bab 5 metodologi dan renc kerja (v)

Upload: andrea-asvani

Post on 13-Oct-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Fasilitasi Penyusunan Rencana Zonasi Rinci Pulau Pulau Kecil Perbatasan di Pulau Sebatik

Pekerjaan Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah PesisirDan Pulau-Pulau Kecil (WP3K) Kabupaten Sukabumi|PT. Aria GrahaUSULAN TEKNIS

Bab - 5

Metodologi dan Program Kerja

5.1. PENDEKATAN METODOLOGI

5.1.1.Umum

Secara umum metodologi pendekatan pekerjaan Penyusunan Dokumen Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Sukabumi merupakan upaya untuk mencapai hasil akhir sesuai dengan maksud, tujuan dan sasaran pekerjaan. Hal ini dicapai dengan pendekatan terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan subtansi materi pekerjaan dan aspek-aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan untuk mencapai hasil akhir pekerjaan yang diharapkan.

Secara keseluruhan, pendekatan yang digunakan adalah mewujudkan Kawasan Pulau Pulau Kecil, atau kawasan hunian yang sadar akan lingkungan dalam pengelolaannya dengan mempersiapkan mitigasi bencana, Pendekatan sadar bencana meletakkan prioritas pembangunan Kawasan Pulau pulau Kecil untuk mengatasi masalah degradasi kualitas lingkungan hidup.

Manajemen pengelolaan Pulau pulau kecil dengan mitigasi bencana, baik yang berupa mitigasi, kewaspadaan, tanggapan, maupun pemulihan adalah satu siklus aktivitas yang berkelanjutan tanpa tergantung dari ada atau tidaknya terjadi bencana.

4.1.2.Pendekatan

4.1.2.1.Pendekatan Ekologi, Konservasi dan Daya Dukung

Pendekatan ekologi dan konservasi yang dimaksud disini adalah melihat kebutuhan dasar manusia dan makluk hidup lainnya untuk kelangsungan hidup. Ruang wilayah pesisir adalah salah satu sumber daya yang bersifat tetap dan terbatas, sedangkan kebutuhan penggunaan ruang semakin bertambah dan meningkat. Maka perlunya pengaturan penggunaan ruang yang dapat mengakomodir seluruh kebutuhan penggunaan ruang, untuk menghindari terjadinya benturan kepentingan antar kegiatan pemakai ruang. Demikian juga dengan sumberdaya hayati yang ada di pesisir tentulah memerlukan ruang hidup agar lestari,

5.1.2.2.Pendekatan Perencanaan Pesisir Berbasis Sadar Bencana

Secara geografis Indonesia terletak di daerah katulistiwa dengan morfologi yang beragam dari daratan sampai pegunungan tinggi. Keragaman morfologi ini banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas pergerakan lempeng tektonik aktif di sekitar perairan Indonesia diantaranya adalah lempeng Eurasia, Australia dan lempeng Dasar Samudera Pasifik. Pergerakan lempeng-lempeng tektonik tersebut menyebabkan terbentuknya jalur gempa bumi, rangkaian gunung api aktif serta patahanpatahan geologi yang merupakan zona rawan bencana gempa bumi dan tanah longsor.

Wilayah pesisir di Indonesia merupakan kawasan yang sangat rawan bencana, oleh karena itu perlu diupayakan langkah-langkah strategis untuk melindungi setiap warga negara dengan langkah-langkah penanggulangan bencana yang dimulai dari sebelum, pada saat dan setelah bencana terjadi.Salah satu upaya yang dilakukan pada saat sebelum terjadinya bencana adalah pencegahan dan mitigasi, yang merupakan upaya untuk mengurangi atau memperkecil dampak kerugian atau kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh bencana.

5.1.2.3.Pendekatan Perencanaan Berbasis Sosial Budaya Masyarakat

Pendekatan ini memandang wilayah sebagai satu kesatuan ruang sosial (social space) dengan masyarakatnya yang beragam serta mempunyai budaya dan tata nilai (norm and value) tersendiri. Masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir pantai, di sepanjang aliran sungai maupun di sekitar hutan masing-masing memiliki ciri-ciri dan tata nilai tradisional yang unik. Dalam penyusunan pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang evakuasi bencana, corak ragam budaya dan tata nilai ini harus ditempatkan sebagai satu variabel yang penting.

Diharapkan melalui pendekatan ini akan dapat dihindari kemungkinan terjadinya penolakan sosial dan keterasingan kelompok masayarakat tertentu terhadap ruang evakuasi bencana, sehingga ruang evakuasi tersebut menjadi asing bagi masyarakat. .

5.1.2.4.Pendekatan Keterpaduan Dalam pelaksanaan pendekatan pengembangan wilayah diIndonesia terus dilakukan penyesuaian seiring koreksi terhadappendekatan yang dilaksanakan sebelumnya. Muncul kesadaran,pendekatan pembangunan yang bersifat sektoral dan parsial kerap mengakibatkan inefisiensi pembangunan, seperti duplikasi kegiatanserta konflik antarsektor dan daerah. Pendekatan pengembangan wilayah yang diterapkan terus berevolusi dari pendekatan yangbertumpu pada pendekatan ekonomi wilayah kemudian berkembangdengan mengintegrasikan pendekatan fisik dan infrastruktur, kelembagaan, manajemen dan lingkungan.

