bab i
DESCRIPTION
makalah pendidikanTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam perkembangannya, pengawas satuan pendidikan lebih diarahkan
untuk memiliki serta memahami bahkan dituntut untuk dapat mengamalkan apa yang
tertuangdalam peraturan menteri tentang kepengawasan. Tuntutan tersebut salah
satunya tentang kompetensi dalam memahami metode dan teknik dalam supervisi.
Seorang supervisor adalah orang yang profesional ketika menjalankan tugasnya, ia
bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Guru adalah salah satu komponen sumber daya pendidikan memerlukan
pelayanan supervisi. Pentingnya bantuan supervisi pendidikan terhadap guru berakar
mendalam dalam kehidupan masyuarakat. Untuk menjalankan supervisi diperlukan
kelebihan yang dapat melihat dengan tajam terhadap permasalahan dalam peningkatan
mutu pendidikan, menggunakan kepekaan untuk memahaminya dan tidak hanya sekedar
menggunakan penglihatan mata biasa, sebab yang diamatinya bukanmasalah kongkrit
yang tampak, melainkan memerlukan kepekaan mata batin.
Seorang supervisor membina peningkatan mutu akademik yang
berhubungandengan usaha-usaha menciptakan kondisi belajar yang lebih baik berupa aspek
akademis, bukan masalah fisik material semata.Ketika supervisi dihadapkan pada kinerja
dan pengawasan mutu pendidikan oleh pengawas satuan pendidikan, tentu memiliki
misi yang berbeda dengan supervisi oleh kepala sekolah. Hal ini bertujuan untuk
memberikan pelayanan kepada kepala sekolah dalam mengembangkan mutu
kelembagaan pendidikandan memfasilitasi kepala sekolah agar dapat melakukan
pengelolaan kelembagaan secaraefektif dan efisien.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini yaitu :
1. Apakah pengertian supervisi pendidikan?
2. Apa sajakah tujuan dan sasaran supervisi pendidikan?
3. Bagaimanakah fungsi supervisi pendidikan?
4. Apakah prinsip dasar supervisi?
1
5. Apa sajakah tipe supervisi pendidikan?
6. Apa sajakah tehnik-tehnik yang digunakan dalam supervisi pendidikan?
7. Bagaimanakah peranan guru dalam pelaksanaan supervisi pendidikan?
8. Bagaimanakah implementasi guru sebagai supervisor?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk menjelaskan pengertian supervisi pendidikan.
2. Untuk menjelaskan tujuan dan sasaran supervisi pendidikan.
3. Menjelaskan fungsi supervisi.
4. Untuk menjelaskan prinsip-prinsip supervisi pendidikan.
5. Menjelaskan tipe-tipe supervisi pendidikan.
6. Untuk menjelaskan tehnik-tehnik supervisi pendidikan.
7. Guna menjelaskan peranan guru dalam pelaksanaan supervisi pendidikan.
8. Untuk menjelaskan implementasi guru sebagai supervisor.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Supervisi Pendidikan
Dilihat dari sudut etimologi “supervisi” berasal dari kata “super” dan “vision”
yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi supervisi pendidikan
dapat diartikan sebagai penglihatan dari atas. Melihat dalam hubungannya dengan
masalah supervisi dapat diartikan dengan menilik, mengontrol, atau mengawasi.
Supervisi ialah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar
mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar-
mengajar yang lebih baik. Orang yang melakukan supervisi disebut dengan supervisor.
Dalam Dictionary of Education, Good Carter (1959) memberikan pengertian
bahwa supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru
dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi,
menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru, merevisi tujuan-tujuan
pendidikan, bahan pengajaran, metode, dan evaluasi pengajaran (Sahertian,2008: 17).
Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai
berikut :“Supervision is assistance in the devolepment of a better teaching learning
situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang
lebih baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan
situasi belajar mengajar (goal, material, technique, method, teacher, student, an
envirovment).
Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan
ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar
dan belajar dan belajar pada khususnya.Supervisi dapat kita artikan sebagai pembinaan.
Sedangkan sasaran pembinaan tersebut bisa untuk kepala sekolah, guru, pegawai tata
usaha. Namun yang menjadi sasaran supervisi diartikan pula pembinaan guru.
2.2. Tujuan dan Sasaran Supervisi Pendidikan
A. Tujuan supervisi pendidikan
Adapun tujuan supervisi pendidikan dapat dirinci sebagai berikut :
3
1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar.
2. Mengendalikan penyelenggaraan bidang teknis edukatif di sekolah sesuai dengan
ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan.
3. Menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
sehingga berjalan lancar dan berhasil secara optimal.
4. Menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya.
5. Memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan,
serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi sekolah sehingga dapat
dicegah kesalahan yang lebih jauh.
Menurut Mulyasa (2002) merumuskan tujuan supervisi sebagai bantuan dan
kemudahan yang diberikan pada guru untuk belajar bagaimana meningkatkan
kemampuan mereka guna mewujudkan tujuan belajar. Dengan supervise diharapkan
kegiatan belajar mengajar jadi lebih baik.
Sahertian (1981) mengemukakan tujuan supervisi adalah :
1) membantu guru melihat dengan jelas tujuan pendidikan
2) membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid
3) membantu guru dalam menggunakan sumber pengalaman belajar murid
4) membantu guru dalam menggunakan metode dan alat pelajaran modern
5) membantu guru dalam memenuhi kebutuhan murid
6) membantu guru dalam menilai kemajuan murid dan hasil pekerjaan guru itu
sendiri
7) membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam
rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka
8) membantu guru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang
diperolehnya.
9) membantu guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap,
masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber masyarakat dan seterusnya.
10) membantu guru agar waktu dan tenaga guru tercurahkan sepenuhnya dalam
pembinaan sekolah.
4
B. Sasaran supervisi pendidikan
Sasaran supervisi pendidikan ada dua yaitu :
a. Secara umum sasarannya adalah proses pembelajaran peserta didik dengan tujuan
meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Karena itu supervisi pendidikan
menaruh perhatian utama pada upaya-upaya peningkatan provesionalitas guru
sehingga memiliki kemampuan:
1) Merencanakan kegiatan pembelajaran,
2) Melaksanakan pembelajaran,
3) Menilai proses dan hasil pembelajaran,
4) Memanfaatkan hasil penilaian
5) Memberikan umpan balik,
6) Melayani peserta didik yang mengalami kesulitan,
7) Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan,
8) Mengembangkan dan memanfaatkan alat bantu pembelajaran,
9) Memanfaatkan sumber-sumber pembelajaran yang tersedia,
10) Mengembangkan interaksi pembelajaran (strategi, metode, dan teknik),
11) Melakukan penelitian praktis untuk perbaikan pembelajaran.
b. Secara khusus dapat diklasifikasikan:
1) Sasaran administratif (teknis administratif) misal perangkat pembelajaran,
meliputi administrasi personal, material, keuangan serta administrasi sarana dan
prasarana pendidikan.
