bab i hubungan intensitas menonton tayangan … · masyarakat indonesia khususnya remaja yang...

23
BAB I HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON DRAMA REMAJA TERHADAP GAYA HIDUP HEDONIS PADA REMAJA PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Fenomena maraknya sinetron remaja belakangan ini di televisi memberikan dampak pada berubahnya pola gaya hidup pada remaja masa kini. Remaja masa kini cenderung mengidolakan para artis yang bermain dalam sinetron, sayangnya sinetron-sinetron yang marak ini cenderung mengajarkan gaya hidup hedonis. Oleh karena itu sinetron-sinetron ini diduga melatar belakangi gaya hidup hedonis yang kini diusung oleh remaja pada saat ini. Dalam dunia modern, komunikasi masyarakat didominasi oleh media massa dan media yang paling mendominasi aspek komunikasi modern saat ini adalah televisi. Berkembangnya teknologi komunikasi masyarakat diikuti juga dengan pertumbuhan industri pertelevisian yang kini telah merambah ke seluruh pelosok negeri. Sayangnya dengan posisi televisi yang sedemikian krusial, saat ini justru memprihatinan karena banyak sekali stasiun televisi lebih menekankan aspek hiburan dan mengabaikan aspek edukasi. Masing–masing industri pertelevisian bersaing untuk mendongkrak rating dan jumlah penonton. Mereka berlomba untuk menyuguhkan berbagai macam tayangan salah satunya adalah sinetron, tanpa menghiraukan apakah tayangan tersebut layak untuk dikonsumsi baik dari segi

Upload: nguyenliem

Post on 02-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN … · masyarakat indonesia khususnya remaja yang menjadi konsumen terbesar dalam ... dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks

BAB I

HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON

DRAMA REMAJA TERHADAP GAYA HIDUP HEDONIS PADA

REMAJA

PENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah

Fenomena maraknya sinetron remaja belakangan ini di televisi

memberikan dampak pada berubahnya pola gaya hidup pada remaja masa kini.

Remaja masa kini cenderung mengidolakan para artis yang bermain dalam

sinetron, sayangnya sinetron-sinetron yang marak ini cenderung mengajarkan

gaya hidup hedonis. Oleh karena itu sinetron-sinetron ini diduga melatar

belakangi gaya hidup hedonis yang kini diusung oleh remaja pada saat ini. Dalam

dunia modern, komunikasi masyarakat didominasi oleh media massa dan media

yang paling mendominasi aspek komunikasi modern saat ini adalah televisi.

Berkembangnya teknologi komunikasi masyarakat diikuti juga dengan

pertumbuhan industri pertelevisian yang kini telah merambah ke seluruh pelosok

negeri. Sayangnya dengan posisi televisi yang sedemikian krusial, saat ini justru

memprihatinan karena banyak sekali stasiun televisi lebih menekankan aspek

hiburan dan mengabaikan aspek edukasi. Masing–masing industri pertelevisian

bersaing untuk mendongkrak rating dan jumlah penonton. Mereka berlomba untuk

menyuguhkan berbagai macam tayangan salah satunya adalah sinetron, tanpa

menghiraukan apakah tayangan tersebut layak untuk dikonsumsi baik dari segi

Page 2: BAB I HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN … · masyarakat indonesia khususnya remaja yang menjadi konsumen terbesar dalam ... dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks

tayangan maupun jam tayang. Banyak sekali tayangan yang kontradiktif dengan

realita ini disinyalir menyebabkan masyarakat terhalusinasi dan cenderung untuk

berpihak pada mimpi ketimbang realitas tadi, ini pula yang menyebabkan banyak

dari remaja yang mulai menggusung gaya hidup hedonis yang di suguhkan

sinetron-sinetron kini sebagai trend remaja. televisi membawa perubahan pada

masyarakat, perkembangan informasi pun semakin cepat, semua ini membawa

banyak dampak bagi masyarakat. Salah satunya adalah berubahnya norma sosial

di masyarakat. Mengakibatkan perubahan-perubahan nilai-nilai pola hidup

masyarakat indonesia khususnya remaja yang menjadi konsumen terbesar dalam

industri hiburan.

Namun sangat disayangkan banyak tayangan televisi yang tidak

mendidik seperti sinetron–sinetron yang banyak mengadaptasi budaya luar yang

cenderung hedonis dan bertentangan dengan norma sosial, agama dan budaya.

Sinetron yang baik adalah sinetron yang didalamnya terkandung muatan edukasi,

bersifat mendidik dan berdasarkan kehidupan nyata sehari-hari, contohnya

sinetron keluarga cemara. (www.Republika.co.id). Tayangan sinetron konsumsi

orang dewasa yang sangat tidak pantas ditonton oleh seluruh anggota keluarga

terutama anak–anak ditayangkan pada jam–jam yang tidak seharusnya. Banyak

dari tayangan ini yang menampilkan dan mengajarkan gaya hidup hedonis yang

diadaptasi dari budaya barat serta adegan vulgar, hedonis dan tidak mendidik,

khususnya untuk anak–anak dan remaja. Maraknya sinetron sebagai tayangan

yang menyesatkan sehingga berimplikasi terhadap perilaku, gaya hidup hedonis,

dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks yang dilakukan remaja.

