bab adab menjenguk orang sakit

31
BAB ADAB MENJENGUK ORANG SAKIT Dari Al-Barra` bin ‘Azib radhiallahu ‘anhu dia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami dengan tujuh perkara dan melarang kami dari tujuh perkara: Beliau memerintahkan kami agar mengikuti iringan jenazah, mengunjungi orang sakit, menjawab undangan, menolong orang yang dizhalimi, berbuat baik bagi orang yang bersumpah, menjawab salam, menjawab orang yang bersin, dan beliau melarang kami memakai bejana yang terbuat dari perak, cincin emas, kain sutra, kain yang bercampur dengan sutra, al-qissi dan al-istibraq.” HR Al-Bukhari. (1239), Muslim (2066) dan Ahmad (18034), At Tirmidzi (2809), An-Nasaa'I (1939), dan perkara yang ke tujuh yang terlarang adalah : "al-mayaasir (judi)" Al-Bukhari tidak menyebutkannya di dalam hadits ini namun Muslim yang menyebutkan lafazh tersebut. Adab adab Menjenguk Orang Sakit 1. Keutamaan Menjenguk Orang Sakit. Banyak Atsar menyebutkan keutamaannya di sini kami menyebutkan diantaranya : hadits Tsauban radhiaallahu ‘anhu bekas budak rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam riwayatkan yang mana dia berkata : rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda : "barang siapa yang menjenguk

Upload: joni-barjono

Post on 20-Jan-2016

29 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab Adab Menjenguk Orang Sakit

BAB ADAB MENJENGUK ORANG SAKIT

Dari Al-Barra` bin ‘Azib radhiallahu ‘anhu dia berkata, “Nabi

Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami dengan tujuh

perkara dan melarang kami dari tujuh perkara: Beliau memerintahkan

kami agar mengikuti iringan jenazah, mengunjungi orang sakit,

menjawab undangan, menolong orang yang dizhalimi, berbuat baik

bagi orang yang bersumpah, menjawab salam, menjawab orang yang

bersin, dan beliau melarang kami memakai bejana yang terbuat dari

perak, cincin emas, kain sutra, kain yang bercampur dengan sutra, al-

qissi dan al-istibraq.”

HR Al-Bukhari. (1239), Muslim (2066) dan Ahmad (18034), At Tirmidzi

(2809), An-Nasaa'I (1939), dan perkara yang ke tujuh yang terlarang

adalah : "al-mayaasir (judi)" Al-Bukhari tidak menyebutkannya di

dalam hadits ini namun Muslim yang menyebutkan lafazh tersebut.

Adab adab Menjenguk Orang Sakit

1. Keutamaan Menjenguk Orang Sakit.

Banyak Atsar menyebutkan keutamaannya di sini kami

menyebutkan diantaranya : hadits Tsauban radhiaallahu ‘anhu bekas

budak rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam riwayatkan yang mana

dia berkata : rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda : "barang

siapa yang menjenguk orang sakit maka dia senantiasa berada di

taman kurma di surga1 sampai di kembali (ke rumah)"2.

1 Al-Baghawi berkata tentang penjelasan hadits ini : perkataan Nabi "di dalam khiraaful Jannah dan didiriwayatkan dalam riwayat lainnya (di dalam makhaariful jannah) dan [khurfatul Jannah), dan kata ini adalah bentuk jamak dari mikhraf, Al-Asma'iy berkata : dia adalah kebun kurma, dinamakan demikian dikarenakan yang demikian itu selama terjadi musim rontok, yaitu : menutupi….Ibnu Al-Anbari berkata : yang dimaksudkan yaitu memetik buah-buahan kebun, diantara penggunaannya di dalam kalimat yaitu : pohon kurma merontokkan kurma-kurmanya, maka nabi memisalkan apa yang orang yang mengunjungi orang sakit dapatkan dari pahala dengan apa yang pohon kurma dapatkan dari hasil buahnya. (Syarhus Sunnah 5/216).2 HR. Muslim (2578), Ahmad (21868) dan At-Tirmidzi (967).

Page 2: Bab Adab Menjenguk Orang Sakit

Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhu bahwasanya dia

bersabda : saya mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda

: " Barang siapa yang mengunjungi orang sakit niscaya dia berada

dalam naungan rahmat sampai apabila dia duduk tinggal padanya"3

dan di dalam lafazh yang lain : " Barang siapa yang mengunjungi

orang sakit niscaya dia mendapatkan rahmat maka apabila dia duduk

di sampingnya dia tetap berada di dalam rahmat, dan apabila dia

keluar dari orang yang sakit dia teus diliputi rahmat sampai dia

kembali ke rumahya"4. Dan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dia

berkata : rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :

"sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman di hari kiamat : wahai

anak cucu Adam saya sakit dan kalian tidak menjengukku, anak cucu

Adam berkata : wahai rabb bagaimana kami menjenguk engkau

sedangkan engkaulah rabb semesta alam? Allah berfirman : tidakkah

kamu tahu bahwa hambaku fulan sakit dan kamu tidak menjenguknya?

Tidakkah kamu tahu kalau saja kamu mengunjunginya niscaya kamu

akan mendapatiku berada di sisinya….al-hadits"5. Dan dari Ali

radhiallahu ‘anhu dia berkata : saya mendengar rasulullah Shallallahu

‘alaihi wa sallambersabda : "barang siapa yang mendatangi

saudaranya yang muslim dalam rangka menjenguknya, niscaya dia

berjalan di kebun surga sampai dia duduk, dan apabila dia duduk

niscaya rahmat Allah akan meliputinya, dan apabila dia pergi

menjenguk di waktu pagi niscaya tujuh puluh malaikat akan

mendoakannya sampai dia mendapati sore hari dan apabila di waktu

3 HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab Al-Mufrod (522), dan hadits ini termasuk diantara balaqhaatnya Imam Malik (bab mengunjungi orang sakit dan orang yang terkena musibah) Ibnu Abdil Baar berkata tentang hadits ini : "hadits ini hadits Madani yang shahih". (At-Tamhid 24/273). Dan hadits ini Al-Albani menshahihkannya di dalam shahih Al-Adab Al-Mufrad.4 HR. Ibnu Abdil Baar dengan sanadnya yang sampai kepada Jabir bin Abdullah radhiallahu anhuma. (At-Tamhid 24/263).5 HR. Muslim (2569) dan lafazh hadits ini miliknya, dan Ahmad (8989).

Page 3: Bab Adab Menjenguk Orang Sakit

sore tujuh puluh malaikat akan mendoakannya sampai dia mendapati

pagi"6.

