,2 16,0 0,0007

6 0,829 204 8,0 15,7 0,0008

60 5 0,864 329 11,0 19,5 0,0008

6 1,017 376 12,7 19,2 0,0010

7 1,166 416 14,0 18,9 0,0012

70 5 1,021 542 1,4 23,0 0,0010

6 1,206 623 17,7 22,7 0,0012

7 1,385 696 20,0 22,4 0,0014

8 1,558 761 21,7 22,1 0,0016

80 6 1,395 961 24,0 26,2 0,0014

7 1,605 1079 27,0 25,9 0,0016

8 1,810 1187 29,7 25,6 0,0018

9 2,007 1285 32,2 25,3 0,0020

90 7 1,825 1583 35,1 29,5 0,0018

8 2,061 1749 38,9 29,1 0,0021

9 2,290 1901 42,2 28,8 0,0023

10 2,513 2042 45,3 28,5 0,0025

100 7 2,045 2224 44,4 33,0 0,0020

8 2,312 2465 49,2 32,7 0,0023

9 2,573 2689 53,8 32,3 0,0026

10 2,827 2898 58,0 32,0 0,0028

3.7.1.2 Desain Terhadap Geser

Penampang yang digunakan harus memiliki luas penampang minimum,

VuA

v (3- 3)

dimana adalah nilai modulus geser penampang.

3.7.1.3 Desain Terhadap Tarik

Penampang yang digunakan harus memiliki luas penampang minimum,

TuA

t (3- 4)

dimana t adalah kapasitas tarik penampang.

3.7.1.4 Desain Terhadap Tekan

Desain komponen tekan harus memperhitungkan adanya tekuk akibat kelangsingan

batang, sehingga perhitungan dilakukan sebagai berikut:

Page 20: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-20

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

Cek kelangsingan komponen tekan dengan:

1 kc

L fy

r E (3- 5)

Selanjutnya, dicari nilai faktor reduksi kekuatan akibat kelangsingan komponen

tekan untuk berbagai nilai c sebagai berikut:

untuk c 0.25, maka = 1

untuk 0.25 < c < 1.2, maka 1.43

1.6 0.67 c (3- 6)

c 1.2, maka = 1.25 c2

(3- 7)

Nilai kuat tekan penampang dihitung sebagai berikut:

Nn = Ag fcr = Agfy

(3- 8)

Dimana Ag = luas penampang

fy = tegangan leleh (tekan)

Dengan menggunakan langkah perhitungan seperti diatas, dan dengan menggunakan

data gaya dalam pada Tabel 3.5, maka masing-masing komponen bangunan

menggunakan penampang:

Gording: 100/10

Balok: 100/10

Kasau: 80/70

Kolom: 100/10

Kuda-kuda atap dan bresing: 100/10

3.7.2 Desain Sambungan

Untuk desain rumah sederhana ini, tipikal sambungan yang digunakan tergambar

pada Gambar 3.11. Sambungan dibuat dengan baut dengan terlebih dulu membor

lubang baut dan seluruh tipe sambungan baut adalah tipe tumpu sebagaimana

diuraikan pada bab sebelumnya. Gambar 3.11.a. menunjukkan bentuk dasar

sambungan (Morisco, 2002) yang akan menjelaskan konsep sambungan tumpu yang

digunakan pada struktur seperti tergambar pada Gambar 3.11.b.

Page 21: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-21

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

Gambar 3.11 Beberapa tipe sambungan

a. Pada sambungan antar batang

b. Pada ujung kuda-kuda dan siku portal

Sambungan pada bambu merupakan tipe sambungan tumpu, dimana kekuatan

sambungan bergantung pada kekuatan baut Untuk tipe sambungan seperti Gambar

3.11, ada 4 tipe kegagalan yang mungkin terjadi dan harus diperiksa:

Kegagalan Tipe I terjadi jika tegangan tumpu yang berlebihan terjadi antara baut

dengan bambu serta pengisinya (jika ada).

Kegagalan Tipe II terjadi jika tegangan tumpu yang melewati batas itu timbul

antara baut dan pelat buhul.

Kegagalan Tipe III terjadi jika tegangan baut melampaui batas.

Kegagalan Tipe IV, yakni jika tegangan geser baut melampaui kekuatan.

Sambungan a, untuk menyambung 2 batang bambu secara segaris. Misalnya pada

sambungan balok arah memanjang. Gaya yang ditahan adalah gaya tarik.

