bab i pendahuluan 1.1 latar belakang...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan masyarakat yang sangat komplek sekarang ini,
muncul berbagai problem kehidupan yang merupakan realitas yang tidak dapat
dihindari. Keadaan hidup yang sudah mempengaruhi pola kehidupan
masyarakat kita disebabkan faktor-faktor dari diri individu maupun faktor
lingkungan luar. Islam merupakan suatu sistem ajaran yang lengkap untuk
mengatur tata kehidupan guna memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Timbul beraneka ragam gejala perilaku yang kurang sesuai dengan norma yang ada dalam kehidupan sosial baik yang disebabkan oleh faktor eksternal yang berupa kondisi fisik manusia yang serba mengandalkan sarana dan prasarana alat canggih namun secara mental belum mempunyai kekuatan untuk menerima perubahan-perubahan baru dan lain sebagainya, maupun faktor internal yang berupa kurangnya penyaluran emosi, kelemahan dalam mengendalikan dorongan-dorongan dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata sumber daya diri ke arah yang lebih baik dalam berinteraksi dengan lingkungan, seperti penanaman moral, akhlaq, etika, sikap bertanggung jawab dan lain sebagainya (Sugeng, dkk, 2003:161).
Perilaku amoral merupakan salah satu problem yang muncul di dalam
kehidupan bermasyarakat dan merupakan gejala perilaku yang kurang sesuai
dengan norma sosial. Perilaku amoral dapat membawa akibat-akibat tersendiri
sebab perilaku tersebut akan merusak nilai-nilai susila, nilai-nilai luhur agama,
serta merusak nilai hukum. Persoalan lain yang dapat memunculkan perilaku
amoral yaitu mudah terpengaruh oleh pola hidup dari luar dimana seseorang itu
1
2
kurang mampu menyaring budaya yang masuk. Disisi lain, mereka
mengesampingkan budaya luhur mereka sendiri.
Kondisi ekstern dan intern yang demikian merupakan kondisi yang
sangat rawan dalam perkembangan kejiwaan individu, sehingga sangat rawan
juga terhadap timbulnya perilaku menyimpang (Sugeng, dkk, 2003: 158).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan moral mencakup aspek
religi, psikologis, sosial, budaya, serta fisik kebendaan, baik dalam lingkungan
keluarga, pendidikan, maupun masyarakat sekitarnya.
Kondisi psikologis, pola interaksi yang terjadi, pola kehidupan
beragama, bentuk dan sarana yang tersedia dalam keluarga, sekolah, maupun
masyarakat akan mempengaruhi moral individu yang berkembang didalamnya.
Individu yang tumbuh dan berkembang pada lingkungan keluarga, pendidikan,
masyarakat yang baik cenderung menjadi individu yang cenderung memiliki
nilai-nilai luhur dan moralitas tinggi. Sebaliknya, individu yang tumbuh dan
berkembang pada lingkungan keluarga, pendidikan, masyarakat yang jelek
cenderung menjadi individu yang cenderung tidak memiliki nilai-nilai luhur dan
ber moralitas rendah (Sugeng, dkk, 2003: 93).
Keadaan yang demikian mengharuskan sebagian terutama bagi seorang
da’i “bertanggung jawab” untuk mengantarkan mereka kepada perubahan
perilaku yang bermoral dan sesuai dengan norma yang ada dalam masyarakat,
sehingga mereka mampu tumbuh dan berkembang serta menemukan
identitasnya dalam masyarakat. Menurut Syeh Mustafa Al-Maraqi: keharusan
3
da’i adalah pemberani, benar, kuat iman terhadap apa yang, melaksanakan
dakwah karena mengharap balasan Allah. (Abdullah, 1986: 30).
Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 104 yang
berbunyi:
لونكر نكتن المن عوهنيوف ورعون بالمرأمير ويون إلى الخعدة يأم نكمم وأولـئك هم المفلحون
Artinya : “Hendaklah diantara kamu suatu golongan umat yang mengajak
kepada kebaikan dan menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (Q.S. Ali-Imron: 104). (Depag RI, 2000: 79).
Dari firman diatas, jelas sekali bahwa Allah menghendaki agar ada
segolongan umat manusia yang mampu menjadi “pengarah” menuju kebaikan
bagi golongan umat manusia lainnya. Sebab manusia dengan segala
kemampuannya yang dinamis akan terus melakukan gerakan, baik gerakan
positif maupun negatif. Jika tidak ada yang mengarahkan kepada hal yang
positif maka gerakan yang dibuat manusia akan menjadi gerakan tanpa arah
sehingga akhirnya membentuk gerakan atau perbuatan yang negatif. Maka
pengarahan kepada hal-hal yang positif sangat diperlukan agar tidak mengarah
kepada hal-hal yang negatif.
Proses menyeru kepada kebaikan dan meninggalkan kejelekan (amar
ma’ruf nahi munkar) dalam agama Islam disebut dakwah Islam. Pada
hakekatnya gerakan dakwah Islami berporos pada amar ma’ruf nahi munkar.
4
Ma’ruf mempunyai pengertian, segala perbuatan yang mendekati diri kepada
Allah swt., sedangkan munkar segala perbuatan yang menjauhkan diri dari
pada-Nya. Pada dataran amar ma’ruf, siapapun bisa melakukannya, karena
kalau hanya sekedar “menyuruh” kebaikan itu mudah dan tidak ada resiko bagi
si “penyuruh”. Lain halnya dengan nahi munkar, jelas mengandung
konsekuensi logis dan beresiko bagi yang melakukannya karena “mencegah
kemungkaran” itu melakukannya dengan tindakan kongkrit, nyata dan
dilakukan atas dasar kesadaran tinggi dalam rangka menegakkan kebenaran.
Oleh karena itu, ia harus berhadapan secara vis a vis dengan obyek yang
melakukan tindakan kemungkaran itu (Andy, dkk, 2002: 54).
Keberlangsungan dan keberhasilan proses dakwah sangat tergantung
pada metode yang digunakan. Tanpa menggunakan metode yang baik proses
dakwah tidak akan mencapai tujuan dakwah. Metode dakwah yang dapat dipilih
dan digunakan adalah sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki
oleh pendakwah (da’i), yang pada dasarnya bersandar pada metode yang
tersebut dalam firman Allah:
ع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسندا Artinya : “Dan ajaklah kepada jalan Tuhanmu dengan kebijaksanaan, dan
mauidzoh hasanah, dan jawablah pertanyaan mereka dengan jawaban yang baik”. (Q.S. An-Nahl:125). (Depag RI, 2000: 383).
5
Dakwah merupakan komunikasi antara manusia melalui pesan-pesan
Islam yang berwujud ajakan. Seruan untuk amar ma’ruf nahi munkar yang
berupaya untuk menyampaikan ajaran Islam serta menciptakan manusia yang
seutuhnya. Dakwah yang demikian adalah aktualisasi iman. Pada hakikatnya
manusia diciptakan dalam keadaan baik dan sempurna jika dibanding dengan
makhluk lainnya, tapi sekaligus memiliki nafsu dan perangai atau sifat tabi’at
buruk, misalnya; suka menuruti hawa nafsu, amarah, terburu nafsu, membantah
dan lain-lain. Karena manusia dapat terjerumus dalam lembah kenistaan,
kesengsaraan dan kehinaan (Aunur, 2001: 12).
Potensi manusia dalam pertumbuhannya memiliki kepribadian yang
sehat yang sudah tertanam sejak lahir. Dengan demikian, bila terjadi
penyimpangan berarti ada yang tidak beres dalam sejarah perjalanannya
sehingga orang bisa jadi orang melakukan tindakan amoral. Mengingat bahwa
perilaku amoral adalah masalah yang sangat komplek, maka perlu penanganan
sedini mungkin yang tidak cukup ditangani satu pihak saja melainkan harus
dilakukan dengan bekerjasama dengan pihak lain, baik itu pihak keluarga,
masyarakat dan pemerintah.
Dilihat dari prakteknya, pembinaan adalah upaya untuk melatih
mengenal kemampuan dan mengembangkannya agar dapat memanfaatkannya
secara penuh dalam aspek kehidupannya. Hal ini sangat diusahakan karena
pembinaan adalah berisi sikap (attitude) dan kecakapan dan skill. Tujuan agar
6
orang yang menjalani pembinaan mampu mencapai tujuan hidup atau aktifitas
secara efektif dan efisien daripada sebelumnya (Mangunhardja, 1991:11).
Melihat kondisi perilaku amoral yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat sangat berdampak negatif bagi pelaku dan merusak norma-norma
yang ada dilingkungannya maka perlu penanganan yang serius. Upaya inilah
antara lain yang dilakukan yayasan di Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal.
Yayasan ini telah berhasil merubah perilaku amoral anggotanya yang tidak
sesuai dengan norma-norma sosial. Dengan menggunakan metode pembinaan
rohaninya, yayasan yang terkenal dengan sebutan Sekar Mirah telah mampu
membawa anggotanya hingga dapat diterima kembali di dalam masyarakat.
Pertanyaannya adalah bagaimana metode pembinaan rohani yang diterapkan di
yayasan Sekar Mirah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal sehingga bisa
melakukan pembinaan seperti itu?
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis bermaksud melakukan
penelitian di yayasan Sekar Mirah untuk mengangkat permasalahan dalam
bentuk penelitian dengan judul: “Metode Pembinaan Rohani Terhadap
Perilaku Amoral Anggota Yayasan Sekar Mirah Kecamatan Balapulang
Kabupaten Tegal (Analisis Bimbingan dan Konseling Islam).”
1.2 Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas maka permasalahan yang timbul
dari penelitian ini adalah:
7
1. Bagaimana metode pembinaan rohani terhadap perilaku amoral anggota
yayasan Sekar Mirah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal?
2. Bagaimana metode pembinaan rohani terhadap perilaku amoral anggota
yayasan Sekar Mirah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal kaitannya
dengan Bimbingan dan Konseling Islam?
1.3 Tujuan Penelitian
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang telah disebutkan pada perumusan masalah. Tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui metode pembinaan rohani terhadap perilaku amoral
anggota yayasan Sekar Mirah. Dengan demikian dapat diketahui pola
pembinaan rohani yang ada dalam yayasan Sekar Mirah sebagai alternatif
lain dalam menangani perilaku amoral.
2. Untuk mengetahui metode pembinaan rohani terhadap perilaku amoral yang
dilakukan di yayasan Sekar Mirah dalam kaitannya dengan bimbingan dan
konseling Islam. Dari disini penulis berharap dapat mengetahui penerapan
metode pembinaan rohani di yayasan Sekar Mirah kaitannya dengan
bimbingan dan Konseling Islam sebagai konsep dasar, yang meliputi konsep
manusia serta konsep tujuan dan fungsi pelayanan bimbingan dan konseling
Islam.
