bab 4 analisis dan bahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab4/2012-2-00364-ak...
TRANSCRIPT
51
BAB 4
ANALISIS DAN BAHASAN
4.1 Penentuan Skenario Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT. Waskita Karya (Persero) Tbk karena
perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam
bidang industri konstruksi yang baru saja melakukan penawaran umum pada tanggal
12, 13, dan 14 Desember 2012. Pada saat penawaran awal, permintaan investor
mencapai sembilan kali dari jumlah saham yang dilepas ke publik atau mengalami
oversubscribed sebesar 800%. Selain alasan di atas, pemilihan PT. Waskita Karya
(Persero) Tbk sebagai objek penelitian ini karena hanya dalam beberapa bulan
setelah IPO, harga pasar saham dari perusahaan ini sudah bernilai dua kali lipat dari
harga awalnya.
Penelitian yang dilakukan terdiri dari dua, yaitu dari aspek non keuangan dan
dari aspek keuangan. Penilaian dari aspek non keuangan dilakukan dengan
menggunakan analisis PESTLE, SWOT, dan CSF. Analisis PESTLE dilakukan
untuk melihat pengaruh faktor-faktor eksternal seperti politik, ekonomi, sosial,
teknologi, hukum, dan lingkungan yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Analisis
SWOT dilakukan untuk memprediksi prospek perusahaan dengan mendeskripsikan
Strengths, Weakness, Opportunities, dan Threats dari PT. Waskita Karya (Persero)
Tbk. Sedangkan analisis CSF dilakukan untuk menentukan faktor-faktor kunci
perusahaan dalam mencapai keberhasilan. Setelah analisis ini dilakukan maka akan
52
diperoleh strategi-strategi yang dapat digunakan dan diterapkan untuk kemajuan
perusahaan.
Penilaian tidak hanya dilakukan pada aspek non keuangan saja, tetapi juga
dilakukan pada aspek keuangan. Dalam hal ini penilaian dari aspek keuangan
dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap kewajaran harga saham atau dengan
kata lain mengestimasi nilai intrinsik dari saham PT. Waskita Karya (Persero) Tbk.
Salah satu metode penilaian yang lazim digunakan adalah free cash flow. Analisis
free cash flow ini terbagi atas dua jenis, yaitu Free Cash Flow to Equity (FCFE) dan
Free Cash Flow to Firm (FCFF). Peneliti akan menggunakan analisis FCFF karena
dalam penghitungannya melibatkan komponen modal secara menyeluruh dimana
natinya akan dihasilkan nilai penghitungan dari biaya rata-rata tertimbang (WACC).
Metode yang lazim juga digunakan adalah Dividend Discount Model (DDM), metode
ini tidak tepat digunakan pada perusahaan yang baru IPO seperti PT.Waskita Karya
(Persero) Tbk karena perusahaan belum membagikan dividen bagi pemegang
sahamnya. Metode kedua yang penulis gunakan dalam melakukan penilaian aspek
keuangan adalah Price Earning Ratio, dimana menggambarkan perbandingan harga
saham terhadap laba bersih perusahaan. Dan metode terakhir yang penulis gunakan
dalam menganalisis estimasi harga saham adalah Price to Book Value (PBV).
4.2 Analisis Penilaian Bisnis
4.2.1 Analisis PESTLE
Analisis ini dilakukan oleh para analis untuk mengamati faktor-faktor
eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan industri konstruksi secara
53
keseluruhan seperti faktor politik, ekonomi, social, teknologi, hukum, dan
lingkungan.
1. Politik
a. Adanya kebijakan dari pemerintah yang akan mengurangi proyek dengan
penunjukkan secara langsung. Hal ini akan mempengaruhi jumlah
pendapatan perusahaan.
b. Jaminan Jamsostek yang wajib diberikan kepada para pekerja merupakan
kewajiban perusahaan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan bagi
para pekerjanya. Biaya ini nantinya akan dibebankan pada beban gaji
yang akan dikeluarkan perusahaan.
2. Ekonomi
a. Tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 2012
mencapai 6,17%, dimana hal ini berdampak pada pendapatan Waskita
Karya yang mengalami kenaikan sebesar 21,09% dari tahun
sebelumnya dan laba bersih perusahaan mengalami kenaikan sebesar
47,70% dari tahun sebelumnya.
b. Suku bunga Bank Indonesia pada tahun 2012 mengalami penurunan
dari 6% menjadi 5,75% pada awal tahun 2012. Pada Januari 2012
suku bunga bank Indonesia masih sebesar 6%. Hal ini akan
berdampak pada besarnya beban pinjaman yang akan ditanggung oleh
perusahaan.
c. Pergerakan tingkat inflasi yang akan mempengaruhi kegiatan
operasional maupun non operasional perusahaan. Hal ini terjadi
karena pergerakan tingkat inflasi akan berdampak pada pergerakan
nilai tukar rupiah/kurs rupiah.
54
d. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 tanggal
28 Mei 1989 tentang Upah Minimum, maka UMR untuk provinsi DKI
Jakarta dari tahun 2010-2012 adalah Rp 1.118.009,00 untuk 2010, Rp
1.290.000,00 untuk 2011, dan Rp 1.529.150,00 untuk tahun 2012.
Dengan adanya kebijakan UMR ini, maka akan melindungi hak para
pekerja khususnya pekerja Waskita Karya.
3. Sosial
a. Dalam melaksanakan tanggung jawab sosial, perusahaan telah
mengembangkan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)
menjadi Program Kemitraan dengan bantuan Pinjaman Modal Kerja,
Hibah, dan Biaya Operasional serta Program Bina Lingkungan.
b. Perusahaan juga peduli dan berpartisipasi aktif dalam mitigasi musibah,
antara lain dalam “Waskita Peduli Gempa” dengan mengirimkan bantuan
berupa makanan, pakaian, dan obat-obatan.
c. Kegiatan rutin yang dilakukan perusahaan pada bulan puasa yaitu
menyelenggarakan acara buka puasa bersama dan pemberian santunan
kepada yatim piatu yang berada di sekitar perusahaan. Dan juga dilakukan
acara pengajian dan oikumene setiap bulannya untuk meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan para pegawai dan masyarakat sekitar.
d. Melalui unit PKBL perusahaan telah merealisasikan Program Bina
Lingkungan lainnya seperti bantuan pendidikan dan pelatihan,
peningkatan kesehatan, sarana ibadah, dan pelestarian alam dengan
melakukan penghijauan.
55
e. Perusahaan juga ikut ambil bagian dalam program BUMN Peduli yaitu
Pasar Murah di NTT, Penanaman dan Pemeliharaan bibit pohon Trembesi
di Kabupaten Singkil Provinsi Aceh.
4. Teknologi
a. Perusahaan telah melakukan peningkatan sistem teknologi informasi yaitu
telah menggunakan perangkat server yang handal IBM Blade Series, X-
Series, dan Storage Storwize V-Series, dengan keuntungan penggunaan
server ini adalah mempercepat kemampuan pemrosesan sistem dan
storage yang lebih besar.
b. Perusahaan juga telah melakukan peningkatan pada aplikasi teknologi
informasi, salah satunya adalah perusahaan sedang mengembangkan
aplikasi terintegrasi yaitu aplikasi ERP Microsoft Dynamic AX2012 R2
yang dapat mengintegrasikan modul Manajemen Keuangan, Supply Chain
Management, Perdagangan dan Trade Logistik, Produksi, Manajemen
Kualitas, Manajemen Material, Customer Relationship Management,
Manajemen SDM, Project Management and Advanced Project, dan
Management Dashboard/Business Intelligence. Aplikasi ini akan
mempermudah proses transaksi di dalam perusahaan.
