bab i & bab ii
DESCRIPTION
dmTRANSCRIPT
-
1 1 Poltekkes Kemenkes Palembang
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan pola hidup sebagai dampak dari globalisasi dan modernisasi
yang terjadi diberbagai Negara saat ini telah memicu peningkatan frekuensi
faktor resiko penyakit penyakit membahayakan, baik menular maupun tidak
menular. Sekarang masyarakat tidak hanya terganggu oleh penyakit penyakit
menular, namun juga penyakit tidak menular, karena frekuensi kejadiannya di
masyarakat yang semakin meningkat.
Prevalensi penderita DM selalu mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) tahun 2010
memperkirakan sedikitnya 171 juta orang diseluruh dunia menderita DM dan
diprediksikan akan meningkat dua kali, 366 juta jiwa tahun 2030. Indonesia
merupakan urutan kelima di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita
diabetes melitus terbanyak setelah Bangladesh, Bhutan, Cina, India yaitu
sekitar 8,6% dari jumlah penduduk di Indonesia (Bustan, 2007).
Peningkatan prevalensi diabetes melitus menunjukan pentingnya upaya
pencegahan. Diabetes melitus timbul karena faktor keturunan dan prilaku.
Dapat dikatakan bahwa faktor keturunan itu berjalan lambat, sedangkan
penderita diabetes melitus saat ini merupakan cerminan gaya hidup
(Pudiastuti, 2013)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan maret
2014 di Rumah Sakit Umum Pusat Dr..Muhammad Husein Palembang
didapatkan data jumlah pasien diabetes melitus pada tahun 2011 sebanyak
1,23 % , terdiri dari laki laki 0,59 %, dan perempuan 0,64 %. Pada tahun
2012 sebanyak 1,26 % terdiri dari laki laki 0,59 % dan perempuan 0,67 %,
dan pada tahun 2013 sebanyak 1,22 % terdiri dari laki laki 0,49 % dan
perempuan 0,73 %. Hasil wawancara terhadap 8 orang pasien, didapatkan
hasil bahwa sebagian besar pasien mengeluh poliuri, polipagia, polidipsi,
kelemahan, penglihatan kabur, dan berat badan menurun. (Medical Record,
2013)
-
2 Poltekkes Kemenkes Palembang
Penanganan pasien diabetes melitus perlu mendapat perhatian, baik dari
segi aspek farmakokinetik maupun farmakodinamik serta dari aspek
pemberian asuhan keperawatan. Asuhan keperaawatan yang benar penting
diberikan pada pasien diabetes melitus, sebab pasien diabetes melitus berisiko
sangat tinggi mengalami komplikasi, terutama pada tungkai kaki, ginjal, dan
mata. Apabila tidak emndapat penanganan yang serius akan menimbulkan
koma diabetik yang akhirnya berujung pada kematian. Akibat kondisi
sakitnya, mayoritas pasien diabetes melitus mengalami kelemahan, resiko
injuri, resiko infeksi dan ketidakmampuan dalam pemenuhan perawatan diri
sehingga membutuhkan bantuan dan dukungan dari keluarga maupun perawat
yang memberikan asuhan keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritual pasien diabetes melitus,
peran perawat sangat penting diantaranya sebagai pelaksana, pendidik,
pengelola, peneliti, advokat. Sebagai pelaksana, perawat berperan dalam
memberikan asuhan keperawatan secara professional dan komprehensif yang
meliputi : mempertahankan pola nafas yang efektif, mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit, meningkatkan asupan nutrisi yang
adekuat, meningkatkan aktifitas yang dapat ditoleransi, mencegah komplikasi,
dan mencegah injuri. Sebagai pendidik perawat memberikan pendidikan
kesehatan, khususnya tentang perbatasan diet, latihan atau olahraga, cairan,
dan lain sebagainya. Perawat sebagai pengelola, yaitu perawat harus membuat
perencanaan asuhan keperawatan dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan
lainnya sehingga program pengelolaan perawatan dapat berjalan dengan baik.
Peran perawat sebagai peneliti adalah menerapkan hasil penelitian dibidang
keperawatan untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Peran perawat
sebagai advokat adalah membela hak klien selama perawatan, seperti hak
klien untuk mengetahui rasional penatalaksanaan medis, pemeriksaan
penunjang, dan sebagainya (Hidayat, 2008)
-
3 Poltekkes Kemenkes Palembang
Untuk meminimalisir dan mengatasi masalah masalah yang timbul,
maka peran perawat sangat diperlukaan terutama dalam memberikan asuhan
keperawatan, mulai dari melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa
keperawatan, membuat rencana keperawatan , memberikan tindakan
keperawatan,dan melakukan evaluasi keperawatan. Apabila asuhan
keperawatan tidak dilakukan pada pasien , maka akan terjadi dehidrasi, cidera
pada pasien, dan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
Berdasarkan latar belakang diatas, maka, penulis tertarik untuk
menberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus yang
dirawat di IRNA Non Bedah Ruang Interne A (RA) Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2014
1.2 Ruang Lingkup Penulisan
Penulisan ini termasuk dalam area cabang ilmu keperawatan medikal
bedah pada system endokrin. Penulisan ini dilaksanakan untuk mengetahui
asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes melitus di ruang Ruang
Interne A (RA) RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang. Penulisan ini akan
dilaksanakan pada bulan mei 2014. Pengumpulan data diperoleh dengan cara
pengkajian yakni dengan wawancara, observasi/pengukuran, pemeriksaan
fisik (head to toe), dan penelusuran data sekunder yang dilakukan pada pasien
langsung maupun terhadap keluarga pasien, selanjutnya dengan cara
melakukan pemeriksaan fisik dan pengukuran terhadap pasien untuk
mengetahui tanda-tanda kelainan pada pasien agar dapat memudahkan dalam
pemberian asuhan keperawatan yang tepat
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai meliputi tujuan umum dan
tujuan khusus:
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Diabetes Melitus di IRNA Non Bedah Ruang Interne A (RA) RSUP
Dr.Mohammad Hoesin Palembang
-
4 Poltekkes Kemenkes Palembang
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1 Melakukan pengkajian pada pasien Diabetes Melitus
1.3.2.2 Merumuskan Diagnosa Keperawatan pada pasien Diabetes
Melitus
1.3.2.3 Membuat tujuan dan perencanaan tindakan keperawatan
pada pasien Diabetes Melitus
1.3.2.4 Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
yang telah disusun dalam bentuk pelaksanaan tindakan
pada pasien Diabetes Melitus
1.3.2.5 Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah
dberikan pada pasien Diabetes Melitus
1.3.2.6 Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah
diberkan
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan refrerensi daan
masukan dalam proses belajar mengajar khususnya mata ajar
Keperawatan Medical Bedah serta unruk perkembangan ilmu
pengetahuan di institusi pendidikan
1.4.2 Manfaat Aplikatif
Diharapkan dapat menjadi acuan bagi pihak Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan yang komperhensif terutama dalam pemberian
asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus
1.4.3 Manfaat Metodelogi
Diharapkan dapat dijadikan bahan tambahan refrerensi
perpustakaan dalam perkembangan ilmu Keperawatan Medical Bedah
terutama dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien diabeteds
melitus sehingga dapat meningkatkan pendidikan dan pengetahuan
dalam pembelajaran di institusi pendidikan
-
5 Poltekkes Kemenkes Palembang
1.5 Metode Penyusunan Laporan
Dalam penulisan Laporan Studi Kasus ini penulis menggunakan
metode deskripsi yaitu dengan pendekatan proses keperawatan secara
sistematis, fakta/karakteristik pasien pada kasus diabetes melitus secara
aktual dan cermat guna mengumpulkan data, analisa data, dan menarik
kesimpulan pemecahan masalah yang ada untuk memperoleh bahan atau
materi yang dibutuhkan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini.
