bab fix ciaaatattatatatatataa.docx
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tanda seorang perempuan memasuki masa pubertas adalah
terjadinya menstruasi. Menstruasi merupakan pengeluaran cairan darah dari
uterus, yang disebabkan oleh pelepasan endometrium. Menstruasi atau haid
mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina
yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan
menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun
mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi
biasanya dimulai antara umur 10 sampai 16 tahun, tergantung pada berbagai
faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi dan berat tubuh relatif terhadap
tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung sekali dalam sebulan sampai wanita
mencapai usia 45-50 tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan pengaruh-
pengruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk menstruasi disebut
menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang wanita (fitria,
2007).
Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita ada yang siklusnya 23-35
hari dan ada juga yang 28 hari, namun beberapa wanita memiliki siklus yang tidak
teratur (Brewer Sarah, 1997: Pediatrics, 2006).
Menurut Manuaba (1999), proses siklus haid dapat pasang surut dan
berubahubah setiap bulannya, maka dapat menimbulkan masalah seperti amenore
(tidak menstruasi), menorhagia (perdarahan dalam jumlah banyak dan dalam
1
2
waktu yang lama saat haid) siklus haid tidak teratur, premenstruasi tension
(ketegangan prahaid), dan dismenore (rasa nyeri pada saat haid).
Dismenore atau nyeri haid mungkin merupakan salah satu gejala yang
paling sering menyebabkan wanita-wanita pergi ke dokter untuk konsultasi dan
pengobatan. Gangguan ini sifatnya subjektif, berat dan intensitasnya sukar dinilai,
walaupun frekuensi dismenore cukup tinggi dan penyait ini sudah lama dikenal
namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dengan
memuaskan. Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak diperut bawah
sebelum dan selama haid dan sering kali rasa mual maka istilah dismenore hanya
dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk
istrahat dan meninggalkan pekerjaan atau ciri sehari-hari untuk beberapa jam atau
beberapa hari. Dismenore dibagi menjadi dua, yaitu dismenore primer dan
dismenore sekunder (Prawirohardjo, 1999).
Dismenore primer adalah nyeri haid yang terjadi tanpa terdapat kelainan
anatomis alat kelamin. Dismenore primer merupakan rasa sakit yang disertai
sebagai hal yang wajar dan biasa terjadi sebagai bagian dari siklus menstruasi
yang tidak membahyakan, sedangkan dismenore sekunder adalah nyeri haid yang
berhubungan dengan kelainan anatomis yang jelas, kelainan antomis ini
kemungkinan adalah haid disertai infeksi, endometriosis, mioma uteri, polip
endometrial, polip serviks, pemakai IUD atau AKDR (alat kontrasepsi dalam
rahim) (Manuaba, 1999).
Pengkajian nyeri merupakan hal penting dari tugas perawat. Perawat perlu
mempertimbangkan dimensi biologis, psikologis, sosial juga spiritual nyeri.
3
Banyak faktor fisiologi (motivasi, afektif, kognitif, emosional) mempengaruhi
pengalaman nyeri seseorang (C Brooker, 2008).
Banyak cara untuk menghilangkan atau menurungkan nyeri, baik secara
farmakologis, misal obat-obat analgestik ataupun menghilangkan dengan cara
intervensi keperwatan yang bersifat nonfarmakologis (Long, 1996).
Manajemen nyeri non farmakologis, misalnya kompres hangat yaitu dimna
kompres hangat dapat meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi uterus
dan melancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan nyeri dengan
mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan sejahtera, meningkatkan
aliran menstruasi, dan meredakan Vasokongesti pelvis (Bobak, 2005).
Menurut Perry & Potter (2005), prinsip kerja kompres hangat dengan
mempergunakan buli-buli panas yang dibungkus kain yaitu secara konduksi
dimana terjadi pemindahan panas dari bulibuli ke dalam tubuh sehingga akan
menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan
otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang atau hilang.
Penelitian sebelumnya mengenai prevalensi dismenore pada remaja
mencapai 93,9%. Sekitar 15% gadis remaja dilaporkan mengalami dismenore
berat dan merupakan penyebab tertinggi para gadis remaja tidak hadir di
sekolahnya di Amerika Serikat. Sebuah studi longitudinal secara kohort pada
wanita Swedia ditemukan prevalensi dismenore pada wanita usia 19 tahun adalah
90% dan 67% pada wanita usia 24 tahun (French, 2005), sedangkan di Malaysia,
prevalensinya sebanyak 62,3% (Liliawati, Verna & Khairani, 2007) dengan
tingkat nyeri yang berbeda. Sementara di Indonesia ditemukan 83,5% mahasiswi
4
mengalami dismenore pada mahasiswi sebuah universitas di Jakarta tahun 2004.
Efek gangguan menstruasi yang dilaporkan antara lain waktu istirahat terganggu
(54%) dan menurunnya kemampuan belajar (50%) (Almazini Prima, 2009).
Menurut Bambang Widjanarko (2006), dismenore terjadi pada lebih dari setengah
wanita usia reproduksi dengan prevalensi beragam. Sebuah penelitian terhadap
113 pasien praktek dokter pribadi menunjukkan angka prevalensi sekitar 29-44%.
Kebanyakan remaja mengobati diri sendiri dengan obat yang dijual bebas dan
hanya beberapa yang berkonsultasi dengan dokter mengenai dismenore yang
dialami.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada 10
responden mahasiswi PSIK reguler di Fakultas Kedokteran Unlam Banjarbaru
pada tanggal 23 Maret 2013 dilakukan dengan cara wawancara, didapatkan 3 dari
10 responden tersebut mengalami dismenore setiap menstruasi. 60% dari
responden membiarkan saja dan 40% responden mengaku pernah melakukan
kompres hangat sehingga nyeri yang dirasakan sedikit berkurang, sebagian besar
mahasiswi tersebut belum mengetahui manfaat kompres hangat dalam
mengurangi atau mencegah terjadinya nyeri haid. Anggapan para mahasiswi
tersebut, melakukan kompres hangat saat haid itu buang-buang waktu dan tidak
ada gunanya Studi pendahuluan ini juga menunjukan 2 dari 10 responden
mengaku mengetahui manfaat kompres hangat yang dapat menurunkan
dismenore.
