bab 4 diperbaiki interpretasinya ma revisi.doc

32
70 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek dan Obyek Penelitian Perusahaan yang menjadi objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dan perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2008-2011 yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Dari jumlah perusahaan manufaktur yang ada, hanya 29 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel yang ditetapkan sedangkan dari perusahaan pertambangan terdapat 21 perusahaan. Periode penelitian ini adalah tahun 2008-2011, sehingga jumlah laporan tahunan perusahaan manufaktur yang diobservasi berjumlah 116 observasi (29 perusahaan dalam 4 tahun), sedangkan perusahaan pertambangan sebanyak 84 observasi (21 perusahaan dalam 4 tahun). Total observasi dari perusahaan manufaktur dan pertambangan yang sesuai dengan kriteria adalah 191 observasi. Tabel 4.1 Jumlah Sampel Penelitian

Upload: denny-rachmat-kurniawan

Post on 11-Aug-2015

52 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: bab 4 diperbaiki interpretasinyA MA REVISI.doc

70

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Subyek dan Obyek Penelitian

Perusahaan yang menjadi objek penelitian ini adalah perusahaan

manufaktur dan perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) pada periode 2008-2011 yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

Dari jumlah perusahaan manufaktur yang ada, hanya 29 perusahaan yang

memenuhi kriteria sampel yang ditetapkan sedangkan dari perusahaan

pertambangan terdapat 21 perusahaan. Periode penelitian ini adalah tahun 2008-

2011, sehingga jumlah laporan tahunan perusahaan manufaktur yang diobservasi

berjumlah 116 observasi (29 perusahaan dalam 4 tahun), sedangkan perusahaan

pertambangan sebanyak 84 observasi (21 perusahaan dalam 4 tahun). Total

observasi dari perusahaan manufaktur dan pertambangan yang sesuai dengan

kriteria adalah 191 observasi.

Tabel 4.1

Jumlah Sampel Penelitian

KeteranganJumlah

Observasi

Jumlah sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan mengungkapkan laporan tahunan dari tahun 2008-2011

84

Jumlah sampel perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI dan mengungkapkan laporan tahunan dari tahun 2008-2011

116

Jumlah sampel perusahaan manufaktur dan pertambangan 200

Jumlah sampel perusahaan yang tidak sesuai kriteria sampel (9)

Jumlah sampel perusahaan yang sesuai dengan kriteria 191

Sumber: Data diolah

Page 2: bab 4 diperbaiki interpretasinyA MA REVISI.doc

71

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk mendeskripsipkan karakteristik

dari masing-masing variabel yang diteliti. Alat yang digunakan untuk

mendeskripsikan variabel dalam penelitian ini adalah nilai rata-rata (mean), nilai

minimum, nilai maksimum, dan standar deviasi. Variabel yang diteliti adalah

Corporate Social Responsibility Index (CSRI), Return On Asset (ROA), ukuran

perusahaan (SIZE), dan resiko keuangan perusahaan (RISK). Berikut ini adalah

tabel untuk menjelaskan deskrisi variabel yang diteliti.

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Variabel Tahun Minimum Maksimum Mean Standar Deviasi DeviasiReturn On

Asset2008 -0,120 0,280 0,081 0,084

2009 -0,021 0,338 0,093 0,079

2010 -0,035 0,237 0,098 0,072

2011 -0,016 0,346 0,110 0,080

2008-2009 -0,120 0,346 0,096 0,079

Corporate Social Responsibility Index

2008 0,128 0,615 0,339 0,129

2009 0,128 0,641 0,377 0,133

2010 0,115 0,641 0,407 0,132

2011 0,128 0,641 0,417 0,129

2008- 2011 0,115 0,641 0,386 0,133

Size 2008 24,75 32,02 28,79 1,66

2009 25,97 32,12 28,97 1,52

2010 26,03 32,36 29,10 1,49

2011 26,11 32,66 29,31 1,48

2008- 2011 24,75 32,66 29,04 1,54

Financial Risk

2008 0,090 6,720 1,429 1,306

2009 0,030 4,340 1,076 0,818

2010 0,110 4,060 1,009 0,738

2011 0,100 5,960 1,106 1,088

Page 3: bab 4 diperbaiki interpretasinyA MA REVISI.doc

72

2008- 2011 0,030 6,720 1,153 1,017

Sumber: Lampiran

4.2.1. Corporate Social Responsibility Index (CSRI)

Aktivitas CSR perusahaan dapat diketahui dari laporan tahunan

perusahaan. Perusahaan menyajikan program CSR dalam laporan tahunan sebagai

bentuk tanggung jawab perusahaan kepada para stakeholder, khususnya investor.

