bab 4 metode penelitian 4.1 rancangan penelitianrepository.ub.ac.id/1206/5/bab iv.pdf · 2020. 7....
TRANSCRIPT
20
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan adalah observasional deskriptif
komparatif dengan pendekatan cross-sectional. Peneliti hanya melakukan
pengamatan tanpa memberikan intervensi. Penelitian ini ingin membuat suatu
gambaran dengan melakukan penyelidikan sesaat saat penelitian
dilaksanakan untuk memperoleh fakta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis perbedaan konsumsi air putih antara kelompok normal dan NWO
di Kota Malang.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penduduk di Kota Malang yang
tersebar di 5 kecamatan yaitu Kecamatan Lowokwaru, Kecamatan Blimbing,
Kecamatan Sukun, Kecamatan Klojen, dan Kecamatan Kedungkandang yang
berusia 19-49 tahun dengan jumlah 417.759 orang (BPS Kota Malang, 2015).
4.2.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
4.2.2.1 Kriteria Inklusi
a. Berdomisili di Kota Malang
b. Laki-laki atau perempuan yang berumur 19-49 tahun
c. IMT 18,5-24,9 kg/m2
d. Kelompok normal dengan persen lemak tubuh <20% pada laki-laki
dan <30% pada perempuan
21
e. Kelompok NWO dengan persen lemak tubuh ≥20% pada laki-laki
dan ≥30% pada perempuan
f. Bersedia melanjutkan keikutsertaan menjadi responden
4.2.2.2 Kriteria Eksklusi
a. Perempuan sedang menopause
b. Perempuan sedang hamil
c. Perempuan sedang menyusui
d. Perempuan sedang memiliki anak umur <2 tahun
e. Perempuan yang mengkonsumsi dan/atau menggunakan produk
keluarga berencana (KB) hormonal
f. Perempuan dan laki-laki yang menggunakan obat-obatan yang
mengandung kortisol secara berkelanjutan
g. Perempuan dan laki-laki yang menggunakan obat-obatan penurun
berat badan
4.2.2.3 Kriteria Drop Out
a. Meninggal pada rentang waktu penelitian
b. Pindah rumah pada rentang waktu penelitian
c. Mengundurkan diri pada rentang waktu penelitian
4.2.3 Prosedur Pengambilan Sampel
Prosedur pengambilan sampel memperhatikan beberapa hal yaitu:
a. Tahap pertama adalah memilih satu kelurahan dari masing-masing
kecamatan yang ada di Kota Malang. Kelurahan dipilih dengan
menggunakan teknik simple random sampling.
b. Setalah kelurahan pada masing-masing kecamatan terpilih, berikutnya
adalah memilih wilayah pengambilan sampel berdasarkan Rukun
22
Warga. Pemilihan wilayah Rukun Warga menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel dengan
pertimbangan sehingga mendapatkan yang sesuai dengan kriteria
inklusi. Rukun Warga yang dipilih berdasarkan rekomendasi
narasumber dari pihak kelurahan.
c. Setelah menentukan wilayah Rukun Warga, berikutnya memilih tempat
yang memungkinkan untuk dilakukan penelitian. Dipilihlah salah satu
koordinator untuk membantu mengundang warga datang ke tempat
penelitian. Koordinator adalah warga di wilayah Rukun Warga itu
sendiri.