Meski demikian, tantangan yang perlu dijawab agarpendekatan pengembangan wilayah berjalan efisien dan efektifadalah : Pendekatan bottom-up dan melibatkan semua pelaku pembangunan; Transparan dalam perencanaan, implementasi dan pengendalian; Memberi perhatian besar pada tuntutan jangka pendek; Realistis terhadap tuntutan dunia usaha dan masyarakat; Berwawasan luas, dengan perhatian pada kawasan lebih detail; Rencana dapat dijadikan pedoman investasi; Menjaga dan meningkatkan mutu lingkungan sambil mendorong dan memfasilitasi pembangunan; Mempunyai visi pembangunan dan manajemen pembangunan (applicable).

5.2.Program Pekerjaan

Pelaksanaan kegiatan sebagaimana tahapan berikut :1. PersiapanPada tahapan ini dilakukan persiapan pelaksanaan kegiatan yang meliputi : Penyiapan personil dalam tim kerja (tenaga ahli dan tenaga pendukung sesuai dengan tata laksana personil), Penyiapan administrasi, Studi literatur sebagai awal atau referensi untuk pelaksanaan kegiatan

2. Pengumpulan Data SekunderPada tahapan ini dilakukan kegiatan yang meliputi : Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data sekunder yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi pemanfaatan sumberdaya dan isu-isu perencanaan. serta pengumpulan bahan peta dasar (data bentang alam laut dan daratan) dan peta tematik sesuai skala peta yang telah ditentukan. Jenis-jenis data dasar serta kedalaman informasi yang dibutuhkan sebagai tercantum dalam bab studi terdahulu.-Jenis-jenis data dasar serta kedalaman informasi yang dibutuhkan dalam Penyusunan Dokumen Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Sukabumi meliputi :

a. Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Merupakan data pada skala 1:25.000 yang mencakup kedalaman informasi topografi, batas administrasi sampai desa, gedung dan bangunan, jaringan jalan, jaringan sungai dan tubuh air.Data ini dapat diperoleh dari Bakosurtanal. b. Peta Sistim Lahan dan Kesesuaian Lahan (Landsystems and Landsuitability) Merupakan data pada skala 1:100.000 yang mencakup kedalaman informasi Sistim Lahan dan bentuk lahan. Sistim lahan terdiri dari : Pantai, Rawa Pasut, Dataran Aluvial, Jalur Kelokan, Rawa-Rawa, Lembah Aluvial, Kipas & Lahar, eras-teras. Dataran. Bentuk Lahan terdiri dari : Kemiringan Relief, Lebar Puncak, Lembah-Lembah, Jenis Batuan / Mineral Dominan, Daerah Iklim, Kesesuaian Lahan. Data ini dapat diperoleh dari Bakosurtanal, Dishidros TNI AL. c. Peta Lingkungan Laut Nasional (LLN) dan Lingkungan Perairan Indonesia (LPI) Merupakan data pada skala 1:100.000 sampai dengan skala 1:50.000 yang mencakup kedalaman informasi Garis Pantai, Batu Karang, Terumbu, Beting Karang, Tempat Berlabuh, Menara Suar, Dilarang Berlabuh, Garis Cakupan 4 sd 12 mil laut, Stasiun Radar, Kerangka Berbahaya, Kabel Dalam Air, Pipa Dalam Air, Sistim Pemisahan Lalulintas, Batas Sektor, Daerah Latihan, Daerah Larangan, Terlarang, Pelampung. Data ini dapat diperoleh dari Bakorsurtanal, Dishidros TNI AL.d. Bathimetri (kedalaman laut) Merupakan data dengan skala 1:25.000 sd skala 1:10.000 meliputi kedalaman informasi kedalaman perairan yang bisa diperoleh dari : Dishidros, Bakorsurtanal, LPI, LLN ataupun dengan survei bathimetri.

e. Geologi dan geomorfologi Merupakan data dengan skala 1:100.000 sd 1:50.000 tentang bentuk dan tipe pantai, jenis substrat dasar dan geologi dasar laut yang bisa diperoleh dari : BALITBANG KKP, PPGL, kajian terkait sebelumnya dan ground check di lapangan. f. Oceanografi Merupakan data tentang hidrologi, oceanografi fisika, kimia dan biologi yang bisa didapatkan dari : survey lapangan dan kajian terkait sebelumnya. g. Ekosistem pesisir dan sumberdaya ikan Merupakan data yang disajikan pada skala 1:50.000 sd 1:25.000 tentang kondisi, jenis dan kelimpahan biota yang ada pada ekosistem pesisir (mangrove, padang lamun dan terumbu karang) yang bisa diperoleh dari : interpretasi citra Alos Pansharp (Alos Avnir 2 dan Alos Prism), ground check, penyelaman dan kajian terkait sebelumnya.Data potensi sumberdaya ikan untuk ikan demersal dapat diperoleh dengan penyelaman, sedangkan untuk ikan pelagis dengan parameter SST, chlorofil, salinitas, dan upwelling, atau ground check dengan menggunakan fishfinder. h. Infrastruktur Merupakan data tentang sistem jaring transportasi, energi, telekomunikasi, sumberdaya air, sarana prasarana perikanan dan prasarana lainnya yang bisa didapatkan dari : RTRW, Dinas PU dan kajian terkait sebelumnya. i. Pemanfaatan lahan daratan (Land use) Merupakan data pada skala 1:50.000 sd 1:25.000 meliputi penggunaan lahan darat (land use) eksisiting di wilayah pesisir dan ground check. Penyajian data penggunanaan lahan dan kedalaman informasi mengacu pada SNI yang ada. j. Kesesuaian lahan perairan Merupakan data tentang kondisi fisika, kimia dan biologi perairan yang akan dimanfaarkan untuk menganalisa kesesuaian perairan untuk kegiatan lindung dan budidaya di wilayah pesisir dan pulau-pulau yang bisa diperoleh dari : RTRW dan hasil analisis. k. Pemanfaatan ruang laut (Marine use) Merupakan data tentang penggunaan ruang laut eksisting seperti : lokasi karamba, lokasi bagan, lokasi bangunan pantai, lokasi lepas pantai, pariwisata, pertambangan, konservasi yang sudah ditetapkan, dll yang bisa diperoleh dari : interpretasi citra, ground check dan kajian lain.