2) Sasaran edukatif (teknis edukatif) misal pelaksanaan pembelajaran, kegiatan
yang meliputi kurikulum, PBM dan evaluasi.
3) Sasaran lembaga, yaitu ditujukan pada keseluruhan aktifitas sekolah.
2.3. Tugas dan Fungsi Supervisi Pendidikan
A. Tugas Supervisi Pendidikan
Seorang supervisior dapat dilihat dari tugas yang dikerjakannya. Seorang pemimpin
pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor tampak jelas perannya. Sesuai dengan
pengertian hakiki supervisi, maka supervisi berperan atau bertugas memberi support
(supporting), membantu (assisting) dan mengikutsertakan (sharing).
Selain itu, seorang supervisior bertugas sebagai:
5
a) Koordinator.
b) Konsultan.
c) Pemimpin Kelompok.
d) Evaluator .
Tugas lain bagi seorang supervisi atau pengawas akademik, yakni mencakup hal-hal
berikut:
1) Mengupayakan agar guru lebih bersungguh-sungguh dan bekerja lebih keras serta
bersemangat dalam mengajar.
2) Mengupayakan agar sistem pengajaran ditata sedemikian rupa sehingga berlaku
prinsip belajar tuntas, yaitu guru harus berupaya agar murid benar-benar menguasai
apa yang telah diajarkan dan tidak begitu saja melanjutkan pengajaran ke tingkat
yang lebih tinggi jika murid Belum tuntas penguasaannya.
3) Memberikan tekanan (pressure) terhadap guru untuk mencapai tujuan pengajarannya,
dengan disertai bantuan (support) yang memadai bagi keberhasilan tugasnya.
4) Membuat kesepakatan dengan guru maupun dengan sekolah mengenai jenis dan
tingkatan dari target output yang harus mereka capai sehubungan dengan
keberhasilan pengajaran.
5) Secara berkala melakukan pemantauan dan penilaian (assessment) terhdap
keberhasilan (efektifitas) mengajar guru, khususnya dalam kaitannya dengan
kesepakatan yang dibuat pada butir (4) di atas.
6) Membuat persiapan dan perencanaan kerja dalam rangka pelaksanaan butir-butir di
atas, menyusun dokumentasi dan laporan bagi setiap kegiatan, serta mengembangkan
sistem pengelolaan data hasil pengawasan.
7) Melakukan koordinasi serta membuat kesepakatan-kesepakatan yang diperlukan
dengan kepala sekolah, khususnya dalam hal yang berkenaan dengan pemantauan
dan pengendalian efektifitas pengajaran serta hal yang berkenaan dengan akreditas
sekolah yang bersangkutan.
B. Fungsi Supervisi Pendidikan
Secara umum fungsi supervisi adalah perbaikan pengajaran. Berikut ini berbagai
pendapat para tentang fungsi supervisi, di antaranya adalah:
6
a) Ayer, Fred E, menganggap fungsi supervisi untuk memelihara program pengajaran
yang ada sebaik-baiknya sehingga ada perbaikan.
b) Franseth Jane, menyatakan bahwa fungsi supervisi memberi bantuan terhadap
program pendidikan melalui bermacam-macam cara sehingga kualitas kehidupan
akan diperbaiki.
c) W.H. Burton dan Leo J. Bruckner menjelaskan bahwa fungsi utama dari supervisi
modern ialah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi hal
belajar.
d) Kimball Wiles, mengatakan bahwa fungsi supervisi ialah memperbaiki situasi
belajar anak-anak.
Usaha perbaikan merupakan proses yang kontinu sesuai dengan perubahan
masyarakat. Masyarakat selalu mengalami perubahan.Perubahan masyarakat membawa
pula konsekuensi dalam bidang pendidikan dan pengajaran.Suatu penemuan baru
mengakibatkan timbulnya dimensi-dimensi dan persepektif baru dalam bidang ilmu
penegetahuan.
Makin jauh pembahasan tentang supervisi makin nampak bahwa kunci supervisi
bukan hanya membicarakan perbaikan itu sendiri, melainkan supervisi yang diberikan
kepada guru-guru, menurut T.H. Briggs juga merupakan alat untuk mengkoordinasi,
menstimulasi dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru.
Dalam suatu analisa fungsi supervisi yang diberikan oleh swearingen, terdapat 8
fungsi supervisi, yakni:
1. Mengkoordinasi Semua Usaha Sekolah.
Koordinasi yang baik diperlukan terhadap semua usaha sekolah untuk mengikuti
perkembangan sekolah yang makin bertambah luas dan usaha-usaha sekolah yang
makin menyebar, diantaranya:
a. Usaha tiap guru.
b. Usaha-usaha sekolah.
c. Usaha-usaha pertumbuhan jabatan.
2. Memperlengkapi Kepemimpinan Sekolah
Yakni, melatih dan memperlengkapi guru-guru agar mereka memiliki ketrampilan
dan kepemimpinan dalam kepemimpinan sekolah.
3. Memperluas Pengalaman
7
Yakni, memberi pengalaman-pengalaman baru kepada anggota-anggota staf
sekolah, sehingga selalu anggota staf makin hari makin bertambah pengalaman dalam
hal mengajarnya.
4. Menstimulasi Usaha-Usaha yang Kreatif
Yakni, kemampuan untuk menstimulir segala daya kreasi baik bagi anak-anak,
orang yang dipimpinnya dan bagi dirinya sendiri.
5. Memberikan Fasilitas dan Penilaian yang Kontinu
Penilaian terhadap setiap usaha dan program sekolah misalnya, memiliki bahan-
bahan pengajaran, buku-buku pengajaran, perpustakaan, cara mengajar, kemajuan
murid-muridnya harus bersifat menyeluruh dan kontinyu.
6. Menganalisa Situasi Belajar
Situasi belajar merupakan situasi dimana semua faktor yang memberi
kemungkinan bagi guru dalam memberi pengalaman belajar kepada murid untuk
mencapai tujuan pendidikan.
7. Memberi Pengetahuan dan Ketrampilan pada Setiap Anggota Staf
Supervisi berfungsi memberi stimulus dan membantu guru agar mereka
memperkembangkan pengetahuan dan ketrampilan dalam belajar.
