bab i pendahuluan 1.1 latar belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41815/2/bab 1.pdfwastu...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses modernisasi di Indonesia mengakibatkan terjadinya suatu
perubahan terutama pada wilayah-wilayah besar seperti Kota Malang dan
sekitarnya yang menjadikan tipisnya perbedaan antara desa dan kota. Masyarakat
desa yang memiliki akar tradisionalisme yang kuat, kini semakin berkurang karena
keterbukaan masyarakat desa terhadap pengaruh yang ada diluar dari aspek
kebudayaan. Desa dengan sistem kebudayaan tradisional yang kuat saat ini semakin
berkurang karena adanya penyesuaian diri masyarakat desa terhadap gaya hidup
yang modern, seperti adanya tempat tinggal baru atau pemukiman dengan konsep
modern (perumahan) menarik perhatian publik yang menginginkan hunian dengan
model tersebut.
Tempat tinggal merupakan kebutuhan yang utama bagi manusia, pada
zaman modern sudah di sajikan berbagai bentuk dari tempat tinggal, seperti
perumahan, apartermen dan sebagainya. Maraknya pembagunan tempat tinggal
yang berbentuk perumahan di Kota Batu menjadikan perubahan pada setiap aspek
kehidupan masyarakat, mulai dari banyaknya urbanisasi. Salah satu perumahan di
Kota Batu yang berada di Kecamatan Junrejo, Desa Junrejo dengan penduduknya
rata-rata pendatang. Hal tersebut nantinya akan menciptakan suatu kelompok
masyarakat baru yang dapat menyebabkan perubahan dari segi kebudayaan.
Kawasan Perumahan Wastu Asri merupakan kawasan Perumahan
menenggah ke atas, Perumahan Wastu Asri berlokasi di Kecamatan Junrejo, Desa
Junrejo, Dusun Jeding terletak di RT 5 yang berada di RW 8 yang dibangun pada
2
pertenggahan tahun 2008. Perumahan tersebut menyediakan tempat tinggal dengan
konsep modern dan memberikan fasilitas yang dibutuhkan oleh setiap penghuninya,
yang nantinya akan mengakibatkan minimnya interaksi dan kontak sosial pada
masyarakat di lingkungannya sendiri. Adanya fasilitas yang sudah dibutuhkan oleh
penghuni perumahan akan menjadikan individu-individu didalamnya merasa tidak
perlu berinteraksi dengan lingkungannya karena mereka beranggapan bahwa sudah
tercukupi kebutuhan suatu kebutuhan tersebut, seperti keamanan lingkungan pada
rumahnya. Pada dasarnya manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas
dari adanya komunikasi, sebagai sifat dasar manusia yang memerlukan bantuan
orang lain dalam berkehidupan maka upaya manusia untuk memenuhi
kebutuhannya tersebut dapat dilakukan dengan proses interaksi sosial.
Tempat tinggal dengan konsep perumahan modern serta adanya pagar
yang membatasi lingkungan perumahan dengan wilayahnya yang menjadikan
ruang publik menjadi privat, dengan akses kontrol oleh penghalang fisik seperti
pagar tembok tinggi yang dilengkapi dengan area masuk dengan satu pintu dan
dijaga ketat oleh satpam, dalam hal ini Baleky dan Snyder menyebut gated
community (Rangi, 2008:38). Tempat tinggal dengan konsep gated community pada
daerah perumahan Wastu Asri yang modern dengan fasilitas yang dibutuhkan sudah
terpenuhi menjadikan rasa kepedulian sosial terhadap lingkunganya atau tetangga
sekitar sangat rendah. Tidak dapat di pungkiri jika adanya suatu ketetanggaan
merupakan lingkungan yang memungkinkan bagi individu untuk melakukan kontak
sosial maupun komunikasi dengan lingkungannya. Kontak sosial dan komunikasi
merupakan suatu dasar adanya relasi atau hubungan dalam bertetangga. Relasi
3
tersebut ditentukan oleh bagaimana kuatnya komunikasi dan kontak sosial atar
individu di lingkungan perumahan Wastu Asri dengan tetangga.
