bab 4 gambaran umum kabupaten bandung barat · bab 4 gambaran umum kabupaten bandung barat 4.1...
TRANSCRIPT
BAB 4
GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANDUNG BARAT
4.1 Administrasi
Kabupaten Bandung Barat adalah daerah ke-26 Provinsi Jawa Barat yang
terdiri dari 15 kecamatan dengan 165 desa. Ibukota Kabupaten Bandung berada di
Kecamatan Ngamprah. Dilihat dari sisi banyaknya desa, Kecamatan Lembang
mempunyai jumlah desa terbanyak (16), adapun Kecamatan Parongpong dengan
jumlah desa tersedikit (7). Secara geografis Kabupaten Bandung Barat terletak
diantara 107° 1,10' sampai dengan 107° 4,40' Bujur Timur dan 6° 3,73 sampai
dengan 7o 1,031 Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Bandung Barat
adalah sekitar 130.577 Ha (Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007).
Kecamatan terluas di kabupaten ini adalah Kecamatan Gununghalu dengan luas
16.079,62 Ha (12,29 %) dan Kecamatan Ngamprah dengan luas 3.608,58 Ha
(2,76 %). Luas kecamatan dan jumlah desa di Kabupaten Bandung Barat tertera
pada Tabel 9 berikut ini
Tabel 9 Administrasi Kabupaten Bandung Barat
Kecamatan Luas Jumlah Desa Ha % Cililin 8.154,52 6,23 11 Cihampelas 4.662,71 3,57 10 Sindangkerta 12.034,79 9,20 11 Gununghalu 16.079,62 12,29 9 Rongga 11.312,00 8,65 8 Cipongkor 7.614,65 5,82 14 Batujajar 8.368,39 6,40 13 Lembang 9.826,54 7,44 16 Parongpong 4.339,38 3,45 7 Cisarua 5.536,41 4,24 8 Ngamprah 3.608,58 2,76 11 Padalarang 5.157,63 3,94 10 Cipatat 12.549,69 9,59 12 Cipeundeuy 10.124,66 7,74 12 Cikalongwetan 11.207,81 8,68 13 Total 130.577,40 100,00 165
Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007
55
Adapun batas wilayah Kabupaten Bandung Barat adalah sebagai berikut:
Utara : Kecamatan Cikalong Kulon (Kabupaten Cianjur); Kecamatan
Maniis, Kecamatan Darangdan, Kecamatan Bojong, Kecamatan
Wanayasa (Kabupaten Purwakarta); Kecamatan
Sagalaherang, Kecamatan Jalancagak, Kecamatan Cisalak
(Kabupaten Subang)
Timur : Kecamatan Cilengkrang, Kecamatan Cimenyan, Kecamatan
Margaasih, Kecamatan Soreang (Kabupaten Bandung); Kecamatan
Cidadap, Kecamatan Sukasari (Kota Bandung); Kecamatan Cimahi
Utara, Kecamatan Tengah, dan Kecamatan Cimahi Selatan (Kota
Cimahi)
Selatan : Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali (Kabupaten
Bandung); Kecamatan Pagelaran (Kabupaten Cianjur)
Barat : Kecamatan Campaka, Kecamatan Cibeber, Kecamatan
Bojongpicung, Kecamatan Ciranjang dan Kecamatan Mande
(Kabupaten Cianjur)
Secara detail, visualisasi Kabupaten Bandung Barat dapat dilihat pada
Gambar 4 dibawah ini.
4.2 Fisik Dasar Wilayah
4.2.1 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Bandung Barat dikelompokkan
berdasarkan fungsinya, yaitu: kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan
lindung meliputi luas 48.339,4 Ha atau 36,9 % sedangkan kawasan budidaya
pertanian 68.271,89 Ha atau 52,19 % dan kawasan budidaya non pertanian
12.536,45 Ha atau 9,58% dan lainnya 1.759,29 Ha atau 1,34%.
Berdasarkan data perkembangan guna lahan di Kabupaten Bandung Barat
dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007, dapat dilihat perkembangan luas
lahan dari setiap kawasan telah terjadi konversi kawasan lindung menjadi
budidaya baik perdesaan maupun perkotaan.
56
57
Tabel 10 Data Perbandingan Penggunaan Lahan Tahun 2004-2007
No JENIS GUNA LAHAN
2004 2007
Total Luas (Ha)
Persentase (%)
Total Luas (Ha)
Persentase (%)
A KAWASAN LINDUNG
1 kawasan lindung 48,339.40 36.95 19,171.04 14.65
JUMLAH A 48,339.40 36.95 19,171.04 14.65
B KAWASAN BUDIDAYA
1 Kebun Campur
a. kebun campur 13,622.62 10.41 8,758.76 6.70
b. Perkebunan 13,453.61 10.28 9,562.95 7.31
c. Sawah 22,101.56 16.89 16,309.44 12.47
d. Sawah Tadah Hujan 60.66 0.05 19,342.69 14.79
e. Tegal/Ladang 19,003.55 14.53 24,472.31 18.71
JUMLAH B1 68,271.89 52.19 78,446.16 59.96
2 Budidaya Non Pertanian
a. Bandara 4.85 0.00 4.85 0.00
b. Industri 465.86 0.36 2,270.73 1.74
c. Institusi/fasum 258.73 0.20 247.09 0.19
d. Jalan 1,965.69 1.50 2,000.00 1.53
e. Jalan Kereta Api 47.79 0.04 52.76 0.04
f. Lapangan Golf
g. Pasar / Pertokoan 7.86 0.01 776.79 0.59
h. Perumahan 9,281.11 7.09 20,260.16 15.49
i. Stadion/ Lapangan 51.48 0.04 50.02 0.04
j. Taman 20.66 0.02 35.11 0.03
k. Tambang 432.12 0.33 114.31 0.09
JUMLAH B2 12,536.45 9.58 25,812.82 19.73
JUMLAH B 80,807.44 61.77 104,256.98 79.69
C LAINNYA
1 Tanah Kosong 1,109.71 0.85 3,702.29 2.83
2 Rumput 107.65 0.08 3,689.94 2.82
3 Awan dan Bayangan 536.93 0.41
JUMLAH C 1,754.29 1.34 7,391.54 5.65
JUMLAH TOTAL A,B,C 130,821.73 100.00 130,821.73 100.00 Sumber: RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029
Pada tahun 2004, kawasan lindung di Kabupaten Bandung Barat mencapai
48.339,40 ha atau mencapai 36,95% dari luas keseluruhan Kabupaten Bandung
Barat. Namun Pada tahun 2007 sudah mengalami penurunan dan hanya tertinggal
sebanyak 19.171,04 ha atau 14,65%.
Kawasan budidaya pertaniaan di Kabupaten Bandung Barat pada tahun
2004 seluas 68.271,89 ha atau sekitar 52,19% dari luas Kabupaten Bandung
58
Barat. Namun pada tahun 2007 sudah sudah mencapai 78.446,16 ha atau sekitar
59,96% dari total keseluruhan Kabupaten Bandung Barat atau naik sekitar
10.174,27 ha.
Kawasan terbangun di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2004 seluas
12.536,45 ha atau sekitar 9,58% dari luas Kabupaten Bandung Barat. Namun
pada tahun 2007 sudah mencapai 25.812,82 ha atau sekitar 19,73% dari total
keseluruhan Kabupaten Bandung Barat atau naik sekitar 13.276,372.
Sedangkan untuk kawasan industri di Kabupaten Bandung Barat pada
umumnya terjadi permintaan akan lahan. Permintaan akan perubahan fungsi lahan
untuk kawasan industri pada umumnya terjadi pada Kecamatan Padalarang,
Batujajar dan Cipatat. Keseluruhan kawasan industri di Kabupaten Bandung Barat
pada tahun 2007 berjumlah sebesar 2270,73 ha atau sebanyak 1,74% dari luas
total Kabupaten Bandung Barat.
4.2.2 Sumber Daya Air
Kabupaten Bandung Barat memiliki ± 90 sungai dengan sungai utamanya
adalah Sungai (1) Citarum, (2) Cimahi, (3) Cibeureum, (4) Citarum Hulu, dan (5)
Cikarial yang melewati Kecamatan (1) Cipongkor, (2) Cililin, (3) Cihampelas,
dan (4) Batujajar.
Seluruh Wilayah Kabupaten Bandung Barat merupakan Daerah Aliran
Sungai (DAS) Citarum. Luas daerah tangkapan DAS Citarum ± 268.130 ha.
Selain itu, di Kabupaten Bandung Barat seperti di Kecamatan Cikalongwetan,
Cipatat, Batujajar, Gununghalu dan Rongga relatif kering dengan debit sungai
rata-rata kurang dari 200 m3/det. Sedangkan di wilayah lainnya debitnya lebih dari
200 m3/det, antara lain kecamatan-kecamatan :
• Cisarua (3 buah sungai, total debit + 418 m3/det)
• Lembang (10 buah sungai, total debit +244 m3/det)
Di Kabupaten Bandung Barat terdapat 2 danau/situ alam dan 2 waduk,
yaitu Situ Lembang dan Situ Ciburuy serta Waduk Saguling dan Cirata yang
merupakan sumber tenaga listrik (PLTA).
59
Situ Ciburuy yang terdapat di Kecamatan Padalarang digunakan untuk
irigasi dengan kapasitas penyimpanan sekitar 4 juta m3. Situ Lembang digunakan
untuk irigasi dan terletak di bagian hulu DAS Cimahi, kapasitanya sebesar 3,7 m3
dengan daerah tangkapan situ tersebut diperkirakan 6,3 km3.
Waduk Saguling terletak di sungai Citarum yang tersebar di beberapa
kecamatan yaitu di Kecamatan Cililin, Batujajar, dan Cipongkor. Waduk tersebut
digunakan untuk PLTA, irigasi dan penyediaan air minum. Kapasitas waduk
direncanakan 1.000 juta m3.
Waduk Cirata terletak ke arah hilir dari Waduk Saguling yang lokasinya
berada di Kecamatan Cipeundeuy, volume direncanakan sekitar 2.000 juta m3,
dengan ketinggian muka air + 220 m/dpl.
Menurut RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029, sumber air bawah
tanah di Wilayah Kabupaten Bandung dibagi ke dalam beberapa zona, yaitu:
1. Zona kritis untuk pengambilan air tanah hanya diperuntukan untuk
keperluan air minum dan rumah tangga dengan pengambilan maksimum
100 m3 per bulan. Penyebaran zona kritis pengambilan air tanah di
Kabupaten Bandung Barat berada di Kecamatan Batujajar.
2. Zona rawan untuk pengambilan air tanah hanya diperuntukan bagi
keperluan air minum dan rumah tangga dengan debit maksimum 100 m3
per bulan. zona rawan untuk pengambilan air tanah penyebarannya ada di
Kecamatan Batujajar. Daerah resapan air tanah penyebarannya ada di
Kecamatan Lembang dan Cisarua.
3. Daerah aman pengambilan air tanah, pengambilan baru diperbolehkan
dengan debit 170 m3 per hari dengan jumlah sumur terbatas. Daerah aman
untuk pengambilan air tanah penyebarannya ada di Kecamatan
Cikalongwetan, Padalarang, Ngamprah, dan Parongpong.
4. Daerah resapan, tidak dikembangkan bagi peruntukan kecuali untuk air
minum dan rumah tangga dengan pengambilan maksimum 100 m3 per
bulan. Daerah resapan ini meliputi Kecamatan Lembang dan Cisarua.
5. Zona bukan cekungan air tanah, produktivitas aquifer rendah sehingga
kurang layak dikembangkan, kecuali aquifer dangkal di daerah lembah
untuk keperluan air minum dan rumah tangga dengan pengambilan
60
maksimal 100 m3 per bulan per sumur zona bukan cekungan air tanah
penyebarannya di Kecamatan Cipeundeuy, Cipatat, Cipongkor, Cililin,
Sindangkerta, Gununghalu, dan Rongga.