8. Mengintegrasikan Tujuan dan Pembentukan Kemampuan
Fungsi supervisi di sini adalah membantu setiap individu, maupun kelompok agar
sadar akan nilai-nilai yang akan dicapai itu, memungkinkan penyadaran akan
kemampuan diri sendiri.
Fungsi supervior (pengawas) oleh karenanya menjadi penting, sebagaimana
tertuang dalam Kepmen PAN Nomor 118/1996 yang menyebutkan bahwa pengawas
diberikan tanggung jawab dan wewenag penuh untuk melaksanakan pengawasan
terhadap pelaksanaan pendidikan, penilaian dan pembinaan teknis serta administratif
pada satuan pendidikan.
2.4. Prinsip-prinsip Dasar Supervisi Pendidikan
Beberapa prinsip yang menjadi landasan bagi pelaksanaan supervisi klinis, adalah:
1. Hubungan antara supervisor dengan guru, kepala sekolah dengan guru, guru dengan
mahasiswa PPL adalah mitra kerja yang bersahabat dan penuh tanggung jawab.
8
2. Diskusi atau pengkajian balikan bersifat demokratis dan didasarkan pada data hasil
pengamatan.
3. Bersifat interaktif, terbuka, obyektif dan tidak bersifat menyalahkan.
4. Pelaksanaan keputusan ditetapkan atas kesepakatan bersama.
5. Hasil tidak untuk disebarluaskan
6. Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru, dan tetap berada di
ruang lingkup pembelajaran.
7. Prosedur pelaksanaan berupa siklus, mulai dari tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan (pengamatan) dan tahap siklus balikan.
Pancasila yang merupakan prinsip asasi merupakan landasan utama pelaksanaan tugas
sebagai supervisi. Selain delapan hal diatas prinsip supervise dapat digolongkan
menjadi 2 yaitu prinsip positif dan prinsip negative. Prinsip positif adalah prisip yang
patut diikuti oleh seorang supervisi, sedangkan prinsip negatif merupakan prinsip yang
sebaiknya dihindari.
1) Prinsip positif
a) Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif
b) Supervisi bersifat kreatif dan konstruktif
c) Supervisi harus scientific dan efekti
d) Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada guru
e) Supervisi harus berdasarkan kenyataan
f) Supervisi harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guru untuk
mengadakan self-evaluation
g) Seorang supervisor tidak boleh bersifat otoriter
h) Seorang supervisor tidak bolah mencari kesalahan guru-guru
2) Prinsip Negatif
a. Tidak otoriter
b. Tidak berasas kekuasaan
c. Tidak lepas dari tujuan pendidikan
d. Bukan mencari kesalahan
e. Tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil
9
2.5. Tipe-Tipe Supervisi Pendidikan
1. Tipe Otokrat
Tipe seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan model kepemimpinan yang
otokratis, mengutamakan pada upaya mencari kesalahan orang lain, bertindak sebagai
“Inspektur” yang bertugas mengawasi pekerjaan guru.Supervisi ini dijalankan terutama
untuk mengawasi, meneliti dan mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah
melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya.
2. Tipe Laisses Faire
Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi bawahan
diawasi secara ketat dan harus menurut perintah atasan, pada supervisi Laisses Faire
para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar.
Misalnya: guru boleh mengajar sebagaimana yang mereka inginkan baik pengembangan
materi, pemilihan metode ataupun alat pelajaran.
3. Tipe Coersive
Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi.Sifatnya memaksakan
kehendaknya.Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun tidak
cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja dipaksakan
berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya mengapa harus
demikian. Supervisi ini mungkin masih bisa diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang
bersifat awal.Contoh supervisi yang dilakukan kepada guru yang baru mulai
mengajar.Dalam keadaan demikian, apabila supervisor tidak bertindak tegas, yang
disupervisi mungkin menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan arah yang pasti.
4. Tipe Training dan Guidance
Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan.Hal yang positif dari
supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan latihan dan bimbingan
dari kepala sekolah.Sedangkan dari sisi negatifnya kurang adanya kepercayaan pada
guru dan karyawan bahwa mereka mampu mengembangkan diri tanpa selalu diawasi,
dilatih dan dibimbing oleh atasannya.
5. Tipe Demokratis
Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga memerlukan kondisi
dan situasi yang khusus.Tanggung jawab bukan hanya seorang pemimpin saja yang
10
memegangnya, tetapi didistribusikan atau didelegasikan kepada para anggota atau
warga sekolah sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.
2.6. Tehnik-Tehnik Supervisi Pendidikan
Teknik supervisi Pendidikan adalah atat yang digunakan oleh supervisor untuk
mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang pada akhir dapat melakukan perbaikan
pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Dalam pelaksanaan supervisi
pendidikan, sebagai supervisor harus mengetahui dan memahami serta melaksanakan
teknik – teknik dalam supervisi. Berbagai macam teknik dapat digunakan oleh
supervisor dalam membantu guru meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara
kelompok maupun secara perorangan ataupun dengan cara langsung bertatap muka dan
cara tak langsung bertatap muka atau melalui media komunikasi (Sagala 2010 : 210).
Adapun teknik – teknik Supervisi adalah sebagai berikut :
1. Teknik Supervisi yang bersifat kelompok
Teknik Supervisi yang bersifat kelompok ialah teknik supervisi yang dilaksanakan
dalam pembinaan guru secara bersama – sama oleh supervisor dengan sejumlah guru
dalam satu kelompok (Sahertian 2008 : 86). Teknik Supervisi yang bersifat kelompok
antara lain : (Sagala 2010 : 210 - 227)
a. Pertemuan Orientasi bagi guru baru.
Pertemuan orientasi adalah pertemuan anatar supervisor dengan supervise
(Terutama guru baru) yang bertujuan menghantar supervisee memasuki suasana kerja
yang baru dikutip menurut pendapat Sagala (2010 : 210) dan Sahertian (2008 : 86).