Proses kontak sosial dan relasi ketetanggan yang terjadi di perumahan
Wastu Asri tentu berbeda dengan kawasan yang bukan perumahan atau pemukiman
biasa di Desa Junrejo, dalam hal ini kawasan perumahan Wastu Asri marupakan
suatu pemukiman baru yang setiap anggota masyarakat dari perumahan tersebut
tidak berasal dari latar belakang yang sama seperti tempat asal, pekerjaan, suku,
agama dan lainya, yang memutuskan untuk tinggal di suatu perumahan yang sama
serta memiliki fasilitas yang mereka butuhkan. (Kartono, 2010) Ketetanggan di
perumahan sering di tengarai dengan cenderung menuju pada lost of neighborhood
atau keadaan berkumpul namun tidak saling merasa bersama untuk
mempertahankan kebersamaan di lingkungan pemukimannya seperti pada
perumahan Wastu Asri. Kawasan perumahan sebagai lingkungan pemukiman yang
baru tentu akan menciptakan hubungan sosial maupun relasi sosial yang baru. Hal
ini disebabkan karena kawasan perumahan sebagai lingkungan yang baru bukan
hanya sekedar tempat tingggal saja namun tempat berkembangnya nilai dan norma
sosial yang nantinya membentuk masyarakat dari ikatan kawasan tempat itu sendiri.
Pada lingkungan masyarakat perumahan hubungan antara individu dengan
individu lainya saling berorientasi dengan nilai dan norma. Seperti relasi dalam
ketetanggaan yang di hasilkan dari adanya proses kontak sosial yang menjadikan
individu dan individu lain dapat berkomunikasi atau berinteraksi dengan tujuan
yang ingin dicapai. Pada lingkungan masyarakat perumahan Wastu Asri terdapat
beberapa rumah yang membuka toko kecil-kecilan untuk pemasukannya setiap
harinya, dalam hal tersebut memungkinkan terdapat adanya suatu kontak atau
4
komunikasi yang menjadikan suatu hubungan atau relasi dalam ketetanggaan pada
masyarakat tersebut terjalin.
(Blakely dan Snyder 1997 dalam Rangi) mengatakan bahwa Gated
community merupakan bagian dari maraknya tren suburbanisasi. Awal mula
terjadinya tren suburbanisasi, dimana ketika pusat kota telah kehilangan posisinya
sebagai tempat terkuat di dalam hierarki metropolis. Sehingga tren tersebut hampir
menyebabkan sebagian fungsi dari kota pindah ke area suburban atau pinggiran-
pinggiran kota. Tingginya angka kejahatan dan dipicu oleh harga lahan di kota yang
mahal menjadi pemicu dari maraknya pembagunan-pembagunan di area
suburbanisasi. Realitas dari tren suburbanisasi yaitu dengan menjamurnya berbagai
pemukiman yang berbentuk perumahan di daerah-daerah suburban dari Kota Batu
yang akhirnya membentuk suatu lingkungan baru dengan minimnya komunikasi
dan interaksi dengan lingkungannya yang nantinya akan mengakibatkan perubahan
sosial pada aspek kebudayaan.
Perkembangan gated community di Indonesia berbeda dengan yang terjadi
di Negara lain. Gated community di Indonesia lebih menyerupai pengelompokan
suatu hunian dibandingkan sebuah proses untuk membentuk suatu komunitas.
Interaksi masyarakat di dalam pagar atau suatu hunian berkelompok seperti
perumahan ternyata tidak berbeda secara signifikan dengan masyarakat yang hidup
di luar perumahan (gated community). Artinya gated community di Indonesia
berbeda dengan Negara-Negara lain, di Indonesia lebih menyerupai ghetto (tempat
tertutup yang terpisah dari kota) namun hanya saja di peruntukan bagi masyarakat
menengah ke atas. Jika di Negara lain dimana pagar untuk membentuk suatu
komunitas (Leisch, dalam Rangi 2008).