1.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan karya tulis
ini adalah:
1. Wawancara atau anamnesa: melakukan pengamatan langsung
terhadap klien seperti identitas klien, keluhan klien, riwayat
kesehatan, riwayat psikososial, riwayat spiritual
2. Observasi Dan Pengukuran: Pemeriksaan Fisik klien dengan
cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
3. Pemeriksaan fisik (head to toe) : Pemeriksaan Fisik klien dari
kepala sampai kaki.
4. Penelusuran Data Sekunder (Rekam Medik): dokumentasi
data didapatkan dari catatan tentang status kesehatan dan
hasil pemeriksaan laboratorium
-
6 Poltekkes Kemenkes Palembang
1.5.2 Sistematika Penulisan
Karya tulis ilmiah dalam bentuk laporan studi kasus ini terdiri dari
5 bab yaitu
BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan penjelasan latar belakang penulisan, ruang
lingkup penulisan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode
penulisan
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Pada bab ini membahas teori teori yang terkait dalam penulisan
tugas akhir, meliputi konsep dasar penyakit dan asuham
keperawatan secara
BAB III : TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai detail langkah langkah
yang harus dilalui untuk mencapai tujuan dan kesimpulan akhir,
dari penelitian yang meliputi meliputi pengkajian, analisa data,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pada klien dengan Diabetes Melitus
BAB IV : PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan membahas mengenai profil tempat
pengambilan kasus dan kesenjangan antara teori dan penerapan
asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes melitus
berdasarkan tahapan proses keperawatan meliputi pengkajian,
perumusan diaagnosa keperawatan, implementasi, dan evaluasi
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan tentang kesimpulan pokok dari seluruh
rangkaian penulisan laporan tugas akhir yang telah dilakukan dan
saran yang dapat dijasikan sebagai pengembangan penelitian
selanjutnya.kesimpulan merupakan intisari atas bab pembahasan,
sedangkan saran disusun untuk menanggapi kesimpulan dan
merupakan alternative pemecahan masalah.
-
7 Poltekkes Kemenkes Palembang
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Diabetes Melitus
2.1.1 Pengertian
Secara harfiah, diabetes mellitus berasal dari kata diabetes yaitu
mengalir, dan melitus berarti madu. Diabetes mellitus adalah suatu
kondisi gangguan metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar gula
dalam darah (hiperglikemia) secara menahun. (Ardhilla &
Oktaviani,2013)
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan
pembuluh darah. (Randi & Margareth,2012)
Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit di mana terjadi
kelainan dalam metabolisme glukosa (salah satu jenis gula
monosakarida di dalam tubuh) di dalam tubuh. (kurniali,2013)
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Diabetes
Melitus adalah suatu sindrom gangguan metabolisme dengan
hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat dari suatu defisiensi
sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau
keduanya
2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut WHO tahun 2010 dalam
Kemenkes 2010 dapat di bagi menjadi 2 bagian, yaitu Diabetes Tipe 1
dan Diabetes Tipe II, yang masing masing diuraikan berikut ini :
2.1.2.1 Diabetes Tipe 1
Menurut Pudiastuti, (2013), Diabetes Tipe 1 (diabetes yang
tergantung pada insulin)
a. Menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak
menghasilkan insulin
-
8 Poltekkes Kemenkes Palembang
b. 90 % sel penghasil insulin (sel beta) mengalami kerusakan
permanen, apabila kekurangan insulin dalam jumlah yang
berat penderita harus mendapatkan suntikan secara teratur.
c. Umumnya terjadi pada anak anak remaja, dan umumnya
sebelum umur 30 tahun
Karena sebagian besar terjadi pada usia dibawah 30 tahun, oleh
sebab itu, penyakit diabetes tipe 1 sering dijuluki diabetes anak
anak karena penderitanya lebih banyak terjadi pada anak
anak dan remaja.(Fauzi, 2014)
2.1.2.2 Diabetes tipe II
Menurut Pudiastuti, (2013), Diabetes tipe II (diabetes yang tidak
tergantung pada insulin)
a. Terjadi kekurangan insulin reaktif, paankreas tetap
menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari
normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap
efeknya
b. Dapat terjadi pada anak anak dan dewasa, tetapi biasanya
terjadi setelah usia 30 tahun
c. Cenderung diturunkan secara genetik dalam keluarga
2.1.3 Etiologi
Menurut Fauzi, (2014), Penyebab dari diabetes tipe 1 adalah genetik,
autoimuntas, dan virus atau zat kimia, sedangkan penyebab diabetes tipe
II, adalah faktor Keturunan, pola makan dan gaya hidup, kadar kolesterol
tinggi, dan obesitas, yang masing masing diuraikan berikut ini :
2.1.3.1 Diabetes Tipe 1
Diabetes Tipe 1 disebabkan pankreas tidak dapat
menghasilkan insulin, hal tersebut disebabkan oleh kelainan sitem
imun tubuh yang menghancurkan sel penghasil insulin ada tiga
penyebab pankreas tidak dapat menghasilkan insulin pada
penderita diabetes tipe 1 adalah
-
9 Poltekkes Kemenkes Palembang
1. Genetik atau keturunan
Jika salah satu atau kedua orang tua dari seorang anak
menderita diabetes, maka anak tersebut akan berisiko terkena
diabetes
2. Autoimunitas
Autoimunitas adalah tubuh mengalami alergi terhadap salah
satu jaringan atau jenis selnya sendiri. Dalam kasus ini, alergi
yang ada dalam pankreas, oleh sebab itu, tubuh kehilangan
kemampuan untuk membentuk insulin karena sistem
kekebalan tubuh menghancurkan sel sel yang memproduksi
insulin.
3. Virus atau zat kimia
Virus atau zat kimia adalah yang menyebabkan kerusakan
pada pulau sel atau kelompok sel dalam pankreas tempat
insulin dibuat. Semakin banyak pulau sel yang rusak, semakin
besar kemungkinan seseorang menderita diabetes
2.1.3.2 Diabetes Tipe II
Menurut kurniali, (2013), Diabetes tipe II merupakan
kombinasi dari resistensi insulin dan kelainan produksi insulin,
pada beta sel pankreas. Seiring berjalannya waktu, disfungsi
beta sel akaan semakin parah dan berakibat kekurangan insulin
absolut.
Adapun penyebab dari diabetes tipe II, menurut Fauzi, (2014),
yaitu sebagai berikut :
1. Faktor Keturunan
Apabila orang tua atau saudara sekandung yang
mengalami penyakit ini, maka resiko diabetes tipe II
semakin tinggi
2. Pola Makan Dan Gaya Hidup
Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi
pemicu utama pankreas tidak dapat memproduksi insulin
secara maksimal. Mengkonsumsi makanan cepat saji atau
-
10
Poltekkes Kemenkes Palembang
fast food yang menyajikan makanan berlemak dan tidak
sehat merupakan penyebab utama. Kurang olahraga dan
istirahat yang tidak mencukupi juga berpengaruh terhadap
munculnya penyakit ini.
