bab i

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 RUMUSAN MASALAH 1 | Managemen Tanah Longsor

Upload: atis-beta-justica

Post on 04-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.3 TUJUAN

1 | Managemen Tanah Longsor

Page 2: BAB I

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan

rombakan,tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.

Proses terjadinyatanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam

tanah akanmenambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang

berperansebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya

akan bergerakmengikuti lereng dan keluar lereng.

Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan masa tanah atau batuan, ataupun

percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan

tanan atau batuan penyusun lereng tersebut.Ada 6 Jenis tanah longsor, yakni: longsoran

translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan

rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan

longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.

2.1 JENIS TANAH LONGSOR

Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan

blok,runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan

rotasipaling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan

korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.

2.1.1 Longsoran Translasi

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir

2 | Managemen Tanah Longsor

Page 3: BAB I

berbentuk rata ataumenggelombang landai.

2.1.2 Longsoran Rotasi

Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk

cekung.

2.1.3 Pergerakan Blok

Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerakpada bidang gelincir berbentuk

rata. Longsoran ini disebutjuga longsoran translasi blok batu.

3 | Managemen Tanah Longsor

Page 4: BAB I

2.1.4 Runtuhan Batu

Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah

dengan cara jatuh bebas.Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga meng-gantung

terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang

parah.

2.1.5 Rayapan Tanah

Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergeraklambat. Jenis tanahnya berupa

butiran kasar dan halus. Jenistanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah

waktuyang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon,

pohon, atau rumah miring ke bawah.

4 | Managemen Tanah Longsor

Page 5: BAB I

2.1.6 Aliran Bahan Rombakan

Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerakdidorong oleh air. Kecepatan aliran

tergantung padakemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya.

Gerakannya terjadi di sepanjang lembah danmampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di

beberapa tempatbisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai disekitar gunungapi.

Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.

2.3. PENYEBAB TANAH LONGSOR

Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan penyusun

lereng. Penyebab longsoran dapat dibedakan menjadi penyebab yang berupa a) Faktor

pengontrol gangguan kestabilan lereng, dan b) Proses pemicu longsoran.

Gangguan kestabilan lereng ini dikontrol oleh kondisi morfologi (terutama kemiringan

lereng), kondisi batuan ataupun tanah penyusun lereng dan kondisi hidrologi atau tata air

pada lereng. Meskipun suatu lereng rentan atau berpotensi untuk longsor, karena kondisi

5 | Managemen Tanah Longsor

Page 6: BAB I

kemiringan lereng, batuan/tanah dan tata airnya, namun lereng tersebut belum akan longsor

atau terganggu kestabilannya tanpa dipicu oleh proses pemicu. 

Faktor pengontrol gangguan kestabilan lereng adalah:

1. Penggundulan hutan, tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif

gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang.

2. Batuan endapan gunungapi dan batuan sedimen pasir dan campuran antara kerikil,

pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi

tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor

bila terdapat pada lereng yang terjal.

3. Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan

lebih dari 2,5 m dan sudut lereng cukup tinggi memiliki potensi untuk terjadinya

tanah longsor terutama bila terjadi hujan, Selain itu tanah ini sangat rentan tehadap

pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu

panas.

4. Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkatnya

intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya

penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan

munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah

permukaan.

5. Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal

terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.

6. Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan

adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang

kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh

dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan

penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran

yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.

Proses pemicu longsoran dapat berupa:

1. Peningkatan kandungan air dalam lereng, sehingga terjadi akumulasi air yang

merenggangkan ikatan antar butir tanah dan akhirnya mendorong butir-butir tanah

untuk longsor. Peningkatan kandungan air ini sering disebabkan oleh meresapnya air

hujan, air kolam/selokan yang bocor atau air sawah ke dalam lereng.

6 | Managemen Tanah Longsor

Page 7: BAB I

2. Getaran pada lereng akibat gempa bumi ataupun ledakan, penggalian, getaran

alat/kendaraan. Gempabumi pada tanah pasir dengan kandungan sering

mengakibatkan liquefaction (tanah kehilangan kekuatan geser dan daya dukung, yang

diiringi dengan penggenangan tanah oleh air dari bawah tanah).

3. Peningkatan beban yang melampau daya dukung tanah atau kuat geser tanah. Beban

yang berlebihan ini dapat berupa beban bangunan ataupun pohon-pohon yang terlalu

rimbun dan rapat yang ditanam pada lereng lebih curam dari 40 derajat.

4. Pemotongan kaki lereng secara sembarangan yang mengakibatkan lereng kehilangan

gaya penyangga.

5. Akibat susutnya muka air yang cepat di danau/waduk dapat menurunkan gaya

penahan lereng, sehingga mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah yang

biasanya diikuti oleh retakan.