Page 3: BAB I HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN … · masyarakat indonesia khususnya remaja yang menjadi konsumen terbesar dalam ... dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks

Pengaruh sinetron sebagai penyebab perilaku hedonis pada remaja menyebabkan

perilaku gaya hidup yang tidak sehat dikalangan remaja.

Diakui atau tidak, film sedikit banyak akan mempengaruhi pola pikir.

Karena apa yang dilihat akan terekam dalam memori otak.

Menurut survey, bila otak sering menerima pesan yang sama bertubi-tubi, maka

lama kelamaan secara tidak sadar akan menerima hal itu sebagai suatu kebenaran,

walaupun sebenarnya hal itu benar–benar salah (www. Republika.co.id).

Dengan melihat pengaruh positif dan negatif sinetron tersebut,

masyarakat tetapi perlu waspada terhadap dampak-dampak negatif sinetron.

Bahaya sinetron, pengaruh negatif sinetron dan ragam dampak negatif lainnya

layak diwaspadai, terutama tertuju pada kelompok masyarakat yang banyak

dipengaruhi norma-norma dan nilai kelompok. Berdasarkan uraian diatas,

penelitian ini mencoba mengambil responden remaja sehingga akan tampak

apakah sikap hedonis pada remaja berkaitan dengan intensitas menonton sinetron

tayangan televisi

1. Gaya Hidup

Gaya hidup merupakan suatu mode kehidupan sehari–hari individu yang

dinyatakan dalam bentuk aktifitas, minat dan opini. Aktifitas dalam hal tersebut

diartikan sebagai cara individu mempergunakan waktunya. Minat diartikan

sebagai apa yang menarik dari suatu lingkungan sehingga individu tersebut

memperhatikan. Opini dimaksudkan sebagai apa yang individu tersebut pikirkan

tentang diri individu tersebut dan dunianya (Assael, 1996). Lebih lanjut, dalam

penelitian sebelumnya ketiga komponen tersebut lebih dikenal dengan istilah

Page 4: BAB I HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN … · masyarakat indonesia khususnya remaja yang menjadi konsumen terbesar dalam ... dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks

Activity, Interest dan Opinion yang disingkat sebagai AIO. Ketiga komponen

tersebut merupakan penjabaran kerangka sikap, minat dan opini berdasarkan

penelitian dari Wells dan Tigert (Susianto, 1993). Dalam penekanan yang lain

gaya hidup juga didefinisikan sebagai pola di mana orang hidup dan

menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup adalah fungsi motivasi konsumen

dan pembelajaran sebelumnya, kelas sosial kelas sosial, demografi, dan variabel

lain. Gaya hidup adalah konsepsi ringkasan yang mencerminkan nilai konsumen

(Engel, dkk, 1992).

Wells dan Tigert (Susianto, 1993) mengembangkan tehnik pengukuran

gaya hidup melalui pengembangan sistem AIO yang mendasarkan pada kegiatan

minat dan opini. Ke tiga aspek tersebut dapat diturunkan lebih detail menjadi

dimensi–dimensi utama. Selanjutnya untuk memudahkan pelaksanaan maka ke

tiga aspek tersebut didefinisikan lebih detail. Definisi dari ke tiga aspek tersebut

adalah sebagai berikut :

a. Minat.

Adalah tingkat kesenangan yang timbul secara khusus dan membuat orang

tersebut memperhatikan terhadap obyek, peristiwa atau topik tertentu

obyek peristiwa atau topik tersebut dapat meliputi keluarga, rumah,

perkerjaan, komunitas, rekreasi, mode, media dan prestasi.

b. Aktivitas.

Merupakan tindakan nyata yang dapat diamati seperti bercakap-cakap,

belanja, berpergian, kegiatan sosial, hiburan dan olah raga. Dalam

Page 5: BAB I HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN … · masyarakat indonesia khususnya remaja yang menjadi konsumen terbesar dalam ... dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks

pengukuran ini aktifitas lebih ditujukan kepada alasan-alasan untuk

melakukan tindakan tersebut.

c. Opini

Adalah respon seseorang secara lisan atau tulisan terhadap stimulus yang

muncul. Stimulus atau situasi tersebut dapat berupa isu sosial, produk,

masa yang akan datang, komunitas, olah raga dan hiburan.

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah

pola hidup yang unik yang dinyatakan dalam aktivitas, minat dan opini sebagai

pencerminan dari kepribadian, motivasi, hasil belajar dan kelas sosial.