Setelah tahun 1970, penambahan jumlah sumur bor di wilayah Cekungan
Bandung meningkat tajam sehingga debit air yang dieksploitasi juga meningkat.
Penurunan muka air tanah statis yang cukup signifikan antara 3,0 m/tahun hingga
18,80 m/th terdapat di Kecamatan Padalarang, Ngamprah, dan Batujajar.
Menurut air tanah dangkal di Cekungan Bandung sebesat 129 juta m3 per
tahun, sedangkan air yang meresap ke dalam tanah sebasar 369 juta m3 per tahun.
Ini berarti potensi air tanah dangkal masih bisa diandalkan. Namun muka air tanah
dangkal ini setiap tahun mengalami penurunan yang perlu diwaspadai, yang
menunjukan pengambilan air tanah dangkal yang tidak merata (Tabel 11).
Tabel 11 Muka Air Tanah di Daerah Padat Industri
No. Kecamatan Muka Air Tanah
Periode Juni – Juli 1997 (m.bmt)
Perubahan Muka Air Tanah (m/tahun)
1 Batujajar 2,50 – 11,98 -0.1 2 Padalarang dan Ngamprah 3,95 – 5,60 -0.17
Sumber : RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029
Penurunan muka air tanah cukup signifikan. Berdasarkan RTRW
Kabupaten Bandung Barat 2009-2029, air yang meresap pada akifer tengah adalah
sebesar 102,0 juta m3/tahun, sedangkan air yang diambil melalui deep well
sebesar 215,0 juta m3/tahun, sehingga muka air tanah tersebut mengalami
penurunan yang cukup signifikan. Pengendalian dan pembatasan pemakaian air
tanah tengah harus sudah dilaksanakan (Tabel 12).
Tabel 12 Muka Air Tanah Akuifer Tengah
No. Wilayah Kecamatan
Muka Air Tanah Perubahan Muka Air
Tanah (m/tahun)
Kondisi Awal (tahun)
Periode
Juni – Juli 1997 1 Batujajar -13.27 (1990) (-46.72) – (-77.96) (-6.63) – (-9.52) 2 Padalarang dan Ngamparah +6.70 (1921) (-2.46) – (-27.08) (-1.76) – (-6.31) 3 Lembang -8 (-19.80) – (-42.30) (-0.28) – (-5.30)
Sumber : RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029
61
Kawasan resapan air di Kabupaten Bandung Barat tersebar di Kecamatan
Parongpong, Cisarua dan Lembang. Berdasarkan hasil RTRW Kabupaten
Bandung Barat 2009-2029, kondisi eksploitasi sumber daya air tanah berlebih di
Kabupaten Bandung pada tahun 2000 dan 2006, beberapa kecamatan telah
mengalami eksploitasi berlebihan di mana tingkat esploitasi air tanah telah
melampaui daya dukung sumber daya air tanah. Dari data tersebut terlihat bahwa
Kecamatan Batujajar dan Ngamprah adalah kecamatan yang eksploitasi air
tanahnya berlebihan. Hal ini terjadi karena di kecamatan tersebut kegiatan industri
banyak terdapat dan sebagian besar menggunakan air tanah dalam proses
produksinya.
Tabel 13 Kecamatan yang Mengalami Eksploitasi Sumber Daya Air Tanah
No Kecamatan Eksploitasi Tahun 2000 Eksploitasi Tahun 2006
1 Padalarang + + 2 Batujajar - - 3 Cipatat + + 4 Ngamprah + - 5 Cililin + + 6 Sindangkerta + + 7 Cipongkor + + 8 Gununghalu + + 9 Cikalong Wetan + +
10 Cipeundeuy + + 11 Lembang + + 12 Cisarua + + 13 Parongpong + +
Sumber: RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029 Keterangan : ( - ) Tingkat eksploitasi air tanah telah melampaui daya dukung sumber daya air tanah atau telah terjadi eksploitasi berlebihan ( + ) Tingkat eksploitasi air tanah belum melampaui daya dukung sumber daya air tanah dan masih mampu mendukung kegiatan
4.3 Perekonomian Daerah
4.3.1 Ekonomi Makro
Kabupaten Bandung Barat merupakan suatu wilayah yang tidak
terpisahkan dari wilayah yang lebih luas yang tentunya juga akan terkait dengan
pembangunan ekonomi wilayah yang lebih luas tersebut. Sebagai bagian Provinsi
Jawa Barat dan Metropolitan Bandung,
62
4.3.1.1 Ekonomi Kabupaten Bandung Barat dalam Lingkup Provinsi Jawa
Barat
PDRB Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2006 sebesar Rp
6.062.007,04 (juta) atau sekitar 2,35 % PDRB Provinsi Jawa Barat. Persentase ini
relatif lebih tinggi dibandingkan beberapa kabupaten yang ada. Kabupaten bekasi
adalah daerah yang mempunyai kontribusi tertinggi (17,22 %) terhadap PDRB
Provinsi Jawa Barat. Tentunya besar kecilnya PDRB sangat tergantung dari luas
wilayah dan aktivitas ekonomi yang berlangsung.
Tabel 14 Kontribusi PDRB Kabupaten Bandung Barat terhadap PDRB Jawa Barat Tahun 2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
No Wilayah PDRB (Juta Rupiah) Kontribusi (%) 1 Kab Bogor 27.166.716,14 10,55 2 Kab Sukabumi 8.025.400,38 3,12 3 Kab Cianjur 7.668.758,79 2,98 4 Kab Bandung 15.996.752,74 6,21 5 Kab Bandung Barat 6.062.007,04 2,35 6 Kab Garut 9.749.337,80 3,79 7 Kab Tasikmalaya 5.131.902,14 1,99 8 Kab Ciamis 6.608.868,88 2,57 9 Kab Kuningan 3.929.205,71 1,53
10 Kab Cirebon 7.220.215,70 2,80 11 Kab Majalengka 4.175.794,59 1,62 12 Kab Sumedang 4.694.276,21 1,82 13 Kab Indramayu 13.241.604,37 5,14 14 Kab Subang 6.794.383,69 2,64 15 Kab Purwakarta 6.584.525,18 2,56 16 Kab Karawang 15.725.217,21 6,11 17 Kab Bekasi 44.358.433,46 17,22 18 Kota Bogor 4.402.803,61 1,71 19 Kota Sukabumi 2.129.548,61 0,83 20 Kota Bandung 23.043.103,77 8,95 21 Kota Cirebon 5.744.267,64 2,23 22 Kota Bekasi 13.073.244,18 5,08 23 Kota Depok 5.686.658,96 2,21 24 Kota Cimahi 5.367.983,87 2,08 25 Kota Tasikmalaya 3.718.498,28 1,44 26 Kota Banjar 1.236.466,17 0,48
Jumlah 257.535.975,14 100,00 Sumber: Jawa Barat dalam Angka, 2007
4.3.1.2 Ekonomi Kabupaten Bandung Barat dalam Lingkup Metropolitan
Bandung
Metropolitan Bandung merupakan salah satu metropolitan utama di
Indonesia. Kawasan ini ini meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung,
Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, dan Kota Cimahi. Pada tahun
63
2006, Kabupaten Bandung Barat memberikan kontribuszsi terhadap
perkembangan perekonomian Metropolitan Bandung sebesar 10,99 %.
Tabel 15 Kontribusi PDRB Kabupaten Bandung Barat Terhadap PDRB
Metropolitan Bandung Tahun 2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
No Wilayah PDRB (Juta Rupiah) Kontibusi (%) 1 Kota Bandung 23.043.103,77 41,77 2 Kota Cimahi 5.367.983,87 9,73 3 Kab Bandung 15.996.752,74 29,00 4 Kab Bandung Barat 6.062.007,04 10,99 5 Kab Sumedang 4.694.276,21 8,51
Jumlah 55.164.123,63 100,00 Sumber : Jawa Barat dalam Angka, 2007
4.3.1.3 Ekonomi Kabupaten Bandung Barat dalam Lingkup Internal
PDRB Kabupaten Bandung Barat tentunya dibentuk oleh sektor-sektor
ekonomi yang ada. Dari 9 (sembilan) sektor yang ada, sektor industri pengolahan
mempunyai kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Bandung Barat, yaitu
sebesar Rp 5.110.400,64 (juta) atau 47,10 %. Adapun sektor yang memiliki
kontribusi terendah adalah pertambangan dan penggalian, yaitu sebesar Rp
50.372,04 (juta) atau 0,46 %. Dapat dikatakan secara kasar, jika melihat dari
struktur PDRB-nya, Kabupaten Bandung Barat sangat tergantung secara ekonomi
pada sektor industri pengolahan. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada Tabel
16 di bawah ini.
Tabel 16 Struktur PDRB Kabupaten Bandung Barat Tahun 2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
No Sektor PDRB (juta rupiah) % 1 Pertanian 1,176,470.08 10.842 Pertambangan dan Penggalian 50,372.04 0.463 Industri Pengolahan 5,110,400.64 47.104 Listrik, Gas dan Air Bersih 750,971.05 6.925 Bangunan/Kontruksi 248,035.52 2.296 Perdagangan, Hotel & Restoran 1,965,591.51 18.127 Pengangkutan dan Komunikasi 706,213.57 6.518 Keuangan,Persewaan & Jasa Perusahaan 285,361.53 2.639 Jasa – Jasa 555,600.37 5.12 PDRB 10,849,016.31 100
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, 2007 4.3.1.4 Ekonomi per Kecamatan Kabupaten Bandung Barat
64
Masing-masing kecamatan di Kabupaten Bandung Barat memiliki
karakteristik perekonomian yang berbeda-beda. Ada beberapa kecamatan yang
sangat dominan mendorong perekonomian Kabupaten Bandung Barat (ditandai
dengan PDRB kecamatan yang relatif lebih besar); namun terdapat pula yang
sangat lemah.. Untuk menlihat detail kontribusi PDRB per kecamatan dapat
dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Kontribusi PDRB Tiap Kecamatan Tahun 2006 Berdasarkan Atas Dasar Konstan Tahun 2000
No Kecamatan PDRB (Juta Rupiah) Kontribusi (%) 1 Cililin 247.308,49 4,08 2 Cihampelas 235.185,16 3,88 3 Sindangkerta 178.292,02 2,94 4 Gununghalu 190.583,56 3,14 5 Rongga 116.950,23 1,93 6 Cipongkor 182.176,81 3,01 7 Batujajar 667.543,31 11,01 8 Lembang 640.123,45 10,56 9 Parongpong 286.573,75 4,73
10 Cisarua 253.999,30 4,19 11 Ngamprah 614.669,29 10,14 12 Padalarang 1.155.938,40 19,07 13 Cipatat 720.205,22 11,88 14 Cipeundeuy 190.291,01 3,14 15 Cikalongwetan 382.167,04 6,30
Jumlah 6.062.007,04 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Bandung, 2007
Dari Tabel 17 di atas dapat dijelaskan bahwa Kecamatan Padalarang
mempunyai kontribusi PDRB terbesar, yaitu Rp 1.155.938,40 (juta) atau 19,07 %.
Kecamatan lainnya yang mempunyai kontribusi relatif besar adalah: (1) Cipatat,
(2) Batujajar, (3) Lembang, (4) Ngamprah. Adapun kecamatan yang mempunyai
PDRB relatif rendah adalah: (1) Rongga, (2) Sindangkerta, (3) Cipongkor, (4)
Gununghalu, (5) Cipeundeuy.
4.3.1.5 Produk Domestik Regional Bruto per Kapita
65
Pada dasarnya PDRB per kapita atau lebih jamaknya digunakan istilah
pendapatan per kapita adalah rata-rata nilai tambah bruto yang dihasilkan setiap
penduduk. Meskipun seringkali digunakan sebagai indikator kesejahteraan
penduduk, namun komponen ini sebenarnya masih terlalu kasar untuk digunakan
sebagai indikator riil kesejahteraan penduduk.