CSR diukur dengan indeks pengungkapan sosial yang merupakan variabel

dummy. Indeks pengungkapan sosial dihitung dengan cara pengungkapan CSR

setiap perusahaan sampel diberi kode 1 jika perusahaan mengungkapkan item

pada daftar pertanyaan (checklist), dan kode 0 jika perusahaan tidak

mengungkapkan item tersebut yang sesuai dengan daftar pertanyaan. Instrumen

pengukuran Corporate Social Responsibility Index (CSRI) yang digunakan

berjumlah 78 item.

Pada tabel diketahui rata-rata indeks CSR perusahaan sebesar 0,386

dengan standar deviasi 0,133. Indeks CSR terendah sebesar 0,1154 dimiliki oleh

PT Dynaplast Tbk pada tahun 2010, sedangkan indeks CSR tertinggi sebesar

0,6410 dimiliki oleh PT United Tractors Tbk pada tahun 2009-2011. Kedua

perusahaan di atas merupakan perusahaan manufaktur, sehingga bisa dikatakan

bahwa perusahaan manufaktur memiliki nilai indeks tanggung jawab sosial lebih

tinggi dibanding perusahaan pertambangan.

Variabel Corporate Social Responsibility Index (CSRI) diketahui secara

rata-rata terdapat kenaikan nilai dari tahun 2008 hingga 2011. Pada tahun 2008,

nilai rata-rata CSRI sebesar 0,339, tahun 2009 nilai rata-rata CSRI sebesar 0,377,

tahun 2010 nilai rata-rata CSRI sebesar 0,407, dan di tahun 2011 sebesar 0,417.

Page 4: bab 4 diperbaiki interpretasinyA MA REVISI.doc

73

Nilai rata-rata CSRI selalu meningkat tiap tahun dari 2008-2011. Hasil ini

menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi sampel penelitian telah berusaha

untuk meningkatkan tanggung jawab sosial perusahaan dan memberi perhatian

terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan

stakeholders dibanding tahun sebelumnya. Nilai standart deviasi yang lebih baik

dari tahun ke tahun yang ditunjukkan oleh nilai yang masih lebih kecil

dibandingkan nilai rata-rata mengindikasikan perhatian yang ditunjukkan sebagian

besar perusahaan untuk perbaikan lingkungan sosial dan interaksi dengan

stakeholder relatif sudah bagus.

4.2.2. Profitabilitas

Pada penelitian ini, variabel profitabilitas diukur dengan Return On Asset

(ROA). Rasio ini membandingkan laba bersih dengan total aset perusahaan. Pada

tabel diketahui nilai rata-rata ROA perusahaan sebesar 0,096 dengan standar

deviasi 0,079. Hal ini berarti perusahaan yang diobservasi memiliki kemampuan

untuk menghasilkan laba bersih 10% dari total aset yang dimiliki oleh perusahaan.

Nilai ROA terendah sebesar -0,120 dimiliki oleh PT Benakat Petroleum Energy

Tbk sedangkan nilai ROA tertinggi sebesar 0,346 dimiliki oleh PT Indo Tambang

Raya Megah Tbk. Kedua perusahaan di atas merupakan perusahaan

pertambangan.

Variabel kinerja perusahaan ROA diketahui secara rata-rata terdapat

kenaikan nilai dari tahun 2008 hingga 2011. Pada tahun 2008, nilai rata-rata ROA

sebesar 0,081, tahun 2009 nilai rata-rata ROA sebesar 0,093, tahun 2010 nilai

rata-rata ROA sebesar 0,098, dan tahun 2011 nilai rata-rata ROA sebesar 0,110.