Dan setelah menyebutkan hadits-hadtis yang shahih dalam

menjelaskan keutamaan mengunjungi orang yang sakit, dan pahala

bagi orang yang mengunjungi dapatkan dari kunjungainnya, maka

tidak sepantasnya meremehkan hal tersebut, bahkan harus untuk

bersegera kepadanya, dan selalu berada di atas amalan tersebut,

sehingga rahmat dzat yang Maha penyayang dan Maha pengasih

dapat diraih, dan di dalam mengunjungi orang sakit ada beberapa

manfaat lainnya selain yang disebutkan tadi diantaranya :

membersihkan hatinya (orang yang sakit), memeriksan kebutuhan-

kebutuhannya, mengambil nasehat dari musibah yang menimpanya

sebagaimana Ibnul Jauzi katakan7.

2. Mengunjungi Anak Kecil yang Sakit.

Anak kecil apabila sakit maka mereka juga dikunjungi,

sebagaimana orang-orang dewasa. Yang demikian itu dikarenakan

adanya makna yang menyebabkan orang dewasa dikunjungi seperti

adanya doa bagi yang sakit, meringankan sakitnya, meruqyahnya

dengan ruqyah syar'iyyah, dan akan mendapatkan pahala

mengunjungi orang sakit bagi orang yang berkunjung.

Dari Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhuma dia berkata : "

Sesungguhnya salah seorang anak perempuan Nabi Shallallahu ‘alaihi

wa sallam telah mengutus seseorang kepada beliau –dan ketika itu

perawi sedang bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Sa'ad dan

Ubai- yang mana kami mengira bahwa anak perempuan saya akan

menjumpai ajalnya maka mari kita menyaksikannya bersama, maka

nabi mengutus utusan kepadanya dengan ucapan salam dan berkata :

6HR. Ahmad (756), Abu Daud (3098), Ibnu Majah (1442) dan hadits ini sesuai lafazh darinya, dan Al-Albani berkata : "shahih" : (1191).7 Kasyful Musykil Min Hadits As-Shahihain. no. (710), (2/236) dengan perubahan seperlunya.

Page 4: Bab Adab Menjenguk Orang Sakit

"sesungguhnya milik Allah apa yang dia ambil dan apa yang dia

berikan dan setiap sesuatu telah ditetapkan ajalnya di sisiNya, maka

hendaknya kamu mengharap pahala dan bersabar".

Namun anak perempuan beliau kembali mengutus utusan

dengan mengucapkan sumpah atas beliau, maka nabi Shallallahu

‘alaihi wa sallambangkit dan kami pun bangkit bersama beliau, ketika

beliau berada di tempat kejadian anak kecil itu diangkat ke pangkuan

nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan nafasnya tersengal-

senggal, kedua mata nabi berlinangkan air mata, maka Sa'ad berkata

padanya : apa ini wahai rasulullah? Beliau berkata : ini adalah rahmat

yang Allah berikan di hati-hati yang Allah kehendaki dari para

hambanya, dan Allah tidak akan menyayangi dari para hambanya

kecuali mereka yang penyayang"8.

3. Kunjungan Wanita kepada Laki-laki Yang Sakit :

Mengunjungi laki-laki yang sakit boleh bagi wanita walaupun mereka

bukan mahram mereka, akan tetapi hal itu disyaratkan apabila aman

dari fitnah, adanya sitar (hijab), tidak adanya khalwat (berdua-duaan),

maka apabila syarat-syarat ini ada maka mengunjungi laki-laki yang

sakit yang bukan mahram boleh bagi wanita dan demikian pula

sebaliknya, dari Aisyah radhiallahu ‘anha dari ayahnya, dia berkata : "

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, Abu

Bakar dan Bilal radhiallahu ‘anhuma menderita demam, Aisyah berkata

: Maka saya pun masuk kepada mereka berdua dan saya berkata :

Wahai ayahku bagaimana keadaanmu? Dan wahai Bilal bagaimana

keadaanmu? …..al-hadits". Dalam riwayat Ahmad : Urwah berkata : “

Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Al-Madinah para

sahabat beliau mengeluh sakit demikian pula Abu Bakar, ‘Amir bin

Fuhairah maula Abu Bakar dan Bilal mengeluh sakit, maka Aisyah

meminta izin kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamuntuk

8 HR. Al-Bukhari (5655), Muslim (923) Ahmad (21269) An-Nasaa'I (1868) dan Abu Daud (3125).

Page 5: Bab Adab Menjenguk Orang Sakit

mengunjungi mereka, dan Nabi mengizinkannya, dan Aisyah berkata

kepada Abu Bakar : bagaimana keadaanmu? ….al-hadits"9.

Dan dari Ibnu Syihab dari Abu Umamah bin Sahl bin Hanif

bahwasanya dia mengabarkan kepadanya : " Bahwa ada seorang

wanita yang miskin sedang sakit maka dia mengabarkan kepada

Rasulullan Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang sakitnya wanita

tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa

mengunjungi orang-orang miskin dan menanyakan tentang keadaan

mereka….al-hadits”10

Ibnu Abdil Bar berkata : “ Pada hadits ini menunjukkan

pembolehan kunjungan wanita kepada laki-laki walaupun laki-laki

tersebut bukan mahramnya, dan masalah ini –menurut saya (penulis)

agar wanita itu Mutajallah11 , dan apabila bukan Mutajallah maka tidak

boleh, kecuali dia bertanya kepadanya dan tidak melihat kepadanya12.

4. Mengunjungi Orang Sakit Yang Sedang Pingsan :

Sebagian manusia menjauhkan diri untuk mengunjungi orang

sakit yang tidak sadar akan kehadiran orang-orang yang ada di

sekitarnya, seperti orang yang dalam kondisi pingsan yang muncul

berulang-ulang, atau mereka yang dalam kehilangan kesadaran dalam

jangka waktu lama, dengan alasan orang yang sakit ini tidak

menyadari keberadaannya dan tidak merasakannya maka kalau begitu

tidak perlu untuk menjenguknya, ini adalah pemahaman yang salah

9 HR. Al-Bukhari (5654) dan beliau memberikannya bab : bab kunjungan wanita kepada laki-laki yang sakit, dan Ummu Ad-Darda' mengunjungi seorang laki-laki yang sakit dari kalangan sahabat yang tinggal di masjid dari kalangan Al-Anshar. dan Muslim meriwayatkan hadits ini juga (1376) tanpa menyebutkan kunjungan Aisyah radhiallahu anha kepada keduanya (Abu Bakar dan Bilal). Dan Ahmad (23839), dan Malik (1648).10 HR. Malik di dalam Al-Muwaththa' (531) dan Ibnu Abdil Bar berkata : tidak ada perselisihan atas Malik di dalam kitab Al-Muwaththa' tentang dimursalkannya hadits ini………dan hadits ini adalah hadits yang musnad yang bersambung dan shahih dari selain hadits Malik. (At-Tamhid 6/254).11 Di dalam Al-Lisan : ….kata tajaalat yaitu Asnat dan kaburat (telah dewasa), dan di dalam hadits Ummu Shabiyyah : kami dahulu di dalam masjid adalah wanita-wanita yang tajaalalna yaitu telah dewasa, dan dikatakan : jallat fa hiya Jalilah (wanita itu besar maka dia adalah jalilah) dan tajallat fa hiya mutajallah (wanita itu telah dewasa maka dia adalah mutajallah). (11/116) dan materi kata tersebut : ل ل ج12 At-Tamhid (6/255).