5
Warga Perumahan Wastu Asri memiliki cara untuk membuat
lingkungannya nyaman, asri, aman, guyub dan rukun dengan tetangga dan
lingkungan sekitarnya. Warga perumahan Wastu Asri memiliki perkumpulan
sebagai alat untuk menjalin kerjasama, interaksi dan kebutuhan lainnya dengan
tetangga dan lingkungan sekitar, yang nantinya akan memudahkan warga
perumahan tersebut untuk dapat terhubung dengan lingkungan tempat tinggalnya.
Teori Aksi Voluntaristik yang nantinya akan menganalisis bagaimana relasi
ketetanggaan pada perumahan Wastu asri, dengan aktor memiliki tujuan dan akan
menggunakan alat untuk mencapai tujuan tersebut namun dibatasi oleh nilai norma
dan kondisi situasional.
Permasalahan yang muncul dari menjamurnya kawasan pemukiman yang
tertutup (gated community) di Kota Batu adalah bagaimana interaksi, komunikasi
hubungan sosial atau relasi dengan tetangga yang terjadi di perumahan Wastu Asri
serta kebudayaan yang guyub rukun antar lingkungan masyarakatnya. Berdasarkan
uraian tersebut, maka penulis tertarik mengkaji lebih dalam sebuah kegiatan
penelitian terkait dengan judul “Relasi ketetanggan pada komunitas berpagar
(gated community) studi perumahan Wastu Asri Kecamatan Junrejo, Kota Batu)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dibuat rumusan masalah
penelitian. Bagaimana relasi ketetanggaan pada masyarakat komunitas berpagar
(Gated Community) pada kawasan perumahan Wastu Asri?
6
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusaan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengatahui bagaimana relasi ketetanggaan pada masyarakat (gated
community) di kawasan perumahan Wastu Asri.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan
kontribusi pengetahuan dalam bidang Sosiologi, serta memberikan kajian
tentang relasi ketetanggaan pada masyarakat gated community di kawasan
perumahan Wastu Asri. Dapat memberikan kontrbusi pengembangan Teori
Voluntaristik Talcott Parson.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi atau
bahan perbandingan pada penelitian yang sama pada waktu yang akan datang,
serta dapat memberikan sumbangan pengatahuan bagi mahasiswa maupun
dosen terkait dengan relasi ketetanggan pada masyarakat komunitas berpagar
(Gated Community) di kawasan perumahan Wastu Asri.
1.5 Definisi Konsep
1.5.1 Relasi Sosial
Hubungan antar sesama dalam istilah sosiologi disebut dengan relasi
atau relation. Hubungan sosial atau relasi sosial menurut Van Zanden
merupakan interaksi sosial yang berkelanjutan (relative cukup lama atau
7
permanen) yang akhirnya diantara individu-individu tersebut terkait satu
sama lainnya dengan atau oleh seoerangkat harapan yang relative stabil.
Berdasarkan hal ini, relasi sosial bisa dipandang sebagai sesuatu yang seolah-
olah merupakan sebuah jalur atau saluran yang menghubungkan antara satu
orang dengan orang lain dimana (Agusyanto, 2007:14).
1.5.2 Ketetanggaan atau Tetangga
Ferdinand Tonnies (Jhonson, 1986) menyebut keluarga, gereja, desa,
lingkungan tetangga dan sebagainya merupakan para anggota yang
dipersatukan dalam perilaku sosial mereka dengan ikatan persaudaraan, rasa
simpati dan perasaan lainnya, sehingga hal tersebut terlihat secara psikis
mereka dalam keadaan suka duka. Menurut Tonnies prototipe semua
persekutuan hidup disebut dengan gemeinschaft itu keluarga. Gemeinschaft
merupakan dari adanya ikatan darah, tempat tinggal, ketetanggan dan
persahabatan.