5
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penilitian dengan judul Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Disminore Primer
pada mahasiswi PSIK reguler di Fakultas Kedokteran Unlam Banjarbaru.
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat pengaruh kompres hangat terhadap penurunan tingkat
nyeri haid (dismenore) pada mahasiswi PSIK reguler di Fakultas Kedokteran
Unlam Banjarbaru?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum pada penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kompres
hangat terhadap dismenore primer pada mahasiswi PSIK reguler di Fakultas
Kedokteran Unlam Banjarbaru.
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
a. Mengetahui tingkat nyeri sebelum kompes hangat pada mahasiswi PSIK
reguler di Fakultas Kedokteran Unlam Banjarbaru.
b. Mengetahui tingkat nyeri sesudah kompes hangat pada mahasiswi PSIK
reguler di Fakultas Kedokteran Unlam Banjarbaru.
c. Mengetahui pengaruh kompres hangat terhadap dismenore primer pada
mahasiswi PSIK reguler di Fakultas Kedokteran Unlam Banjarbaru.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Masyarakat umum
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi yang berguna
dalam meningkatkan pengetahuan khususnya tata cara mengatasi dan
mencegah nyeri pada saat menstruasi.
2. Ilmu Keperawatan
a. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kebesaran ilmu
pengetahuan dan teknologi tentang penanganan nyeri dismenore secara
non farmakologis melalui terapi kompres oleh perawat secara mandiri
di komunias.
b. Penelitian ini bisa diaplikasikan pada klien yang mengalami nyeri haid
atau dismenore kedalam pemberian asuhan keperawatan di komunitas.
3. Mahasiswa
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan manajemen nyeri terutama wanita yang
menderita nyeri haid (dismenore).
b. Mahasiswa dapat menerapkan metode penelitian dalam melakukan
penelitian.
4. Bidang Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang ilmu Maternitas.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Menstruasi
1. Pengertian
Wanita yang memasuki masa pubertas akan mengalami haid (Pediatrics,
2008). Haid atau menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari
uterus disertai pelepasan endometrium (Prawirohardjo, 1999). Haid yang terjadi
terus menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. Haid biasanya
terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga menopause (biasanya terjadi
sekitar usia 45-55 tahun). Normalnya haid tersebut berlangsung selama 3-7 hari
(Ganong, 2001: S Kent et al 2007).
2. Siklus Menstruasi
Tiap siklus haid menggambarkan suatu interaksi antara hipotalamus,
kelenjar pituitari, ovarium dan endometrium. Menurut teori neurohumoral,
hipotalamus sebagai pusat pengendali utama otak dan mengawasi sekresi hormon
Gonadotropin Reliasing Hormone (GnRH) sehingga dapat merangsang pelepasan
Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari
hipofisis. Perubahan-perubahan kadar hormon sepanjang siklus haid disebabkan
oleh mekanisme umpan balik atau feed back antara hormon steroid dan hormon
gonadotropin (Misaroh & Proverawati, 2009).
Estrogen menyebabkan umpan balik negatif terhadap FSH, sedangkan
terhadap LH estrogen menyebabkan umpan balik negatif jika kadarnya rendah dan
umpan balik positif jika kadarnya tinggi. Estrogen yang meningkat
7
8
mengakibatkan rangsangan pada lapisan rahim (endometrium) menebal, pada
siklus haid endometrium dipersiapkan secara teratur untuk menerima ovum yang
dibuahi setelah terjadi ovulasi (Misaroh & Proverawati, 2009).
Menurut Misaroh & Proverawati (2009), menstruasi mempunyai kisaran
waktu tiap siklus sekitar 28-35 hari setiap bulannya. Siklus menstruasi terdiri dari
4 fase yaitu:
a. Fase Menstruasi
b. Fase Proliferasi atau fase Folikuler
c. Fase Ovulasi atau fase Luteal.
d. Fase pasca ovulasi atau fase Sekresi
3. Kelainan-Kelainan Menstruasi
Kelainan-kelainan siklus menstruasi antara lain adalah:
a. Amenore (tidak menstruasi), yaitu keterlambatan menstruasi lebih ari 3 bulan
berturut-turut, menstruasi wanita teratur setelah mencapai usia 18 tahun
(Manuaba, 1999).
b. Dismenore (nyeri menstruasi), yaitu nyeri diperut bawah , menyebar ke
daerah pinggang, dan paha. Nyeri ini timbul tidak lama sebelumnya atau
bersamasama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam,
walaupun beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari sbelum dan selama
menstruasi (Wiknjosastro, 2007).
c. Menorrhagia, yaitu pada bentuk gangguan siklus menstruasi tetap teratur dan
jumlah darah yang dikeluarkan cukup banyak, penyebabnya
9
kemungkinanterdapat mioma uteri (pembesaran rahim), polip endometrium
atau hyperplasia endometrium (penebalan dinding rahim) (Manuaba,1999).
d. Pre Menstruasi Tention (ketegangan sebelum masa menstruasi ), terjadi
karena keluhan yang di mulai sekitar seminggu sebelum dan sesudah haid.
Terjadi karena ketidakseimbangan estrogen dan progesteron menjelang
menstruasi.