Page 5: bab 4 diperbaiki interpretasinyA MA REVISI.doc

74

Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi sampel penelitian

memiliki kinerja yang lebih baik dari tahun ke tahun. Nilai standart deviasi yang

lebih baik dari tahun ke tahun yang ditunjukkan oleh nilai yang masih lebih kecil

dibandingkan nilai rata-rata mengindikasikan kinerja perusahaan mulai tahun

2009 lebih baik dibandingkan tahun 2008 dan mencapai kinerja terbaik di periode

akhir tahun 2011.

4.2.3. Ukuran Perusahaan (SIZE)

Size perusahaan adalah ukuran yang menunjukkan besar kecilnya suatu

perusahaan. Pada penelitian ini size perusahaan diukur dari total asset yang

dimiliki perusahaan. Data total asset dari sampel perusahaan memiliki variasi

yang sangat besar (standar deviasi yang tinggi), sehingga sebagaimana pada

penelitian terdahulu, variabel ukuran perusahaan diukur dengan natural logarithm

of total asset.

Pada tabel diketahui nilai rata-rata Ln size perusahaan sebesar 29,04

dengan standar deviasi sebesar 1,54. Ln size perusahaan terendah sebesar 24,75

dimiliki oleh PT Garda Tujuh Buana Tbk pada tahun 2008 sedangkan Ln size

tertinggi sebesar 32,66 dimiliki PT Astra International Tbk pada tahun 2011.

Variabel ukuran perusahaan (SIZE) diketahui secara rata-rata terdapat

kenaikan dari tahun 2008 hingga 2011. Pada tahun 2008, nilai rata-rata SIZE

sebesar 28,79, tahun 2009 nilai rata-rata SIZE sebesar 28,97, tahun 2010 nilai

rata-rata SIZE sebesar 29,10, dan tahun 2011 nilai rata-rata SIZE naik menjadi

29,31.

Page 6: bab 4 diperbaiki interpretasinyA MA REVISI.doc

75

Hasil deskripsi untuk variabel ukuran perusahaan (SIZE) diketahui secara

rata-rata terdapat kenaikan nilai dari tahun 2008 hingga 2011. Hasil ini

menunjukkan bahwa ukuran perusahaan yang menjadi sampel penelitian terus

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Nilai standart deviasi yang lebih baik

dari tahun ke tahun yang ditunjukkan oleh nilai yang masih lebih kecil

dibandingkan nilai rata-rata mengindikasikan ukuran perusahaan yang menjadi

sampel dalam penelitian relatif sama.

Ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset menunjukkan

peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini akan memungkinkan perusahaan untuk

memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja

keuangannya untuk periode berikutnya jika perusahaan bisa mengelola aset yang

dimiliki secara efektif dan efisien.

4.2.4. Resiko Keuangan (RISK)

Resiko perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan nilai leverage

perusahaan, yaitu membandingkan hutang dengan ekuitas perusahaan. Tingkat

resiko yang dimiliki oleh perusahaan pada suatu waktu dapat mempengaruhi

profitabilitas perusahaan.

Pada tabel diketahui nilai rata-rata RISK perusahaan sebesar 1,153 dengan

standar deviasi sebesar 1,017. Nilai RISK terendah sebesar 0,10 dimiliki oleh PT

Mandom Indonesia Tbk pada tahun 2011, sedangkan nilai RISK tertinggi sebesar

6,720 dimiliki oleh PT Harum Energy Tbk pada tahun 2008.

Variabel resiko keuangan (RISK) diketahui secara rata-rata terdapat

penurunan dari tahun 2008 hingga 2010. Pada tahun 2008, nilai rata-rata RISK

Page 7: bab 4 diperbaiki interpretasinyA MA REVISI.doc

76

sebesar 1,429, tahun 2009 nilai rata-rata RISK sebesar 1,076, tahun 2010 nilai

rata-rata RISK sebesar 1,009, dan tahun 2011 nilai rata-rata RISK naik menjadi

1,106.

Hasil deskripsi untuk variabel resiko keuangan (RISK) diketahui secara

rata-rata terdapat penurunan nilai dari tahun 2008 hingga 2011. Hasil ini

menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi sampel penelitian berusaha untuk

memperkecil resiko bagi pemegang saham biasa yang merupakan akibat dari

aktivitas hutang dari tahun ke tahun. Adanya penurunan tingkat resiko keuangan

dari perusahaan dipandang baik oleh investor. Nilai standart deviasi yang masih

lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata mengindikasikan sebagian besar

perusahaan selama periode tahun 2008 hingga 2011 telah berusaha mengurangi

resiko tambahan untuk pemegang saham.