2.4. MEKANISME PERUSAKAN

Gerakan tanah atau tanah longsor merusakkan jalan, pipa dan kabel baik akibat

gerakan di bawannya atau karena penimbunan material hasil longsoran. Gerakan tanah yang

berjalan lambat menyebabkan penggelembungan (tilting) dan bangunan tidak dapat

digunakan. Rekahan pada tanah menyebabkan fondasi bangunan terpisah dan menghancurkan

utilitas lainnya didalam tanah. Runtuhan lereng yang tiba tiba dapat menyeret permukiman

turun jauh di bawah lereng. Runtuhan batuan (rockfolls) yang berupa luncuran batuan dapat

menerjang bangunan bangunan atau permukiman di bawahnya. Aliran butiran (debris flow)

dalam tanah yang lebih lunak, menyebabkan aliran lumpur yang dapat mengubur bangunan

permukiman, menutup aliran sungai sehingga menyebabkan banjir, dan menutup jalan.

Liquefaction adalah proses terpisahnya air didalam pori-pori tanah akibat getaran sehingga

tanah kehilangan daya dukung terhadap bangunan yang ada diatasnya sebagai akibatnya

bangunan akas amblas atau terjungkal.

2.5. KAJIAN BAHAYA

1. Identifikasi morfologi dan endapan-endapan longsor masa lalu dengan metoda

geologi teknik/geoteknik, untuk memperhitungkan kemungkinan kejadian longsor

kembali yang mengancam pemukiman atau prasarana penting.

7 | Managemen Tanah Longsor

Page 8: BAB I

2. Identifikasi  factor pengontrol yang dominan mengganggu kestabilan lereng, serta

kemungkinan faktor pemicu seperti gempa bumi, badai/hujan deras, dan sebagainya.

3. Pemetaan topografi untuk mengetahui tingkat kelerengan.

4. Pemetaan geologi untuk mengetahui stratigrafi lereng, mengetahui jenis tanah dan

batuan penyusun lereng dan sifat keteknikannya, serta mengetahui sebaran

tanah/batuan tersebut.

5. Pemetaan geohidrologi untuk mengetahui kondisi air tanah.

6. Pemetaan tingkat kerentanan gerakan massa tanah/longsoran dengan cara

mengkombinasikan atau menampalkan hasil penyelidikan di point 1) dan 2), serta

hasil pemetaan di point 3), 4) dan 5).

7. Identifikasi pemanfaatan lahan yang berupa daerah tanah urugan, timbunan sampah

atau tanah.

8. Antisipasi bahaya longsor susulan pada endapan longsoran yang baru terjadi.

2.6.GEJALA DAN PERINGATAN DINI

1. Muncul retakan memanjang atau lengkung pada tanah atau pada konstruksi bangunan,

yang biasa terjadi setelah hujan.

2. Terjadi penggembungan pada lereng atau pada tembok penahan.

3. Tiba-tiba pintu atau jendela rumah dibuka, kemungkinan akibat deformasi bangungan

yang terdorong oleh massa tanah yang bergerak.

4. Tiba-tiba muncul rembesan atau mata air pada lereng.

5. Apabila pada lereng sudah terdapat rembesan air/mata air, air tersebut tiba-tiba

menjadi keruh bercampur lumpur.

6. Pohon-pohon atau tiang-tiang miring searah kemiringan lereng.

7. Terdengar suara gemuruh atau suara ledakan dari atas lereng.

8. Terjadi runtuhan atau aliran butir tanah/kerikil secara mendadak dari atas lereng.

2.7.PARAMETER

1. Volume material yang bergerak/longsor (m3).

2. Luas daeran yang terkubur (m2).

3. Kecepatan gerakan (cm/hari, m/jam).

4. Ukuran bongkah batuan (diameter, berat, volume).

5. Jenis dan intensitas kerusakan (rumah).

8 | Managemen Tanah Longsor

Page 9: BAB I

6. Jumlah korban (jiwa)

2.8.KOMPONEN YANG TERANCAM

1. Permukiman yang dibangun pada lereng yang terjal dan tanah yang lunak, atau dekat

tebing sungai.

2. Permukiman yang dibangun di bawah lereng yang terjal.

3. Permukiman yang dibangun di mulut sungai yang berasal dari pegunungan diatasnya

(dekat dengan pegunungan/perbukitan), rawan terhadap banjir bandang.

4. Jalan dan prasarana komunikasi yang melintasi lembah dan perbukitan.

5. Bangunan tembok.

6. Bangunan dengan fondasi yang lemah.

7. Struktur bangunan dengan fondasi tidak  menyatu.

8. Utilitas bawah tanah, pipa air, pipa gas dan pipa kabel.

2.9.UPAYA MITIGASI DAN PENGURANGAN BENCANA

1. Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan permukiman dan fasilitas

utama lainnya.