8
1.4 Telaah Pustaka
Untuk mengetahui relevansi penelitian yang penulis lakukan dengan
hasil penelitian yang lain, maka penulis mencoba membandingkan dengan
skripsi lain yang menunjukkan kesesuaian tema. Beberapa penelitian dari pihak
lain yang menunjukkan kesesuaian tema berdasarkan hasil survei penulis
adalah:
Penelitian yang berjudul “Model Bimbingan Keagamaan Di Pondok
Pesantren Mamba’ul Huda Ngaliyan Kodya Semarang Dan Prospeknya Bagi
Santri“ oleh Ridwan (2001). Penelitian yang dilakukan oleh Ridwan
menghasilkan satu temuan bahwa Penelitian ini menjelaskan tentang model
bimbingan yang diterapkan kepada para santri di pondok Manba’ul Huda
berpengaruh yang baik bagi santri, baik dalam kehidupan keagamaan dan
keduniaan. Model bimbingan keagamaan yang diterapkan di pondok pesantren
Mamba’ul Huda menggunakan beberapa metode, antara lain:
a. Metode nasehat
Metode nasehat ini digunakan dalam membimbing para santri agar
mengetahui hakikat sesuatu, mendorongnya menuju situasi luhur,
menghiasinya dengan ahlak mulia, dan membekalinya dengan ajaran agama
Islam.
9
b. Metode wawancara
Metode wawancara digunakan oleh para kyai dan ustad untuk memperoleh
gambaran kejiwaan seorang santri yang sebenarnya, yang nantinya akan
dijadikan pegangan dalam melaksanakan bimbingan.
c. Metode group guidance (bimbingan secara kelompok)
Bimbingan ini merupakan bimbingan yang dilakukan secara kelompok atau
bersama-sama.
d. Pembiasaan
Pembiasaan merupakan salah satu metode untuk membimbing para santri,
yaitu dengan membiasakan para santri untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang diajarkan dalam agama Islam.
Penelitian yang kedua “Dakwah Terhadap Perilaku Menyimpang di
Kalangan Remaja (Studi Kasus di Ngaliyan Semarang )” oleh Thohari (1995).
Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa banyak dikalangan remaja khususnya
remaja Ngaliyan berprilaku menyimpang dengan kondisi agamis dan tatanan
masyarakat setempat. Perilaku yang menyimpang itu dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang terjadi pada
remaja Ngaliyan adalah belum atau tidak stabilnya jiwa dan emosional remaja
sehingga memungkinkan untuk berbuat tanpa dasar norma. Ini terbukti dengan
banyaknya remaja yang berkeliaran di malam hari, minum-minuman keras, dan
perkelahian. Sementara faktor eksternal antara lain dipengaruhi oleh: kondisi
keluarga, lingkungan pergaulan, pengangguran. Hal tersebut sangat riskan dan
10
menganggu ketentraman masyarakat. Sehingga membutuhkan pencerahan yang
lebih intensif. Namun selama ini penekanan dakwah dalam rangka pencerahan
belum tertata dan mengena. Karena dakwah yang disampaikan tidak
menjelaskan tentang arti pentingnya remaja sehingga mereka kurang
memperhatikan.
Skripsi ketiga “Pengaruh Bimbingan Agama Islam Terhadap Perilaku
Anak Jalanan (Studi Kasus di Rumah Singgah Al-Mustaghfirin Banget Ayu
Wetan Kecamatan Genuk Semarang)” oleh Ana Ismawati (2002). Hasil
penelitian yang dilakukan Ana Ismawati menyimpulkan sebagai berikut:
a. Faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku anak jalanan dalam
kehidupan di lingkungan mereka bisa bersifat internal dan eksternal. Faktor
internal adalah kondisi keluarga yang bermasalah, kurangnya perhatian
orang tua mereka. Faktor eksternal yang mempengaruhi sikap dan perilaku
anak jalanan adalah kondisi lingkungan luar, lingkungan pergaulan.
b. Metode yang dikembangkan dirumah singgah Al-Mustaghfirin
dikategorikan menjadi dua, yaitu kegiatan bimbingan dan ketrampilan.
Kegiatan bimbingan diberikan untuk memiliki sikap mental terhadap
kepribadian sekaligus menambah wawasan berupa ilmu agama dan
pengetahuan umum. Ketrampilan diberikan dengan tujuan untuk
meningkatkan SDM dan kreatifitas mereka.
11
c. Pembinaan agama pada anak jalanan dirumah singgah Al-Mustaghfirin
dalam bentuk bimbingan agama Islam merupakan pemberian bantuan yang
berdasarkan pada ajaran agama Islam.
Penanganan bimbingan yang dilakukan dirumah singgah khususnya di
Al-Mustaghfirin memberikan sumbangsih bagi kehidupan anak jalanan secara
intensif sehingga mempunyai pengaruh yang sangat besar sekali dalam perilaku
sikap yang ditempuh bagi masa depannya.
Dari ketiga penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tema
model-model bimbingan dan penyimpangan perilaku sudah pernah diteliti orang
lain. Hanya sejauh ini belum satupun peneliti yang mengangkat pembinaan
rohani terhadap perilaku amoral khususnya anggota yayasan Sekar Mirah
Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal sebagai obyek penelitian.
1.5 Kerangka Teoritik
Ada beberapa hal yang harus dijelaskan terlebih dahulu dalam tulisan
ini, antara lain: metode, pembinaan, dan perilaku menyimpang.
Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
maksud (Depdikbud, 1999:580). Metode yang telah tersusun dengan teratur dan
terpikir dengan baik maka, maksud atau tujuan akan tercapai sesuai dengan
yang diharapkan.
Menurut Walgito (1989:4) bimbingan dapat diartikan sebagai tuntunan,
bantuan, atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan
12
individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan dalam
kehidupannya, agar supaya, individu atau sekumpulan individu dapat mencapai
kesejahteran hidupnya.
Sedangkan menurut Prayitno dan Erman (1999:99) pembinaan adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang
atau beberapa orang baik remaja atau dewasa, agar yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Perilaku amoral atau tingkah laku menyimpang (abnorma) ialah tingkah
laku yang tidak adekwat (serasi, tepat), tidak bisa diterima oleh masyarakat
pada umumnya, dan tidak sesuai dengan norma sosial yang ada (Kartono, 2003:
12). Secara etimologi perilaku atau tingkah laku adalah tanggapan atau reaksi
terhadap individu terhadap rangsangan atau lingkungannya. (Depdikbud,
1999:755). Norma adalah kaidah, aturan pokok, ukuran, kadar, atau patokan
yang diterima secara en bloc atau utuh oleh masyarakat, guna mengatur
kehidupan dan tingkah laku sehari-hari, agar hidup ini terasa aman dan
menyenangkan (Kartono, 2003:12), sedangkan amoral (abnorma) merupakan
penyimpangan dari norma-norma sosial.
Menurut pendapat penulis metode merupakan suatu cara yang telah
tersusun dengan baik untuk mencapai sebuah tujuan yang telah menjadi
prioritas. Bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan yang
13
dilakukan para ahli dalam bidangnya dan bertujuan membantu menyelesaikan
permasalahan maupun sebagai upaya pengembangan kemampuan individu.
Perilaku amoral merupakan sebuah penyimpangan perilaku yang tidak sesuai
dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Pembinaan terhadap perilaku menyimpang atau perilaku amoral
memerlukan metode yang sesuai dengan bentuk permasalahannya. Hal inilah
yang menjadi fokus penelitian.
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Jenis dan Pendekatan
Jenis penelitian yang penulis gunakan deskriptif kualitatif, yaitu
cara atau prosedur memecahkan masalah penelitian dengan memaparkan
keadaan obyek yang diteliti sebagaimana adanya, berdasarkan fakta-
fakta aktual yang ada didalam obyek penelitian (Hadari, 2000: 67).
Sementara pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan
fenomenologis, yaitu penelitian secara langsung dengan tidak
memanipulasi, atau mengontrolnya (Deddy, 2003: 158).
1.6.2. Sumber Data
a. Primer yaitu sumber-sumber data yang secara langsung yang penulis
dapatkan di lokasi atau obyek penelitian yaitu di yayasan Sekar
Mirah.
14
b. Sekunder yaitu mengumpulkan data dengan cara melakukan
penelusuran terhadap buku-buku, dan lain-lain yang berkaitan
dengan penelitian (Sangribun dan Effendi, 1987:45). Dalam hal ini
penulis mencari data-data melalui buku, serta teori-teori yang sesuai
dengan penelitian.
1.6.3 Metode Pengumpulan Data
Ada beberapa metode pengumpulan data yang penulis gunakan
dalam penelitian ini:
a. Observasi
Metode Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis
tentang fenomena sosial dan gejala alam dengan jalan pengamatan
dan pencatatan (Kartono, 1990: 157). Metode ini digunakan secara
langsung untuk mengamati aktivitas yang dilakukan oleh anggota
dari obyek penelitian. Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui
kondisi dan situasi obyek sehingga mendapatkan data-data tentang
yayasan Sekar Mirah yang valid.
b. Interview atau wawancara
Metode wawancara ialah usaha mengumpulkan informasi
dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dan untuk
dijawab secara lisan pula (Dadang, 1990: 111). Metode ini penulis
gunakan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi serta latar
15
belakang anggota yayasan Sekar Mirah Kecamatan Balapulang
Kabupaten Tegal.
c. Dokumentasi
Yaitu pencarian data yang berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, prestasi notulen rapat, agenda, dan sebagainya
(Suharsimi, 1993: 102). Metode ini penulis gunakan untuk
mendapatkan dokumen-dokumen yang ada di yayasan Sekar Mirah
sebagai pelengkap penelitian yang penulis teliti.
1.6.4 Metode Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara
sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti untuk
menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain (Muhadjir, 1996: 104).
Dalam penelitian ini, penulis hanya akan menggambarkan
bagaimana metode pembinaan rohani terhadap perilaku amoral anggota
yayasan Sekar Mirah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal, dalam
prespektif bimbingan dan konseling Islam dengan melalui data-data
tentang yayasan Sekar Mirah. Dalam penelitian deskriptif tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi lebih
menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variable, gejala atau
keadaan.
16
1.7 Sistematika penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi dibawah ini dibuat sedemikian rupa,
sehingga dapat diketahui topik-topik bahasannya beserta alur pembahasan
mengenai metode pembinaan rohani terhadap perilaku amoral anggota yayasan
Sekar Mirah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal. Sistematika penulisan
yang digunakan adalah sebagai berikut:
Bab I berisi pendahuluan yang didalamnya mencakup tentang ruang
lingkup penulisan yaitu merupakan gambaran-gambaran umum dari
keseluruhan isi skripsi, meliputi: pendahuluan, perumusan masalah, tujuan
penelitian, kerangka teoritik, metode penelitian, telaah pustaka, dan sistematika
penulisan skripsi.
Bab II berisi tentang landasan teori dakwah dengan pendekatan
bimbingan konseling Islam terhadap perilaku amoral, yang mencakup tentang
konsep dakwah, konsep bimbingan konseling Islam, konsep perilaku amoral,
dakwah dengan pendekatan bimbingan dan konseling Islam terhadap perilaku
amoral
Bab III berisi tentang metode pembinaan rohani terhadap perilaku
amoral anggota di yayasan Sekar Mirah Kecamatan. Balapulang Kabupaten.