Besarnya PDRB per kapita bervariasi di tiap kecamatan. PDRB per kapita
berada di Kecamatan Padalarang, yaitu Rp 7.791.967,64 / jiwa. Adapun
kecamatan yang memilki PDRB per kapita paling rendah adalah Kecamatan
Rongga, yaitu Rp 2.093.855,95 / jiwa. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada
Tabel 18 di bawah ini.
Tabel 18 PDRB Per Kapita Kabupaten Bandung Barat Tahun-2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
No Kecamatan PDRB Per Kapita (Rp/Jiwa) 1 Cililin 2.916.648,86 2 Cihampelas 2.408.129,59 3 Sindangkerta 2.832.459,89 4 Gununghalu 2.631.351,96 5 Rongga 2.093.855,95 6 Cipongkor 2.217.341,89 7 Batujajar 6.254.856,55 8 Lembang 3.970.865,98 9 Parongpong 3.387.076,28 10 Cisarua 4.017.514,20 11 Ngamprah 4.617.615,65 12 Padalarang 7.791.967,64 13 Cipatat 6.127.424,49 14 Cipeundeuy 2.464.717,90 15 Cikalongwetan 3.511.790,05
Rata-Rata 4.161.651,37 Sumber: BPS Kabupaten Bandung, 2007, Diolah
4.3.2 Ekonomi Sektoral
4.3.2.1 Industri
Seperti telah dibahas pada sub-bab sebelumnya jika sektor industri
merupakan sektor ekonomi yang dominan di Kabupaten Bandung Barat. Kegiatan
industri hanya memusat di beberapa kecamatan saja. Kawasan industri dan sentra
66
industri hanya terdapat di Kecamatan Padalarang, adapun LIK/PIK juga banyak
terdapat di Kecamatan Padalarang. Jumlah industri besar dan sedang terbanyak
berada di Kecamatan Padalarang. Beberapa jenis industri kecil yang paling
banyak terdapat di Kabupaten Bandung Barat adalah anyaman (1.253 unit) dan
makanan (1.410 unit). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 19 di bawah
ini.
Tabel 19 Pemusatan dan Jumlah Industri
No Kecamatan
Jumlah Industri (unit)
Indu
stri
Bes
ar
Indu
stri
Sed
ang Industri Kecil
Kul
it
Kay
u
Log
am
Any
aman
Ger
abah
Kai
n
Mak
anan
Lain
nya
1 Cililin 0 0 0 4 0 589 0 0 219 0
2 Cihampelas 0 0 0 3 0 24 0 0 24 4
3 Sindangkerta 0 0 0 37 0 67 0 0 235 204
4 Gununghalu 1 0 1 64 0 79 0 0 87 4
5 Rongga 0 0 0 27 0 34 0 0 20 305
6 Cipongkor 0 0 0 35 0 201 0 0 391 0
7 Batujajar 48 9 0 3 0 1 0 0 16 10
8 Lembang 3 14 1 40 0 2 0 36 35 4
9 Parongpong 0 2 0 12 1 2 6 4 20 2
10 Cisarua 0 0 0 3 0 6 0 0 0 0
11 Ngamprah 10 10 0 6 0 38 0 15 133 5
12 Padalarang 108 59 1 5 2 7 5 5 33 0
13 Cipatat 4 10 1 26 1 1 10 0 2 0
14 Cipeundeuy 0 0 0 23 3 157 0 0 65 11
15 Cikalongwetan 2 3 0 23 8 45 0 0 130 17
Total 176 107 4 311 15 1253 21 60 1410 566 Sumber: PODES BPS Pusat, 2006
4.3.2.2 Perdagangan dan Jasa
Sarana perdagangan yang paling banyak terdapat di kabupaten ini adalah
toko kelontong yang berjumlah 12.919 unit dan tersebar di setiap kecamatan.
Toko kelontong banyak terdapat di Kecamatan Lembang dengan jumlah 1.871
unit. Sarana perdagangan dengan jumlah paling sedikit adalah pasar non
permanen dengan jumlah 42 unit dan hanya tersebar di 9 (sembilan) kecamatan.
Tabel 20 Jumlah Sarana Perdagangan No Kecamatan Pasar Non Swalayan Restoran Kedai Toko
67
Permanen Makan Kelontong 1 Cililin 1 2 20 10 975 2 Cihampelas 3 0 16 5 1.001 3 Sindangkerta 4 0 5 18 961 4 Gununghalu 9 1 0 30 989 5 Rongga 8 1 0 100 290 6 Cipongkor 9 3 14 163 1.190 7 Batujajar 0 5 10 248 1.246 8 Lembang 6 19 68 280 1.871 9 Parongpong 0 8 25 82 690
10 Cisarua 0 2 11 375 1.244 11 Ngamprah 1 3 23 112 1.323 12 Padalarang 0 3 41 120 154 13 Cipatat 0 3 12 167 415 14 Cipeundeuy 0 2 26 368 412 15 Cikalongwetan 1 2 26 390 158
Jumlah 42 54 297 2.466 12.919 Sumber : Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 PODES. 2006
Sarana jasa yang paling banyak ditemukan di Kabupaten Bandung Barat
adalah koperasi dengan jumlah keseluruhan 157 unit yang tersebar di seluruh
kecamatan Kabupaten Bandung Barat. Kecamatan Sindangkerta dan Rongga
merupakan kecamatan yang hanya memiliki 1 (satu) jenis sarana jasa yaitu
koperasi.
Tabel 21 Jumlah Sarana Jasa No Kecamatan Hotel Penginapan Bank Umum Koperasi BPR
1 Cililin 0 0 1 12 1 2 Cihampelas 0 0 1 3 0 3 Sindangkerta 0 0 0 20 0 4 Gununghalu 0 0 2 15 1 5 Rongga 0 0 0 5 0 6 Cipongkor 0 0 2 16 0 7 Batujajar 52 11 0 5 3 8 Lembang 13 20 7 15 4 9 Parongpong 0 1 1 9 1
10 Cisarua 0 1 1 16 0 11 Ngamprah 0 1 8 13 1 12 Padalarang 0 1 1 11 2 13 Cipatat 0 0 1 12 1 14 Cipeundeuy 0 0 1 4 1 15 Cikalongwetan 0 0 1 5 1
Jumlah 65 64 35 25 157 Sumber : Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 PODES. 2006 4.3.2.3 Pertanian
68
Sektor pertanian akan dibagi dalam beberapa sub-sektor, yaitu: (1)
tanaman pangan, (2) perkebunan, (3) peternakan, (4) perikanan, (5) kehutanan.
A. Tanaman Pangan
Padi dan Palawija
Tanaman padi dan palawija ini terdiri dari padi sawah, padi ladang,
jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, kecang hijau, kacang tanah dan kacang
merah. Komoditas padi merupakan komoditas produksi padi dan palawija yang
paling besar di Kabupaten Bandung Barat yakni sekitar 197.339 ton. Sedangkan
produksi komoditas kacang hijau merupakan komoditas yang paling kecil yaitu
sebesar 51 ton.
Tabel 22 Produksi Komoditas Padi dan Palawija
No Jenis Tanaman Produksi (ton) 1 Padi Sawah 197.339 2 Padi Ladang 17.886 3 Jagung 24.708 4 Ubi Kayu 81.904 5 Ubi Jalar 11.827 6 Kacang Kedelai 1.137 7 Kacang Hijau 51 8 Kacang Tanah 1.243 9 Kacang Merah 11.827
Jumlah 347.922 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007
Hortikultura
Komoditas pada subsektor hortikultura terdiri dari 16 komoditas, yaitu
bawang daun, bawang merah, bawang putih, kubis, tomat, cabe, kentang, sawi,
kacang panjang, buncis, terung, ketimun, kangkung, bayam, labu siam dan wortel.
Komoditas labu siam merupakan komoditas produksi hortikultura yang paling
besar di Kabupaten Bandung Barat yakni sekitar 668.461 ton. Adapun komoditas
bawang putih sama sekali tidak terdapat di Kabupaten Bandung Barat.
Tabel 23 Produksi Komoditas Hortikultura
69
No Jenis Komoditas Produksi (ton) 1 Bawang Daun 96.735 2 Bawang Merah 5.576 3 Bawang Putih 0 4 Kubis 245.441 5 Tomat 213.998 6 Cabe 144.422 7 Kentang 52.244 8 Sawi 116.383 9 Kacang Panjang 79.318 10 Buncis 166.036 11 Terung 25.476 12 Ketimun 120.988 13 Kangkung 7.528 14 Bayam 22.748 15 Labu Siam 668.461 16 Wortel 20.988
Jumlah 1.986.342 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007
Buah-Buahan
Sub-sektor buah-buahan terdiri dari 15 komoditas dengan buah pisang
sebagai komoditas yang paling besar di Kabupaten Bandung Barat yakni sekitar
359.185 ton, sedangkan produksi komoditas buah manggis merupakan komoditas
yang produksinya paling kecil di yakni sebesar 64 ton.
Tabel 24 Produksi Komoditas Buah-Buahan
No Jenis Komoditas Produksi (ton) 1 Pisang 359.185 2 Pepaya 3.630 3 Rambutan 23.273 4 Alpukat 51.125 5 Durian 7.837 6 Belimbing 1.383 7 Mangga 3.340 8 Jeruk 374 9 Nangka 20.609
10 Manggis 64 11 Nenas 19.166 12 Salak 2.502 13 Sawo 851 14 Sirsak 343 15 Sukun 397
Jumlah 494.079 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007
Tanaman Hias
70
Sub-sektor tanaman hias tediri dari 11 komoditas, yaitu anggrek,
anthurium, gladiul, heliconia, krisan, mawar, melati, palem, sedap malam,
gerbera, anyelir. Tanaman krisan mempunyai produksi terbanyak yaitu 801.800
tangkai.
Tabel 25 Produksi Komoditas Tanaman Hias
No Komoditas Produksi (tangkai) 1 Anggrek 22.752 2 Anthurium 187.900 3 Gladiul 8.838.000 4 Heliconia 124.500 5 Krisan 34.417.800 6 Mawar 7.961.700 7 Melati 2.000 8 Palem 13.650 9 Sedap Malam 6.314.875
10 Gerbera (Hebras) 4.117.520 11 Anyelir 1.133.450
Jumlah 63.134.147 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007
Tanaman Obat-Obatan
Sub-sektor tanaman obat-obatan tediri dari 9 komoditas, yaitu jahe,
lengkuas, kencur, kunyit, lempuyang, temu lawak, keji beling, kapulga,
mengkudu. Tanaman lengkuas mempunyai produksi terbanyak yaitu 5.508.831
kg.
Tabel 26 Produksi Komoditas Tanaman Obat-Obatan
No Komoditas Produksi (kg) 1 Jahe 3,562,750 2 Lengkuas 5,508,831 3 Kencur 298,261 4 Kunyit 1,893,442 5 Lempuyang 70,101 6 Temu Lawak 74,434 7 Keji Beling 91 8 Kapulaga 480 9 Mengkudu 20,038
Jumlah 11,428,428 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007
B. Perkebunan
71
Komoditas sub-sektor perkebunan berjumlah 8 komoditas, yaitu karet,
cacao, aren, kelapa, kopi, teh, cengkeh dan melinjo. Komoditas karet merupakan
komoditas produksi perkebunan yang paling besar di Kabupaten Bandung Barat
yakni sekitar 520.407,53 ton. Sedangkan produksi komoditas cengkeh merupakan
komoditas yang produksinya paling kecil yakni sebesar 66,38 ton.
Tabel 27 Produksi Komoditas Perkebunan
No Jenis Komoditas Produksi (ton) 1 Karet 520.407,53 2 Cacao 374,63 3 Aren 124.850,00 4 Kelapa 797,40 5 Kopi 221,99 6 Teh 145,84 7 Cengkeh 66,38 8 Melinjo 60,39
Jumlah 646.924,16 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007
C. Peternakan
Komoditas sub-sektor peternakan terdiri dari 2 tipe ternak dengan 7
komoditas, yaitu ternak besar (sapi, kerbau, kuda, domba dan kambing) dan
ternak kecil (ayam dan itik). Komoditas ayam merupakan komoditas yang
jumlahnya paling besar yakni sebesar 3.011.097 ekor. Sedangkan kerbau
merupakan komoditas yang jumlahnya paling kecil yakni sebesar 2.764 ekor.