2. Mengurangi keterjalan lereng.

3. Meningkatkan/memperbaiki    dan memelihara drainase baik air permukaan maupun

air tanah (fungsi drainase adalah untuk menjauhkan air dari lereng, menghindari air

meresap ke dalam lereng atau menguras air dalam lereng ke luar lereng. Jadi drainase

harus dijaga agar jangan sampai tersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah).

4. Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan pilling.

5. Terasering dengan System drainase yang tepat (drainase pada teras-teras dijaga jangan

sampai menjadi jalan meresapnya air ke dalarm tanah).

6. Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam yang

tepat (khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan lebih dari 40 derajat atau

sekitar 80 % sebaiknya tanaman tidak terlalu rapat serta diselingi dengan tanaman-

tanaman yang lebin pendek dan ringan, di bagian dasar ditanam rumput).

7. Sebaiknya dipilih tanaman lokal yang digemari masyarakat, dan tanaman tersebut

harus secara teratur dipangkas ranting-rantingnya/ cabang-cabangnya atau dipanen.

8. Khusus untuk aliran butir dapat diarahkan dengan pembuatan saluran.

9 | Managemen Tanah Longsor

Page 10: BAB I

9. Khusus untuk runtuhan batu dapat dibuatkan tanggul penahan baik berupa bangunan

konstruksi, tanaman maupun parit.

10. Pengenalan daerah yang rawan longsor.

11. Identifikasi daerah yang aktif bergerak, dapat dikenali dengan adanya rekahan

berbentuk ladam (tapal kuda).

12. Hindarkan pembangunan di daerah yang rawan longsor.

13. bangunan dengan fondasi yang kuat.

14. Melakukan pemadatan tanah disekitar perumahan.

15. Stabilisasi lereng dengan pembuatan terase dan penghijauan.

16. Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).

17. Penutupan rekahan rekahan diatas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat

kedalam tanah.

18. Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari bahaya liquifoction.

19. Pondasi yang menyatu, untuk menghindari penurunan yang tidak seragam

(differential settiement).

20. Utilitas yang ada didalam tanah harus bersifat fleksibel.

21. Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan.

3.1.DAMPAK TANAH LONGSOR

Sebagaimana bencaran lainnya seperti banjir bandang, tsunami, dan gempa bumi,

tanah longsor juga menjadi bencana yang sangat mengirikan dan menakutkan di Indonesia.

Berbicara mengenai tanah longsor belum afdol kiranya jika kita belum membahas mengenai

dampak positif dan negatif tanah longsor. Untuk itu silahkan simak uraian singkat di

bawah ini.

i. Dampak negatif tanah longsor

Secara jelas kita akan mengetahui dampak negatif dari bencana yang berhubungan dengan

tanah tersebut. Bahkan belum lama ini kita dikejutkan dengan berita adanya bencana tanah

longsor yang melanda Banjarnegara dan menelan banyak korban jiwa. Adapun dampak

negatif dari terjadinya bencana tanah longsor adalah sebagai berikut:

Jatuhnya korban jiwa yang membuat sedih keluarga maupun kerabat.

Kerugian negara akibat rusaknya insfrastruktur yang tertimbun tanah longsor.

10 | Managemen Tanah Longsor

Page 11: BAB I

Perekonomian yang tersendat, khusunya di wilayah terjadinya tanah longsor.

Menurunnya harga tanah di daerah setempat.

Trauma psikis bagi para korban selamat sehingga menimbulkan berbagai gangguan

jiwa baik ringan maupun berat.

ii. Dampak positif tanah longsor

Mendengar ungkapan tersebut pasti kita agak tercengang, masak bencana memiliki dampak

positif? Tapi tunggu dulu, jika kita lihat lebih jauh bencana tanah longsor memiliki dampak

positif bagi pemerintahan dan juga rakyat sekitar. Adapun dampak positif dari bencana yang

diakibatkan adanya pergerakan tanah adalah sebagai berikut:

Dengan adanya korban jiwa secara tidak langsung mengurangi kepadatan penduduk.

Memotivasi para peneliti untuk meneliti struktur dan kondisi tanah di berbagai

tempat, hal ini biasanya dilakukan oleh para ahli geologi.

Menjadikan sikap waspada dan siaga bagi orang-orang yang tinggal di daerah rawan

tanah longsor.

Menambah kepedulian kita terhadap korban tanah longsor dan kepedulian terhadap

sesama pada umumnya.

Meningkatkan kesadaran diri terkait dengan sebab terjadinya tanah longsor seperti

penebangan hutan dan perluasan lahan.

Dengan memahami artikel singkat di atas semoga dapat menambah wawasan kita terhadap

dampak positif dan negatif tanah longsor sekaligus menambah kewaspadaan kita terhadap

bencana serta sebab terjadinya bencana tersebut.

11 | Managemen Tanah Longsor

Page 12: BAB I

12 | Managemen Tanah Longsor