Gambar 3.12 Sambungan a

Kegagalan Tipe I terjadi jika tegangan tumpu yang berlebihan terjadi antara baut

dengan bambu serta pengisinya. Dalam hal ini kekuatan dapat diperoleh dari

persamaan:

Page 22: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-22

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

P1 = (d1 – 2t1) d2 fc + 2 t1 d2 fb (3- 9)

Dengan fc adalah kuat tekan beton

fb adalah kuat tarik bambu

Kegagalan Tipe II terjadi jika tegangan tumpu yang melewati batas itu timbul antara

baut dan pelat buhul. Kekuatan sambungan tipe ini P2 dapat dihitung dengan

persamaan:

P2 = 2 t2 d2 fs (3- 10)

Dengan fs adalah tegangan leleh pelat

Kegagalan sambungan dapat juga terjadi jika tegangan baut melampaui batas.

Kegagalan ini disebut kegagalan Tipe III. Dengan memperhitungkan baut

memperoleh beban merata tegak lurus akibat reaksi pengisi dan bambu terhadap

gaya sebesar P3 searah sumbu bambu, serta dengan asumsi baut dalam kondisi plastis

dengan kedua ujungnya terjepit sempurna, maka momen plastis baut Mp:

3 1

16

P dMp (3- 11)

Jika modulus plastis tampang baut adalah Z, maka sesuai dengan bentuk tampang

lingkaran baut: 3

2

6

dZ (3- 12)

Mp = Z fy (3- 13)

Sehingga kekuatan sambungan P3 dapat dinyatakan dengan persamaan: 3

23

1

8

3

d fyP

d(3- 14)

Dimana fy adalah tegangan leleh baut

Kegagalan baut yang lain disebabkan oleh tegangan geser baut yang melampaui

kekuatan, sehingga terjadi 2 bidang geser pada baut dan disebut sebagai kegagalan

Tipe IV. Kekuatan sambungan P4 dihitung dengan:

P4 = (2) (0,25) ( ) d22 fv (3- 15)

Dengan fv adalah kuat geser baut

Sambungan b. memiliki sifat yang sama dengan sambungan a, hanya saja

sambungan b memiliki 1 bidang geser, dan gaya yang ditahan adalah gaya geser

yang mungkin terjadi pada sambungan. Kekuatan sambungan diperhitungkan

sebagai berikut:

Page 23: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-23

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

P1 = (d1 – 2t1) d2 fc + t1 d2 fb (3- 16)

Dengan fc adalah kuat tekan beton, tanpa pengisi fc = 0

fb adalah kuat tarik bambu

P2 = t2 d2 fs (3- 17)

Dengan fs adalah kuat tarik batang bambu tambahan

P4 = (0,25) ( ) d22 fv (3- 18)

Dengan fv adalah kuat geser baut

Pada sambungan b tidak terjadi momen plastis seperti diperhitungkan pada

sambungan a, sehingga perhitungan P3 diabaikan. Kekuatan sambungan adalah yang

terkecil antara P1, P2, dan P4

Tipe sambungan lainnya adalah sambungan yang hanya mempertahankan posisi

batang tekan, sehingga cukup diikat dengan ijuk/rotan, atau dapat dibaut. Untuk tipe

sambungan ini, tidak diperlukan suatu perhitungan yang khusus.

Dengan memperhitungkan kekuatan baut, serta tipe kegagalan yang mungkin terjadi,

maka didapat kuat 1 baut ditentukan oleh (3-17) dengan nilai 14.9 KN untuk tipe

sambungan b yang digunakan dalam perhitungan desain sambungan. Angka ini akan

dijadikan sebagai acuan untuk mendesain detail sambungan yang menahan geser.

3.8 Desain Pondasi

Dalam mendirikan suatu struktur bangunan pondasi sangatlah berperan penting.

Pondasi berguna untuk menyalurkan gaya atau beban dari bangunan diatas

permukaan tanah menuju ke tanah, dengan mempertimbangkan keadaan tanah yang

ditempatinya.

Pondasi di desain untuk mampu menahan gaya yang terjadi akibat gaya dalam yang

dihasilkan dari bangunan itu sendiri dan kemampuan tanah yang ditempatinya.

Berikut adalah perhitungan pondasi setempat untuk menghadapi gaya dalam akibat

beban layan yang bekerja pada bangunan yang didesain. Dipilihnya pondasi setempat

yang terbuat dari batu kali karena besar beban yang dihasilkan oleh dinding panel

bambu cukup kecil, maka beban dari dinding tersebut dapat di alirkan degan

menggunakan sloof bambu saja. Untuk Jenis tanah diambil dari sampel tanah uji di

point Haliman pada daerah kajian.

Dari Tabel 3.7 nilai gaya dalam joint kolom terhadap perletakan. Dari nilai tersebut

akan didesain kebutuhan pondasi.