2. Hedonis

Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa

kesenangan dan kenikmatan hidup adalah tujuan utama (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 1988). Pengertian gaya hidup hedonis menurut Susianto (1993) adalah

pola hidup yang mengarahkan aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup

seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah, lebih banyak bermain,

senang pada keramaian kota, senang membeli barang-barang mahal untuk

memenuhi kesenangannya dan selalu ingin menjadi pusat perhatian.

Adapun karakteristik dari individu yang memiliki gaya hidup hedonis

adalah remaja yang cenderung impusif, lebih irasional, cenderung follower dan

mudah dibujuk secara emosional (Surindo, 1995) selain itu Susianto (1993)

menyebutkan ciri-ciri remaja yang selalu menyelesaikan masalah bila mengalami

kesulitan dengan keluar rumah yaitu dengan cara bermain. Adanya kecenderungan

gaya hidup hedonis remaja dibuktikan oleh penelitian Coleman (dalam Hamalik,

Page 6: BAB I HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN … · masyarakat indonesia khususnya remaja yang menjadi konsumen terbesar dalam ... dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks

1995) tentang dominan budaya anak muda seperti senang berdansa atau senang

berpesta, punya mobil, disenangi teman-teman, senang hura-hura dan lain

sebagainya selain dalam hal mata pelajaran. Selain penelitian tersebut berdasarkan

pengamatan di gejala sosial pada saat ini (Susanto, 2001), trend gaya hidup café

banyak digemari oleh banyak kalangan khususnya remaja. Kafe tenda yang

dikemas secara atraktif dan inovatif sudah memberikan citra sebagai tempat

prestisius.

Berdasarkan uraian dari pengertian gaya hidup hedonis diatas, dapat

disimpulkan bahwa kecenderungan gaya hidup hedonis adalah suatu pola perilaku

yang dapat diketahui dari aktivitas,minat maupun pendapat seseorang yang selalu

melakukan pada kesenangan hidup.

3. Intensitas Menonton Tayangan Sinetron Drama Remaja

Intensitas dalam kehidupan sehari-hari menggambarkan tingkat atau

ukuran (tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, 1998).

Selanjutnya, dalam kamus Bahasa Inggris intensitas di istilahkan dengan intensity,

diartikan dengan kehebatan (hebat,kuat) (Echols & Shadily, 1997). Azhwar

(1998) mengartikan intensitas sebagai kekeuatan atau kedalaman sikap terhadap

sesuatu. Sementara Dahrendorf (dalam Zamroni,1992) menyatakan bahwa

intensitas adalah sebuah istilah yang terkait dengan “pengeluaran energi” atau

banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam waktu tertentu.

Sinetron merupakan kependekan dari sinema elektronik. Selanjutnya,

dalam kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, sinema sendiri mempunyai arti

gambar hidup atau film. Sedangkan elektronik yang berasal dari kata elektronika

Page 7: BAB I HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN … · masyarakat indonesia khususnya remaja yang menjadi konsumen terbesar dalam ... dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks

dalam kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah cabang ilmu Fisika yang

berhubungan dengan pembuatan aktivitas, dan efek-efek dari elektron dalam

gerakan dalam tabung kosong, tabung berisi gas, semi konduktor, dan peralatan-

peralan lainnya. Dari pengertian di atas sinetron sendiri merupakan gambar hidup

atau film yang muncul dari peralatan elektronis yakni televisi

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sinetron drama remaja

adalah sinema elektronik yang mengkisahkan kehidupan remaja dalam

kesehariannya dan permasalahan hidupnya.

Page 8: BAB I HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN … · masyarakat indonesia khususnya remaja yang menjadi konsumen terbesar dalam ... dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks

BAB II

Metode Penelitian

A. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini subyek yang digunakan adalah remaja tengah yang

berusia 15-18, siswa remaja sekolah menengah umum (SMU), yakni siswa SMU

91 Jakarta Timur kelas dua.

Subyek ditentukan oleh pihak sekolah, sesuai persyaratan subyek.

Subyek adalah remaja pendidikan kelas dua SMU.

Subyek sengaja dipilih remaja dengan alasan sebagai berikut ini :

1. Remaja merupakan salah satu subkultur masyarakat yang banyak

menonton acara-acara televisi sehingga berpotensi terkena pengaruh

sinetron.

2. Remaja pada kenyataannya menjadi sasaran rating sinetron yang potensial

3. Remaja memiliki sikap dan perilaku gaya hidup hedonis.

B. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini melibatkan beberapa jenis

data yang dikumpulkan yaitu :

1. Skala Intensitas Menonton.

Untuk mengukur intensitas menonton tayangan televisi berisi budaya

hedonis yang dilakukan oleh remaja diungkap dengan skala. Tayangan

yang mengandung hedonisme dalam penelitian terdiri dari sinetron drama

remaja yang ditayangkan di stasiun televisi.