1.5.3 Komunitas
Menurut Iriantara (2004) mendefinisikan makna suatu komunitas
yaitu sekumpulan dari individu yang mendiami lokasi atau wilayah tertentu
dengan kepentingan yang sama. Komunitas dapat dimaknai sebagai sebuah
kelompok dari suatu masyarakat yang hidup dalam suatu area khusus yang
memiliki karakteristik budaya yang sama. Komunitas harus memiliki sifat
interkasi, di dalam komunitas memiliki ciri dari adanya keharmonisan,
egalitarian serta sikap saling berbagi nilai dan kebudayaan (Karlina 2009:6).
8
1.5.4 Komunitas Berpagar (gated community)
Menurut Brakely dan Snder (1997), gated community adalah area
dengan akses yang dibatasi yang membuat ruang publik menjadi privat.
Akses control dengan adanya penghalang fisik, dengan batas pinggir
semacam dinding atau pagar yang dilengkapi dengan pintu masuk yang juga
berpagar dan dijaga. Gated community memberi gambaran yang sedikit
berbeda dengan apartermen yang bangunannya dilengkapi dengan barikade
dan pagar. Dimana pintu gerbang dan penjaga membatasi akses umum dari
lobi atau ruang masuk yang memang privat di dalam bangunan, sedangkan
gated community, gerbang yang ada di luar membatasi akses public dari jalan,
pedestrian, taman, ruang terbuka, dan taman bermain yang ada didalamnya
(Rangi 2008:35).
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Sujarweni 2014:19)
menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu pedoman penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dari perilaku
orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan
uraian yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, dan masyarakat
dalam suatu keadaan konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang
utuh. Penelitian ini menekankan pada relasi ketetanggan pada pemukiman
9
perumahan (gated community). Serta melihat faktor utama yang mendasari
adanya suatu relasi ketetanggaan seperti kontak dan komunikasi antar
tetangga.
Penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, Menurut Whitney
metode deskriptif yaitu cara untuk mencari fakta dengan interpretasi yang
tepat. Penelitian dengan metode deskriptif mempelajari suatu permasalahan
serta tata cara yang berlaku yang ada dalam masyarakat dan situasi-situasi
tertentu, seperti tentang suatu hubungan, kegiatan, pandangan, sikap serta
proses yang sedang berlangsung dari pengaruh suatu fenonema (Nazir
2014:43).
Jenis penelitian yang menghasilkan suatu penemuan-penemuan
yang tidak dapat diperoleh denngan menggunakan prosedur statistic atau cara
lain dari kuantifikasi atau pengukuran disebut dengan penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan
masyarakat, tingkah laku, sejarah dan sebagainya (Strauss dan Corbin dalam
Sujarweni 2014:19).
1.6.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perumahan Wastu Asri, Kecamatan
Junrejo, Kota Batu. Penelitian ini sudah dilaksanakan sejak memperoleh ijin
penelitian. Kawasan pemukiman perumahan Wastu Asri merupakan suatu
pemukiman yang baru dengan menyajikan lingkungan yang asri untuk
memberikan pemukiman yang diharapkan oleh masyarakat yang
membutuhkan suatu hunian dengan tipe perumahan (gated community).
10
Kawasan perumahan Wastu Asri sebagai salah satu bagian dari
wilayah suburban yang menjadikan masyarakat urban dipisahkan oleh
kelompok-kelompok tertentu, yang menjadikan lemahnya kontak sosial dan
komunikasi dalam lingungan tersebut. Relasi ketetanggaan yang terdapat
pada kawasan perumahan yang berbentuk cluster dengan satu pintu masuk
dan pintu keluar, tentu berbeda dengan relasi ketetanggaan yang terjadi di
daerah yang bukan perumahan atau pemukiman biasa. Kondisi lingkungan
yang asri dan tertutup dengan lingkungan luar perumahan menjadikan
memudarnya atau melemahnya interaksi antar individu ataupun kelompok,
tidak terkecuali interaksi dengan lingkungannya sendiri. Warga sekitar
perumahan juga terdapat yang berjualan atau membuka toko yang
menyediakan makanan ringan, sembako dan sebagainya. Hal tersebut
menjadikan suatu hal yang baru bahwa opini masyarakat saat ini yang
mengira kawasan perumahan tertutup dengan lingkungannya sendiri atau
tidak adanya interaksi dengan tetangga atau lingkungannya terpecahkan.