l. Sumberdaya air Merupakan data mengenai Sumberdaya Air Permukaan dan Air Tanah di Wilayah Perencanaan, yang bisa diperoleh dengan analisis citra penginderaan jauh, Analisis debit berbasis DAS, dan RTRW, Dinas PU dan kajian terkait sebelumnya m. Sosial dan budaya Merupakan data tentang kondisi sosial dan kelembagaan, seperti kependudukan, adat istiadat, agama, masyarakat adat dan kearifan lokal yang bisa diperoleh dari : RTRW, BPS, wawancara, dll. n. Ekonomi wilayah Merupakan data tentang kondisi ekonomi makro dan mikro yang bisa diperoleh dari : RTRW, BPS, wawancara, dll. o. Risiko bencana Merupakan data, informasi dan peta tentang kerawanan bencana seperti sea level rise, tsunami, banjir, badai, gelombang pasang/ekstrim/rob, tanah longsor, landsubsidence, intrusi laut,gempa, abrasi, sedimentasi yang bisa diperoleh dari : BNPB, BPBD, RTRW dan pemodelan.3. Penyusunan Laporan PendahuluanLaporan Pendahuluan Rencana zonasi berisikan tentang :Gambaran Umum lokasi kegiatan, metodologi, data-data sekunder yang terkumpul, hasil kajian studi terdahulu, rencana kerja, peralatan dan kebutuhan data.4. Survei LapanganSurvei lapangan dilaksanakan dalam rangka pengumpulan data sekunder dan primer yang belum tersedia dalam rangka penyusunan data dan informasi sumberdaya (sumberdaya alam, sumberdaya fisik/buatan, sumberdaya sosial ekonomi dan sumberdaya manusia). Survey lapang ini dilaksanakan dalam rangka melakukan verifikasi terhadap data sekunder yang sudah terkumpul sebelumnya serta melakukan pengumpulan data primer.Pengumpulan data primer merupakan kegiatan pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis melalui perekaman data (observasi, pengambilan sampling, penghitungan, pengukuran, wawancara, kuesioner atau focus group discussion) langsung dari sumber pertama (fenomena/objek yang diamati).

5. Pengumpulan Data PrimerA. Oseanografi Seluruh pengumpulan data primer dataset oseanografi dilakukan hingga kedalaman 50 m, data yang diambil meliputi: Fisika Perairan Data fisika perairan yang diukur meliputi:Arus, Pasang Surut, Gelombang, Suhu, Kecerahan, Total Suspended Solid (TSS). a. Arus Arus diukur menggunakan alat ukur arus pada 2 (dua) titiksecara simultan dengan didukung data sekunder.Data primer dan sekunder digambarkan dalam scatter diagram, vektor plot, current rose (mawar arus). Untuk distribusi spasial pola arus untuk tiap 500 m disimulasikan dengan model hidrodinamika pola arus dengan grid maksimal 500 x 500 m, dan dikalibrasi dengan hasil pengukuran.Data ukur juga meliputi pada saat kondisi pasang tinggi (fase spring tide). Peta arus skala 1:50.000, digambar dalam bentuk kontur isoline dengan interval 0,05 m/detik. b. Pasang Surut Pasang surut diukur selama 7 hari 7 malam pengamatan. Data hasil pengukuran didukung dengan data sekunder.Data pasang surut disimulasikan dengan model hidrodinamika dan dikalibrasikan dengan hasil pengukuran arus. c. Gelombang Gelombang diprediksi dengan data angin. Distribusi spasial tinggi dan arah gelombang setiap 500m disimulasikan dengan model refraksi gelombang. Peta tinggi gelombang skala 1:50.000 digambarkan dalam bentuk kontur isoline tiap 0,1 m. d. Suhu, Kecerahan, dan TSS 1) Suhu Suhu diukur dengan thermometer. Suhu dianalisis dengan citra satelit dan dilakukan ground check pada 10 titik yang lokasinya ditentukan berdasarkan analisis citra satelit. Peta suhu skala 1:50.000, digambar dalam bentuk kontur isoline dengan interval 1 (C). 2) Kecerahan Kecerahan dilakukan secara insitu dengan menggunakan secchi disk. Peta kecerahan skala 1:50.000, digambar dalam bentuk kontur isolinedengan interval per 1 m.

