bab i pendahuluan 1.1 latar...

13
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prospek industri kelapa sawit Indonesia semakin cerah di pasar minyak nabati dunia. Prestasi yang membanggakan sebagai negara perintis budidaya kelapa sawit, Indonesia saat ini menjadi negara nomor satu penghasil minyak sawit mentah (CPO) di dunia. Keberhasilan tersebut tercermin dari angka pertumbuhan luas areal, tingkat produksi dan kontribusi industri sawit terhadap perekonomian nasional. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memperkirakan produksi CPO ditahun 2013 mencapai 28 juta ton dengan mayoritas ekspor 21 juta ton (75%) naik 16% secara keseluruhan dibandingkan tahun 2012. (Sawit-Center, 2013) Industri kelapa sawit merupakan industri strategis selain volume produksi minyak sawit Indonesia mendominasi permintaan dunia, daur hidup kelapa sawit serta manfaat keekonomiannya tergolong panjang mencapai 25 tahun. Seiring perkembangan industri dan pemanfaatan teknologi maka pengembangan produk hilir minyak kelapa sawit menjadi bagian dari industri yang terus berkembang. Dengan menghasilkan nilai tambah, diversifikasi produk turunan minyak kelapa sawit terus dikembangkan dan diprioritaskan sejak 10 tahun terakhir. Selain itu diversifikasi pertambahan nilai produk CPO menjadi langkah strategis bagi keberlanjutan industri dan keunggulan bersaing perusahaan minyak sawit.

Upload: hanhu

Post on 23-Jul-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prospek industri kelapa sawit Indonesia semakin cerah di pasar minyak

nabati dunia. Prestasi yang membanggakan sebagai negara perintis budidaya

kelapa sawit, Indonesia saat ini menjadi negara nomor satu penghasil minyak

sawit mentah (CPO) di dunia. Keberhasilan tersebut tercermin dari angka

pertumbuhan luas areal, tingkat produksi dan kontribusi industri sawit terhadap

perekonomian nasional. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI)

memperkirakan produksi CPO ditahun 2013 mencapai 28 juta ton dengan

mayoritas ekspor 21 juta ton (75%) naik 16% secara keseluruhan dibandingkan

tahun 2012. (Sawit-Center, 2013)

Industri kelapa sawit merupakan industri strategis selain volume produksi

minyak sawit Indonesia mendominasi permintaan dunia, daur hidup kelapa sawit

serta manfaat keekonomiannya tergolong panjang mencapai 25 tahun. Seiring

perkembangan industri dan pemanfaatan teknologi maka pengembangan produk

hilir minyak kelapa sawit menjadi bagian dari industri yang terus berkembang.

Dengan menghasilkan nilai tambah, diversifikasi produk turunan minyak kelapa

sawit terus dikembangkan dan diprioritaskan sejak 10 tahun terakhir. Selain itu

diversifikasi pertambahan nilai produk CPO menjadi langkah strategis bagi

keberlanjutan industri dan keunggulan bersaing perusahaan minyak sawit.

2

Di samping kesuksesan yang dicapai industri minyak kelapa sawit Indonesia

di dunia, dalam hal diversifikasi pengembangan produk Indonesia masih

mengalami ketertinggalan. Saat ini pertumbuhan sektor industri hilir tidak sepesat

pertumbuhan sektor hulu sebagaimana perkebunan kelapa sawit dan pabrik

pengolahan kelapa sawit penghasil CPO. Hasil produksi CPO Indonesia sebagian

besar di ekspor dan hanya 25% yang diolah produsen hilir menjadi produk pangan

ataupun non pangan di Indonesia. Kementerian Perindustrian mendukung

hilirisasi dengan berbagai kebijakan untuk menggeser trend ekspor CPO menjadi

produk oleofood dan oleochemical. (Sawit-center,2013)