B. Dismenore
1. Pengertian
Dismenore adalah nyeri selama haid yang dapat dirasakan di perut bawah
atau pinggang, dapat bersifat seperti malas-malas, seperti ngilu, atau seperti
ditusuk-tusuk (Prawirohardjo, 1994). Menurut Wiknjosastro (2007), disminore
adalah nyeri di perut bawah, menyebar ke daerah pinggang, dan paha. Nyeri ini
timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan
berlangsung untuk beberapa jam, walaupun beberapa kasus dapat berlangsung
beberapa hari sebelum dan sesudah dan selama menstruasi. Disminore dibagi
menjadi 2 yaitu disminore primer dan disminore sekunder.
2. Dismenore primer
Disminore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat
genital yang nyata, atau tidak ada hubungan dengan kelainan genekologik dan
merupakan suatu ciri-ciri siklus ovulasi dan biasanya timbul setelah 12 bulan atau
lebih setelah menarche. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-
sama dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa jam, walaupun dalam
10
beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah seperti
kejang yang biasanya terbatas pada perut bawah tetapi dapat menyebar ke daerah
pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat di jumpai rasa mual,
muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas dan sebagainya (Prawirohardjo, 1994).
3. Faktor Penyebab
Penyebab pasti dismenore primer tidak diketahui. Estrogen, hormon yang
diproduksi ovarium, merangsang pelepasan prostaglandin oleh rahim.
Prostaglandin adalah zat kimia yang sangat mirip dengan hormon. Zat tersebut
dikeluarkan dalam jumlah sangat kecil oleh berbagai organ dalam tubuh dan
memiliki kisaran efek yang cukup berarti tehdap organ-organ lokal. Tingginya
pelepasan prostaglandin menyebabkan tingginya kontraksi uterus yang pada
gilirannya mengakibatkan disminore (Ramaiah, 2006).
Menurut Misaroh & Proverawati (2009), Penyebab psti disminore primer
hingga kini belum diketahui secara pasti (idiopatik), namun beberpa faktor yang
mendukung sebagai pemicu terjadinya nyeri menstruasi, diantaranya:
1. Faktor psikis
Remaja dan ibu-ibu yang emosinya tidak stabil lebih mudah mengalami nyeri
menstruasi.
2. Faktor endokrin
Timbulnya nyeri menstruasi diduga karena kontraksi rahim (uterus) yang
berlebihan.
11
3. Faktor prostaglandin
Teori ini menyatakan bahwa nyeri menstruasi timbul karena peningkatan
produksi prostaglandin (oleh dinding rahim) saat menstruasi. Anggapan ini
mendasari pengobatan dengan antiprostaglandin untuk meredakan nyeri
menstruasi.
Menurut Prawirohardjo (1999), faktof-faktor yang memegang peranan
sebagai penyebab disminore primer antara lain:
a. Faktor kejiwaan
Remaja yang secara emosional tidak stabil, apabila jika mereka tidak
mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah ttmbul
disminore.
b. Faktor Konsistusi
Faktir konsistusi ini erat hubungannya dengan faktor kejiwaan. Faktor-faktor
seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat menimbulkan
disminore.
c. Faktor obstruksi Kanalis Serfikalis
Teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya disminore primer ialah
stenosis kamalis Servikalis, mioma submukosum atau polip endometrium
dapat menyebabkan disminore karena otot-otot uterus berkontraksi keras
dalam usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut.
d. Faktor endokrin
Kejang yang terjadi pada disminore primer disebabkan oleh kontraksi uterus
yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan tonus dan
12
kontraktilitas otot usus. Clitheroe dan Pickles menyatakan bahwa karena
endometriumdalam fase sekresi memproduksi prostaglandin yang brlebihan
dilepaskan kedalam peredaran darah, maka selain disminore, dijumpai pula
efek umum seperti diare, neusea dan muntah.
e. Faktor Alergi
Faktor alergi ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara
disminore dengan urtikaria, migraine, atau asma bronkhiale.
4. Faktor resiko
Menurut Bare & Smeltzer (2002), faktor resiko terjadinya disminore
primer adalah:
1. Menarche pada usia lebih awal
2. Belum pernah hamil dan melahirkan
3. Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari)
4. Umur
5. Patofisiologi
Dismenore adalah nyeri yang terjadi tanpa tanda-tanda infeksi atau
penyakit panggul. Dismenore biasanya terjadi akibat pelepasan berlebihan suatu
prostaglandin, prostaglandin F2a, dari sel-sel endometrium uterus. Prostaglandin
F2a adalah suatu perangsang kuat kontraksi otot polos miometriumdan kontraksi
pembuluh darah uterus, hal ini memperparah hipoksia uterus yang secara normal
terjadi pada haid, sehingga timbul rasa nyeri hebat. Nyeri hebat tersebut dapat
teratasi dengan inhibitor prostaglandin misalnya indometasin, dapat secara efektif
mengurangi kram. Inhibator prostaglandin harus digunakan pada saat tanda awal
13
nyeri muncul, atau sebagian wanita pada tanda pertama pengeluaran (Corwin,
2000).
6. Gejala klinis
Gejala dismenore yang paling umum adalah nyeri mirip kram di bagian
bawah perut yang menyebar ke daerah pinggang, dan paha. Gejala terkait lainnya
adalah muntah, sakit kepala, cemas, kelelahan, diare, pusing, dan kembung atau
perut terasa penuh, bahkan beberapa wanita mengalami nyeri sebslum menstruasi
dimulai dan biasa berlangsung hingga beberapa hari (Wiknjosastro, 2007).