Page 6: Bab Adab Menjenguk Orang Sakit

dan argumen yang tidak ada dalilnya, dan dalil yang shahih justru

menyelisihinya.

Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhuma dia berkata : " Saya

pernah sakit maka nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamdan Abu Bakar

mendatangiku untuk menjengukku dengan berjalan kaki, maka mereka

mendapatiku dalam keadaan pingsan, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa

sallam berwudhu` dan memercikkan wudhu'nya kepadaku, aku pun

sadar dan mendapati Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dekatku,

maka saya berkata : “ Wahai Rasulullah, apa yang seharusnya saya

perbuat terhadap hartaku, bagaimana saya memutuskan warisan

hartaku? Namun beliau tidak menjawabku dengan satu kata pun

sampai ayat tentang warisan turun"13.

Ibnu Hajar berkata : “ Sekedar mengetahui keadaan orang yang

sakit dengan menjenguknya tidak menjadikan pensyariatan

menjenguknya terhenti. Karena di balik hal itu dapat membalut

kekhawatiran keluarganya, dan mengharapkan berkah doa dari orang

yang menjenguknya, meletakkan tangannya di atas orang yang sakit,

mengusap badannya, meniupkan bacaan kepadanya ketika

memohonkan perlindungan dan yang selainnya14,15.13 HR. Al-Bukhari (5651), Muslim (1616), Ahmad (13886), At-Tirmidzi (2098), An-Nasaa'i (138), Abu Daud (2886), Ibnu Majah (2728) dan Ad-Darimi (733).14 Fathul Baari : (10/119). Dan Ibnul Munir berkata : di dalam hadits jabir tidak ada keterangan yang sharih (jelas) bahwa keduanya telah mengetahui Jabir pingsan sebelum dijenguk, maka bisa saja pingsannya Jabir bertepatan dengan kehadiran keduanya. [namun Ibnu Hajar membantah hal tersebut dan mengatakan : ] saya katakan : bahkan yang zhahir dari konteks yang ada terjadinya hal tersebut ketika datangnya keduanya dan sebelum masuknya keduanya kepadanya, dan sekedar mengetahui keadaan orang yang sakit dengan menjenguknya………..dst. (10/118-119).15 Catatan : Di sebagian negeri arab timbul pemikiran untuk mematikan orang yang sakit yang mati akalnya, yang demikian itu dengan jalan memberikan suntikan yang mematikannya, dan mereka berhujjah bahwa orang yang sakit ini menurut undang-undang kedokteran adalah mayat tidak ada kemungkinan untuk hidup, dan hanya masalah waktu saja, dan kami memberikan suntikan ini untuk menenangkannya dari sakit yang mungkin dia dapatkan ketika hidupnya.

Maka dikatakan kepada mereka : kalian dengan cara seperti ini dan dengan metode seperti ini tidak meringankannya bahkan kalian menghalanginya dan menghalangi selainnya, karena tetapnya dia di atas garis kehidupan dan dia dalam keadaan seperti itu, akan menjadikannya berfikir akan kesalahan-kesalahannya, dan mengangkat derajatnya apabila dia bagian dari ahlu iman dan ahlu ihsan. Dalam hadits Ibnu Mas'ud radhiallahu ‘anhu dia berkata : Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda : "tidaklah ada dari seorang muslim yang menderita sakit maka tidaklah ada dari selain sakit itu kecuali Allah akan menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan daunnya" HR. Al-Bukhari (5667) dan selainnya.

Page 7: Bab Adab Menjenguk Orang Sakit

5. Menjenguk Orang Musyrik Yang Sakit :

Sebagian ulama berpendapat makruh menjenguk orang kafir

dikarenakan di dalam perkara menjenguk mereka terkandung adanya

pemuliaan16. Sebagian ulama lainnya membolehkan menjenguk

mereka apabila diharapkan masuk islam, dan pendapat ini lebih sesuai

dengan perbuatan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Anas bin Malik

radhiallahu ‘anhu telah meriwayatkan : " Bahwa seorang budak milik

orang Yahudi yang pernah membantu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa

sallam sakit maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatanginya

dalam rangka menjenguknya, beliau berkata : Masuklah kamu ke

dalam islam, maka orang itu pun masuk islam"17.

Dan dari Sa'id bin Al-Musyyib dari ayahnya beliau berkata :

ketika kematian menghadiri Abu Thalib Rasulullah Shallallahu ‘alaihi

wa sallam mendatanginya dan berkata : "katakanlah laa ilaaha illallaah

satu kalimat yang dengannya aku akan membelamu di sisi Allah"18.

6. Waktu Menjenguk Orang Yang Sakit :

Tidak didapati adanya nash-nash dari al-ma'shum Shallallahu

‘alaihi wa sallam yang menjelaskan waktu-waktu tertentu untuk

Dan tetapnya dia di atas garis kehidupan memungkinkan dia mendapatkan doa yang baik, dan Allah Azza wa Jalla mengabulkannya, maka dia pun sembuh dari sakitnya itu –dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu - , ataukah dosa-dosanya diampuni berkat doa-doa kaum muslimin kepadanya, dan tetapnya dia di atas garis kehidupan merupakan renungan akan kesalahan-kesalahan keluarganya yang menangung kesedihan dan kemalangan. Dari Abu Hurairah dari nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambeliau bersabda : "tidaklah seorang muslim yang tertimpa keletihan, tidak pula penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, dan tidak pula kemurungan sekalipun duri yang menusuknya kecuali Allah akan menggugurkan dengannya dari kesalahan-kesalahannya" HR. Al-Bukhari (5642) dan selainnya.

Dan tetapnya dia di atas garis kehidupan adanya kebaikan yang terus menerus dan tidak akan terputus lebih khusus lagi apabila yang sakit itu adalah seorang ayah atau seorang ibu. Dan tetapnya dia di atas garis kehidupan akan memperbanyak pahala dengan menjenguk orang sakit dan menziarahinya, maka disebabkan adanya makna-makna yang bermanfaat ini yang telah kami sebutkan dan selain dari makna-makna tersebut maka kita mengetahui akan kekejian perkataan orang yang mengatakan : tidak ada faedah mengaharap-harap tetapnya orang yang mati kesadarannya dalam keadaan hidup dan bahwa kematian itu lebih baik untuknya. Wallahu a'lam.16 Lihat At-Tamhid (24/276).17 HR. Al-Bukhari (5657), Ahmad (12381) dan Abu Daud (3095).18 HR. Al-Bukhari (6681), Muslim (24), Ahmad (23162), dan An-Nasaa'i (2035).