5. Hukum
a. Perusahaan wajib menerapkan GCG sebagai acuan standar landasan
operasional kegiatan usaha perusahaan sebagaimana yang ditetapkan
dalam Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-01/MBU/2011
tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan GCG pada Badan Usaha Milik
Negara.
56
b. Pada bulan September tahun 2008, PT. Waskita Karya (Persero) Tbk
menggunakan Undang-Undang No: 36 tahun 2008 mengenai Pajak
Penghasilan dan menggunakan tarif pajak tunggal yaitu 28% untuk tahun
fiskal 2008 dan 25% untuk tahun fiskal 2009 dan seterusnya.
6. Lingkungan
a. Untuk meminimalkan kebisingan, jalan kotor, debu, atau hal-hal yang
mengganggu ketenangan masyarakat sekitar akibat pelaksanaan proyek ,
perusahaan selalu berupaya meningkatkan standar Keselamatan dan
Kesehatan kerja serta Lingkungan.
b. Perusahaan juga ikut serta dalam kegiatan pelestarian alam yaitu dengan
melakukan penghijauan, salah satunya adalah penanaman pohon di
Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Penanaman serta Pemeliharaan bibit
pohon Trembesi di Provinsi Aceh.
c. Perusahaan telah menjadi anggota Green Building Council Indonesia
(GBCI) yang ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan proyek yang
berwawasan hijau (Green Construction).
4.2.2 Analisis SWOT
Analisis SWOT dilakukan dengan cara mengidentifikasi terlebih dahulu
faktor-faktor internal perusahaan yang mencakup kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki oleh PT. Waskita Karya (Persero) Tbk dan faktor-faktor eksternal yang
melihat adanya peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh PT. Waskita Karya
(Persero) Tbk dalam menghadapi persaingan bisnis antar kompetitor dalam industri
konstruksi di Indonesia. Setelah mengidentifikasi kedua faktor tersebut, maka
57
selanjutnya kita dapat merumuskan strategi-strategi yang tepat dengan bantuan
diagram SWOT.
Diagram SWOT akan menggambarkan dan memperlihatkan strategi-strategi
yang tepat bagi perusahaan dalam mengatasi dan mengelola kelemahan serta
ancaman yang datang dari pihak eksternal perusahaan dengan cara memanfaatkan
peluang dan kekuatan yang ada untuk mengambil keuntungan.
Faktor-faktor dalam analisis SWOT antara lain :
1. Faktor-faktor internal perusahaan
a. Kekuatan (Strengths)
• PT. Waskita Karya (Persero) Tbk merupakan salah satu dari
BUMN terbesar di Indonesia, dimana pada tanggal 19
Desember 2012 PT. Waskita Karya secara resmi listing di BEI
dengan ticker “WSKT” dengan harga perdana Rp 380/lembar.
• PT. Waskita Karya telah mengimplementasi ISO 9001:2008
yang merupakan standar internasional dalam hal Sistem
Manajemen Mutu, perusahaan juga telah meraih ISO
14001:2004 sebagai pengakuan dalam hal Sistem Manajemen
Lingkungan, serta perusahaan juga memperoleh sertifikat
OHSAS 18001:2007 untuk Sistem Manajemen K3 dari
Depnaker.
• Memiliki posisi yang menguntungkan dalam penggarapan
potensi dari proyek besar infrastruktur pemerintah, seperti
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
58
Indonesia (MP3EI), jalan tol, infrastruktur pelabuhan dan
Bandar Udara, pembangkit listrik dan proyek-proyek lainnya.
• PT. Waskita Karya merupakan pemain besar nasional dengan
reputasi dan customer base yang luas. PT. Waskita Karya
merupakan perusahaan konstruksi dengan pendapatan usaha
dari sektor konstruksi yang terbesar di Indonesia (sumber :
data laporan keuangan perusahaan-perusahaan konstruksi
yang tercatat di BEI, Juni 2012). Hal ini didukung dengan
customer base perusahaan yang terdiri dari instansi
pemerintah, BUMN, dan pihak swasta baik dalam dan luar
negeri.
• Memiliki produk unggulan dan produk berkualitas, dimana
perusahaan telah menerapkan standar mutu internasional
dengan memperoleh sertifikat ISO 9001:2008, ISO
14001:2004, OHSAS 18001:2007, dan sertifikat Audit Sistem
Manajemen Pengamanan.
• Perusahaan menerapkan desentralisasi organisasi dan jaringan
pemasaran serta wilayah produksi yang luas di seluruh
Indonesia. Perusahaan memiliki wilayah produksi dan jaringan
informasi yang tersebar di hampir seluruh Indonesia, serta Uni
Emirat Arab, dan Arab Saudi. Dimana perusahaan memiliki
cabang di 33 lokasi di dunia.
• Memiliki manajemen dan tenaga kerja yang ahli dan dapat
dihandalkan dalam penyelesaian proyek dengan tepat waktu.
59
• Memiliki sistem pengelolaan keuangan yang terintegrasi, yaitu
dengan cara menjalin kerjasama dengan mitra perbankan
dalam layanan cash management dan supply chain financing.
• PT. Waskita Karya termasuk dalam klasifikasi B, dimana
memiliki proyek dengan nilai di atas Rp 10 milyar dan
memiliki penguasaan teknologi, padat modal dan
pengusahaan, serta penguasaan pasar tingkat tinggi.
• Perusahaan memiliki kinerja keuangan yang cukup bagus,
dimana pendapatan usaha perusahaan pada tahun 2012
meningkat sebesar 21,09% dari tahun 2011. Peningkatan juga
terjadi pada laba bruto dan laba bersih perusahaan, laba bersih
perusahaan pada tahun 2012 mengalami kenaikkan sebesar
47,70% dari tahun 2011.
• Dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, perusahaan
menerapkan budaya perusahaan yaitu SAFETY
(sustainability, agile, fair, excellence, team work, and
integrity) dan perusahaan juga menerapkan prinsip tata kelola
perusahaan yang baik yaitu TARIF (transparency,
accountability, responsibility, independency, and fairness).
• Perusahaan memiliki komitmen yang tinggi dalam penerapan
praktik GCG di lingkungan perusahaan yang dibuktikan
dengan memperoleh nilai dengan peringkat baik dalam
penilaian penerapan GCG tahun 2012.
• Perusahaan memiliki kemampuan membayar hutang yang
baik, ditandai dengan rasio likuiditas dan rasio solvabilitas
60
perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan mampu
membayar hutang.
b. Kelemahan (Weakness)
• Terjadinya penurunan jumlah kontrak sebesar 11,59% dari tahun
sebelumnya, dimana penurunan yang drastis terjadi pada kuantitas
kontrak tanpa lelang. Pada tahun 2012 hanya terdapat 12 kontrak,
sedangkan pada tahun 2011 terdapat 78 kontrak, penurunan terjadi
sekitar 84,62%.
• Terjadinya penurunan pendapatan pada segmen usaha non
konstruksi antara lain sewa gedung dan properti. Penurunan pada
sewa gedung terjadi karena gedung perusahaan sedang
direkonstruksi dan akan digunakan untuk usaha realty. Sedangkan
penurunan pada properti terjadi karena properti yang ada telah
terjual semua dan pembangunan untuk properti yang baru belum
dilakukan. Penurunan juga terjadi pada pendapatan non konstruksi
lain seperti sewa alat konstruksi.