Bahwa dengan adanya suatu tempat publik maka akan memungkinkan
terjadinya interaksi di dalamnya terutama dalam bertetangga.
1.6.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang diteliti dari relasi ketetanggan pada kawasan
perumahan yang nantinya akan memberikan data. Dari semua subjek
penelitian atau populasi yang nantinya akan diambil dari sebagian polulasi
saja dan dipergunakan untuk menentukan suatu sampel penelitian. Penelitian
ini mengambil sumber data yang sesuai dengan penelitian, dalam penelitian
11
ini menggunakan teknik sampling, yaitu purposive sampling dan cluster
sampling.
Purposive sampling adalah Teknik pengumpulan sampel dengan
pertimbangan atau kriteria tertentu. Purposive sampling menurut Sugiyono
(2006:85) yaitu teknik untuk menentukan sampel dengan pertimbangan
tertentu yang sudah ditetapkan, dengan syarat-syarat tertentu, dengan
demikian informasi yang didapatkan untuk melihat bagaimana relasi
ketetanggan pada perumahan tersebut. Kriteria sampel sebagai berikut:
a. Ketua RW 8 Desa Junrejo, karena perumahan Wastu Asri terdapat pada
wilayah RW 8.
b. Ketua RT pada kawasan perumahan Wastu Asri
c. Anggota perkumpulan yang ada pada perumahan Wastu Asri.
d. Ketua PKK RT yang ada pada perumahan Wastu Asri.
Cluster sampling yaitu dimana polulasi dibagi berdasarkan
kelompok berdasarkan area atau cluster. Anggota subpopulasi tiap cluster
tidak perlu homogen, beberapa cluster dipilih terlebih dahulu sebagai sampel.
Kemudian dipilih lagi anggota dari unit sample diatas (Nazir 2014:246).
Teknik cluster sampling dalam penelitian ini digunakan untuk mencari subjek
yang akan memberikan informasi terkait dengan yang peneliti butuhkan.
Untuk menentukan penduduk yang akan dijadikan sumber data, maka
pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.
Penelitian ini melihat relasi ketetanggaan pada kawasan perumahan Wastu
12
Asri, sehingga nanti akan diambil sampel pada setiap blok yang kemudian
akan memberikan informasi tentang penelitian tersebut.
1.6.4 Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data penelitian diperoleh.
Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam
pengumpulan data, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang
merespon atau menjawab pertanyaan, baik tertulis maupun lisan (Sujarweni
2014:73). Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan data sekunder.
Munawaroh (2012:82) Menjelaskan data primer yaitu data yang
diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti melalui observasi dan
wawancara pada subjek penelitian. Subjek penelitian yang diambil oleh
peneliti yang nantinya akan memberikan sumber data berupa data primer
yang diambil berdasarkan teknik sampling tersebut, subjek penelitiannya
sebagai berikut:
Tabel 1.1 Subjek Penelitian
No Nama Keterangan
1 Bapak Wahyudi Ketua RW 8 Desa Junrejo
2 Bapak Puji Supnoyo Ketua RT 5 Wastu Asri
3 Ibu Kiki Mei Ketua PKK Wastu Asri
4 Ibu Dewi Sumarem Sekertaris Perkumpulan
5 Ibu Tri Feranita Bendahara Bansos Perkumpulan
6 Ibu Misye Bendahara Bansos Perkumpulan
7 Ibu Linda Wati Penduduk Perumahan
13
8 Ibu Jumami Penduduk Perumahan
9 Ibu Lilik Ernawati Penduduk Perumahan
10 Ibu Ivone Mei Maria Penduduk Perumahan
Sumber: Data diolah dari peneliti/penulis
Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung, seperti dokumentasi yang dihasilkan sendiri dengan kamera yang
terkait dengan apa yang peneliti butuhkan (Munawaroh 2012:82).
Dokumentasi yang dihasilkan terkait dengan aktivitas penduduk perumahan
Wastu Asri dengan lingkungan tetangganya yang menghasilkan suatu
interkasi atau komunikasi di dalamnya.
