bab i pendahuluanrepository.uinbanten.ac.id/4789/3/bab i.pdf · laz dan baz di indonesia. jurnal...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ketatanegaraan Indonesia pasca reformasi konstitusi, ada banyak
perubahan yang terjadi pada beberapa lembaga negara salah satunya adalah
lahirnya lembaga negara penunjang atau lembaga nonstruktural yang dalam istilah
literatur asing state auxilliary agencies atau independent regulatory agencies yang
dibentuk untuk melaksanakan fungsi sektoral dari lembaga pemerintahan yang
sudah ada.
Lembaga Nonstruktural (disingkat LNS) adalah lembaga yang dibentuk
melalui peraturan perundang-undangan tertentu guna menunjang pelaksanaan
fungsi negara dan pemerintah, yang dapat melibatkan unsur-unsur pemerintah,
swasta dan masyarakat sipil, serta dibiayai oleh anggaran negara. LNS tidak diatur
dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara,
namun dalam dinamika penyelenggaraan negara dan pemerintahan terdapat tugas
dan fungsi lain yang dinilai harus diselenggarakan, sehingga perlu dibentuk
lembaga independen.
Dinamika yang dimaksud melahirkan bermacam varian LNS dengan tugas
dan fungsi masing-masing, seperti mempercepat proses terwujudnya penegakan
dan kepastian hukum, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan juga
pengembangan kehidupan sosial budaya di Indonesia.1
Di Indonesia lembaga non-struktural di amanatkan oleh peraturan undang-
undang dan dibentuk dengan berbagai legalitas peraturan, seperti berdasarkan
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan Keputusan
Presiden. Terdapat banyak jumlah lembaga non-struktural di Indonesia yang saat
ini masih berdiri, salah satunya adalah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan lembaga nonstruktural
yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat. Pembentukan BAZNAS pertama kali ditetapkan dengan
Keputusan Presiden No. 8 Tahun 2001 tentang Badan Amil Zakat Nasional sesuai
amanat Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat yang
berlaku saat itu. Setelah perubahan regulasi BAZNAS berstatus sebagai lembaga
pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada
Presiden melalui Menteri Agama.
Zakat diatur berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 38
tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, sementara yang terbaru adalah Undang-
Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, Keputusan Menteri
Agama (KMA) No.581 tahun 1999 dan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Urusan Haji No.D/291 Tahun 2000 Tentang Pedoman
Teknis Pengeloaan Zakat.2
1 https://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Nonstruktural#Referensi (di akses pada tanggal
23 November 2018) 2 Fakhruddin, Fiqih dan Menejemen Zakat di Indonesia, (Yogyakarta, Sukses
Offset,cetakan kepertama, 2008) hlm. 341
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu-
satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8
Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat,
infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional.3
Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang
melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Dalam UU tersebut, BAZNAS
dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan
bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama. Dengan demikian,
BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab untuk mengawal pengelolaan
zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian
hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.4
Berdasarkan perundang-undangan di atas, Badan Amil Zakat (BAZ) di
bentuk pada tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan. Baz
Nasional di bentuk oleh presiden atas usul Mentri Agama. Baz Provinsi di bentuk
oleh gubernur atas usulan Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama, Baz
kabupapten/kota dibentuk oleh bupati atau walikota atas usul Kepala Kantor
Urusan Agama. Uuntuk meningkatakan pelayanan di semua tingkatan itu, di
bentuk unit pengumpulan zakat (UPZ) dengan tugas melayani muzzaki dalam
menyerahkan zakatnya.5
3 Abdullah Mubarok, Penghimpunan Dana Zakat Nasional (Potensi, Realisasi Dan Peran
Penting Organisasi Pengelola Zakat)( Vol . V No.2 Februari 2014), hal. 7 4 Adiwarman A Karim Dan A. Azhar Syarief, Fenomena Unik Di Balik Menjamurnya
LAZ Dan BAZ Di Indonesia. Jurnal Pemikiran Dan Gagasan, Vol. I, 2009. 5 Tim Penyusun Menejemen Zakat, Profil Badan amil Zakat Potensial Daerah provinsi &
Kabupaten di Indonesia, (Ciputat :PT. Mitra Cahaya utama, 2006), hlm. 44.
