bab i fix baru

6
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Data yang dicatat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2009 ada 5.119.935 anak balita yang menderita gizi kurang dan gizi buruk. Seperti laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Bangladesh terdapat dua juta anak usia antara 6 bulan sampai lima tahun menderita kurang gizi akut dan merupakan masalah yang besar yang tengah dihadapi Bangladesh. Sedangkan dari laporan UNICEF dan Institusi Kesehatan Nutrisi Publik, tiap satu dari empat rumah tangga di Bangladesh mengalami kekurangan pangan dan dari dua juta 6 yang kekurangan gizi terdapat setengah juta yang menderita malnutrisi akut dan dari hasil survey 58% rumah tangga mengaku sulit mendapatkan makanan yang cukup sepanjang tahun 2008 akibat kenaikan harga bahan pangan (Kompas.com, 2009). 1 Secara nasional, prevalensi gizi di bawah pita hijau pada anak tahun 2013 adalah 19,6 persen, terdiri dari 5,7 persen gizi buruk dan 13,9 persen gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4 %) dan tahun 2010 (17,9 %) terlihat meningkat. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4 persen tahun 2007, 4,9 persen pada tahun 2010, dan 5,7 persen tahun 2013. Sedangkan prevalensi gizi kurang naik sebesar 0,9 persen dari 2007 dan 2013. Untuk

Upload: emc2

Post on 18-Feb-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sfcasvd

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I FIX BARU

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Data yang dicatat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2009

ada 5.119.935 anak balita yang menderita gizi kurang dan gizi buruk. Seperti laporan

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Bangladesh terdapat dua juta anak usia antara 6

bulan sampai lima tahun menderita kurang gizi akut dan merupakan masalah yang

besar yang tengah dihadapi Bangladesh. Sedangkan dari laporan UNICEF dan

Institusi Kesehatan Nutrisi Publik, tiap satu dari empat rumah tangga di Bangladesh

mengalami kekurangan pangan dan dari dua juta 6 yang kekurangan gizi terdapat

setengah juta yang menderita malnutrisi akut dan dari hasil survey 58% rumah tangga

mengaku sulit mendapatkan makanan yang cukup sepanjang tahun 2008 akibat

kenaikan harga bahan pangan (Kompas.com, 2009). 1

Secara nasional, prevalensi gizi di bawah pita hijau pada anak tahun 2013

adalah 19,6 persen, terdiri dari 5,7 persen gizi buruk dan 13,9 persen gizi kurang. Jika

dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4 %) dan tahun 2010

(17,9 %) terlihat meningkat. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari

5,4 persen tahun 2007, 4,9 persen pada tahun 2010, dan 5,7 persen tahun 2013.

Sedangkan prevalensi gizi kurang naik sebesar 0,9 persen dari 2007 dan 2013. Untuk

mencapai sasaran MDG tahun 2015 yaitu 15,5 persen maka prevalensi gizi buruk-

kurang secara nasional harus diturunkan sebesar 4.1 persen dalam periode 2013

sampai 2015. Namun masih terjadi disparitas antar provinsi yang perlu mendapat

penanganan masalah yang sifatnya spesifik di wilayah rawan (Riskesdas 2013).2,3

Data yang didapat dari enam wilayah Kota/Kabupaten Provinsi DKI Jakarta

menunjukkan dari sekitar 258.385 balita yang ditimbang atau sama dengan 50,7

persen dari jumlah balita yang ada yaitu 509.758, terdapat 155.581 (60,2 persen)

balita ditimbang memiliki berat badan naik, dan 2.288 balita atau kurang dari satu

persen diantaranya berada dibawah garis merah (BGM). Wilayah dengan persentase

Balita BGM terbanyak ada di wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu 2 persen, diikuti

Jakarta Utara, dan Jakarta Pusat Utara masing-masing sebesar 1,7 dan 1,5 persen. 3

Page 2: BAB I FIX BARU

Prevalesi gizi buruk di DKI Jakarta pada tahun 2012 sama dengan tahun 2011

yaitu sebesar 0,03 persen. Angka ini lebih baik dibandingkan dengan prevalensi gizi

buruk 3 tahun lalu (2009) yaitu sebesar 1,4 yang kemudian mengalami penurunan di

tahun 2010 menjadi 0,6 dan kembali turun pada tahun 2011 sebesar 0,03 persen.