Page 9: BAB I HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN … · masyarakat indonesia khususnya remaja yang menjadi konsumen terbesar dalam ... dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks

Skala intensitas menonton terdiri dari dua aspek yaitu aspek frekuensi

menonton dan aspek jumlah dari sinetron drama remaja yang ditonton.

Skala intensitas menonton terdiri dari sepuluh aitem yang terdiri dari dua

aspek yaitu frekuensi menonton dan jumlah sinetron drama remaja yang

ditonton. Aitem skala tersebut disusun dalam model Likert terdiri dari tiga

alternatif jawaban yang tersedia. Setiap aitem diberi nilai satu sampai tiga,

yaitu (a = 3), (b = 2), (c = 1).

Tabel 1 Blue Print Skala Intensitas Menonton Tayangan Sinetron Drama Remaja

Aspek Nomor butir jumlah Frekuensi menonton

a) Berapa kali dalam periode waktu tertentu

b) Berapa waktu yang dihabiskan

1,4

3,5,6,8,9,10

2

6

Jumlah judul sinetron yang ditonton

7,2 2

Jumlah 10 10

2. Skala Gaya Hidup Hedonis

Alasan menggunakan metode skala yaitu :1) subyek merupakan orang

yang paling tahu tentang keadaan dirinya sendiri. 2) pernyataan subyek

kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. 3) interpretasi subyek

tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan peneliti sama dengan yang

dimaksudkan peneliti (Hadi, 1986).

Angket yang digunakan untuk mengungkap gaya hidup hedonis yang

disusun oleh peneliti berdasarkan teori Plummer (dalam Susianto,1994).

Aitem-aitem angket gaya hidup hedonis terdiri dari 40 aitem terdiri dari

tiga aspek yaitu ; aktivitas, minat, dan opini. Angket gaya hidup hedonis

Page 10: BAB I HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN … · masyarakat indonesia khususnya remaja yang menjadi konsumen terbesar dalam ... dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks

disusun dalam model likert yang telah dimodifikasi sehingga hanya terdiri

dari 4 alternatif jawaban yang tersedia, terdiri dari pernyataan Favorable

yaitu, SS ( Sangat Setuju) = 4, S ( Setuju) = 3, TS ( Tidak Setuju) = 2, STS

( Sangat Tidak Setuju) = 1, sedangkan pernyataan unfavorable yaitu, STS

(Sangat Tidak Setuju) = 4, TS ( Tidak Setuju) = 3, S( Setuju) = 2, SS

(Sangat Setuju) = 1. Aspek-aspek dari skala gaya hidup hedonis seperti

yang terlihat dalam table di bawah ini :

Tabel 2 Blue Print Gaya Hidup Hedonis Pada Remaja

Aspek Favorable Unfavorable Jumlah Aktivitas 4,15,20,24,27,32,33 3.6 9

Minat 1,7,8,9,10,13,16,17,21,25,34,35,37 2,5 15 Opini 12,14,18,19,22,26,28,29,31,36,38,39,40 11,23,30 13 Total 33 7 40

C. Metode Analisis Data

Tehnik analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara

intensitas menonton tayangan sinetron drama remaja dengan kecenderungan

gaya hidup hedonis adalah tehnik korelasi product moment dari Karl Pearson.

Tehnik ini dilakukan dengan menggunakan seri program statistik (SPS-11.00),

Versi IBM/IN, For Windows.

Page 11: BAB I HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN … · masyarakat indonesia khususnya remaja yang menjadi konsumen terbesar dalam ... dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks

BAB III

Hasil Penelitian

Data pelengkap mengenai deskripsi subyek penelitian adalah mengenai

kategorisasi intensitas menonton sinetron drama remaja yang berisi budaya

hedonis dan kategorisasi gaya hidup hedonis. Dalam deskripsi data penelitian

terdapat gambaran yang penting mengenai keadaan subyek penelitian dan

memperkuat hasil analisis statistik untuk pengukuran hipotesis (Azwar, 1993).

Kategorisasi intensitas menonton sinetron drama remaja yang berisi budaya

hedonis dan kategorisasi gaya hidup hedonis dibagi menjadi 3 bagian. Penentuan

batasan untuk menetapkan kategorisasi tersebut menggunakan kriteria sebagai

berikut :

1) Tinggi/Positif = X ? ? + 1,0 s 2) Sedang/Netral = ? – 1,0 s ? X ? ? + 1,0 s 3) Rendah/Negatif = X ? ? – 1,0 s

Keterangan:

? = mean hipotetik

? = standar deviasi

a) Skala Intensitas Menonton Sinetron Drama Remaja

Penjabaran penggunaan kriteria diatas untuk Skala intensitas menonton

sinetron drama remaja adalah sebagai berikut :

Tabel 6 Deskripsi Statistik Data Penelitian Intensitas Menonton

Hipotetik Empirik Variabel X min X max Mean X min Xmax Mean SD

Intensitas Menonton 10 30 20 10,00 30,00 19,89 7,15

Page 12: BAB I HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN … · masyarakat indonesia khususnya remaja yang menjadi konsumen terbesar dalam ... dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks

Keterangan:

? Hipotetik

X min = jumlah aitem x skor minimal X max = jumlah aitem x skor maksimal Mean = X min + X max

2 ? Empirik

Nilai X min, X max, mean, dan SD empirik dapat dilihat pada output hasil

analisis SPSS 11.00 for windows.