Sementara itu didalam Undang-Undang No. 23 tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat, mengemukakan bahwa organisasi pengelolaan zakat itu
sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya
disebut LAZ adalah Lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki
tugas membantu pengumpulan,pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Badan
Amil Zakat Nasional yang selanjutnya disebut BAZNAS adalah lembaga
yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional. LAZ adalah satuan
organisasi yang dibentuk oleh BAZNAS untuk membantu mengumpulkan
zakat.6
BAZNAS memiliki peranan dan kontribusi langsung terhadap masyarakat,
khususnya umat Islam, tidak hanya dalam ukuran yang bersifat kuantitatif, tetapi
juga ukuran yang bersifat kualitatif, terutama peran BAZNAS dalam
menyebarluaskan nilai-nilai zakat di tengah masyarakat. Yaitu nilai-nilai
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, etos kerja, etika kerja dalam
mencari rezeki yang halal dan baik, serta nilai-nilai zakat yang terkait dengan
pembangunan karakter manusia (character building) sebagai insan yang harus
memberi manfaat bagi sesama.
Berkembangnya lembaga BAZNAS secara pesat meneyeluruh ke berbagai
daerah di Indonesia. Salah satunya adalah Badan Amil Zakat Nasional Provinsi
Banten yang di tetapkan pada tahun 2003 pada Rakerda (Rapat Kerja Daerah ) 1,
tanggal 13 Agustus 2003. Penetepan ini meliputi visi dan misi, tujuan, lingkup
kegiatan dan program umum Bazda Provinsi Banten. Dengan visinya yaitu
6 Undang-undang No. 23 tahun 2011
“Terwujudnya amil zakat yang amanah, profesional, transfaran,
bertanggungjawab dan mampu mengmpulkan dana zakat infaq dan shodaqoh
secara optimal serta mendistribusikannya kepada yang berhak menerimanya
sesuia dengan syariat Islam.7
Pengelolaan zakat oleh lembaga amil zakat dalam hal ini adalah Baznas
Provinsi Banten tertuang dalam undang-undang nomor 23 tahun 2011 harus sesuai
dengan apa yang menjadi program lembaga amil zakat, dalam hal ini pengelolaan
zakat yang akan disalurakan oleh lembaga amil zakat harus diberikan kepada
orang yang secara sah menerima dan sudah termasuk kedalam keriteria.
Baznas Provinsi Banten dalam pengelolaannya memiliki potensi besar
yang harus benar-benar dikelola secara optimal, sehingga tujuan penyerahan
pembagian zakat dapat tercapai. Tetapi untuk ukuran yang lebih luas dengan
jumlah pembayar yang relative sedikit banyak ditemukan kendala. Di antaranya
adanya perbedaan program kerja dalam pengelolaan di kalangan amil zakat,
tentang siapa yang lebih diutamakan atau paling berhak mendapatkan zakat.
Dari penjelasan latar belakang diatas sudah begitu jelas bahwasanya peran
BAZNAS sangat dibutuhkan dalam dalam meningkatan kesejehteraan masyarakat
guna meningkatkan sumber daya mansusia yang utuh. Latar belakang tersebut
telah menjelaskan bagaimana peran BAZNAS tingkat nasional mulai dari posisi di
pemerintahan prosedur hubungan antara pusat ke daerah hingga proses
pengelolaan terhadap masyarakat yang berhak menerima. Dari pemaparan latar
belakang tersebut dalam penulisan skripsi ini penulis ingin meneliti BAZNAS
7 Suparman Usman,dkk. “Profil Bazda Provinsi Banten” (Banren : Sehati Grafika, 2011)
hlm, 38-40.