• Tanah perusahaan yang berada di Sutra Boulevard masih dalam
proses pengadaan sebagai hak milik perusahaan.
• Kebutuhan perusahaan akan beton precast sebagian besar masih
diperoleh dari pihak eksternal.
• Adanya peningkatan atas beban pokok pendapatan sebesar
22,16% dimana melebihi peningkatan pendapatan perusahaan. Hal
ini terjadi karena adanya beban usaha tidak langsung yaitu beban
usaha produk beton baru.
61
• Adanya peningkatan jumlah liabilitas jangka panjang tahun 2012
yaitu sebesar 1.273% dari tahun sebelumnya, karena adanya
peningkatan uang muka pendapatan usaha jangka panjang dan
penerbitan obligasi.
• Terjadi penurunan arus kas operasi sebesar 75,93% dari tahun
sebelumnya karena adanya peningkatan pembayaran kepada
karyawan dan pembayaran beban pinjaman.
• Adanya peningkatan tingkat kolektibilitas piutang perusahaan
pada tahun 2012 yaitu sebesar 79,27 hari sedangkan pada tahun
2011 sebesar 71,08 hari. Hal ini terjadi karena beberapa tagihan
mengalami keterlambatan pembayaran karena perubahan jadwal
pembayaran oleh pihak pemberi kerja.
2. Faktor-faktor eksternal perusahaan
a. Peluang (Opportunities)
• Tingginya kebutuhan infrastruktur terutama pada developing
countries, dimana ditunjukkan dengan tingginya permintaan yang
tercermin dari pertumbuhan nilai proyek yang mencapai 13% per
tahun pada periode 2002-2010.
• Pemerintah akan mempersiapkan dana sebesar Rp 564 Triliun
yang akan dialokasikan ke 5 sektor yaitu sumber daya air,
transportasi, perumahan, energi dan listrik, serta pos dan TI,
seiring dengan bertambahnya permintaan terhadap industri
konstruksi. (sumber : Data Alokasi Pendanaan Pembangunan,
MP3EI, Bappenas, Januari 2012)
62
• Pertumbuhan infrastruktur tahun 2020 pada bidang transportasi
seperti jalan tol dan jembatan di Indonesia diprediksikan akan
mencapai 25% dari total semua proyek konstruksi. Alokasi
pendanaan untuk sarana transportasi seperti jalan, jembatan, dan
tol memperoleh nilai alokasi tertinggi yaitu sebesar Rp 313,78
triliun sampai dengan tahun 2015. (sumber : Dana Alokasi
Pendanaan Pembangunan, Bappenas, Januari 2012).
• Indonesia memiliki potensi pertumbuhan ekonomi yang sangat
tinggi dan proyeksi kebutuhan investasi infrastruktur untuk tahun
2010-2014 mencapai Rp 1,923 triliun.
• Besarnya kebutuhan perusahaan akan beton precast serta
meningkatnya kebutuhan pasar akan beton precast.
b. Ancaman (Threats)
• Persaingan dalam industri jasa konstruksi cukup tajam karena
jumlah terdapat jumlah pesaing sekitar 125 perusahaan klasifikasi
B di seluruh Indonesia. PT. Waskita Karya juga termasuk salah
satu perusahaan yang memiliki klasifikasi B. Persaingan semakin
ramai dengan masuknya kontraktor-kontraktor asing untuk
mengikuti tender-tender ICB (International Competitive Biding)
pada proyek-proyek yang didanai dengan pinjaman luar negeri.
• Adanya kebijakan pemerintah untuk mengurangi proyek dengan
cara penunjukkan secara langsung.
Setelah menentukan faktor-faktor eksternal dan internal di atas, maka untuk
menghadapi ancaman dan kelemahan dengan adanya peluang dan kekuatan yang
dimiliki perusahaan, maka kita dapat merumuskan strategi-strategi agar PT. Waskita
63
Karya (Persero) Tbk dapat menciptakan keunggulan kompetitif (competitive
advantage) dalam menghadapi persaingan bisnis.
Dalam mewujudkan tercapainya tujuan perusahaan dalam hal pertumbuhan
bisnis (business increase), penghematan biaya (cost efficiency/ cost reduction), serta
pembuatan dan pembaharuan sistem (foundation), PT. Waskita Karya telah
melaksanakan strategi dan kebijakan sebagai berikut :
• Strategi Perusahaan, terbagi atas :
1. Revitalisasi (2012)
Dalam tahap ini perusahaan berupaya dalam hal membentuk
sistem baru seperti sistem informasi manajemen, sistem Human
Resource Development, sistem manajemen arus kas, sistem
manajemen risiko, serta sistem manajemen proyek yang dapat
mendukung pasar dan operasi.
2. Pengembangan (2013-2014)
Dalam tahap ini perusahaan berupaya dalam hal mengembangkan
produk baru seperti konstruksi yang berbasis kepada K3LMP dan
green construction, proyek-proyek engineering procurement
construction (EPC), serta proyek-proyek unggulan lainnya dengan
didukung sistem dan tenaga kerja yang memiliki kompetensi yang
memadai untuk menjalankan perusahaan.
3. Realisasi (2015-2017)
Dalam tahap ini perusahaan berupaya dalam hal memiliki arus kas
operasi yang positif dengan didukung pertumbuhan penjualan
yang baik dengan laba bersih yang melebihi dari industri sejenis.
64
• Kebijakan Perusahaan
1. Fokus pada core business dengan perluasan pasar baru di bisnis
sektor terkait, yaitu beton precast, realty, dan investasi di jalan tol.
2. Fokus pada sektor pemerintah dan pekerjaan sipil potensi dari
sipil, khususnya penggarapan proyek-proyek infrastruktur besar.
3. Peningkatan daya saing melalui perbaikan sistem kerja dan
perbaikan struktur permodalan.
4. Peningkatan kerja sama dengan mitra strategis dan aktivitas EPC.
5. Fokus pada penerapan value engineering.
6. Peningkatan margin melalui cost reduction program dan
diversifikasi usaha.
7. Memperbesar pasar luar negeri.
8. Meningkatkan sistem IT dengan implementasi program EPC.
Adapun implementasi yang telah dilakukan oleh PT. Waskita Karya dan
strategi-strategi lain yang mendukung strategi utama perusahaan, antara lain dapat
dirumuskan dalam diagram SWOT yang terdapat pada lampiran 7.
2.2.3 Analisis Critical Success Factors (CSF)
Analisis CSF ini dilakukan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang menjadi
pendukung kesuksesan bisnis dari salah satu perusahaan konstruksi BUMN terbesar
di Indonesia yaitu PT. Waskita Karya (Persero) Tbk dan hal-hal yang perlu
ditingkatkan oleh PT. Waskita Karya yang dapat dijadikan pedoman dalam
meningkatkan strategi/kinerja bisnis di masa depan.
65
Faktor-faktor pendukung kesuksesan PT. Waskita Karya tersebut adalah
sebagai berikut :
1. PT. Waskita Karya (Persero) Tbk memiliki visi yaitu menjadi perusahaan jasa
konstruksi terbaik yang memberikan nilai tambah bagi stakeholders. Hal ini
dapat dicapai dengan adanya strategy plan yang dibuat oleh perusahaan yang
terbagi menjadi tiga tahap yaitu revitalization, development, dan realization.