Page 8: Bab Adab Menjenguk Orang Sakit

menjenguk orang yang sakit dan menziarahinya, maka selama

demikian perkaranya dibolehkan menziarahi orang yang sakit pada

waktu apapun di malam atau siang hari selama tidak adanya hal yang

memberatkan mereka. Karena diantara makna yang terkandung dalam

menjenguk orang yang sakit adalah untuk meringankan derita orang

yang sakit dan untuk menyenangkan hatinya bukan untuk

memberatkannya Waktu ziarahi itu bervariasi tergantung perbedaan

zaman dan tempat, terkadang berziarah di malam hari merupakan

waktu yang dipersilahkan akan tetapi terkadang dimakruhkan di waktu

yang lain.

Al-Marwadzi berkata : “ Saya bersama Abu Abdullah pernah

menjenguk orang sakit di malam hari dan waktu itu di bulan

Ramadhan, kemudian beliau berkata kepada saya : di bulan Ramadhan

orang sakit itu di jenguk di malam hari “19.

Dan demikian pula di waktu zhuhur karena kebiasaan yang

berlaku manusia sedang tidur siang dan mereka tinggal untuk

beristirahat. Al-Atsram berkata : dikatakan kepada Abu Abdillah :

seseorang sedang sakit dan ketika itu matahari sedang naik di waktu

musim panas, maka beliau berkata : ini bukan waktu menjenguk20.

Maka zaman perlu diperhatikan di dalam menjenguk orang sakit,

maka waktu menjenguk yang telah dikenali oleh penduduk negeri ini

dan yang telah menjadi kebiasaan mereka untuk menjenguk dan

berziarah terkadang bukan waktu yang biasa dilakukan oleh sebagian

penduduk negeri lainnya.

6. Meringankan Orang Yang Sakit ketika Dikunjungi :

Sepatutnya bagi orang yang menjenguk agar jangan berlama-

lama duduk dan tinggal di sisi orang yang sakit, karena orang yang

sakit tersibukkan dengan rasa lapar dan sakitnya. Dan ketika orang

19 Al-Adab Asy-Syar'iyah (2/190).20 Al-Adab Asy-Syar'iyah (2/189). Akan tetapi kalau kebiasaan manusia berziarah di waktu zhuhur maka hal itu tidaklah makruh.

Page 9: Bab Adab Menjenguk Orang Sakit

yang menjenguk berdiam lama di sisi orang yang sakit akan

memberatkan bagi orang yang sakit bahkan terkadang menambah

sakitnya, oleh karena itu diantara perkara yang baik ketika menjenguk

orang sakit adalah dengan meringankannya.

Dari Ibnu Thawus dari ayahnya dia berkata : “ Menjenguk orang

sakit yang paling baik adalah yang paling ringan … “

Al-Auza'iy berkata : “ Saya pernah bepergian menuju Bashrah

ingin menjumpai Muhammad bin Sirin, namun saya mendapatinya

dalam keadaan sakit di perutnya, maka kami pun masuk kepadanya

untuk menjenguknya dalam keadaan berdiri …

Asy-Sya'bi berkata : “ Kunjungan orang-orang desa yang pandir

lebih memberatkan bagi orang yang sakit daripada sakit yang

dideritanya, mereka mendatanginya bukan pada waktunya dan

berlama-lama duduk di sisinya21.

Akan tetapi sepatutnya untuk diketahui bahwa apabila orang

yang sakit menyukai orang yang menjenguk tinggal lebih lama di

sisinya dan terus menerus menziarahinya, maka lebih utama bagi

orang yang menjenguk untuk memenuhi keinginan orang yang sakit

dikarenakan di dalam amalan tersebut terkandung sesuatu yang dapat

memasukkan kebahagiaan bagi orang yang sakit, dan menyenangkan

hatinya sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk

Sa'ad bin Mu'adz ketika terkena musibah di hari peperangan Khandak.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mendirikan

kemah bagi Sa'ad di dalam masjid agar dia dapat menjenguknya dari

dekat22.

Maka sahabat mana yang tidak menyenangi keberadaan Nabi

Shallallahu ‘alaihi wa sallamdi sisinya dan berulang-ulang

menziarahinya.

21 At-Tamhid karya Ibnu Abdil Bar (24/277) bersamaan dengan mendahulukan dan mengakhirkan teksnya.22 Al-Bukhari (463).? Takhrij haditsnya telah berlalu.

Page 10: Bab Adab Menjenguk Orang Sakit

8. Dimanakah Orang Yang Menjenguk Duduk? :

Disunnahkan bagi orang yang menjenguk untuk duduk di

samping kepala orang yang sakit. Hal ini pernah Nabi Shallallahu

‘alaihi wa sallam lakukan dan orang-orang shalih setelah beliau. Di

dalam hadits Anas radhiallahu ‘anhu dia berkata : " Adalah seorang

budak Yahudi yang sering membantu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

, lantas dia jatuh sakit maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

menjenguknya. Beliau duduk di samping kepalanya dan berkata

kepadanya : “ Masuklah ke dalam islam….al-hadits"23.

Dan dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, dia berkata : " Apabila

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk orang yang sakit beliau

duduk di sisi kepalanya … al-hadits"24

Dari Ar-Rabi' bin Abdillah dia berkata : “ Saya pernah pergi bersama Al-

Hasan menjumpai Qatadah untuk menziarahinya, dan dia duduk di sisi

kepalanya. Lalu beliau bertanya kepadanya kemudian mendoakan

kesembuhan baginya…25.

Berkaitan dengan adab duduk orang yang menjenguk di samping

kepala orang yang sakit ada beberapa faedah diantaranya : Bahwa

pada hadits tersebut adanya anjuran untuk bersikap ramah kepada

orang yang sakit. Diantaranya juga orang yang menjenguk

memungkinkan untuk meletakkan tangannya kepada orang yang sakit,

mendoakan kesembuhan baginya dan meniupkannya kepadanya, dan

perbuatan yang semisal dengan itu.

9. Bertanya Orang Yang Sakit tentang keadaannya Dan

Memberi semangat bagi orang yang sakit terseut :

Termasuk perkara yang baik dalam menjenguk orang sakit

adalah bertanya kepada orang yang sakit tentang keadaannya dan apa

23 HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adabul Mufrod (536) dan Al-Albani menshahihkannya dengan no. hadits (416).24 HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adabul Mufrod (537) dan Al-Albani berkata : "sanadnya shahih " (417).25

Page 11: Bab Adab Menjenguk Orang Sakit

yang menimpanya sebagaimana yang ada di dalam hadits Aisyah

radhiallahu anha, dia berkata : ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa

sallam datang ke Al-Madinah, sementara Abu Bakar dan Bilal dalam

keadaan sakit demam, maka Aisyah berkata : “ Maka saya pun masuk

untuk melihat keadaan mereka berdua, lalu saya bertanya : “ Wahai

ayahku bagaimana keadaanmu, dan wahai Bilal bagaimana

keadaanmu….al-hadits26.