d. Sampel yang diteliti dipilih dengan teknik purposive sampling. Sampel
digolongkan dalam dua kelompok dengan mempertimbangkan kriteria
inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel yang diperlukan menggunakan
perhitungan rumus Hypotesis Testing Between 2 Means (Lwanga and
Lemeshow, 1991) sebagai berikut:
𝜎2 =[(𝑛1 − 1)𝑠1
2 + (𝑛2 − 1)𝑠22]
(𝑛1 − 1) + (𝑛2 − 1)
=[(2552 − 1)332 + (570 − 1)522]
(2552 − 1) + (570 − 1)
=4316615
3120
= 1383,53
𝑛 =2𝜎2[𝑧
1−2
+ 𝑧1−𝛽 ]2
(𝜇1 − 𝜇2)2
=2(1383,53)[1.96 + 1,28 ]2
(550 − 582)2
= 29
23
Keterangan:
𝜎2 = Populasi variasi jumlah asupan magnesium (1383,53)
n1 dan n2 = Jumlah sampel kelompok 1 dan kelompok 2 ( n1 =2552
dan n2 = 570)
s1 dan s2 = Standart Deviasi kelompok 1 dan kelompok 2 (s1 = 33
dan s2 = 52)
𝝁1 dan 𝝁2= Mean (rata-rata) pada kelompok 1 dan kelompok 2 (𝝁1=
3.9 dan 𝝁2=2.8)
n = Jumlah sampel minimal per kelompok
𝑧1−
2 = 1,96 (Level of Significance 5%)
𝑧1−𝛽 = 1,28 (Power of the test 90%)
(Lwanga and Lemeshow,1991) ; (Kant et al., 2010)
Sampel pada masing-masing kelompok normal dan NWO berjumlah 29
orang, sehingga total sampel adalah 58 orang. Untuk mengantisipasi drop out
saat penelitian berlangsung, maka ditambahkan 10% dari total sampel yaitu 6
orang. Jadi, jumlah seluruh sampel dalam penelitin ini adalah 64 orang
(Lwanga and Lemeshow, 1991).
4.3 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah status gizi normal dan NWO serta rata-
rata konsumsi air putih dalam mililiter.
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Malang yang terdiri dari 5 kecamatan yaitu
Kecamatan Lowokwaru, Kecamatan Blimbing, Kecamatan Sukun, Kecamatan
Klojen, dan Kecamatan Kedungkandang. Penelitian dilaksanakan dari bulan
September 2015 hingga September 2016.
24
4.5 Instrumen Penelitian
Berikut alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian :
a. Formulir skrining untuk mengetahui apakah responden penelitian
termasuk kriteria inklusi atau eksklusi dan identitas responden.
b. Formulir data antropometri untuk mencatat data BB, TB, IMT, dan %BF
c. Alat ukur antropometri, yaitu:
a) Microtoise merk SECA 206 dengan ketelitian 0.1 cm
b) Timbangan injak digital sekaligus body fat analyzer yang
menggunakan merk Omron seri HBF-358 BW dengan ketelitian 100
gram
d. Formulir Informed Consent sebagai surat pernyataan kesediaan
menjadi responden peneltian
e. Kuesioner umum untuk mengetahui karakteristik umum responden
(Wirawan, 2017)
f. Wadah air putih berukuran 2700 ml untuk alat bantu mengukur konsumsi
air putih responden
g. Formulir Record untuk mencatat asupan air putih responden selama 3
hari
h. Stiker perhitungan selisih konsumsi air putih
i. Formulir Recall untuk memastikan asupan air putih responden dalam 3
hari dan konsumsi air di luar wadah yang disediakan
j. Software SPSS for Windows 20.0 untuk mengolah data konsumsi air
putih
25
4.6 Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Hasil ukur Skala
Konsum
si Air
Putih
Konsumsi air putih
responden selama 3
hari berturut yang
dicatat dalam form
record yang
dinyatakan dalam
miligram
1. Gelas Ukur
Dengan Skala
2. Stiker Angka
3. Formulir
record konsumsi
air
Rata-rata konsumsi air
putih harian responden
dalam mililiter (mL)
Rasio
Status
Gizi
Status Gizi
responden yang
dikategorikan
sebagai berikut:
1. Normal
IMT 18,5-24,9 kg/m2
%BF laki-laki <20% dan wanita <30%
2. NWO
IMT 18,5-24,9 kg/m2
%BF laki-laki ≥20% dan wanita ≥30%
Microtoise merk
Seca
BIA (Bioelectrical
Impedance
Analysis) merk
Omron seri HBF-
358 BW dengan
ketelitian 100
gram
1. IMT 18,5-24,9
(Riskesdas, 2013)
%BF <20% untuk laki-