Tabel 28 Produksi Komoditas Peternakan
No Jenis Ternak Besar & Kecil Jumlah (ekor) 1 Sapi 29.393 3 Kerbau 2.764 4 Kuda 2.754 5 Domba 325.202 6 Kambing 30.906 7 Ayam 3.011.097 8 Itik 83.157
Jumlah 3.485.273 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007
D. Perikanan
72
Menurut tempat pemeliharaannya, produksi ikan di Kabupaten Bandung
Barat terdiri dari kolam air tenang, mina padi, kolam jaring apung, dan perairan
umum. Produksi perikanan yang terbesar di Kabupaten Bandung Barat berasal
dari kolam jaring apung yaitu sebesar yaitu sebesar 18.204 ton. Sedangkan
produksi ikan mina padi menghasilkan ikan paling kecil yaitu sebesar 112 ton. Tabel 29 Produksi Komoditas Perikanan
No Tempat Pemeliharaan Produksi (ton) 1 Kolam Air Tenang 464,0 2 Mina Padi 112,0 3 Kolam Jaring Apung 18.204,0 4 Perairan Umum 524,2
Jumlah 19.304,2 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007
E. Kehutanan
Penggunaan lahan kawasan hutan di Kabupaten Bandung sebesar kurang
lebih 26 %. Demikian juga dengan produksi hasil hutan berupa kayu pertukangan,
kayu bakar dan getah pinus, rumput gajah.
Tabel 30 Produksi Hasil Hutan
No Komoditas Produksi Satuan 1 Getah Pinus 91.445 Kg 2 Rumput Gajah 1.981.075 Kg 3 Kayu Pertukangan 57.761.812 Batang 4 Hasil Hutan Lainnya 321.862.332 Batang
Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007
4.3.2.4 Wisata
Objek wisata yang terdapat di Kabupaten Bandung Barat banyak
merupakan jenis wisata alam. Objek wisata yang terdapat di Kabupaten Bandung
Barat ini dibagi menjadi 3 (tiga) zona. yaitu: (1) Bandung Utara. (2) Bandung
Selatan dan (3) Bandung barat. Kecamatan Lembang merupakan kecamatan
dengan objek wisata terbanyak, yaitu 10 obyek wisata. Ada 3 kecamatan di
Kabupaten Bandung Barat yang tidak mempunyai obyek wisata sama sekali, yaitu
Kecamatan Rongga, Cihampelas, dan Batujajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 31 berikut ini.
Tabel 31 Objek Wisata Berdasarkan Zona
73
Zona Lokasi Nama Objek Wisata Bandung Utara Kecamatan Lembang
Gunung Tangkubanparahu Bumi Perkemahan Cikole Penangkapan Buaya Cikole Maribaya Yunghun Situ LembangJaya Giri (Lintas Hutan)-Lembang Situ Umar THR Juanda. Gua Jepang Wisata Ilmiah Observatarium Boscha Curug Omas
Kecamaatn Cisarua Curug Panganten Curug Cimahi
Kecamatan Parongpong Taman Bunga Cihideung Taman Wisata Berkuda
Bandung Selatan Kecamatan Sindangkerta Gunung Padang Bandung Barat Kecamatan Padalarang Situ Ciburuy
Kecamatan Cipatat Gua Pawon Gua Terusan air Sanghiang Tikoro Waduk Saguling Pemandian Air Panas Cisameng Curug Jawa
Kecamatan Ngamprah Air Panas Cibaligo Kecamatan Cikalongwetan Bumi Perkemahan Sela Gombong
Perkebunan Teh Panglejar Kecamatan Cipendeuy Waduk Cirata Kecamatan Cililin Bumi Perkemahan Curug Sawer
Obyek wisata Situs Batu Payung Obyek wisata Situs Mundinglaya
Kecamatan Gununghalu Curug Malela Kecamatan Cipongkor Tiga Walilulloh
Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Bandung Barat. 2006
Aksesibilitas menuju objek wisata bisa dilihat salah satunya dari jarak
tempuh dari pusat kota (Kota Bandung). Setiap objek wisata mempunyai jarak
tempuhnya masing-masing dimana Taman Bunga Cihideung merupakan objek
wisata terdekat dari Kota Bandung dan objek wisata yang berada di Kecamatan
Cipeundeuy mempunyai jarak paling jauh. Jarak tempuh menuju obyek wisata ini
tentunya bisa mempengaruhi orang untuk mengunjungi obyek wisata yang ada.
Namun menurut data yang ada, obyek wisata Gunung Tangkuban Perahu
mempunyai jumlah pengunjung terbanyak meski jaraknya relatif sangat jauh. Hal
ini tentunya berkaitan dengan nilai historis, promosi, fasilitas, dan berbagai hal
yang terkait lainnya sehingga membuat objek wisata menjadi menarik. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 32 dan Tabel 33 berikut ini.
Tabel 32 Nama dan Lokasi Objek Wisata
74
No Kecamatan Jarak dari Pusat Kota (Km) Nama Objek Wisata
1 Lembang 30 Gunung Tangkuban Perahu 2 Lembang 41 Wana wisata Cikole 3 Lembang 45 Jaya giri (lintas Hutan) 4 Lembang 44 Situ Lembang 5 Lembang 26 Maribaya 5 Lembang 20 Teropong Bintang Boscha 6 Lembang 26 Curug Omas 7 Lembang 20 Yunghun 7 Cisarua 18 Curug Panganten 9 Parongpong 17 Taman Bunga Cihideng
10 Sindangkerta 37 Gunung Padang 11 Padalarang 22 Situ Ciburuy 12 Cipatat 28 Goa Pawon 13 Cipatat 28 Air Panas Cisameng 14 Cipatat 28 Saguling 15 Cipatat 28 Curug Bedil 16 Cipatat 45 Sanghilang Tikoro 17 Cipatat 48 Waduk Saguling 18 Ngamprah 20 Air Panas Cibaligo 19 Cikalong Wetan 38 Wana Wisata Sela Gombong 20 Cipeundeuy 49 Waduk Cirata 21 Cililin 30 Bumi Perkemahan Curug Sawer 22 Cikalong Wetan 36 Perkebunan The Panglejar 23 Gununghalu 45 Curug Malela 24 Cipongkor 42 Tigawalilullah 25 Cipeundeuy 49 Gunung Kuda
Sumber : Dinas Pariwisata kabupaten Bandung Barat. 2006
Tabel 33 Kunjungan Wisatawan Ke Objek Wisata
No Nama ODTW Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Nusantara Total
1 Gunung Tangkuban Perahu 16.232 232.635 248.867 2 THR Juanda 39.654 4.361 44.015 3 Wana Wisata Cikole - 6.549 6.549 4 Wana Wisata Jayagiri 6.161 377 6.549 5 Situ Lembang 17.669 98 17.767 6 Taman Wisata Maribaya 91.492 11.669 103.161 7 Observatorium Boscha 15.056 158 15.214 8 Curug Omas 87.576 8.897 96.473 9 Wisata Bunga Cihideung - - - 10 Taman Yunghun - - - 11 Taman Wisata Oray Tapa 2.011 19 2.030 12 Taman Wisata Batu Kuda 2.076 3 2.079 13 Situ Ciburuy 100 12.343 12.443 14 Gua Pawon - - - 15 Arum Jeram (Saguling) - - - 16 Sanghiang Tikoro - - - 17 Waduk Saguling - - - 18 Waduk Cirata - - - 19 Wana Wisata Curug Sawer - - -
Jumlah 287.027 277.109 555.147 Sumber: RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029
4.3.2.5 Pertambangan dan Penggalian
75
Di Kabupaten Bandung Barat, bahan batuan dan tanah, berlangsung di
beberapa tempat. Di beberapa lokasi, batuan dimanfaatkan sebagai bahan batu gali
seperti terdapat di daerah Cililin dan Lembang. Batuan di Batujajar pada
umumnya berupa batuan beku (lava intrusiv) yang sangat potensial untuk
dimanfaatkan sebagai bahan galian. Khusus untuk perbukitan Rajamandala kaya
akan batu gamping sebagai bahan baku industri kapur, marmer dan semen serta
terdapat pula batu andesit, kaolin dan pasir kuarsa.
Tabel 34 Pertambangan Umum
No Kecamatan Jumlah Perusahaan Jenis Tambang Luas Areal
(Ha) A. Ekploitasi
1 Batujajar 10 Andesit 81,942 Cililin 5 Andesit 23,553 Cipatat 14 Marmer, Pasir, Kuarsa 118,974 Padalarang 10 Pasir, Kapur, Andesit 61,035 Cikalongwetan 1 Pasir 5,00
B. Eksplorasi 1. Cipatat 1 Pasir 1.573,20
Sumber: RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029
4.4 Sosial Kependudukan
Pada dasarnya, bahasan tentang sosial kependudukan dapat dibagi menjadi
2 (dua) hal utama, yaitu: (i) kependudukan, (ii) ketenagakerjaan.
4.4.1 Jumlah Penduduk
Pada tahun 2007, jumlah penduduk di Kabupaten Bandung Barat sebanyak
1.493.238 jiwa yang terdiri dari 758.670 laki-laki dan 734.568 perempuan.
Kecamatan yang mempunyai paling banyak penduduknya adalah Kecamatan
Lembang dengan penduduk berjumlah 165.786 jiwa atau sebesar 11,10 % jumlah
penduduk Kabupaten Bandung Barat. Kecamatan dengan jumlah penduduk yang
paling sedikit adalah Kecamatan Rongga, yaitu 57.471 jiwa atau 3,85 % dari
penduduk Kabupaten Bandung Barat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 35.
Tabel 35 Jumlah Penduduk
76
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk (jiwa) Distribusi (%) L P Total 1 Cililin 45.067 41.293 86.360 5,78 2 Cihampelas 49.084 49.331 98.415 6,59 3 Sindangkerta 33.030 31.477 64.507 4,32 4 Gununghalu 37.607 36.685 74.292 4,98 5 Rongga 28.516 28.956 57.471 3,85 6 Cipongkor 41.415 42.814 84.229 5,64 7 Batujajar 55.450 54.001 109.451 7,33 8 Lembang 87.511 78.274 165.786 11,10 9 Parongpong 44.642 42.267 86.909 5,82
10 Cisarua 31.957 31.749 63.706 4,27 11 Ngamprah 68.070 68.530 136.600 9,15 12 Padalarang 78.842 72.894 151.736 10,16 13 Cipatat 60.895 59.387 120.282 8,06 14 Cipeundeuy 40.790 41.254 82.044 5,49 15 Cikalong Wetan 55.794 55.656 111.450 7,46
Jumlah 758.670 734.568 1.493.238 100 Sumber: Suseda Kabupaten Bandung Barat 2007
Distribusi penduduk yang relatif rendah pada umumnya terdapat di
Kecamatan Cipatat, Cipeundeuy, Cikalongwetan, Rongga, Sindangkerta dan
Gununghalu atau yang relatif bercirikan perdesaan.
4.4.2 Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah rasio antara jumlah penduduk dengan luas
wilayah. Dengan luas 130.577,4 ha dan jumlah penduduk sebesar 1.493.238 jiwa,
kepadatan penduduk di Kabupaten Bandung Barat adalah 11 jiwa/ha pada tahun
2007. Banyak kecamatan di Kabupaten Bandung Barat yang mempunyai
kepadatan di atas rata-rata, yaitu Kecamatan Cihampelas, Lembang, Parongpong,
Ngamprah, Padalarang. Kecamatan Ngamprah sendiri mempunyai kepadatan
tertinggi diantara lainnya, yaitu 37 jiwa/ha. Kecamatan Gununghalu adalah
kecamatan dengan kepadatan terendah, yaitu 7 jiwa/ha. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 36 berikut ini.