Tahun 2012 terdapat 193 kasus gizi buruk, diantara lima wilayah (tidak termasuk data

Jakarta Timur), Jakarta Selatan merupakan wilayah dengan jumlah kasus gizi buruk

tertinggi yaitu 89 kasus, diikuti Jakarta Pusat dengan 43 kasus, dan wilayah dengan

gizi buruk terendah yaitu Jakarta Barat 12 kasus balita gizi buruk. 4

Judul ini dipilih sebagai penelitian karena disebabkan kurangnya penelitian

mengenai topik ini. Penelitian mengenai pengaruh berat badan lahir terhadap status

gizi anak bawah dua tahun dan faktor-faktor yang mempengaruhinya perlu dilakukan.

Diharapkan melalui penelitian ini dapat diketahui apa saja faktor-faktor yang

mempengaruhi status gizi anak bawah dua tahun di Indonesia, sehingga dapat

memberikan masukan terhadap peningkatan upaya kesehatan.

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas ditemukan masalah-masalah sebagai berikut :

1. WHO mencatat pada tahun 2009 ada 5.119.935 anak balita yang menderita

gizi kurang dan gizi buruk.1

2. Secara nasional, prevalensi gizi di bawah pita hijau pada anak tahun 2013

adalah 19,6 persen, terdiri dari 5,7 persen gizi buruk dan 13,9 persen gizi

kurang.2,3

3. Dari sekitar 258.385 balita yang ditimbang di wilayah Provinsi DKI

Jakarta, sejumlah 2.288 balita atau kurang dari satu persen diantaranya

berada dibawah garis merah (BGM).2,3

4. Sepanjang tahun 2012 terdapat 12 kasus balita gizi buruk di Jakarta Barat atau

merupakan angka terendah dari 6 wilayah kerja di DKI Jakarta.4

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan berat badan lahir terhadap status gizi anak

kurang dari dua tahun dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi di wilayah

kerja Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan.

Page 3: BAB I FIX BARU

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya sebaran dari berat badan lahir anak kurang dari dua tahun di

wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan.

2. Diketahuinya sebaran dari status gizi anak kurang dari dua tahun di

wilayah kerja Puskesmas Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan.

3. Diketahuinya sebaran dari berat badan lahir, umur ibu, pendidikan ibu,

status ekonomi, , pemberian ASI eksklusif, pengetahuan ibu, imunisasi di

wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan.

4. Diketahuinya hubungan berat badan lahir dengan status gizi anak kurang

dari dua tahun di Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan

5. Diketahuinya hubungan antara umur ibu, pendidikan ibu, status

ekonomi,pemberian ASI eksklusif, pengetahuan ibu, imunisasi dengan

status gizi anak kurang dari dua tahun di Puskesmas Kelurahan Tanjung

Duren Selatan

1.3 Hipotesis

Terdapat hubungan antara status gizi anak kurang dari dua tahun dengan

berat badan lahir anak dan dengan faktor-faktor lain seperti umur ibu, pendidikan

ibu, status ekonomi, pemberian ASI ekslusif, Pengetahuan ibu, dan imunisasi

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

1. Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah dipelajari pada saat

kuliah.

2. Mengetahui hubungan berat badan lahir dengan status gizi anak kurang

dari dua tahun di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren

Selatan.

3. Mengetahui serta memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam

melakukan penelitian.

4. Meningkatkan kemampuan komunikasi dengan masyarakat pada

umumnya dan pemuka masyarakat pada khususnya.

5. Mengembangkan daya nalar, minat dan kemampuan dalam bidang

penelitian.

1.4.2 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi

Page 4: BAB I FIX BARU

1. Mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi

atau tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan

pendidikan, penelitian dan pengabdian bagi masyarakat.

2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di

bidang kesehatan.

3. Meningkatkan rasa saling pengertian dan kerja sama antara mahasiswa dan

staf pengajar.

1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat

1. Meningkatan pengetahuan masyarakat mengenai status gizi anak kurang

dari dua tahun.

2. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan status gizi anak

kurang dari dua tahun.