bab i makalah new

3
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit karies gigi sampai sekarang masih menjadi masalah utama di bidang kedokteran gigi. Menurut Sintawati (dalam Nurhidayat et al., 2012) prevalensi karies gigi tinggi yaitu 97,5%, pengalaman karies (DMF- T) mendekati 2,84 pada kelompok usia 12 tahun. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 membuktikan terdapat 76,2% anak Indonesia pada kelompok usia 12 tahun (kira-kira 8 dari 10 anak) mengalami gigi berlubang. Sedangkan SKRT tahun 2004 yang dilakukan oleh Depkes menyebutkan bahwa prevalensi karies gigi di Indonesia adalah berkisar antara 85% - 99% (Sintawati, 2009). Oleh karena itu, harus mendapat perhatian sepenuhnya, tidak hanya dari segi cara menanganinya yang sudah terkena karies saja, tetapi juga bagaimana cara mencegah karies (McDonald et al., dalam Tedjosasongko et al., 2008). Permukaan oklusal gigi posterior merupakan daerah yang paling rawan terjadinya karies. Bentuk anatomis gigi ini yang memungkinkan terjadinya retensi dan maturasi plak. Istilah karies fisura menggambarkan adanya karies pada pit dan fisur, karies berawal dari dinding-dinding fisura. Karies ini membesar ukurannya

Upload: anis-vina

Post on 27-Jan-2016

222 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

bab1

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Makalah New

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit karies gigi sampai sekarang masih menjadi masalah utama di bidang

kedokteran gigi. Menurut Sintawati (dalam Nurhidayat et al., 2012) prevalensi

karies gigi tinggi yaitu 97,5%, pengalaman karies (DMF-T) mendekati 2,84 pada

kelompok usia 12 tahun. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

tahun 2001 membuktikan terdapat 76,2% anak Indonesia pada kelompok usia 12

tahun (kira-kira 8 dari 10 anak) mengalami gigi berlubang. Sedangkan SKRT

tahun 2004 yang dilakukan oleh Depkes menyebutkan bahwa prevalensi karies

gigi di Indonesia adalah berkisar antara 85% - 99% (Sintawati, 2009). Oleh karena

itu, harus mendapat perhatian sepenuhnya, tidak hanya dari segi cara

menanganinya yang sudah terkena karies saja, tetapi juga bagaimana cara

mencegah karies (McDonald et al., dalam Tedjosasongko et al., 2008).

Permukaan oklusal gigi posterior merupakan daerah yang paling rawan

terjadinya karies. Bentuk anatomis gigi ini yang memungkinkan terjadinya retensi

dan maturasi plak. Istilah karies fisura menggambarkan adanya karies pada pit dan

fisur, karies berawal dari dinding-dinding fisura. Karies ini membesar ukurannya

dan menyatu pada dasar fisura. Karies enamel akan melebar ke arah dentin di

bawahnya sesuai dengan arah prisma enamelnya. Arah perkembangan karies ke

lateral sehingga terbentuk karies yang menggaung. Pada gigi sulung, rata-rata

karies yang terbatas hanya mengenai enamel terjadi 2 – 3 kali lebih cepat

dibandingkan gigi permanen. 3 – 5 kali lebih cepat pada karies yang menganai

dentin (Bakhshandeh et al., 2015).

Menurut M. John Hick (dalam Hersilia, 2013), sejumlah pilihan perawatan

bagi para doketr gigi dalam merawat pit dan fisura meliputi :

a. Melalui pengamatan (observasi), menjaga oral hygiene, dan pemberian

fluor

b. Pemberian sealent

Page 2: BAB I Makalah New

Fissure sealent merupakan bahan yang diletakkan pada pit dan fisura gigi yang

bertujuan untuk mencegah proses karies gigi. Bentuk pit dan fisura beragam, akan

tetapi bentuk umumnya adalah sempit, melipat, dan tidak teratur. Bakteri dan sisa

makanan menumpuk di daerah tersebut sehingga saliva dan alat pembersih

mekanis sulit menjangkaunya. Berdasarkan insidensi karies pit dan fisura yang

besar, sehingga bahan penutup pit dan fisura pada awal erupsi gigi diharapkan

dapat mencegah bakteri sisa makanan berada dalam pit dan fisura. Tujuan utama

diberikannya sealent adalah agar terjadinya penetrasi bahan ke dalam pit dan

fisura serta berpolimerisasi dan menutup daerah tersebut dari bakteri dan debris.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin membahas tentang bahan pit dan

fisur sealent dalam mencegah karies pada gigi anak-anak.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa saja bahan yang terkandung dalam pit dan fisur sealent?

b. Bagaimana mekanisme perlekatan pit dan fisur sealent dengan gigi?

c. Bagaimana pengaruh pit dan fisur sealent terhadap bakteri S.mutans?

1.3 Tujuan

a. Memberikan informasi tentang bahan-bahan yang terkandung dalam pit

dan fisur sealent

b. Memberikan informasi tentang mekanisme perlekatan pit dan fisur sealent

dengan gigi

c. Memberikan informasi tentang pengaruh pit dan fisur sealent terhadap

bakteri S.mutans?