Tabel 36 Kepadatan Penduduk
77
No Kecamatan Luas (ha) Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/ha) 1 Cililin 8154,52 86360 11 2 Cihampelas 4662,71 98415 21 3 Sindangkerta 12034,79 64507 5 4 Gununghalu 11312 74292 7 5 Rongga 7614,65 57471 8 6 Cipongkor 8368,39 84229 10 7 Batujajar 9826,54 109451 11 8 Lembang 9826,54 165786 17 9 Parongpong 4339,38 86909 20
10 Cisarua 5536,41 63706 12 11 Ngamprah 3608,58 133054 37 12 Padalarang 5157,63 151736 29 13 Cipatat 12549,69 120282 10 14 Cipeundeuy 10124,66 82044 8 15 Cikalongwetan 11207,81 111450 10
Jumlah 130577,4 1493238 11 Sumber: Suseda Kabupaten Bandung 2007, Diolah
4.4.3 Penduduk Menurut Angkatan Kerja
Angkatan kerja dan bukan angkatan kerja adalah penduduk usia 10 tahun
ke atas; bedanya penduduk bukan angkatan kerja adalah penduduk yang tidak
bekerja karena alasan sekolah. mengurus rumah tangga. dan lainnya. Pada tahun
2007, jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja relatif lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja, yaitu
penduduk yang bukan merupakan angkatan berjumlah 905.218 jiwa lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah penduduk angkatan kerja yang berjumlah 636.640
jiwa. Mayoritas penduduk bukan angkatan kerja adalah karena mengurus rumah
tangga dengan jumlah 427.979 jiwa. Hal ini tentunya terkait dengan partisipasi
wanita dalam aktivitas pekerjaan.
Kecamatan Lembang merupakan kecamatan yang jumlah penduduk
angkatan kerjanya terbanyak, yaitu 81.912. Sedangkan kecamatan dengan jumlah
penduduk angkatan kerjanya paling sedikit adalah Kecamatan Cipongkor yaitu
28.348 jiwa.
Pada dasarnya kategori angkatan kerja yang sedang mencari kerja adalah
pengangguran terbuka. Adapun kategori angkatan kerja yang bekerja biasa disebut
sebagai tenaga kerja. Dilihat dari jumlahnya, tampaknya tingkat pengangguran
terbuka di Kabupaten Bandung Barat relatif tinggi (rasio antara angkatan kerja
78
mencari kerja dengan angkatan kerja bekerja). Untuk lebih jelasnya pada Tabel
37.
Tabel 37 Jumlah Penduduk Berdasarkan Angkatan Kerja
No. Kecamatan
Angkatan Kerja (jiwa) Bukan Angkatan Kerja (jiwa)
Jumlah
Bek
erja
Men
cari
K
erja
Jum
lah
Seko
lah
Men
guru
s R
T
Lai
nnya
Jum
lah
1 Cililin 25.862 3.489 29.351 12.074 23.961 10.152 46.187 71.508 2 Cihampelas 33.126 7.174 40.300 15.103 28.449 5.901 49.453 78.880 3 Sindangkerta 26.348 2.726 29.074 10.357 30.164 25.621 66.142 51.778 4 Gununghalu 25.997 8.669 34.666 8.912 22.389 9.649 40.950 64.043 7 Rongga 22.882 7.627 30.509 7.273 24.478 13.481 45.232 45.413 6 Cipongkor 26.991 1.357 28.348 12.940 19.550 3.411 35.901 66.232 7 Batujajar 36.210 6.722 42.932 15.423 25.900 34.846 76.169 89.832 8 Lembang 65.382 16.530 81.912 21.993 52.469 39.600 114.062 134.142 9 Parongpong 32.929 2.176 35.105 8.735 25.110 15.367 49.212 68.056
10 Cisarua 26.187 2.910 29.097 8.729 17.604 10.567 36.900 52.894 11 Ngamprah 54.714 6.244 60.958 21.474 35.170 11.208 67.852 111.931 12 Padalarang 53.448 2.056 55.504 18.260 36.780 16.334 71.374 123.373 13 Cipatat 35.234 12.259 47.493 18.686 32.588 24.115 75.389 98.497 14 Cipeundeuy 22.871 9.244 32.115 15.317 23.358 9.964 48.639 69.741 15 Cikalongwetan 38.925 20.351 59.276 12.462 30.009 39.285 81.756 89.211
Total 527.106 109.534 636.640 207.738 427.979 269.501 905.218 1.215.531 Sumber: Suseda. Kabupaten Bandung Tahun 2007
4.4.4 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha
Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa tenaga kerja adalah angkatan
kerja yang bekerja. Tenaga kerja dapat dikategorikan berdasarkan lapangan usaha,
yaitu: (i) pertanian, (ii) industri, (iii) perdagangan, (iv) jasa, (v) lainnya. Jumlah
tenaga kerja terbanyak ada di sektor pertanian, yaitu 180.063 jiwa atau 34,16 %.
Tenaga kerja pertanian terbanyak ada di Kecamatan Lembang (18.212 jiwa) dan
Cisarua (18.140 jiwa). Jumlah tenaga kerja tersedikit adalah di sektor industri,
yaitu 78.999 jiwa atau 22,76 %. Tenaga kerja industri paling banyak terdapat di
Kecamatan Ngamprah (21.482 jiwa). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 38.
79
Tabel 38 Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha
No
Kecamatan Jumlah Tenaga Kerja (jiwa) Jumlah
(jiwa) Pertanian Industri Perdagangan Jasa Lainnya
1 Cililin 11.597 3.334 4.251 4.036 2,644 25.862
2 Cihampelas 7.339 8.660 7.186 3.947 5,994 33.126
3 Sindangkerta 15.055 1.197 3.251 3.252 3,592 58.988
4 Gununghalu 10.078 2.445 3.756 4.243 5,475 25.997
5 Rongga 16.258 483 2.110 2.973 1,058 505.399
6 Cipongkor 12.919 1.432 5.042 4.054 3,544 531.396
7 Batujajar 7.137 10.625 5.980 8.580 3,887 36.209
8 Lembang 18.212 3.612 10.797 12.969 19,792 65.382
9 Parongpong 8.869 1.500 6.986 9.884 5,691 101.591
10 Cisarua 18.140 390 4.747 2.450 459 874.337
11 Ngamprah 9.481 21.482 7.883 8.831 7,036 54.713
12 Padalarang 7.849 14.337 12.435 8.856 9,970 929.050
13 Cipatat 13.773 4.787 5.077 7.057 4,539 35.233
14 Cipeundeuy 10.409 256 2.985 7.282 1,939 278.615
15 Cikalongwetan 12.947 4.459 5.721 11.893 3,905 313.848 Jumlah 180.063 78.999 88.207 100.307 79.525 527.106
Persentase (%) 34.16 22.76 32.91 55.78 34.16 100 Sumber: Suseda. Kabupaten Bandung Tahun 2007
4.5 Lembaga dan Keuangan Daerah
4.5.1 Lembaga Daerah
Pada tahun 2008 awal. struktur organisasi pemerintahan daerah (SOPD)
Kabupaten Bandung Barat terdiri atas 8 (delapan) dinas. 1 (satu) badan. 3 (tiga)
sekretariat. dan 4 (empat) kantor. Setiap unit dalam struktur ini mempunyai fungsi
dan wewenang membantu Bupati Kabupaten Bandung Barat untuk mewujudkan
dan menjalankan visi dan misi pembangunan Kabupaten Bandung Barat. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 39
Tabel 39 Struktur Organisasi Perangkat Daerah
No Lembaga Pemerintahan Kabupaten Bandung Barat
Jumlah Pegawai (Jiwa)
Dinas 1 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 7631 2 Dinas Kesehatan dan Sosial 575 3 Dinas Pekerjaan Umum 164 4 Dinas Pertanian. Perkebunan. Peternakan dan Perikanan 170 5 Dinas Perhubungan. Pariwisata. Komunikasi dan Informasi 84 6 Dinas Perindustrian. Perdagangan. Koperasi dan Penanaman Modal 150 7 Dinas Kependudukan. Catatan Sipil. Tenaga Kerja dan Transmigrasi 159 8 Dinas Pendapatan. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 100
80
Lanjutan Tabel 39
No Lembaga Pemerintahan Kabupaten Bandung Barat
Jumlah Pegawai (Jiwa)
Sekretariat 9 Seketariat Daerah 99
10 Sekretariat DPRD 25 11 Sekretariat KPU 13
Badan 12 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) 32
Kantor/Lain-Lain 13 Kantor Lingkungan Hidup 22 14 Kantor Kesatuan Bangsa. Politik dan Perlindungan Masyarakat 11 15 Kantor Perpustakaan. Arsip dan Data Elektronik 16 16 Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa 14 17 Inspektorat 26 18 Satuan Polisi Pamong Praja 27 19 Kecamatan (15) 319
Sumber: Badan Kepegawaian. Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Bandung Barat 2008
4.5.2 Keuangan Daerah
4.5.2.1 Pendapatan
Pada dasarnya struktur keuangan Kabupaten Bandung Barat terdiri dari (i)
pendapatan. (ii) belanja. dan (iii) pembiayaan daerah. Sumber penerimaan
(pendapatan) daerah. terdiri atas: (i) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri
dari: Pajak Daerah. Restribusi Daerah. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
dipisahkan. dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang sah; (ii) Dana
Perimbangan yang meliputi: Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak.
Dana Alokasi Umum (DAU). dan Dana Alokasi Khusus (DAK); (iii) Lain-lain
pendapatan daerah yang sah. meliputi: Hibah. Dana Darurat. Dana Bagi Hasil
Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya. Dana Penyesuaian dan
Otonomi Khusus. serta Dana Bantuan Keuangan dari Pemerintah Daerah lainnya.
Secara keseluruhan. struktur pendapatan Kabupaten Bandung Barat masih
banyak bergantung pada dana perimbangan. hal ini menyebabkan ketergantungan
pada pusat terlalu besar.
Tabel 40 Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
No Uraian Jumlah (Rp) % 1 Pendapatan Asli Daerah 29.656.248.550 4,30
1.1 Pajak daerah 18.322.050.000 2,66 1.2 Retribusi daerah 9.195.108.550 1,331.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 300.000.000 0,041.4 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 1.839.090.000 0,27
81
Lanjutan Tabel 40
No Uraian Jumlah (Rp) % 2 Dana Perimbangan 545.553.887.056 79,06
2.1 Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak 55.068.337.056 7,98 2.2 Dana alokasi umum 486.211.550.000 70,46 2.3 Dana alokasi khusus 4.274.000.000 0,62
3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 114.805.994.549 16,643.1 Hibah 5.997.103.500 0,873.2 Dana darurat 0,00 3.3 Bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya 39.873.400.000 5,78 3.4 Dana penyesuaian dan otonomi khusus 4.051.044.400 0,59 3.5 Bantuan keuangan dari pemerintah daerah lainnya 64.884.446.649 9,40
Jumlah Pendapatan 690.016.130.155 100,00 Sumber: DP2AKD Kabupaten Bandung Barat. Tahun 2008
Dari Tabel 40 di atas dapat dilihat bahwa dominasi sumber penerimaan
APBD Kabupaten Bandung Barat. adalah dari Dana Alokasi Umum sebesar Rp
486.211.550.000.- (70,46 %). Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Bandung Barat sendiri sejumlah Rp 29.656.248.550.- (4,30 %). Tentunya hal ini
akan menjadi tantangan tersendiri bagi kemandirian Kabupaten Bandung Barat
khususnya dalam hal finansial.