Sistem kerja yang berlaku di sekolah itu.
b. Rapat guru
Rapat Guru adalah teknik supervisi kelompok melalui rapat guru yang dilakukan
untuk membicarakan proses pembelajaan, dan upaya atau cara meningkatkan profesi
guru. (Pidarta 2009 : 71).
c. Studi kelompok antar guru
Studi kelompok antara guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah
guru yang memiliki keahlian dibidang studi tertentu, seperti MIPA, Bahasa, IPS dan
sebagainya, dan dikontrol oleh supervisor agar kegiatan dimaksud tidak berubah
11
menjadi ngobrol hal – hal yang tidak ada kaitannya dengan materi. Topik yang akan
dibahas dalam kegiatan ini telah dirumuskan dan disepakati terlebih dahulu.
d. Diskusi
Diskusi adalah pertukaran pikiran atau pendapat melalui suatu percakapan tentang
suatu masalah untuk mencari alternatif pemecahannya. Diskusi merupakan salah satu
teknik supervisi kelompok yang digunakan supervisor untuk mengembangkan berbagai
ketrampilan pada diri para guru dalam mengatasi berbagai masalah atau kesulitan
dengan cara melakukan tukar pikiran antara satu dengan yang lain. Melalui teknik ini
supervisor dapat membantu para guru untuk saling mengetahui, memahami, atau
mendalami suatu permasalahan, sehingga secara bersama – sama akan berusaha mencari
alternatif pemecahan masalah tersebut (Sagala 2010 : 213).
e. Workshop
Workshop adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah
pendidik yang sedang memecahkan masalah melalui percakapan dan bekerja secara
kelompok.
f. Tukar menukar pengalaman Tukar menukar pengalaman “Sharing of Experince”
suatu teknik perjumpaan dimana guru menyampaikan pengalaman masing-masing
dalam mengajar terhadap topik-topik yang sudah diajarkan, saling memberi dan
menerima tanggapan dan saling belajar satu dengan yang lain.
2. Teknik Individual dalam Supervisi
Teknik Individual Menurut Sahertian yang dikutip oleh Sagala (2010 : 216) adalah
teknik pelaksanaan supervisi yang digunakan supervisor kepada pribadi – pribadi guru
guna peningkatan kualitas pengajaran disekolah. Teknik – teknik individual dalam
pelaksanaan supervisi antara lain :
a. Teknik Kunjungan kelas
Teknik kunjungan kelas adalah suatu teknik kunjungan yang dilakukan supervisor ke
dalam satu kelas pada saat guru sedang mengajar dengan tujuan untuk membantu guru
menghadapi masalah/kesulitan mengajar selama melaksanakan kegiatan pembelajaran.
b. Teknik Observasi Kelas
Teknik observasi kelas dilakukan pada saat guru mengajar. Supervisor mengobservasi
kelas dengan tujuan untuk memperoleh data tentang segala sesuatu yang terjadi proses
12
belajar mengajar. Data ini sebagai dasar bagi supervisor melakukan pembinaan terhadap
guru yang diobservasi.
c. Percakapan Pribadi
Percakapan pribadi merupakan Dialog yang dilakukan oleh guru dan supervisornya,
yang membahas tentang keluhan – keluhan atau kekurangan yang dikeluarkan oleh guru
dalam bidang mengajar, di mana di sini supervisor dapat memberikan jalan keluarnya.
Dalam percakapan ini supervisor berusaha menyadarkan guru akan kelebihan dan
kekurangannya.
d. Intervisitasi (mengunjungi sekolah lain)
Teknik ini dilakukan oleh sekolah-sekolah yang masih kurang maju dengan menyuruh
beberapa orang guru untuk mengunjungi sekolah – sekolah yang ternama dan maju
dalam pengelolaannya untuk mengetahui kiat – kiat yang telah diambil sampai seekolah
tersebut maju.
e. Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar.
Teknik pelaksanaan supervisi ini berkaitan dengan aspek – aspek belajar mengajar.
Dalam usaha memberikan pelayanan profesional kepada guru, supervisor pendidikan
akan menaruh perhatian terhadap aspek – aspek proses belajar mengajar sehingga
diperoleh hasil yang efektif. supervisor harus mempunyai kemampuan menyeleksi
berbagai sumber materi yang digunakan guru untuk mengajar.
f. Menilai diri sendiri
Guru dan supervisor melihat kekurangan masing-masing yang mana ini dapat
memberikan nilai tambah pada hubungan guru dan supervisor tersebut,yang akhirnya
akan memberikan nilai positif bagi kegiatan belajar mengajar yang baik. Menilai diri
sendiri merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru, karena suatu pengukuran terbalik
karena selama ini guru hanya menilai murid-muridnya.
2.7. Peranan Guru dalam Pelaksanaan Supervisi Pendidikan
Seperti telah dikemukakan, supervisi pendidikan bertujuan utnuk membantu guru
dalam memperbaiki proses belajar mengajar melaluyi peningkatan kompetensi guru itu
sendiri dalam melaksanakan tugas profesional mengajarnya. Seperti juga berlaku untuk
segala kegiatan, usaha bantuan ini tidak akan berhasil apabila tidak ada keinginan untuk
bekerjasama dan tidak ada sikap kooperatif baik dari yang dibantu yaitu guru sendiri
13
maupun supervisor. Dengan demikian peranan guru terhadap berhasil tidaknya program
supervisi ini adalah sngat besar. Peranan guru dalam supervisi secara lebih rinci dapat
ditelusuri dari proses pelaksanaan supervisi itu sendiri.
Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki dan menilai
secara kritis terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik supervise juga harus guru kuasai
dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar menjadi
lebih baik .Meskipun tujuan akhir dari pemberian supervisi adalah tertuju pada hasil
belajar siswa, namun yang diutamakan adalah bantuan kepada guru.Karena guru adalah
pelaksana pendidikan
2.8. Implementasi Guru sebagai Supervisor
1. Guru Sebagai Contoh
Dalam The Professional Teacher, Norlander-Case, Reagen, dan Charles Case
mengungkapkan bahwa tugas mengajar merupakan profesi moral yang mesti dimiliki
oleh seorang guru. Senada dengan prinsip tersebut, Zakiah Darajat menyatakan bahwa
persyaratan seorang guru di samping harus memiliki kedalaman ilmu pengetahuan, ia
juga bahkan mesti seorang yang bertakwa kepada Allah dan mempunyai akhlak atau
berkelakuan baik.
Hal ini berarti bahwa syarat krusial bagi seorang guru adalah kepribadiannya yang
luhur, mulia, dan bermoral sehingga mampu menjadi cermin yang memantulkan semua
akhlak mulia tersebut bagi seluruh murid-muridnya. Dengan kata lain, seorang guru
yang berkepribadian mulia adalah seorang guru yang mampu memberi keteladanan bagi
murid-muridnya.
Sebab, secara sederhana mudah dipahami bahwa guru yang tidak bertakwa sangat
sulit atau tidak mungkin bisa mendidik murid-muridnya menjelma orang-orang yang
bertakwa kepada Allah. Begitu pula para guru yang tidak memiliki akhlak yang mulia
atau budi pekerti yang luhur tidak akan mungkin mampu mendidik siswa-siswa mereka
menjadi orang-orang yang berakhlak mulia.
Guru sebagai contoh bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian
utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh aspek kehidupannya.