3) Total Suspended Solid (TSS) dianalisis di laboratorium. Kimia dan Biologi Perairana. pH dan Salinitas pH, Salinitas diukur dengan menggunakan alat ukur. Peta pH dan Salinitas digambar pada skala 1:50.000. Peta pH digambar dalam bentuk kontur isoline dengan selang 0,5. Peta Salinitas digambar dalam bentuk kontur isoline dengan selang 1 o/oo. b. COD, BOD, Amonia COD, BOD, Amonia dilakukan sampling untuk diukur dan dianalisis. Peta COD, BOD, Amonia digambar pada skala 1:50.000. Peta COD dan BOD digambar dengan bentuk kontur isoline dengan selang 0,4 mg/l. Peta Amonia digambar dalam bentuk kontur isoline dengan selang 0,1 mg/l. c. Klorofil Klorofil dianalisis dengan citra satelit dan dilakukan ground check pada titik yang lokasinya ditentukan berdasarkan analisis citra satelit. Peta klorofil skala 1:50.000, digambar dalam bentuk kontur isoline dengan selang 0,1 mg/m3.B. Ekosistem Pesisira. Terumbu Karang Mengumpulkan data dan informasi tentang terumbu karang yang meliputi : sebaran, luasan, dan kondisi terumbu karang. Untuk mendeteksi keberadaan, sebaran dan luasan terumbu karang dilakukan analisis citra satelit, dengan resolusi minimal 20 x 20 m. Hasil analisis citra satelit digunakan untuk penentuan lokasi sample. Berdasarkan penentuan titik sample, dilakukan survey lapangan dan mencatat data primer untuk mengetahui tutupan dan kondisi terumbu karang. b. LamunMengumpulkan data dan informasi tentang lamun yang meliputi : sebaran, luasan, dan kondisi lamun. Berdasarkan penentuan titik sample, dilakukan survey lapangandan pencatatan untuk mengetahui jenis dan kondisi lamun. c. MangroveMengumpulkan data dan informasi tentang mangrove yang meliputi : jenis, sebaran, luasan, dan kondisi (penutupan tajuk dan kerapatan pohon) mangrove. Untuk mendeteksi keberadaan, sebaran dan luasan mangrove dilakukan analisis citra satelit, dengan resolusi minimal 20 x 20 m. Hasil analisis citra satelit digunakan untuk penentuan lokasi titik samplepengamatan. Berdasarkan penentuan titik sample, dilakukan survey lapangan untuk mengetahui penutupan tajuk (%) dan kerapatan pohon (jumlah pohon per hektare) dan kondisi mangrove.Pada saat pengamatan ekosistem, diamati juga spawning ground, nursery ground, dan feeding ground.Peta ekosistem pesisir skala 1:50.000 digambar sebaran dalam bentuk polygon dan kondisi dalam bentuk pie chart.C. Sumberdaya Ikana. Ikan Demersal Mengumpulkan data dan informasi mengenai jenis dan kelimpahan ikan demersal diperoleh dari hasil survey lapangan. Survey lapangan dilakukan bersamaan dengan survey ekosistem (terumbu karang,lamun, dan mangrove), untuk memperoleh jenis, kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman, dominansi ikan demersal, dan makrobentos. Peta sumberdaya ikan demersal skala 1:50.000 digambar dalam bentuk pie chart dengan informasi dasar ekosistem pesisir. b. Ikan PelagisMengumpulkan data dan informasi mengenai lokasi, keberadaan, jenis dan kelimpahan ikan pelagis. Untuk mendeteksi keberadaan ikan pelagis dilakukan analisis citra satelit, dengan resolusi minimal 20 x 20 m terhadap klorofil dan suhu permukaan laut, serta dikombinasikan dengan pola arus dari hasil simulasi model hidrodinamika. Hasil analisis citra satelit digunakan untuk penentuan lokasi ground checkatau wawancara/kuisioner dengan nelayan untuk mengetahui jenis dan kelimpahan ikan. Peta sumberdaya ikan pelagis skala 1:50.000 digambar dalam bentuk polygon, dan jenis serta kelimpahan ikan dalam bentuk pie chart dengan informasi dasar lokasi fishing ground. c. Jenis Ikan yang dilindungiPenyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi mengenai jenis ikan yang dilindungi dilakukan secara bersamaan dengan survei ikan pelagis dan ikan demersal.D. Pemanfaatan Wilayah Laut EksistingMengumpulkan data dan informasi mengenai jenis dan lokasi pemanfaatan wilayah laut yang telah ada. Untuk mendeteksi lokasi pemanfaatan wilayah laut yang ada dilakukan analisis citra satelit dan data sekunder pemanfaatan wilayah laut. Hasil analisis citra satelit digunakan untuk ground check untuk mengetahui jenis pemanfaatan wilayah laut yang ada. Peta pemanfaatan wilayah laut skala 1:50.000 digambar dalam bentuk polygon dan point.

