bab i pendahuluandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-dimasajila-5137-2-bab1.pdf ·...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu
aspek yang diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut
merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang,
baik secara fisik maupun psikososial. Sebagian orang tua belum memahami
mengenai hal tersebut. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit,
berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Seringkali orangtua mempunyai pemahaman bahwa
pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian yang sama
(Setiawati, 2006).
Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan besar sel di
seluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan menyintesis
protein-protein baru; menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara
keseluruhan atau sebagian. Sedangkan perkembangan adalah perubahan secara
berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat
dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan atau
kedewasaan (maturation), dan pembelajaran (learning) (Wong, 2000).
Meskipun pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti yang
berbeda, akan tetapi keduanya saling mempengaruhi dan berjalan secara
simultan. Pertambahan ukuran fisik akan disertai dengan pertambahan
kemampuan anak. Pada dasarnya tumbuh kembang mempunyai prinsip yang
1
berlaku secara umum, hal ini karena tumbuh kembang merupakan suatu
proses terus-menerus dari konsepsi sampai dewasa yang pada umumnya
memiliki pola yang sama, hanya kecepatan yang terkadang berbeda. Proses
tumbuh kembang dimulai dari kepala ke seluruh anggota badan, misalnya
mulai melihat, tersenyum, mengangkat badan, duduk, berdiri, berjalan sampai
dengan berlari (Nursalam, 2005).
Menurut Hidayat (2006), Tumbuh kembang anak terdiri dari
beberapa tahapan dan tiap-tiap tahapan mempunyai ciri tersendiri. Salah satu
tahapan tumbuh kembang anak adalah usia prasekolah (3-6 tahun).
Keberhasilan penerimaan pada tahap tumbuh kembang anak sebelumnya
adalah penting bagi anak prasekolah (3-6 tahun) untuk memperbaiki tugas-
tugas, yang sudah dikuasai pada masa toddler. Usia prasekolah mempunyai
karakteristik sendiri, masa ini sebagai masa persiapan anak menuju periode
sekolah, kemampuan interaksi dengan anak lain dan orang dewasa
menggunakan bahasa untuk menunjukkan kemampuan mental, bertambahnya
perhatian terhadap waktu dan ingatan.
Interaksi antara anak dengan ibu sangat bermanfaat bagi proses
perkembangan anak secara keseluruhan karena orang tua dapat segera
mengenali kelainan proses perkembangan anaknya sendini mungkin dan
memberikan stimulus pada tumbuh kembang anak yang menyeluruh dalam
aspek fisik, mental dan sosial (Hurlock, 1998).
Menurut Erikson (1963) pada usia prasekolah, anak berada pada fase
inisiatif versus rasa bersalah (initiative vs guilty). Pada masa ini, anak
2
berkembang rasa ingin tahu (courius) dan daya imaginasinya, sehingga anak
banyak bertanya mengenai segala sesuatu di sekelilingnya yang tidak
diketahuinya. Apabila orang tua (ibu) mematikan inisiatif anak, maka hal
tersebut akan membuat anak merasa bersalah. Sedangkan menurut Sigmund
Freud (1939) anak berada pada fase phalik, dimana anak mulai mengenal
perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Anak juga akan
mengidentifikasikan figure atau perilaku orang tua sehingga mempunyai
kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang dewasa disekitarnya
(Nursalam, 2005).
Terkait dengan upaya memberikan asuhan kesehatan (keperawatan)
pada anak prasekolah, supaya dapat melakukan deteksi perkembangan anak,
seseorang lebih dahulu harus memahami aspek-aspek dalam perkembangan
anak. Menurut Frankenburg (1981) yang dikutip oleh Soetjiningsih (1995),
terdapat empat aspek perkembangan anak sampai dengan usia prasekolah,
melingkupi kepribadian / tingkah laku sosial (personal social), motorik halus
(fine motor adaptive), motorik kasar (gross motor), dan bahasa (language).
Aspek-aspek perkembangan tersebut merupakan modifikasi dari tes / skrining
perkembangan yang dikemukakan oleh Frankenburg, yang dikenal dengan
Denver Development Screning Test (DDST), yaitu salah satu tes atau metode
skrining yang sering digunakan untuk menilai perkembangan anak mulai usia
1 (satu) bulan sampai 6 (enam) tahun.
Salah satu aspek yang sangat penting pada usia prasekolah adalah
aspek personal sosial, yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan
3
penyesuaian diri dan sosialisasi dengan lingkungan serta perhatian terhadap
kebutuhan yang harus dicapai anak sesuai dengan umur anak (kemandirian)
(Nursalam, 2005).
Kemampuan tersebut sangat dibutuhkan dalam berperilaku dengan
teman sebayanya di lingkungan taman kanak atau play group. Perkembangan
personal social ini tidak lepas dari cara anak belajar berinteraksi dengan orang
tua (ibu) ketika dirumah. Bagaimanapun orang tua (ibu) adalah orang pertama
yang mengajak anak untuk berkomunikasi, sehingga anak mengerti bagaimana
cara berinteraksi dengan orang lain. Lingkungan (keluarga) adalah salah satu
factor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak (Hidayat, 2006).