Tegal, yang meliputi: sejarah berdirinya dan perkembangan yayasan Sekar
Mirah, struktur organisasi dan gambaran umum tentang yayasan Sekar Mirah,
penyebab munculnya perilaku amoral anggota yayasan Sekar Mirah, profil dan
bentuk-bentuk perilaku amoral anggota, tujuan dan materi pembinaan rohani,
17
metode pembinaan rohani terhadap perilaku amoral anggota yayasan Sekar
Mirah, bentuk hubungan antara pembinaan dengan anggota.
Bab VI berisi tentang analisis pembinaan rohani terhadap perilaku
amoral anggota yayasan Sekar Mirah dalam perspektif bimbingan dan konseling
Islam, yang meliputi: pembinaan rohani terhadap perilaku amoral dalam
perspektif bimbingan dan konseling Islam, dalam bab ini penulis sekaligus
menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari pembinaan rohani terhadap perilaku
anggota yayasan Sekar Mirah Kecamatan. Balapulang Kabupaten. Tegal.
Bab V merupakan bab penutup dari skripsi penulis, yang didalamnya
mencakup tentang kesimpulan pokok hasil penelitian beserta saran-saran dan
penutup. Dan pada akhir skripsi ini dilengkapi dengan daftar kepustakaan,
lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup penulis.
18
BAB II
DAKWAH DENGAN PENDEKATAN BIMBINGAN DAN KOSELING ISLAM
TERHADAP PERILAKU AMORAL
2.1 Dakwah
Pengenalan orang terhadap suatu istilah tidak selalu akan menjamin
bahwa orang itu dapat memahami dan mengerti dengan baik pengartian yang di
kandung oleh pengertian itu. Demikian halnya dengan istilah dakwah, belum
tentu setiap orang memahami pengertian dakwah dengan seluk beluknya. Oleh
karena itu sudah menjadi kewajiban bagi setiap orang yang membahas tentang
dakwah untuk terlebih dahulu memahami pengertian dakwah secara tepat. Maka
perlu dikemukakan pengertian dakwah, baik secara etimologis maupun dalam
pengertian istilah (Shaleh, 1997: 1)
2.1 Pengertian Dakwah Secara Bahasa
Dakwah secara bahasa berasal dari kata da’a , yad’u, da’watan
yang mempunyai arti menyeru, memanggil, mendorong, mengajak, dan
do’a (Abdullah, 1989: 7). Dakwah yang semula hanya berarti memanggil
atau mengajak kepada sesuatu, dalam pengertian khusus berarti mengajak
kejalan Tuhan (Allah). Dakwah sebagai ajakan adalah seruan untuk
mengikuti dan mengamalkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Bagi yang belum
Islam diajak menjadi muslim dan bagi orang-orang yang sudah Islam
diajak menyempurnakan keislamannya. (Andy, dkk, 2002:24).
18
19
Dakwah dalam arti ini dapat dijumpai dalam Al-Qur’an surat Al
Baqarah ayat 23 yang berbunyi:
د إوبلى عا علنزا نمب ميفي ر من كنتوا نعادثله ون مة موروا بسا فأت ش ادقنيص متون الله إن كنن داءكم مده
Artinya: “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur'an yang
Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar”. (Depag RI, 2000: 5).
2.2 Pengertian Dakwah Secara Istilah
Dakwah secara etimologi mengandung beberapa makna yang
beraneka ragam. Banyak ahli ilmu dakwah mendefinisikan istilah dakwah
dengan aneka ragam pendapat. Hal ini tergantung dari sudut pandang
mereka dalam memberikan pengertian dakwah kepada istilah tersebut.
Sehingga antara definisi satu dengan yang lainnya senantiasa terdapat
perbedaan dan kesamaan.
a. Menurut Syekh Ali Mahfudz yang dikutip oleh Aminuddin Sanwar,
dakwah didefinisikan sebagai:
“Mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan yang jelek agar mereka mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat”. (Sanwar 1985: 27).
b. Menurut Quraish Shihab, dakwah adalah seruan atau ajakan kepada
keinsyafan, atau usaha untuk mengubah situasi kepada situasi yang
20
lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.
Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman
keagamaan dalam tingkah laku dan dengan hidup saja, tetapi juga
menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi sekarang ini, ia harus lebih
berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran Islam secara lebih
menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan. (Shihab, 1995: 194).
c. Menurut Drs. Amrullah Ahmad yang dikutip oleh Dzikron Abdullah
memberi pengertian dakwah sebagai “semua usaha untuk merealisir
ajaran Islam dalam semua segi kehidupan manusia”. (Abdullah, 1989:
7).
d. Menurut Arifin, dakwah mengandung pengertian sebagai kegiatan,
ajakan, baik berbentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang
dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi
orang lain secara individu maupun kelompok agar supaya timbul
dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta
pengalaman terhadap ajaran agama yang disampaikan kepadanya
tanpa ada unsur paksaan. (Arifin, 1977: 17).
Dakwah dilihat dari segi bentuk kegiatannya, dan dengan
mengacu pada penekanan berbagai definisi yang telah dikemukakan, dapat
disimpulkan ke dalam empat bentuk kegiatan utama dakwah (Asep dan
Agus, 2002: 34), antara lain:
21
a. Tabligh Islam, sebagai upaya penerangan dan penyebaran pesan
dakwah.
b. Irsyad Islam, sebagai upaya penyuluhan dan bimbingan Islam.
c. Tadbir Islam, sebagai upaya pemberdayaan umat dalam menjalankan
Islam melalui lembaga-lembaga dakwah.
d. Tathwir Islam sebagai upaya pemberdayaan ekonomi keumatan
2.3 Istilah Dakwah
Selain istilah dakwah, ada beberapa istilah lain yang berdekatan
maknanya dengan itu, antara lain:
a. Tabligh
Tabligh berarti: penyampaian, ajaran-ajaran Allah swt.
disampaikan oleh mubaligh. Seperti dalam firman Allah swt. surat Al
Ahzab ayat 39:
خشونه ولا يخشون أحدا إلا الله يرسالات الله و ذين يبلغون لا وكفى بالله حسيبا
Artinya: “Yaitu orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah
Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang pun selain kepada Allah sebagai pembuat perhitungan”. (Depag RI, 2000: )
b. Mauidhah
Nasehat atau pengajaran agar mendapatkan kesadaran kejalan
Allah. Firman Allah swt. surat An Nahl ayat 125:
22
ظة الحسنة عإلى سبيل ربك بالحكمة والمو عدا Artinya: “Serulah (manusia) kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik”. (Depag RI, 2000: 383). c. Tabsyir
Berita yang menggembirakan bagi orang-orang yang beriman.
Sebagaimana firman Allah swt:
وبات أن رشالحملوا الصعوا ونري من الذين آمجات تنج ملهارها األنتهحت…
Artinya: “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang
beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya…” (QS. Al-Baqarah: 25) (Depag RI, 2000: 5).
d. Indzar
Peringatan bagi orang-orang yang tersesat agar mereka
kembali pada jalan Allah, biasanya kepada orang-orang kafir. Firman
Allah swt:
هم ال يؤمنونرتنذ الذين كفروا سواء عليهم أأنذرتهم أم لم نإ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman.” (QS. Al-Baqarah: 6) (Depag RI, 2000: 2).
23
e. Tadzkir
Peringatan yang bersifat mengingatkan agar mendapat
petunjuk dari Allah, biasanya dilakukan kepada orang-orang yang
sudah beriman. Firman Allah surat Al a’la ayat 9:
كر إن نفعت الذكرىذف
Artinya: “Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat”. (Departemen Agama RI, 2000:). (Depag RI, 2000: 877).
f. Nashihah
Pengajaran dan pemberian pengarahan atau bimbingan,
dengan contoh dan atau perumpamaan serta suri tauladan. Firman
Allah swt:
ر اوص1{لع{ ر إسان لفي خن الإنس }لا الإ }2ملوا ذينعوا ونآم }3{ وتواصوا بالصبر قحالصالحات وتواصوا بال
Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada
dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Depag RI, 2000: 913).
2.4 Tujuan dakwah
Tujuan dakwah adalah suatu praktek yang mengajak dan
mempertemukan kepada fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan
manusia supaya mengakui kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran
24
Islam sehingga menjadi orang baik dan mengakui bahwa Allah adalah
Maha Pencipta, Tuhan dan Hakim yang Maha Adil. Fitrah manusia
mengakui ketauhidan Tuhan seperti yang disebut dalam Al-Qur’an Surat
Al-A’raf ayat 172:
لى إوع مهدهأشو مهتيذر ورهممن ظه مني آدمن ب كبذ رذ أخ ى شهدنا أنفسهم ألست بربكم قالوا بل
Artinya: ”Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-
anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Depag RI, 2000: 232).
Ketegasan Islam dalam masalah tauhid atau aqidah menjadi inti
pokok ajaran Islam dan dakwah adalah sebagai upaya untuk menjaga dan
melestarikan inti atau ajaran Islam. Tauhid sebagai landasan dasar umat
Islam harus dipahami secara betul, karena dalam segala aspeknya Tuhan
betul-betul tidak sama dan tidak ada sesuatupun yang menyerupainya.
Allah sebagai dzat yang menyerukan kepada umat manusia untuk
mengingat-Nya dan selalu menganjurkan kepada manusia untuk membuat
kedamaian dimuka bumi ini (Islam berarti kedamaian dan kesejahteraan
bagi seluruh alam).
Kegiatan mempertemukan manusia dengan Islam atau
menyadarkan orang yang didakwahi tentang perlunya bertauhid dan
berperilaku baik (beriman dan berakhlak al-karimah). Tujuan dakwah
25
bukan memberbanyak pengikut tetapi memperbayak orang yang sadar
kepada kebenaran Islam. Sebab dengan semakin banyaknya orang yang
sadar dengan kebenaran Islam, masyarakat atau dunia akan semakin
menjadi baik dan semakin tentram. (Andy, 2002: 8).
Dalam Al-Qur’an surat Ar Rum ayat 30 di sebutkan:
ليها لا تبديل عر الناسطفقم وجهك للدين حنيفا فطرة الله التي أف لخلق الله ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس لا يعلمون
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kenyakan manusia tidak mengetahui”. (Depag RI, 2000: 574).
Dakwah sebagai suatu aktivitas dan usaha mempunyai tujuan
yang hendak dicapai. Oleh karena itu tujuan dakwah harus jelas dan
konkrit. Dakwah sebagai aktivitas seorang muslim, baik yang bersifat
pribadi maupun kelompok atau organisasi, maka aktivitas tersebut
tujuannya identik dengan aktivitas-aktivitas lainnya yaitu semata-mata
pengabdian dan mencari ridho Allah swt sebagaimana firman-Nya dalam
surat Al-Dzariyat ayat 56:
وونمدبعإلا لي الإنسو الجن لقتا خ
Artinya: “Tidaklah aku jadikan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepadaku”. ( (Depag RI, 2000: 756).
26
Melihat ayat tersebut diatas, tampaklah bahwa tujuan dakwah
tersebut diatas adalah utama dan bersifat umum, sebenarnya tujuan ini
merupakan tujuan akhir, yang harus didahului dengan proses-proses
sebelumnya sebagai tujuan sementara atau khusus (Abdullah, 1992: 142).