Page 24: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-24

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

Diketahui :

Berat jenis batu kali 2200 kg/m3

Cu = 7,742 kN/m2 (kohesi tanah)

= 8º (sudut geser tanah)

= 19 kN/m3 (berat jenis tanah)

Ditanya

i) Gaya tahanan pada pondasi

Tegangan vertikal efektif tanah pada kedalam D

Karena tanah tidak berada pada permukaan air tanah maka nilai :

water = 0 kN/m3

Perhitungan bearing Capacity stress denganmempertimbangkan eksentrisitas

Keterangan :

P = gaya dalam aksial (U3)

Wf = berat pondasi

B = Lebar pondasi

L = Panjang pondasi

Berdasarkan parameter dtanah diatas maka dapat diperoleh koefisien Terzaghi

berikut ini (Tabel 3.9) :

Nc = 8,6

Nq = 2,2

N = 0,7

’ = sat – water

Besar qult untuk pondasi kotak berdasarkan Terzaghi

qult = 1,3.Cu.Nc + ’ZD. Nq + 0,4. ’.B.N (3-21)

asumsi FS = 3

FS

qultqall (3-22)

Maka besar nilai dukung, qall, haruslah lebih besar dari gaya yang terjadi pada

gaya yang terjadi pondasi (qall>qmax)

sat 16 kN m3

'zD sat water D (3-19)

qmax

P Wf

B L (3-20)

Page 25: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-25

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

Memeriksa terhadap gaya geser ada footing :

245tan2Kp (3-23)

Gaya pasif yang bekerja pada footing :

2

' LDKpFp ZD (3-24)

Koefisien Friksi :

)7,0tan( (3-25)

Equivalent passive fluid density :

245(tan)

245(tan 22a (3-26)

Kapasitas geser pada dasar footing

)()5,0(])[( 2 LBcuDBaWfPVf (3-27)

Safety factor untuk sliding > 1,5

FH

VfSF (3-28)

Page 26: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-26

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

Tabel 3.10 Faktor Daya Dukung Tanah

*) sumber dari Foundation Design P. Coduto

Page 27: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-27

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

Gambar 3.13 Potongan Melintang Pondasi Batu Kali

3.9 Analisa Harga Bangunan

Penenentuan harga bangunan pada bab ini berdasarkan nilai harga satuan untuk

daerah Jawa Timur pada tahun 2006 yang telah ditetapkan dalam nilai harga satuan

untuk Departemen Pekerjaan Umum.

Tabel 3.11 menunjukkan perhitungan yang kasar dalam menentukan nilai harga suatu

bangunan bambu. Dengan ukuran denah bangunan utama 6 m x 9 m. ukuran total

bangunan 8,5 m x 9 m. Material komponen struktur terbuat dari bambu yang di

plester dan material dinding terbuat dari anyaman bambu yang di plester.

Perhitungan seperti pada Tabel 3.11 merupakan perhitungan barang baku utama yang

digunakan pada rumah yang mayoritas menggunakan bambu sebagai bahan

utamanya. Hasil perhitungan yang ditampilkan merupakan perhitungan yang sanagt

sederhana tidak termasuk dengan biaya upah mendirikan bangunan.

Page 28: BAB 3 PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR · Permodelan dilakukan dengan menggunakan program SAP dengan ... Tampak 3D Gambar 3.3 Model struktur bangunan ... gempa kuat pada wilayah gempa

Laporan Tugas Akhir

Pemanfaatan Material Bambu sebagai Material III-28

Bangunan Sederhana di Daerah Rawan Gempa

Tabel 3.11 Perhitungan harga bangunan

Jenis Bagian&Bahan Satuan Harga Volume Total

1 Kuda-kuda

Baut-baut buah 2.600 8 20.800

Tali ijuk ikat 2.000 7 14.000

Bambu bilah 7.000 29,64984 207.549

Mortar

2 Ikatan kuda-kuda

baut-baut buah 2.600 4 10.400

tali ijuk ikat 2.000 2 4.000

bambu bilah 7.000 2,515576 17.609

3 Reng Kasau

bambu bilah 7.000 14,56231 101.936

tali ijuk ikat 2.000 25 50.000

paku kecil kg 8.000 2 16.000

4 Kolom

baut buah 2.600 10 26.000

bambu bilah 7.000 7 49.000

mortar bagian 4.500 16 72.000

plesteran 10mm kolom m2 9.181 8,96 82.262

5 Balok

baut buah 2.600 24 62.400

mortar bagian 4.500 8 36.000

bambu bilah 7.000 8,1 56.700

plesteran balok m2 9.181 4,8 44.069

6 Diagfragma

baut buah 2.600 32 83.200

bambu bilah 7.000 7,589466 53.126

tali ijuk ikat 2.000 10 20.000

mortar bagian 4.500 32 144.000

7 Panel dinding bambu

Plesteran Dinding 6mm 9.181 210 1.928.010

anyaman bambu m2 10.000 105 1.050.000

bambu kecil m 3.500 136 476.000

8 Pondasi

Aanstamping batu kali m3 51.480 2,704 139.202

Pasangan Batu Kali m3 131.301 5,146667 675.762

9 Penutup Atap

Atap Genteng Biasa m2 22.712 63 1.430.856

TOTAL Rp6.870.881