laki dan <30% untuk
perempuan (Mannisto
et al.,2013)
2. IMT 18,5-24,9
(Riskesdas, 2013)
%BF <20% untuk laki-
laki dan <30% untuk
perempuan (Mannisto
et al.,2013)
Nominal
26
4.7 Prosedur Penelitian
Pengambilan data antropometri yang dibantu oleh enumerator, maka
dilakukan standarisasi terlebih dahulu. Standarisasi dilakukan untuk menilai
presisi dan akurasi pengukuran antropometri. Berikut ini adalah tahapan
standarisasi:
1) Menyiapkan subjek yang diukur, yaitu sebanyak 5 orang
2) Setiap pengukur melakukan pengukuran setiap subjek sebanyak 2 kali
3) Mencatat hasil pengukuran pertama pada form dilanjutkan pengukuran
kedua dan dicatat juga di form
4) Supervisor melakukan pengukuran pada semua subjek sebanyak 2 kali
5) Memindahkan semua data pada tabel berikut dengan menggunakan
software microsoft excel :
Tabel 4.1 Standarisasi Pengukuran
Subjek Supervisor
Tanda Observer
Tanda s S D D2 Tanda
a b d d2 A b D D2
Keterangan: a. Kolom ‘a’ adalah hasil pengukuran pertama dan ‘b’ adalah hasil
pengukuran kedua b. Kolom ‘d’ diisi dengan hasil (a-b) berikut tandanya (+/-) c. Kolom ‘d2’ diisi dengan hasil kuadrat dari (a-b)
d. Kolom ‘tanda’ diisi dengan tanda dari langkah ‘g’, bila d=0 tidak perlu diisi
6) Menjumlahkan total nilai kolom ‘d²’ baik pada kolom supervisor maupun
observer
7) Mengisi kolom ‘s’ dengan penjumlahan (a+b) dari observer
8) Mengisi kolom ‘S’ dengan penjumlahan (a+b) dari supervisor
9) Mengisi kolom ‘D’ dengan pengurangan (s-S)
27
10) Mengisi kolom ‘D²’ dengan pengkuadratan nilai kolom ‘D’
11) Mengisi kolom ‘tanda’ yang terakhir sesuai tanda ‘D’. Bila D=0 tidak perlu
diisi
12) Menjumlah total nilai kolom pada kolom ‘D’ dan ‘D²’. Kolom total ‘tanda’ diisi
dengan tanda terbanyak/total tanda
13) Hasil pengukuran dikataan presisi apabila total d² observer < 2 total d²
supervisor, dikatakan akurasi apabila total D² observer < 3 total d²
supervisor
14) Jumlah d² supervisor terkecil untuk menunjukkan yang paling presisi
15) Melihat kolom tanda pada kolom ‘D’ apakah hasil observer cenderung lebih
besar atau lebih kecil
16) Melihat kolom tanda ‘d’ observer, bila (+) lebih banyak maka pengukuran
pertama cenderung lebih besar dari pengukuran kedua dan sebaliknya,
untuk memperkirakan kesalahan yang mungkin sering dilakukan.
(Supariasa, 2002)
Prosedur penelitian selanjutnya yang dilakukan melalui beberapa tahapan
yang telah ditentukan hingga mendapatkan data yang diinginkan:
1) Peneliti mengambil data identitas dan jawaban responden terkait
pertanyaan mengenai kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan
oleh peneliti. Pengambilan data ini dengan cara wawancara langsung
kepada responden menggunakan formulir skrining. Responden yang
tidak sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi maka tidak dapat
menjadi responden penelitian. Namun diperbolehkan mengikuti
pengukuran TB, BB dan %BF. Selain itu responden tersebut diberikan
bingkisan sebagai ucapan terima kasih dari peneliti.
28
2) Responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi wajib
mengikuti pengukuran antropometri. Data Antropometri dilakukan oleh
peneliti untuk mengetahui responden yang tergolong dalam kelompok
status gizi normal dan NWO melalui pengukuran TB dan Bioelectrical
Impedance Analysis (BIA) yang meliputi BB, IMT dan %BF. Berikut
tahapan pelaksanaan pengumpulan data primer yang dilakukan oleh
peneliti:
a. Pengukuran Tinggi Badan
a) Persiapan peneliti dalam memasang alat TB yaitu microtoise:
1. Menggantungkan bandul benang untuk mempermudah
pemasagan microtoise di dinding agar tegak lurus.