Provinsi Banten, yang kemudian diungkapkan dalam judul skripsi “Implementasi
UU Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat (Studi BAZNAS
Provinsi Banten)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah Pengelolaan Zakat BAZNAS Provinsi Banten Sudah Sesuai Dengan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat ?
2. Bagaimana Upaya BAZNAS Banten Dalam Optimalisasi Dana Zakat ?
C. Fokus Penelitian
Penulis akan membatasi pembahasan dan permasalahan yang di bahas,
dengan tujuan agar tidak menyimpang pada sasaran pokok permasalahan. Penulis
akan menganalisis mengenai pelaksanaan pengelolaan zakat oleh BAZNAS
Provinsi Banten, pengelolaan zakat menurut UU dan tinjauan UU dalam praktek
pelaksanaan pengelolaan zakat oleh BAZNAS Provinsi Banten.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tentang analisis implementasi pengelolaan zakat oleh
Baznas Provinsi Banten (tinjauan uu zakat no. 23 tahun 2011) adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui tinjauan UU Nomor 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat Dalam Praktek Pelaksanaan Pengelolaan Zakat Oleh
BAZNAS Provinsi Banten.
2. Untuk mengetahui upaya BAZNAS Banten dalam optimlisasi dana zakat
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Secara Akademis, penpelitian ini di harapkan mampu menambah
wawasan, pengetahuan dan memperluas analisa dalam program yang di
laksanakan oleh BAZNAS Provinsi Banten
2. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi
mengenai ruang lingkup zakat menurut UU.
3. Secara Praktis, penelitian ini dapat menjadi sumbangsih atau masukan
kepada pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan yang berkenaan
dengan UU Zakat Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
F. Penelitian Terdahulu Yang Relavan
Untuk mendukung pembahasan yang lebih dalam dengan permasalahan
yang dikemukakan di atas maka penyusun berusaha untuk melakukan penelitian
lebih awal, yang berkaitan dengan penelitian ini. Secara umum, masalah zakat
telah banyak diteliti, baik secara literature maupun lapangan.
Namun sepanjang penelusuran penyusun, kajian tentang Implementasi UU
Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat (Studi Baznas Peovinsi
Banaten), belum pernah dilakukan peneliti sebelumnya. Namun, ada beberapa
skripsi yang penyusun temukan terkait permasalahan di atas, penelitian tersebut
yaitu :
No Nama / Judul Subtansi Persamaan dan
Skripsi / PTN /
Tahun
Perbedaan
1 Risnawati –
10200113122 /
Kajian
Pengelolaan Dan
Penyaluran Dana
Di BAZNAS
Prvinsi Sulawesi
Selatan / UIN
Akaudin
Makassar / 2018
Skripsi ini
membahas tentang
bagaimana
pengelolaan dan
pendistribusian dana
zakat di Baznas
Provinsi Sulawesi
Selatan sudah
optimal atau
belum.
Persamaan : sama-
sama membahas
tentang
pengelelolaan dana
zakat di lembaga
BAZNAS.
Perbedaan : penulis
membahas tentang
implementasi UU
No 23 Tahun 2011
tentang pengeloan
zakat di BAZNAS
Provinsi Banten.
2 Kukuh Dwi
Agustina –
092321022 /
Penyaluran Dana
Zakat Di Badan
Ami Zakat
Nasional
(BAZNAS)
Skripsi ini
membahas tentang
bagaimana
pandangan hukum
Islam terhadap
model penyaluran
dana zakat di Badan
Amil Zakat
Persamaan : sama-
sama membahas
tentang
pengelelolaan dana
zakat di lembaga
BAZNAS.
Perbedaan : penulis
membahas tentang
Kabupaten
Kebumen 2015 /
IAIN Purwekerto
/ 2017
Nasional
(BAZNAS)
Kabupaten
Kebumen pada
tahun 2015.
implementasi UU
No 23 Tahun 2011
tentang pengeloan
zakat di BAZNAS
Provinsi Banten.