2.5 Unsur-Unsur Dakwah
2.5.1 Subyek dakwah (Da’i)
Subyek dakwah adalah orang yang melakukan dakwah
yaitu orang yang berusaha mengubah situasi kepada situasi yang
sesuai dengan ketentuan Allah swt baik secara individu maupun
berbentuk kelompok (organisasi), sekaligus sebagai pemberi
informasi dan pembawa missi. (Anshari, 1993: 105). Seorang da’i
harus mempunyai pengetahuan yang luas, maka para da’i akan
mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam situasi dan
kondisi lingkungan yang berbeda seorang da’i harus mampu untuk
interaksi tersebut seorang da’i perlu ketegasan dan sikap.
2.5.2 Obyek dakwah (Mad’u)
Obyek dakwah adalah orang-orang yang dituju oleh
kegiatan dakwah, mulai dari individu, keluarga, kelompok,
golongan atau masyarakat, dan umat selanjutnya. Jadi obyek
dakwah seluruh manusia baik pria maupun wanita, kaya ataupun
miskin, pimpinan atau bawahan, individu atau kelompok,
masyarakat kota atau masyarakat desa.
27
2.5.3 Materi dakwah
Al-Qur‘an dan sunnah merupakan dasar pijakan segala
aktifitas dakwah sehingga semua bentuk-bentuk materi harus
dikaitkan dan dikembalikan pada dua dasar itu. Dalam Al-Qur’an
dan sunnah itu sendiri sebenarnya terdapat tiga materi pokok;
yakni, aqidah, syari’ah, akhlak.
Pada prinsipnya ajaran-ajaran Islam inilah yang dikenal
sebagai ajaran dakwah yang wajib disampaikan kepada umat
manusia dan mengajar mereka agar mau menerima dan
mengikutinya. Agar ajaran-ajaran Islam benar-benar dapat
diketahui, dipahami, dihayati, dan diamalkan, sehingga mereka
hidup dan berada dalam kehidupan yang sesuai dengan ketentuan-
ketentuan agama Islam. (Abdullah, 1993: 56).
Oleh karena itu ajaran Islam meliputi aspek dunia dan
akherat, maka materi dakwah itu luas sekali, dan kiranya perlu
disampaikan pokok-pokok materi dakwah atau ajaran Islam.
Pokok-pokok materi dakwah tersebut adalah:
1) Aqidah adalah menyangkut sistem keimanan atau kepercayaan
terhadap Allah swt. Dan ini menjadi landasan yang
fundamental dalam keseluruhan aktivitas seorang muslim, baik
yang menyangkut sikap mental maupun sikap lakunya, dan
sifat-sifat yang dimilikinya.
28
2) Syari’at merupakan serangkaian ajaran yang menyangkut
aktivitas manusia muslim didalam semua aspek hidup dan
kehidupannya, mana yang boleh dilakukan, dan mana yang
tidak boleh, mana yang halal, dan mana yang haram, mana
yang mubah dan sebagainya. Dan ini juga menyangkut
hubungan manusia dengan Allah swt. Dan hubungan manusia
sesamanya.
3) Akhlak yaitu menyangkut tata cara hubungan baik secara
vertikal dengan Allah swt. Maupun secara horisontal dengan
sesama manusia dan seluruh makhluk-makhluk Allah swt.
(Anshari, 1993: 93).
2.5.4 Metode dakwah
Metode berasal dari bahasa Yunani “Metohodos” yang
mempunyai arti cara atau jalan, sedangkan menurut Van Dalen,
Kaenen dan Van Goar dalam buku karangan J, Vreden
memberikan definisi mengenai metode sebagai “suatu cara yang
tetap, terpikir sebaik-baiknya untuk mencapai suatu tujuan
tertentu”. (Abdullah, 1989: 4).
Metode dan teknik dakwah dalam Al-Qur’an tidak
merupakan tuntunan secara rinci, namun secara global. Hal ini
memberikan kemungkinan kepada kita sekiranya dapat
menjabarkan secara rinci sesuai dengan perkembangan zaman.
29
Sedangkan pokok-pokok metode dan teknik dakwah dijelaskan
dalam surat An Nahl ayat 125:
ع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة دا
Artinya: “Serulah (manusia) kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik”. (Depag RI, 2000: 383).
Bertitik tolak dari ayat tersebut diatas, jelas bahwa Allah
telah memberikan petunjuk untuk berdakwah terutama dengan
hikmah (kebijaksanaan). Dengan demikian, hendaknya kita dapat
mengambil langkah-langkah dan usaha bagaimana caranya
berdakwah itu agar mudah diterima umat, baik individu, kelompok
tertentu dan umum.
Adapun metode dakwah yang dimaksud dari ayat diatas
ada tiga cara pokok yang dijadikan sandaran bagi metode dakwah,
yaitu:
1) Dakwah bi al-hikmah
Hikmah menurut pengertian sehari-hari ialah bijaksana
dan secara pengertian khusus atau secara ilmiah, filosofis, hikmah
diartikan ‘arif.
2) Dakwah bi al-mauidhah hasanah
Bi al-mauidhah hasanah yaitu dakwah yang dilakukan
dengan cara memberi ingatan dan nasehat kepada orang lain
30
dengan materi, sikap cara penyampaian yang baik agar dapat
menjinakkan hati pendengar.
3) Dakwah bi al-mujadalah
Mujadalah yang sebaik-baiknya, artinya dilakukan
dengan jalan mengadakan tukar pikiran yang sebaik-baiknya.
(Abdullah, 1993: 25-27).
Menurut Asmuni Syukir yang dikutip oleh Asep
Muhyiddin dan Agus Ahmad Syafei (2002: 95) dengan
mendasarkan pada ayat-ayat Al-Qur’an, menyebutkan delapan
metode dakwah yang bisa dipakai:
1) Metode ceramah (retorika dakwah)
Metode ini efektif bila obyek dakwahnya berjumlah
banyak, da’inya ahli berceramah, dan cocok dalam berceramah
dalam acara-acara. Metode ceramah yang digunakan
Rasulullah ialah qalbu dan akal manusia, bukan kepada perut
manusia, karena qalbu dan akal manusia itulah tempatnya iman
(Abdullah, 1989: 30).
2) Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah mendorong sasarannya
(obyek dakwah) untuk menyatakan suatu masalah yang belum
dimengerti dan da’i berfungsi untuk menjawabnya.
31
3) Metode mujadalah (debad)
Metode mujadalah yang dimaksud adalah mujadalah
yang baik, adu argumen, namun tidak menimbulkan
pertengkaran.
4) Percakapan antar pribadi
Metode ini bertujuan menggunakan percakapan yang
baik dalam percakapan bebas antara da’i dan pribadi-pribadi
dari individu dalam sasaran dakwah.
5) Metode demonstrasi
Metode ini adalah berdakwah dengan memperlihatkan
contoh, peristiwa, perbuatan, dan sebagainya.
6) Metode dakwah Rasulullah
Metode ini adalah metode yang menggali atau mempelajari
cara dakwah Rasulullah baik metode maupun materinya.
7) Metode pendidikan dan pengajaran
Metode pendidikan dan pengajaran dalam definisi
dakwah terdapat makna yang bersifat pembinaan, juga terdapat
makna pengembangan.
8) Metode silaturahmi
Metode silaturahmi atau metode home visit dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan atas undangan tuan
rumah dan atas inisiatif diri da’i.
32
2.5.5 Media dakwah
Kata media berasal dari bahasa latin mediare yang artinya
pengantar (Abdullah, 1993: 47). Sedangkan yang dimaksud media
dakwah ialah alat obyektif yang menjadi saluran, yang
menghubungkan ide dengan umat atau segala sesuatu yang dapat
membantu juru dakwah dalam menyampaikan dakwahnya secara
efektif dan efisien. Adapun beberapa hal yang dapat dijadikan
media dakwah antara lain: TV, radio, majalah, dan surat kabar.
2.6 Dasar Hukum Dakwah
Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan
umatnya untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam, sebagai rahmat bagi
seluruh alam. Islam dapat menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan umat
manusia, bilamana ajaran Islam yang mencakup segala aspek kehidupan
itu dijadikan sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan sungguh-sungguh
dan sebenar-benarnya.
Usaha untuk menyebarluaskan atau merealisasikan Islam
ditengah-tengah kehidupan masyarakat merupakan usaha dakwah, yang
dalam keadaan bagaimanpun dimanapun harus (wajib) dilaksanakan oleh
umat Islam. Sebagaimana firman Allah swt dalam surat An Nahl ayat 125:
ة وجادلهم بالتي هي نة والموعظة الحسع إلى سبيل ربك بالحكمدا أحسن
33
Artinya: “Dan ajaklah kepada jalan Tuhanmu dengan kebijaksanaan, dan mauidzoh hasanah, dan jawablah pertanyaan mereka dengan jawaban yang baik.” (Q.S. An-Nahl:125). (Depag RI, 2000: 383).
Dasar-dasar dakwah diatas adalah dakwah yang bersifat umum,
artinya dakwah yang sekedar menyampaikan ajaran Islam secara global
yang berisikan pokok-pokok agama Islam. Dakwah seperti itu harus
dilaksanakan oleh setiap muslim. Sedangkan dakwah Islam tentang
pengetahuan, penanaman aqidah dan serta pengembangan sikap (moral)
dan perilaku keagamaan seseorang, dibutuhkan orang-orang ahli dalam
bidang dakwah.
Dalam dakwah sering juga disebut amar ma’ruf dan nahi
munkar, dua komponen mengajak kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran (kejelekan) yang tidak boleh dipisahkan. Banyak ayat-ayat
yang menunjukkan tentang dakwah yang demikian, namun yang sering
digunakan adalah sebagaimana Allah berfirman dalam surat Ali Imran: 104:
ون إلوعدة يأم نكمكن ملى التون خرأمير ون ين عوهنيوف ورعبالم منكر وأولـئك هم المفلحونلا
Artinya: ”Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali Imran: 104) (Depag RI, 2000: 79).
Meskipun para ulama sepakat memberikan hukum wajib atas
dakwah kepada setiap muslim, namun ada selisih pendapat mengenai sifat
34
kewajibannya. Perbedaan tersebut terletak pada kata “minkum” dengan
pengertian “Littabyin” atau “Lil Bayyinah” yang berarti menerangkan,
memberi hukum fardhu ‘ain. Sedangkan ulama yang menafsirkan
“minkum” dengan pengertian “Littab‘idl” yang berarti sebagian,
mengatakan bahwa dakwah hukumnya fardhu kifayah. (Sanwar, 1985:
35). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hukum dakwah ada dua:
a. Merupakan fardhu ‘ain bagi kaum muslim untuk melaksanakan
dakwah. Namun disesuaikan dengan kemampuan yang ada.
b. Dalam hal tertentu dakwah memerlukan keahlian, maka tidak
sembarang orang yang boleh melakukan sehingga hukumnya menjadi
fardhu kifayah bagi seluruh kaum muslim, tetapi menjadi fardhu ‘ain
bagi yang telah memiliki persyaratan tertentu namun yang jelas
keseluruhan beban dakwah itu harus ditanggung bersama.