Dalam paradigma sebagian pakar pendidikan, kepribadian seorang guru tersebut
meliputi:
14
kemampuan mengembangkan kepribadian
kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi secara arif bijaksana
kemampuan melaksanakan bimbingan dan penyuluhan.
Kompetensi kepribadian terkait pula dengan penampilan sosok guru sebagai
individu yang mempunyai kedisiplinan, berpenampilan baik, bertanggungjawab,
memiliki komitmen, dan menjadi teladan.
Menjadi seorang guru yang mampu memberi contoh mengartikan bahwa jabatan
guru sebagai pilihan utama yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam.
2. Guru sebagai Proses Sharing Of Ideas
Guru sebagai Sharing of ideas mengartikan bahwa guru mempunyai bagian dalam
membicarakan pandangan ke depan tentang kemajuan sekolah. Misalnya dalam
penentuan metode mengajar yang cocok, media yang digunakan, dan semua unsure
dalam menunjang proses belajar.
3. Guru Dalam Merancang Supervisi Klinis
Johan J. Bolla ( 1985 : 19 ) mengatakan bahwa, supervisiklinis adalah suatu proses
bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru dalam
pelaksanaan proses pemelajaran. Bimbingan diarahkan pada upaya pemberdayaan guru
dalam menguasai aspek teknis pemelajaran. Dengan bimbingan tersebut diharapkan
terjadi peningkatan kualitas pemelajaran.
Pelaksanaan supervisiklinis menuntut perobahan paradigma guru dan
supervisor. Supervisi dilakukan bukan dalam kontek mencari kesalahan dan kelemahan
guru yang di supervisi. Antara guru yang disupervisi dengan supervisor adalah mitra
sejajar, bukan merupakan hubungan antara bawahan dan atasan dan atau hubungan
antara guru dengan murid. Secara kemitraan keduanya menganalisis proses pemelajaran
yang telah dirancang dan disepakati, kemudian dicarikan alternatif pemecahan
permasalah yang ditemui dalam proses pemelajaran tersebut agar dapat ditingkatkan
kualitasnya.
15
2.9 Supervisi Pendidikan Dalam Manajemen
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) mulai dipopulerkan sejak tahun 1994-an.
Dan dicobakan di Indonesia sejak tahun 1998. Konsep manajemen berbasis sekolah
pada prakteknya menggambarkan sifat-sifat otonomi sekolah, dan karenanya sering pula
disebut sebagai Site-Based Management yang merujuk pada perlunya memperhatikan
kondisi dan potensi kelembagaan setempat dalam mengelola sekolah (Djam’an, 2001).
Dalam pelaksanaannya, MBS banyak diterjemahkan seperti juga implementasi
otonomi daera. Penafsiran yang menterjemahkan MBS sebagai suatu aktivitas
pengelolaan semua kebijakan-kebijakan pendidikan dan operasional sekolah dengan
tidak melibatkan pihak lain. Sekolah bebas menentukan standar mutu, kurikulum dan
kebijakan lainnya. Padahal, esensi dari MBS adalah meningkatkan penampilan sekolah
dalam rangka melakukan operasionalisasi pelayanan pendidikan dan proses produksi
lulusan dengan mengupayakan performansi tinggi dan keterlibatan penuh semua
personal sekolah. Jadi, dalam hal ini sekolah merupakan operator kebijakan pendidikan
nasional yang independen, bebas berkreasi sesuai dengan karakter lembaga masing-
masing.
Gagasan MBS mengarah kepada praktek otonomi pengelolaan sekolah
(Djam’an, 2001:1). Dalam hal ini, MBS bersinergi dengan kebijakan pemerintah
mengenai otonomi daerah (UU No.22 tahun 1999). Masyarakat dan pihak sekolah
memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengelola pelayanan pendidikan di tingkat
sekolah dengan mengacu kepada kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Dalam konteks MBS, sekolah dituntut untuk kreatuf mencari pola kerja
yang efektif dan berusaha mencapai tujuan pendidikan.
System budget oriented yang selama ini diterapkan dalam mengelola kegiatan
sekolah diganti menjadi program oriented. Sekolah mengajukan program-program
pendidikan ke pemerintah, kemudian melalui suatu mekanisme tertentu pemerintah
membiayai program-program yang diusulkan sekolah. Sekolah-sekolah berkompetisi
untuk membuat program-program unggulan dalam rangka meningkatkan
produktivitasnya.
Supervisor harus mengupayakan kondisi sekolah berkinerja tinggi dengan
melibatkan semua unsure yang terkait secara optimal. Peran supervisor adalah sebagai
katalisator dan fasilitator pemberdayaan sekolah sebagai pusat pembuatan keputusan
16
pendidikan. Ia hanya memberikan layanan bimbingan dan pencipta lingkungan yang
dibutuhkan untuk kesuksesan MBS, yang menjadi actor utama adalah kepala sekolah.
Kepala sekolah diharapkan mampu mendorong warga sekolah untuk mandiri,
merancang dan mengelola kebutuhannya sendiri secara sistematis dan rasional.
Dalam SBM, ada beberapa sumber penting yang bias digunakan oleh para
pengelola yang seharusnya diperhatikan oleh supervise dalam menerapkan pendekatan
SBM, yaitu kekuasaan, informasi, pengetahuan dan keterampilan, dan imbalan. Dengan
bekal informasi, pengetahuan dan keterampilan, kekuasaan, dan kemampuan
memotivasi, supervisor diharapkan mampu mendorong tingkat perlibatan pihak yang
terkait dengan sekolah dalam penyelenggaraan manajemen sekolah (Albers, 1994).
Ditinjau dalam pendekatan sekolah efektif, seorang supervisor harus mampu
mengoptimalkan peran kepemimpinan yang tersebar di dalam hierarkis sekolah. Peran
kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap efektivitas pencapaian tujuan manajemen
pendidikan. Sebagai konduktir, motivator, dan coordinator, pemimpin sekolah perlu
memiliki peran kepemimpinan yang jelas. Selain itu, supervisor harus mampu
mendorong harapan kinerja siswa menjadi lebih tinggi. Upaya peningkatan kinerja
siswa harus dirancang dan difasilitasi oleh supervisor. Dengan menetapkan standar yang
jelas, mengidentifikasi sarana/ prasarana yang tepat maka upaya tersebut bias efektif
dicapai.