Ketiga tahap ini dilakukan dengan berdasarkan nilai dan budaya yang
diterapkan perusahaan.
2. Perusahaan memiliki sistem organisasi yang desentralisasi dan jaringan
pemasaran serta wilayah produksi yang tersebar di seluruh Indonesia, serta
Uni Emirat Arab dan Arab Saudi. Perusahaan juga memiliki divisi-divisi
yang tersebar di seluruh Indonesia yang bertanggung jawab pada wilayanh
yang telah ditetapkan serta divisi khusus EPC, realty, dan precast.
3. Perusahaan memiliki manajemen dan tenaga kerja ahli yang berkualitas dan
dapat dihandalkan dalam penyelesaian proyek tepat waktu.
4. Perusahaan merupakan Badan Usaha Milik Negara yang memiliki reputasi
yang bagus dan customer base yang luas.
5. Perusahaan memiliki posisi yang menguntungkan dan solid dalam
penggarapan potensi dari proyek infrastruktur pemerintah seperti Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Hal-hal yang perlu ditingkatkan oleh PT. Waskita Karya adalah sebagai
berikut :
66
1. Meningkatkan partisipasi pelaksanaan proyek-proyek yang berwawasan hijau
(Green Construction) karena dengan adanya Green Construction akan
memberikan dampak positif pada image perusahaan di mata masyarakat.
2. Memperluas jangkauan pasar perusahaan ke seluruh Indonesia dan bahkan ke
luar negeri.
3. Mengembangkan produksi beton precast agar dapat memenuhi seluruh
kebutuhan perusahaan dan bahkan menjualnya ke luar perusahaan.
4. Meningkatkan pengalaman dalam hal EPC.
4.3 Estimasi Nilai Intrinsik Saham
4.3.1 Free Cash Flow to Firm (FCFF)
Analisis Free Cash Flow to Firm (FCFF) pada PT. Waskita Karya (Persero)
Tbk dapat dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia
2. Menghitung Weighted Average Cost of Capital (WACC) yang terdiri dari :
a. Menghitung Cost of equity (Ks) dengan pendekatan Capital Asset Pricing
Model (CAPM)
b. Menghitung Cost of debt (Kd) dengan pendekatan Damodaran
Spreadsheet
c. Menghitung Tax Rate, proporsi hutang (Wd), dan proporsi modal (Ws)
3. Memasukkan komponen-komponen FCFF
4. Mengestimasikan komponen FCFF tahun 2012 dengan cara forecasting
5. Menghitung FCFF tahun 2012
6. Menghitung Value of Firm
67
7. Menghitung Total equity
8. Menghitung nilai intrinsik saham PT. Waskita Karya (Persero) Tbk dan
membandingkan dengan harga saham perdana saat IPO.
4.3.1.1 Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model tingkat pertumbuhan yang
stable growth, dimana tingkat pertumbuhan yang digunakan adalah berdasarkan
tingkat pertumbuhan ekonomi dari suatu Negara. Tingkat pertumbuhan yang
digunakan adalah tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun
2012 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu sebesar 6,17%. Oleh
karena itu, tingkat economic growth (g) yang digunakan di dalam penelitian ini
adalah sebesar 6,17%. Adapun data pendukung untuk data pertumbuhan ekonomi ini
dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.3.1.2 Weighted Average Cost of Capital (WACC)
Pendekatan WACC digunakan dalam perhitungan estimasi harga wajar
saham PT. Waskita Karya (Persero) Tbk. Perolehan hasil dari WACC ini diperoleh
dari nilai tiap-tiap komponen biaya dari WACC, yaitu cost of equity (Ks) dan cost of
debt (Kd).
68
4.3.1.2.1 Cost of equity (Ks)
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan dalam menghitung cost of
equity (Ks) adalah pendekatan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Data-data yang
diperlukan untuk menghitung cost of equity (Ks) yaitu risk free rate, Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) sebagai market rate of return (Rm), dan beta.
Risk free rate (RFR) yang digunakan di dalam penelitian ini menggunakan BI
Rate. BI Rate digunakan sebagai risk free rate karena satu-satunya yang diasumsikan
bebas risiko. Berikut ini adalah perubahan suku bunga BI Rate selama periode tahun
2010 dan tahun 2011.
Tabel 4.1 BI Rate tahun 2010-2011
2010 2011
January - 6.50%
February 6.50% 6.75%
March 6.50% 6.75%
April 6.50% 6.75%
May 6.50% 6.75%
June 6.50% 6.75%
July 6.50% 6.75%
August 6.50% 6.75%
September 6.50% 6.75%
October 6.50% 6.50%
November 6.50% 6.00%
December 6.50% 6.00%
Sumber : http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Data+BI+Rate/
69
BI Rate yang telah diperoleh dari tahun 2010-2011 akan dibagi 52 (asumsi 1
tahun = 52 minggu) karena data yang digunakan adalah data mingguan (weekly).
Setelah itu dilakukan perhitungan rata-rata risk free rate dengan menggunakan fungsi
Average di dalam Microsoft Excel. Hasil rata-rata yang diperoleh masih berupa risk
free rate mingguan yaitu sebesar 0,13%. Setelah itu hasil dari rata-rata mingguan ini
dikalikan dengan 52 untuk memperoleh risk free rate tahunan, sehingga risk free rate
yang diperoleh adalah sebesar 6,55%. Perhitungannya adalah sebagai berikut :
Selanjutnya adalah menghitung market rate of return (Rm) yang diperoleh
dari return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode 2010 sampai dengan
2011. IHSG dipilih menjadi market rate of return karena IHSG mewakili return
saham yang ada di Indonesia secara keseluruhan. Hal pertama yang dilakukan adalah
menghitung tingkat pengembalian pasar (Rm) mingguan dari IHSG dengan
menggunakan persamaan :
Rm =
=AVERAGE (BI Rate mingguan awal:BI Rate mingguan akhir)
=AVERAGE (0,13%:0,12%)
=0,13%
Risk free rate (RFR) = 0,13% x 52 = 6,55%
70
Setelah dilakukan perhitungan tingkat pengembalian pasar (Rm) mingguan
periode 2010 sampai dengan 2011, langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata
dari tingkat pengembalian mingguan saham IHSG dengan fungsi Average di dalam
Microsoft Excel. Maka didapatlah hasil rata-rata tingkat pengembalian IHSG
mingguan sebesar 0,47%. Untuk memperoleh tingkat pengembalian pasar yang akan
dimasukkan ke dalam rumus CAPM, maka tingkat pengembalian mingguan harus
dikalikan 52 (asumsi 1 tahun = 52 minggu). Pada akhirnya didapatlah tingkat
pengembalian pasar atau market rate of return (Rm) sebesar 24,24%.
Langkah selanjutnya adalah menghitung besarnya nilai beta. Beta yang
digunakan di dalam penelitian ini diasumsikan sama dengan rata-rata beta industri
BUMN. Dimana perusahaan yang diambil sebagai rata-rata industri adalah
Rm =
Rm =
Rm = 0,80%
=AVERAGE (Rm mingguan IHSG awal:Rm mingguan IHSG akhir)
=AVERAGE (0,80% : 0,65%)
= 0,47%
Market rate of return (Rm) = 0,47% x 52 = 24,24%
71
perusahaan milik pemerintah yang bergerak di bidang industri yang sama yaitu
konstruksi. Perusahaan tersebut adalah PT. Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT.
Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), dan PT. PP (PTPP). Data harga saham ketiga
perusahaan yang digunakan sama dengan harga saham IHSG yaitu harga saham
mingguan (weekly) pada periode tahun 2010 sampai dengan 2011. Hal pertama yang
harus dilakukan adalah menghitung tingkat pengembalian saham (Ri) mingguan
masing-masing perusahaan menggunakan cara yang sama dengan penghitungan Rm
mingguan.
Dari hasil perhitungan tingkat pengembalian saham mingguan (Ri) dari ketiga
perusahaan, terdapat tingkat pengembalian yang bernilai positif dan negatif. Tingkat
pengembalian yang bernilai negatif karena terjadinya penurunan harga saham dari
harga sebelumnya. Sebaliknya tingkat pengembalian yang bernilai positif karena
terjadinya kenaikan harga saham dari harga sebelumnya. Sedangkan tingkat
pengembalian yang bernilai 0% terjadi karena tidak terjadinya kenaikan maupun
penurunan harga sama, dengan kata lain harga saham tetap (tidak berubah).
Tingkat pengembalian saham (Ri)
ADHI = = -1,30%
WIKA = = 0%
PTPP = = -1,67%
72
Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai beta yang akan digunakan ke
dalam persamaan CAPM. Beta diperoleh dari nilai beta rata-rata ketiga perusahaan.
Beta perusahaan dapat diperoleh dengan fungsi Slope di dalam Microsoft Excel.
Setelah dilakukan perhitungan beta masing-masing perusahaan dengan
menggunakan fungsi Slope, maka diperoleh beta rata-rata sebesar 1,25 yang artinya
ukuran sensitifitas saham dari risiko pasar yang mengukur tingkat pengembalian
saham bergerak terhadap saham. Jika beta bernilai sama dengan 1 berarti harga
saham sensitif atau agresif terhadap pasar saham. Jika beta bernilai kurang dari 1
berarti harga saham tidak sensitif terhadap pasar. Dengan kata lain, semakin besar
nilai suatu beta, maka semakin besar pula risiko saham tersebut.
Tabel 4.2 Perhitungan Beta Rata-Rata
BETA (β)
ADHI 1.253757
WIKA 1.335912
PTPP 1.168838
Rata-rata 1.252835
=SLOPE (Ri,Rm)
Beta dari masing-masing perusahaan
ADHI : =SLOPE (Ri ADHI, Rm IHSG)
WIKA : =SLOPE (Ri WIKA, Rm IHSG)
PTPP : =SLOPE (Ri PTPP, Rm IHSG)
73
Untuk data-data harga saham IHSG, ADHI, WIKA, PTPP, BI Rate serta
perhitungan Ri dan Rm dapat dilihat secara lengkap di lampiran 2.
Setelah memperoleh hasil perhitungan dari ketiga komponen cost of equity
(Ks), yaitu market rate of return (Rm), Beta (β), dan risk free rate (RFR), maka kita
dapat menghitung cost of equity (Ks) dengan menggunakan CAPM. Berikut ini
adalah perhitungan cost of equity (Ks) menggunakan CAPM :
Tabel 4.3 Perhitungan Cost of Equity
Mingguan Tahunan Risk free rate (RFR) 0.13% 6.55% Market rate of return (Rm) 0.47% 24.24%
Beta (β)
1.25 Cost of equity (Ks) 28.71%
Cost of equity (Ks) yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan CAPM
adalah sebesar 28,71%, yang menunjukkan besarnya biaya yang perlu dibayarkan
kepada investor seperti dividen sebagai hasil pengembalian dari investasi mereka.
4.3.1.2.2 Cost of debt (Kd)
Cost of debt pada umumnya merupakan biaya yang ditanggung perusahaan
apabila perusahaan memiliki hutang kepada pihak-pihak tertentu. Biaya hutang
disimbolkan dengan Kd, yang merupakan salah satu komponen dalam perhitungan
Ks = 6,55% + 1,25 x (24,24% - 6,55%) = 28,71%
74
WACC. Dalam penelitian ini, cost of debt dihitung dengan menggunakan
Damodaran Spreadsheet.
Data-data yang diperlukan dalam menghitung cost of debt adalah risk free
rate (RFR), default spread for country, dan default spread for firm. Risk free rate
diperoleh dari BI Rate yang telah ada pada perhitungan cost of equity (Ks). Untuk
default spread for country dan default spread for firm diperoleh berdasarkan
peringkat yang dimiliki oleh perusahaan. Pada penelitian ini, PT. Waskita Karya
(Persero) Tbk memiliki rating A- yang dinilai oleh Pefindo pada tahun 2012.
Berdasarkan tabel bond rating, default spread for country, dan interest rate of bond
yang telah dilampirkan pada bab 2, maka perhitungan cost of debt (Kd) adalah
sebagai berikut :
Dari hasil perhitungan di atas, maka diperoleh cost of debt sebesar 12,25%
yang artinya tingkat suku bunga yang harus dibayarkan kepada lembaga pembiayaan
atas hutang perusahaan adalah sebesar 12,25%.
4.3.1.2.3 Pajak (Tax Rate)
Biaya modal juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain yang berada
di luar kendali perusahaan dan yang dipengaruhi oleh keputusan keuangan dan
investasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah tarif pajak. Tarif pajak ini
akan digunakan dalam perhitungan cost of debt/ biaya hutang, yaitu biaya hutang
setelah pajak. Jadi langkah berikutnya adalah menentukan besarnya tarif pajak rata-
rata selama periode 2009-2011. Tarif pajak akan dihitung dengan menggunakan rata-
Kd = 6,55% + 1,10% + 4,60% = 12,25%
75
rata dari keseluruhan pajak yang telah dibayarkan oleh perusahaan dengan asumsi
bahwa perusahaan telah membayar pajak sesuai dengan tarif pajak yang telah
ditetapkan oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP) untuk wajib pajak badan pada periode
yang telah ditetapkan. Berikut adalah tabel tarif pajak dari periode 2009-2011 .
Tabel 4.4 Tarif Pajak 2009-2011
2009 2010 2011 Tax 28% 25% 25% average tax 26%
4.3.1.2.4 Perhitungan WACC
Data selanjutnya yang dibutuhkan dalam menghitung WACC adalah proporsi
struktur modal perusahaan yang terdiri dari bobot hutang (Wd) dan bobot ekuitas
(Ws). Proporsi struktur modal ini dapat dihitung dengan menggunakan data-data
yang terdapat di dalam laporan keuangan perusahaan yaitu laporan posisi keuangan
periode 2009-2011.
Tabel 4.5 Proporsi Struktur Modal PT. Waskita Karya (Persero) Tbk
(Dalam Rp) 2009 2010 2011
Hutang Jangka Panjang 199,292,135,068.00
208,315,150,845.00
77,742,568,081.00
Jumlah Ekuitas 336,162,258,776.00
450,189,468,486.00
620,222,360,893.00
Total 535,454,393,844.00
658,504,619,331.00
697,964,928,974.00
Bobot Hutang 37% 32% 11% Bobot Ekuitas 63% 68% 89% Total 100% 100% 100% Rata-rata bobot Bobot Hutang (Wd) 27% Bobot Ekuitas (Ws) 73% Total 100%
76
Contoh perhitungan proporsi struktur modal untuk tahun 2009 adalah sebagai
berikut :
Pada perhitungan proporsi modal tahun 2009, diperoleh proporsi struktur
modal perusahaan terdiri dari 37% hutang dan 63% ekuitas. Hal ini berarti bahwa
PT. Waskita Karya memiliki modal yang sebagian besar terdiri dari ekuitas yaitu
67% dan hutang sebesar 23%. Begitu juga halnya dengan proporsi modal perusahaan
pada tahun 2010 dan 2011 yang mana sebagai besar modal perusahaan terdiri atas
ekuitas.