Dan juga diantara perkara yang baik ketika menjenguk orang

sakit adalah menghilangkan kesusahan di karenakan sakit seperti

mengucapkan kepadanya : Laa ba'sa alaika satasyfi biidznillah (sakit

ini tidaklah mengapa atas mu, kamu akan sembuh dengan izin Allah),

atau sesungguhnya penyakit ini bukan penyakit yang berbahaya

niscaya Allah akan memberikan kesehatan kepadamu –insya Allah- .

Ucapan semacam ini, selama tidak nampak padanya tanda-tanda

dekatnya ajal. Dan yang demikian itu karena menganggap jauh dari

ajal orang yang sakit, banyak membantu cepatnya proses kesembuhan

dari penyakit, dan pengobatan ini sangat manjur dan sudah dikenal

dikalangan manusia.

Faedah : Keluhan orang yang sakit tidak lepas dari dua keadaan :

Pertama : Keluhan tersebut dengan cara menampakkan kecemasan

dan keputus asaan, dan ini tidak diragukan adalah perkara yang

makruh karena menunjukkan akan lemahnya iman dan tidak adanya

keridhaan terhadap ketetapan Allah dan takdirnya.

Kedua : Dengan cara mengabarkan tentang keadaan tanpa adanya

niatan untuk memohon kepada para makhluk atau ketergantungan

kepada mereka, dan hal ini tidak diragukan tentang bolehnya dan dalil

menguatkan akan bolehnya hal tersebut.

Dari Al-Qasim bin Muhammad dia berkata : "Aisyah berkata : “

Aduh kepalaku, rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “ Yang

26 Takhrij haditsnya telah berlalu.

Page 12: Bab Adab Menjenguk Orang Sakit

demikian itu kalau saja terjadi dan saya masih hidup niscaya saya akan

memohonkan ampunan untukmu dan mendoakan kesembuhan

untukmu. Aisyah berkata : “ Demi Allah sungguh saya menyangka

engkau menyukai kematianku, dan kalaulah hal itu terjadi mungkin

engkau akan berada di akhir hari engkau dalam keadaan menjadi

pengantin dengan sebagian istri-istri engkau.” Nabi Shallallahu ‘alaihi

wa sallam berkata : “ Bahkan saya yang mengaduhkan sakit kepalaku

… al-hadits"27.

Dari Ibnu Mas'ud radhiallahu ‘anhu dia berkata : "Ssaya pernah

masuk kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau dalam

keadaan sakit demam, saya pun menyentuh beliau dengan tangan

saya dan berkata : “ Sesungguhnya engkau mengalami demam yang

sangat, beliau berkata : “ Benar sebagaimana demamnya dua orang

dari kalian”.

Abdullah bin Mas'ud berkata : “Apakah anda akan mendapat dua

pahala? “ Beliau berkata : “ Iya, tidak lah seorang muslim yang

tertimpa musibah berupa sakit dan musibah lainnya kecuali Allah akan

menggugurkan dosa-dosa kesalahannya sebagaimana pohon

menggugurkan daunnya"28

10. Menangis Ketika Sakit :

Yaitu bagaimanakah hukumnya? Apakah hal tersebut

disyariatkan ataukah terlarang? Yang nampak bagi kami berdasarkan

perbuatan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah boleh.

Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma meriwayatkan dia berkata : "

Sa'ad bin Ubadah menderita suatu penyakit, kemudian Nabi

Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguknya bersama Abdurrahman bin

‘Auf dan Sa'ad bin Abi Waqqaash dan Abdullah bin Mas'ud radhiallahu

‘anhum maka ketika beliau masuk kepada Sa'ad bin Ubadah beliau

27 HR. Al-Bukhari (5666) Ahmad meriwayatkanya dari jalan Abdullah bin Abdullah bin Utbah (2538) Ibnu Majah (1465) dan Ad-Darimi (80).28 HR. Al-Bukhari (5667) Muslim (25 71), Ahmad (3611) dan Ad-Darimi (2771).

Page 13: Bab Adab Menjenguk Orang Sakit

mendapatinya berada di dalam kerumunan keluarganya, beliau

berkata : “ Apakah telah wafat?” Mereka berkata : “ Tidak wahai

Rasulullah, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menangis, dan

ketika kaum tersebut melihat tangisan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa

sallam , mereka menangis. Nabi bersabda : “ Tidakkah kalian

mendengar bahwa Allah tidak mengadzab hanya karena tetesan air

mata dan tidak pula dengan kesedihan hati akan tetapi Allah

mengadzab dikarenakan ini beliau mengisyaratkan kepada lisan atau

Allah akan mengasihani, sesungguhnya mayyit diadzab dikarenakan

tangisan keluarganya atas kematiannya"29.

Hadits ini menunjukkan bolehnya menangis di sisi orang yang

sakit, dan terlebih lagi di sisi mayyit akan tetapi tangisan yang tidak

ada jeritan histeris, disebabkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

melarang ratapan.

11. Doa Apa Saja Yang Diucapkan Di Sisi Orang Yang Sakit :

Sepatutnya bagi orang yang menjenguk orang sakit agar tidak

mengucapkan suatu ucapan kecuali yang baik, karena malaikat

mengaminkan atas ucapannya itu. Hal itu telah dijelaskan di dalam

hadits Ummu Salamah radhiallahu ‘anha, beliau berkata : Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : " Apabila kalian menghadiri

orang yang sakit atau mayyit maka ucapkanlah ucapan yang baik,

karena sesungguhnya malaikat mengaminkan atas apa yang kalian

ucapkan “, Ummu Salamah berkata : “ Ketika Abu Salamah meninggal

saya mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, saya berkata : “

Wahai Rasulullah sesungguhnya Abu Salamah telah meninggal ”. Nabi

bersabda : “ Ucapkanlah : Wahai Allah ampunkanlah bagiku dan

baginya, dan balaslah aku dari musibahku dengan balasan yang baik “,

Ummu Salamah berkata : “ Aku berkata : maka Allah membalasku

29 HR. Al-Bukhari (1304) dan Muslim (924).

Page 14: Bab Adab Menjenguk Orang Sakit

dengan orang yang lebih baik bagiku daripada Abu Salamah yaitu

Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam "30.

Disunnahkan bagi orang yang menjenguk agar mendoakan orang

yang sakit dengan memohon rahmat dan ampunan, dan agar

dibersihkan dari dosa-dosa serta keselamatan dan kesehatan. Nabi

Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan beberapa doa,

sepatutnya bagi orang yang menjenguk untuk berdoa dengan doa

tersebut, karena doa-doa tersebut bersumber dari al-ma'shum yang

telah diberi jawami al-kalim (kalimat yang ringkas lagi penuh hikmah),

yang tidak berucap dari hawa nafsu hanyalah berupa wahyu yang

diwahyukan kepadanya, diantara doa-doa beliau :

a. "Mudah-mudahan tidak apa-apa, mudah-mudahan

dapat mensucikan insya Allah".

Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma : "bahwasanya nabi

Shallallahu ‘alaihi wa sallammasuk ke rumah salah seorang arab

badui dalam rangka menjenguknya. Ibnu Abbas berkata : “

Apabila beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi rumah

orang yang sakit untuk menjenguknya beliau berkata : " Mudah-

mudahan tidak apa-apa, mudah-mudahan dapat mensucikan dari

dosa insya Allah".

Maka Nabi berkata kepadanya : “ Mudah-mudah tidak apa-apa,

mudah-mudahan dapat mensucikan dari dosa insya Allah. Arab

badui itu berkata : “ Engkau mengatakan dapat mensucikan?

Sekali-kali tidak, bahkan dia adalah demam yang ditakuti – atau

yang bergejolak – atas orang tua renta , dan membuatnya

diusung kekubur.

Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “Alangkah

baiknya jikalau begitu"31.

30 HR. Muslim (919), Muslim (25958), At-Tirmidzi (977) An-Nasaa'I (1825) dan Ibnu Majah (1447).31 HR. Al-Bukhari (3616).

Page 15: Bab Adab Menjenguk Orang Sakit

Ucapan beliau : "Mudah-mudahan tidak mengapa " yaitu bahwa

sakit itu dapat menggugurkan dosa kesalahan, maka apabila

mendapat kesehatan maka seseorang telah mendapat dua

faedah. Dan kalau saja tidak maka dia mendapat pahala

pengguguran dosa.

Dan perkataan beliau : "Mudah-mudahan dapat mensucikan

dosa" kedudukannya sebagai khabar dari mubtada' mahdzuuf.

Yaitu sakit yang mensucikan bagimu dari dosa-dosamu yaitu

sebagai pensuci, sebagaimana penjelasan Ibnu Hajar32.

Ada beberapa faedah yang terkandung di dalam hadits ini yaitu

bahwa seyogyanya bagi orang yang sakit agar menerima doa

kebaikan orang lain untuknya, dan jangan sampai menggerutu

dari doa kebaikan untuk mensucikan dari mereka untuknya

dengan doa pensucian dari dosa-dosanya sebagaimana keadaan

Arab badui tadi yang ada di dalam hadits.

b. "Ya Allah Sembuhkanlah ….Fulan" Sekali – Atau Tiga

Kali.

Doa ini terdapat di dalam hadits Sa'ad bin Abi Waqqash, ketika

Rasulullah menjenguknya ketika dia dalam keadaan sakit, dan

dalam hadits tersebut : " Kemudian Nabi meletakkan tangannya

di atas kening beliau kemudian mengusap tangannya di atas

wajah dan perutku kemudian berkata : “ Ya Allah sembuhkanlah

Sa'ad ..." Dan dalam riwayat Muslim : " Ya Allah sembuhkanlah

Sa'ad Ya Allah sembuhkanlah Sa'ad sampai tiga kali"33.

Ibnul Jauzi berkata : “ Pada sabda beliau : "Ya Allah

sembuhkanlah Sa'ad" merupakan dalil atas disunnahkannya

mendoakan kesehatan/kesembuhan untuk orang yang sakit34.

32 Fathul Baari (10/124).33 HR. Al-Bukhari (5659), Muslim (1628) dan Ahmad (1443), dan At-Tirmidzi (2116), An-Nasaa'i (3616), Malik (1495) Ad-Darimi (3196) tanpa menyebutkan doa.34 Kasyful Musykil min hadits As-Shahihain (1/233) nomer (164).

Page 16: Bab Adab Menjenguk Orang Sakit

c. "Saya Memohon Kepada Allah Yang Maha Agung

Penguasa Arsy Yang Agung Agar Berkenan

Menyembuhkanmu" Sebanyak Tujuh Kali.

Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma dari Nabi Shallallahu ‘alaihi

wa sallam beliau bersabda: " Barang siapa yang menjenguk

orang yang sakit yang ajalnya belum hadir dan mengucapkan di

sisinya sebanyak tujuh kali : “ Saya memohon kepada Allah yang

maha agung penguasa Arsy yang agung agar berkenan

menyembuhkanmu. Niscaya Allah akan memberinya

kesembuhan dari penyakit tersebut"35.

d. "Ya Allah Sembuhkanlah Hambamu Yang Membunuh

Musuh UntukMu Dan Senantiasa Berjalan Menuju Shalat

[dalam riwayat yang lain : Berjalan Menuju Jenazah Yang

Hendak Dikubur]"

Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, dia berkata : Nabi

Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : " Apabila seseorang

datang menjenguk orang yang sakit hendaknya dia

mengucapkan : Ya Allah sembuhkanlah hambamu yang

membunuh musuh untukMu dan senantiasa berjalan menuju

shalat " Dalam riwayat Abu Daud : " atau yang berjalan

kepadamu menuju jenazah yang akan dikubur"36.

12. Meletakkan Tangan Di Atas Tubuh Orang Yang Sakit :

Disunnahkan bagi orang yang menjenguk agar meletakkan di

atas jasad orang yang sakit dan mendoakannya. Meneladani

Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dan terkadang

meletakkan tangan ini ada pengaruh di dalam meringankan sakit

atau menghilangkannya secara keseluruhan, akan tetapi tidak

35 HR. Ahmad (2138), At-Tirmidzi (2083) dan Abu Daud (3106) dan lafazh ini dari beliau, dan Al-Albani menshahihkannya.36 HR. Ahmad (6564) dan lafazh hadits darinya, dan Abu Daud (3107) dan Al-Albani menshahihkannya.

Page 17: Bab Adab Menjenguk Orang Sakit

mungkin untuk mengharuskan hal tersebut dikarenakan tidak

adanya nash-nash yang khusus didalam masalah tersebut ".

Ibnul Baththal berkata : “ Meletakkan tangan di atas tubuh orang

yang sakit adanya sikap menghibur baginya dan untuk

mengetahui seberapa parah sakitnya agar seseorang

mendoakan kesembuhan untuknya sesuai sakitnya yang

nampak. Mungkin saja seseorang merukyahnya dengan

tangannya dan mengusap di atas tempat yang sakit dengan

rukyah yang dapat memberi manfaat kepada orang yang sakit,

apabila yang menjenguk adalah orang yang shalih “.

Saya katakan (Ibnu Hajar): “ Terkadang orang yang menjenguk

mengetahui pengobatan dan mengetahui penyakit sehingga dia

dapat menerangkannya pengobatan yang sesuai bagi orang

yang sakit sesuai dengan penyakitnya itu37.