E. Substrat Dasar LautMengumpulkan data dan informasi mengenai lokasi dan jenis substrat dasar laut. Untuk mendeteksi lokasi dan jenis substrat dasar laut dilakukan survey pengambilan sample pada titik pengamatan. Survey substrat dasar laut dilakukan pada kedalaman maksimal 100 m. Hasil pengambilan sample substrat dasar laut dianalisis di laboratorium untuk mengetahui persentase ukuran butir dan jenis substrat.Peta substrat dasar laut skala 1:50.000 digambar dalam polygon.F. InfrastrukturMengumpulkan data dan informasi mengenai infrastruktur (sarana prasarana kelautan dan perikanan).Untuk mendeteksi lokasi dan sebarannya dilakukan ground check dengan menggunakan GPS.Peta infrastruktur skala 1:50.000 digambar dalam bentuk point. G. Demografi dan SosialMengumpulkan data dan informasi mengenai : a) Demografi, meliputi : jumlah penduduk, gender, tenaga kerja, jumlah nelayan dan pembudidaya ikan, mata pencaharian, pendidikan b) Sosial, meliputi : wilayah masyarakat hukum adat (lokasi, batas dan karakteristik), wilayah penangkapan ikan secara tradisional (lokasi, batas, dan karakteristik) c) Budaya, meliputi : kondisi dan karakteristik masyarakat setempat termasuk tempat suci dan kegiatan peribadatannya, aktifitas/ritual keagamaan, situs cagar budaya dll. Peta demografi dan sosial skala 1:50.000 digambar dalam bentuk point/polygon disertai informasi dalam bentuk diagram/tabel/pie chart. Mengumpulkan data dan informasi mengenai: Kegiatan ekonomi masyarakat (tingkat pendapatan masyarakat per kecamatan); Kondisi sarana dan prasarana pendukung (jaringan jalan, transportasi laut, transportasi udara, tingkat aksesibilitas); Kondisi fasilitas dan utilitas (listrik, telekomunikasi, air bersih dan lain-lain). Peta sosial, ekonomi, dan budaya skala 1:50.000 digambar dalam bentuk point dan/atau polygon. H. Resiko Bencana dan PencemaranMengumpulkan data dan informasi mengenai resiko bencana (jenis, lokasi, batas, riwayat kebencanan, tingkat kerusakan, kerugian) dan pencemaran (sumber pencemaran). Untuk mendeteksi resiko bencana dan pencemaran dilakukan ground check dengan menggunakan GPS dan wawancara. Peta resiko bencana dan pencemaran skala 1:50.000 digambar dalam bentuk polygon.

6. Identifikasi Potensi WilayahIdentifikasi Potensi wilayah yang meliputi; Identifikasi jenis dan sumberdaya, Identifikasi pemanfaatan pesisir dan pulau-pulau kecil serta Identifikasi potensi pengembangan wilayah.Beberapa faktor yang diidentifikasi dapat mempengaruhi pengembangan kawasan pulau-pulau kecil antara lain :a. Kualitas Sumberdaya Manusia.Kualitas sumberdaya manusia menjadi penentu percepatan pembangunan sebuah kawasan. Keterbukaan masyarakat terhadap budaya dan teknologi dari luar daerah serta pemahaman atas perbedaan menjadi penentu suksesnya pengembangan kawasan. Penguasaan keterampilan dan tingkat pendidikan masyarakat merupakan salah satu faktor yang menjadi penentu.b. Potensi Sumberdaya AlamPotensi sumberdaya alam merupakan faktor utama. Pengelolaan yang berkelanjutan dan melibatkan masyarakat setempat menjadi pilar utama pengembangan kawasan yang memanfaatkan potensi perikanan dan kelautan, jasa lingkungan dan pelayanan. Selain manfaat langsung berupa produk kelautan dan perikanan, kegiatan perikanan juga dapat dijadikan salah satu obyek wisata seperti bagaimana turis diajak melihat proses produksi usaha budidaya kerapu dalam keramba apung, kemudian pembenihan serta pengolahan hingga siap jual merupakan salah satu contoh atraksi/objek dari potensi yang ada. Mengelola habitat/ekosistem seperti hutan mangrove, terumbu karang, estuari dan laguna dapat menjadikan sebuah peluang usaha pelayanan jasa ekosistem dan berpotensi menjadi atraksi/objek wisata.c. Pengembangan Ekonomi dan akses PasarKegiatan perekonomian dan pasar merupakan faktor pendorong utama. Pengembangan ekonomi kawasan tidak terlepas dari terbukanya akses pasar baik lokal, regional ataupun nasional hingga internasional. Pengembangan produk perlu diikuti dengan trend dan preferensi pasar. Dengan potensi yang ada, pulau-pulau kecil dapat dikembangkan bukan hanya dari kegiatan produksi tapi juga dapat dikembangkan wisata minat khusus dengan segmentasi pasar khusus yang dikemas dengan konsep ramah lingkungan ( eco-tourism).Lebih lanjut, pengembangan akses pasar di pulau-pulau kecil dapat dilakukan melalui segmentasi pasar dan target produksi. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga keberlanjutan sumberdaya.