Sejumlah studi tentang personal sosial telah membuktikan bahwa
hubungan pribadi di lingkungan rumah yang antara lain berupa hubungan
antara orang tua, dan saudara mempunyai pengaruh yang sangat kuat bagi
anak. Perubahan pembagian struktur peran orang dalam keluarga
menyebabkan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan keluarga dan
mempengaruhi secara mendasar status wanita dirumah, hubungan suami dan
isteri dan hubungan orang tua dengan anak. Ikatan dalam keluarga antara anak
dengan orang tua (ibu) berhubungan pada status perkembangan anak
(Hurlock, 1998).
Keluarga merupakan jaringan sosial yang paling penting bagi anak.
Hubungan dengan orang tua (ibu) menjadi landasan sikap terhadap orang lain
(teman), benda dan kehidupan secara umum bagi anak. Mengingat hal
tersebut, perlu diperhatikan bahwa keluarga memiliki fungsi dan struktur.
4
Salah satu struktur dan fungsi keluarga yang sangat penting dalam membantu
perkembangan anak prasekolah adalah proses komunikasi.dan fungsi sosialisai
keluarga. Proses komunikasi yang baik dalam keluarga (antara anak dengan
ibu) berperan memudahkan pencapaian proses sosialisasi dan kemadirian yang
optimal bagi anak (Friedman, 1998).
Hasil penelitian oleh Paul D. Hastings (2004), dari National Institue
of Mental Health, secara jelas menunjukkan bahwa ibu yang menerapkan
disiplin dan sistem hukuman yang berlebihan, yang tidak berusaha
berkomunikasi, memberikan penjelasan, pengertian dan menerapkan
peraturan-peraturan yang konsisten, dan yang secara keterlaluan memarahi
anak-anak mereka ataupun menunjukkan kekecewaan mereka terhadap si anak
cenderung menghalangi perkembangan personal sosial (Info, 2004).
Gangguan perkembangan personal sosial lebih banyak terjadi pada
anak underweight serta autis (Setiawati, 2006). Sedangkan dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ludfiyah (2007) diperoleh hasil ada hubungan
antara tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu dengan tingkat status
perkembangan personal sosial anak.
Intensitas interaksi orang tua (ibu) dengan anak mempunyai
hubungan dengan tingkat perkembangan anak. Dari hasil penelitian yang
dilakukan pada anak prasekolah di Tarbiyatul Atfal (TK) Singorojo Kendal
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara perkembangan anak yang
diasuh oleh ibu bekerja dan ibu tidak bekerja (Prasetiya, 2007).
5
Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di TK Islam
Hajjah Sri Anah Klipang Sendangmulyo kecamatan Tembalang, diperoleh
data siswa-siswi berjumlah total 82 anak dengan karekteristik usia prasekolah
(3 – 6 tahun). Dari keterangan yang diperoleh kurang lebih sebanyak 30 %
anak minta ditunggui oleh orang tua / pengasuh, sebanyak 60 % Ibu anak
adalah bekerja di luar rumah. Sedangkan data hasil observasi awal di TK
Islam Hajjah Sri Anah Klipang Sendangmulyo Kec. Tembalang Kota
Semarang tentang perkembangan personal sosial yang dilakukan peneliti,
diambil secara acak 10 anak untuk dilakukan test DDST II, untuk sektor
Perkembangan Personal Sosial, hasil yang didapatkan sebanyak 3 anak (30 %)
tidak lulus test perkembangan DDST II Dari fenomena tersebut peneliti
tertarik dan terdorong untuk mengadakan penelitian tentang ”Hubungan
Komunikasi Ibu Dengan Perkembangan Personal Sosial Anak Usia Prasekolah
di TK Islam Hajjah Sri Anah Klipang Sendangmulyo Kec. Tembalang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut , dapat dirumuskan
masalah dari penelitian ini yaitu : apakah ada hubungan antara
komunikasi Ibu dengan perkembangan personal sosial anak usia
prasekolah di TK Islam Hajjah Sri Anah Klipang Sendangmulyo Kec.
Tembalang?.
6
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dcapai dari penelitian ini adalah:
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui ada atau tidak hubungan komunikasi ibu dengan
perkembangan personal-sosial anak usia prasekolah di TK Islam Hajjah
Sri Anah Klipang Sendangmulyo kec. Tembalang
2. Tujuan khusus
1. Mendeskripsikan komunikasi ibu pada setiap keluarga responden.
2. Mendeskripsikan tingkat perkembangan personal sosial anak usia
prasekolah di TK Islam Hajjah Sri Anah Klipang Sendangmulyo kec.
Tembalang
3. Menganalisis hubungan komunikasi ibu dengan perkembangan
personal-sosial anak prasekolah di TK Islam Hajjah Sri Anah Klipang
Sendangmulyo kec. Tembalang
a. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
Untuk mengembangkan pengetahuan dalam ilmu keperawatan anak dalam
keluarga tentang adanya hubungan komunikasi ibu dengan perkembangan
personal-sosial anak prasekolah
7
2. Manfaat Praktek
a. Bagi Keluarga dan institusi TK
Memberikan evaluasi dan masukan tentang komunikasi ibu dengan
perkembangan personal-sosial anak prasekolah
b. Bagi profesi
Memberikan masukan kepada profesi keperawatan anak akan
hubungan komunikasi ibu dengan perkembangan personal-sosial anak
usia prasekolah
E. Bidang Ilmu
Penelitian ini merupakan penelitian dibidang ilmu keperawatan dengan kaiian
di bidang keperawatan keluarga.
8