2. Meletakan alat pengukur di lantai yang datar tidak jauh dari
bandul tersebut dan menempel pada dinding. Dinding yang
digunakan tidak terdapat lekukan atau tonjolan (rata).
3. Menarik papan penggeser tegak lurus ke atas, disejajarkan
dengan benang berbandul yang tergantung dan menarik
sampai angka pada jendela baca menunjukkan angka 0.
Kemudian dipaku atau direkat dengan lakban pada bagian
atas microtoise.
4. Untuk menghindari terjadi perubahan posisi pita maka
peneliti memberi perekat pada posisi sekitar 10 cm dari
bagian atas microtoise.
b) Pelaksanaan pengukuran tinggi badan oleh peneliti:
1. Meminta responden untuk melepaskan alas kaki
(sandal/sepatu), topi (penutup kepala) maupun
29
melonggarkan kunciran rambut yang menghalangi saat
pengukuran.
2. Memastikan alat geser pada microtoise berada di posisi
atas dan meminta reponden berdiri tegak, persis di bawah
alat geser. Posisi kepala, bahu bagian belakang, lengan,
pantat dan tumit menempel pada dinding tempat microtoise
di pasang.
3. Meminta responden untuk memandang lurus ke depan dan
tangan dalam posisi tergantung bebas.
4. Menggerakan alat geser sampai menyentuh bagian atas
kepala responden.
5. Memastikan alat geser berada tepat di tengah kepala
responden. Dalam keadaan ini bagian belakang alat geser
harus tetap menempel pada dinding.
6. Peneliti membaca angka tinggi badan pada jendela baca ke
arah angka yang lebih besar (ke bawah). Pembacaan
dilakukan tepat di depan angka (skala) pada garis merah
dan sejajar dengan mata.
7. Apabila peneliti lebih rendah dari yang diukur, peneliti harus
berdiri di atas bangku agar hasil pembacaannya benar.
Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka
di belakang koma (0,1cm).
30
Keterangan :
i. Keterbatasan microtoise adalah memerlukan tempat
dengan permukaan lantai dan dinding yang rata, serta
tegak lurus tanpa tonjolan atau lengkungan di dinding.
ii. Apabila tidak ditemukan dinding yang rata dan tegak
lurus setinggi 2 meter, peneliti mencari tiang rumah atau
papan yang dapat digunakan untuk menempelkan
microtoise (Depkes RI, 2007).
b. Pengukuran berat badan, %BF, dan IMT dengan menggunakan BIA
oleh peneliti:
1. Persiapan alat dengan memasang baterai pada bagian bawah
alat timbang (perhatikan posisi baterai)
2. Meletakan BIA pada lantai yang datar
3. Peneliti memastikan kaki responden bersih dan tidak basah
(sediakan keset/handuk kaki di dekat alat ukur) dan
melepaskan benda benda logam yang menempel pada
tubuhnya, seperti: kalung, cincing, uang, sabuk, dan
sebagainya.
4. Peneliti menyalakan tombol power dan menunggu BIA sampai
display menunjukkan 0,0 kg
5. Menekan tombol USER untuk memilih profil individu atau
apabila tidak ada dapat menggunakan tombol GUEST sampai
muncul indikator G pada display
6. Menekan tombol SET/MODE dan mengatur data responden
meliputi: umur, memasukkan umur responden untuk
31
menambah angka menekan ▲ atau mengurangi angka
menekan tombol ▼, setelah selesai menekan kembali tombol
SET/MODE untuk mengatur jenis kelmain (laki-lai atau wanita),
selanjutnya tinggi badan dengan memasukkan tinggi badan
responden dan melakukan penambahan angka menekan ▲
atau mengurangi angka menekan tombol ▼, setelah selesai
semua akan muncul 0,0 kg pada display dan lanjut ke
pengukuran
7. Memastikan responden sudah menggunakan pakaian
seminimal mungkin, kemudian responden berdiri tegak
memegang bandel, sampai tangan tegak lurus membentuk
sudut 90o supaya tubuh terdistribusi merata
8. Setelah itu, indikator pengukuran display bagian bawah akan
memproses dengan menampilkan bar yang bergerak dari kiri
ke kanan
9. Setelah lengkap display akan menampilkan berat badan
responden, dan meminta responden turun dari timbangan
10. Hasil yang diperoleh tidak hanya berat badan, untuk melihat
hasilnya tekan SET/MODE dan memunculkan pengukuran
WEIGHT FAT VISERAL FAT BMI RM (Rate
Metabolic) BODY FAT WEIGHT (again)
11. Peneliti melakukan pengukuran dua kali untuk mengakuratkan
hasilnya dan pengukuran hingga 3 kali apabila hasil
pengukuran 1 dan 2 berbeda 0.2
12. Pencatatan hasil oleh peneliti
32
Sumber: Instruction Manual Full Body Sensor Body
Composition Monitor and Scale Model Omron seri HBF-358
BW
3) Setelah peneliti melakukan pengukuran antropometri dilanjutkan
kesediaan responden dengan mengisi formulir informed concent.