3. Kadar Kolesterol Tinggi
Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi akan menyerap
insulin yang diproduksi oleh pankreas. Pada akhirnya
tubuh tidak dapat meyerap insulin yang dihasilkan
pankreas untuk mengubahnya menjadi energi
4. Obesitas
Obesitas atau kelebihan berat badan disebabkan oleh
timbunan lemak yang tidak positif nagi tubuh, seperti
kolesterol, lemak juga akan meyerap insulin yang
diproduksi pamkreas secara habis habisan sehingga
tubuh tidak mendapatkan insulin untuk diproduksi sebagai
energi.
2.1.4 Patofisiologi
Insulin adalah suatu hormon yang dikeluarkan pankreas, tepatnya di
sel beta. Hormon ini berfungsi untuk mentransportasikan glukosa (gula)
dari darah kedalam tubuh (Kurniali, 2013)
Gangguan pada pankreas, akan mengganggu kerja sel beta dalam
pankreas, dimana insulin berfungssi untuk menstransportasikan glukosa
kedalam tubuh, hal tersebut menyebabkan defisiensi insulin yang
menyebabkan penurunan pemakaian glukosa oleh sel sehingga
menyebabkan hiperglikemia, menyebabkan glikagon meningkat,
pemecahan lemak yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau
asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh apabila terlalu banyak, maka akan
menimbulkan mual dan muntah serta pemecaha protein (Randi &
Margareth,2012)
-
11
Poltekkes Kemenkes Palembang
Pada pemecahan proten akan menimbulkan glukoneogeneis,
glukoneogeneis, adalah sintesis atau pembentukan glukosa dari precursor,
seperti laktat, asam amino, gliserol, galaktosa, dan fruktosa,
glukoneogeneis ini terjadi karena glukosa dalam sel menurun, maka protein
dan lemak membentuk glukosa baru yang mengakibatkan bertambahnya
penumpukan glukosa dalam darah, dan menimbulkan osmolalitas dalam
darah meningkat (Maryunani, 2013)
Osmolalitas dalam darah meningkat maka akan menyebabkan poli
dipsi dimana badan mengalami kekurangan cairan dan otomatis akan
dikirim ke otak sebagai pusat pengendalian sehingga akan timbul perasaan
haus dan tenggorokan terasa kering. (Maryunani, 2013)
Jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dalam filtrate glomerulus
meningkat diatas 225 mg/menit, glukosa dalam jumlah banyak mulai
dibuang kedalam urine, jika jumlah filtrasi glomerulus yang berbentuk tiap
menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa darah
meningkat 180 mg/dl. Banyaknya glukosa didalam urine (glukosuria)
menyebabkan diuresis karena efek osmotik glukosa didalam tubulus
mencegah reansorpsi cairan oleh tubulus, keadaan ini dinamakan dieresis
osmotik. Sebagai akibat dari kekurangan cairan yang berlebihan, pasien
akan mengalami poliuria yaitu peningkatan dalam berkemih (Ernawati,
2013)
Polipagia terjadi karena sel kekurangan glukosa disebabkan tubuh
tidak sanggup memetabolisme karbohidrat yang dimakan, maka penderita
akan makan banyak sekali meskipun kadar glukosa dalam darah
sebenarnya cukup tinggi, sehingga akan menghabiskan cadangan glukosa
dalam sel sel tubuh, tetapi sel tubuh tidak dapat memanfaatkan glukosa
yang ada dalam peredaran darah itu karena jumlah hormon insulin yang
tidak mencukupi (yang fungsinya memasukan glukosa ke dalam sel)
sehingga menyebabkan tubuh mengalami penurunan berat badan
(Maryunani, 2013)
-
12
Poltekkes Kemenkes Palembang
thrombosis yang dapat menutup jalan aliraan darah, sehingga
menyebabkan aterosklerosis. aterosklerosis pada makrovaskular, yaitu
organ seperti jantung akan terjadi CAD (coronary artery deseases) ,
serebral akan terjadi stroke dan pada tungkai akan terjadi thrombus atau
ganggren. Sedangkan aterosklerosis pada mikroorganisme yaitu terjadi
pada ginjal, retina, dan saraf simpatik pada retina terjadi retinopati
metabolik, sedangkan pada ginjal dapat menyebabkan nefropathy diabetic
dan pada saraf simpatik terbagi menjadi 3 bagian yaitu motorik :
menurunnya refleks, sensori : kesemutan dan tidak bisa merasakan rasa
panas dan dingin, serta pada otonom dapat menyebabkan diare dan
penurunan ambang nyeri (Maryunani, 2013)
-
13
Poltekkes Kemenkes Palembang
-
14
Poltekkes Kemenkes Palembang
2.1.6 Manifestasi klinis
Menurut Ardhilla & Oktaviani, (2013), Gejala- gejala yang muncul pada
diabetes melitus, dibagi menjadi tiga gejala, ada gejala awal, gejala
lanjutan, dan gejala kronis, yang masing masing diuraikan berikut ini :
1. Gejala awal
a. Poliuria, banyak buang air kecil
b. Polidipsia : haus yang berlebihan
c. Polipagia : banyak makan
2. Gejala lanjutan
a. Poidipsia, haus yang berlebihan
b. Poliuria, banyak buang air kecil
c. Berat badan menurun, akibat menurunnya simpanan kalori dan
defisiensi insulin mengganggu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan
d. Mudah lelah
3. Gejala kronis
a. Polidipsia, haus yang berlebihan
b. Poliuria, banyak buang air kecil
c. Sering kesemutan
d. Kulit terasa panas dan tebal
e. Kram dan mudah capai
f. Mudah mengantuk
g. Mata menjadi kabur
h. Gatal sekitar kemaluan, terutama wanita
i. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
j. Kemampuan seksual menurun ( impoten )
k. Bagi ibu hamil, sering mengalami keguguran atau kematian janin
dalam kandungan, atau melahirkan dengan bayi berat lahit > 4 kg.
-
15
Poltekkes Kemenkes Palembang
2.1.7 Komplikasi
Menurut Maryunani, (2013), Komplikasi Diabetes Melitus terbagi menjadi
dua macam, yaitu komplikasi akut dan komplikasi menahun, yang masing
masing diuraikan berikut ini :
1. Komplikasi Akut
Komplikasi metabolik diabetes merupakan akibat perubahan yang
relatif akut dan terbagi dalam beberapa macam bentuk komplikasi,
yaitu sebagai berikut :
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula dalam
darah dibawah 60 mg/dl, dapat disebabkan karena terlalu
banyak mengkonsumsi obat tablet atau ijeksi insulin terlalu
banyak, olahraga terlalu berat dan makan terlalu sedikit. Yang
ditandai dengan badan lemas, gemetar, pucat, keringaat dingin,
gelisah, detak jamtung cepat, dan sampai pada penurunan
kesadaran atau pingsan (Ernawati,2013)
b. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah peningkatan kadar gula darah dalam
darah melebihi 200 mg/dl dapat disebabkan karena gula tidak
dapat ditransportasikan ke sel sel akibat defisiensi insulin.