d. Pengembangan aksesibilitas dan konektivitas.Faktor konektivitas dan aksesibilitas merupakan penopang dan dapat menguatkan jaringan pasar melalui keterbukaan akses dan informasi. Keterkaitan antar pusat-pusat kegiatan melalui penetapan struktur dan sistem jaringan pusat-pusat kegiatan dapat meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas. Prioritasisasi pusat-pusat kegiatan dapat menentukan aksesiblitas serta konektivitas. Yang terpenting, menghubungkan pusat kegiatan utama dengan daerah luar pulau-pulau kecil dapat dikembangkan untuk meningkat akses. Waktu tempuh merupakan indikator utama selain kemudahan pencapaian, sebagai contoh pengembangan jaringan dan trayek transportasi yang terintegrasi antara darat laut dan udara dapat membuat waktu tempuh semakin singkat yang pada gilirannya dapat menekan biaya produksi.e. Pengembangan infrastruktur.Dukungan pengembangan infrastruktur di pulau-pulau kecil merupakan faktor yang harus diperhatikan. Ketersediaan infrastruktur yang memadai akan menjadi faktor pendukung pengembangan kawasan. Dengan demikian keterbatasan fisik di satu sisi dapat mendorong investasi, seperti sistem penyediaan air minum, jaringan listrik dan telekomunikasi.f. Pengurangan resiko dampak perubahan iklim dan bencana alam.Perubahan lingkungan global menyebabkan perubahan iklim dan semakin tidak menentunya kejadian bencana alam. Kedua hal tersebut menjadi salah satu isu pengembangan pulau-pulau kecil dikarenakan kerentanan fisik pulau dapat semakin meningkat.Penguatan kapasitas masyarakat yang tinggal di pulau-pulau kecil serta di perairan sekitarnya menjadi penentu keberhasilan.Tingkat adaptasi yang berbeda akan menghasilkan perbedaan dan keunikan bagaimana isu ini dikelola. Pembangunan softprotection untuk perlindungan pantai dan penataan bangunan di sepanjang garis pantai dapat mengantisipasi isu bencana di masa yang akan datang. Proyeksi kenaikan muka air laut akibat dampak perubahan iklim akan membuat sebagian atraksi/objek harus dikembangkan dengan memperhatikan analisa dampak dan pengurangan resiko dampak bencana.7. Penyusunan Dokumen AwalPenentuan usulan alokasi ruang dilakukan dengan tahapan penyusunan paket sumberdaya.peta paket sumberdaya secara spasial merupakan kombinasi dari 2 (dua) dataset dasar (baseline dataset) dan 13 (tiga belas) dataset tematik (thematic dataset) yang diperoleh melalui tumpangsusun (overlay) peta. Setelah diperoleh peta paket sumberdaya kemudian dilakukan identifikasi nilai-nilai sumberdaya yang merupakan identifikasi karakteristik paket-paket sumberdaya. Peta paket sumberdaya hasil tumpang susun yang telah dianalisis kesesuaian terhadap kriteria kawasan, zona, sub zona, dan/atau pemanfaatannnya, kemudian ditentukan usulan alokasi ruangnya, yang meliputi : kawasan, zona, sub zona, dan/atau pemanfaatannya. Hasil identifikasi potensi wilayah dan peta-peta tematik kemudian dituangkan ke dalam Dokumen Awal Dokumen Awal Rencana Zonasi Kab/Kota berisikan tentang : (i) Analisis Data : Analisis Kebijakan, Kewilayahan, Sosial Ekonomi, Potensi Sumberdaya, Pemanfaatan Sumberdaya, Pemanfaatan Ruang, Kesesuaian Ruang, dan Daya Dukung, (ii) Matriks Keterkaitan Antar Zona, dan (iii) Draft Dokumen Awal Rencana Zonasi dan Album Peta. Adapun isi dokumen awal yang akan disusun meliputi: (i). Analisis Data, terdiri atas : a. Analisis Kebijakan Analisis Kebijakan digunakan untuk melihat kedudukan wilayah perencanaan terhadap kebijakan rencana tata ruang nasional/provinsi/kab/kota, dan menyesuaikan perencanaan yang dibuat dengan kebijakan pembangunan daerah, dengan tujuan agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan. Disamping itu, analisis yang didasarkan pada kebijakan pembangunan nasional, termasuk kebijakan geopolitik dan pertahanan keamanan. b. Analisis Kewilayahan Analisis kewilayahan merupakan analisis untuk melihat kecenderungan perkembangan kawasan di wilayah perencanaan berdasarkan potensi fisik wilayah dan kondisi ekonomi, sosial-budaya yang ada. Analisis kewilayahan akan dapat mengeluarkan rekomendasi bagi skala pengembangan kawasan yang diharapkan dan arahnya. c. Analisis Sosial Ekonomi dan budaya Analisis sosial ekonomi dilakukan untuk melihat kondisi sosial ekonomi dan strukturnya di wilayah perencanaan. Analisis sosial ekonomi menyangkut sebaran dan jumlah penduduk, interaksi penduduk, budaya & adat istiadat, sejarah sosial dan issuepermasalahan sosial budaya, sebaran potensi ekonomi, basis ekonomi lokal, keterkaitan ekonomi dan skala ekonomi (produksi dan pemasaran). d. Analisis Infrastruktur Analisis infrastruktur di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil bertujuan untuk mengetahui sebaran infrastruktur yang ada, sebagai data dasar dalam pengembangan struktur wilayah dan acuan dalam analisis proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana kelautan dan perikanan.Kondisi infrastruktur dapat diketahui berdasarkan data sekunder yang telah ada dan observasi langsung di lapangan. Pemetaan dilakukan dengan cara digitalisasi data sekunder dan ploting lokasi secara langsung di lapangan, meliputi sarana dan prasana transportasi, air bersih, secara langsung di lapangan. Pemetaan dilakukan dengan cara digitalisasi data sekunder dan plotting lokasi secara langsung di lapangan, meliputi sarana dan prasarana transportasi, air bersih, listrik dan energy, sanitasi dan prasarana lainnya.e. Analisis Ekonomi Wilayah Analisis ekonomi wilayah bertujuan untuk mengetahui pola distribusi perkembangan wilayah, pertumbuhan pusat-pusat kegiatan di wilayah kajian, dan komoditi basis wilayah. Analisis ekonomi wilayah meliputi : Struktur ekonomi dan pergeserannya, sektor basis, dan komoditi sektor basis. f. Analisis Daya Dukung Wilayah Analisis daya dukung (carrying capacity analysis) merupakan suatu alat perencanaan pembangunan yang memberikan gambaran hubungan antara penduduk, penggunaan lahan dan lingkungan.Analisis daya dukung dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam menilai tingkat kemampuan lahan dalam mendukung segala aktifitas manusia yang ada di wilayah yang bersangkutan.Analisis daya dukung wilayah pesisir meliputi daya dukung fisik lingkungan (geografi, geo-morfologi, hidrologi, eko-biologis dan hidro-oseanografi) dan daya dukung sosial, ekonomi, budaya dan politik. g. Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Analisis kesesuaian pemanfaatan ruang merupakan analisis yang melihat pada potensi wilayah pesisir berdasarkan kriteria-kriteria teknis kegiatan pemanfaatan ruang yang direncanakan. Analisis ini menggunakan metode overlay peta untuk masing-masing variabel fisik, sosial, ekonomi dan budaya berdasarkan kriteria kegiatan. Dari hasil analisis ini akan dihasilkan kesesuaian lahan pemanfaatan ruang dalam bentuk peta kesesuaian pemanfaatan ruang, yang antara lain akan meliputi kesesuaian pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung (konservasi), kawasan pemanfaatan umum, zona alur dan kawasan strategis. (ii). Matrik Keterkaitan Antar Zona Matrik keterkaitan antar zona menguraikan hubungan antar zona/sub zona dalam suatu wilayah perencanan untuk melihat harmonisasi antar zona/sub zona. Matrik ini berisi susunan aktifitas/nilai untuk tujuan komersial, industrial, lingkungan, tempat tinggal, dan tempat rekreasi umum dan berfungsi untuk menjelaskan susunan aktifitas yang dapat diterapkan di dalam masing-masing peruntukan zona/sub-zona. Contoh matriks kesesuaian aktifitas/pemanfataan.