Selanjutnya adalah menghitung rata-rata proporsi bobot hutang (Wd) dan
proporsi bobot ekuitas (Ws), yaitu dengan menggunakan fungsi Average pada
Microsoft Excel. Perhitungan dari rata-rata Wd dan Ws adalah sebagai berikut :
Dari hasil perhitungan rata-rata tersebut maka diperoleh rata-rata proporsi
bobot hutang (Wd) adalah sebesar 27% dan rata-rata proporsi bobot ekuitas (Ws)
adalah sebesar 73%. Setelah seluruh komponen dari WACC telah dihitung, maka
WACC tahun 2011 sudah dapat dihitung sebagai berikut :
Wd 2009= Rp 199,292,135,068.00/ Rp 535,454,393,844.00 = 37%
Ws 2009 = Rp 336,162,258,776.00/ Rp 535,454,393,844.00 = 63%
Rata-rata Wd = AVERAGE (Wd 2009 : Wd 2011)
Rata-rata Ws = AVERAGE (Ws 2009 : Ws 2011)
77
Tabel 4.6 Perhitungan WACC
WACC Ks 28.71% Kd 12.25% Ws 73% Wd 27% Tax Rate 26% WACC 23.47%
Akhirnya telah diperoleh nilai WACC sebesar 23,47% yang berarti sebagai
tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor maupun kreditor atas biaya
modal yang ditanam mereka yaitu sebesar 23,47%.
4.3.1.3 Perhitungan Free Cash Flow to Firm (FCFF)
Free Cash Flow to Firm (FCFF) mencerminkan arus kas yang benar-benar
tersedia untuk didistribusikan kepada investor dan lebih relevan digunakan untuk
mengestimasi nilai dari suatu perusahaan. Nilai dari operasi suatu perusahaan akan
bergantung pada seluruh arus kas bebas yang diharapkan pada masa yang akan
datang.
Data-data yang dibutuhkan untuk menghitung free cash flow dapat diperoleh
dari laporan keuangan PT. Waskita Karya (Persero) Tbk periode 2009-2011. Dimana
komponen-komponen dari FCFF itu terdiri dari laba operasi setelah pajak EBIT(1-
T), beban penyusutan dan amortisasi (depreciation and amortization expense),
pengeluaran modal (Capital Expenditure), dan perubahan modal kerja (change in
WACC = ( 73% x 28,71% ) + ( 27% x (12,25% x (1-26%))) = 23,47%
78
working capital). Untuk data-data komponen dari FCFF dapat dilihat secara lengkap
di Lampiran 3.
Untuk perhitungan EBIT(1-T) tahun 2009 sebesar Rp 214.898.300.549,28
diperoleh dari laba usaha perusahaan setelah dikurangi dengan pajak tahun 2009.
Laba usaha perusahaan merupakan hasil penjumlahan dari laba sebelum pajak
penghasilan dan biaya pinjaman. Berikut adalah perhitungan EBIT(1-T) tahun 2009 :
Untuk beban penyusutan dan amortisasi dapat diperoleh dari laporan
keuangan perusahaan di bagian laporan laba rugi perusahaan. Sedangkan data
pengeluaran modal (capital expenditure) juga dapat diperoleh dari laporan keuangan
perusahaan di bagian laporan arus kas perusahaan khususnya di bagian aktivitas
investasi. Misalnya saja untuk capital expenditure PT. Waskita Karya (Persero) Tbk
tahun 2009 diperoleh dari perolehan aset tetap yang dilakukan perusahaan sebesar Rp
15.942.210.759,00. Dan komponen FCFF terakhir yang harus dihitung adalah
perubahan modal kerja. Perubahan modal kerja diperoleh dari modal kerja tahun ini
dikurangi dengan modal kerja tahun sebelumnya. Sedangkan total modal kerja
menurut Damodaran diperoleh dari piutang usaha ditambah persediaan dan dikurangi
dengan hutang usaha. Untuk perhitungan perubahan modal kerja dan modal kerja
tahun 2009 dijelaskan sebagai berikut :
EBIT(1-T) tahun 2009 = Rp 298.469.861.874,00 x (1-28%)
EBIT(1-T) tahun 2009 = Rp 214.898.300.549,28
79
4.3.1.3.1 Peramalan Pendapatan PT. Waskita Karya Tahun 2012
Pendapatan PT. Waskita Karya (Persero) Tbk tahun 2012 dapat dihitung
dengan menggunakan fungsi forecast pada Microsoft Excel. Perkiraan/peramalan
pendapatan PT. Waskita Karya ini akan digunakan dalam memperkirakan FCFF
tahun 2012 dan selanjutnya dapat melihat harga IPO saham PT Waskita Karya.
Perkiraan pendapatan PT. Waskita Karya tahun 2012 dapat dihitung sebagai berikut :
Working Capital (2009) = Account Receivable + Inventory – Account Payable
Working Capital (2009) = Rp 425.625.142.060 + Rp 166.382.476.656
– Rp 938.706.122.240
Working Capital (2009) = Rp (346.698.503.524)
∆WC (2009) = WC 2009 – WC 2008
∆WC (2009) = Rp (346.698.503.524) – Rp (244.276.126.389)
∆WC (2009) = Rp (102.422.377.135)
Estimasi pendapatan 2012 : =FORECAST (Tahun 2012;Sales 2009-2011;Tahun
2009-2011)
Estimasi pendapatan 2012 : Rp 8.656.039.923.305.
80
Berdasarkan perhitungan di atas, diperkirakan nilai estimasi pendapatan PT.
Waskita Karya pada tahun 2012 adalah sebesar Rp 8.656.039.923.305. Dimana
estimasi pendapatan pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar Rp
1.381.873.285.505 dari pendapatan tahun 2011. Hal ini terjadi karena estimasi
dihitung dengan menggunakan Percentage of Sales Method (PSM) dari rata-rata
tahun historis yang fluktuatif.
4.3.1.3.2 Perkiraan Free Cash Flow to Firm (FCFF) Tahun 2012
Untuk menghitung perkiraan FCFF PT. Waskita Karya tahun 2012, maka
penulis juga harus melakukan peramalan untuk masing-masing komponen FCFF,
yaitu EBIT (1-T), depreciation and amortization expense, capital expenditure, dan
change in working capital.