Yang ditanai dengan poliuru (sering kencing), polidipsi
(kehausan), sampai pada keadan mual-muntah, nafas cepat, dan
hipotensi (Maryunani, 2013)
c. Ketoasidosis
Diabetic ketoasidosis (DKA), adalah keadaan terjadinya
defisiensi insulin absolute atau relative dan peningkatan
hormon kontra regulator seperti glucagon, katekolamin,
kortisol, dan hormone pertumbuhan. Dapat disebabkan karena
kadar gula darah terlalu tinggi, yaitu >240 mg/dl, dan
kurangnya hormon insulin sehingga tubuh menggunakan lemak
sebagai energi yang dimana lemak tersebut menghasilkan
benda keton di darah dan urine. Yang ditandai dengan, nyeri
-
16
Poltekkes Kemenkes Palembang
abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas bau aseton, bila
tidak ditangani dapat mengakibatkan penurunan kesadaran
bahkan kematian (Ernawati, 2013)
2. Komplikasi kronik
Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, tetapi gula darah dapat dikontrol.
Jika kadar gula darah tetap tinggi akan timbul komplikasi yang
mengenai :
a.Makrovaskular, menurut Maryunani, (2013), penyakit yang
terjadi pada pembuluh besar dan sedang, yaitu terjadi pada:
1. Pembuluh darah otak (stroke)
2. Pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner)
3. Tungkai kaki (trombuse/ganggren)
Klasifikasi Trombuse / Gangren, menurut Rendi &
Margareth, (2012). antara lain:
1) Grade 0 : tidak ada luka
2) Grade 1: kerusakan hanya sampai pada permukaan
kulit
3) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4) Grade III : terjadI abses
5) Grade I : ganggren pada kaki bagian distal
6) Grade V: Ganggren pada seluruh kaki dan tungkai
bawah distal
b.Mikrovaskuler, (Maryunani, 2013) penyakit yang terjadi pada
pembuluh darah kecil, merupakan lesi spesifik diabetes yang
menyerang :
1. Kapiler dan arteri retina (retinopati diabetic) menurut
Maryunani, (2013)
a. Sering ganti kacamata, cepat katarak, dan terserang
glaucoma(tekanan bola mata meningkat, dan bisa terjadi
kebutaan)
-
17
Poltekkes Kemenkes Palembang
b. Manifestasi dini retinopathi berupa adanya
mikroaneurisme (pelebaran sakulor yang kecil) dan
arterial retina
c. Akibatnya terjadi perdarahan, neovaskularisasi dan
jaringan parut retina yang dapat mengakibatkan
kebutaan
d. Yang ditakuti, kebutaan akibat retinopathi, umumnya
terjadi setelah 10 15 tahun mengidap diabetes melitus
2. Glomerulus ginjal (nefropathi diabetic). menurut
Maryunani, (2013)
a. Penderita akan mengalami manifestasi dini berupa
proteinuria, (protein dalam urine meningkat dan
hipertensi
b. Kalau fungsi nefron terus berlanjut terganggu, akan
terjadi insulisiensi ginjal dan uremia (ureum dalam
urine meningkat)
c. Jika ginjal terganggu akibat retinipathi semakin berat
maka akan memerlukan cuci darah
3. Syaraf syaraf perifer (neuropathi diabetic)
Menurut Maryunani, (2013), bisa mengenai syaraf
simpatik, yang dapat menyebabkan :
a. Gangguan motorik disertai dengan menurunnya reflek
reflek tendon dalam, kelemahan otot dan atrofi
b. Gangguan sensorik bisa terjadi :
a) Hiposensorik timbul rasa kesemutan
b) Hipersensorik penderita tidak bisa merasakan
panas dingin
c. Gangguan otonom, dapat disertai dengan gangguan
pencernaan (konstipasi/diare), ngompol, penurunan
ambang nyeri, keterlambatan pengosongan lambung,
hipotensi, dan impotensi pada laki - laki
-
18
Poltekkes Kemenkes Palembang
Pada bagian lain, menurut Ardhilla & Oktaviani, (2013), ada 16
Tanda Tanda Komplikasi Diabetes Melitus yang dapat terjadi, yaitu
sebagai berikut:
1. Rambut: menipis, mudah rontok
2. Telinga: berdesing, pendengaran menurun
3. Mata: makin kabur, mata terasa kering
4. Lidah: terasa tebal, terganggunya kepekaan rasa
5. Ludah: mengental, mulut terasa kering
6. Gigi: mudah goyah
7. Paru paru: bila batuk lama
8. Janttung: mudah terkena penyakit jantung koroner
9. Lever: mudah terkena penyakit hati
10. Perut: mudah kembung
11. Ginjal: mudah terkena gangguan fungsi ginjal seperti chronic kidney
desease (GGK)
12. Kandung kemih: sering ngompol
13. Seksual: menurun
14. kesemutan, rasa tebal,kram,
15. Pembuluh darah: mengecil dan mudah timbul borok
16. Kulit: mudah bisulan
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Fauzi, (2014), Pemeriksaan kadar gula darah dapat dilakukan
setelah puasa dan setelah makan 2 jam, dimana kadar gula yang normal
setelah puasa adalah
-
19
Poltekkes Kemenkes Palembang
c) Kadar gula darah orang yang menderita diabetes melitus
adalah > 126 mg/dl
b. Pemeriksaan kadar gula dalam darah setelah makan 2 jam yang
lalu:
a) Kadar gula darah normal adalah < 140 mg/dl
b) Kadar gula darah pradiabetes adalah antara 140 200 mg/dl
c) Kadar gula darah bagi penderita diabetes adalah > 200 mg/dl
Tabel 2.1
kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengn metode enzim
sebagai panyokong penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena 200
Darah kapiler 200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena 126
Darah kapiler 110
(Mansjoer, dkk,. 2000)
2. Tes darah dilakukan saat dan setelah puasa. Sebelum melakukan
tes, penderita harus berpuasa selama 12 jam. Kadar glukosa yang
normal selama berpuasa adalah dibawah 100 mg/dl. Setelah itu,
pengambilan darah akan dilakukan kembali 2 jam setelah makan,
bila hasilnya diatas 140 mg/dl dapat berarti Anda menderita
diabetes.
3. Tes Urin
Urin diperiksa kadar albumin, gula dan mikroalbuminurea.
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah seseorang menderita
diabetes atau tidak.
-
20
Poltekkes Kemenkes Palembang
4. Tes Glukometer
Tes glukometer ini dapat dilakukan sendiri dirumah bila memiliki
alatnya. Caranya adalah dengan menusukkan jarum pada jari
untuk mengambil sampel darah. Kemudian sampel darah
diletakkan ke dalam celah yang tersedia pada mesin glukometer.
2.1.9 Faktor Resiko Diabetes Meelitus
Ada enam yang beresiko menderita penyakit Diabetes Melitus, menurut
Pudiastuti, (2013), yaitu sebagai berikut ini :
1. Obesitas (gemuk) atau berat badan lebih
2. Prediabetes (glukosa darah puasa atau sesudah makan melebihi
normal atau toleransi glukosa terganggu)
3. Melahirkan bayi lebih dari 4 kg
4. Mempunyai saudara, orang tua aatau keluargaa dengan diabetes
5. Usia diatas 45 tahun
6. Mempunyai tekanan darah tinggi atau kolesterol tinggi
2.1.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diabetes melitus menurut Rendi & Margareth, (2012),
terdiri dari terapi non farmakologis dan terapi farmakologis. Terapi non
farmakologis meliputi melakukan diet, olahraga atau latihan, sedangkan
terapi farmaakologis, meliputi pemberian obat anti diabetesoral dan
insulin. Terapi farmakologis diberikan jika penerapan terapi non
farmakologis tetap tidak dapat mengendalikan kadar gula darah seperti
yang diharapkan. Pemberian teraapi farmakologis tetap harus diterapkan
bersama terapi non farmakologis
-
21
Poltekkes Kemenkes Palembang
1. Penatalaksanaan terapi non farmakologis, masing masing diuraikan
berikut ini :
a.Diet
Adapun syarat diet Diabetes Melitus menurut Rendi & Margareth,
(2012),, hendaknya dapat:
a) Memperbaiki kesehatan umum penderita
b) Mengarahkan pada berat badan normal
c) Menormalkan pertumbuhan Diabetes Melitus anak dan
Diabetes Melitus dewasa muda
d) Mempertahankan kadar gula darah normal
e) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
f) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
g) Menarik dan mudah diberikan
Perhimpunan Diabetes Amerika dan Persatuan Dietetik Amerika
merekomendasikan 50-60% kalori yang berasal dari:
a. Karbohidrat: 60-70%
b. Protein : 12-20%
c. Lemak : 20-30%
Menurut Hartanto (2006) Diet DM (Diabetes Mellitus) yaitu :
a. Diet DM tipe 1
Tabel 2.2
Diet Diabetes Mellitus Tipe 1
No Jenis diet Penjelasan
1. Makan 5-6 kali
sehari pada waktu
yang kurang lebih
sama dengan
interval sekitar 3
jam.