4.5.2.2 Belanja
Secara umum. belanja daerah dapat dibagi menjadi belanja langsung dan
tidak langsung. Belanja langsung erat kaitannya dengan belanja rutin daerah
termasuk belanja pegawai (Rp 403.747.014.875.-) yang menyedot sebagian besar
pos ini. Adapun belanja langsung erat kaitannya dengan pelaksanaan program dan
proyek di setiap SKPD. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 41 Rincian Belanja Daerah
No Uraian Jumlah (Rp) % 1 Belanja Tidak Langsung 496.890.586.682 70,96
1.1 Belanja pegawai 403.747.014.875 57,66 1.2 Belanja bunga 0 0,00 1.3 Belanja subsidi 0 0,00 1.4 Belanja hibah 30.694.000.000 4,381.5 Belanja bantuan sosial 18.377.850.000 2,621.6 Belanja Bagi Hasil Kepada Pemerintahan Desa 20.719.170.000 2,961.7 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Desa 15.399.300.000 2,20 1.8 Belanja Tidak Terduga 7.953.251.807 1,14
82
Lanjutan Tabel 41
No Uraian Jumlah (Rp) % 2 Belanja Langsung 203.320.400.800 29,04
2.1 Belanja pegawai 34.582.915.600 4,94 2.2 Belanja Barang dan Jasa 70.286.475.736 10,04 2.3 Belanja Modal 98.451.009.464 14,06 Belanja Daerah 700.210.987.482 100,00
Sumber: DP2AKD Kabupaten Bandung Barat. Tahun 2008
4.6 Kebijakan
Pengembangan wilayah Kabupaten Bandung Barat tentunya harus melihat
dari kebijakan yang ada khususnya yang berkaitan dengan perencanaan
pengembangan wilayah, perencanaan pembangunan daerah, dan perencanaan tata
ruang. Kebijakan yang akan dipaparkan adalah: (1) Rencana Tata Ruang Jawa
Bali, (2) RTRW Provinsi Jawa Barat 2005-2010, (3) RPJMD Provinsi Jawa Barat
2008-2013, (4) RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029, (5) RPJPD
Kabupaten Bandung Barat 2005-2025, (6) RPJMD Kabupaten Bandung Barat
2008-2013.
Dalam konteks regional, Kabupaten Bandung Barat bersama Kabupaten
Bandung, Kota Cimahi, dan Kota Bandung masuk dalam Metropolitan Bandung.
Namun seringkali istilah Metropolitan Bandung juga disebut sebagai Bandung
Raya. Untuk menyamakan definsi, dalam penelitian ini dipakai istilah
Metropolitan Bandung. Metropolitan Bandung saat ini merupakan salah satu
kawasan yang mempunyai peranan penting di tingkat regional Provinsi Jawa
Barat dan nasional.
4.6.1 Rencana Tata Ruang (RTR) Jawa Bali
Dalam Rencana Tata Ruang (RTR) Jawa Bali, Metropolitan Bandung
mempunyai fungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), dengan jenis
pelayanan: (1) jasa pemerintahan, (2) pendidikan, (3) jasa perdagangan, (4)
pariwisata, dan (6) industri.
Khusus bagi kawasan perkotaan Metropolitan Bandung sebagai pusat
pelayanan primer (selain Jabodetabek, Gerbangkertosusila, dan Perkotaan
83
Denpasar) fokusnya adalah upaya pengendalian pengembangan secara fisik
dengan memperhatikan daya dukung lingkungannya.
Adapun pembangunan sistem jaringan jalur kereta api di Metropolitan
Bandung dikembangkan dengan prioritas tinggi. Oleh karena itu, kereta api
merupakan sarana transportasi strategis bagi pengembangan wilayah.
4.6.1.1 Pengelolaan Ruang
Ada beberapa hal penting menyangkut pengelolaan ruang di Metropolitan
Bandung yang berkaitan dengan wilayah Kabupaten Bandung Barat, yaitu
pengelolaan pada:
1. Kawasan yang memberikan perlindungan di bawahnya dengan
mempertahankan keberadaan zona-zona resapan tinggi
2. Kawasan yang suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
meliputi CA Gunung Tangkuban Perahu (1.290 ha)
3. Taman wisata alam dan taman buru meliputi TWA Tangkuban Perahu
(370 ha)
4. Kawasan rawan bencana lingkungan dengan mengendalikan
perkembangan pusat-pusat permukiman dan kawasan budidaya dari
bencana gerakan tanah atau longsor
5. Kawasan perkebunan dimana Metropolitan Bandung masuk di dalamnya
6. Kawasan pariwisata memantapkan kota pusat pelayanan wisata
7. Kawasan industri yang meliputi upaya untuk memanfaatkan industri
teknologi tinggi dan non polutif
8. Kawasan permukiman meliputi upaya untuk mengendalikan
pengembangan metropolitan
9. Kawasan andalan dimana Metropolitan Bandung termasuk di dalamnya
4.7.1.2 Strategi Pengembangan Metropolitan Bandung
Ada beberapa strategi pengembangan Metropolitan Bandung yang terdapat
dalam RTR Jawa Bali. Beberapa strategi kurang terkait dengan Kabupaten
Bandung Barat; beberapa ada yang terkait. Strategi pengembangan tersebut adalah
sebagai berikut:
84
1. Mempertahankan fungsi Metropolitan Bandung sebagai pusat
pertumbuhan wilayah nasional yang mendukung pelayanan pengembangan
wilayah di sekitarnya dan bahkan untuk seluruh wilayah nasional, dengan
tetap memantapkan fungsi-fungsi keterkaitan dengan pusat-pusat
pertumbuhan wilayah
2. Mendorong keterpaduan penataan kota antara Kota Bandung sebagai kota
inti dan kota-kota Cimahi, Soreang, dan Jatinangor sebagai kota satelit.
3. Memantapkan pembagian peran dan fungsi kota Cimahi sebagai pusat jasa
dan perdagangan dan Soreang sebagai pusat pengembangan kegiatan
industri, agroindustri dan permukiman.
4. Mengendalikan pertumbuhan kota secara ekspansif yang tidak terkendali
(urban sprawl) dan pertumbuhan menerus (konurbasi) di koridor
Bandung-Soreang dan Bandung-Cimahi.
5. Meningkatkan aksesibilitas antara kota inti Bandung dengan kota-kota
satelitnya melalui penataan pembangunan fisik dan peningkatan kapasitas
pelayanan transportasi di sepanjang koridor Bandung-Soreang dan
Bandung-Cimahi.
6. Mendorong pengurangan beban kota Bandung melalui relokasi kegiatan-
kegiatan industri pada kawasan-kawasan industri di Kota Soreang.
7. Menyiapkan RIS prasarana wilayah untuk keterpaduan program antara
kota inti dan kota-kota satelit serta permukiman skala besar di pinggiran
Bandung.
8. Mengembangkan sistem transportasi masal yang sinergis dengan pusat-
pusat permukiman dan pengembangan kegiatan usaha.
9. Mencegah pertumbuhan kawasan perkotaan (terbangun) kota Bandung
yang mengkonversi kawasan resapan air di bagian utara dan selatan Kota
Bandung (750 m dpl).
10. Mendorong pengaturan dan pembatasan daerah pengambilan air tanah
pada zona-zona konservasi air tanah di Cekungan Bandung.
11. Memantapkan kerterkaitan fungsional kota dengan kota-kota yang
merupakan pusat pertumbuhan wilayah di P. Jawa dan di luar P. Jawa.
85
12. Diarahkan untuk meningkatkan spesialisasi fungsi jasa pendidikan,
teknologi sistem informasi, industri, dan pariwisata (urban tourism).
13. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan sistem perangkutan massal
intra urban.
14. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan PSD kota yang memenuhi
standar internasional.
15. Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung
terjaganya minat investasi di sektor perkotaan.
16. Memantapkan aksesibilitas Kota Bandung ke kota-kota PKN lainnya di
Pulau Jawa dan wilayah nasional lainnya, melalui peningkatan kualitas
sistem jaringan transportasi darat dan udara.
17. Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kota dan
pengendalian pemanfaatan ruang dan sumber daya di wilayah
Metropolitan Bandung.
18. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan
dan kreativitas masyarakat Kota Bandung.
19. Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap
dari RTRW kota.
4.6.2 RTRW Provinsi Jawa Barat 2000-2010
Arahan pengembangan PKN Metropolitan Bandung dapat dilakukan
dengan mengarahkan perkembangan di Kabupaten Bandung dengan catatan tidak
memberikan arahan pengembangan yang tinggi di bagian Barat Daya
Metropolitan Bandung karena kondisi DAS Citarum yang memiliki tingkat erosi
tinggi dan target 45 % kawasan lindung di Provinsi Jawa Barat.
Adapun Cekungan Bandung dikategorikan sebagai salah satu Kawasan
Andalan di Provinsi Jawa Barat. Sektor unggulan di kawasan ini adalah: (1)
industri, (2) perdagangan dan jasa, (3) pariwisata, (4) pertanian hortikultura, (5)
perkebunan, (6) perikanan, (7) peternakan, (8) pendidikan dan pengetahuan.
Arahan di kawasan ini adalah sebagai pusat pengembangan sumberdaya manusia
dalam rangka mendukung sektor unggulan tersebut.
86
Program pengembangan struktur ruang terdiri dari: (1) program
pengembangan sistem kota-kota dan (2) program pengembangan infrastruktur
wilayah, (3) program pengembangan kawasan andalan, (4) program
pengembangan kawasan pertahanan. Beberapa hal yang terkait dengan program
pengembangan struktur ruang di Kabupaten Bandung Barat dijelaskan di bawah
ini.
Pengembangan sistem kota-kota di Metropolitan Bandung diarahkan
melalui penataan bukan lagi pengembangan karena urbanisasi yang terjadinya
sudah terlampau pesat. Salah satu kegiatan penataan ini di Kabupaten Bandung
Barat adalah membangun terminal agribisnis di Lembang.
Adapun program pengembangan infrastruktur wilayah dibagi menjadi (1)
pengembangan transportasi darat, laut, dan udara; (2) pengembangan sumberdaya
air dan irigasi; (3) pengembangan jaringan energi listrik dan telekomunikasi; (4)
pengembangan prasarana perumahan dan permukiman.
4.6.3 RPJMD Provinsi Jawa Barat 2008-2013
Pada dasarnya RPJMD adalah dokumen pembangunan daerah yang erat
kaitannya dengan kebijakan dan program yang harus dijalankan SKPD. Oleh
karena, ada beberapa hal yang terkait dengan konteks pengembangan wilayah
penelitian ini; ada beberapa yang kurang relevan. RPJMD juga merupakan
dokumen perencanaan pembangunan yang mengejawantahkan visi dan misi dari
kepala daerah terpilih menjadi kebijakan dan program.
4.6.3.1 Visi dan Misi
RPJMD Provinsi Jawa Barat 2008-2013 mempunyai Visi Tercapainya
Masyarakat Jawa Barat Mandiri, Dinamis dan Sejahtera Tahun 2013. Untuk
mewujudkan visi ini diperlukan 7 misi, yaitu:
1. Meningkatkan pelayanan di bidang pendidikan, kesehatan, dan
kesejahteraan sosial dengan mengutamakan pemberdayaan perempuan dan
perlindungan terhadap anak
2. Menciptakan kehidupan beragama yang rukun, toleran dan penuh
kesejukan, serta memelihara dan mengembangkan budaya yang
87
mengedepankan kearifan lokal
3. Meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakat berbasis potensi
ekonomi lokal dan ramah lingkungan
4. Meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan untuk
mendukung pembangunan yang berkelanjutan
5. Reformasi birokrasi menuju aparatur yang bersih, berorientasi kepada
pelayanan publik dan penggunaan anggaran yang pro publik
6. Mengokohkan ketahanan bangsa dan kualitas demokrasi dengan
pendidikan politik yang menyertakan masyarakat dalam pembangunan
politik
7. Mewujudkan pemerataan pembangunan melalui peningkatan peran
masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya dan investasi
4.6.3.2 Skenario Pembangunan
Dalam RPJMD Provinsi Jawa Barat 2008-2013 dijelaskan skenario
pembangunan yang relevan dengan konteks pengembangan wilayah penelitian ini
khususnya berkaitan dengan pengembangan beberapa sektor ekonomi seperti:
pertanian dan agribisnis, industri, perdagangan, pariwisata, KUKM.