4.3. Analisis Model dan Pengujian Hipotesis

Pada bagian berikut akan dijelaskan mengenai analisis model yang

digunakan serta pengujian hipotesis. Analisis model pada penelitian ini adalah

regresi linier berganda. Pengujian asumsi klasik harus dilakukan terlebih dahulu

sebelum melakukan regresi. Uji asumsi klasik yang dilakukan antara lain, uji

normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

4.3.1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum model regresi dianalisis, uji asumsi klasik harus dilakukan

terlebih dahulu. Model persamaan regresi linier berganda harus bersifat BLUE

(Best Linear Unbiased Estimation), artinya model regresi tersebut menghasilkan

estimator linier yang tidak bias. Analisis regresi dapat dinyatakan sempurna

Page 8: bab 4 diperbaiki interpretasinyA MA REVISI.doc

77

apabila telah lolos uji asumsi klasik, yaitu normalitas, multikolinieritas,

autokorelasi dan heterokedastisitas. Dengan demikian model regresi yang

diestimasi dapat memberikan hasil pendugaan pengaruh yang baik. Berikut adalah

hasil uji asumsi klasik model regresi terhadap Return On Asset (ROA) dan Return

On Equity (ROE).

4.3.1.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Berikut ini adalah

pengujian normalitas dengan normal probability plot:

Gambar 4.1

Normal Probability Plot ROA

1.00.80.60.40.20.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Expected C

um

Prob Dependent Variable: ROA

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dari hasil grafik normal probability plot untuk model regresi terhadap

ROA diketahui bahwa plot dari nilai residual sudah menyebar di sekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa

normalitas pada nilai residual untuk dua model regresi telah terpenuhi. Hasil uji

Page 9: bab 4 diperbaiki interpretasinyA MA REVISI.doc

78

normal probability plot dapat diperkuat dengan menggunakan uji one sample

Kolmogorov-Smirnov sebagai berikut:

Tabel 4.3

Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov

Residual Nilai K-S Z Sig Keterangan

Model ROA 0,995 0,275 Normal

Sumber: Lampiran

Hasil uji normalitas dengan uji one sample Kolmogorov-Smirnov

menghasilkan nilai signifikansi masing-masing sebesar 0,275 untuk residual

model regresi ROA. Dari hasil tersebut maka disimpulkan bahwa residual model

regresi sudah menyebar menurut sebaran normal karena nilai signifikansi sudah

lebih besar dari 0,05 dan model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.

4.3.1.2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

terdiri lebih dari satu variabel bebas mensyaratkan diantara variael bebas tersebut

tidak boleh memiliki hubungan atau keterkaitan satu dengan yang lainnya (non

multikolinieritas).

Gejala multikolinearitas yang cukup tinggi menyebabkan standard error

dari koefisien regresi masing-masing variabel bebas menjadi sangat tinggi.

Berikut ini uji asumsi non multikolinieritas menggunakan nilai VIF dan tolerance:

Page 10: bab 4 diperbaiki interpretasinyA MA REVISI.doc

79

Tabel 4.4

Uji Multikolinieritas

Variabel

Return On Asset

Tolerance VIF

CSRI 0,537 1,864

SIZE 0,628 1,593

RISK 0,920 1,087

TYPE 0,831 1,203

Sumber: Lampiran

Berdasarkan pada tabel diketahui bahwa nilai VIF untuk variabel bebas

dan tiga variabel kontrol lainnya lebih kecil dari 10, begitu juga untuk nilai

tolerance yang lebih besar dari 0.10. Hasil ini menunjukkan bahwa dua model

regresi telah memenuhi asumsi non multikolinieritas.