Terdiri atas 3 kali makanan pokok
serta 3 kali cemilan. Saat makan
harus disesuaikan dengan saat
penyuntikan insulin hingga kadar
puncak insulin di dalam plasma
sama dengan kadar gula darah
tertinggi sesudah makan.
2. Minum minuman
yang bebas gula
Minuman ini Bebas kalori, lemak
ataupun karbohidrat. Sehingga
-
22
Poltekkes Kemenkes Palembang
dan kaya serat tidak akan mempengaruhi berat
badan atau kadar gula darah,
minuman tersebut seperti jus
sayuran, dan teh hijau
3. Pilih cemilan
yang rendah
lemak dan rendah
indeks
glisemiknya (lihat
tabel 2.2) tetapi
dengan indeks
kekenyangan
yang yang cukup
tinggi.
Seperti sayuran rebus sayuran rebus
serta buah segar yang berserat dan
tidak begitu manis, pisang rebus,
roti bekatul, kacang hijau (jangan
ditambahkan gula pasir dan santan;
sebagai penggantii, gula diet, susu
diabetes) serta kacang-kacangan
lainnya, crackers, dan makanan
cemilan tanpa kalori seperti agar-
agar, kolang-kaling, rumput laut
dll. Yang bisa diminum dengan
sirup khusus (Tropicana Slim).
4. Biasakan makan
sereal tinggi serat
Seperti havermut sebagai asupan
(>6 gram) setiap pagi; hindari
makanan sereal yang banyak
mengandung gula.
5. Biasakan
memakan buah-
buahan yang
segar, khususnya
buah yang bisa
dimakan bersama
kulitnya
Seperti apel, peach, belimbing,
jambu, tomat. Buah-buahan manis
yang biasa terdapat dalam es teller
seperti nangka, lengkeng, durian
serta sawo dan jenis pisang yang
manis seperti pisang raja, pisang
emas, serta pisang susu, sedapat
mungkin dihindari atau paling tidak
dibatasi konsumsinya.
6. Minum susu
rendah lemak
(
-
23
Poltekkes Kemenkes Palembang
Beberapa produk susu khusus untuk
diabetes, seperti Diabetasol,
Glucerna, Nutren Diabetes dan
Prolansia Fiber yang mengandung
serat larut, kini sudah tersedua di
pasaran, namun harganya yang
mahal menjadi pertimbangan
Glucerna dan Nutren Diabetes
memiliki indeks glikemik 31 (lihat
tabel 2.2) sehingga dapat diolah
untuk dijadikan makanan camilan
misalnya bersama kacang hijau.
7. olahraga sebagai
bagian dari
kegiatan sehari-
hari
Kalau mungkin berjalan atau
bersepeda ketika ke sekolah. Olah
raga tidak boleh dilakukan bila
kadar gula darah tidak terkontrol
(>250 mg%) atau bila terdapat
keton bodies dalam urine (karena
bahaya ketoasidosis)
Sumber : Hartono, (2006)
Tabel 2.3
Indeks Glikemik (IG)
IG (%)*Kelompok hidrat arangIG 60% Beras instan 91 Beras putih pulen (rendah pati resisten) 88 Kentang panggang 85
-
24
Poltekkes Kemenkes Palembang
Kentang instan 83 Roti terigu 70 Tapioka kukus 70 Tapioka jagung 68 Kentang putih kukus 65 Kelompok gula / bahan manisIG 60% Maltosa 105 Madu 73 Gula pasir (sukrosa) 65 Kelompok sayuranIG 60% Labu manis 75 Wortel manis 71Kelompok buahIG 60% Semangka 72 Nanas 66 Papaya 58 Mangga 55 Pisang 53 Kiwi 52Kelompok minumanIG 60% Minuman ringan 69
Sumber : Foster Powel, K and Miller, JB, Am. J. Clin. Nutr, 62,
1995. Dalam Hartono (2006)
Catatan :
1. IG dihitung dalam persentase terhadap glukosa 100%
2. Kelompok protein hewani dan lemak/minyak mengandung IG yang
rendah atau nol (karena hanya sedikit atau tidak mengandung
-
25
Poltekkes Kemenkes Palembang
hidratarang) tetapi kelompok ini mengandung kalori yang cukup tinggi
dari kandungan lemaknya.
3. Para penyandang diabetes harus membatasi konsumsi makanan yang
memiliki IG >60% dan jumlah kalori yang tinggi menurut perhitungan
jumlah kalori yang disarankan oleh dokter dan atau ahli gizi lemaknya/
minyak, khususnya yang jenuh, dan garam juga digunakan dalam
jumlah terbatas.
4. Meskipun susu fullcream mempunyai indeks glisemik yang rendah,
minuman ini tetap harus dihindari karena kaya akan lemak jenuh.
b. Diet DM Tipe II
Tabel 2.4
Diet Diabetes Mellitus Tipe II
NO Jenis Diet Penjelasan
1. Makan 3 kali
makanan utama dan
2-3 kali camilan
perhari
Intervalnya waktu sekitar 3 jam
2. Makan cemilan
yang rendah kalori
dengan indeks
glikemik yang
rendah dan indeks
kekenyangan yang
tinggi,
Seperti kolang-kaling cincau
agar-agar, rumput laut, pisang
rebus, kacang hijau sert kacang-
kacangan lainnya, sayuran
rendah kalori dan buah-buahan
yang tidak manis (apel,
belimbing, jambu) sert alpukat.
Makan buah berserat , seperti
apel dengan kulitnya setiap hari
merupakan kebiasaan mengemil
yang baik.
3. Hindari kebiasaan
minum sari buah
Seperti blender tomat, ketimun,
dan labu siam yang sudah
-
26
Poltekkes Kemenkes Palembang
secara berlebihan,
khususnya pada
pagi hari dan
gantikan dengan
minuman berserat
dari kelompok
sayuran yang
rendah kalori
direbus.
4. Sertakan rebusan
buncis atau sayuran
lain yang dapat
membantu
mengandalikan
glukosa darah
dalam menu
sayuran anda
sedikitnya dua kali
sehari.
Buncis, bawang dan beberapa
sayuran lunak lain (pare, terong,
gambas, labu siam) dianggap
dapat
membantu mengendalikan kadar
glukosa darah karena kandungan
seratnya
5. Biasakan sarapan
dengan tinggi serat
seperti havermout kacang hijau,
jagung rebus, atau roti bekatul
(whole wheat breat) setiap hari.