(iii) Draft Dokumen Awal Rencana Zonasi Draft dokumen awal RZWP-3-K Kab/Kota terutama memuat jenis kawasan, zona dan sub zona yang diusulkan untuk dijadikan sokumen awal rencana zonasi. Adapun pembagian masing-masing kawasan, zona/sub zona dapat dilihat pada tabel berikut.

8. Konsultasi Publik I (Pembahasan Laporan)Konsultasi publik pertama bertujuan untuk memberitahukan hasil-hasil penyusunan rencana zonasi pada tahap awal yaitu hasil pengumpulan data, survei lapangan (identifikasi data dan informasi dan penyusunan paket sumberdaya) sampai mengidentifikasi potensi wilayah (nilai sumberdaya dan isu permasalahan) dan dimaksudkan untuk menjaring masukan dan perbaikan data maupun informasi mengenai draft rencana zonasi yang telah disusununtuk mendapatkan kesepakatan awal.

9. Penyusunan Draft Laporan Akhir (Dokumen Antara)Draft laporan akhir merupakan laporan antara yang telah diperbaiki berdasarkan masukan dan informasi yang diperoleh dari berbagai pemangku kepentingan di daerah atas wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil di wilayahnya. Sehingga dalam tahap ini dapat saja dilakukan pengumpulan data kembali dan proses pengolahan data kembali jika memang dibutuhkan untuk menginformasikan tematik atau kondisi lapangan yang belum terangkum didalam laporan pendahuluan. Dalam tahap ini pula dilakukan penajaman analisis dan pendetailan rencana zonasi. Pendetailan rencana zonasi diantaranya dapat berupa aturan pengambilan keputusan untuk menetapkan zona, penetapan tujuan penggunaan zona, dan rekomendasi kegiatan yang sesuai di setiap zona dan sub zona.

10. Konsultasi Publik II (Pembahasan Laporan)Konsultasi publik pada tahap ini dilakukan dengan maksud untuk memverifikasi atau memastikan kembali bahwa data dan informasi tematis yang menjadi masukan publik pada tahap konsultasi sebelumnya telah dirangkum dengan baik dan benar dalam draft rencana zonasi yang disusunserta menilai kelayakan/kesesuaian pemanfaatan (analisis kemampuan paket sumberdaya), penetapan tujuan dan strategi pengembangan paket sumberdaya, menetapkan struktur dan pola ruang serta arahanpemanfaatan dan memeriksa konsistensi draft dengan RTRW (harmonisasi dengan RTRW) dan aturan-aturan lainnya, sehingga draft rencana zonasi dapat disepakati oleh semua pemangku kepentingan daerah.