Peramalan dilakukan dengan menggunakan Percentage of sales method
(PSM) untuk masing-masing komponen tersebut. Untuk memperoleh PSM maka
masing-masing komponen harus dibagi dengan jumlah pendapatan pada tahun
tersebut. Misalnya saja untuk menghitung PSM dari EBIT (1-T) tahun 2009, maka
yang harus kita lakukan adalah membagi EBIT (1-T) tahun 2009 dengan total
pendapatan tahun 2009. Hal yang sama juga dilakukan pada komponen yang lain dari
periode 2009-2011. Berikut ini adalah perhitungan PSM dari masing-masing
komponen untuk tahun 2009 :
81
Untuk PSM masing-masing komponen tahun 2010 dan 2011 dihitung dengan
cara yang sama dengan tahun 2009. Setelah semuanya PSM periode 2009-2011
dihitung, maka langkah selanjutnya adalah menghitung PSM rata-rata dari EBIT (1-
T), depreciation and amortization expense, capital expenditure, dan change in
working capital PT. Waskita Karya (Persero) Tbk. PSM rata-rata dihitung dengan
menggunakan fungsi average dalam Microsoft Excel. Perhitungan dari PSM rata-rata
masing-masing komponen adalah sebagai berikut :
Setelah perhitungan percentage of sales method (PSM) selesai dilakukan,
maka langkah selanjutnya adalah menghitung estimasi masing-masing komponen
FCFF tahun 2012. Estimasi masing-masing komponen dapat dihitung dengan cara
mengalikan PSM rata-rata yang telah dihitung sebelumnya dengan
PSM EBIT (1-T) 2009 = Rp 214.898.300.549,28/Rp 4.490.875.972.526,00 = 4,785%
PSM Depr. Exp 2009 = Rp 12.514.858.961,00/ Rp 4.490.875.972.526,00 = 0,279%
PSM Capex 2009 = Rp 15.942.210.759,00/ Rp 4.490.875.972.526,00 = 0,355%
PSM ∆WC 2009 = Rp (102.422.377.135,00)/ Rp 4.490.875.972.526,00 = -2,28%
PSM EBIT (1-T) : =AVERAGE(PSM 2009:PSM 2011) = 4,930%
PSM Depr. Exp : =AVERAGE (PSM 2009:PSM 2011) = 0,272%
PSM Capex : =AVERAGE (PSM 2009:PSM 2011) = 0,541%
PSM ∆WC : =AVERAGE (PSM2009:PSM 2011) = -0,417%
82
estimasi/peramalan pendapatan tahun 2012 yang telah dihitung. Perhitungan untuk
masing-masing komponen disajikan sebagai berikut :
Tabel 4.7 Perhitungan Estimasi Komponen FCFF
Estimasi EBIT (1-T)
Rp 8.656.039.923.305 x
4,390% Rp 426.747.469.197,15
Estimasi Depr. Exp 0,272% Rp 23.543.459.268,84
Estimasi Capital exp 0,541% Rp 46,788,356,617,68
Estimasi ∆WC -0,417% Rp (36,087,216,365.04)
Untuk data perhitungan PSM dan estimasi masing-masing komponen yang lengkap,
dapat dilihat di Lampiran 4.
Setelah estimasi masing-masing komponen telah dihitung, maka langkah
selanjutnya adalah menghitung estimasi FCFF PT. Waskita Karya (Persero) Tbk
tahun 2012. Estimasi FCFF tahun 2012 dapat dihitung dengan menggunakan rumus
FCFF yang telah disebutkan di dalam bab 2. Berdasarkan rumus FCFF, maka
estimasi FCFF PT. Waskita Karya (Persero) Tbk tahun 2012 adalah Rp
403.502.571.848,31. Perhitungan dari estimasi FCFF tahun 2012 adalah sebagai
berikut :
4.3.1.3.3 Estimasi Nilai Intrinsik Saham PT. Waskita Karya
Sebelum menentukan estimasi nilai intrinsik saham, kita harus menghitung
value of firm terlebih dahulu. Value of firm diperoleh dengan cara membagi estimasi
Estimasi FCFF 2012 = Rp 426.747.469.197,15 + Rp 23.543.459.268,84 - Rp
46,788,356,617,68 - Rp 36,087,216,365.04 = Rp 367.415.355.483,28
83
Free Cash Flow to Firm tahun 2012 yang telah dihitung sebelumnya dengan
pengurangan antara WACC dan tingkat pertumbuhan ekonomi (economic growth)
Indonesia tahun 2012.
Setelah menghitung value of firm, maka langkah selajutnya adalah
menghitung nilai ekuitas (total equity) dari perusahaan. Nilai ekuitas dapat diperoleh
dengan cara mengurangi value of firm dengan rata-rata hutang jangka panjang
perusahaan dari periode 2009-2011. Rata-rata hutang jangka panjang dapat dihitung
dengan menggunakan fungsi average pada Microsoft Excel, maka didapatlah rata-
rata hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp 161.783.284.664,67.
Setelah value of firm dan rata-rata hutang jangka panjang dihitung, maka total
ekuitas sudah dapat dihitung sebagai berikut :
Dengan mengetahui nilai ekuitas dari perusahaan, maka langkah terakhir
yang dilakukan adalah menghitung nilai intrinsik saham perusahaan. Nilai intrinsik
saham perusahaan dapat dihitung dengan cara membagi nilai ekuitas dengan jumlah
Value of firm =
Value of firm = Rp 2.123.542.247.023,99
Rata-rata LTD = AVERAGE (LTD 2009:LTD 2011)
Rata-rata LTD = Rp 161.783.284.664,67
Total Equity = Rp 2.123.542.247.023,99- Rp 161.783.284.664,67
Total Equity = Rp 1.961.758.962.359,33
84
saham perusahaan yang beredar. Maka, perhitungan nilai intrinsik saham PT.
Waskita Karya tahun 2012 diperlihatkan sebagai berikut :
Berdasarkan perhitungan di atas, maka estimasi harga saham PT. Waskita
Karya (Persero) Tbk pada tahun 2012 adalah Rp 294,57/lembar. Dan juga telah
diketahui bahwa harga saham PT. Waskita Karya pada saat IPO yaitu sebesar Rp
380/lembar. Jika kita membandingkan nilai intrinsik saham dengan nilai pasar saham
pada saat IPO, maka dapat dilihat bahwa penilaian harga saham PT. Waskita Karya
pada saat IPO dinilai overvalued karena PT. Waskita Karya merupakan salah satu
dari perusahaan konstruksi terbesar milik Negara yang memiliki reputasi dan
customer base yang di luar. Penilaian overvalued juga didukung dengan kinerja
keuangan PT Waskita Karya yang bagus beberapa tahun belakangan ini, dimana
tingkat pertumbuhan pendapatan dan laba perusahaan lebih stabil jika dibandingkan
dengan perusahaan pesaing lainnya.
4.3.2 Price Earning Ratio (PER)
Pendekatan lain yang juga biasa digunakan oleh investor untuk mengestimasi
harga wajar saham adalah Price Earning Ratio (PER). Hal pertama yang harus
dilakukan adalah menghitung PER perusahaan yang akan digunakan untuk
mengestimasi harga saham. Untuk memperoleh PER perusahaan, penulis
menggunakan rata-rata PER yang dihitung dari perusahaan dengan industri sejenis.