4.3.1.3. Uji Heteroskedastisitas

Asumsi non heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat kesamaan ragam

dari nilai residual hasil estimasi model regresi. Semakin sama ragam nilai residual

maka model regresi yang dihasilkan semakin baik. Pendeteksian asumsi non

heteroskedastisitas digunakan metode scatter plot. Berikut adalah grafik scatter

plot :

Page 11: bab 4 diperbaiki interpretasinyA MA REVISI.doc

80

Gambar 4.2

Scatter Plot ROA

210-1-2-3-4-5

Regression Standardized Predicted Value

4

3

2

1

0

-1

-2

-3

Regre

ssio

n S

tudentized R

esid

ual

Dependent Variable: ROA

Scatterplot

Dari hasil grafik scatter plot diketahui bahwa plot dari nilai residual dari

hasil model regresi terhadap ROA dan ROE menyebar tidak beraturan atau tidak

membentuk pola tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa asumsi non

heteroskedastisitas pada nilai residual model regresi telah terpenuhi.

4.3.1.4. Uji Autokorelasi

Selain harus menyebar normal residual, model regresi harus independen

antara satu observasi dan observasi yang lainnya (non autokorelasi), artinya antara

residual tidak boleh saling berkaitan atau berhubungan. Pendeteksian asumsi non

autokorelasi menggunakan test Durbin-Watson.

Tabel 4.5

Uji Non Autokorelasi

Model Batas Bawah Durbin-Watson Batas Atas

Return On Asset

(ROA)-2 1,981 +2

Sumber: Lampiran

Page 12: bab 4 diperbaiki interpretasinyA MA REVISI.doc

81

Berdasarkan pada tabel diketahui bahwa nilai Durbin-Watson untuk model

regresi ROA adalah sebesar 1,981 dan berada di rentang batas bawah -2 sampai

dengan batas atas +2. Hasil ini menunjukkan bahwa model regresi ROA telah

memenuhi asumsi non autokorelasi.

4.3.2. Model Regresi Linier Berganda

Berikut ini adalah hasil pendugaan dari model regresi ordinary least

square antara variabel Corporate Social Responsibility Index (CSRI) terhadap

Return On Asset (ROA) dengan menggunakan variabel kontrol ukuran perusahaan

(SIZE), financial risk (RISK) dan tipe perusahaan (TYPE):

Tabel 4.6

Hasil Estimasi Model Regresi Linier Berganda

Variabel

Bebas

Variabel Dependen

Return On Assets (ROA)

Koefisien t hitung Sig. t

Konstanta -0,288

CSRI 0,085 1,699 0,091

SIZE 0,013 3,235 0,001

RISK -0,032 -6,345 0,000

TYPE 0,018 1,610 0,109

R = 0,538

R2 = 0,289

F = 18,911

Sig. F = 0,000

Sumber: Lampiran

Page 13: bab 4 diperbaiki interpretasinyA MA REVISI.doc

82

Nilai-nilai koefisien regresi untuk model Return On Assets (ROA) pada

tabel di atas dapat ditulis ke dalam persamaan model sebagai berikut:

ROA = -0,288 + 0,085 CSRI + 0,013 SIZE – 0,032 RISK + 0,018 TYPE

Persamaan model regresi linier berganda di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. ROA: Nilai konstanta sebesar -0,288, berarti apabila CSRI, SIZE, RISK,

dan TYPE konstan atau tidak berubah, maka diprediksi ROA akan

mengalami penurunan sebesar -0,288.

2. ROA: Nilai koefisien regresi variabel CSRI terhadap ROA bernilai 0,085

menunjukkan jika CSRI meningkat sebesar satu persen, maka besarnya

ROA akan mengalami peningkatan sebesar 0,085 persen dengan asumsi

SIZE dan RISK tidak berubah.

3. ROA: Nilai koefisien regresi variabel kontrol SIZE terhadap ROA bernilai

0,013 menunjukkan jika ukuran perusahaan mengalami peningkatan satu

satuan, maka besarnya rasio return on assets akan mengalami peningkatan

sebesar 0,013 persen dengan asumsi CSRI dan RISK tidak berubah.

4. ROA: Nilai koefisien regresi variabel kontrol RISK terhadap ROA

bernilai 0,032 menunjukkan jika financial risk meningkat sebesar satu

persen, maka besarnya rasio return on assets akan mengalami penurunan

sebesar 0,032 persen dengan asumsi CSRI dan SIZE tidak berubah.