11. Penyusunan Laporan Akhir (Dokumen Final)Dokumen final berisi arahan pemanfaatan zona dan rekomendasi terhadap RTRW>Penyusunan arahan pemanfaatan zona merupakan hasil akhir dari serangkaian proses analisis pemanfaatan ruang sampai dengan penyerasian, penyelarasan, dan penyeimbangan RZWP-3-K dengan RTRW maupun kebijakan daerah yang lain yaitu dengan melalui penetapan kawasan, zona, dan sub zona. Penentuan arahan pemanfaatan kawasan, zona, sub zona dan arahan pemanfaatannya merupakan hasil yang telah dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Stakeholder terkait melalui konsultasi publik kedua. Setelah diperoleh komentar yang relevan dari para Stakeholder, maka dilanjutkan dengan penyusunan pernyataan zona yang terdiri dari arahan pemanfaatan zona serta nilai-nilai utama dari zona tersebut.Dalam pernyataan zona harus disebutkan mengenai prioritas utama pembangunan dan isu-isu perencanaan strategis untuk 5 tahun kedepan serta kebutuhan pengendalian ruangnya.Maka, draft dokumen final RZWP-3-K ini terdiri dari pernyataan zona dan arahan peraturan zonasi

Mengenai Kerangka Pikir yang digunakan dalam pekerjaan ini dapat dilihat pada bagan berikut :

Pekerjaan Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah PesisirDan Pulau-Pulau Kecil (WP3K) Kabupaten Sukabumi|PT. Aria GrahaUSULAN TEKNIS

Page 5-17

ANALISIS REGIONAL-Kemampuan tumbuh & berkembangnya Kabupaten-Kependudukan Kabupaten dalam keseimbangan perkembangan dengan wilayah sekitarnya-Perkembangan sektor-sektor kegiatan Kabupaten & pengaruhnyaPENYUSUNAN INFORMASI REGIONAL POTENSI DANMASALAH-Kebijaksanaan nasional dan regional-Aspek kependudukan-Aspek perekonomian-Aspek SDA-Aspek fasilitias pelayanan dan prasaranaPENGUMPULAN DATASosial Ekonomi di lokasi kegiatan / Kab SukabumiPENGUMPULAN DATABiofisika (Kondisi Biologi KP2K, Kondisi Fisik Kawasan yang berkaitan dengan Rencana Zonasi Kab. SukabumiPERSIAPANMobilisasi PersonilPemahaman KAKSurvei Awal Intensional / Inventarisasi data dan informasiPenyiapan Pelaporan Penyiapan Survey LapanganNarasumber, Pakar, dan StakeholderPERSIAPANPENGUMPULAN DATAANALISIS DAN PENYIAPAN KONSEPOUTPUTUMPANBALIKLAPORAN PENDAHULUAN (Bulan 0-1)LAPORAN KEMAJUAN (Bulan 2-4)LAPORAN AKHIR (Bulan 5)POLA PIKIR DIBUAT SESUAI DENGAN Metodologi (Flow Chart)

ARAHAN dan Strategi Rencana Zonasi Kawasan Pesisir Kab. Sukabumi

PERMASALAHANMasih deperlukannya pengelolaan dan pengembangan KAWASAN MELALUI PENDEKATAN ZONASI P2KKONSULTASIPUBLIK 1

ANALISIS1. Analisis Kebijakan2. Analisis Kewilayahan3. Analisis Sosial Ekonomi dan Budaya4. Analisis Infrastruktur5. Analisis Ekonomi Wilayah6. Analisis Daya Dukung Wilayah7. Analisis Kesesuaian Pemanfaatan RuangPENYUSUNAN INFORMASI LOKAL POTENSI DAN MASALAH-Aspek Kependudukan-Aspek Perekonomian-Aspek Fisik Dasar-Aspek tata guna lahan-Aspek Pelayanan & Prasarana-Aspek administrasi/Pengelolan PembangunanPENGUMPULAN DATAKelembagaan (Kondisi kelembagaan dalam dalam manajemen potensi yang ada, DISKUSI/FGD

KONSEP PENGEMBANGAN Rencana Zonasi Pesisir Kab. Sukabumi1.Struktur dan Pola Pengembangan2.Rencana Pengelolaan Zonasi3.Rencana Sistem Prasarana4.Sistem Tata Guna PeruntukanPENGUMPULAN DATAInformasi terkini kondisi secara alami di lokasi/ Kabupaten SukabumiRENCANA ZONASIKABUPATENSUKABUMI

PENGUMPULAN DATADaya Dukung Lainnya (Kondisi alam dan sekitarnya, Lingkungan, Infrastruktur, Sarpras, Melalui Rencana Zonasi Kab. Sukabumi)Rancangan Perda RZWP3KKab. Sukabumi

KONSULTASIPUBLIK 2

KEGIATAN PENGUMPULAN DATA, ANALISIS, DAN PENYIAPAN KONSEPANALISIS LOKAL-Kependudukan-Perekonomian-Bentuk & struktur Kabupaten-Keadaan fasilitias & prasaranaSTANDARISASI DAN NSPM(Yang biasa dilakukan dan yang sudah legal dengan dukungan kebijakan serta aturan pengelolaan Zonasi Kawasan)UMPANBALIK

Kerangka Pemikiran Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil Kabupaten Sukabumi

Page 5-18