Pengembangan agribisnis di Provinsi Jawa Barat dimulai dengan penataan
dan penyelesaian permasalahan yang dihadapi di setiap subsistem agribisnis. Dari
segi sistem agribisnis yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah: (1) penataan
agribisnis yang ada, (2) perbaikan subsistem agribisbnis yang bermasalah, (3)
revitalisasi agribisnis untuk pembangunan ekonomi, (4) mengubah proporsi peran
agribisnis dalam struktur PDRB Provinsi Jawa Barat, dan (5) realokasi sumber
daya, pendanaan, dan wilayah pertumbuhan agribisnis. Revitalisasi agribisnis
dalam kerangka pembangunan ekonomi Provinsi Jawa Barat terkait dengan
koreksi, pemantapan, dan pengembangan, kebijakan yang telah dibuat. Koreksi
dilakukan untuk menempatkan agribisnis sebagai suatu sistem yang lebih luas,
bukan hanya identik dengan sektor pertanian primer. Dengan menempatkan
agribisnis sebagai suatu sistem, konsekuensinya akan mengubah proporsi peran
agribisnis dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Implikasi lebih lanjut dari
88
reposisi ini adalah realokasi sumber daya ekonomi yang lebih berat ke
pengembangan agribisnis.
Aspek industri dan perdagangan, diarahkan untuk meningkatkan
konsolidasi dan jejaring (networking), melalui peningkatan peran sektor industri
kecil dan menegah dalam struktur industri, peningkatan kemitraaan antarindustri,
dan peningkatan tumbuhnya industri-industri andalan masa depan Jawa Barat
sebagai kekuatan penggerak pertumbuhan ekonomi. Pada sektor perdagangan
diarahkan untuk mengoptimalkan pasar dalam negeri, menata distribusi barang
yang efektif dan efisien serta meningkatkan ekspor produk Jawa Barat .
Pengembangan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan keunggulan
daya tarik wisata melalui pengembangan produk wisata yang unik, tradisional dan
mencerminkan jati diri masyarakat Jawa Barat yang berakar pada alam dan
budaya, peningkatan kinerja objek dan daya tarik wisata yang berdaya saing serta
pemanfaatan potensi sumber daya alam secara berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan. Pada tahap ini dilakukan juga peningkatan kualitas sarana dan
prasarana pariwisata dengan standard internasional.
Pembangunan KUKM dilakukan melalui melalui optimalisasi sumber
daya produktif melalui peningkatan pemberdayaan KUKM yang sejalan dengan
perkembangan dunia usaha untuk mengakselerasi upaya perwujudan dan
pencapaian kesejahteraan masyarakat. KUKM diharapkan dapat menjadi andalan
dalam penyediaan tenaga kerja di Jawa Barat. KUKM pada tahap ini diharapkan
dapat unggul dalam persaingan dalam lingkup nasional.
Pada aspek infrastruktur wilayah, diarahkan untuk penyempurnaan pranata
dan melanjutkan pembangunan infrastruktur wilayah strategis yang telah
direncanakan pada tahap sebelumnya, memantapkan revitalisasi infrastruktur yang
telah ada serta meningkatkan kerja sama antara pemerintah dengan swasta dan
masyarakat dalam pengelolaan infrastruktur. Pada tahap ini akan ditandai dengan
meningkatnya aksesibilitas untuk pergerakan orang, barang, dan jasa;
meningkatnya ketersediaan air baku, konservasi sumber daya air, optimalisasi
pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air dan pengamanan
pantai, serta optimalisasi pengelolaan jaringan irigasi; meningkatnya ketersediaan
energi terbarukan; meningkatnya cakupan pelayanan telekomunikasi;
89
meningkatnya ketersediaan air bersih dan kualitas sanitasi lingkungan; serta
meningkatnya ketersediaan rumah susun di perkotaan.
4.6.3.3 Kebijakan
Misi ke-3 Meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakat berbasis
potensi ekonomi lokal dan ramah lingkungan adalah misi yang sangat terkait
dengan pengembangan wilayah penelitian. Di dalam misi ada beberapa kebijakan
yang mendukung, yaitu:
1. Meningkatkan kompetensi dan daya saing tenaga kerja di bidang agro
industri dan bisnis kelautan
2. Mengembangkan infrastruktur pendukung agro industri dan bisnis
kelautan
3. Menguatkan kelembagaan, pembiayaan, dan peluang pasar KUMKM
4. Merperluas Kesempatan Kerja di Bidang Agroindustri dan Bisnis Kelautan
5. Meningkatkan kompetensi dan daya saing tenaga kerja di bidang agro
industri dan bisnis kelautan
6. Meningkatkan produksi dan nilai tambah produk pertanian
7. Meningkatkan keunggulan daya tarik wisata melalui pengembangan
produk wisata yang unik, tradisional dan mencerminkan jati diri
masyarakat Jawa Barat
8. Meningkatkan akses dan distribusi perdagangan
9. Meningkatkan nilai tambah produk industri
10. Meningkatkan pengelolaan sumber daya kelautan
11. Peningkatan kapasitas produksi pangan (beras, jagung, kedelai, ternak, dan
ikan), distribusi, pengamanan ketersediaan dan cadangan pangan
12. Mengembangkan aneka usaha non kayu sekitar hutan
13. Menciptakan iklim usaha yang kondusif
4.6.4. RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029
4.6.4.1 Konsep Pendekatan Pengembangan Wilayah
Dalam pengembangan tata ruang Kabupaten Bandung Barat digunakan
beberapa konsep pendekatan pengembangan wilayah sebagai berikut:
90
1. Konsep Pengembangan Agropolitan. Pengembangan kota
pertanian/agropolitan (kecamatan di bagian utara) dengan penekanan pada
tanaman pangan dan perkebunan serta potensi untuk pengembangan
budidaya perikanan ikan air tawar.
2. Keseimbangan Pembangunan Antar Wilayah. Saat ini terjadi ketimpangan
pembangunan antara wilayah tengah dan selatan.
3. Pengembangan Wilayah Berbasis Pertanian
4. Keterpaduan Antar Moda Transportasi
4.6.4.2 Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang Kabupaten Bandung Barat adalah sebagai berikut:
1. Mengembangan pusat primer untuk wilayah Kabupaten Bandung Barat
(Pusat Primer Ngamprah).
2. Membagi wilayah kabupaten menjadi 3 (tiga) Wilayah Pengembangan
yaitu di WP Padalarang-Ngamprah, WP Cililin dan WP Lembang.
3. Mengembangkan sistem pusat Desa Pusat Pertumbuhan secara seimbang/
proporsional sesuai pembagian jenjang pelayanannya.
4. Penciptaan fungsi-fungsi baru di kawasan yang potensial untuk
dikembangkan di sekitar kota Bandung Barat, yaitu pada pusat-pusat WP
yang akan dikembangkan: Ngamprah-Padalarang sebagai pusat utama
Kabupaten Bandung Barat yang didukung oleh kota hirarki yang lebih
kecil. Pusat-pusat ini harus didukung dengan ketersediaan sarana dan
prasarana perkotaan yang memadai, untuk mengalihkan pemusatan
pergerakan ke kota inti.
5. Pengembangan sistem transportasi terutama diarahkan untuk menata
fungsi dan struktur jaringan jalan yang sesuai dengan sebaran fungsi
kegiatan primer dan sekunder, pada pembentukan struktur jaringan jalan
dengan pola ring-radial, sehingga pusat-pusat WP yang akan terbentuk
saling dihubungkan dengan jaringan jalan tersebut.
91
4.6.4.3 Rencana Pola Pemanfaatan Ruang
A. Pemanfaatan Kawasan Lindung
Pengembangan kawasan lindung diarahkan dengan mengembangkan
kawasan lindung yang telah ditetapkan, dan kawasan-kawasan lain yang dapat
berfungsi lindung (pertanian, perkebunan), serta mengendalikan pemanfaatan
sumber daya alam dan buatan pada kawasan lindung.
Pengembangan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap,
kawasan bawahannya dilakukan dengan mempertahankan dan mengfungsikan
kembali kawasan resapan air untuk menjamin ketersediaan sumber daya air dan
melindungi kawasan dari bahaya longsor dan erosi. Untuk kawasan perlindungan
setempat, pengembangannya adalah dengan melindungi kawasan lindung yang
ditetapkan dari alih fungsi lahan, serta mengembangkan kawasan yang potensial
sebagai jalur hijau, terutama sempadan sungai. Sementara Untuk kawasan
pelestarian alam, pengembangnnya adalah dengan melindungi kawasan lindung
yang ditetapkan dari alih fungsi lahan.
B. Pemanfaatan Kawasan Budidaya
Pengembangan kawasan budidaya diupayakan melalui pengendalian alih
fungsi lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan yang ditetapkan dalam RTRW,
dan mendorong pengembangan kawasan budidaya yang sesuai dengan RTRW.
Pengembangan kawasan budidaya ini meliputi:
1. Pengembangan Kawasan Perumahan diarahkan untuk:
a. Membatasi pengembangan kawasan perumahan di bagian utara dan
selatan di kawasan yang berfungsi lindung. Pembatasan dalam hal luas
lahan perumahan, maupun besaran KLB pada setiap kavling rumah.
b. Membatasi proporsi kawasan perumahan maksimum 60 % dari luas
lahan yang sesuai untuk perumahan,
c. Mengembangkan perumahan secara vertikal di kawasan padat
penduduk diantaranya Padalarang-Ngamprah serta kecamatan-
kecamatan lain yang padat penduduk, meliputi rumah susun 4 lantai,
apartemen 8 lantai dan apartemen lebih dari 8 lantai.
92
d. Revitalisasi kawasan permukiman kumuh, dan diarahkan untuk
clikembangkan menjadi rumah susun sederhana.
2. Pengembangan Kawasan Jasa Pemerintahan adalah kawasan pemerintahan
tingkat kabupaten, yaitu di Ngamprah.
3. Pengembangan Kawasan Perdagangan dan Jasa
a. Pengembangan pasar dilakukan melalui: (1) Mengatur, menata dan
mengendalikan pasar yang mengganggu lalu lintas yang
diintegrasikan dengan keberadaan terminal serta fasilitas penduduk
lainnya, dan (2) Merelokasi pasar bila tidak didukung prasarana yang
memadai.
b. Pengembangan pusat belanja dan jasa dilakukan melalui: (1)
Mengarahkan pengembangan pusat belanja dan jasa terutama di pusat
Ngamprah, untuk mengurangi ketergantungan masyarakat ke Kota
Bandung. (2) Kemudian diikuti pengembangan pusat belanja dan jasa
hirarki lebih rendah di setiap pusat WP.
4. Pengembangan Kawasan Industri
Pengembangan industri ringan (pengolahan makanan, dan garmen), dan industri
rumah tangga yang tidak boros air, dipertahankan di kawasan industri yang
telah ada saat ini, yaitu di Padalarang dan rencana pengembangan di
Cipeundeuy.
5. Pengembangan Kawasan Pertanian
Pengembangan kawasan pertanian diarahkan terutama terkait dengan daya
dukungnya sebagai kawasan pertanian, yaitu :
a. Pengembangan Pertanian Tanaman Lahan Basah diarahkan pada
sawah-sawah yang telah ada saat ini, terutama yang didukung oleh
prasarana irigasi. Rencana alih fungsi lahan sawah harus diikuti
dengan pencetakan lahan sawah seluas paling sedikit lahan yang dialih
fungsikan, yang lokasinya sesuai untuk kesesuaian lahan sawah dan
didukung prasarana irigasi. Lahan yang sesuai untuk sawah terdapat
di Cihampelas.
b. Pengembangan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Kering diarahkan
pada lahan-lahan yang saat ini telah berkembang, dan dilakukan
93
pembatasan kawasan terbangun, yaitu di Lembang, Parongpong,
Cisarua.
c. Pengembangan Pertanian Tanaman Tahunan (Perkebunan) dapat
digolongkan sebagai kawasan budidaya fungsi lindung, sehingga
luasannya dipertahankan tidak berkurang, yaitu pada kawasan
perkebunan yang telah ada saat ini (Cikalongwetan, Cipeundeuy,
Sindangkerta, Gununghalu).
d. Pengembangan Kawasan Perikanan Darat diarahkan di
Cikalongwetan, serta beberapa waduk yang ada serta beberapa lokasi
pada perairan umum.