C. Nyeri
a. Pengertian Nyeri
Banyak penyakit pada tubuh yang menyebabkan nyeri (Guyton & Hall,
2006: Potter & Perry, 2005). Kemampuan seseorang untuk mendiagnosa berbagai
penyakit sebagian besar tergantung pada suatu pengetahuan mengenai berbagai
sifat nyeri. Pengetahuan mengenai bagaimana nyeri dapat dialihkan dari suatu
bagian tubuh ke bagian tubuh yang lainnya, bagaimana nyeri dapat menyebar dari
tempat sakit dan akhirnya apa penyebab berbagai rasa nyeri tersebut (Guyton &
Hall, 2006: S Kent et al, 2007).
Nyeri merupakan suatu mekanisme protektif bagi tubuh. Nyeri itu dapat
timbul bilamana sebuah jaringan apa saja sedang dirusak dan ia menyebabkan
individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsang nyeri tersebut (Potter &
Perry, 2005).
14
b. Mekanisme Nyeri
Impuls syaraf, yang dihasilkan oleh stimulus nyeri, menyebar di sepanjang
serabut saraf perifer aferen. Dua tipe serabut saraf perifer mengkonduksi stimulus
nyeri: serabut A-delta yang bermielinasi dan cepat, serabut C yang tidak
bermielinisasi dan berukuran sangat kecil dan lambat. Serabut A mengirim sensasi
yang tajam dan secara jelas melokalisasi sumber nyeri serta mendeteksi intensitas
nyeri. Serabut tersebut menghantarkan komponen suatu cedera akut dengan
segera. Sedangkan serabut C menyampaikan impuls visceral dan terus menerus
(Potter & Perry, 2005).
Ketika serabut C dan serabut A-Delta mentransmisikan impuls dari serabut
saraf perifer, maka akan melepaskan mediator biokimia yang mengaktifkan atau
membuat peka respon nyeri. Misalnya kalsium dan prostaglandin dilepaskan
ketika sel-sel lokal mengalami kerusakan. Transmisi stimulus nyeri berlanjut
disepanjang serabut syaraf aferen sampai transmisi tersebut berakhir di kornu
dorsalis medulla spinalis. Di dalam kornu dorsalis, neurotransmitter, seperti
substansi P dilepaskan, sehingga menyebabkan suatu transmisi sinapsis dari syaraf
perifer (sensori) ke syaraf traktus spinotalamicus (Potter & Perry, 2005).
Hal ini memungkinkan impuls nyeri ditransmisikan lebih jauh kedalam
system syaraf pusat. Stimulus nyeri berjalan melalui serabut syaraf di tractus
spinotalamicus yang menyebrangi sisi yang berlawanan dengan medulla spinalis,
maka informasi ditransmisikan dengan cepat kepusat yang lebih tinggi di otak,
termasuk pembentukan reticular, system limbic, thalamus, korteks sensori dan
15
korteks asosiasi. Seiring dengan transmisi stimulus nyeri, tubuh mampu
menyesuaikan nyeri (Potter & Perry, 2005).
c. Klasifikasi Nyeri
Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau
intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri
sebagai yang ringan, sedang, berat (Potter & Perry, 2005).
Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu
penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara
fisik misalnya trauma (trauma ada yang mekanik, termis, kimiawi, maupun
elektrik), neoplasma, peradangan dan gangguan sirkulasi darah. Secara psikis
nyeri dapat terjadi oleh karena trauma psikologis (Potter & Perry, 2005). Nyeri
dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan berdasarkan pada tempat, sifat,
berat ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan nyeri tersebut.
a. Nyeri berdasarkan tempatnya (Potter & Perry, 2005) :
1) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya kulit
atau mukosa.
2) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam
atau pada organ-organ tubuh visceral.
3) Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ atau
struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh didaerah yang
berbeda, bukan daerah asal nyeri.
4) Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem saraf
pusat, spinal cord, batang otak dan talamus.
16
b. Nyeri berdasarkan sifatnya :
1) Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam
waktu yang lama.
3) Paroxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat
sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap antara 10-15 menit, lalu menghilang,
kemudian timbul lagi.
c. Nyeri berdasarkan berat ringannya :
1) Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas yang rendah.
2) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.
3) Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.
d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan :
1) Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan
berakhir kurang dari 6 bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas.
Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi, ataupun
pada suatu penyakit arteriosclerosis pada arteri koroner.
2) Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari 6 bulan. Nyeri kronis ini
polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Ragam pola tersebut ada yang nyeri timbul dengan periode yang diselingi
interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali nyeri, dan begitu seterusnya.
Adapula pola nyeri kronis yang konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus
menerus terasa semakin lama semakin meningkatintensitasnya walaupun
17
telah diberikan pengobatan. Misalnya pada nyeri karena neoplasma (Potter &
Perry, 2005).
d. Respon Tingkah Laku Nyeri
Respon tingkah laku terhadap nyeri juga berbeda, seperti (Potter & Perry,
2005):
1. Pernyataan Verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)
2. Ekspresi Wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)
3. Gerakan Tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan Otot, Peningkatan Gerakan
Jari dan Tangan)
4. Kontak dengan orang lain atau interaksi sosial (Menghindari Percakapan,
Menghindari Kontak Sosial, Penurunan Rentang Perhatian, Fokus Pada
Aktivitas Menghilangkan Nyeri).
e. 3 Fase Dalam Pengalaman Nyeri
Individu yang mengalami nyeri dengan mendadak dapat bereaksi sangat
berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa menit atau menjadi
kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu lelah
untuk menangis atau merintih.
Menurut, Meinhart & McCaffery ada 3 fase dalam pengalaman nyeri, yaitu:
1. Fase Antisipasi (terjadi sebelum nyeri diterima)
Fase ini mungkin bukan merupakan fase yang paling penting, karena fase
ini bisa mempengaruhi 2 fase yang lain. Pada fase ini memungkinkan seseorang
untuk belajar tentang nyeri dan upaya untuk menghiulangkan nyeri tersebut. Peran
18
perawat dalam fase ini penting terutama dalam memberikan informasi kepada
klien.