2.2 Bimbingan Dan Konseling Islam
2.2.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam
Dalam sejarah perkembangan ilmu bimbingan dan konseling di
Indonesia, sebenarnya istilah konseling pada awalnya dikenal dengan
istilah “penyuluhan” yang merupakan terjemahan dari istilah
”counseling”. Penggunaan istilah “penyuluhan” sebagai terjemahan
”counseling” ini dicetuskan oleh Tatang Mahmud seorang pejabat
Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia pada tahun 1953 (Hallen,
35
2002: 1). Oleh karena itu, Tatang Mahmud mencarikan terjemahan
istilah ”counseling” ini dengan istilah “penyuluhan” dan tidak ada yang
membantahnya, maka sejak saat itu populerlah istilah “penyuluhan”
sebagai terjemahan istilah ”counseling”. Akan tetapi dalam
perkembangan bahasa Indonesia selanjutnya, pada tahun 1970 sebagai
awal dari masa pembangunan orde baru, istilah “penyuluhan” yang
merupakan terjemahan dari kata ”counseling” dan mempunyai konotasi
”psychological-counseling”.
Dalam hubungan ini ada yang kurang sependapat jika
“counseling” hanya diterjemahkan dengan “penyuluhan”. Kata
“counseling” meliputi perembugan, pemberian nasihat, penyuluhan,
penerangan (informasi). Sedang kata penyuluhan (lebih sempit)
pengertiannya menjadi penerangan atau penyelidikan, pengintaian. Kata
penyuluhan memberi kesan hanya satu pihak yang aktif yaitu orang
yang memberi penerangan saja (Ahmadi dan Rohani, 1991:21).
Bimbingan dan konseling dilingkungan lembaga pendidikan,
dan lingkungan masyarakat Indonesia pada umumnya, semakin
dirasakan kehadirannya, sebagai kebutuhan dalam usaha pemberian
bantuan kepada seseorang yang mengalami problema kehidupan pribadi,
terutama yang berkaitan dengan aspek mental spiritual dan psikologis.
Problema kehidupan mental spiritual tersebut timbul karena adanya
gangguan psikologis dari pengaruh faktor internal dan eksternal, atau
36
faktor kemampuan individual, dan faktor lingkungan sekitar (Arifin,
2003: 4).
Secara terminologis, bimbingan itu sendiri adalah pemberian
bantuan kepada seseorang atau kepada sekelompok orang dalam
membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam mengadakan
penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup. Bantuan itu bersifat
psikologi dan tidak berupa pertolongan finansial, medis dan sebagainya.
Dengan adanya bantuan ini seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri
masalah yang dihadapinya yang kelak kemudian menjadi tujuan
bimbingan. Jadi yang memberikan bantuan menganggap orang lain
mampu menuntun dirinya sendiri, meskipun kemampuan itu mungkin
harus digali dan dikembangkan melalui bimbingan (Winkel, 1990: 17).
Adapun rumusan lainnya dapat dikemukakan sebagai berikut:
Menurut Bimo Walgito, “Bimbingan adalah bantuan atau
pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu
dalam menghadapi atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam
kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu itu dapat
mencapai kesejahteraan hidupnya” (Walgito, 1989: 4), sementara
menurut penulis bimbingan adalah pemberian bantuan oleh seseorang
kepada orang lain dalam menentukan pilihan, penyesuaian dan
pemecahan masalah. Bimbingan bertujuan membantu seseorang agar
bertambah kemampuan bertanggung jawab atas dirinya.
37
Dalam konteks ini M. Arifin mengatakan, pengertian harfiyyah
“bimbingan” adalah “menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun”
orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini,
dan masa mendatang. Istilah “bimbingan” merupakan terjemahan dari
kata bahasa inggris guidance yang berasal dari kata kerja “to guide”
yang berarti “menunjukkan” (Arifin, 1994: 1).
Priyatno dan Erman anti memaparkan, rumusan tentang
bimbingan formal telah diusahakan orang setidaknya sejak awal abad
ke-20, sejak dimulainya bimbingan yang diprakarsai oleh Frank Parson
pada tahun 1908. Sejak itu, rumusan demi rumusan tentang bimbingan
bermunculan sesuai dengan perkembangan pelayanan bimbingan itu
sendiri sebagai suatu pekerjaan khas yang di tekuni para peminat dan
ahlinya. Dalam kaitan ini Priyatno dan Erman anti sebagaimana
mengutip pendapat Crow & Crow, (1960) menjelaskan bahwa
bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki-laki atau
perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih
dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya
mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan
hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung
bebannya sendiri (Priyatno dan Erman, 1999: 93-94).
Dengan memperhatikan rumusan-rumusan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa bimbingan adalah merupakan pemberian bantuan
38
yang diberikan kepada individu guna mengatasi berbagai kesukaran
dalam kehidupannya, agar individu itu dapat mencapai kesejahteraan
hidupnya.
Adapun Konseling diartikan sebagai proses pemberian bantuan
yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut
konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah
(disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
klien (Priyatno dan Erman, 1999: 105).
Mengenai kedudukan dan hubungan antara bimbingan dan
konseling terdapat banyak pandangan, salah satunya memandang
konseling sebagai teknik bimbingan, sebagaimana dikemukakan oleh
Arthur J. Jones yang dikutip oleh Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani.
Sehingga dengan pandangan ini maka pengertian bimbingan adalah
lebih luas bila dibandingkan dengan konseling, konseling merupakan
bagian dari bimbingan (Ahmadi dan Rohani, 1991: 28). Dengan kata
lain, konseling berada didalam bimbingan. Pendapat lain menyatakan
bahwa bimbingan terutama memusatkan diri pada pencegahan
munculnya masalah, sementara konseling memusatkan diri pada
pencegahan masalah yang dihadapi individu. Dalam pengertian lain,
bimbingan sifat atau fungsinya preventif, sementara koseling kuratif atau
korektif. Dengan demikian bimbingan dan konseling berhadapan dengan
obyek garapan yang sama, yaitu problem atau masalah.
39
Dalam tulisan ini, bimbingan dan konseling yang dimaksud
adalah yang Islami, maka ada baiknya kata Islam diberi arti lebih dahulu
secara terminologi sebagaimana dirumuskan oleh Harun Nasution, Islam
adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada
masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad saw sebagai Rasul
(Nasution, 1985: 24).
Bimbingan dan konseling Islam menurut Aunur Rahim Faqih
(2001: 4) adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar
mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga
mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Menurut Hallen (2002: 22) bimbingan dan konseling Islam
adalah suatu usaha membantu individu dalam menanggulangi
penyimpangan perkembangan fitrah beragama yang dimilikinya,
sehingga ia kembali menyadari peranannya sebagai khalifah di bumi dan
berfungsi untuk menyembah atau mengabdi kepada Allah swt sehingga
akhirnya tercipta kembali hubungan yang baik dengan Allah, dengan
manusia dan alam semesta.
Menurut Prayitno dan Erman Anti (1999: 104) bimbingan dan
konseling Islam adalah suatu proses interaksi yang memudahkan
pengertian diri dan lingkungan serta hasil-hasil dan pembentukan dan
atau klarifikasi tujuan-tujuan dan nilai-nilai yang berguna bagi tingkah
laku yang akan datang.
40
Bertitik tolak dari beberapa pengertian diatas, maka yang
dimaksud bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap
individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk
Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup didunia dan
diakhirat, sedang konseling Islami adalah proses pemberian bantuan
terhadap individu agar menyadari kembali akan eksistensinya sebagai
makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan
petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan didunia dan
diakhirat.
2.2.2 Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam
Menurut Aunur Rahin Faqih (2001) dalam bukunya Bimbingan
dan Konseling dalam Islam, fungsi bimbingan dan konseling Islam
dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
a. Fungsi preventif, yakni membantu individu menjaga atau mencegah
timbulnya masalah bagi dirinya.
b. Fungsi kuratif atau korektif, yakni membantu individu memecahkan
masalah yang sedang dihadapi atau dialami.
c. Fungsi preservatif, yakni membantu individu menjaga agar situasi
dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) yang
telah menjadi baik (terpecahkan) itu kembali menjadi tidak baik
(menimbulkan masalah kembali).
41
d. Fungsi developmental atau pengembangan, yakni membantu
individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang
telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak
memungkinkan menjadi sebab munculnya masalah baginya. Fungsi
rehabilitatif, peran rehabilitatif pada bimbingan konseling berfokus
pada penyesuaian diri, penyembuhan masalah psikologi yang
dihadapi, mengembalikan kesehatan mental, dan mengatasi
gangguan emosional. Agar dapat menerima bantuan dari seorang
konselor, klien harus mengalami gangguan yang cukup
menggelisahkan untuk bisa terdorong mencari bantuan. (Aunur,
2001: 37).
Fungsi preventif, atau upaya preventif adalah suatu upaya untuk
mencapai individu-individu sebelum mereka mencapai masalah
kejiwaan karena kurangnya perhatian. Upaya preventif merupakan upaya
untuk melakukan intervensi mendahului kesadaran akan kebutuhan
pemberian bantuan. Upaya preventif haruslah mendahului munculnya
kebutuhan atau masalah, bila tidak demikian bukanlah upaya preventif.
Upaya ini meliputi tentang pengembangan strategi-strategi dan program-
program yang dapat digunakan untuk mencoba mengantisipasi resiko-
resiko hidup yang tidak terjadi.
Fungsi edukatif, atau peran edukatif pada bimbingan konseling
terfokus pada membantu orang-orang yang meningkatkan ketrampilan
42
dalam kehidupan, mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah
hidup, dan membantu meningkatkan kemampuannya menghadapi
transisi dalam kehidupan untuk keperluan-keperluan jangka pendek,
bimbingan konseling membantu orang-orang menjelaskan nilai-nilainya,
menjadi lebih tegas, mengendalikan kecemasan, meningkatkan
ketrampilan komunikasi antar pribadi, memutuskan arah hidup,
menghadapi kesepian dan semacamnya.
2.2.3 Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam
Secara garis besar atau secara umum tujuan Bimbingan dan
Konseling Islam itu dapat dirumuskan sebagai membantu individu
mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai
kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.
Bimbingan dan Konseling sifatnya hanya merupakan bantuan,
hal ini sudah diketahui dari pengertian atau definisinya. Individu yang
dimaksudkan disini adalah orang yang dibimbing atau diberi konseling,
baik orang perorangan maupun kelompok. Mewujudkan diri sebagai
manusia seutuhnya berarti mewujudkan diri sesuai dengan hakekatnya
sebagai manusia untuk menjadi manusia yang selaras perkembangan
unsur dirinya dan pelaksanaan fungsi atau kedudukannya sebagai
makhluk Allah (makhluk religius), makhluk individu, makhluk sosial,
dan sebagai makhluk berbudaya. Tujuan bimbingan dan konseling
Islami dapat dirumuskan sebagai berikut:
43
a. Membantu individu atau kelompok individu mencegah timbulnya
masalah-masalah dalam kehidupan keagamaan, antara lain:
1) Membantu individu menyadari fitrah manusia.