5. ROA: Nilai koefisien regresi TYPE terhadap ROA bernilai 0,018

menunjukkan bahwa rasio ROA pada perusahaan manufaktur lebih tinggi

dibandingkan rasio ROA yang ada pada perusahaan pertambangan.

Page 14: bab 4 diperbaiki interpretasinyA MA REVISI.doc

83

4.3.3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh

masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen menggunakan

uji t. Berdasarkan ringkasan hasil uji t untuk model regresi pengaruh variabel

indeks Corporate Social Responsibility terhadap Return on Asset dihasilkan nilai t

hitung 1,699 dengan signifikansi uji yang bernilai 0,091. Nilai signifikansi

tersebut lebih dari 0,05 (α = 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa besarnya indeks

Corporate Social Responsibility sebuah perusahaan tidak memiliki pengaruh

terhadap Return on Asset.

Hasil uji t untuk model regresi pengaruh variabel kontrol ukuran

perusahaan terhadap Return on Asset dihasilkan nilai t hitung 3,235 dengan

signifikansi uji yang bernilai 0,001. Nilai signifikansi tersebut kurang dari 0,05 (α

= 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa besarnya ukuran perusahaan memiliki

pengaruh signifikan terhadap Return on Asset.

Hasil uji t untuk model regresi pengaruh variabel kontrol financial risk

terhadap Return on Asset dihasilkan nilai t hitung -6,345 dengan signifikansi uji

yang bernilai 0,000. Nilai signifikansi tersebut kurang dari 0,05 (α = 0,05). Hasil

ini menunjukkan bahwa financial risk memiliki pengaruh signifikan terhadap

Return on Asset.

Hasil uji t untuk model regresi pengaruh variabel kontrol tipe perusahaan

terhadap Return on Asset dihasilkan nilai t hitung 1,610 dengan signifikansi uji

yang bernilai 0,109. Nilai signifikansi tersebut lebih dari 0,05 (α = 0,05). Hasil ini

Page 15: bab 4 diperbaiki interpretasinyA MA REVISI.doc

84

menunjukkan bahwa tipe perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap besarnya

Return on Asset.

4.3.4. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi adalah ukuran seberapa besar variabel-variabel

independen dan kontrol mampu mempengaruhi keragaman dari variabel dependen

atau sebagai ukuran Goodnees of Fit model. Besar kecilnya pengaruh tersebut

dapat dilihat dari nilai R-Square yang dihasilkan dari model regresi. Berdasarkan

hasil pemodelan regresi terhadap ROA didapatkan nilai R-Square sebesar 0.289.

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel bebas indeks Corporate Social

Responsibility dan variabel kontrol ukuran perusahaan, resiko keuangan, dan tipe

perusahaan mampu menjelaskan perubahan atau keragaman pada nilai return on

assets sebesar 28,9%. Sementara sisanya 71,1% dipengaruhi oleh variabel-

variabel lain yang tidak dipergunakan di dalam model.

4.4. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel Corporate

Social Responsibility terhadap ROA sebagai proksi kinerja keuangan. Variabel

ukuran perusahaan, resiko keuangan, dan tipe perusahaan menjadi variabel kontrol

dalam penelitian.

Berdasarkan hasil analisis regresi, variabel Corporate Social

Responsibility tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yang

diukur dengan ROA. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas CSR perusahaan

belum dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja keuangan atau ROA

perusahaan.

Page 16: bab 4 diperbaiki interpretasinyA MA REVISI.doc

85

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Mc Guire et al (1988) bahwa tanggung jawab sosial yang dilakukan

perusahaan dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja keuangan dan memiliki

hubungan yang positif. Aktivitas CSR yang diterapkan oleh perusahaan jika

dilaksanakan secara berkesinambungan dan memberikan perhatian kepada seluruh

stakeholder perusahaan, maka dalam jangka panjang perusahaan akan

memperoleh keuntungan pertumbuhan kinerja yang diinginkan. Jika hanya

berharap dengan melaksanakan kegiatan CSR dalam jangka pendek akan sulit

bagi perusahaan untuk mengetahui pengaruh dari CSR dan merasakan

manfaatnya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fauzi, et al (2007) yang

meneliti hubungan corporate social performance dan corporate financial

performance pada perusahaan manufaktur dan non-manufaktur dan menggunakan

variabel ROA dan ROE, seperti penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh

Waddock dan Graves (1997) sebagai proksi kinerja keuangan. Hasil penelitian

tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Analisis lebih jauh dengan

menggunakan slack resource theory menunjukkan ukuran perusahaan positif

signifikan mempengaruhi hubungan CSP dengan CFP.