2. Fase Sensasi (terjadi saat nyeri terasa)
Fase ini terjadi ketika seseorang merasakan nyeri, karena nyeri ini bersifat
subjektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda. Toleransi
terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu orang dengan orang yang lainnya.
Orang yang mempunyai tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri tidak akan
mengeluh nyeri dengan stimulasi yang kecil sebaliknya orang yang toleransi
terhadap nyerinya rendah akan mudah merasakan nyeri dengan stimulus nyeri
yang kecil. Seseorang dengan tingkat toleransi nyeri yang tinggi mampu menahan
nyeri tanpa bantuan sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah
sudah mencari upaya mencegah nyeri sebelum nyeri tersebut datang.
3. Fase Akibat (terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti)
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini
seseorang yang mengalami nyeri tersebut masih membutuhkan kontrol. Karena
nyeri bersifat krisis, sehingga dimungkinkan orang tersebut mengalami gejala sisa
pasca nyeri. Apabila orang tersebut mengalami episode nyeri yang berulang, maka
respon akibat dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. Perawat berperan
dalam membantu memperoleh kontrol diri untuk meminimalkan rasa takut akan
datangnya nyeri yang berulang.
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri
Adapula beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri, yaitu (Potter & Perry,
2005) :
19
1. Usia
Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri apabila keadaannya sudah
patologis, berbeda dengan anak-anak yang langsung bereaksi terhadap nyeri
walaupun nyeri masih dalam intensitas yang ringan. Pada lansia cenderung
ncmendiamkan rasa nyeri.
2. Jenis kelamin
Laki-laki dan wanita tidak berbeda dalam secara signifikan dalam
merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi oleh factor budaya (seperti : tidak pantas
kalau laki-laki mengeluh nyeri namun wanita boleh mengeluh nyeri).
3. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon
terhadap nyeri seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah
akibat yang harus diterima karena mereka melakukan sebuah kesalahan, jadi
mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
4. Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan
bagaimana mengatasinya.
5. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan
nyeri yang meningkat,sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon
nyeri yang menurun.
20
6. Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan
seseorang cemas.
7. Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri di msa lampau, dan saat
ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya.
Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu
dalam mengatasi nyeri.
8. Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan
sebaliknya koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
9. Support keluarga dan social
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung pada anggota
keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan.
10. Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi oleh seseorang juga dapat mempengaruhi
nyeri yang dialaminya. Misalnya orang yang menggunakan teknik farmakologi
dalam mengatasi nyerinya dengan meminum analgesik.
g. Pengukuran skala nyeri
Menurut Perry & Potter (2005), nyeri bersifat individualistik dan
karakteristik paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas
nyeri. Klien seringkali diminta untuk mendiskripsikan nyeri sebagai nyeri ringan,
21
sedang atau parah. Skala deskriptif merupkan alat pengukuran tingkat keprahan
nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal (verbal descriptor scale, VDS)
merupakan sebuah garis yang terdiri dari 3-5 kata pendeskripsian yang tersusun
dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini dirangking dari
“tidak terasa nyeri “sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Alat VDS ini
memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsi nyeri. Skala
penilaian numerik (numerical rating scales, NRS), lebih di gunakan sebagai alat
pendeskripsi kata.
Klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Klasifikasi skala
nyeri menurut Perry & Potter (2005) sebagai berikut:
22
h. Penataklasanaan
1. Penatalaksanaan secara farmakologis
Menurut Prawirohardjo (1999), penanganan disminore primer adalah:
a. Penanganan dan nasehat
Penderita perlu dijelskan bahwa disminore adalah gangguan yang tidak
berbahaya untuk kesehatan, hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai
cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Salah satu informasi
yang perlu dibicarakan yaitu mengenai makanan sehat, istrahat yang cukup, dan
olahraga mungkin berguna, serta psikoterapi.
b. Pemberian obat analgesik
Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan
sebagai terapi simtomatik, jika rasa nyeri hebat diperlukan istrhat di tempat tidur
dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderita. Obat analgesik
yang sering diberikan adalah preprat kombinasi aspirin, fansetin, dan kafein.
Obat-obatan paten yang beredar dipasaran antara lain novalgin, ponstan,
acetaminophendan sebagainya.
c. Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi, bersifat sementara untuk
membuktikan bahwa gangguan benar-benar disminore primer atau untuk
23
memungkinkan penderita melakukan pekerjaan penting waktu haid tanpa
gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan memberikan salah satu jenis pil
kombinasi kontrasepsi.
d. Terapi dengan obat non steroid anti prostaglandin
Endometasin, ibuprofen, dan naproksen, dalam kurang lebih 70%
penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Pengobatan
dapat diberikan sebelum haid mulai satu sampai tiga hari sebelum haid dan dapat
hari pertama haid.
e. Dilatasi kanalis servikalis
Dilatasi kanalis servikalis dapat memberikan keringanan karena dapat
memudahkan pengeluaran darah dengan haid dan prostaglandin didalamnya.
Neurektomi prasakral (pemotongan urat saraf sensorik antara uterus dan susunan
saraf pusat) ditambah dengan neurektomi ovarial (pemotongan urat saraf sensorik
pada diligamentum infundibulum) merupakan tindakan terakhir, apabila usaha-
usaha lainnya gagal.
Menurut Bare & Smeltzer (2001), penanganan nyeri yang dialami oleh
individu dapat melalui intervensi farmakologis, dilakukan kolaborasi dengan
dokter atau pemberi perawatan utama lainnya pada pasien. Obat-obatan ini dapat
menurunkan nyeri dan menghambat produksi prostaglandin dari jaringan-jaringan
yang mengalami trauma dan inflamasi yang menghambat reseptor nyeri untuk
menjadi sensitive terhadap stimulus menyakitkan sebelumnya, contoh obat anti
inflamasi nonsteroid adalah aspirin dan ibuprofen.