6. Makanan pokok
bisa bervariasi
Antara nasi (sebaiknya nasi
beras merah/ beras tumbuk),
kentang, roti (sebaiknya roti
bekatul/whole wheat breat) dan
jagung. Jangan menggabungkan
dua atau lebih makanan pokok
seperti nasi dengan lauk mi
goring dan perkedel kentang
(karena ketiganya memiliki
indeks glisemik yang tinggi)
7. Hindari Pada minuman (kopi, the) dan
-
27
Poltekkes Kemenkes Palembang
penambahan gula
pasir
makanan sereal.
8. Makanan camilan
dan minuman bebas
gula yang tersedia
di pasaran
Seperti cookies diet, sirup diet
(Tropicana Slim), Coke Diet,
dapat digunakan jika diinginkan
tetapi jangan mengonsumsinya
secara berlebihan. Penyandang
diabetes yang gemar memasak
dapat membuat kue-kue basah
seperti wafel yang terdiri atas
tepung gandum utuh, havermout,
putih telur, susu skim dan sedikit
buah-buahan dengan aroma yang
mengundang selera (misalnya
pisang, stroberi, nanas)
9. Biasakan
membuang
lemak/gaji dari
daging sebelum
memakannya
Kurangi konsumsi daging merah
yang dapat diganti dengan
daging putih seperti daging
ayam atau ikan. Hindari kulit,
kepala serta bulu ayam dan
daging ikan yang berlemak
karena kandungan kolestrol yang
tinggi dalam ahan makanan
mengandung lemak
dibandingkan daging ikan yang
putih
10. Gunakan minyak
goreng dalam
jumlah terbatas
(kurang lebih
setengah sendok
makan untuk sekali
Biasakan memasak dengan cara
menumis, merebus, memepes,
memanggang serta menanak dan
hindari kebiasaan menggoreng
makanan dengan banyak minyak
-
28
Poltekkes Kemenkes Palembang
makan)
11. Biasanya makan
vegetarian
Pada waktu santap malam
12. Dalam menu yang
menggunakan telur,
santan, minyak, dan
kecap
Dalam menggunakan telur setiap
merah telur dapat diganti dengan
dua buah putih telur, santan
dapat diganti dengan dua buah
putih telur, santan dapat diganti
dengan susu krim, dan minyak
diganti dengan saus apel. Untuk
menu yang memerlukan kecap,
gunakan kecap diet dalam
jumlah terbatas (Kecap
Tropicana Slim)
13. Biasakan berjalan Sedikitnya 3 kali seminggu
selama >30 menit.
Sumber : Hartono, (2006)
Ada cara untuk menentukan apakah berat badan kita sudah cukup
ideal, kegemukan atau terlalu kurus, kita dapat menggunakan perhitungan
Indeks Massa Tubuh ( Body Mass Index / BMI ), dengan format sebagai
berikut:
Berat Badan ( Kg )
BMI =
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
-
29
Poltekkes Kemenkes Palembang
Table 2.5
Klasifikasi IMT
BMIDerajat kegemukan
< 18,5Kurus ( underweight)
18,5 24,9Normal
25 29,9Gemuk ( overweight)
30 34,9Obesitas Derajat 1
35 39,9Obesitas Derajat 2
> 40Obesitas Derajat 3 (
ekstrem )
Sumber: Kurniali, (2013)
b. Latihan atau olahraga
Ada lima kegunaan latihan bagi penderita Diabetes Melitus menurut
Rendi & Margareth, (2012), jika dilakukan teratur setiap hari,
seperti meningkatkan kepekaan insulin, tidak menimbulkan
obesitas, meningkatkan sirkulasi oksigen, menurunkan kadar
glukosa dalam otot, yang diuraikan sebagai berikut:
a) Meningkatkan kepekaan insulin ( glukosa uptake ), apabila
dikerjakan setiap 1 jam sesuadah makan, berarti pula
mengurangi insulin resisten pada penderita dengan
kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan
meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya
b) Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan
sore
c) Memperbaiki aliran perifer dan menanmbah suplai oksigen
-
30
Poltekkes Kemenkes Palembang
d) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka
latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baru
e) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah
karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan latihan
atau olahraga, menurut Fauzi, (2014), yaitu sebagai berikut :
a) Kadar gula darah penderita saat melakukan olahraga harus
berada pada kisaran 100 sampai 300 mg/dl
b) Apabila lebih dari 300 mg/dl dikhawatirkan terjadi ketosis
atau kelebihan keton dalam jaringan
c) Penderita dengan kadar gula yang terlalu rendah juga
dilarang melakukan latihan
d) Jika kadar gula belum normal lalu melakukan olahraga bisa
berakibat terjadi hipoglikemia
e) Penderita diabetes melitus, sebaiknya juga berbekal sedikit
makanan atau minuman yang manis manis, boleh roti
manis, permen, the manis, kalau kepala sudah mulai
melayang, langsung saja makan atau minium bekal itu
secukupnya. Juga bila keringat dingin sudah mulai keluar.
Kepala melayang dan keringat dingin itu menunjukan gula
darahnya sudah turun berlebih
f) Pada cuaca sangat panas, penyerapan insulin banyak sekali.
Berarti gula darah lebih terserap lagi.
2. Penatalaksanaan terapi farmakologis, menurut Ernawati, (2013),
masing masing diuraikan berikut ini :
a. Obat hipoglikemik oral (OHO)
Berdasarkaan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan
menurut Ernawati, (2013) yang masing masing diuraikan
sebagai berikut :
a) Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogoe)
-
31
Poltekkes Kemenkes Palembang
Sekretagok insulin mempunyai efek hipoglikemik
dengan menstimulasi sel beta pankreas untuk
meningkatkan sekresi insulin. Golongan ini meliputi :
Sulfonylurea dan Glinid
b) Penambahan sensitifitas terhadap insulin (insulin
sensitizing)
Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi
insulin dengan meningkatkan jumlah protein
pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan
glukosa di perifer. Pasien yang menderita gagal jantung
klas 1-1V tidak disarankan mengkonsumsi
tiazolidindion, karena dapat memperberat edema/
retensi cairan dan perlu dilakukan pemantauan faal hati
secara berkala
c) Penghambat glukoneogenesis
Metformin dapat menekan produksi glukosa hati dan
menambah sensitifitas terhaadap insulin. Efek samping
metformin adalah diare, dyspepsia, dan asidosis laktat
d) Penghambat glukosidase alfa
Nama generic obat ini adalah acarbose, obat ini bekerja
dengan menghambat absorpsi glukosa diusus halus,
sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa
darah sesudah makan. Acarbose tidak menimbulkan
efek samping hipoglikemia tetapi dapat menimbulkan
kembung dan flatulen
b. Insulin
Insulin adalah suatu hormon yang dikeluarkan pankreas,
tepatnya di sel beta. Hormon ini berfungsi untuk
mentransportasikan glukosa (gula) dari darah kedalam tubuh
(Kurniali, 2013)
-
32
Poltekkes Kemenkes Palembang
Tabel 2.6
Dosis Pemberian Insulin
Kadar gula darah Dosis insulin
-
33
Poltekkes Kemenkes Palembang
Menurut Rendi & Margareth, (2012), Kecepatan absorpsi di tempat
suntikan tergantung pada lokasi suntikan, pengaruh latihan pada
absorpsi, masase (pemijatan), suhu, dalamnya suntikan, dan
konsentrasi insulin, yang masing masing diuraikan berikut ini :
a) Lokasi suntikan
Ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yaitu dinding
perut, lengan, dan paha. Dalam memindahkan suntikan
janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat
suntikan setiap 14 hari, agar tidak member perubahan
kecepatan absorpsi setiap hari
b) Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbs apabila dilaksanakan
dalam waktu 30 menit setelah suntikan insulin karena itu
pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 39
menit setelah suntikan
c) Pemijatan ( masage )
Pemijatan juga akan mempercepat absorbs insulin
d) Suhu
Suhu kulit tempat suntikan termasuk mandi uap) akan
mempercepat absorpsi insulin
e) Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja, insulin
dicapai. Ini berarti suntikan intramuskuler akan lebih cepat
efeknya dari pada subcutan
f) Konsentrasi insulin
Apabila konsentrasi insulin yang diberikan berkisar
80=120 mg% saat puasa, 80-160 mg%setelah makan, untuk
penderita diatas usia diatas 60 tahun, yaitu < 150 mg% saat
puasa dan < 200 mg% setelah makan.