Dan penyebutan tentang peletakan tangan Nabi Shallallahu

‘alaihi wa sallam yang mulia datang di beberapa hadits. Di dalam

hadits Sa'ad bin Abi Waqqash yang telah dikemukakan didepan :

" Kemudian Nabi meletakkan tangannya di atas keningnya,

kemudian mengusapkan tangannya di atas wajah dan perut saya

kemudian mengucapkan : Ya Allah sembuhkanlah Sa'ad…..al-

hadits".

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau berkata : " Apabila

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk orang yang

sakit beliau meletakkan tangannya di atas tempat yang terasa

sakit kemudian mengucapkan : Bismillah"38.

13. Meruqyah Orang Yang Sakit :

Disunnahkan bagi orang yang menjenguk untuk meruqyah

(menjampi) orang yang sakit, sebagaimana Nabi Shallallahu

37 Fathul Baari (10/126).38 Ibnu Hajar berkata di dalam Al-Fath (10/126) : Abu Ya'la mengeluarkannya dengan sanad yang hasan.

Page 18: Bab Adab Menjenguk Orang Sakit

‘alaihi wa sallam telah melakukannya, terlebih lagi apabila orang

yang menjenguk termasuk orang yang bertakwa dan shaleh.

Dikarenakan ruqyah orang seperti ini lebih bermanfaat daripada

orang yang selainnya, sebab keshalehan mereka dan

ketakwaannya.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah meruqyah sebagian

orang yang sakit dari keluarganya dan dari selain keluarganya,

dan beliau membolehkan kepada sebagian sahabatnya atas

ruqyah mereka, kami akan bawakan diantara ruqyah tersebut

apa yang dapat kami sebutkan berikut ini, diantaranya adalah :

a. Ruqyah Dengan Al-Mu'awwidzat.

Dari Aisyah Ummul Mu'minin radhiallahu anha, dia berkata : "

Apabila salah seorang dari keluarga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi

wa sallam sakit, beliau meniupkan39 kepadanya dari al-

mu'awwidzat40…..al-hadits"41.

b. Ruqyah dengan Fatihatul Kitab.

Tentang hal ini ada kisah yang terjadi pada Abu Sa'id Al-Khudri

radhiallahu ‘anhu bersama pemimpin satu kaum yang terkena

sengatan berbisa. Lalu Abu Sa'id radhiallahu ‘anhu

meruqyahnya dengan fatihatul kitab, kemudian Abu Sa'id diberi

sepotong kambing, namun beliau enggan untuk menerimanya

dan berkata : “ Sampai saya sebutkan hal itu kepada Nabi

Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka datanglah dia kepada Nabi

Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menyebutkan hal itu kepada

39 An-Nafats : lebih sedikit daripada At-Tafl, karena At-Tafl terjadi ada kecuali ada bersamanya sesuatu dari ludah, dan An-Nafats : sesuatu yang menyerupai An-Nafakh. Beliau mengatakannya di dalam lisanul arab (2/195) Bahasan : ث ف ن40 Al-Hafizh berkata : yang dimaksudkan dengan Al-Mu'awwidzat adalah surat qul a'udzu birabbil falaq, qul a'udzu birabbin naas, dan menggabungkan entah itu dengan tinjauan bahwa yang paling sedikit dari bentuk jamak adalah dua, ataukah dengan tinjauan bahwa yang dimaksudkan dengan kalimat-kalimat yang ada dari kedua surat tersebut, dan adanya kemungkinan bahwa yang dimaksudkan dengan Al-Mu'awwidzat adalah kedua surat ini bersama dengan surat Al-Ikhlash dan yang demikian itu dimaksudkan secara muthlaq menurut kebiasaan, dan ini yang dijadikan sandaran. Fathul Bari (7/738).41 HR. Al-Bukhari (5748), Muslim (2192) dan lafazh hadits ini ada pada periwayatan beliau, Ahmad (23207), Abu Daud (3902), Ibnu Majah (3529) dan Malik (1755).

Page 19: Bab Adab Menjenguk Orang Sakit

beliau, beliau berkata : “ Wahai rasulullah, demi Allah tidaklah

saya meruqyah kecuali dengan fatihatul kitab, beliau tersenyum

dan berkata : "Bagaimana engkau bisa tahu bahwa surat itu

adalah ruqyah?" kemudian beliau berkata : “Ambillah pemberian

itu dari mereka, dan bagikan satu bagian untukku bersama

kalian"42.

c. Meruqyah dengan "hilangkanlah kesusahan, wahai

rabb manusia, sembuhkanlah engkaulah penyembuh

tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dariMu,

kesembuhan yang tidak menyisakan penyakit"

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, " Apabila Rasulullah Shallallahu

‘alaihi wa sallam mendatangi orang yang sakit atau didatangkan

kepadanya orang yang sakit, beliau mengucapkan : “

Hilangkanlah kesusahan wahai Rabb manusia sembuhkanlah,

engkaulah penyembuh tidak ada kesembuhan kecuali

kesembuhan darimu, kesembuhan yang tidak menyisakan

penyakit" adapun pada riwayat dari Muslim : " Apabila beliau

mendapati salah seorang dari kami mengeluh sakit beliau

mengusapnya dengan tangan kanannya kemudian mengucapkan

: " Hilangkanlah kesusahan wahai Rabb manusia… al-hadits"43.

d. Ruqyah dengan "dengan nama Allah saya

meruqyahmu, dari segala sesuatu yang mengganggumu,

dari kejahatan setiap jiwa atau mata yang hasad, Allah

yang menyembuhkanmu, dengan nama Allah saya

meruqyahmu".

Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu : " Bahwa Jibril datang

kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata : wahai

Muhammad apakah kamu mengeluh sakit? Beliau berkata : “ Iya

“.

42 HR. Al-Bukhari (2276), Muslim (2201) dan lafazh ini sesuai lafazh riwayat beliau, Ahmad (10686), Abu Daud (3418) dan Ibnu Majah (2156).43 HR. Al-Bukhari (5675), Muslim (2191), Ahmad (24317) dan Ibnu Majah (3520).

Page 20: Bab Adab Menjenguk Orang Sakit

Jibril mengucapkan : “ Dengan nama Allah saya meruqyahmu

dari segala sesuatu yang mengganggumu, dari kejahatan jiwa

atau mata yang hasad, Allah yang menyembuhkanmu, dengan

nama Allah saya meruqyahmu " 44.

e. Ruqyah dengan bacaan "dengan nama Allah tanah

negeri kami dengan ludah sebagian dari kami dapat

menyembuhkan penyakit kami dengan izin rabb kami".