Berdasarkan sebaran empirik dari skor skala Intensitas menonton tayangan

sinetron drama remaja maka subjek penelitian bisa dikelompokkan menjadi tiga

kategori, seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 7 Kategorisasi Data Intensitas Menonoton Tayangan Sinetron Drama Remaja

No Kategorisasi Norma Jumlah Subyek Persen 1 Rendah X ? 16,67 20 30,30 % 2 Sedang 16,67 ? X ? 23,33 26 39,40 % 3 Tinggi X ? 23,33 20 30,30 %

Keterangan:

? = (10x 3) + (10 x 1) 2

= 20 s = (10 x 3) – (10 x 1)

6 = 3,33

Dari tabel diatas, didapati bahwa subjek penelitian ini berada dalam

kategori sedang dengan rentang 16,67 = x ? 23,33 untuk sedang. Ini berarti

intensitas menonton tayangan sinetron subyek tidak berperan sangat tinggi.

b) Skala Gaya Hidup Hedonis Pada Remaja

Page 13: BAB I HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN … · masyarakat indonesia khususnya remaja yang menjadi konsumen terbesar dalam ... dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks

c) Penentuan batasan untuk menetapkan kategorisasi menggunakan kriteria

sebagai berikut :

1) Tinggi/Positif = X ? ? + 1,0 s 2) Sedang/Netral = ? – 1,0 s ? X ? ? + 1,0 s 3) Rendah/Negatif = X ? ? – 1,0 s

Keterangan:

? = mean hipotetik

? = standar deviasi

Penjabaran penggunaan kriteria diatas untuk Skala Gaya Hidup Hedonis

Pada Remaja adalah sebagai berikut :

Tabel 8 Deskripsi Statistik Data Penelitian Gaya Hidup Hedonis

Hipotetik Empirik Variabel X min X max Mean X min Xmax Mean SD

Gaya Hidup Hedonis 32 128 80 41,00 118,00 85,01 19,20

Keterangan:

? Hipotetik

X min = jumlah aitem x skor minimal X max = jumlah aitem x skor maksimal Mean = X min + X ma

2 ? Empirik

Nilai X min, X max, mean, dan SD empirik dapat dilihat pada output hasil

analisis SPSS 11.00 for windows.

Berdasarkan sebaran empirik dari skor Skala Gaya Hidup Hedonis Pada

Remaja maka subjek penelitian bisa dikelompokkan menjadi tiga, seperti pada

tabel berikut ini:

Page 14: BAB I HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN … · masyarakat indonesia khususnya remaja yang menjadi konsumen terbesar dalam ... dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks

Tabel 9 Kategorisasi Data Gaya Hidup Hedonis Pada Remaja

No Kategorisasi Norma Jumlah Subyek Persen 1 Rendah X ? 53,33 7 10,61 % 2 Sedang 53,33? X ? 106,67 47 71,21 % 3 Tinggi X ? 106,67 12 18,18 %

Keterangan:

? = (32x 4) + (32x 1) 2

= 80 s = (32 x 4) – (32 x 1)

6 =26,67

Dari tabel di atas, diketahui subjek pada penelitian ini termasuk dalam

kategori sedang/netral dengan rentang 53,33 = X < 106,67. Artinya, bahwa para

subyek ini tidak memiliki gaya hidup hedonis secara ekstrim positif dan ekstrim

negatif.

1. Uji Asumsi

Uji asumsi yang diperlukan sebagai syarat untuk menentukan uji hipotesis

adalah uji normalitas dan uji linearitas. Uji asumsi dilakukan dengan

menggunakan SPSS 11.00 For Windows.

a) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah setiap variabel

terdistribusi secara normal. Uji normalitas dilakukan pada variabel

Intesitas Menonton Tayangan Sinetron Drama Remaja dan Gaya Hidup

Hedonis Pada Remaja dengan menggunakan tehnik One Sample

Kolmogorov-Smirnov Test pada program SPSS 11.00 for windows. Data

dikatakan normal apabila nilai p > 0,05. Dari hasil analisis diperoleh

sebaran skor variabel Intensitas Menonton Tayangan Sinetron Drama

Page 15: BAB I HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN … · masyarakat indonesia khususnya remaja yang menjadi konsumen terbesar dalam ... dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks

Remaja adalah (KS-Z =1, 292 ; p =0,071) hasil yang diperoleh p > 0,05

maka dinyatakan normal, dan untuk variabel Gaya Hidup Hedonis Pada

Remaja adalah (KS- Z = 0,970 ; p = . 0,304) hasil yang diperoleh p >

0,05 maka dinyatakan normal.

b) Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel

prediktor dan variabel kriterium. Dalam penelitian ini yaitu untuk

mengetahui hubungan antara variabel intensitas menonton tayangan

sinetron drama remaja terhadap gaya hidup hedonis. Dari uji linearitas

dapat diketahui berapa besar arti taraf penyimpangan dari linearitas

hubungan tersebut. Apabila penyimpangan tersebut tidak berarti maka

hubungan antara variabel prediktor dan variabel kriterium dianggap

linear. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan tehnik means

linearity dari program SPSS 11.00 for windows. Data dikatakan linear

apabila p linearity < 0,05 dan p deviation from linearity > 0,05. Dari

hasil analisis diperoleh hasil yang linear dengan nilai F= 79,957 (p

linearity = 0,000 dan p deviation from linearity = 0,904).

2. Hasil Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan tehnik korelasi product

moment dari Pearson. Hasil product moment menunjukan adanya hubungan yang

sangat signifikan antara Intesitas Menonton Tayangan Sinetron Drama Remaja

dengan Gaya Hidup Hedonis Pada Remaja yaitu dengan r sebesar 0,765 dengan

p= 0,00 , p<0,01 sangat signifikan maka hipotesis diterima. Hal ini menunjukan

Page 16: BAB I HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN … · masyarakat indonesia khususnya remaja yang menjadi konsumen terbesar dalam ... dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks

bahwa hipotesis yang menyatakan hubungan antara Intensitas Menonton

Tayangan Sinetron Drama Remaja denga Gaya Hidup Hedonis Pada Remaja dapt

diterima. Nilai korelasi bertanda positif artinya gerak dari kedua variabel tersebut

searah. Hal ini berarti semakin tinggi intensitas menonton tayangan drama remaja

maka akan semakin tinggi gaya hidup hedonis pada remaja, dengan demikian

hipotesis dapat diterima

Page 17: BAB I HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN … · masyarakat indonesia khususnya remaja yang menjadi konsumen terbesar dalam ... dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks

BAB IV

A. PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil r = 0,765 dan p =

0,00 , p > 0,01 maka hasil yang didapat sangat signifikan. Hipotesis yang diajukan

terbukti bahwa ada hubungan yang positif antara intensitas menonton tayangan

sinetron drama remaja terhadap gaya hidup hedonis pada remaja, artinya semakin

tinggi intensitas menonton tayangan sinetron drama remaja maka akan semakin

tinggi pula gaya hidup hedonis pada remaja begitu pula sebaliknnya. Sesuai

dengan teori (Fine, dkk dalam Santrock, 2003) jumlah waktu yang dihabiskan

untuk suatu kegiatan merupakan indikator pentingnya kegiatan tersebut. Dalam

penelitian ini maka frekuensi menonton merupakan indikator dari penting dari

intensitas menonton tayangan sinetron drama remaja.

Pengaruh intensitas menonton dengan perilaku dan gaya hidup remaja juga

diperkuat dengan hasil penelitian televisi dan seks. Dalam sebuah studi baru-baru

ini, empat program TV yang paling digemari remaja adalah program-program

yang paling banyak mengandung pesan-pesan seksual (Ward dalam

Santrock,2003). Menonton seks di televisi dapat mempengaruhi beberapa perilaku

remaja. Dalam sebuah studi, mahasiswa yang sering menonton opera sabun

(dengan tema seksual berat) menyebutkan perkiraan yang lebih tinggi mengenai

jumlah hubungan perselingkuhan, yang menghasilkan anak haram, dan yang

melakukan perceraian dibandingkan angka sebenarnya di dunia nyata, daripada

yang tidak sering menontonnya (Buerkel-Rothfuss & Mayers dalam Santrock,

2003). Remaja yang sering menonton televisi kesulitan memisahkan dunia televisi

Page 18: BAB I HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN … · masyarakat indonesia khususnya remaja yang menjadi konsumen terbesar dalam ... dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks

dengan dunia maya (Truglio dalam Santrock, 2003). Menurut Bandura, kita

belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan atau

peneladanan (modeling). Perilaku merupakan hasil faktor kognitif dan

lingkungan. Jadi dengan seberapa besar atau seringnya individu melihat tayangan

sinetron, akan terjadi proses peniruan atau

Kehadiran televisi dalam kehidupan remaja merupakan suatu hal yang tak

terhindarkan, yang perlu dicermati adalah bagaimana pengaruhnya terhadap

perilaku remaja, mengingat salah satu cara belajar remaja menurut teori belajar

sosial adalah melalui peniruan. Teori ini menjelaskan bahwa perilaku hedonis

terjadi sama dengan perilaku manusia, yaitu melalui imitasi (Crider, 1983). Dari

uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara intensitas

menonton tayangan sinetron drama remaja terhadap gaya hidup hedonis pada

reamaja.

B. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Hasil analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : koefisien korelasi ( r )

sebesar 0,765 dengan p sebesar 0,00 < p < 0,05 ). Hasil tersebut menunjukan ada

hubungan yang positif yang signifikan antara intensitas menonton sinetron drama

remaja yang berisi budaya hedonis dengan kecenderungan gaya hidup hedonis

pada remaja. Hubungan yang positif yang signifikan di antara kedua variable

tersbut mengindikasikan bahwa semakin tinggi intensitas menonton tayangan

sinetron drama remaja yang berisi budaya hedonis maka kecenderungan gaya

hidup hedonis pada remaja akan tinggi pula. Sebaliknya jika intensitas menonton

Page 19: BAB I HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN … · masyarakat indonesia khususnya remaja yang menjadi konsumen terbesar dalam ... dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks

tayangan sinetron drama remaja yang berisi budaya hedonis rendah maka

kecenderungan gaya hidup hedonis pada remaja akan rendah juga.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, dapat diajukan saran

sebagai berikut.

1. Saran kepada orang tua.

Hasil penelitian menunjukan bahwa remaja yang memiliki intensitas tinggi

menonton tayangan sinetron drama remaja yang berisi budaya hedonis memiliki

kecenderungan yang tinggi untuk berperilaku dengan gaya hidup hedonis.

Sebaliknya jika remaja yang rendah intensitas menonton tayangan sinetron drama

remaja yang berisi budaya hedonis memeiliki kecenderungan yang rendah untuk

berperilaku gaya hidup hedonis. Oleh karena itu disarankan kepada para orang tua

untuk lebih memperhatikan jenis tayangan televisi yang sering ditonton oleh

anak-anaknya. Hal ini tidak berarti harus melarang anak-anak untuk menoton

tayangan televisi, melainkan dengan cara mendampinginya dan berkomunikasi

dengan cara yang persuasif dan komunikatif, dalam menonton televisi. Sehingga

anak-anak memahami dengan kesimpulan sendiri bahwa ada perilaku yang baik

dan patut dicontoh ada juga perilaku yang yang tidak baik dantidak layak untuk

dicontoh dalam tayangan televisi.

2. Saran Kepada Para Remaja.

Tugas utama seorang pelajar adalah belajar. Menonton televisi tidak dilarang

bagi seorang pelajar, asalkan dapat mengambil waktu secara bijaksana. Aktivitas

menonton televisi boleh saja dilakukan setelah selesai mengerjakan pekerjaan

Page 20: BAB I HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN … · masyarakat indonesia khususnya remaja yang menjadi konsumen terbesar dalam ... dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks

rumah ( PR ) dan persiapan lainnya yang akan dibawa ke sekolah esok hari tidak

baik pula jika para remaja menonton televisi terlalu larut malam karena mingkin

dapat mengganggu aktivitas di sekolah atau aktivitas lain di rumah.

3. Saran Kepada Stasiun Televisi

Televisi pada saat ini mempunyai pengaruh yang amat besar pada

masyarakat dan telah menjangkau hampir ke seluruh pelosok negeri. Oleh karena

itu hendaknya stasiun televisi lebih bijaksana dan lebih selektif lagi dalam

memilih jenis tayangan untuk disiarkan begitu pula dengan jam penayangannya.

Karena masih banyak tayangan yang tidak mendidik serta ditayangan pada jam

yang tidak tepat. Televisi juga diharapkan mampu memberikan tayangan televisi

yang menghibur sekaligus memberikan pendidikan yang baik, tidak sekedar

mengejar sukses rating dan komoditas pasar.

4. Saran untuk peneliti selanjutnya.

Untuk penelitian selanjutnya, peneliti agar dapat mengembangkan lebih

banyak lagi kasus untuk diteliti seperti pengaruh telavisi terhadap gender dan

strereotype rasial atau etnik.

Page 21: BAB I HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN … · masyarakat indonesia khususnya remaja yang menjadi konsumen terbesar dalam ... dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks

DAFTAR PUSTAKA

Abrar, A.Z, 1996, Televisi dan Nilai Hidup Pemirsanya, Yogyakarta : Makalah

Diskusi Bulanan, Yayasan Insan Kamil tanggal 21 juni 1996. Adi Surya, Farkhan. 1999. Perbedaan Tingkat Konformitas Ditinjau Dari Gaya

Hidup Pada Remaja. Psikologika nomor 7. Ajzen and fieshbien, 1975 . Belief, Atitude and Behaviour Intention, an

introduction to social research. New York : Mac Millan company. Apollo . (2003). Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Televisi Berisi

Kekerasan, Persepsi Terhadap Keharmonisan Keluarga, Jenis Kelamin dan Tahap Perkembangan Dengan Kecenderungan Agresivitas Pada Remaja. Tesis (Tidak Diterbitkan. Fakultas Psikologi UGM.