3 Nurul Isma –
08380042 /
Tinjauan Hukum
Islam
Terhadap
Pendistribusian
Zakat
Di Bmt Bina
Ihsanul Fikri (Bif)
Yogyakarta / UIN
Sunan Kalijaga
Yogyakarta /
2012
Skripsi ini membas
tentang bagaimana
fungsi sosial
lembaga bmt dalam
pembangunan umat
ditinjau dari hukum
Islam, mengetahui
mekanisme
distribusi zakat
melalui lembaga
sosial bmt
berdasarkan
tinjauan hukum
Islam.
Persamaan : sama-
sama membahas
tentang
pengelelolaan dana
zakat di lembaga
BAZNAS.
Perbedaan : penulis
membahas tentang
implementasi UU
No 23 Tahun 2011
tentang pengeloan
zakat di BAZNAS
Provinsi Banten.
4 Muhammad
Khaerul Umam -
1000130022 /
Pengelolaan
Zakat Di
Lembaga Zakat
Infaq Dan
Ṣadaqah
Muhammadiyah
Pimpinan Daerah
Muhammadiyah
Surakarta Tahun
2016 (Tinjauan
Undang-Undang
Nomor 23 Tahun
2011)
/ UMS / 2017
Skripsi membahas
tentang bagaimana
praktik pengelolaan
zakat berupa
penghimpunan,
pendistribusian dan
pendayagunaan
zakat di Lembaga
Zakat Infaq dan
Ṣadaqah
Muhammadiyah
Pimpian Daerah
Muhammadiyah
Surakarta
berdasarkan
Undang-Undang
Nomor 23 Tahun
2011 Tentang
Pengelolaan Zakat.
Persamaan : sama-
sama membahas
tentang
pengelelolaan dana
zakat di lembaga
BAZNAS.
Perbedaan : penulis
membahas tentang
implementasi UU
No 23 Tahun 2011
tentang pengeloan
zakat di BAZNAS
Provinsi Banten.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang berhasil peneliti temukan,
maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa secara konteks penelitian belum ada
yang membahas khusus tentang Implementasi UU Nomor 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat (Studi Baznas Provinsi Banten).
G. Kerangka Pemikiran
Implementasi merupakan suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya
dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna. Menurut Nurdin
Usman, implementasi adalah bermuara pada aktivitas,aksi,tindakan atau adanya
mekanisme suatu sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu
kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.8
Sebuah implementasi yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa
implementasi yaitu merupakan proses untuk melaksanakan ide, proses atau
seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan
melakukan penyesuaian dalam tubuh birokrasi demi terciptanya suatu tujuan yang
bisa tercapai dengan jaringan pelaksana yang bisa dipercaya. Dengan demikian
implementasi undang-undang merupakan suatu tujuan yang tertuang dalam suatu
aturan hukum untu menjalankan program yang di rencanakan dalam suatu
lembaga.
Pengelolaan zakat merupakan kegiatan perencanaan, pelaksanaa dan
pengoodinasian dalam pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat.
Selain itu termasuk juga pengelolaan infaq, shodaqoh dan dana sosial keagamaan
lainnya yang tercatat dalam pembukuan tersendiri
Pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2011 Tentang Pengelolaan Zakat, dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan yang
dimaksud dengan pengelolaan zakat ialah “kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
8 Nurdin Usman,Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum Grasindo, Jakarta, 2002,
hal70.