Minyak goreng sawit merupakan produk hilir industri kelapa sawit yang

menjadi salah satu komoditas pokok konsumsi dari sembilan bahan kebutuhan

pokok sehari-hari. Kebutuhan minyak goreng sawit terus meningkat setiap tahun

seiring pertumbuhan jumlah penduduk, meningkatnya konsumsi dan

perkembangan industri makanan. Dengan mayoritas jumlah CPO Indonesia

diekspor maka para produsen minyak goreng sawit menghadapi tantangan untuk

mencapai keunggulang kompetitif dan mengupayakan keberlanjutan. Oleh karena

itu keberadaan sumber daya para produsen minyak sawit sangat berpengaruh

untuk menghadapi persaingan industri.

Pada mata rantai industri kelapa sawit, produk minyak goreng sawit

dihasilkan melalui proses pengolahan (refinery) minyak sawit mentah (CPO) dari

pabrik pengolahan kelapa sawit dan perkebunan kelapa sawit. Berikut Gambar

1.1, bagan sederhana industri kelapa sawit di Indonesia.

3

Sumber: BKPM, diolah

Gambar 1.1: Bagan Sederhana Industri Minyak Kelapa Sawit

1.2 Ruang Lingkup Industri Sawit Indonesia

Industri kelapa sawit terdiri dari mata rantai yang panjang dengan

melibatkan banyak tenaga kerja di sektor hulu serta investasi teknologi untuk

pengembangan sektor hillir. Keberadaan industri minyak kelapa sawit berdampak

besar terhadap perekonomian, sosial dan lingkungan. Sebagaimana Roadmap

industri pengolahan CPO Kementrian Perindustrian 2009 industri kelapa sawit

secara keseluruhan terdiri dari beberapa industri, yaitu:

4

A. Industri Hulu

Industri pengolahan minyak kelapa sawit berkembang selaras dengan

pertumbuhan luas areal perkebunan dan produksi minyak kelapa sawit di

Indonesia. Perkebunan kelapa sawit menghasilkan Tandan Buah Segar (TBS)

dengan masa panen tiga sampai dua puluh lima tahun yang menjadi bahan baku

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) untuk menghasilkan minyak sawit mentah (CPO).

Kontribusi utama pertumbuhan industri hulu kelapa sawit adalah sebagai pos

penghasilan devisa negara (ekspor) dan penyerapan tenaga kerja.

Penyebaran kelapa sawit secara komersial dimulai sejak awal abad ke-20

yang terpusat di Kongo, Malaysia dan Indonesia. Dengan meningkatnya ekspansi

sejak tahun 1960an kini kelapa sawit sudah diolah dan tersebar disekitar 43 negara

di dunia, penyebaran kelapa sawit dunia sebagaimana digambarkan pada Gambar

1.2. Ekspansi perkebunan kelapa sawit di Indonesia tumbuh sangat pesat, diawali

sejak tahun 2000 maka di tahun 2010 cakupan lahan dewasa perkebuna kelapa

sawit mencapai 5.43 juta Ha.

Sumber: (FAO, 2007)

Gambar 1.2: Penyebaran Kelapa Sawit Dunia Tahun 2006

Di sektor agribisnis perkebunan kelapa sawit telah mendominasi 63.5%

total produksi perkebunan Nasional. Tiga besar hasil produksi perkebunan

5

nasional di tahun 2010 di dominasi oleh minyak sawit (14,290,054 MT), tebu

(2,278,127 MT) dan karet (585,427 MT) selengkapnya pada Lampiran 1. Data

BPS 2011 menunjukkan luas perkebunan nasional dikuasai oleh tiga sektor

perkebunan besar yaitu kelapa sawit (73.20%), karet (11.6%) dan tebu (9.0%)

mengenai luas perkebunan selengkapnya pada Lampiran 2.

Pengalaman krisis ekonomi tahun 1998 industri agraris adalah salah satu

sektor industri yang mampu bertahan. Pertumbuhan angka produksi minyak

kelapa sawit di tahun 1998 mampu mencapai 10.09% dengan pertumbuhan luas

lahan mencapai 26.58%. Sejak tahun 1980 sampai dengan tahun 2005 luas areal

tanaman kelapa sawit meningkat 20 kali lipat dari 290 ribu Ha menjadi 5.4 juta

Ha, sedangkan produksi meningkat dari 0.7 juta ton menjadi 11.8 juta ton (2005).

Selanjutnya pada Tabel 1.1 menunjukkan perubahan dominasi luas areal

perkebunan kelapa sawit di Indonesia antara perkebunan swasta, nasional dan

perkebunan rakyat.

Tabel 1.1: Luas Areal Dan Produksi Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia 1967- 2010

Sumber: Ditjen Perkebunan (2010)

Secara berkesinambungan perkebunan kelapa sawit Indonesia akan terus

mengalami pertumbuhan, hal tersebut sejalan dengan program Pemerintah untuk

6

mencapai visi perkebunan 2020. Peluang kebijakan tersebut memungkinkan

pembukaan lahan baru bagi perkebunan kelapa sawit dengan proyeksi

pertumbuhan rata-rata 2.20% setiap tahunnya, sebagaimana Tabel 1.2.

menunjukkan proyeksi pertumbuhan luas areal perkebunan sampai dengan 2025.

Tabel 1.2: Proyeksi Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit, 2006-2025

Sumber: Kemen Dag (2010)

B. Industri Antara (Pengolahan)

Industri antara terdiri dari perusahaan pengolahan kelapa sawit (PKS) yang

mengolah Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak sawit mentah. Proses

pengolahan TBS menjadi Crude Palm Oil (CPO) melalui beberapa tahapan

pengolahan yaitu perebusan tandan buah segar, perontokan dan pengepresan

mesokarp sawit. CPO sebagai hasil pengolahan TBS merupakan produk turunan

pertama dengan nilai tambah sekitar 30% dari tandan buah segar.

Mayoritas kegunaan Crude Palm Oil (CPO) saat ini menjadi bahan baku

industri minyak goreng (79%), industri oleo kimia (14%) dan industri margarine

(7%). Secara keseluruhan proses produksi minyak sawit dapat menghasilkan 73%

Olein, 21% Stearin, 5% Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) dan 0.5% buangan.

7

Bagan proses sederhana pengolahan kelapa sawit digambarkan pada Gambar 1.3,

berikut.

Sumber: diolah dari berbagai sumber

Gambar 1.3: Proses Pengolahan Kelapa Sawit

Tandan buah segar yang diperlukan oleh pabrik Pengolahan Kelapa Sawit

(PKS) dapat diperoleh dari perkebunan swasta, perkebunan negara atau kerjasama

dengan petani plasma. Pola kemitraan dengan petani plasma turut berdampak

positif untuk membantu perekonomian masyarakat sekitar dan ini telah

berlangsung sejak lama. Dimana perusahaan bukan hanya membeli TBS tetapi

juga menjadi mitra untuk membantu pengembangan budidaya kelapa sawit.

C. Industri Hilir

Hasil akhir minyak kelapa sawit diolah menjadi produk konsumsi ataupun

kimia dasar dengan nilai tambah produk yang tinggi. Dari industri hilir minyak

kelapa sawit dapat menghasilkan lebih dari 100 jenis produk turunan namun di

Indonesia baru 23 jenis produk hilir yang sudah diproduksi secara komersial.

(Kemenperin, 2009). Produk jadi Finished Goods minyak sawit untuk kategori

8

pangan antara lain: minyak goreng, minyak salad, shortening, margarine, Cocoa

Butter Substitute (CBS), vanaspati, vegetable ghee, food emulsifier, fat powder,

dan es krim. Sedangkan untuk kategori non pangan diantaranya: surfaktan,

biodiesel dan oleokimia sebagai sumber energi alternatif.

Pengolahan CPO yang mayoritas dilakukan refineri minyak kelapa sawit

memiliki beberapa tahapan pengolahan sampai akhirnya menjadi produk hillir,

yaitu:

a. Deguming: Proses menghilangkan getah pada CPO dengan bantuan

campuran zat asam kimia Phisporic Acid. Getah akan menjadi gumpalan yang

akhirnya dihilangkan. Proses: 80-110 C, 5-7 menit

b. Bleaching: Poroses pembersihan (Bleaching Earth), menggunakan campuran

tanah guna menghilangkan gumpalan getah. Proses: Vakum, 85-90 C, 20

menit

c. Deodorizing: Minyak sawit mentah yang telah bersih dimasak

(dipanaskan/rebus). Tahap ini menghasilkan dua bahan baku hillir; minyak

goreng (RBDPO/Rifine Bleached Deodorized Palm Oil) dan oleochemical

(PFAD/Palm Fatty Acid Destilate, 4.5 %) Proses: 240-260 C, 1.5 jam.

d. Cristallization and Filtration: Normalisasi (pendinginan) RBDPO dengan

proses kristalisasi, dilanjutkan proses pemisahan (fraksinasi) menjadi RBD

Olein dan RBD Stearin. Menghasilkan: i. RBD Olein berupa minyak sawit

cair sebagai bahan minyak goreng sawit. Hasil 72.4%. ii. RBD Stearin

berbentuk padat sebagai bahan untuk diolah menjadi shortening dan

9

margarine. Hasil 23.1%. Alur proses refineri selengkapnya pada Gambar

1.4., berikut ini.

Sumber: PT AAA, diolah

Gambar 1.4: Alur Proses Refinery CPO

1.3 Rumusan Masalah Penelitian

1.3.1 Identifikasi Masalah

PT AAA adalah grup bisnis multinasional di industri pengolahan produk

turunan minyak kelapa sawit. Dengan operasional lebih dari 15 tahun di Indonesia

perusahaan telah mengembangkan fasilitas produksi refinery, refilling plant dan

distribusi penjualan produk minyak sawit kemasan. Salah satu faktor yang

mempengaruhi keberlangsungan bisnis dan daya saing perusahaan minyak sawit

adalah kemampuan untuk menguasai dan mengelola sumber daya strategis.

10

Berikut pada Gambar 1.5, posisi PT AAA berserta unit usaha yang beraliansi pada

mata rantai industri hulu dan hilir kelapa sawit di Indonesia.

Sumber: diolah dari PT AAA

Gambar 1.5: PT AAA Pada Mata Rantai Industri Sawit

Perusahaan memiliki pangsa pasar yang besar untuk penjualan ekspor

minyak sawit olahan terutama memenuhi permintaan negara-negara timur tengah

dan China. Di samping itu harapan untuk meningkatkan pangsa pasar dalam

negeri menjadi perhatian penting bagi perusahaan saat ini. Permasalahan umum

yang terjadi adalah, kendala penjualan minyak goreng kemasan di dalam negeri

berkaitan dengan kestabilan pasokan yang mempengaruhi eksistensi produk.

1.3.2 Pembatasan Permasalahan

Pembatasan masalah adalah PT AAA sebagai representasi sektor hilir

industri minyak kelapa sawit berserta anak perusahaan yang beraliansi

menghadapi persaingan industri minyak goreng sawit kemasan di dalam negeri.

1.3.3 Perumusan Masalah

Tantangan PT AAA sebagai perusahaan konsumsi (fast moving consumer

product) FMCG minyak goreng kemasan, adalah menjamin ketersediaan pasokan

produk untuk memenuhi permintaan konsumen. Ada beberapa kendala penjualan

11

di dalam negeri antara lain masalah pemasaran, tidak terpenuhinya pesanan

konsumen dan jaringan distribusi sehingga menyebabkan hilangnya penjualan.

Berikut Tabel 1.3, data penjualan minyak goreng kemasan PT AAA untuk pasar

dalam negeri melalui salah satu anak perusahaannya tahun 2010 dan 2011.

Tabel 1.3: Angka Penjualan Minyak Goreng Kemasan 2010 dan 2011(Metrik Ton)

Tahun

Estimasi

Penjualan

(Sales

Estimation)

Penjualan

Aktual

(Sales

Actual)

Pencapaian

%

2010 50,432.02 41,254.93 82%

2011 68,306.26 44,728.46 65%

Sumber: PT PI, (2011)

Dari data Tabel 1.3 menunjukkan angka penjualan perusahaan yang masih

jauh dari target potensial yang seharusnya bisa tercapai, dengan kondisi tersebut

maka thesis ini menganalisis sumber permasalahan yang terjadi baik akibat

dampak internal ataupun eksternal perusahaan. Dari sisi internal salah satunya

dengan analisis rantai nilai PT AAA dan strategi aliansi internal antara anak

perusahaan. Hal tersebut dikaitkan sebagai usaha mendukung penjualan di dalam

negeri melalui optimalisasi sumber daya dan penciptaan nilai. Disamping itu

faktor eksternal menganalisis peluang dan tantangan industri hulu dan hilir

minyak sawit di Indonesia.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan permasalahan penelitian

sebagai berikut: Bagaimana menciptakan keunggulan daya saing dengan strategi

sumber daya terintegrasi dan strategi aliansi bagi perusahaan minyak goreng sawit

kemasan di Indonesia?

12

Dengan perumusan permasalahan tersebut diharapkan dapat merekomendasikan

perencanaan strategi jangka menengah dan jangka panjang untuk keunggulan

bersaing dan berkelanjutan (sustainabillity) sesuai karakteristik industri minyak

sawit di Indonesia.

1.3.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah menganalisis kapabilitas sumber daya dan daya

saing PT AAA menghadapi peluang dan tantangan industri. Dengan analisis

peluang, tantangan dan kebijakan industri dapat menjadi proyeksi serta masukan

strategis bagi perusahaan. Selanjutnya analisis internal aliansi, ditujukan untuk

menganalisis kompetensi dan sinergi setiap anak perusahaan untuk menciptakan

daya saing yang berkelanjutan bagi PT AAA.

1.3.5 Manfaat Penelitian

Bagi praktisi penelitian ini diharapkan berkontribusi sebagai masukan

strategis untuk meningkatkan daya saing dan berkelanjutan di industri hillir

minyak kelapa sawit Indonesia. Bagi akademisi penelitian diharapkan menjadi

bahan informasi dan referensi studi, khususnya penelitian tentang keberlanjutan

perusahaan hilir minyak kelapa sawit.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan pada thesis ini terbagi dalam lima bab yang terdiri

dari:

13

BAB I. Pendahuluan.

Bab ini membahas tentang industri minyak kelapa sawit di Indonesia. Gambaran

rantai aktivitas pada industri minyak sawit serta identifikasi permasalahan dan

batasan permasalahan yang terjadi di dalam perusahaan.

BAB II. Tinjuaan Pustaka.

Pada bab dua dibahas beberapa teori tentang strategi korporasi, strategi sumber

daya, pendekatan industrial, rantai nilai, strategi aliansi dan intergrasi vertikal.

BAB III. Metode Penelitian.

Bab tiga menjelaskan metoda yang digunakan dalam analisis deskriptif yang

mencakup lingkungan eksternal, internal dan industri minyak kelapa sawit.

BAB IV. Pembahasan

Bab empat membahas analisis lingkungan eksternal industri minyak sawit dan

lingkungan internal perusahaan melalui pendekatan rantai nilai, analisis sumber

daya dan strategi aliansi. Pembahasan internal perusahaan ditujukan untuk

penciptaan nilai dan daya saing perusahaan.

BAB V. Kesimpulan dan Saran

Memberikan kesimpulan atas analisis pembahasan dan saran untuk meningkatkan

keunggulan daya saing perusahaan.