24
2. Penatalaksanaan secara nonfarmakologis
Terapi non farmakologis yang dapat digunakan sebagai alternative pilihan
dalam pengobatan diminore primer adalah:
a. Kompres hangat
b. Olah raga
c. Pengaturan diet
Menurut Bare & Smeltzer (2001) penanganan nyeri secara
nonfarmakologis terdiri dari:
1) Masase kutaneus
Masase adalah stimulus kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan
pada punggung dan bahu. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena
masase membuat relaksasi otot.
2) Terapi panas
Terapi panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu
area dan kemungkinan dapat turut menurungkan nyeri dengan memprcepat
penyembuhan.
3) Transecutaneus Elektrikal Nerve Stimulaton (TENS)
TENS dapat menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri
(non-nesiseptor) dalam area yang sama seperti pada serabut yang menstramisikan
nyeri. TENS menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektroda
yang di pasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau
mendengung pada area nyeri.
25
4) Distraksi
Distraksi adalah pengalihan perhatian dari hal yang menyebabkan nyeri,
contoh: menyanyi, brdoa, menceritakan gambar atau foto denaga kertas,
mendengar musik dan bermain satu permainan.
5) Relaksasi
Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan ketegangan,
contoh: bernafas dalam-dalam dan pelan.
6) Imajinasi
Imajinasi merupakan jhayalan atau membayangkan hal yang lebih baik
khususnya dari rasa nyeri yang dirasakan.
D. Kompres Hangat
1. Pengertian
Kompres adalah memberikan rasa aman pada pasien dengan menggunakan
cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan
(Kusyati, Eni dkk, 2005). Menurut Gabriel (1996), kompres dapat diberikan
dalam keadaan kering atau basah dan dingin atau hangat. Kompres menggunakan
media panas, uap panas, lumpur panas, handuk panas, electric pads dan lainlain.
Dari beberapa media tersebut, kantong air panas atau botol berisi air panas
merupakan cara yang sangat efisien dalam pengobatan nyeri.
Kompres hangat adalah pengompresan yang dilakukan dengan
menggunakan buli buli panas yang di bungkus kain yaitu secara konduksi dimana
terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan
26
menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan
otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang atau hilang (Perry &
Potter, 2005).
Menurut Bare & Smeltzer (2001), kompres hangat mempunyai
keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut
menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan.
Menurut Bobak (2005), kompres hangat berfungsi untuk mengatasi atau
mengurangi nyeri, dimana panas dapat meredakan iskemia dengan menurunkan
kontraksi uterus dan melancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan
nyeri dengan mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan sejahtera,
meningkatkan aliran menstruasi, dan meredakan vasokongestipelvis.
Menurut Price & Wilson (2005), kompres hangat sebagai metode yang
sangat efektif untuk mengurangi nyeri atau kejang otot. Panas dapat di salurkan
melalui konduksi (botol air panas). Panas dapat melebarkan pembuluh darah dan
dapat meningkatkan aliran darah. Kompres hangat adalah metode yang digunakan
untuk meredakan nyeri dengan cara menggunakan buli-buli yang diisi dengan air
panas yang ditempelkan pada sisi perut kiri dan kanan.
2. Manfaat efek panas
Panas digunakan secara luas dalam pengobatan karena memiliki efek dan
manfaat yang besar. Adapun manfaat efek panas adalah (Gabriael, 1996):
a. Efek fisik
Panas dapat menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami pemuaian ke
segalah arah.
27
b. Efek kimia
Sesuai dengan Van Hoff bahwa rata-rata kecepatan reaksi kimia didalam
tubuh tergantunag pada temperatur. Menurunnya reaksi kimia tubuh sering
dengan menurunnya temperatur tubuh. Permeabilitas membran sel akan
meningkat sesuai dengan peningkatan suhu, pada jaringan akan terjadi
peningkatan metabolisme seiring dengan peningkatan pertukaran antara zat kimia
tubuh dengan cairan tubuh.
c. Efek Biologis
Panas dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan
peningkatan sirkulasi darah. Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas yaitu
menyebabkan pembuluh darah, menurunkan kekentalan darah, menurunkan
ketegangan otot, meningkatkan metabolisme jaringan dan meningkatkan
permeabilitas kapiler.Respon dari panas inilah yang digunakan untuk keperluan
terapi pada berbagai kondisi dan keadaan yang terjadi dalam tubuh.
3. Mekanisme Kerja Panas
Energi panas yang hilang atau masuk kedalam tubuh melalui kulit dengan
empat cara yaitu: secara konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Prinsip kerja
kompres hangat dengan mempergunakan buli-buli panas yang dibungkus kain
yaitu secara konduksi dimana terjadi perpindahan panas dari buli-buli panas ke
dalam perut yang akan melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan ketegangan
otot sehingga akan menurunkan nyeri pada wanita disminore primer, karena pada
wanita yang disminore ini mengalami kontraksi uterus dan kontraksi otot polos
28
(Gabriel, 1996). Menurut Perry & Potter (2005), Kompres hangat dilakukan
dengan memprgunakan buli-buli panas yang dibungkus kain yaitu secara
konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga
akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan
ketegangan otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang atau hilang.
29
BAB III
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
Wanita yang memasuki masa pubertas akan mengalami haid (Pediatric,
2008). Haid atau menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari
uterus disertai pelepasan endometrium (Prawirohardjo, 1999). Seorang wanita
yang mengalami haid biasanya akan mengalami berbagai gangguan. Gangguan-
gangguan pada saat haid seperti perubahan hormon, sistem imun tubuh yang
menurun, anemia, dan nyeri haid atau sering disebut dengan dismenorrhoe paling
sering terjadi (Purwaningsih, 2010).