dan pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat. Dalam pelaksanaan pengelolaan zakat, BAZNAS dan LAZ harus
berasaskan pada syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum,
terintegrasi dan akuntabilitas.9
Badan Amil Zakat (BAZ) merupakan lembaga pemerintah non-struktural
yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri
yang bertugas untuk melalukan pengelolaan zakat secara nasional.10
Salah satu
gagasan besar penataan pengelolaan zakat yang tertuang dalam Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2011 dan menjiwai keseuruhan pasalnya adalah pengelolaan
yang terintegrasi. Kata “terintegrasi” menjadi asas yang melandasi kegiatan
pengelolaan zakat di Negara kita, baik dilakukan Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) di semua tingkatan maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang
mendapat legalitas sesuai ketentuan perundang-undangan.11
Pengelolaan zakat dalam ruang lingkup wilayah provinsi merupakan
fenomena yang menarik untuk di cermati. Saat ini beberapa daerah telah
memilliki Peraturan Daerah ( Perda) tentang zakat. Pelaksanaan perda itu sendiri
memberikan peluang yang lebih baik umtuk meningkatkan peran dan fungsi
badan amil zakat sekaligus di tuntut untuk bias mengoptimalkan peluang yang
ada, sambal terus mengupayakan peluang-peluang yang lain untuk dapat
meningkatkan pendistribusian zakat dan pendayagunaannya.
9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat, Pasal 1 ayat (1) 10
Badan Amil Zakat Kabupaten Serang, Himpunan Perundang-undangan tentang
Pengelolaan Zakat, (Serang, Rinai Salam Sejahtera, 2014), hlm. 15 11
Isra Mirawati, Jurnal, (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman
Kalimantan Timur, 2016), Volume 4 Nomor 3
Pengelolaan zakat yang di kelola oleh lembaga BAZNAS terhadap
mustahiq mengacu pada surat At-Taubah ayat 60 yang meliputi fuqara, masakin,
amylin, muallaf, gharimin, sabilillah dan ibnu sabil, yaitu:
ملين عليها وٱلمؤلفة قلوبهم وفي كين وٱلع ت للفقراء وٱلمسدق إنما ٱلص
عليم وٱلل ن ٱلل وٱبن ٱلسبيل فريضة م رمين وفي سبيل ٱلل قاب وٱلغ ٱلر
٦٠حكيم
Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (Q.S
At-Taubah : 60)12
Terdapat delapan asnaf atau bagian yang berhak menerima zakat, ialah:
a. Fakir
b. Miskin
c. Amil (orang yang mengurus zakat)
d. Muallaf (orang baru masuk Islam yang lemah imannya)
e. Riqab (hamba sahaya)
f. Gharim (orang yang berhutang)
g. Sabilillah (artinya jalan Allah. Maknanya adalah segala usaha yang baik
yang dilakukan untuk kepentingan agama dan ajaran Islam)
h. Ibnu Sabil (orang yang kehabisan biaya dalam perjalanan yang bermaksud
baik).
12
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an Departemen Agama R.I, Mushaf Al-
Qur’an Terjemah, hlm. 196
Demikian zakat hanya di berikan untuk orang-orang fakir, yaitu mereka
yang tidak dapat menemukan peringkat ekonomi yang dapat mencukupi mereka.
Orang-orang miskin, yaitu mereka yang sama sekali tidak dapat menemukan apa-
apa yang dapat mencukupi mereka. Pengurus zakat, yaitu orang yang bertugas
menarik zakat, yang membagi-bagikannya, juru tulisnya dan yang
mengumpulkan dana zakat. Para mualaf, yaitu orang yang dibujuk hatinya supaya
masuk Islam atau untu memantapkan keIslaman mereka. Riqab, yaitu hamba
sahaya yang berstatus mukatab (orang-orang yang memiliki utang), dengan syarat
bila utang mereka itu bukan untuk tujuan maksiat atau mereka telah bertaubat
dari maksiat setelah di bayrkan utangnya. Fiisabilillah, yaitu orang-orang yang
yang berjalan di jalan Allah, tetapi tanpa ada yang membayarnya sekalipun
mereka adalah orang-orang yang berkecukupan. Ibnu Sabil, yaitu mereka yang
sedang dalam perjalanan tetapi kehabisan bekalnya.