Hasil penelitian Fauzi et al. (2007) lainnya juga menemukan bahwa tidak

terdapat hubungan antara CSR dan financial performance berdasarkan slack

resources theory maupun good management theory, akan tetapi ukuran

perusahaan memoderasi hubungan antara CSR dan financial performance

berdasarkan slack resources theory.

Page 17: bab 4 diperbaiki interpretasinyA MA REVISI.doc

86

Di antara negara-negara di Asia lainnya, penetrasi aktivitas CSR di

Indonesia terbilang rendah. Pada tahun 2005, hanya ada 27 perusahaan yang

memberikan laporan mengenai aktivitas CSR yang dilaksanakannya. Pada periode

sebelum tahun 2007, pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) masih

bersifat sukarela. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia pada tahun 2007

mengeluarkan Undang-undang tentang Perseroan Terbatas Nomer 40 tahun 2007

pasal 74, Kewajiban melaksanakan CSR juga diberlakukan bagi perusahaan yang

melakukan penanaman modal di Indonesia sebagaimana diatur di dalam Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Pasal 17.

Sejak diterapkan undang-undang tersebut, maka satu persatu perusahaan

perseroan terbatas di Indonesia mulai menerapkan dan mengungkapkan aktivitas

tanggung jawab sosialnya dalam laporan tahunan keuangan perusahaan,

khususnya perusahaan yang usahanya berkaitan dengan sumber daya alam.

Sayangnya, masih ada perusahaan yang berpendapat bahwa CSR merupakan

bagian dari biaya yang memaksa perusahaan untuk menganggarkan dana lebih

atau sebagai tindakan reaktif untuk mengantisipasi penolakan masyarakat dan

menghindari gejolak atas aktivitas perusahaan. Beberapa perusahaan yang berhasil

mengintegrasikan kegiatan CSR ke dalam aktivitas perusahaan memperoleh

manfaat dalam bentuk brand building dan meningkatnya corporate image.

Kegiatan CSR perusahaan dari 2008 hingga 2011 mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun jika ditinjau dari analisis deskriptif, tetapi pengaruh CSR

perusahaan belum mampu meningkatkan kinerja perusahaan atau ROA. Hal

tersebut bisa dianalisa lebih lanjut bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia

Page 18: bab 4 diperbaiki interpretasinyA MA REVISI.doc

87

masih belum mampu mengemas aktivitas CSR maupun melakukan aktivitas CSR

dengan efektif dan efisien.

Perusahaan hendaknya perlu melakukan strategi brand image dalam

mengemas CSR, sehingga perusahaan akan lebih dikenal dan diakui sebagai

perusahaan yang peduli terhadap lingkungan dan manusia. Jika perusahaan hanya

melakukan CSR dan kurang bisa menampilkannya pada masyarakat selaku

konsumen, maka bisa dikatakan aktivitas CSR perusahaan terbilang kurang

efektif. Masyarakat sebagai konsumen dari produk perusahaan, lebih cenderung

memilih produk perusahaan yang mencintai lingkungan dan bertanggung jawab

pada setiap stakeholder-nya. Seringkali kita mengetahui ketika perusahaan

melakukan tindakan yang melanggar hukum atau merusak lingkungan maka

masyarakat sebagai konsumen enggan untuk membeli atau bahkan melakukan

boikot terhadap produk perusahaan tersebut.

Variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan dan arah

hubungan yang positif terhadap ROA. Hal ini berarti semakin besar ukuran

perusahaan dilihat dari total aset dimiliki oleh perusahaan, maka akan semakin

besar pula tingkat profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian Fauzi et al (2007) bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh

terhadap hubungan CSR dan financial performance. Dengan adanya aset-aset

yang produktif, perusahaan mampu melakukan aktivitas produksi untuk mencapai

skala yang lebih besar dan memenuhi lebih banyak permintaan konsumen yang

menjadi sasaran produknya. Tentu saja pencapaian tersebut diiringi dengan

strategi manajemen yang tepat, sehingga pertumbuhan perusahaan dilihat dari

Page 19: bab 4 diperbaiki interpretasinyA MA REVISI.doc

88

meningkatnya total aset yang dimiliki juga diiringi dengan peningkatan penjualan

dan laba perusahaan.

Variabel independen resiko keuangan memiliki arah hubungan yang

negatif dan pengaruh yang signifikan terhadap ROA dan pengaruh yang tidak

signifikan pada ROE. Resiko keuangan dalam penelitian ini diukur dengan nilai

leverage, yaitu membandingkan membandingkan hutang dengan ekuitas

perusahaan.

Hal ini berarti semakin tinggi resiko keuangan yang dimiliki oleh

perusahaan maka tingkat profitabilitas perusahaan akan semakin kecil. Hal ini

pada dasarnya tidak sesuai dengan teori yang berlaku, high risk high return.

Ketidaksesuaian teori ini bisa disebabkan oleh beban biaya bunga yang harus

dibayar perusahaan lebih besar daripada tingkat pengembalian yang diterima oleh

perusahaan dari hasil investasi, yang berakibat profitabilitas perusahaan semakin

menurun.

Selain itu, pengaruh krisis global yang dimulai dari Amerika akibat

kegagalan pembayaran kredit perumahan (subprime mortgage default) berdampak

pada negara-negara di Eropa dan Asia menyebabkan banyak perusahaan keuangan

dan non keuangan mengalami kerugian bahkan kebangkrutan. Posisi krisis ini

juga menempatkan perusahaan-perusahaan di Indonesia mengalami dampak

buruk, di antaranya penurunan penjualan atau permintaan produk, kesulitan

pembayaran atau pelunasan hutang, dan yang terparah kerugian atau bangkrutnya

perusahaan.

Page 20: bab 4 diperbaiki interpretasinyA MA REVISI.doc

89

Krisis global tersebut menyebabkan perusahaan manufaktur dan

pertambangan mengalami dampak terhadap penjualan produk. Bagi perusahaan

pertambangan, adanya krisis global di Eropa, Amerika, dan Asia menyebabkan

penurunan penjualan produknya berupa bahan mentah atau sumber daya alam.

Penurunan tersebut disebabkan karena terjadinya penurunan permintaan global

yang disebabkan lesunya permintaan pasar. Penurunan permintaan pasar

menyebabkan penurunan permintaan industri global akan bahan mentah, seperti

batu bara, timah, minyak bumi, dsb yang akan digunakan kembali untuk proses

produksi. Adanya penurunan permintaan industri global menyebabkan penurunan

penjualan produk perusahaan pertambangan.

Bagi perusahaan manufaktur, terjadinya krisis global turut mempengaruhi

besar penjualan produk dan permintaan pasar. Akan tetapi pengaruhnya lebih

kecil dibanding perusahaan tambang. Hal ini disebabkan perusahaan manufaktur

memiliki konsumen dalam negeri (lokal) yang dominan dibanding global

sehingga dampak krisis global kurang berpengaruh. Pasar Indonesia pada saat

krisis bisa dikatakan tidak terlalu rapuh karena kuatnya permintaan akan produk

dalam negeri sendiri dibanding permintaan untuk ekspor.

Variabel yang terakhir, yaitu tipe industri menjelaskan bahwa rasio ROA

pada perusahaan manufaktur lebih tinggi dibandingkan ROA pada perusahaan

pertambangan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan manufaktur

selama periode penelitian lebih baik bila dibandingkan dengan kinerja

pertambangan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya mengenai pengaruh krisis

global terhadap perusahaan manufaktur dan pertambangan, maka bisa dijelaskan

Page 21: bab 4 diperbaiki interpretasinyA MA REVISI.doc

90

bahwa kinerja manufaktur lebih baik karena disokong oleh permintaan produk

dalam negeri sendiri, sedangkan pertambangan lebih terpengaruh oleh krisis

global yang menyebabkan penurunan permintaan dan penurunan nilai produk

tersebut.