Penyebab dari Dismenorrhoe itu sendiri karena produksi hormon
prostaglandin yang berlebihan sehingga memicu kontraksi uterus yang berlebih,
endometriosis, fibroid, peradangan tuba fallopii, dan perlengketan abnormal
antara organ di dalam perut. Nyeri ini dapat mengakibatkan rasa sakit dibagian
bawah perut, pegal-pegal, bahkan sampai pingsan.
Kompres hangat adalah pengompresan yang dilakukan dengan
menggunakan buli buli panas yang di bungkus kain yaitu secara konduksi dimana
terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan
menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan
otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang atau hilang (Perry &
Potter, 2005).
29
30
Menurut Bobak (2005), kompres hangat berfungsi untuk mengatasi atau
mengurangi nyeri, dimana panas dapat meredakan iskemia dengan menurunkan
kontraksi uterus dan melancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan
nyeri dengan mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan sejahtera,
meningkatkan aliran menstruasi, dan meredakan vasokongestipelvis.
B. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh kompres hangat
pada penurunan tingkat nyeri haid (dismenorrhoe) pada mahasiswi Program Studi
Ilmu Keperawatan Reguler di Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat Banjarbaru.
Faktor penyebab :
- Kejiwaan
- Kontitusi
- Obstruksi kanalis
servikalis
- Endokrim
- Alergi
Faktor resiko :
- Menarche pada
usia lebih awal
- Belum pernah
hamil dan
melahirkan
- Lama menstruasi
lebih dari normal
(7 hari)
- Umur
31
C. Kerangka Teori
Gambar 3.1 Sumber : Bare & Smeltzer, 2002
Keterangan :
= Diteliti = Tidak diteliti
Penatalaksanaan Non
Farmakologi
1. Kompres
hangat
2. Olahraga
3. Pengaturan diet
4. Masase
kutaneus
5. TENS
6. Distraksi
7. Relaksasi
8. Imajinasi
Menstruasi
Pelepasan
Prostaglandin
Disminore
Perubahan
Intensitas nyeri
32
D. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Variabel Pengganggu
Kompres Hangat Dismenore
Belum pernah hamil dan
melahirkan
Umur
Tidak pernah berolah raga
33
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupkan penelitian pra eksperimen dengan rancangan one
group pretest-postest dimana pada penelitian ini sampel di observasi terlebih
dahulu sebelum (pretest) diberi perlakun kemudian setelah (postest) diberikan
perlakuan sampel tersebut di observasi kembali (Hidayat, 2007).
Rancangan penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Pre test Perlakuan Post test
01 X 02
Gambar 4.1 Gambar Rancangan Penelitian
B. Populasi dan Sampel (subjek penelitian)
1. Populasi
Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu
yang akan diteliti, bukan hanya subjek atau objek (Hidayat, 2007). Populasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswi mahasiswi PSIK reguler di Fakultas Kedokteran
Unlam Banjarbaru sebanyak 50 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi, populasi yang besar tidak mungkin secara keseluruhan dapat diteliti
karena keterbatasan waktu, tenaga, dan ana maka peneliti menggunakan sampel
33
34
yang diambil dari populasi harus dapat mewakili populasi (representatif) (Hidayat,
2007).
Menurut Arikunto (2006), apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil semua sehigga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Seanjutnya
jika jumlah subyeknya besar, maka dapat diambil sampling dalam penelitian ini
adalah non probability sampling (Non random) yaitu teknik pengambilan sampel
dengan tidak memberikan peluang yang sama dari setiap anggota untuk dipilih
menjadi sampel. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara
total sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan pengambilan semua
anggota populasi menjadi sampel.
Sampel dalam penelitian ini adalah subjek yang memenuhi kriteria inklusi
dan ekslusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari
suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003) dalam
Hidayat (2007).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
a. Wanita yang mengalami dismenore primer atau nyeri haid.
b. Wanita yang menstruasi 1-3 hari dengan dismenore primer.
Sedangkan kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang
memenuhi kriteria inklusi.
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah:
a. Wanita yang menstruasinya tidak teratur.
b. Responden menolak ikut dalam penelitian.
35
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
wawancara, yaitu lembar dengan gambar skala nyeri deskriptif.
Instrumen lain yang digunakan adalah skala deskriptif verbal merupakan
alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih obyektif. Skala deskriptif
verbal terdiri dari sebuah garis lurus dengan 5 kata penjelas yang mempunyai
jarak yang sama sepanjang garis. Skala nyeri dinilai dengan :
Gambar 4.2 Skala Nyeri Deskriptif Verbal
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah
dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah
tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan
distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul
.
36
D. Vaiabel Penelitian
1. Variabel Independen (variabel bebas)
Variabel dalam penilitian ini adalah kompres hangat.
2. Variabel Dependen (variabel terikat)
Variabel dalam penilitian ini adalah nyeri pada disminor.
E. Defenisi Operasional
1. Kompres hangat adalah pengompresan yang dilakukan dengan menggunakan
buli buli panas yang di bungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi
pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan menyebabkan
pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot
sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang atau hilang.
2. Dismenore Tingkat nyeri haid (dismenorrhoe) : Rasa sakit dibagian perut
bawah ketika seseorang mengalami haid pada hari ke 1-3.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur pengumpulan data akan dilakukan sesuai dengan prosedur yang
berlaku yaitu sebagai berikut :
a. Proses kegiatan penelitian dilakukan setelah mendapatkan persetujuan secara
akademis, kemudian peneliti mempersiapkan surat permohonan ijin untuk
melakukan penelitian di Universitas Lambung Mangkurat.
b. Setelah mendapatkan ijin, peneliti melakukan kesepakatan dengan calon
responden.
c. Sebelum penelitian di lakukan, peneliti menjelakan tujuan penelitian.