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha : " Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi

wa sallam pernah mengucapkan kepada orang yang sakit :

Dengan nama Allah tanah negeri kami dengan ludah sebagian

dari kami dapat menyembuhkan penyakit kami dengan izin Rabb

kami" Lafazh dari riwayat Muslim : " Apabila seseorang mengeluh

ada sesuatu darinya ataukah ada bisul atau luka, beliau

Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkannya dengan jarinya

seperti ini. Sufyan meletakkan jari telunjuknya di atas tanah

kemudian mengangkatnya : " Dengan nama Allah, tanah negeri

kami dengan ludah sebagian dari kami dapat menyembuhkan

penyakit kami dengan izin Rabb kami"45. An-Nawawi berkata : “

Makna hadits ini: bahwa beliau mengambil dari ludahnya sendiri

di atas jari telunjuknya, kemudian meletakkannya di atas tanah

dan melekatkan sesuatu dengan jari tersebut dari tanah dan

mengusap dengan tanah di atas tempat luka atau penyakit dan

mengucapkan doa dalam keadaan mengusap wallahu a'lam 46.

Catatan penting : sebagian manusia ketika menziarahi orang

yang sakit sangat bersemangat untuk menyertakan seikat

bunga mawar yang dia berikan kepada orang yang sakit, dan

sebagian lainnya menuliskan padanya ungkapan-ungkapan dan

harapan-harapan kesembuhan yang segera dan yang semisal ini,

dan hal ini menurut mereka lebih utama apa diberikan kepada

44 HR. Muslim (2186), Ahmad (11140), At-Tirmidzi (972) dan Ibnu Majah (3523).45 HR. Al-Bukhari (5745), Muslim (2194), Ahmad (24096), Abu Daud (3895) dan Ibnu Majah (3521).46 Syarah Shahih Muslim jilid ke tujuh (14/151).

Page 21: Bab Adab Menjenguk Orang Sakit

orang sakit. Sedangkan sebagian besar diantara kaum manusia

mengetahui bahwa taqlid (ikut-ikutan) ini datangnya negeri

orang-orang Nashara, yang mana kita dilarang bertasyabbuh

(menyerupakan diri) dengan mereka, dan bertasyabbuh kepada

orang-orang Yahudi dan Nashara merupakan perkara yang

diharamkan.

Maka sangat mengherankan keadaan mereka yang

menggantikan doa pensucian dosa, rahmat, ampunan dan

kesehatan bagi orang yang sakit dengan ungkapan-ungkapan

kosong, dan harapan-harapan yang tidak dapat mempercepat

dan tidak pula mengakhirkan! Dan menggantikan ruqyah (jampi)

yang syar'i dari ayat-ayat Al-Qur`an dan hadits-hadits Nabi

dengan seikat bunga mawar yang mungkin dapat layu sehari

atau dua hari setelahnya! Ya Allah tunjukkanlah kami jalanMu

yang lurus bukan jalannya orang-orang yang dimurkai dan bukan

pula orang-orang yang sesat. Amin.

14. Mentalqin (menuntun) Orang Yang Sakit

Mengucapkan Syahadat Apabila Ajal Menjemputnya Dan

Menutupkan Kedua Matanya Serta Mendoakan Kebaikan

baginya Apabila Telah Mati :

Ketika ajal orang yang sakit semakin dekat dan tanda-tanda

kematian telah nampak atasnya, maka disunnahkan bagi orang

yang menjenguknya untuk mengingatkan bagi orang yang sakit

akan rahmat Allah luas dan agar jangan dia putus asa dari

rahmat tersebut, berdasarkan hadits Jabir radhiallahu ‘anhu dia

berkata : “Saya mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

tiga hari sebelum kematiannya beliau berkata : " Janganlah salah

seorang dari kalian mati kecuali dia berbaik sangka kepada Allah

Azza wa Jalla"47.

47 HR. Muslim (2877), Ahmad (13711), Abu Daud (3113) dan Ibnu Majah (4167).

Page 22: Bab Adab Menjenguk Orang Sakit

Para Ulama berpendapat : Makna berbaik sangka kepada Allah -

Ta'ala- : Seseorang menyangka bahwa Allah akan merahmatinya

dan memaafkannya, An-Nawawi yang mengucapkanya48.

Dan juga disunnahkan baginya untuk menalqin (menuntun)

untuk mengucapkan syahadat dengan lemah lembut. Dari Abu

Sa'id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu dia berkata : Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : " Talqinkanlah

(tuntunkanlah) orang yang akan mati diantara kalian kalimat Laa

ilaaha illallaah"49.

An-Nawawi berkata : “ Perintah mentalqin (menuntun) ini adalah

perintah yang bersifat sunnah, dan para ulama telah sepakat

akan disyariatkannya talqin ini dan mereka memakruhkan kalau

terlalu sering dilakukan kepada orang yang sakit dan terus

menerus agar jangan sampai berkeluh kesah dengan

keadaannya yang tertekan dan beratnya penderitaannya

sehingga dia membencinya di dalam hati dan mengucapkan

ucapan yang tidak layak.

Para ulama berpendapat : “ Apabila orang yang sakit telah

mengucapkannya sekali, jangan dipaksa untuk mengulanginya

kecuali kalau dia mengucapkan perkataan yang lain setelahnya

maka dia diminta untuk mengulanginya lagi agar syahadat

tersebut menjadi akhir dari perkataannya50.

Dan apabila orang yang sakit itu mati maka disunnahkan bagi

orang yang menghadiri kematiannya untuk memejamkan kedua

matanya dan mendoakan kebaikan untuknya, berdasarkan

hadits Ummu Salamah radhiallahu ‘anha dia berkata : “

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk kepada Abu

Salamah dan pandangannya telah menatap keatas, maka beliau

48 Syarah Muslim karya An-Nawawi jilid ke sembilan (17/176).49 HR. Muslim (916), Ahmad (10610) At-Tirmidzi (976), An-Nasaa'i (1826) Abu Daud (3117) dan Ibnu Majah (1445).50 Syarah shahih Muslim jilid ke tiga (6/183).

Page 23: Bab Adab Menjenguk Orang Sakit

memejamkannya, kemudian bersabda : " Sesungguhnya ruh

apabila telah digenggam pandangan mata akan mengikutinya".

Orang-orang dari keluarganya pun histeris, maka beliau

bersabda : " Janganlah kalian mendoakan kejelekan atas diri-diri

kalian kecuali dengan doa yang baik. Sesungguhnya malaikat

mengaminkan atas apa yang kalian katakan" Kemudian beliau

Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : " Ya Allah berilah

ampunan kepada Abu Salamah, angkatlah derajatnya bersama

orang-orang yang mendapat hidayah, dan gantikanlah pada

anak keturunannya bersama orang-orang yang masih tersisa,

berikanlah ampunan kepada kami dan kepadanya wahai Rabb

semesta alam, lapangkanlah baginya di dalam kuburnya, dan

berikanlah baginya cahaya di dalamnya"51.

51 HR. Muslim (920) dan lafazh hadits ini ada padanya, dan Ahmad (26003), Ibnu Majah (3118) dan Ibnu Majah (1454).