Atkinson , Rita L, Atkinson, Richard C. Smith, Edward E . smith , Daryl j . 2001

Pengantar Psikologi . jilid 1dan jilid 2 . Batam : interaksa

Biagi , R,E. “(1990) . An Introduction To Mass Media. New York: Harper Collins Publishers. Inc.

Baran, J, Stanley. 2004. Introduction To Mass Communication Media, Fourth

Edition, New York : Mcgraw-Hill Companies Inc.

Cole , L., 1963, Psychology Of Adolescence, fifth edition , New York : Holt, Rinehart and Wistan.

Douvan , E., and Adelson , J., 1996, The Adolescence Experience, New York :

John willey and Sons Echols, J.M & Shadily, H ( 1987 ) . Kamus Inggris Indonesia. Jakarta : PT

Gramedia

Enggel, J.F : Blacwell , R.D , Miniard , P .W., 1992. Consumer Behaviour. Second edition. Chicago : Dryden Press

Enggel, J.F : Blackwell . R.D; Miniari . P .W . 1990 . Consumer Behaviour. Sixth

edition. New York : Longman Inc. Furhmann , B.S. ( 1990). Adolesence second Edition Illinois : A. Division of Scott

Foresman & Company.

Page 22: BAB I HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN … · masyarakat indonesia khususnya remaja yang menjadi konsumen terbesar dalam ... dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks

Giles . David , 2003, Media Psychology. New Jersey : Lawrence Erlbaum

Associates.

Hamalik , O., 1995 . psikologi Remaja . Bandung : mandar Maju. Hurlock, E. B., 1973, Adolescence Development, Tokyo: Mc Graw Hill. Irwanto , elia , herman ., dan Kndou , J.W., 1989, psikologi Umum , Buku

Panduan Mahasiswa, jkarta . Gramedia Jersild , A. T., 1963, The Psychology of Adolesence, New York : Mc Millan

Jenowitz , M., & Hirsch , P.M (1981) Reader in Public Opinion and Mass Comunication. Third Edition. New York : The Free Pass

Kasali , R, 1998. Membidik Pasar Indonesia : segmentasi, tergetting. Dan

postioning Jakarta : Gramedia.

Martini, W., & Adiyanti , M.G (1992). Pengaruh Film Televisi Terhadap Tingkah Laku Agresif Anak. Jurnal Psikologi. 1, !-4.

Murtiana, Harjanti . ( 2001). Hubungan Antara Motif Berafiliasi Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis Pada Remaja. Yogyakarta. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta. Fakultas Psikologi UGM.

Partasari., W.D (1996). Pola Menonton Televisi Pada Anak Usia 10-13 Tahun di SDN Percobaan 2 Yogyakarta. Skripsi ( Tidak Diterbitkan ). Yogyakarta. Fakultas Psikologi UGM.

Rahmat, Jalaludin. 2003. Psikologi Komunikasi. Edisi revisi. Bandung :PT Remaja Rosdakarya.

Ratna,W. (1999). Nonton Televisi dan Aktivitas Membaca pada Anak. Buletin Psikologi. 7,58-65

Rice , R.E. (1984). The New Media : Comunication Reaserch and Technology.

Beverly Hills: Sage Publication Inc Robbins, S.P. 2003. Perilaku Organisasi . jilid 1 dan jilid 2 . jakarta : penerbit PT

Indeks Santrock , J . W. 2003 . Adolescence. Edisi ke enam. Penerbit Erlangga

Page 23: BAB I HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN … · masyarakat indonesia khususnya remaja yang menjadi konsumen terbesar dalam ... dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks

Susanto , A . B ., 2001 . Potret-potret Gaya Hidup Metropolis. Jakarta : kompas

Susianto, H. 1993. Studi Gaya Hidup Sebagai Upaya Mengenali Kebutuhan Anak Muda. Jurnal psikologi dan masyarakat vol 1dan no 1 hal 55.76.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1998). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Tucher, L.A. (1987) Televisions Teenegers, and Health, Journal of Youth and Adolescence. 16 (5). 415-425

Theresia, W (2000). Agar Anak Tidak Kecanduan Televisi. Http:// www. Pustekom.go.id / Antara Tv. Htm

Walgito, Bimo . 2002 . Pengantar Psikologi Umum . Edisi ketiga . Yogyakarta . Andi ofset.

Zamroni . (1992) . Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Yogyakarta : PT

Tiarawacana.

www. Republika .co.id / 9607 /20 /20 tv. Hl. Html

www. Kompas Cyber media. com