2) Membantu individu mengembangkan fitrahnya
(mengaktualisasikannya).
3) Membantu individu memahami dan menghayati ketentuan dan
petunjuk Allah dalam kehidupan keagamaan.
4) Membantu individu menjalankan ketentuan yang berkaitan
dengan kehidupan keagamaan.
b. Membantu individu memecahkan masalah yang berkaitan dengan
kehidupan keagamaannya, antara lain dengan cara:
1) Membantu individu memahami problem yang dihadapinya.
2) Membantu individu memahami kondisi dan situasi dirinya dan
lingkungannya.
3) Membantu individu memahami dan menghayati berbagai cara
untuk mengatasi problem kehidupan keagamaannya sesuai
dengan syari’at Islam.
4) Membantu individu menetapkan pilihan upaya pemecahan
problem keagamaan yang dihadapinya.
c. Membantu individu memelihara situasi dan kondisi kehidupan
keagamaan dirinya yang telah baik agar tetap baik dan atau menjadi
lebih baik (Aunur, 2001: 62-63).
44
Bimbingan dan konseling Islam berusaha membantu individu
agar bisa hidup bahagia, bukan saja didunia, melainkan juga diakhirat.
Karena itu, tujuan akhir bimbingan dan konseling Islam adalah
kebahagiaan didunia dan diakhirat.
2.2.4 Metode Bimbingan dan Konseling Islam
Dalam pengertian harfiyyah, metode adalah jalan yang harus
dilalui untuk mencapai suatu tujuan, karena kata metode berasal dari
meta yang berarti melalui dan hodos berarti jalan (Ariffin, 1994: 43).
Metode lazim diartikan sebagai jarak untuk mendekati masalah sehingga
diperoleh hasil yang memuaskan, sementara teknik merupakan
penerapan metode tersebut dalam praktek. Dalam pembicaraan ini kita
akan melihat bimbingan dan konseling sebagai proses komunikasi. Oleh
karenanya, berbeda sedikit dari bahasan-bahasan dalam berbagai buku
tentang bimbingan dan konseling, metode bimbingan dan konseling
Islam ini akan diklasifikasikan berdasarkan segi komunikasi tersebut.
Metode bimbingan hidup beragama Islam pada dasarnya sama
dengan metode dakwah pada umumnya, karena pada hakekatnya
bimbingan adalah inti dari dakwah itu sendiri. Dengan demikian, metode
bimbingan hidup beragama Islam adalah sebagaimana metode dakwah.
Hal ini sebagaimana disebutkan dengan melalui petunjuk Allah dalam
firman-Nya surat An Nahl: 125 :
45
ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي ليع إلى سبدا دينتهبالم لمأع وهبيله ون سل عن ضبم لمأع وه كبإن ر نسأح
Artinya: “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Depag RI, 2000: 383). Sebagaimana kita ketahui metode dakwah meliputi: metode
ceramah, metode tanya jawab, metode debat, metode percakapan antar
pribadi, metode demonstrasi, metode dakwah Rasulullah saw,
pendidikan agama dan mengunjungi rumah (silaturrahmi). Demikian
pula bimbingan dan konseling Islam bila di klasifikasikan berdasarkan
segi komunikasi, menurut Aunur Rahim Faqih (2001)
pengelompokannya menjadi: (1) metode komunikasi langsung atau
disingkat metode langsung, dan (2) metode komunikasi tidak langsung
atau metode tidak langsung.
a. Metode langsung
Metode langsung (metode komunikasi langsung) adalah
metode di mana pembimbing melakukan komunikasi langsung
(bertatap muka) dengan orang yang di bimbingnya. Metode ini dapat
dirinci lagi menjadi:
46
1) Metode individual
Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi
langsung secara individual dengan pihak yang dibimbingnya.
Hal ini dapat dilakukan dengan mempergunakan teknik:
a) Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog
langsung tatap muka dengan pihak yang dibimbing;
b) Kunjungan ke rumah (home visit), yakni pembimbing
mengadakan dialog dengan kliennya tetapi dilaksanakan di
rumah klien sekaligus untuk mengamati keadaan rumah klien
dan lingkungannya;
c) Kunjungan dan observasi kerja, yakni pembimbing atau
konselor melakukan percakapan individual sekaligus
mengamati kerja klien dan lingkungannya.
2) Metode kelompok
Pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan
klien dalam kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik-
teknik:
a) Diskusi kelompok, yakni pembimbing melaksanakan
bimbingan dengan cara mengadakan diskusi dengan
kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama.
47
b) Karya wisata, yakni bimbingan kelompok yang dilakukan
secara langsung dengan mempergunakan ajang karya wisata
sebagai forumnya.
c) Sosiodrama, yakni bimbingan dan konseling yang dilakukan
dengan cara bermain peran untuk memecahkan atau
mencegah timbulnya masalah (psikologis).
d) Psikodrama, yakni bimbingan dan konseling yang dilakukan
dengan cara bermain peran untuk memecahkan serta
mencegah timbulnya masalah (psikologis). (Aunur, 2001: 54)
e) Group teaching, yakni pemberian bimbingan dan konseling
dengan memberikan materi bimbingan dan konseling tertentu
(ceramah) kepada kelompok yang telah disiapkan. Didalam
bimbingan pendidikan, metode kelompok ini dilakukan pula
secara klasikal, karena sekolah umumnya mempunyai kelas-
kelas belajar.
b. Metode tidak langsung
Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak langsung)
adalah metode bimbingan dan konseling yang dilakukan melalui
media komunikasi massa. Hal ini dapat dilakukan secara individual
maupun kelompok, bahkan massal (Musnamar, 1992: 49-51).
48
1. Metode individual
• Melalui surat menyurat.
• Melalui telepon dan sebagainya.
2. Metode kelompok atau massal
• Melalui papan bimbingan.
• Melalui surat kabar maupun majalah.
• Melalui brosur.
• Melalui radio (media audio).
• Melalui televisi.
Metode dan teknik mana yang dipergunakan dalam
melaksanakan bimbingan dan konseling, tergantung pada:
1. Masalah atau problem yang sedang dihadapi atau digarap.
2. Tujuan penggarapan masalah.
3. Keadaan yang dibimbing (klien).
4. Kemampuan pembimbing (konselor) mempergunakan metode dan
teknik.
5. Sarana dan prasarana yang tersedia.
6. Kondisi dan situasi lingkungan sekitar.
7. Organisasi dan administrasi layanan bimbingan dan konseling.
8. Biaya yang tersedia (Aunur, 2001: 55).
49
2.2.5 Asas-Asas Bimbingan dan Konseling Islam
Asas-asas atau prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Islami
pada dasarnya serupa dengan asas-asas bimbingan dan konseling Islami
yang lain menurut Aunur Rahim Faqih (2001: 63-64) terdiri dari:
a. Asas-asas kebahagiaan didunia dan akhirat
Bimbingan dan konseling Islami tujuan akhirnya adalah
membantu klien, atau konseli, yakni orang yang dibimbing,
mencapai kebahagiaan hidup yang senantiasa didambakan oleh
setiap muslim. Sebagaimana tertera dalam firman Allah swt:
بنا آتنا في الدنيا حسنة وفي اآلخرة حسنة وقنا ر يقولن نهم ممو عذاب النار
Artinya: “Dan di antara mereka ada orang yang berdo’a: ya Tuhan
kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. (Q.S. Al-Baqarah: 201). (Depag RI, 2000: 39).
Upaya bimbingan dan konseling Islam terletak pada usaha
membantu dan mengajarkan orang yang membutuhkan kebaikan
hidup didunia dan diakhirat yang seimbang.
b. Asas fitroh
Bimbingan dan konseling Islami merupakan bantuan
kepada klien atau konseli untuk mengenal, memahami dan
menghayati fitrahnya, sehingga segala gerak tingkah laku dan
50
tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut. Fitrah yang
ditawarkan dalam bimbingan dan konseling Islam mengarah kepada
kecenderungan manusia untuk kembali kepada jalan Allah swt. yaitu
beragama Islam dengan mengarahkan potensi keimanan dan
ketaqwaan yang tulus dihadapan Tuhanmu. Sebagaimana firman
Allah:
اس عليها لا نلا ر فطيلتقم وجهك للدين حنيفا فطرة الله ا أف تبديل لخلق الله ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس لا يعلمون
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
(Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tetapi tidak ada perubahan fitrah Allah, (itukah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Q.S. Ar-Rum: 30). (Depag RI, 2000: 574).
c. Asas “lillahi ta’ala”
Bimbingan dan konseling Islami diselenggarakan semata-
mata karena Allah. Konsekuensi dari asas ini berarti pembimbing
melakukan tugasnya dengan penuh keikhlasan, tanpa pamrih,
sementara yang dibimbing menerima atau meminta bimbingan dan
atau konseling dengan ikhlas dan rela, karena semua pihak merasa
bahwa semua yang dilakukan adalah karena dan untuk pengabdian
kepada Allah semata, sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai
51
mahkluk Allah yang harus senantiasa mengabdi pada-Nya. Dalam
firman Allah swt:
ب العالمنير للهتي ونسكي ومحياي ومماتي صالن إ لق
Artinya: “Katakanlah, sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (Q.S. Al-An’am: 162). (Depag RI, 2000: 201).
d. Asas Bimbingan seumur hidup
Manusia hidup tidak akan ada yang sempurna dan selalu
bahagia. dalam kehidupannya mungkin saja manusia akan
menjumpai berbagai kesulitan dan kesusahan. Oleh karena itulah
maka bimbingan dan konseling Islami diperlukan selama hayat di
kandung badan.
e. Asas kesatuan jasmaniah-rohaniah
Seperti telah diketahui dalam uraian mengenai citra
manusia menurut Islam ,manusia itu dalam hidupnya didunia
merupakan satu kesatuan jasmaniah-rohaniah. Bimbingan dan
konseling Islami memperlakukan kliennya sebagai makhluk
jasmaniah-rohaniah tersebut, tidak memandangnya sebagai makhluk
biologis semata atau makhluk rohaniah semata.
f. Asas keseimbangan rohaniah
Rohani manusia memiliki unsur daya kemampuan pikir,
merasakan atau menghayati dan kehendak atau hawa nafsu serta
52
juga akal. Kemampuan ini merupakan sisi lain kemampuan
fundamental potensial untuk: (1) mengetahui (”mendengar), (2)
memperhatikan atau menganalisis (”melihat”; dengan bantuan atau
dukungan pikiran), dan (3) menghayati (”hati” atau af’idah, dengan
dukungan qalbu dan akal).
g. Asas kemaujudan individu (eksistensi)
Bimbingan dan konseling Islami, memandang seorang
individu merupakan maujud (eksistensi) tersendiri. Individu
mempunyai hak, mempunyai perbedaan individu dari yang lainnya,
dan mempunyai kemerdekaan pribadi sebagai konsekwensi dari
haknya dan kemampuan fundamental potensial rohaniahnya.