1.6.5 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini memerlukan data yang lengkap dan sesuai dengan apa
yang dibutuhkan untuk dapat melakukan analisis dan mengolah data, maka
digunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan awal dari suatu Teknik penelitian dimana
untuk mendapatkan informasi yang diperlukan penulis untuk menyajikan
gambaran nyata dari suatu peristiwa atau fenomena untuk menjawab
pertanyaan penelitian, untuk membantu mengerti perilaku manusia dan
sebagai bahan evaluasi. Bungin (2007) membagi bebrapa bentuk dari
observasi, yaitu 1) Observasi pertisipasi, dimana data yang diperoleh melalui
pengamatan peneliti yang ikut terlibat dalam keseharian informan. 2)
Observasi tidak terstruktur, yaitu pengamatan berdasarakan pengembagan
14
yang terjadi di lapangan. 3) Observasi kelompok, pengamatan yang dilakukan
oleh tim penetili terhadap suatu objek penelitian.
Observasi dilakukan pertama bertemu dengan ketua RW 8 Desa
Junrejo yaitu Bapak Wahyudi Bahwono. Pertemuan pertama ini dilakukan
untuk mengurus perizinan untuk memperoleh informasi awal terkait kawasan
perumahan Wastu Asri. Tujuan observasi ini adalah untuk memperoleh
informasi dan data tentang relasi ketetanggan pada kawasan perumahan
Wastu Asri. Pada tahap observasi ini peneliti melihat situasi dan kondidi yang
ada pada kawasan perumahan Wastu Asri yang melakukan kegiatan seperti
berbelanja ke toko, membeli sayuran (melijo), bercengkrama dengan teman
dan tetangga dan sebagainya.
2. Wawancara
Wawancara adalah cara mengumpulkan data dan ketarangan yang
dilakukan dengan tanya jawab secara lisan secara bertatap muka denga tujuan
yang telah ditetapkan (Sudijono, 1996:82). Pengumpulan data melalui
wawancara untuk mendapatkan data secara mendalam dengan narasumber
yang bertempat tinggal di perumahan Wastu Asri. Wawancara dilakukan
secara mendalam dan tidak terstruktur kepada subjek penelitian dengan
pedoman yang telah dibuat.
Wawancara dilakukan dengan tidak terstruktur, yaitu wawancara
yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya,
pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar yang
15
akan di tanyakan (Sugiyono, 2006:160). Wawancara dilakukan pertama guna
mendapatkan data awal yaitu kepada Bapak Wahyudi Bahwono sebagai
Ketua RW 8 Desa Junrejo, maka data awal yang di butuhkan dapat diperoleh
dengan baik serta sebagai tanda meminta izin untuk melakukan penelitian di
Perumahan Wastu Asri. Kemudian wawancara dengan subjek penelitian
selajutnya yaitu dengan Ibu Tri Feranita sebagai penduduk perumahan Wastu
Asri sekaligus sebagai penggerak warga perumahan dan bendahara bansos
perumahan. Wawancara dengan Ibu Tri, peneliti mendapatkan informasi
tentang bagaimana interaksi warga Wastu Asri dengan lingungan perumahan,
serta bagaimana warga perumahan tersebut aktif mengikuti kegiatan yang ada
di Desa Junrejo. Beliau juga memberikan informasi tentang perkumpulan
yang ada di perumahan Wastu Asri, kemudian memberikan petunjuk siapa
saja yang nantinya akan peneliti gunakan sebagai subjek penelitian, sehingga
subjek penelitian yang peneliti harapkan tersebar pada setiap blok yang ada
pada perumahan tersebut.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan kejadian yang sudah lampau yang
dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan dan karya bentuk seperti foto, buku
dan sebagainya (Satori dan Komariah, 2012:148). Maka, dokumentasi
merupakan berbagai hal yang berisi informasi masa lalu, berupa surat,
naskah, barang cetakan, rekaman suara, gambar dan sebagainya.