Dalam konsep SBM, sumber-sumber daya yang mendukung efektivitas
implementasi SBM perlu supervisor petakan secara adil di pihak sekolah dan
pemerintah daerah/ masyarakat sekitar. Pihak sekolah dan masyarakat/ Pemda harus
bersama-sama memiliki kekuasaan atas pencapaian tujuan pendidikan yang seimbang
dan proporsional. Dalam struktur kerja, mereka duduk satu meja, berhubungan sebagai
partner kerja. Dalam konteks ini, supervisor juga harus menumbuhkembangkan suasana
demokratisasi di antara pemerintah dan sekolah. Supervisor harus mampu
mendelegasikan kekuasaan dan kewenangannya secara lengkap dan benar kepada
masing-masing pihak untuk mampu membuat keputusan yang berkaitan dengan
operasionalisasi pendidikan.
Untuk menjamin kesuksesan implementasi SBM, supervisor harus mampu
menciptakan suatu kondisi di mana masing-masing pihak memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang relevan serta proporsional sesuai dengan tugas dan fungsinya.
17
Menghindari suatu kondisi yang tidak harmonis yang disebabkan karena ada salah satu
pihak yang merasa lebih kompeten, lebih tahu dan menganggap pihak lain lebih tidak
memahami permasalahan. Dalam kondisi ini, peran supervisor sebagai Pembina
kemampuan profesional sangat diperlukan.
Dengan itu, jalinan keterlibatan masyarakat/ Pemda dalam proses pengelolaan
pendidikan akan bersinergi dengan proses pengelolaan pendidikan yang dilakukan
sekolah. Mereka akan merasa saling memiliki sekolah, merasa bertanggung jawab,
saling mengisi dalam mengelola pendidikan.
A. Peran Supervisi Dalam Evaluasi Program Pendidikan
Sesuai dengan fungsi evaluasi, proses supervisi meliputi penelitian, penilaian
perbaikan dan peningkatan (Ametembun, 1981:25) atas upaya pendidikan yang
dilaksanakan. Hasil evaluasi akan menunjukkan efektif atau efisiensinya suatu program
pendidikan.
Tujuan pendidikan beserta kebijakan-kebijakan penyertanya merupakan acuan
dari proses evaluasi yang dilaksanakan. Dalam hal ini, kegiatan supervise akan
melakukan pengamatan terhadap aktivitas yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan
serta dikomparasikan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Proses supervise merupakan
suatu siklus evaluasi. Dalam siklusnya Guthrie & Reed (1991: 259), planning-bud-
getting-evaluation cycle memperlihatkan keterkaitan amatan proses penyelenggaraan
program pendidikan dalam situasi sebelum, sedang, dan telah dilaksanakan.
Dampak evaluasi akan berpengaruh pada perencanaan dan pelaksanaan. Proses it
uterus berlangsung secara silkuler. Dalam hal ini, upaya menjamin tujuan tercapai
secara efektif dan efisien dilakukan dengan melakukan evaluasi di tataran konseptual
(perncanaa) dan praktis (pelaksanaan). Dalam kajian Total Quality Management
(Manajemen Mutu Terpadu), proses evaluasi selayaknya dilakukan pada komponen
input, proses transformasi, linkungan, dan output. Jika inputnya, lingkungan, dan proses
transformasinya terawasu serta terjamin maka dengan sendirinya output yang dihasilkan
juga akan baik.
Dalam aktivitas mengevaluasi, ada tiga kegiatan besar yang biasanya dilakukan
supervisor, yaitu :
1. Identifikasi tujuan evaluasi
18
2. Penyusunan desain dan metodologi evaluasi
3. Pengukuran
Dalam melakukan evaluasi, supervisor tidak hanya sebagai evaluator program
yang hanya memberikan rekomendasi kepada policy maker untuk membuat suatu
keputusan, tetapi juga berperan sebagai pembuat keputusan dan pelaksana putusan.
Supervisor harus bertanggung jawab terhadap kontinyuitas program yang sedang
berlangsung juga mutu produknya. Ada beberapa teknik evaluasi program yang
biasanya dipakai oleh supervisor dalam rangka mencari bahan mentah untuk tindak
lanjut, yaitu dengan tes, observasi, laporan diri, evaluasi diri dan teman sejawat.
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang teguh oleh supervisor dalam melaksanakan
proses evaluasi, yaitu :
1. Komprehensif, evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh.
2. Kooperatif, untuk mendapatkan informasi yang lengkap diperlukan kerja sama
antara subjek evaluasi dan objek evaluasi. Evaluasi yang kooperatif
mengindikasikan adanya kesepakatan di antara kedua belah pihak betapa
pentingnya proses eveluasi tersebut.
3. Kontinyu dan relevan dengan kurikulum. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga
kualitas proses pencapaian tujuan pendidikan senantiasa bias terus diupayakan
dalam kondisi prima dan berkualitas.
4. Objektif, tidak terpengaruh dengan hal-hal yang bias mengkaburkan
pengukuran dan penilaian.
5. Humanis, supervisor harus memperlakukan subjek yang diteliti secara
manusiawi, menghargai subjek sebagai individu. Proses evaluasi yang dinamis
akan mengungkap semua masalah yang berkaitan dengan operasionalisasi
pencapaian tujuan pendidikan.
6. Aman, proses evaluasi yang dilakukan hendaknya menjaga privasi individu.
Semua data yang bersifat rahasia sebaiknya tidak diekspos ke khalayak karena
akan berakibat buruk terhadap kinerja juga hubungan dengan manusia yang
berujung dengan menurunnya produktifitas lembaga.
19
Aspek-aspek yang dievaluasi oleh seorang supervisor meliputi tiga hal yaitu :
1. Personel
Aspek yang dievaluasi mengacu pada kemampuan professional, dimensi social,
dan individual. Ketiga hal itu merupakan unsure pokok dalam produktivitas
personel. Bagaimanapun, kemampuan profesi, interaksi social, dan kualitas
pribadi akan menentukan baik buruknya kinerja seorang guru.
2. Material
Aspek material berkaitan dengan evaluasi substansi bahan ajar dan variabel
pendukungnya, misalnya alat-alat pendidikan.
3. Operasional
Aspek operasional berkaitan dengan implementasi proses belajar mengajar di
kelas. Supervisor menilai dan menindaklanjuti kegiatan belajar mengajar yang
diselenggarakan oleh guru. Bagaimana meningkatkan kemampuan didaktik
metodik, memperbaiki iklim, motivasi, dan evaluasi hasil merupakan tujuan dari
evaluasi aspek operasional.
2.10 Administrasi Dalam Supervisi Pendidikan
Administrasi pendidikan sebagai ilmu mempunyai karakteristik tersendiri yang
berbeda dengan ilmu administrasi lain. Perbedaan administrasi pendidikan dan
administrasi lain adalah terletak pada prinsip-prinsip operasionalnya, dan bukan pada
prinsip-prinsip umumnya. Dengan demikian, meskipun untuk memahami administrasi
pendidikan diperlukan pemahaman atau penguasaan administrasi umum, tidak berarti
bahwa pengetahuan administrasi dapat diterapkan didalam administrasi pendidikan
karena prinsip operasionalnya berbeda.