h. Asas sosialitas manusia
Manusia merupakan makhluk sosial, hal ini diakui dan
diperhatikan dalam bimbingan dan konseling Islami. Pergaulan,
cinta kasih, rasa aman, penghargaan pada diri sendiri dan orang lain,
rasa memiliki dan dimiliki, semuanya merupakan aspek-aspek yang
diperhatikan didalam bimbingan dan konseling Islam, karena
merupakan ciri hakiki manusia (Aunur, 2002: 200).
i. Asas kekhalifahan manusia
Manusia, menurut Islam diberi kedudukan yang tinggi
sekaligus tanggung jawab yang besar, yaitu sebagai pengelola alam
semesta (“khalifatullah fil ard”). Dengan kata lain, manusia
53
dipandang sebagai makhluk berbudaya yang mengelola alam sekitar
sebaik baiknya. Sebagai khalifah, manusia harus memelihara
keseimbangan ekosistem sebab problem-problem kehidupan kerap
kali muncul dari ketidakseimbangan ekosistem tersebut yang
diperbuat oleh manusia itu sendiri. bimbingan dan fungsinya tersebut
untuk kebahagiaan dirinya dan umat manusia.
j. Asas keselarasan dan keadilan. Islam menghendaki keharmonisan,
keselarasan, keseimbangan, keserasian dalam segala segi.
k. Asas pembinaan akhlakul karimah. Manusia menurut pandangan
Islam memiliki sifat-sifat yang baik (mulia), sekaligus mempunyai
sifat-sifat lemah.
l. Asas kasih saying. Setiap manusia memerlukan cinta kasih dan rasa
kasih sayang dari orang lain.
m. Asas saling menghargai dan menghormati. Dalam bimbingan dan
konseling Islami kedudukan pembimbing atau konselor dengan yang
dibimbing sama atau sederajat.
n. Asas musyawarah. Bimbingan dan konseling Islami dilakukan
dengan asas musyawarah.
o. Asas keahlian. Bimbingan dan konseling Islami dilakukan oleh
orang–orang yang memang memiliki kemampuan keahlian dibidang
tersebut. (Musnamar, 1992: 20-33).
54
2.3 Perilaku Amoral
Bangsa Arab merupakan bangsa yang dulunya mengalami masa
kepribadian bangsa yang jahiliyah, kemudian mengalami sebuah transformasi
kepribadian setelah munculnya sebuah kepribadian kolektif yang mengikuti
seorang manusia biasa bernama Muhammad Ibn ‘Abdillah yang berasal dari
suku Quraisy dengan sifat-sifat mulia; jujur, terpercaya, cerdas dan berani
menyampaikan kebenaran. Sebagaimana firman Allah swt:
سنة لمن كان يرجو الله واليوم الآخر سوة ح أد كان لكم في رسول اللهقل اوذكر الله كثري
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah (Muhammad) itu suri
teladan yang baik bagimu orang yang mengharap Allah dan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21) (Depag RI, 2000: 595). Orang-orang yang melakukan peniruan pada perilaku Muhammad
adalah orang-orang yang beruntung dalam hidup ini. Ajaran agama Islam
mengajarkan akhlak al-karimah agar manusia terutama umat Islam bertingkah
laku (berakhlak) sesuai dengan nilai-nilai syari’at Islam dan masyarakat. Kata
akhlaq (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang
berarti menciptakan. Seakar dengan kata Khaliq (Pencipta), makhluq (yang
diciptakan) dan khalq (penciptaan). Kesamaan akar kata tersebut
mengisyaratkan bahwa dalam akhlaq tercakup pengertian terciptanya
55
keterpaduan antara kehendak Khaliq (Tuhan) dengan perilaku makhluq
(manusia). Atau dengan kata lain, tata perilaku seseorang terhadap orang lain
dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlaq yang hakiki manakala
tindakan, atau perilaku tersebut didasarkan kepada kehendak Khaliq (Tuhan).
Menurut pendapat Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulum Ad-Din
"Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan." (Hamid, 1989: 58). Seorang muslim adalah manusia yang
mempunyai roh yang tinggi, mempunyai jiwa yang matang, dan mempunyai
akal. Allah swt. menyuruh orang-orang untuk melakukan perbuatan yang
ma’ruf dan mencegah perbuatan munkar, dan muslim seperti itulah yang terbaik
menurut firman Allah:
معروف وتنهون عن المنكرتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالنك
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia menyeru kepada ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.” (QS. Ali-Imran: 110) (Depag RI, 2000: 80).
Melihat ayat diatas bahwa dilahirkan di dunia untuk mengerjakan
perbuatan yang baik dan menjauhkan perbuatan yang jelek, artinya bahwa hal
tersebut terlebih dahulu diterapkan pada pribadi masing-masing untuk
bertingkah laku (akhlak) Islami atau dengan kata lain menjunjung tinggi moral,
kemudian menghindari dari perilaku yang menyimpang kepada syari’at ajaran
agama, norma-norma sosial yang ada.
56
2.3.1. Pengertian Perilaku Amoral
Perilaku amoral merupakan suatu tindakan dengan sikap yang
dilakukan dengan sengaja dan telah menjadi suatu kebiasaan yang
melawan, kaidah-kaidah agama, adat, serta aturan-aturan yang telah ada
dalam masyarakat. Tindakan amoral merupakan tindakan yang tidak
sesuai dengan moral (akhlak) baik moral dalam hidup bermasyarakat
maupun moral yang tidak sesuai dengan kaidah syariat Islam.
Menurut Kartini Kartono (2003: 191) defisien atau defek moral
(a-moral) adalah kondisi individu yang hidupnya delinquent (nakal,
jahat), selalu melakukan kejahatan, selalu bertingkah laku a-sosial atau
anti-sosial, namun tanpa penyimpangan atau gangguan organis pada
fungsi inteleknya, hanya saja inteleknya tidak berfungsi sehingga terjadi
kebekuan moral yang kroni. (Kartono, 2003: 191).
Islam telah menegaskan bahwa akhlak (moral) manusia harus
sesuai dengan nilai-nilai dalam Al-Qur’an dan hadits, jika norma-norma
sosial, agama dilanggar maka hal tersebut tidak sesuai dengan apa yang
ditegaskan dalam syari’at Islam. Perilaku amoral merupakan suatu
tindakan yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial, adat, serta
kaidah-kaidah dan lain sebagainya, sehingga perilaku amoral merupakan
perilaku yang sangat menyimpang dan tidak sesuai dengan akhlakul
karimah.
57
Perilaku amoral atau perilaku menyimpang merupakan perilaku
yang tidak sesuai dengan norma-norma, etika. Norma adalah aturan
pokok (kaidah) yang diterima dalam kehidupan masyarakat. Kaidah-
kaidah yang mengatur pribadi manusia mencakup norma kepercayaan
yang bertujuan agar manusia beriman, dan norma kesusilaan yang
bertujuan agar manusia mempunyai hati yang bersih. (Soerjono, 2003:
205).
Setelah kita memahami pengertian perilaku amoral maka dalam
penulisan ini penulis akan menjelaskan tentang aspek-aspek perilaku
amoral dan jenis-jenis perilaku amoral.
2.3.2. Aspek-Aspek Perilaku Amoral
Aspek-aspek perilaku amoral atau ciri-ciri perilaku
menyimpang dibedakan antara lain:
a. Aspek lahiriyah
Deviasi lahiriah yang verbal dalam bentuk kata-kata maki-
makian, slang (logat, bahsa populer), kata kotor tidak senonoh
dan cabul dan lain sebagainya.
Deviasi lahiriah yang non verbal yaitu semua tingkah laku yang
non verbal yang nyata kelihatan.
b. Aspek yang tersembunyi
Aspek ini mencakup tentang sikap hidup, emosi-emosi,
sentimen, dan motivasi yang mengembangkan perilaku
58
menyimpang, yaitu berupa mens re (pikiran yang paling dalam, yang
tersembunyi); atau berupa itikad kriminal dibalik semua aksi-aksi
kejahatan dan tingkah laku menyimpang. (Kartono, 2003: 14).
Dari kedua aspek diatas dapat disimpulkan bahwa
penyimpangan-penyimpangan terjadi dengan banyak sebab dan
banyak pola dalam pengungkapannya.
2.3.3. Jenis-Jenis Perilaku Amoral
وا منكونلي هبو حزعدا يموا إندع خذوهفات ودع طان لكميإن الش أصحاب السعري
Artinya: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka
anggaplah ia musuh, karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al-Fathir: 6). (Depag RI, 2000: 617).
Telah jelas diterangkan dalam ayat diatas bahwa ajakan
terhadap perbuatan-perbuatan yang negatif adalah mengikuti jalan
syaitan. Perilaku amoral merupakan perilaku yang mengikuti perbuatan
syaitan karena penyimpangan terhadap aturan dasar yang diajarkan
dalam masyarakat maupun ajaran-ajaran agama, tindakan perilaku
amoral berdampak pada pola kehidupan pribadi dan berdampak pula
bagi orang lain, jenis-jenis perilaku amoral antara lain:
59
a. Perjudian
Perjudian merupakan pertaruhan dengan sengaja yaitu
mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai,
dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada
peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan (kartono,
2003: 52).
Perjudian merupakan salah satu bentuk penyakit yang ada
dalam masyarakat dan sangat berdampak pada diri pelaku judi.
Perjudian dalam masyarakat dapat menaikan jumlah kriminalitas dan
penyimpangan perilaku karena judi berlangsung sebagai penyalur
ketegangan dan nafsu manusia.
b. Pelacuran
Masyarakat telah mengenal lama tentang pelacuran yang
merupakan profesi yang berupa tingkah laku lepas bebas sebagai
bentuk pelampiasan nafsu seks tanpa mengenal batas-batas
kesopanan, dengan demikian pelaku dikenal dengan istilah WTS
atau wanita tuna susila.
Pelacuran merupakan hubungan seks diluar pernikahan,
sehingga jelas melanggar norma-norma sosial serta menentang
ajaran syariat Islam karena dalam Islam hubungan diluar pernikahan
merupakan zina, tentang tampak nyatanya perzinaan. Kini telah
benar-benar terjadi, dalam hal perzinaan telah diadakan pasar tempat
60
menjajakan kemaksiatan dan dosa besar itu sampai di negeri-negeri
yang penduduknya membangsakan diri mereka dengan Islam.
Bahkan ketika para ulama dan umat Islam memprotes selama
bertahun-tahun agar lokalisasi perzinaan dihapus, ternyata ada suara-
suara sumbang yang seolah meratapi dihapusnya pusat dosa besar
dan penyebaran penyakit berbahaya itu. Sehingga yang terjadi bukan
sekedar tampak nyatanya perzinaan, namun justru pandangan hidup
sebagian orang yang mendukung adanya kemaksiatan dengan aneka
kilah yang dibuat-buat. Ini bukan sekedar jahil terhadap ilmu agama,
namun sengaja menjauhkan diri dari pandangan hidup yang
berlandaskan agama. Zina dalam Islam termasuk diharamkan dan
dosa besar bagi yang melakukannya, Allah swt. berfirman kepada
kaum mu’minin. Surat Al-Isra ayat 32:
بيال الواء سسة وكان فاحش هى إننوا الزبقرت
Artinya: “Dan janganlah sekali-kali melakukan perzinaan, sesungguhnya perzinaan iu merupakan suatu perbuatan yang keji, tidak sopan dan jalan yang buruk.” (Q.S. Al-Isr’a: 32). (Depag RI, 2000: 38).