-
34
Poltekkes Kemenkes Palembang
Adapun Penataklaksanaan Diabetes Melitus menurut Fauzi, (2014),
yaitu ada 7 cara seperti : olahraga, menjaga berat badan, hindari
karbohidrat, makanan nabati, lemak yang sehat, berhenti merokok,
mengatur tekanan darah dan kolesterol, yang masing masing diuraikan
berikut ini :
1. Olahraga
Dengan melakukan aktifitas fisik secara teratur dapat meningkatkan
sikulasi dan meningkatkan insulin untuk menyerap glukosa. Hanya
dengan berjalan cepat setengah jam setiap hari mengurangi resiko
terkena diabetes melitus tipe II sebesar 30%
2. Menjaga Berat Badan
Kelebihan berat badan adalah peneybab utama diabetes melitus tipe
II. Hal ini meningkatkan resiko hingga tujuh kali. Obesitas membuat
orang 20 sampai 40 kali lebih mungkin untuk terserang diabetes
melitus dibandingkan orang yang memiliki berat badan yang sehat.
Dengan mengurangi 7 sampai 10% berat badan akan dapat
mengurangi resiko diabetes 2 kali lipat.
3. Hindari Karbohidrat
Minuman ringan bergula, minuman buah dan jus buah, roti putih,
nasi putih, pasta putih dan karbohidrat olahan lainnya dapat
menyebabkan gula darah meningkat cepat atau setidaknya kurangi
makanan tersebut hingga 50%
4. Makanan Nabati
Diet tinggi serat makanan, seperti sayuran berwarna, kacang-
kacangan, buah-buahan segar dan biji-bijian 100% akan menurunkan
resiko diabetes dan membantu menjaga nafsu makan dan kalori
dibawah kontrol.
5. Lemak Yang Sehat
Lemak yang dikonsumsi akan mempengaruhi resiko diabetes, maka
dari itu , kita harus dapat membedakan lemak yang baik dan lemak
yang buruk. Lemak omega 3 ditemukan dalam ikan, seperti salmon
dan tuna, kacang kacangan mentah, biji bijian mentah dan
-
35
Poltekkes Kemenkes Palembang
minyak zaitun untuk membantu menurunkan resiko diabetes dan
penyakit jantung
6. Berhenti Merokok
Merokok adalah salah satu penyebab timbulnya diabetes melitus.
Penelitian mengatakan perokok mempunyai kemungkinan 50%
menderita diabetes melitus dibanding yang tidak merokok.
7. Mengatur Tekanan Darah Dan Kolesterol
Diabetes, kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi dapat merusak
pembuluh darah. Ketikan tiga penyakit ini bergabung bersama - sama
maka akan meningkatkan resiko serangan jantung, stroke dan kondisi
mematikan lainnya. Berolahragalah teratur, makan makanan sehat
dan mengola berat badan, dapat menurunkan tekanan darah dan
kolesterol secara alami.
-
36
Poltekkes Kemenkes Palembang
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Melitus
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan pengumpulan data yang sistemis untuk
menentukan status kesehatan pasien dan untuk mengidentifikasi
semua masalah kesehatan yang aktual atau potensial. Pengumpulan
data pengkajian dilakukan dengan cara mengumpulkan riwayat
kesehatan dan pengkajian kesehatan dan dengan pemantauan secara
bersinambungan agar tetap waspada terhadap kebutuhan pasien dan
keefektifan dari rencana keperawatan yang diterima pasien (Smeltzer
dan Bare, 2001).
Menurut Wijaya dan Putri, (2013), pengkajian pada klien dengan
diabetes mellitus meliputi:
1. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur,alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, no.registrer, tanggal MRS, dan diagnose medic
(Wahid,2013)
2. Keluhan utama
Keluhan utama pasien adalah penurunan kesadaran/pingsan,
penglihatan menjadi kabur (Rendi & Margareth,2012)
3. Riwayat penyakit sekarang
Adanya gatal pada kulit disertai luka yang tidak sembuh-sembuh,
Kesemutan, Menurunnya BB, Meningkatnya napsu makan, Sering
haus, Banyak kencing, Menurunnya ketajaman penglihatan
4. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengalami hipertensi, pankreaas, infark miokard, dan ISK
5. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien memiliki riwayat keluarga dengan penyakit diabetes
melitus
6. Pemeriksaan fisik
Dilakukan secara head to toe, meliputi :
a. Status kesehatan umum
-
37
Poltekkes Kemenkes Palembang
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara,
tinggi badan, berat badan dan tanda tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah
pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging,
adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah
menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak
dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia,
lensa mata keruh.
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna
kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di
daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit
sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia,
kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare,
konstipasi, dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan
lingkar abdomen, obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa
panas atau sakit saat berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn
tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstrimitas.
-
38
Poltekkes Kemenkes Palembang
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia,
letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental dan
disorientasi.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Kadar glukosa
a) Gula darah sewaktu >200 mg/dl
b) Gula darah puasa >149 mg/dl
c) Gula darah 2 jam PP (post prandial) >200 mg/dl
b. Aseton plasma
Hasil (+) mencolok
c. Asam lemak bebas
Peningkatan lipid dan kolesterol
d. Osmolaritas serum
Lebih dari 330 osm/l
e. Urinalisis
Proteinuria, ketonuria, glukosuria
Adapun data dasar pengkajian yang perlu dikaji menurut
Doenges, Moorhouse, Geissler,2000, diuraikan sebagai berikut :
a. Aktifitas/istirahat
Gejala: Lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus
otot menurun, gangguan tidur dan istirahat
Tabel 2.7
Tingkat Kekuatan Otot
Skala Kekuatan (%) Ciri-ciri
0 0 Otot sama sekali tidak mampu
bergerak, berkontraksipun tidak,
bila dilepaskan dengan lengan
dan yungkai akan jatuh, 100%
-
39
Poltekkes Kemenkes Palembang
pasif.
1 10 Tampak kontraksi atau ada
sedikit gerakan da nada tahanan
sewaktu jatuh.
2 25 Mampu menahan gravitasi saja,
tapi dengan sentuhan akan jatuh
3 50 Dapat menahan tegak, tetapi
tidak mampu melawan
tekanan/dorongan dari
pemeriksa
4 75 Gerakan normal penuh,
menentang gravitasi dengan
sedikit penahanan (kekuatan
kurang)
5 100 Kekuatan otot penuh.