Konsep administrasi mempunyai pengertian yang luas sebagaimana dapat
dijelaskan seperti berikut ini :
1. Mempunyai pengertian sama dengan manajemen yang berusaha
mempengaruhi dan menyuruh orang agar bekerja secara produktif;
2. Memanfaatkan manusia, material, uang, metode secara terpadu guna
mencapai tujuan institusional;
20
3. Mencapai suatu tujuan melalui orang lain; fungsi eksekutif pemerintah dan
memanfaatkan system kerja sama interaktif yang efektif dan efesien
(Daryanto, 2006 : 1) dalam buku (Herabudin, 2009 : 19) .
Dapat dipahami dari penjelasan diatas bahwa administrasi itu merupakan
pelayanan terhadap semua kebutuhan institusional dengan cara efektif dan efesien dan
administrsi sebagai salah satu komponen dari system yang subsistemnya saling
berkaitan satu dengan yang lainnya, karena administrasi adalah aktivitas-aktivitas
untuk mencapai suatu tujuan atau proses penyelenggaraan kerja untuk mencapai suatu
tujuan yang telah ditetapkan.
Terdapat beberapa istilah yang mempunyai kesamaan pengertian dasarnya
yaitu kontrol, pengawasan, pembinaan, inspeksi. Bidang pendidikan inspeksi pada
masa kolonial. Tetapi sekarang menggunakan supervisi atau pembinaan, yang lebih
demokratis.
Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat tentang supervisi pada bidang
pendidikan :
1. NA. Ametembun dalam supervisi pendidikan. Supervisi pendidikan adalah
pembinaan kearah perbaikan situasi pendidikan. Pembinaan bermaksud berupa
bimbingan atau tuntutan kearah situasi pendidikan termasuk pengajaran pada
umumnya, dan peningkatan mutu mengajar belajar pada umumnya.
2. Kimball Wiles. Dalam Supervision for Better School, “supervision is assistance
in the development of a better teaching learning situation”.
3. Harold P. Adams dan Frank G. Dickey, dalam Basic principle of supervision
“Supervision is a service particulary concerned with contruction and its
improvement. It is directly concerned with teaching and learning and with the
factor included in and related in these process-teachers-pupil-cuririculum,
materials of the situation”.
4. Thomas H Briggs and Joseph Justman dalam Improving instruction through
supervision “Supervision is the systematic and continuous effort to encourage
and direct self, activated growth that the teacher is in creasingly more
effective in contributing to the achievement of the recognized objectives of
education with pupil under his responsibility”.
21
5. Drs. M. Ngalim Purwanto, dalam Administrasi Pendidikan “Supervisi adalah
suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan
pegawai lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif”.
Dalam lima pendapat diatas dapat di analisis agar kita memahami pengertian
supervisi pendidikan dengan cara mengetahui unsur-unsur penting didalamnya. Unsur-
unsur penting tersebut adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas pembinaan yang direncanakan
b. Perbaikan situasi pengajaran (belajar-mengajar)
c. Mengefektifkan para guru, pegawai sekolah, dan sumber material lainnya
d. Pencapaian tujuan pendidikan lebih efektif dan efesien.
Dengan adanya unsur-unsur penting tersebut dapat menjadi sebuah pengertian
supervise pendidikan yaitu supervise pendidikan itu adalah pembinaan yang
direncanakan dalam perbaikan situasi pengajaran dengan lebih meningkatkan
pendayagunaan sumber personel dan material dalam pencapaian tujuan tujuan
pendidikan secara lebih efektif dan efesien.
Maksud dari pembinaan yaitu memberikan bimbingan dan latihan bagi guru dan
pegawai untuk meningkatkan kemampuan dalam tugas yang di embannya, agar
supervise pendidikan itu mengarah perbaikan dalam pengajaran yang baik dan
terjaminnya dalam pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.
Administrasi supervisi pendidikan merupakan pembinaan yang direncanakan
bagi personel dalam proses kerjasama di bidang pendidikan dan peningkatan sumber
daya material dalam rangka perbaikan situasi pengajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan lebih efektif dan efesien.
A. Hubungan Administrasi dengan Supervisi Pendidikan
Administrasi dan supervisi itu tidak dapat dipisahkan, karena administrasi dan
supervise saling berkaitan ataupun mempunyai hubungan yang sangat erat. Seperti
pengertian administrasi dan supervisi yang telah disebutkan diatas bahwa keduanya
merupakan pembinaan yang direncanakan bagi personel dalam proses kerja sama
dibidang pendidikan dan peningkatan sumber daya material dalam rangka perbaikan
situasi pengajaran agar tercapainya suatu tujan pendidikan yang efektif dan efesien,
namun dalam hal-hal tertentu keduanya dapat dibedakan.
22
1. Kegiatan administrasi didasarkan kepada kekuasaan, sedangkan supervise
didasarkan pelayanan bimbingan dan pembinaan;
2. Tugas administrasi meliputi keseluruhan bidang tugas disekiolah, termasuk
manajement sekolah, sedangkan supervise adalah sebagian dari tugas dari
pengarahan (directing), satu segi manajement sekolah;
3. Administrasi bertugas menyediakan semua kondisi yang diperlukan untuk
pelaksanaan program pendidikan, sedanagkan supervise menggunakan
kondisi-kondisi yang telah disediakan itu untuk peningkatan mutu belajar
mengajar.
Hal diatas merupakan perbedaan antara administrasi dan supervise, namun
keduanya saling berkaitan dan tak terlepaskan juga mempunyai tujuan untuk mencapai
pendidikan yang lebih baik.Selain itu juga disini ada dibahas sedikit tentang bagaimana
cara-cara melaksanakan supervise, dimana seorang pemimpin tidak sama dengan
pemimpin yang lain, hal ini juga tergantung pada tipe atau corak kepemimpinannya.
Seorang otoriter menjalankan supervise untuk mengetahui kesalahan-kesalahan
petugas dalam melaksanakan tugasnya, yaitu menjalankan peraturan dan intruksi yang
diberikan oleh pusat (atasan) kepada bawahannya. Supervisi dijalankan dengan
sekonyong-sekonyong tanpa sepengetahuan petugas yang diawasi, seolah-seolah
supervisor bertugas sebagai reseriser yang mengintai untuk menemukan pelanggaran.