Dokumentasi berupa foto-foto terkait data-data yang di cari dalam
penelitian ini yang berupa keadaan lingkungan perumahan wastu asri atau
16
informasi langsung dari responden yang bersangkutan. Selanjutnya merekam
masil wawancara yang dilakukan kepada responden atau informan dengan
menggunakan perekam suara di handphone.
1.6.6 Teknik Analisa Data
Menurut Mudjiarahardjo (dalam Sujarweni, 2014:34) Analisis data
adalah suatu kegiatan untuk mengurutkan, mengatur, memberi kode atau
tanda, mengelompokkan dan mengkategorikan sehingga akan di peroleh
suatu temuan berdasarkan fokus masalah yang akan dijawab. Melalui
serangkaian aktivitas tersebut, data dapat disederhanakan untuk bisa
dipahami dengan mudah. Setelah data yang diperoleh terkumpul selanjutnya
dianalisis. Analisis data merupakan bagian dari penelitian yang sangat
penting, analisis data kualitatif merupakan kategori yang sulit karena tidak
adanya pedoman yang baku, tidak ada aturan yang sifatnya sistematis dan
tidak berproses secara linier.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan analisis
model interaktif yang diperkenalkan oleh Miles. Menurut miles (1994) dan
Faisal (2003) analisis data dilakukan selama data yang dikumpulkan di
lapangan dan setelah semua data terkumpul, analisis data berlangsung secara
bersama-sama dengan proses pengumpulan data dengan alur tahapan sebagai
berikut:
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang
terperinci. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk laporan atau data yang
17
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data
Kesimpulan dan Verifikasi
terperinci. Data yang diperoleh di reduksi, dipilih hal yang pokok, dirangkum
kemudian difokuskan dalam hal yang penting. Dengan demikian data yang
sudah direduksi akan memberikan suatu gambaran yang tajam dari hasil
pengamatan juga nantinya dapat mempermudah peneliti untuk mencari
kembali data sebagai tambahan atas data yang sebelumnya yang didapatkan
sebagai tambahan jika diperlukan,
2. Penyajian Data
Langkah selanjutnya yaitu penyajian data setelah tahap reduksi data.
Data yang telah di reduksi kemudian disajikan dalam bentuk uraian singkat
agar memudahkan peneliti untuk melihat pola hubungan satu data dengan
lainnya. Dalam penelitian ini penyajian data di fokuskan dengan
menggunakan teks yang bersifat naratif dan terdapat bentuk penyajian data
lain sebagai pendukung.
3. Penyimpulan dan Verifikasi
Kegiatan penyimpulan merupakan langkah lebih lanjut dari kegiatan
reduksi dan penyajian data. Data yang sudah direduksi dan disajikan secara
sistematis akan disimpulkan sementara. Kesimpulan yang diperoleh di tahap
awal biasanya kurang jelas, tetapi pada tahap selanjutnya akan semakin tegas
dan memiliki dasar yang kuat.
18
1.6.7 Keabsahan Data
Penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi untuk menguji
keabsahan data. Teknik trianggulasi merupakan teknik pengumpulan data
yang diperoleh berbeda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama
(Sugiyono, 2014;241). Teknik trianggulasi ini peneliti menggunakan teknik
observasi, wawancara dan dokumentasi untuk sumber data yang sama.
Teknik trianggulasi merupakan cara untuk mencapatkan data dari sumber
yang berbeda-beda namun dengan menggunakan teknik yang sama.
Teknik trianggulasi ini didapatkan dengan cara wawancara atau
menanyakan suatu pendapat dari informan satu dengan lainnya. Seperti yang
sudah peneliti lakukan tentang bagaimana relasi ketetanggaan yang ada pada
kawasan perumahan Wastu Asri Junrejo, kemudian dari informasi data yang
diperoleh dari masing-masing rumah yang ada di kawasan perumahan
tersebut di bandingkan dari satu dengan yang lainnya. Tujuan dari
mambandingkan informasi yang diperoleh adalah agar peneliti mendapatkan
data yang memiliki nilai kredibel.