Sumber: Tambunan dan Kasim, (2011)
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau
dengan aktifitas, latergi atau disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala :Adanya riwayat hipertensi, infark miokard akut,
klaudikasi, kebas, kesemutan padaa ekstermitas, ulkus
pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda :Takikardia, perubahan tekanan darah postural, hipertensi,
nadi yang menurun atau tak ada, disritmia, krekels, kulit
panas, kering, kemeraahan bola mata cekung.
c. Integritas ego
Gejala : Stres, tergantung pada orang lain, masalah financial yang
berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas, peka rangsangan.
-
40
Poltekkes Kemenkes Palembang
d. Eliminasi
Gejala :Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa
nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK
baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : Urine encer, pucat, bening, poliuri (dapat berkembang
menjadi oliguri/anuria jika terjadi hipovolemia berat,
urine berkabut, bau busuk infeksi), abdomen keras,
adanya ansietas, bising usu lemah dan menurun,
hiperaktif (diare)
e. Makanan/cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual, muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan
berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu,
haus, penggunaan diuretic (tiazid)
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi
abdomen, muntaah, pembesaran tiroid (peningkatan
kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah
(bau halitosis/manis, bau buah (nafas aseton).
f. Neurosensori
Gejala: Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan,kebas, kelemahan
padaa otot, parestesia, gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, latergi, stupor/koma (tahap
lamjut), gangguan memori, reflek tendon menurun,
kejang.
g. Nyeri/keamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati
hati.
-
41
Poltekkes Kemenkes Palembang
h. Pernapasan
Gejala :Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum
purulen (tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(infeksi), frekuensi pernapasan.
i. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda :Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi,
menurunnya kekuatan umum/rentang gerak,
parestesia/paralisis otot termasuk otot pernapasan (jika
kadar kalium menurun dengan cukup tajam).
j. Seksualitas :
Gejala : rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten, pada
pria, kesulitan orgasme pada wanita.
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :faktor resiko keluarga, DM, penyakit jantung, stroke,
hipertensi, penyembuhan yang lambat, penggunaan obat
seperti steroid, diuretik/tiazid, dilantin dan fenobarbital
(dapat meningkatkan kadar glukosa darah)
Pertimbangan : mnunjukan rata rata lama di rawat 5 sampai 9
hari
Rencana pemulangan : mungkin memerlukan bantuan dalam
penagaturan diet, pengobatan, perawatan diri,
pemantauan terhadap glukosa darah.
-
42
Poltekkes Kemenkes Palembang
2.2.2 Diagnosa keperawatan
Pernyataan yang menggambarkan respons manusia (keadaan sehat atau
perubahan pola interaksi actual / potensial) dari individu atau kelompok
tempat perawat secara legal mengidentifikasi dan perawat dapat
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau
untuk mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah perubahan (Rohmah
& Walid, 2012).
Menurut Wikinson dan Ahem (2012), diagnosa keperawatan yang timbul
pada klien dengan Diabetes Mellitus adalah
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan berhubungan dengan mual dan muntah
2. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan
Perubahan persepsi, transmisi, dan/atau integrasi sensori
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
volume cairan aktif
4. Keletihan berhubungan dengan stress
5. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Gangguan
sirkulasi
7. Ketidakberdayaan berhubungan dengan Penyakit kronis atau
terminal
8. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan Keterbatasan
kognitif
2.2.3 Rencana keperawatan
Pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, dan
mengatasi masalah-masalah yang telah dalam diagnosis keperawatan.
Dalam perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat mampu
menetapkan cara menetapkan masalah dengan efektif dan efisien
(Rohmah & Walid, 2012).
-
43
Poltekkes Kemenkes Palembang
2.2.4 Implementasi
Merupakam langkah keempat dalam proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan. Tindakan yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini
perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya bahaya fisik,
teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman
tentang hak hak klien serta memahami tingkat perkembangan klien
(Hidayat, 2009)
Dapat disimpulkan bahwa tindakan keperawatan adalah berbagai tindakan
yang direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka menolong
klien guna mencapai suatu tujuan
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah & Walid, 2012)
Macam evaluasi menurut Rohmah & Walid, (2012) :
1. Evaluasi proses (formatif)
1) Evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan
2) Berorientasi pada etiologi
3) Dilakukan secara terus menerus
2. Evaluasi hasil (sumatif)
1) Evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara
paripurna
2) Berorientasi pada masalah keperawatan
3) Menjelaskan keberhasilan/ketidakberhasilan
4) Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan
kerangka waktu yang ditetapkan
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan
keperawatan.
1. Tujuan tercapai jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan
standar yang telah ditentukan.
-
44
Poltekkes Kemenkes Palembang
2. Tujuan tercapai sebagian atau klien masih dalam proses pencapaian
tujuan jika klien menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria
yang telah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukkan sedikit
perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali serta dapat timbul
masalah baru.
Komponen SOAP/SOAPIER
Menurut Rohmah & Walid, 2012, SOAPIER adalah :
1. S: data subjektif
Perawat menuliskan keluahan pasien yang masih dirasakan setelah
dilakukan tindakan keperawatan
2. O: Data Objektif
Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi
perawat secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah
dilakukan tindakan keperawatan
3. A: Analisis
Interpretasi dari data subjektif dan data objektif. Analisis merupakan
suatu masalah atau diagnosis yang masih terjadi.
4. P: Planning
Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan
yang telah ditentukan sebelumnya
5. I: Implementasi
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai
dengan instruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen P
(perencanaan). Jangan lupa menuliskan tanggal dan jam pelaksanaan
6. E: Evaluasi
Evaluasi adalah respons klien setelah dilakukan tindakan keperawatan
-
45
Poltekkes Kemenkes Palembang
7. R: Reassesment
Reassesment adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap
perencanaan setelah ketahui hasil evaluasi, apakah dari rencana
tindakan perlu dilanjutkan, didimodifikasi, atau dihentikan?
Tabel 2.9
Contoh evaluasi dengan menggunakan SOAPIER
Masalah
keperawatan
/ kolaboratif
Tanggal /
pukul
Catatan perkembangan Paraf
Nyeri akut 8-8-2007/
07.30 WIB
08.00
08.15
S: masih mengeluh nyeri
kepala, malah semakin hebat,
skala 8
O: terus meningkat 160/100
mmhg, nadi 100 x/mnt, kuat
memegangi kepala sambil
meringis menahan sakit
A: nyeri akut masih berlanjut
P:
1. rancana tindakan 1
dihentikan
2. rencana tindakan 2,3
dan 4 dilanjutkan
3. lakukan modifikasi
relaksasi dan massage
didaerah tengkuk dan
oksipital
I:
1. membatasi pengunjung
dengan memberitahu
keluarga tentang
pentingnya ketenangan
-
46
Poltekkes Kemenkes Palembang
09.00
09.10
untuk pasien dan
member tulisan
didepaan pintu
2. melakukan massage dan
meminta pasien untuk
melakukan teknik
relaksasi
3. mengukur tekanan darah
dan nadi
4. mengukur skala nyeri
E:
1. keluarga mampu
menyebutkan tujuan
pembatasan kunjungan
2. klien dapat menetapkan
teknik relaksasi dengan
irama pernapasan
lambat
3. tekanan darah 150/100
mmhg, nadi 88 x/menit,
skala nyeri 6
R : rencana tindakan harus
dihentikan
Sumber: Rohmah & Walid, (2012)