37
d. Setelah memahami tujuan penelitian, responden diminta menandatangani
surat pernyataan kesediaan menjadi responden penelitian.
e. Peneliti menanyakan kepada responden kapan biasanya waktu datangnya
menstruasi.
f. Mengajarkan teknik kompres hangat dan kemudian klien disuruh untuk
melakukan sendiri.
g. Memberikan perlakuan pada esponden, yaitu dengan membimbing teknik
kompres hangat.
h. Meminta responden untuk menunjukkan skala nyerinya dengan menggunakan
skala wajah 0-5 setelah perlakuan.
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Observasi nyeri Tindakan kompres hangat Evaluasi nyeri
i. Data dikumpulkan dengan menggunakan skala wajah sebelum dilakukan
kompres hangat (pretest) dan sesudah dilakukan kompres hangat (postest)
pada masing-masing responden. Selanjutnya pre test dan post test dicatat pada
checklist responden.
j. Hasil pencatatan yang berupa data interval selanjutnya diolah kedalam paket
program komputer.
38
G. Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
Pengumpulan Data
1. Jenis data
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer yang
digunakan untuk mengukur variabel bebas yaitu perlakuan kompres hangat dan
variabel terikat yaitu pengukuran skala nyeri dengan menggunakan metode
pengamatan atu observasi.
2. Alat pengumpulan data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,
oservasi merupakan alat ukur dengan cara memberikan pengamatan secara
langsung kepada responden yang dilakukan peneliti untuk mencari perubahan atau
hal-hal yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Jenis pengamatan yang dipakai adalah
pengamatan terlibat atau observasi partisipatif, pada jenis pengamatan ini,
pengamat (observer) ikut aktif berpartisipasi pada aktivitas dalam kontak sosial
yang tengah diselidiki. Alat yang digunakan untuk mengukur variabel independen
adalah dengan observasi tindakan kompres hangat sedangkan alat yang digunakan
untuk mengukur variabel dependen adalah lembar observasi dan dengan alat ukur
menggunakan skala wajah sebelum dan sesudah perlakuan. Instrumen yang
digunakan dalam bentuk observasi.
Pengolahan Data
1. Editing
Editing ini dilakukan dengan cara mengoreksi data yang telah diproses yang
meliputi kebenaran pengisian, kelengkapan jawaban, dan relevansi jawaban.
39
2. Coding
Peneliti melakukan pemberian kode pada data untuk mempermudah
mengolah data, semua variabel diberi kode dengan kata lain coding adalah
kegiatan merubah bentuk data yang lebih ringkas dengan menggunakan kode-
kode tertentu, pada variabel dependen yaitu intensitas nyeri diberikan kode
jawabanberupa tidak nyeri skor 0, nyeri ringan skor 1, nyeri sedang skor 2,
menderita skor 3, sangat menderita skor 4, menyiksa skor 5.
3. Tabulating
Data sebelum diklasifikasikan, data terlebih dahulu dikelompokkan menurut
kategori yang telah ditentukan, selanjutnya data ditabulasikan sehingga
diperoleh frekuensi dari masing-masing variabel.
4. Entry data
Merupakan suatu proses memasukkan data ke dalam komputer yang
selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan program Statistical
Programe for Sosial Science (SPSS).
5. Cleaning
Memeriksa kembali apakah data yang dimasukkan ada kesalahan atau tidak.
H. Analisa Data
1. Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan tiap variabel
yang diteliti secara terpisah dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi dari
masing-masing variabel. Variabel yang dianalisis adalah skala nyeri haid yang
40
dirasakan sebelum dilakukan kompres hangat dan skala nyeri haid setelah
dilakukan kompres hangat.
2. Analisis Bivariat
Dilakukan dengan tujuan untuk menguji variabel-variabel penelitian yaitu
variabel bebas dengan variabel terikat, hal ini berguna untuk menguji hipotesis
yang telah dibuat dan sebelumnya peneliti melakukan uji kenormalan
(kolmogorov) untuk jenis data numerik. Hasil uji normalitas data didapatkan
bahwa hasil p-value sebelum diberikan kompres hangat yaitu sebesar 0,164 dan
setelah dilakukan pemberian kompres hangat sebesar 0,196. Ini berarti p>0,05
sehingga dapat disimpulkan data berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil uji normalitas data diatas maka untuk menganalisis
pengaruh kompres hangat terhadap dismenore primer pada mahasiswi PSIK
reguler di Fakultas Kedokteran Unlam Banjarbaru sebelum dan sesudah
pemberian kompres hangat digunakan uji T (t-dependen atau t-paired test).
I. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di tempat tinggal masing-masing mahasiswi
selama bulan Maret 2013 – Juli 2013.
41
Tabel 4.3 Jadwal Penelitian Pengaruh pengaruh kompres hangat terhadap
dismenore primer pada mahasiswi PSIK reguler di Fakultas Kedokteran
Unlam Banjarbaru
KegiatanMaret 2013 – Juli 2013
Mar Apr Mei Jun Jul
Pengumpulan data awal dan referensi
Permintaan izin
Penyusunan Proposal
Konsultasi
Pengambilan data
Pengolahan data
Seminar KTI I
Seminar KTI II
J. Etika Penelitian
1. Informed Consent (persetujuan)
Lembar persetujuan penampilan diberikan kepada responden. Tujuannya
adalah agar responden mengetahui maksudnya dan tujuan penelitian serta
dampak yang diteliti selama pengumpulan data, jika responden menolak
untuk diselidiki maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati
haknya.
42
2. Anonimity (tanpa nama)
Penelitian menjaga kerahasiaan responde, dengan cara lembar pengumpulan
data penelitian tidak dicantumkan nama tetapi diberikan nomor kode.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden.