bab i pendahuluan 1.1 latar belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41815/2/bab 1.pdfwastu...

18
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses modernisasi di Indonesia mengakibatkan terjadinya suatu perubahan terutama pada wilayah-wilayah besar seperti Kota Malang dan sekitarnya yang menjadikan tipisnya perbedaan antara desa dan kota. Masyarakat desa yang memiliki akar tradisionalisme yang kuat, kini semakin berkurang karena keterbukaan masyarakat desa terhadap pengaruh yang ada diluar dari aspek kebudayaan. Desa dengan sistem kebudayaan tradisional yang kuat saat ini semakin berkurang karena adanya penyesuaian diri masyarakat desa terhadap gaya hidup yang modern, seperti adanya tempat tinggal baru atau pemukiman dengan konsep modern (perumahan) menarik perhatian publik yang menginginkan hunian dengan model tersebut. Tempat tinggal merupakan kebutuhan yang utama bagi manusia, pada zaman modern sudah di sajikan berbagai bentuk dari tempat tinggal, seperti perumahan, apartermen dan sebagainya. Maraknya pembagunan tempat tinggal yang berbentuk perumahan di Kota Batu menjadikan perubahan pada setiap aspek kehidupan masyarakat, mulai dari banyaknya urbanisasi. Salah satu perumahan di Kota Batu yang berada di Kecamatan Junrejo, Desa Junrejo dengan penduduknya rata-rata pendatang. Hal tersebut nantinya akan menciptakan suatu kelompok masyarakat baru yang dapat menyebabkan perubahan dari segi kebudayaan. Kawasan Perumahan Wastu Asri merupakan kawasan Perumahan menenggah ke atas, Perumahan Wastu Asri berlokasi di Kecamatan Junrejo, Desa Junrejo, Dusun Jeding terletak di RT 5 yang berada di RW 8 yang dibangun pada

Upload: dinhtuyen

Post on 11-Aug-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41815/2/bab 1.pdfWastu Asri tentu berbeda dengan kawasan yang bukan perumahan atau pemukiman biasa di Desa

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses modernisasi di Indonesia mengakibatkan terjadinya suatu

perubahan terutama pada wilayah-wilayah besar seperti Kota Malang dan

sekitarnya yang menjadikan tipisnya perbedaan antara desa dan kota. Masyarakat

desa yang memiliki akar tradisionalisme yang kuat, kini semakin berkurang karena

keterbukaan masyarakat desa terhadap pengaruh yang ada diluar dari aspek

kebudayaan. Desa dengan sistem kebudayaan tradisional yang kuat saat ini semakin

berkurang karena adanya penyesuaian diri masyarakat desa terhadap gaya hidup

yang modern, seperti adanya tempat tinggal baru atau pemukiman dengan konsep

modern (perumahan) menarik perhatian publik yang menginginkan hunian dengan

model tersebut.

Tempat tinggal merupakan kebutuhan yang utama bagi manusia, pada

zaman modern sudah di sajikan berbagai bentuk dari tempat tinggal, seperti

perumahan, apartermen dan sebagainya. Maraknya pembagunan tempat tinggal

yang berbentuk perumahan di Kota Batu menjadikan perubahan pada setiap aspek

kehidupan masyarakat, mulai dari banyaknya urbanisasi. Salah satu perumahan di

Kota Batu yang berada di Kecamatan Junrejo, Desa Junrejo dengan penduduknya

rata-rata pendatang. Hal tersebut nantinya akan menciptakan suatu kelompok

masyarakat baru yang dapat menyebabkan perubahan dari segi kebudayaan.

Kawasan Perumahan Wastu Asri merupakan kawasan Perumahan

menenggah ke atas, Perumahan Wastu Asri berlokasi di Kecamatan Junrejo, Desa

Junrejo, Dusun Jeding terletak di RT 5 yang berada di RW 8 yang dibangun pada

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41815/2/bab 1.pdfWastu Asri tentu berbeda dengan kawasan yang bukan perumahan atau pemukiman biasa di Desa

2

pertenggahan tahun 2008. Perumahan tersebut menyediakan tempat tinggal dengan

konsep modern dan memberikan fasilitas yang dibutuhkan oleh setiap penghuninya,

yang nantinya akan mengakibatkan minimnya interaksi dan kontak sosial pada

masyarakat di lingkungannya sendiri. Adanya fasilitas yang sudah dibutuhkan oleh

penghuni perumahan akan menjadikan individu-individu didalamnya merasa tidak

perlu berinteraksi dengan lingkungannya karena mereka beranggapan bahwa sudah

tercukupi kebutuhan suatu kebutuhan tersebut, seperti keamanan lingkungan pada

rumahnya. Pada dasarnya manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas

dari adanya komunikasi, sebagai sifat dasar manusia yang memerlukan bantuan

orang lain dalam berkehidupan maka upaya manusia untuk memenuhi

kebutuhannya tersebut dapat dilakukan dengan proses interaksi sosial.

Tempat tinggal dengan konsep perumahan modern serta adanya pagar

yang membatasi lingkungan perumahan dengan wilayahnya yang menjadikan

ruang publik menjadi privat, dengan akses kontrol oleh penghalang fisik seperti

pagar tembok tinggi yang dilengkapi dengan area masuk dengan satu pintu dan

dijaga ketat oleh satpam, dalam hal ini Baleky dan Snyder menyebut gated

community (Rangi, 2008:38). Tempat tinggal dengan konsep gated community pada

daerah perumahan Wastu Asri yang modern dengan fasilitas yang dibutuhkan sudah

terpenuhi menjadikan rasa kepedulian sosial terhadap lingkunganya atau tetangga

sekitar sangat rendah. Tidak dapat di pungkiri jika adanya suatu ketetanggaan

merupakan lingkungan yang memungkinkan bagi individu untuk melakukan kontak

sosial maupun komunikasi dengan lingkungannya. Kontak sosial dan komunikasi

merupakan suatu dasar adanya relasi atau hubungan dalam bertetangga. Relasi

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41815/2/bab 1.pdfWastu Asri tentu berbeda dengan kawasan yang bukan perumahan atau pemukiman biasa di Desa

3

tersebut ditentukan oleh bagaimana kuatnya komunikasi dan kontak sosial atar

individu di lingkungan perumahan Wastu Asri dengan tetangga.

Proses kontak sosial dan relasi ketetanggan yang terjadi di perumahan

Wastu Asri tentu berbeda dengan kawasan yang bukan perumahan atau pemukiman

biasa di Desa Junrejo, dalam hal ini kawasan perumahan Wastu Asri marupakan

suatu pemukiman baru yang setiap anggota masyarakat dari perumahan tersebut

tidak berasal dari latar belakang yang sama seperti tempat asal, pekerjaan, suku,

agama dan lainya, yang memutuskan untuk tinggal di suatu perumahan yang sama

serta memiliki fasilitas yang mereka butuhkan. (Kartono, 2010) Ketetanggan di

perumahan sering di tengarai dengan cenderung menuju pada lost of neighborhood

atau keadaan berkumpul namun tidak saling merasa bersama untuk

mempertahankan kebersamaan di lingkungan pemukimannya seperti pada

perumahan Wastu Asri. Kawasan perumahan sebagai lingkungan pemukiman yang

baru tentu akan menciptakan hubungan sosial maupun relasi sosial yang baru. Hal

ini disebabkan karena kawasan perumahan sebagai lingkungan yang baru bukan

hanya sekedar tempat tingggal saja namun tempat berkembangnya nilai dan norma

sosial yang nantinya membentuk masyarakat dari ikatan kawasan tempat itu sendiri.

Pada lingkungan masyarakat perumahan hubungan antara individu dengan

individu lainya saling berorientasi dengan nilai dan norma. Seperti relasi dalam

ketetanggaan yang di hasilkan dari adanya proses kontak sosial yang menjadikan

individu dan individu lain dapat berkomunikasi atau berinteraksi dengan tujuan

yang ingin dicapai. Pada lingkungan masyarakat perumahan Wastu Asri terdapat

beberapa rumah yang membuka toko kecil-kecilan untuk pemasukannya setiap

harinya, dalam hal tersebut memungkinkan terdapat adanya suatu kontak atau

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41815/2/bab 1.pdfWastu Asri tentu berbeda dengan kawasan yang bukan perumahan atau pemukiman biasa di Desa

4

komunikasi yang menjadikan suatu hubungan atau relasi dalam ketetanggaan pada

masyarakat tersebut terjalin.

(Blakely dan Snyder 1997 dalam Rangi) mengatakan bahwa Gated

community merupakan bagian dari maraknya tren suburbanisasi. Awal mula

terjadinya tren suburbanisasi, dimana ketika pusat kota telah kehilangan posisinya

sebagai tempat terkuat di dalam hierarki metropolis. Sehingga tren tersebut hampir

menyebabkan sebagian fungsi dari kota pindah ke area suburban atau pinggiran-

pinggiran kota. Tingginya angka kejahatan dan dipicu oleh harga lahan di kota yang

mahal menjadi pemicu dari maraknya pembagunan-pembagunan di area

suburbanisasi. Realitas dari tren suburbanisasi yaitu dengan menjamurnya berbagai

pemukiman yang berbentuk perumahan di daerah-daerah suburban dari Kota Batu

yang akhirnya membentuk suatu lingkungan baru dengan minimnya komunikasi

dan interaksi dengan lingkungannya yang nantinya akan mengakibatkan perubahan

sosial pada aspek kebudayaan.

Perkembangan gated community di Indonesia berbeda dengan yang terjadi

di Negara lain. Gated community di Indonesia lebih menyerupai pengelompokan

suatu hunian dibandingkan sebuah proses untuk membentuk suatu komunitas.

Interaksi masyarakat di dalam pagar atau suatu hunian berkelompok seperti

perumahan ternyata tidak berbeda secara signifikan dengan masyarakat yang hidup

di luar perumahan (gated community). Artinya gated community di Indonesia

berbeda dengan Negara-Negara lain, di Indonesia lebih menyerupai ghetto (tempat

tertutup yang terpisah dari kota) namun hanya saja di peruntukan bagi masyarakat

menengah ke atas. Jika di Negara lain dimana pagar untuk membentuk suatu

komunitas (Leisch, dalam Rangi 2008).

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41815/2/bab 1.pdfWastu Asri tentu berbeda dengan kawasan yang bukan perumahan atau pemukiman biasa di Desa

5

Warga Perumahan Wastu Asri memiliki cara untuk membuat

lingkungannya nyaman, asri, aman, guyub dan rukun dengan tetangga dan

lingkungan sekitarnya. Warga perumahan Wastu Asri memiliki perkumpulan

sebagai alat untuk menjalin kerjasama, interaksi dan kebutuhan lainnya dengan

tetangga dan lingkungan sekitar, yang nantinya akan memudahkan warga

perumahan tersebut untuk dapat terhubung dengan lingkungan tempat tinggalnya.

Teori Aksi Voluntaristik yang nantinya akan menganalisis bagaimana relasi

ketetanggaan pada perumahan Wastu asri, dengan aktor memiliki tujuan dan akan

menggunakan alat untuk mencapai tujuan tersebut namun dibatasi oleh nilai norma

dan kondisi situasional.

Permasalahan yang muncul dari menjamurnya kawasan pemukiman yang

tertutup (gated community) di Kota Batu adalah bagaimana interaksi, komunikasi

hubungan sosial atau relasi dengan tetangga yang terjadi di perumahan Wastu Asri

serta kebudayaan yang guyub rukun antar lingkungan masyarakatnya. Berdasarkan

uraian tersebut, maka penulis tertarik mengkaji lebih dalam sebuah kegiatan

penelitian terkait dengan judul “Relasi ketetanggan pada komunitas berpagar

(gated community) studi perumahan Wastu Asri Kecamatan Junrejo, Kota Batu)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dibuat rumusan masalah

penelitian. Bagaimana relasi ketetanggaan pada masyarakat komunitas berpagar

(Gated Community) pada kawasan perumahan Wastu Asri?

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41815/2/bab 1.pdfWastu Asri tentu berbeda dengan kawasan yang bukan perumahan atau pemukiman biasa di Desa

6

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusaan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengatahui bagaimana relasi ketetanggaan pada masyarakat (gated

community) di kawasan perumahan Wastu Asri.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan

kontribusi pengetahuan dalam bidang Sosiologi, serta memberikan kajian

tentang relasi ketetanggaan pada masyarakat gated community di kawasan

perumahan Wastu Asri. Dapat memberikan kontrbusi pengembangan Teori

Voluntaristik Talcott Parson.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi atau

bahan perbandingan pada penelitian yang sama pada waktu yang akan datang,

serta dapat memberikan sumbangan pengatahuan bagi mahasiswa maupun

dosen terkait dengan relasi ketetanggan pada masyarakat komunitas berpagar

(Gated Community) di kawasan perumahan Wastu Asri.

1.5 Definisi Konsep

1.5.1 Relasi Sosial

Hubungan antar sesama dalam istilah sosiologi disebut dengan relasi

atau relation. Hubungan sosial atau relasi sosial menurut Van Zanden

merupakan interaksi sosial yang berkelanjutan (relative cukup lama atau

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41815/2/bab 1.pdfWastu Asri tentu berbeda dengan kawasan yang bukan perumahan atau pemukiman biasa di Desa

7

permanen) yang akhirnya diantara individu-individu tersebut terkait satu

sama lainnya dengan atau oleh seoerangkat harapan yang relative stabil.

Berdasarkan hal ini, relasi sosial bisa dipandang sebagai sesuatu yang seolah-

olah merupakan sebuah jalur atau saluran yang menghubungkan antara satu

orang dengan orang lain dimana (Agusyanto, 2007:14).

1.5.2 Ketetanggaan atau Tetangga

Ferdinand Tonnies (Jhonson, 1986) menyebut keluarga, gereja, desa,

lingkungan tetangga dan sebagainya merupakan para anggota yang

dipersatukan dalam perilaku sosial mereka dengan ikatan persaudaraan, rasa

simpati dan perasaan lainnya, sehingga hal tersebut terlihat secara psikis

mereka dalam keadaan suka duka. Menurut Tonnies prototipe semua

persekutuan hidup disebut dengan gemeinschaft itu keluarga. Gemeinschaft

merupakan dari adanya ikatan darah, tempat tinggal, ketetanggan dan

persahabatan.

1.5.3 Komunitas

Menurut Iriantara (2004) mendefinisikan makna suatu komunitas

yaitu sekumpulan dari individu yang mendiami lokasi atau wilayah tertentu

dengan kepentingan yang sama. Komunitas dapat dimaknai sebagai sebuah

kelompok dari suatu masyarakat yang hidup dalam suatu area khusus yang

memiliki karakteristik budaya yang sama. Komunitas harus memiliki sifat

interkasi, di dalam komunitas memiliki ciri dari adanya keharmonisan,

egalitarian serta sikap saling berbagi nilai dan kebudayaan (Karlina 2009:6).

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41815/2/bab 1.pdfWastu Asri tentu berbeda dengan kawasan yang bukan perumahan atau pemukiman biasa di Desa

8

1.5.4 Komunitas Berpagar (gated community)

Menurut Brakely dan Snder (1997), gated community adalah area

dengan akses yang dibatasi yang membuat ruang publik menjadi privat.

Akses control dengan adanya penghalang fisik, dengan batas pinggir

semacam dinding atau pagar yang dilengkapi dengan pintu masuk yang juga

berpagar dan dijaga. Gated community memberi gambaran yang sedikit

berbeda dengan apartermen yang bangunannya dilengkapi dengan barikade

dan pagar. Dimana pintu gerbang dan penjaga membatasi akses umum dari

lobi atau ruang masuk yang memang privat di dalam bangunan, sedangkan

gated community, gerbang yang ada di luar membatasi akses public dari jalan,

pedestrian, taman, ruang terbuka, dan taman bermain yang ada didalamnya

(Rangi 2008:35).

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan

kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Sujarweni 2014:19)

menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu pedoman penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dari perilaku

orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan

uraian yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, dan masyarakat

dalam suatu keadaan konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang

utuh. Penelitian ini menekankan pada relasi ketetanggan pada pemukiman

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41815/2/bab 1.pdfWastu Asri tentu berbeda dengan kawasan yang bukan perumahan atau pemukiman biasa di Desa

9

perumahan (gated community). Serta melihat faktor utama yang mendasari

adanya suatu relasi ketetanggaan seperti kontak dan komunikasi antar

tetangga.

Penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, Menurut Whitney

metode deskriptif yaitu cara untuk mencari fakta dengan interpretasi yang

tepat. Penelitian dengan metode deskriptif mempelajari suatu permasalahan

serta tata cara yang berlaku yang ada dalam masyarakat dan situasi-situasi

tertentu, seperti tentang suatu hubungan, kegiatan, pandangan, sikap serta

proses yang sedang berlangsung dari pengaruh suatu fenonema (Nazir

2014:43).

Jenis penelitian yang menghasilkan suatu penemuan-penemuan

yang tidak dapat diperoleh denngan menggunakan prosedur statistic atau cara

lain dari kuantifikasi atau pengukuran disebut dengan penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan

masyarakat, tingkah laku, sejarah dan sebagainya (Strauss dan Corbin dalam

Sujarweni 2014:19).

1.6.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Perumahan Wastu Asri, Kecamatan

Junrejo, Kota Batu. Penelitian ini sudah dilaksanakan sejak memperoleh ijin

penelitian. Kawasan pemukiman perumahan Wastu Asri merupakan suatu

pemukiman yang baru dengan menyajikan lingkungan yang asri untuk

memberikan pemukiman yang diharapkan oleh masyarakat yang

membutuhkan suatu hunian dengan tipe perumahan (gated community).

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41815/2/bab 1.pdfWastu Asri tentu berbeda dengan kawasan yang bukan perumahan atau pemukiman biasa di Desa

10

Kawasan perumahan Wastu Asri sebagai salah satu bagian dari

wilayah suburban yang menjadikan masyarakat urban dipisahkan oleh

kelompok-kelompok tertentu, yang menjadikan lemahnya kontak sosial dan

komunikasi dalam lingungan tersebut. Relasi ketetanggaan yang terdapat

pada kawasan perumahan yang berbentuk cluster dengan satu pintu masuk

dan pintu keluar, tentu berbeda dengan relasi ketetanggaan yang terjadi di

daerah yang bukan perumahan atau pemukiman biasa. Kondisi lingkungan

yang asri dan tertutup dengan lingkungan luar perumahan menjadikan

memudarnya atau melemahnya interaksi antar individu ataupun kelompok,

tidak terkecuali interaksi dengan lingkungannya sendiri. Warga sekitar

perumahan juga terdapat yang berjualan atau membuka toko yang

menyediakan makanan ringan, sembako dan sebagainya. Hal tersebut

menjadikan suatu hal yang baru bahwa opini masyarakat saat ini yang

mengira kawasan perumahan tertutup dengan lingkungannya sendiri atau

tidak adanya interaksi dengan tetangga atau lingkungannya terpecahkan.

Bahwa dengan adanya suatu tempat publik maka akan memungkinkan

terjadinya interaksi di dalamnya terutama dalam bertetangga.

1.6.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang diteliti dari relasi ketetanggan pada kawasan

perumahan yang nantinya akan memberikan data. Dari semua subjek

penelitian atau populasi yang nantinya akan diambil dari sebagian polulasi

saja dan dipergunakan untuk menentukan suatu sampel penelitian. Penelitian

ini mengambil sumber data yang sesuai dengan penelitian, dalam penelitian

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41815/2/bab 1.pdfWastu Asri tentu berbeda dengan kawasan yang bukan perumahan atau pemukiman biasa di Desa

11

ini menggunakan teknik sampling, yaitu purposive sampling dan cluster

sampling.

Purposive sampling adalah Teknik pengumpulan sampel dengan

pertimbangan atau kriteria tertentu. Purposive sampling menurut Sugiyono

(2006:85) yaitu teknik untuk menentukan sampel dengan pertimbangan

tertentu yang sudah ditetapkan, dengan syarat-syarat tertentu, dengan

demikian informasi yang didapatkan untuk melihat bagaimana relasi

ketetanggan pada perumahan tersebut. Kriteria sampel sebagai berikut:

a. Ketua RW 8 Desa Junrejo, karena perumahan Wastu Asri terdapat pada

wilayah RW 8.

b. Ketua RT pada kawasan perumahan Wastu Asri

c. Anggota perkumpulan yang ada pada perumahan Wastu Asri.

d. Ketua PKK RT yang ada pada perumahan Wastu Asri.

Cluster sampling yaitu dimana polulasi dibagi berdasarkan

kelompok berdasarkan area atau cluster. Anggota subpopulasi tiap cluster

tidak perlu homogen, beberapa cluster dipilih terlebih dahulu sebagai sampel.

Kemudian dipilih lagi anggota dari unit sample diatas (Nazir 2014:246).

Teknik cluster sampling dalam penelitian ini digunakan untuk mencari subjek

yang akan memberikan informasi terkait dengan yang peneliti butuhkan.

Untuk menentukan penduduk yang akan dijadikan sumber data, maka

pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.

Penelitian ini melihat relasi ketetanggaan pada kawasan perumahan Wastu

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41815/2/bab 1.pdfWastu Asri tentu berbeda dengan kawasan yang bukan perumahan atau pemukiman biasa di Desa

12

Asri, sehingga nanti akan diambil sampel pada setiap blok yang kemudian

akan memberikan informasi tentang penelitian tersebut.

1.6.4 Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data penelitian diperoleh.

Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam

pengumpulan data, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang

merespon atau menjawab pertanyaan, baik tertulis maupun lisan (Sujarweni

2014:73). Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer

dan data sekunder.

Munawaroh (2012:82) Menjelaskan data primer yaitu data yang

diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti melalui observasi dan

wawancara pada subjek penelitian. Subjek penelitian yang diambil oleh

peneliti yang nantinya akan memberikan sumber data berupa data primer

yang diambil berdasarkan teknik sampling tersebut, subjek penelitiannya

sebagai berikut:

Tabel 1.1 Subjek Penelitian

No Nama Keterangan

1 Bapak Wahyudi Ketua RW 8 Desa Junrejo

2 Bapak Puji Supnoyo Ketua RT 5 Wastu Asri

3 Ibu Kiki Mei Ketua PKK Wastu Asri

4 Ibu Dewi Sumarem Sekertaris Perkumpulan

5 Ibu Tri Feranita Bendahara Bansos Perkumpulan

6 Ibu Misye Bendahara Bansos Perkumpulan

7 Ibu Linda Wati Penduduk Perumahan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41815/2/bab 1.pdfWastu Asri tentu berbeda dengan kawasan yang bukan perumahan atau pemukiman biasa di Desa

13

8 Ibu Jumami Penduduk Perumahan

9 Ibu Lilik Ernawati Penduduk Perumahan

10 Ibu Ivone Mei Maria Penduduk Perumahan

Sumber: Data diolah dari peneliti/penulis

Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung, seperti dokumentasi yang dihasilkan sendiri dengan kamera yang

terkait dengan apa yang peneliti butuhkan (Munawaroh 2012:82).

Dokumentasi yang dihasilkan terkait dengan aktivitas penduduk perumahan

Wastu Asri dengan lingkungan tetangganya yang menghasilkan suatu

interkasi atau komunikasi di dalamnya.

1.6.5 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini memerlukan data yang lengkap dan sesuai dengan apa

yang dibutuhkan untuk dapat melakukan analisis dan mengolah data, maka

digunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan awal dari suatu Teknik penelitian dimana

untuk mendapatkan informasi yang diperlukan penulis untuk menyajikan

gambaran nyata dari suatu peristiwa atau fenomena untuk menjawab

pertanyaan penelitian, untuk membantu mengerti perilaku manusia dan

sebagai bahan evaluasi. Bungin (2007) membagi bebrapa bentuk dari

observasi, yaitu 1) Observasi pertisipasi, dimana data yang diperoleh melalui

pengamatan peneliti yang ikut terlibat dalam keseharian informan. 2)

Observasi tidak terstruktur, yaitu pengamatan berdasarakan pengembagan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41815/2/bab 1.pdfWastu Asri tentu berbeda dengan kawasan yang bukan perumahan atau pemukiman biasa di Desa

14

yang terjadi di lapangan. 3) Observasi kelompok, pengamatan yang dilakukan

oleh tim penetili terhadap suatu objek penelitian.

Observasi dilakukan pertama bertemu dengan ketua RW 8 Desa

Junrejo yaitu Bapak Wahyudi Bahwono. Pertemuan pertama ini dilakukan

untuk mengurus perizinan untuk memperoleh informasi awal terkait kawasan

perumahan Wastu Asri. Tujuan observasi ini adalah untuk memperoleh

informasi dan data tentang relasi ketetanggan pada kawasan perumahan

Wastu Asri. Pada tahap observasi ini peneliti melihat situasi dan kondidi yang

ada pada kawasan perumahan Wastu Asri yang melakukan kegiatan seperti

berbelanja ke toko, membeli sayuran (melijo), bercengkrama dengan teman

dan tetangga dan sebagainya.

2. Wawancara

Wawancara adalah cara mengumpulkan data dan ketarangan yang

dilakukan dengan tanya jawab secara lisan secara bertatap muka denga tujuan

yang telah ditetapkan (Sudijono, 1996:82). Pengumpulan data melalui

wawancara untuk mendapatkan data secara mendalam dengan narasumber

yang bertempat tinggal di perumahan Wastu Asri. Wawancara dilakukan

secara mendalam dan tidak terstruktur kepada subjek penelitian dengan

pedoman yang telah dibuat.

Wawancara dilakukan dengan tidak terstruktur, yaitu wawancara

yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang

telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya,

pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar yang

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41815/2/bab 1.pdfWastu Asri tentu berbeda dengan kawasan yang bukan perumahan atau pemukiman biasa di Desa

15

akan di tanyakan (Sugiyono, 2006:160). Wawancara dilakukan pertama guna

mendapatkan data awal yaitu kepada Bapak Wahyudi Bahwono sebagai

Ketua RW 8 Desa Junrejo, maka data awal yang di butuhkan dapat diperoleh

dengan baik serta sebagai tanda meminta izin untuk melakukan penelitian di

Perumahan Wastu Asri. Kemudian wawancara dengan subjek penelitian

selajutnya yaitu dengan Ibu Tri Feranita sebagai penduduk perumahan Wastu

Asri sekaligus sebagai penggerak warga perumahan dan bendahara bansos

perumahan. Wawancara dengan Ibu Tri, peneliti mendapatkan informasi

tentang bagaimana interaksi warga Wastu Asri dengan lingungan perumahan,

serta bagaimana warga perumahan tersebut aktif mengikuti kegiatan yang ada

di Desa Junrejo. Beliau juga memberikan informasi tentang perkumpulan

yang ada di perumahan Wastu Asri, kemudian memberikan petunjuk siapa

saja yang nantinya akan peneliti gunakan sebagai subjek penelitian, sehingga

subjek penelitian yang peneliti harapkan tersebar pada setiap blok yang ada

pada perumahan tersebut.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan kejadian yang sudah lampau yang

dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan dan karya bentuk seperti foto, buku

dan sebagainya (Satori dan Komariah, 2012:148). Maka, dokumentasi

merupakan berbagai hal yang berisi informasi masa lalu, berupa surat,

naskah, barang cetakan, rekaman suara, gambar dan sebagainya.

Dokumentasi berupa foto-foto terkait data-data yang di cari dalam

penelitian ini yang berupa keadaan lingkungan perumahan wastu asri atau

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41815/2/bab 1.pdfWastu Asri tentu berbeda dengan kawasan yang bukan perumahan atau pemukiman biasa di Desa

16

informasi langsung dari responden yang bersangkutan. Selanjutnya merekam

masil wawancara yang dilakukan kepada responden atau informan dengan

menggunakan perekam suara di handphone.

1.6.6 Teknik Analisa Data

Menurut Mudjiarahardjo (dalam Sujarweni, 2014:34) Analisis data

adalah suatu kegiatan untuk mengurutkan, mengatur, memberi kode atau

tanda, mengelompokkan dan mengkategorikan sehingga akan di peroleh

suatu temuan berdasarkan fokus masalah yang akan dijawab. Melalui

serangkaian aktivitas tersebut, data dapat disederhanakan untuk bisa

dipahami dengan mudah. Setelah data yang diperoleh terkumpul selanjutnya

dianalisis. Analisis data merupakan bagian dari penelitian yang sangat

penting, analisis data kualitatif merupakan kategori yang sulit karena tidak

adanya pedoman yang baku, tidak ada aturan yang sifatnya sistematis dan

tidak berproses secara linier.

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan analisis

model interaktif yang diperkenalkan oleh Miles. Menurut miles (1994) dan

Faisal (2003) analisis data dilakukan selama data yang dikumpulkan di

lapangan dan setelah semua data terkumpul, analisis data berlangsung secara

bersama-sama dengan proses pengumpulan data dengan alur tahapan sebagai

berikut:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang

terperinci. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk laporan atau data yang

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41815/2/bab 1.pdfWastu Asri tentu berbeda dengan kawasan yang bukan perumahan atau pemukiman biasa di Desa

17

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data

Kesimpulan dan Verifikasi

terperinci. Data yang diperoleh di reduksi, dipilih hal yang pokok, dirangkum

kemudian difokuskan dalam hal yang penting. Dengan demikian data yang

sudah direduksi akan memberikan suatu gambaran yang tajam dari hasil

pengamatan juga nantinya dapat mempermudah peneliti untuk mencari

kembali data sebagai tambahan atas data yang sebelumnya yang didapatkan

sebagai tambahan jika diperlukan,

2. Penyajian Data

Langkah selanjutnya yaitu penyajian data setelah tahap reduksi data.

Data yang telah di reduksi kemudian disajikan dalam bentuk uraian singkat

agar memudahkan peneliti untuk melihat pola hubungan satu data dengan

lainnya. Dalam penelitian ini penyajian data di fokuskan dengan

menggunakan teks yang bersifat naratif dan terdapat bentuk penyajian data

lain sebagai pendukung.

3. Penyimpulan dan Verifikasi

Kegiatan penyimpulan merupakan langkah lebih lanjut dari kegiatan

reduksi dan penyajian data. Data yang sudah direduksi dan disajikan secara

sistematis akan disimpulkan sementara. Kesimpulan yang diperoleh di tahap

awal biasanya kurang jelas, tetapi pada tahap selanjutnya akan semakin tegas

dan memiliki dasar yang kuat.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41815/2/bab 1.pdfWastu Asri tentu berbeda dengan kawasan yang bukan perumahan atau pemukiman biasa di Desa

18

1.6.7 Keabsahan Data

Penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi untuk menguji

keabsahan data. Teknik trianggulasi merupakan teknik pengumpulan data

yang diperoleh berbeda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama

(Sugiyono, 2014;241). Teknik trianggulasi ini peneliti menggunakan teknik

observasi, wawancara dan dokumentasi untuk sumber data yang sama.

Teknik trianggulasi merupakan cara untuk mencapatkan data dari sumber

yang berbeda-beda namun dengan menggunakan teknik yang sama.

Teknik trianggulasi ini didapatkan dengan cara wawancara atau

menanyakan suatu pendapat dari informan satu dengan lainnya. Seperti yang

sudah peneliti lakukan tentang bagaimana relasi ketetanggaan yang ada pada

kawasan perumahan Wastu Asri Junrejo, kemudian dari informasi data yang

diperoleh dari masing-masing rumah yang ada di kawasan perumahan

tersebut di bandingkan dari satu dengan yang lainnya. Tujuan dari

mambandingkan informasi yang diperoleh adalah agar peneliti mendapatkan

data yang memiliki nilai kredibel.