Ayat ini menyatakan bahwa zakat tidak boleh di berian kepada selain
mereka, dan tidak boleh pula mencegah zakat dari sebagian golongan di antara
mereka bilaman golongan tersebut memang ada. Selanjutnya imamlah yang akan
membagi-bagikannya kepada golongan-golongan tersebut secara merata. Akan
tetapi imam berhak mengutamakan individu tertentu dari suatu golongan atas
yang lainnya.
Zakat merupakan salah satu kewajiban agama dan salah satu rukun Islam,
kedudukan zakat setara dengan kedudukan syahadat, sholat, puasa dan haji yang
dapat mempertebal iman dan agamanya. Ketentuan zakat diatur secara
menyeluruh dan berlaku untuk seluruh orang muslim serta
penyalurannyapun telah tertentu di atur dalam syariat Islam kemudian di
undangkan pilan dalam UU Zakat nomor 23 tahun 2011.
Zakat adalah sesuatu yang diberikan orang sebagai hak Allah kepada yang
berhak menerima antara lain para fakir miskin, menurut ketentuan-ketentuan
dalam agama Islam. Harta yang dibagi-bagi itu namanya zakat, sedangkan kata
zakat itu artinya bertambah suci dan berubah, karena dengan dikeluarkan
zakatnya diharapkan kekayaan menjadi bertambah, suci dan berkah (serba
kecukupan).13
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyaluran dan zakat harus benar-
benar sampai kepada orang-orang yang berhak menerimanya, proses pengelolaan
zakat perlu melibatkan manajemen. Artinya, proses penyaluran zakat kepada
orang yang berhak menerimanya tidak boleh dilakukan secara dadakan, tanpa di-
manage dengan baik. Oleh karena itu, dalam proses manajemen pengelolaan
zakat aspek-aspek yang harus diperhatikan diantaranya adalah perencanaan
pendistribusian zakat, pengorganisasian pendayagunaan zakat, dan evaluasi
keberhasilan.
H. Metodelogi Penelitian
Suatu metode penelitian bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa
gejala dengan jalan menganalisa dan dengan mengadakan pemeriksaan yang
mendalam terhadap fakta-fakta tersebut untuk kemudian memecahkan suatu
masalah yang timbul.14
13
Departemen Agama Dirjen Bimas Islam Dan Urusan Haji, Pedoman Zakat 9 Seri,
(Jakarta: Proyek Pembinaan Zakat Dan Wakaf , Tahun 1984/1985), hlm. 107 14
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Pers 1984), h.2
Untuk memperoleh data yang dapat dipercaya kebenarannya, suatu
penelitian haruns menggunakan metode yang tepat dengan tujuan yang dicapai
sebelumnya, sedangkan dalam penetuan metode yang dipilih harus tepat dan jelas,
sehingga untuk mendapatkan hasil dengan kebenarannya dapat di
pertanggungjawabkan dan tercapai. Adapun metode yang akan di pergunakan
penulis dalam penelitian adalah senagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Untuk menelaah skripsi ini, penulis menggunakan metode
kualitatif. Metode kualitatif adalah metode yang lebih menekankan
kepada aspek pemahaman secara mendalam, peneliti terjun langsung dan
berinteraksi dengan objek di lapangan serta menggambarkan kondisi atau
hasil temuan masalah dari pada masalah untuk penelitan generalisasi.15
Jenis penelitian ini menggunakan metode analisis normatif dengan
pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian lapangan (field research)
yaitu suatu jenis penelitian yang dilakukan dengan cara terjun langsung ke
lokasi penelitian, guna memperoleh data yang valid dan relavan.16 Adapun
penelitian ini dilakukan di lembaga BAZNAS Provinsi Banten.
2. Sumber Data
15
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2011) , h.105 16
Maryani, Metode Penelitian kebudayaan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h.25
Sumber data yang di gunakan dalam penelititan ini, berupa:
a. Bahan primer, yaitu bahan yang sifatnya mengikat yaitu Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat dan dat
yang diperoleh langsung dari sumber pertama, baik melalui
wawancara, oberservasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak
resmi yang kemudian diolah oleh peneliti.17
b. Bahan sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai
bahan hukum primer.18
Yaitu berbagai buku yang membahas tentang
implementasi undang-undang pengelolaan zakat.
c. Bahan tersier, bahan yang memberikan petunju maupun penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan sekunder yang terdiri dari kamus
hukum, jurnal hukum, ensiklopedi hukum dan dokumen-dokumen lain
yang berhubungan dengan objek penelitian untuk di terapkan dalam
penelitian ini.
3. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa
pedoman sebagai berikut :
a. Surat keputusan Rektor UIN “Sultan Maulan Hasanuddin Banten” No:
In.10/KP.01.2/1695/2014, tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
UIN “Sultan Maulana Hasanuddin” Banten.
b. Khusus penulisan ayat-ayat al-Qur’an dan terjemahnya, penulis
sesuaikan dengan al-Qur’an dan terjemahannya yang di terbitkan oleh
17
Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2013), h.30 18
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 60
Lembaga Percetakan Al-Qur’an (LPK) Kemenag RI, Mushaf Al-
Bantani dan Terjemahnya.
c. Penulisan hadits berpedoman pada kitab aslinya
d. Adapun dalam transliterasi istilah Bahasa asing dan istilah-istilah
ilmiah, penulis berpedoman pada Kamus Besar Bahasa Indonesia.
4. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data
Setelah data dari berbagai sumber terkumpul, penulis akan
mengkalsifikasikan berdasarkan materi yang penulis bahas. Sehingga data
yang diperoleh sistematis. Setelah data disusun maka penulis akan
menganalisa data tersebut untuk menjawab permaslahan dalam penelitian
ini. Teknik yang penulis gunakan untuk menganalisi data adalah analisis
deskriptif kualitatif, yaitu metode analisis data yang mengelompokkan
dan menyeleksi data yang di peroleh dari penelitian lapangan menurut
kualitas dan kebenarannya dengan cara ;
a. Observasi
Obervasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematika
terhadap fenomena-fenomena yang di selidiki.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang berupa
pertemuan dua orang atau lebih secara langsung untuk berukar
informasi dan ide dengan tanya jawab secara lisan sehingga dapat di
bangun makna dalam suatu topik tertentu.
c. Dokmentasi
Dokumetasi adalah cara pengumpulan informasi yang di dapatkan dari
dokumen, yakni peninggalan tertulis, arsip-arsip, akta dan peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.19
I. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini, penulis menggunakan
sistematika pembahasan yang dapat di gambarkan sebagai berikut :
BAB I, merupakan bab pendahuluan yang meliputi : Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat
Peneletian, Penelitian Terdahulu Yang Relavan, Kerangka Pemikiran, Metode
Penelitian dan Sistematika Pembahasan.
BAB II, merupakan bab yang membahas tentang Temuan Peneliti Dan
Paparan Data meliputi : Sejarah BAZNAS Provinsi Banten, Visi dan Misi,
Struktur, Tujuan dan Sasaran, serta Kerjasama BAZNAS Provinsi Banten.
BAB III, merupakan bab yang membahas tentang Landasan Teori,
meliputi : Tinajauan Umum Zakat : Pengertian Zakat,Hak Penerima Zakat dan
Penyaluran Zakat. Pengertian Implementasi Undang-Undang, Pengertian
Pengelolaan, Undang-Undang Pengelolaan Zakat dan Mafaat Pengelolaan Zakat.
BAB IV, merupakan bab hasil analisis pembahasan meliputi : Pelaksanaan
Pengelolaan Zakat oleh BAZNAS Provinsi Banten, Faktor Penghamba dan
19
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h.212
Pendukung Pengelolaan Zakat dan Tinjauan Undang-Undang Dalam Praktek
Pengelolaan Zakat Oleh BAZBAS Provinsi Banten.
BAB V, merupakan bab penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran-saran.
Daftar Pustaka