Intrinsic Value 2012 =
Intrinsic Value 2012 = Rp 294,57/lembar
85
Perusahaan yang digunakan sebagai pembanding adalah tiga perusahaan yang
bergerak di bidang yang sama dengan PT. Waskita Karya (Persero) Tbk dan juga
sama-sama merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tiga perusahaan
tersebut adalah PT. Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT. Wijaya Karya (Persero)
Tbk (WIKA), dan PT. PP (PTPP). Penulis menggunakan ketiga perusahaan ini
sebagai pembanding karena memiliki tingkat ROE yang sama atau lebih tinggi dari
perusahaan yang menjadi objek penelitian. Alasan penulis menggunakan ROE
sebagai alat pembanding karena rasio ini lebih menggambarkan seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam memberikan tingkat pengembalian return dalam
modal perusahaannya. Berikut ini adalah data Price Earning Ratio (PER) ketiga
perusahaan tahun 2012 :
Tabel 4.8 PER tahun 2012
2012 ADHI 31.6585 PTPP 24.7249 WIKA 33.2809 average PER 29.8881
Sumber : www.bloomberg.com
Dari hasil perhitungan di atas, telah diperoleh rata-rata PER sebesar
29,8881x. hasil rata-rata PER ini diperoleh dengan menggunakan fungsi average
pada Microsoft Excel. Setelah rata-rata PER perusahaan diketahui yaitu 29,8881x ,
maka langkah selanjutnya adalah menentukan nilai EPS dari perusahaan pada tahun
2012. Nilai EPS PT. Waskita Karya (Persero) Tbk tahun 2012 dapat diperoleh dari
laporan keuangan perusahaan tersebut. EPS perusahaan pada tahun 2012 adalah
sebesar Rp 38/lembar. Setelah rata-rata PER dan EPS perusahaan diketahui, maka
langkah terakhir yang dilakukan adalah menghitung estimasi harga saham tahun
2012. Estimasi harga saham PT. Waskita Karya (Persero) tahun 2012 dapat diperoleh
86
dengan cara mengalikan rata-rata PER yang telah dihitung sebelumnya dengan nilai
EPS perusahaan pada tahun 2012. Berikut dalah hasil perhitungan estimasi harga
saham PT. Waskita Karya (Persero) Tbk pada tahun 2012 :
Dari hasil perhitungan, maka diperoleh estimasi stock price dari PT. Waskita
Karya (Persero) Tbk pada tahun 2012 sebesar Rp 1.135,748. Jika kita
membandingkan antara estimasi stock price dan harga pasar saham pada saat IPO,
maka dapat dikatakan bahwa saham PT. Waskita Karya (Persero) Tbk dinilai
undervalued karena perusahaan pembanding yang digunakan merupakan perusahaan
konstruksi yang kapitalisasi pasarnya lebih besar dari PT. Waskita Karya sehingga
estimasi harga saham yang diperoleh lebih besar daripada harga saham pada saat
IPO.
4.3.3 Price to Book Value (PBV)
Pendekatan terakhir yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah Price
to Book Value (PBV) method. Sama halnya seperti Price Earning Ratio, hal pertama
yang mesti dilakukan adalah menghitung PBV tahun 2012 dari perusahaan
pembanding. Perusahaan pembanding yang digunakan sama dengan penghitungan
Price Earning Ratio (PER) =
Stock Price tahun 2012= PER x EPS
Stock Price tahun 2012 = 29,8881 x Rp 38
Stock Price tahun 2012 = Rp 1.135,748
87
PER, yaitu PT. Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk
(WIKA), dan PT. PP (PTPP). Untuk menghitung nilai PBV telah dijelaskan pada bab
2 sebelumnya. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menghitung book value per
share masing-masing perusahaan. Book value per share diperoleh dengan cara
membagi common shareholder’s equity dengan number of common stock shares
outstanding. Berikut ini adalah perhitungan book value per share dari masing-masing
perusahaan pembanding :
Tabel 4.9 BV per share perusahaan pembanding tahun 2012
ADHI PTPP WIKA
Shareholder Equity 1,180,918,969,692.00
1,655,849,031,797.00
2,814,005,594,000.00
Outstanding share 1,801,320,000.00
4,842,436,500.00
6,024,184,889.00
BV per share 655.59
341.95
467.12
Setelah mengetahui nilai book value per share dari masing-masing
perusahaan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan harga saham dari masing-
masing perusahaan pembanding pada tahun 2012. Harga saham yang digunakan
dalam menghitung PBV ini merupakan harga saham penutupan pada akhir tahun
2012. Berikut adalah data harga saham dari perusahaan pembanding tahun 2012 :
Tabel 4.10 Harga Saham tahun 2012 perusahaan pembanding
Tahun 2012 ADHI 1,770.00 PTPP 820.00 WIKA 1,490.00 Sumber : finance.yahoo.com
88
Setelah kedua komponen untuk menghitung PBV telah diketahui, langkah
selanjutnya adalah menghitung PBV perusahaan pembanding tahun 2012.
Penghitungan PBV tahun 2012 masing-masing perusahaan adalah sebagai berikut :
PBV tahun 2012 dari masing-masing perusahaan telah diketahui, maka
langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata PBV dari ketiga perusahaan dengan
menggunakan fungsi average pada Microsoft Excel. Rata-rata PBV ketiga
perusahaan ini akan diasumsikan sebagai PBV PT. Waskita Karya (Persero) Tbk
tahun 2012 yang akan digunakan dalam perhitungan estimasi harga saham PT.
Waskita tahun 2012. Dengan bantuan fungsi average, maka diperoleh PBV PT.
Waskita Karya (Persero) Tbk tahun 2012 sebesar 2,67x. Book value per share dari
PT. Waskita dapat diketahui dengan membagi common shareholder’s equity dengan
number of common stock shares outstanding. Maka diperoleh book value per share
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk sebesar Rp 301,38/lembar. Berikut adalah
perhitungan estimasi harga saham PT. Waskita Karya (Persero) Tbk tahun 2012 :
PBV ADHI = = 2,70x
PBV PTPP = = 2,40x
PBV WIKA = = 3,19x
89
Tabel 4.11 Perhitungan PBV PT. Waskita Karya (Persero) Tbk tahun 2012
PT. Waskita Karya
Shareholder Equity 2,007,075,228,694.00
Outstanding share 6,659,702,082.00
BV per share 301.38
PBV 2.76
Dari perhitungan di atas, maka dapat diketahui bahwa estimasi harga saham
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk pada tahun 2012 adalah sebesar Rp 832,571. Jika
estimasi harga saham yang diperoleh dibandingkan dengan harga pasar saham pada
saat IPO, maka dapat dikatakan bahwa saham PT. Waskita Karya (Persero) Tbk
tahun 2012 dinilai undervalued karena hal yang sama seperti metode PER yaitu
perusahaan pembanding yang digunakan merupakan perusahaan konstruksi yang
memiliki kapitalisasi pasar yang lebih besar daripada PT. Waskita Karya.
PBV =
Stock price = PBV x Book value per share
Stock Price = 2,76 x Rp 301,38
Stock Price = Rp 832,571
90
Tabel 4.12 Perbandingan Hasil Perhitungan FCFF, PER,dan PBV
Metode FCFF PER PBV
Nilai Intrinsik Rp 294,57 Rp 1.135,75 Rp 832,57
Harga Saham IPO Rp 380,00 Rp 380,00 Rp 380,00
Penilaian Overvalued Undervalued Undervalued
Dari ketiga perhitungan estimasi nilai intrinsik di atas, maka dapat dilihat
bahwa dengan metode FCFF penilaian saham PT. Waskita Karya pada saat IPO
bernilai overvalued, sedangkan dengan metode PER dan PBV, saham PT. Waskita
Karya bernilai undervalued. Jika dilihat dari harga saham PT. Waskita saat ini yang
berkisar antar Rp 800-900 per lembar dan bahkan pada akhir Mei 2013, harga saham
PT. Waskita Karya sempat mencapai harga Rp 1.050/lembar, maka dapat
disimpulkan bahwa harga saham PT. Waskita Karya bernilai undervalued, karena
jika dilihat dari nilai intrinsik saham yang diperoleh lebih kecil daripada harga wajar
saham PT. Waskita Karya itu sendiri.