Suasana antar kariyawan sekolah dibawah pimpinan diktatoris seperti tersebut adalah
tertekan, tegang, kegembiraan bekerja tidak ada sama sekali, karena ada juga kepala
sekolah atau pemimpin yang bercorak leissez faire atau pemimpin yang masa bodoh,
tidak mau tahu, acu tidak acu dalam menjalankan pengawasan.
Kehidupan sekolah semacam itu mudah timbul kesimpang siura, perselisihan,
karena semua karyawan menjalankan tugas menurut kebijaksanaan dan kepentingan
masing-masing, yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain. Situasi buruk makin
lam semakin menjadi, sehingga akhirnya tidak teratasi lagi. Pemimpin seperti ini tidak
memiliki sikap kepemimpinan yang baik dan tidak pantas menjadi pemimpin sekolah,
karena dapat merusak tunas bangsa muda yang seharusnya melanjutkan untuk
kedepannya agar yang lebih baik tapi malah sebaliknya yang ada adalah kehancuran.
Kemudian kepala sekolah atau pemimpin yang bercorak demokratis
menjalankan pengawasan menurut program kerja tertentu. Dalam rapat sekolah sudah
23
ditentukan organisasi pembagian tugas, sebagai tempat ikut berpartisipasi menurut
kecakapan masing-masing, koordinasi serta komunikasi, program dan pengarahan kerja
dan sebagainya. [6] Dengan demikian semua karyawan dapat menjalankan tugasnya
dengan baik sesuai tugas yang diembanya dan yang tidak bertentangan satu sama yang
lainnya. Tetapi dapat saling membantu, agar tercapainya atau terwujudnya pendidikan
sesuai pengawasan yang dijalankan dan sesuai dengan program kerjanya.
Hal tersebut dapat tercapai karena adanya kerja sama antara pemimpin atau
kepala sekolah dengan karyawan-karyawan yang ada disekolah berusaha untuk
menghilangkan hal-hal yang negative yang menghambat lancarnya jalan kehidupan
sekolah, serta bersama-sama mendapatkan metode-metode bekerja gotong royong yang
efesien, produktif sesuai dengan kondisi setempat.
Dan ada juga hal lain yang dapat menghambat lancarnya kehidupan sekolah
seperti adanya paerbedaan pendapat, perselisihan yang timbul dicarikan pemecahannya
dengan cara musyawarah. Kekeliriuan cara bekerja segera diketahui, sehingga tidak
mejadi berlarut-larut dan guru yang kurang bersemangat dipimpindan diisyaratkan
untuk menjalankan tugasnya denagan baik. Pengawasan secara demokratis yang
memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
1. Pengawasan dijalankan secara gotong royong atau koperatif, tidak disatu
tangan saja, yaitu khususnya bagi kepala sekolah;
2. Pengawasan dijalankan terangan-terangan, diketahui oleh semua petugas yaitu
guru-guru, tidak secara sembunyi-sembunyi;
3. Pengawasan dijalankan secara berkelanjutan dan bersifat tut wuri handayani
(bersifat pembimbing).
Yang dapat mengatasi masalah-masalah yang menghambat lancarnya
kehidupan sekolah adalah seorang kepala sekolah atau pemimpin yang mempunyai
kualifikasi kepemimpinan yang memadai, terutama kebijaksanaan dan kewibawaan
yang luar biasa.
24
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat penulis ambil dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan
profesional yangdiberikan oleh supervisor ( Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan
pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar.
2. Menurut Mulyasa (2002) merumuskan tujuan supervisi sebagai bantuan dan
kemudahan yang diberikan pada guru untuk belajar bagaimana meningkatkan
kemampuan mereka guna mewujudkan tujuan belajar.
3. Secara umum sasarannya adalah proses pembelajaran peserta didik dengan tujuan
meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Secara khusus dapat
diklasifikasikan: Sasaran administratif (teknis administratif) misal perangkat
pembelajaran, meliputi administrasi personal, material, keuangan serta administrasi
sarana dan prasarana pendidikan; Sasaran edukatif (teknis edukatif) misal
pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang meliputi kurikulum, PBM dan evaluasi;
dan Sasaran lembaga, yaitu ditujukan pada keseluruhan aktifitas sekolah.
4. Seorang supervisior dapat dilihat dari tugas yang dikerjakannya. Seorang pemimpin
pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor tampak jelas perannya. Sesuai dengan
pengertian hakiki supervisi, maka supervisi berperan atau bertugas memberi support
(supporting), membantu (assisting) dan mengikutsertakan (sharing). Secara umum
fungsi supervisi adalah perbaikan pengajaran.
5. Pancasila yang merupakan prinsip asasi merupakan landasan utama pelaksanaan
tugas sebagai supervisi. Selain delapan hal diatas prinsip supervise dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu prinsip positif dan prinsip negative. Prinsip positif
adalah prisip yang patut diikuti oleh seorang supervisi, sedangkan prinsip negatif
merupakan prinsip yang sebaiknya dihindari.
6. Tipe-tipe Supervisi pendidikan : Tipe Otokrat, Tipe Laisses Faire, Tipe Coersive,
Tipe Training dan Guidance, dan Tipe Demokratis
7. Tehnik-tehnik supervisi secara umum yaitu tehnik supervisi yang bersifat kelompok
dan tehnik supervisi bersifat individual.
25
8. Implementasi guru sebagai supervisor yaitu guru sebagai contoh, guru sebagai
proses sharing of ideas, dan guru dalam merancang supervisi klinis.
9. Untuk memahami administrasi pendidikan diperlukan pemahaman atau penguasaan
administrasi umum, tidak berarti bahwa pengetahuan administrasi dapat diterapkan
didalam administrasi pendidikan karena prinsip operasionalnya berbeda.
10. Administrasi dan supervisi itu tidak dapat dipisahkan, karena administrasi dan
supervise saling berkaitan ataupun mempunyai hubungan yang sangat erat. Seperti
pengertian administrasi dan supervisi yang telah disebutkan diatas bahwa keduanya
merupakan pembinaan yang direncanakan bagi personel dalam proses kerja sama
dibidang pendidikan dan peningkatan sumber daya material dalam rangka perbaikan
situasi pengajaran agar tercapainya suatu tujan pendidikan yang efektif dan efesien,
namun dalam hal-hal tertentu keduanya dapat dibedakan.
3.2. Saran
Tujuan supervisi harus dikomunikasikan dan dipahami oleh semua pihak. Supervisi
harus terencana dengan baik, membangun dan demokratis. Selain itu, Guru harus diberi
informasi tentang tujuan supervisi.
26
DAFTAR PUSTAKA
http://yukkawan.blogspot.com/2013/07/makalah-supervisi-pendidikan.html
http://yukkawan.blogspot.com/2013/07/makalah-supervisi-pendidikan.html
27