6. Pengembangan Kawasan Hutan
Pengembangan kawasan hutan terutama terkait dengan fungsi konservasi
yang juga dapat dimanfaatkan fungsi ekonominya yaitu hutan produksi
tetap, hutan produksi terbatas dan hutan rakyat. Seperti halnya kawasan
perkebunan, maka kawasan-kawasan hutan ini akan menjadi kawasan
pelindung hutan lindung dari kemungkinan alih fungsi lahan. Alih fungsi
lahan akan sangat dibatasi untuk mempertahankan fungsi lindungnya.
7. Pengembangan Kawasan Pariwisata
Pariwisata yang akan dikembangkan terutama pariwisata alam, yaitu di
Lembang dan di Waduk Saguling dan Waduk Cirata. Serta lokasi lain yang
mempunyai potensi dikembangkan sebagai pariwisata alami. Selain itu
dikembangkan pula pariwisata buatan/pariwisata terpadu.
4.6.4.4 Kawasan Strategis
Kawasan strategis adalah kawasan yang penataaruangnnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting bagi pengembangan Kabupaten
Bandung Barat dan wilayah regional Metropolitan Bandung. Kawasan strategis
yang didorong perkembangannya adalah:
1. Kawasan yang memiliki fungsi strategis untuk mendorong perkembangan
Wilayah Metropolitan Bandung dan Kabupaten Bandung Barat.
Pengembangan kawasan ini akan memiliki dampak luas terhadap
pengembangan regional, nasional dan internasional
94
2. Kawasan strategis cepat tumbuh, yaitu kawasan yang telah memiliki
potensi cepat tumbuh berkembang dan apabila didorong perkembangannya
kawasan tersebut akan tumbuh dengan pesat.
3. Memiliki potensi strategis yang memberikan keuntungan dalam
pengembangan sosial ekonomi.
4. Memiliki peluang investasi yang menghasilkan nilai tinggi.
Kawasan budidaya strategis di Kabupaten Bandung Barat yang perlu
segera didorong perkembangannya meliputi:
1. Kawasan pusat pemerintahan Kabupaten Bandung Barat di Kecamatan
Ngamprah;
2. Kawasan Terpadu Ngamprah dengan rencana kegiatan meliputi :
a. Konvensi & eksibisi
b. Rekreasi modern
c. Hotel & komersial
d. Asia-Africa Village
e. Wisata rohani
f. Permukiman
3. Kawasan Relokasi Industri Cipeundeuy :
g. Sarana/prasarana kawasan industri
h. Permukiman skala besar
i. IPAL industri dan domestik
j. TPA regional
Kawasan lindung strategis yang perlu mendapat perhatian khusus dalam
pengendalian pemanfaatan ruang. Kawasan lindung strategis ini menjadi prioritas
pengendalian mengingat apabila tidak segera dilakukan pengendalian akan rawan
terhadap bencana dan hilangnya potensi konservasi alam/budaya. Kawasan
Lindung strategis Kabupaten Bandung Barat adalah:
1. Kawasan Bandung Utara
2. Kawasan Waduk Saguling dan Cirata
3. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Peneropongan Bintang
Bosscha.
95
4.6.5. RPJPD Kabupaten Bandung Barat 2005-2025
RPJPD Kabupaten Bandung Barat 2005-2025 pada dasarnya merupakan
rencana jangka panjang yang sifatnya strategis sehingga tidak terlampau detail.
RPJMD Kabupaten Bandung Barat 2008-2013 mempunyai visi Bandung Barat
Cermat, Bersama Membangun Masyarakat yang Cerdas, Rasional, Maju,
Agamis, dan Sehat.
Visi ini diwujudkan melalui 8 misi, yaitu:
1. Mewujudkan tata kepemerintahan yang baik
2. Memelihara stabilitas kehidupan masyarakat yang aman, tertib, tentram,
dan dinamis
3. Meningkatkan kualitas sumberdaya manuisia
4. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat
5. Memantapkan kesalehan sosial berlandaskan iman dan taqwa
6. Menggali dan menumbuhkembangkan budaya Sunda
7. Memelihara keseimbangan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan
8. Meningkatkan kinerja pembangunan desa
Untuk melaksanakan visi dan misi ini diperlukan 5 prioritas sebagai
landasan, yaitu:
1. Pengembangan agribisnis
2. Ekonomi kerakyatan
3. Penguatan kapasitas pemerintah daerah
4. Pengembangan kualitas sumberdaya manusia melalui investasi sosial
5. Pengembangan potensi sumberdaya alam ramah lingkungan
Dalam konteks pengembangan wilayah penelitian ini, prioritas
pengembangan agribisnis dan ekonomi kerakyatan terkait dengan pengembangan
sektor ekonomi unggulan. Untuk melihat lebih detail mengenai upaya yang
dilakukan per tahapan tahun RPJPD dapat dilihat pada Tabel 42 di bawah ini.
96
Tabel 42 Prioritas dan Upaya RPJPD Kabupaten Bandung Barat 2005-2025
RPJPD Prioritas Upaya 2007-2008 Persiapan administrasi 2008-2013 Pengembangan agribisnis Standarisasi mutu produk
pertanian Peningkatan keterampilan petani Pemberian insentif utk mendorong sektor pertanian (kebijakan penggunaan lahan)
Ekonomi kerakyatan Revitalisasi UMKM dan koperasi Fasilitasi kredit pengembangan usaha Peningkatan keterampilan pelaku usaha Perumusan kebijakan utk optimalisasi potensi industri besar
2014-2018 Pengembangan agribisnis Memfasilitasi nilai tambah produk pertanian Perluasan dan penanganan pemasaran produk pertanian Pengembangan sistem pertanian modern Pengembangan industri penunjang agribisnis
Ekonomi kerakyatan Pengembangan pusat-pusat ekonomi kerakyatan terspesialisasi per kecamatan Pengembangan sektor industri kreatif berbasis produk lokal Pengembangan ekonomi kreatif (wisata) Pengembangan skema kemitraan industri besar-menengah-kecil-koperasi
2019-2023 Pengembangan agribisnis Pengembangan bibit unggul Insentif penelitian dan pengembangan agribisnis
Ekonomi kerakyatan Pengembangan sistem jejaring hulu-hilir Standarisasi mutu produk Pengembangan kemitraan industri lokal dg industri nasional & internasional
97
Lanjutan Tabel 42
RPJPD Prioritas Upaya 2023-2025 Pengembangan agribisnis Pengembangan produk pertanian
berorientasi ekspor Peningkatan realisasi investasi agribisnis Peningkatan penyerapan tenaga kerja lokal
Ekonomi kerakyatan Pengembangan daya saing pelaku ekonomi kerakyatan Pengembangan jejaring berorientasi ekspor Pengembangan kelembagaan penjamin mutu
Sumber: RPJPD Kabupaten Bandung Barat 2005-2025
Pada dasarnya pengembangan wilayah (khususnya yang menyangkut
sektor ekonomi) dalam RPJPD Kabupaten Bandung Barat 2005-2025 difokuskan
pada pengembangan agrbisnis dan ekonomi kerakyatan (wisata, UMKM,
koperasi). Adapun industri besar lebih diperankan sebagai penguat. Dengan
demikian sangat jelas bahwa pengembangan wilayah Kabupaten Bandung Barat
tidak semata-mata melihat kemajuan ekonomi makro semata, namun juga
bagaimana masyarakat mayoritas bisa lebih sejahtera. Dalam dokumen ini juga
disebutkan bahwa indistri yang dikembang harus ramah lingkungan dan
meminimalisasi eksploitasi air tanah yang berlebihan.
4.6.6. RPJMD Kabupaten Bandung Barat 2008-2013
4.6.6.1 Visi dan Misi
RPJMD Kabupaten Bandung Barat 2008-2013 mempunyai visi Bandung
Barat Cermat, Bersama Membangun Masyarakat yang Cerdas, Rasional, Maju,
Agamis, dan Sehat Berbasis pada Pengembangan Kawasan Agribisnis dan Wisata
Ramah Lingkungan.
Pada dasarnya visi dalam RPJMD Kabupaten Bandung Barat 2008-2013
sama dengan visi RPJPD Kabupaten Bandung Barat 2005-2025. Bedanya adalah
adanya penekanan (tambahan kalimat) Berbasis pada Pengembangan Kawasan
Agribisnis dan Wisata Ramah Lingkungan. Artinya adalah bahwa sektor ekonomi
98
yang akan menjadi landasan gerak adalah agribisnis dan wisata. Adapun industri
tidak mendapatkan prioritas seperti kedua sektor tersebut. Sama dengan RPJPD,
RPJMD Kabupaten Bandung Barat 2008-2013 tampaknya juga mencoba untuk
mengembangkan wilayah Kabupaten Bandung Barat dengan orientasi ekonomi
masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya lokal.
Adapun untuk mewujudkan visi tersebut dirumuskan melalui 6 misi, yaitu:
1. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang amanah, professional,
efektif, efisien, dan ekonomis yang berbasis pada sistem penganggaran
yang pro-publik.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berakhlak, cerdas,
sehat, dan berdaya saing.
3. Memberdayakan perekonomian daerah berbasis ekonomi kerakyatan yang
berorientasi pada pengembangan sektor agribisnis dan agro wisata dalam
upaya pengentasan kemiskinan.
4. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan.
5. Meningkatkan kualitas derajat kehidupan masyarakat yang berkeadilan.
6. Modernisasi desa melalui peningkatan kapasitas pemerintahan desa dan
pemberdayaan masyarakat desa.
4.6.6.2.Strategi dan Kebijakan
Strategi dan kebijakan ini merupakan prioritas pembangunan jangka
menengah dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah dirumuskan. Adapun
strategi dan kebijakan RPJMD Kabupaten Bandung Barat ditampilkan pada Tabel
43 di bawah ini:
Tabel 43 Strategi dan Kebijakan RPJMD Kabupaten Bandung Barat 2008-2013
No Strategi Kebijakan 1 Penataan SDM mencakup
sumber daya aparatur pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat yang berakhlak mulia, cerdas, sehat dan berdaya saing
Meningkatkan kapasitas aparat pemerintah Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan publik Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mendukung visi dan misi KBB Mengembangkan sarana dan prasarana
99
Lanjutan Tabel 43
No Strategi Kebijakan
Meninkgatkan rasa aman bagi golongan pekerja
2 Menjadikan Bandung Barat sebagai kabupaten agro industri
Meningkatkan kemampuan petani dalam bidang agribisnis Melakukan pendampingan untuk menjaga berjalannya program Me-revitalisasi penyuluhan Mengembangkan sarana dan prasarana Mengembangkan koperasi Membuat kebijakan perluasan areal tanam Mempromosikan potensi usaha daerah
3 Menjadikan Bandung Barat sebagai daerah tujuan wisata terdepan di Tatar Bandung yang berwawasan lingkungan
Meningkatkan kesadaran para pihak tentang program pengembangan wisata alam
Melengkapi sarana & prasarana pendukung kepariwisataan Memenuhi anggaran untuk pengembangan wisata alam Mengembangkan kelembagaan pengelolaan wisata alam yang kuat dan berkesinambungan
Mengembangkan informasi dan publikasi mengenai daerah wisata di Kabupaten Bandung Barat
4 Pengembangan ekonomi kerakyatan dengan sasaran peningkatan kualitas usaha kecil menengah dan penyadaran berkoperasi
Membuat kebijakan yang mendukung UKM dan koperasi Mengembangkan kelembagaan koperasi Mengembangkan produk dan akses pasar
5 Akselerasi kebijakan penguatan otonomi desa
Meningkatkan pemahaman dan kapasitas para pihak
Sumber: RPJMD Kabupaten Bandung Barat 2008-2013