Apabila bersedia melanjutkan keikutsertaan menjadi responden
penelitian maka peneliti akan menggali data dengan wawancara terkait
konsumsi air putih selama tiga hari dengan harapan dapat menghitung
dengan menggunakan SPSS. Berikut tahapan menggali data yang
dilaksanakan oleh peneliti:
a. Responden diberikan wadah air besar untuk konsumsi air putih
selama 3 hari
b. Responden diberikan edukasi terkait bagaimana cara mencatat
konsumsi air putih dengan wadah air (water pitcher) yang
mempunyai stiker berupa skala yang akan ditempeli stiker
angka urutan pengisian oleh responden sendiri
c. Penggunaan wadah air sebagai berikut. Pertama, wadah air di
isi penuh hingga batas atas yang diberikan. Kedua, setiap kali
wadah air akan diisi ulang, maka diberi stiker ditempat dimana
air tersebut tersisa, stiker satu untuk pengisian pertama, stiker
kedua untuk pengisian kedua hingga seterusnya. Pengisian air
harus selalu penuh hingga batas atas yang ditentukan.
Perhitungan air yang dikonsumsi adalah batas atas dikurangi
batas akhir sebelum pengisian ulang air, kemudian selisihnya di
jumlah tergantung berapa kali pengisian ulang.
33
d. Peneliti mencatat konsumsi air putih dari wadah air dan
melakukan recall konsumsi air putih selain dari wadah air
selama 24 x 3 hari
e. Peneliti mengolah data konsumsi air putih harian responden
menggunakan software SPSS
4.7.1 Alur Penelitian
4.8 Analisis Data
Data konsumsi air dan status gizi yang didapat, diuji menggunakan
software SPSS for Windows 16.0. Sebelum melakukan uji perbedaan,
Peneliti
Mencari responden yang sesuai kriteria inklusi termasuk IMT ≥18,5-24,9
Pengukuran %BF
Informed Consent
Pemberian materi tentang Pencatatan
Mandiri dengan cara menandai Water
Pitcher dengan stiker
Pengolahan data secara statistik
Follow up kegiatan ‘Pencatatan Mandiri’
dan melakukan recall konsumsi air diluar
Water Pitcher yang disediakan
34
dilakukan uji normalitas dengan menggunakan Shapiro Wilk karena sampel
setiap kelompok yang di dapat kurang dari 50. Pada penelitian ini, data tidak
terdistribusi normal maka dilakukan transformulirasi untuk menjadikan data
terdistribusi normal. Apabila data terdistribusi normal menggunakan uji statistik
T–test tidak berpasangan dengan tingkat kepercayaan 95% sehingga
didapatkan hasil uji statistik diskriptif dan komparatif untuk melihat perbedaan
antara dua kelompok berdasarkan nilai p yaitu:
a. p > α (α = 0,05) maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara asupan
magnesium terhadap wanita kelompok status gizi Normal dan NWO yang
berusia 19-49 tahun di Kota Malang.
b. p < α (α = 0,05) maka ada perbedaan yang signifikan antara asupan magnesium
terhadap wanita kelompok status gizi Normal dan NWO yang berusia 19-49
tahun di Kota Malang.