Islam dengan keras melarang perzinaan serta memberikan
ultimatum yang sangat kejam karena perzinaan dapat mengaburkan
masalah keturunan, merusak keturunan, menghancurkan rumah
61
tangga, meretakkan hubungan, merajalela penyakit sipilis, kejahatan
nafsu dan merosotnya akhlak (Ghozali, 2002: 154).
c. Minum-minuman Keras (khamr)
Khamr dinamai dengan sebutan yang bukan namanya,
supaya dianggap halal meminumnya, menjualnya dan memakan
hartanya. Ada yang dinamai minuman kesegaran jiwa, ada yang
dinami bir, nabidz, wisky dan lain-lain, dengan nama-nama yang
dihiasi dengan bunga-bunga secara lahiriah, namun isi didalamnya
mengandung dosa dan kefasikan. Dalam hal ini Allah swt. telah
berfirman dalam Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 90.
ايأي آ ه ا الذينمن الماألزو اباألنصو سريالمو رما الخموا إن رجس من عمل الشيطان فاجتنبوه لعلكم تفلحون
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
(meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Depag RI, 2000: 163).
Pada ayat diatas, Allah swt secara tegas menyatakan
diharamkannya khamr dan judi surat pernyataan yang tegas dan
keras. Khamr dan judi adalah berasal dari perbuatan setan, sedang
setan hanya gemar perbuat yang tidak baik dan mungkar. Justru
62
itulah Al-Qur’an menyerukan pada umat manusia untuk menjauhi
kedua perbuatan itu sebagai jalan untuk menuju kebahagiaan.
d. Narkoba
Hukum narkotika, ganja, sabu-sabu, putauw, dan lainnya
adalah sama dengan khamr karena ia adalah bahan yang
mengganggu akal dan pikiran. Pengharaman ini disepakati oleh
para ahli fiqih yang pada masa hidupnya muncul bahan-bahan
negatif itu. Di antara para ulama yang terkemuka yang sepakat
dengan hukum ini adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, beliau
mengatakan “ganja haram hukumnya baik yang memabukkan
ataupun yang tidak. Ganja dihirup oleh para pencandunya tidak
lain mereka hendak mencari kesenangan dan mabuk-mabukan.”
(Qardhawi, 2003: 119).
Khamr atau minuman keras, sekarang diistilahkan dengan
sebutan “narkoba” (narkotika, obat-obat terlarang atau keras, dan
alkohol) maka sungguh telah merajalela. Baik dijual belikan,
maupun diminum. Itu terjadi dimana-mana disebagian besar
negara didunia.
Jenis-jenis perilaku menyimpang yang telah disebutkan
merupakan sebagian dari sekian banyak penyimpangan perilaku
yang tidak sesuai dengan norma masyarakat dan terlebih
melanggar kaidah ajaran agama. Perjudian, pelacuran, narkotika,
63
serta minum-minuman keras perlu perhatian bersama karena dapat
menyerang pada generasi muda sebagai penerus bangsa serta
agama.
2.4 Dakwah Dengan Pendekatan Bimbingan Dan Konseling Islam Terhadap
Perilaku Amoral
Dakwah dengan pendekatan bimbingan dan konseling Islam terhadap
perilaku amoral merupakan sebuah upaya pemberian bantuan layanan atau
pembinaan kepada orang-orang yang secara sosial berperilaku menyimpang dari
norma-norma dalam masyarakat.
Pengertian dakwah dengan pendekatan bimbingan dan konseling Islam
menurut Asmuni Syukir (1983: 20) dikategtorikan dalam tiga segi, yaitu:
1. Pengertian dakwah yang bersifat pembinaan, yaitu suatu kegiatan dakwah
dalam rangka mempertahankan, melestarikan menyempurnakan umat
manusia agar mereka tetap beriman kepada Allah swt. dengan menjalankan
syari’at Islam.
2. Pengertian dakwah yang bersifat pengembangan, yaitu usaha dakwah
dengan melakukan kegiatan yang mengarah pada pembaharuan atau
mengadakan suatu yang belum pernahada sebelumnya.
Perilaku amoral anggota sebagai mad’u (obyek dakwah) adalah sebagai
individu yang kondisinya dalam keadaan cemas karena tingkah lakunya yang
tidak diterima dalam masyarakat karena melanggar nilai-nilai adat. Pada
64
dasarnya manusia memiliki kekuatan, motivasi untuk berubah, tentunya sebagai
pribadi dan manusia pada umumnya memiliki masalah yang membutuhkan
bantuan dari pihak lain untuk memecahkannya.
Dakwah dengan pendekatan bimbingan dan konseling Islam dalam hal
ini dihadapkan pada dua permasalahan yang meliputi masalah sosiologis dan
psikologis. Oleh karena itu, da’i sebagai konselor Islam perlu menekankan
adanya pendekatan sosiologis dan psikologi.
Secara sosiologis, persoalan dakwah dengan pendekatan bimbingan
dan konseling Islam terhadap perilaku amoral perlu memperhatikan peran
lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Kedua
lingkungan tersebut saling mempengaruhi terhadap kepribadian diri individu,
maka yang diperlukan adalah penyesuaian diri dengan lingkungan karena
perilaku amoral dipengaruhi oleh suatu konteks sosio-kultural dan antar
personal (Kartono, 2003: 17), artinya mengetahui hal-hal yang mempengaruhi
munculnya perilaku amoral adalah dari lingkungan.
Selain pendekatan sosiologis, da’i perlu menggunakan pendekatan
psikologis, dalam membantu menyelesaikan masalah perilaku amoral. Salah
satunya dengan memperhatikan faktor emosional, karena faktor ini sangat
berpengaruh dalam interaksi sosial antara individu dengan lingkungan.
Dalam prakteknya, kedua pendekatan tersebut diatas diaplikasikan
dalam proses bimbingan dan konseling Islam terhadap perilaku amoral dengan
cara mengamati obyek pada setiap perubahannya dan penyimpangannya,
65
kemudian dengan pendekatan secara pribadi untuk mengetahui latar belakang
munculnya masalah tersebut (perilaku amoral).
Dengan demikian diharapkan fungsi dakwah dengan pendekatan
bimbingan dan konseling Islam dapat terwujud dengan mengadopsi pendapat
Aunur Rahin Faqih (2001) fungsi tersebut antara lain:
a. Fungsi preventif, yakni membantu individu menjaga atau mencegah
timbulnya masalah bagi dirinya.
b. Fungsi kuratif atau korektif, yakni membantu individu memecahkan
masalah yang sedang dihadapi atau dialami.
c. Fungsi preservatif, yakni membantu individu menjaga agar situasi dan
kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) yang telah menjadi
baik (terpecahkan) itu kembali menjadi tidak baik (menimbulkan masalah
kembali).
d. Fungsi developmental atau pengembangan, yakni membantu individu
memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar
tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkan menjadi
sebab munculnya masalah baginya.
66
BAB III
YAYASAN SEKAR MIRAH DAN METODE PEMBINAAN ROHANI
TERHADAP PERILAKU AMORAL ANGGOTA
3.1 Sejarah Berdiri dan Perkembangannya
Indonesia merupakan sebuah negeri yang tidak saja kaya akan sumber
alamnya, akan tetapi kaya juga dalam berbagai hal yang bersifat non fisik
seperti halnya keberagaman masyarakatnya. Seiring dengan perkembangan
masyarakat Indonesia dari era Orde Baru ke era Reformasi semakin banyak
bermunculan institusi-institusi baru yang mengarahkan pada proses kedepan
yang lebih baik untuk menuju masyarakat yang madani.
Dari proses zaman itulah Sekar Mirah merasa ikut terpanggil untuk
memberikan sumbangsihnya meski hanya bernilai relatif kecil. Namun, dari
kecil inilah nantinya akan tumbuh berkembang bersama-sama dengan
perkembangan alam dan manusia disekitarnya. Berasal dari embrio organisasi
yang bergerak dibidang terapi penyembuhan alternatif dengan menggunakan
metode pernafasan dzikir, individu-individu yang ada dalam Sekar Mirah
merasa perlu lebih mengembangkan dan memperluas jaringan organisasinya
maupun kinerjanya. Maka beberapa pemikiran seperti membuat U.B (Usaha
Bersama) menjadi suatu kebutuhan dari pada anggota Sekar Mirah. Hal ini
bertujuan untuk merapatkan tali silaturahmi antar anggota agar terjalin secara
terus-menerus. Begitu juga dengan pendalaman materi keimanan dalam bentuk
66
67
siraman rohani menjadi sesuatu yang sangat urgen dalam kondisi masyarakat
yang sudah resah lahir dan batin seperti sekarang.
Sejarah berdirinya yayasan Sekar Mirah dapat diketahui dari sumber
dokumentasi yayasan Sekar Mirah dan dari wawancara dengan beberapa
pengurus di yayasan tersebut.
Sekar Mirah merupakan kepanjangan dari “Sehat Karena Mencari Ilmu
Rahasia Allah”. Pada prinsipnya ilmu yang kita pelajari ini merupakan bagian
dari suatu ibadah yang lebih kita spesifikkan. Hal ini karena dalam Sekar Mirah,
untuk meningkatkan ketaqwaan dan keimanan anggotanya baik secara lahir
maupun batin, dilandasi dengan kesehatan jasmani dan rohani. Sehingga dalam
praktek kesehariannya selalu mengamalkan aurad (wirid) yang bersifat meng-
Esakan Allah swt, yang biasanya disebut dengan metode dzikir sir. Dari metode
dzikir sir inilah akan dibangkitkan simpul-simpul tenaga dalam yang ada dalam
setiap tubuh manusia secara umum.(Wawancara dengan Pembina Slamet
Ortega, 21-30 WIB, Sabtu, 24 Desember 2005).
Berdasarkan pada banyaknya moment penting yang mendorong yayasan
Sekar Mirah berdiri, maka pada tanggal 29 Oktober 1999 yayasan Sekar Mirah
diakta-notariskan dinotaris Nyonya Lili Hidayati, SH., yang wilayah kerjanya
seluruh Kecamatan di Kabupaten Tegal dengan no notaris C-
1592.HT.03.01.TH. 1999 dan kantor kesekretariatan terletak di jalan Modes No.
788/ 790 Balapulang Wetan Tegal. (Dokomen tentang sejarah dan profil
yayasan Sekar Mirah).
68
Dalam perkembangannya yayasan Sekar Mirah yang berkiprah dalam
bidang sosial kemasyarakatan telah memberikan sumbangsih kepada
masyarakat sekitar, sebagai buktinya adalah keluarga besar yayasan Sekar
Mirah mengadakan gurah massal kepada masyarakat sekitar yang bertujuan
sebagai usaha penyebuhan alternatif non infeksi. Disisi lain, dalam
perkembangannya yayasan Sekar Mirah sering mengadakan acara-acara penting
seperti partisipasi aktif dalam PHBI, pengobatan alternatif non infeksi,
penanganan panyalah gunaan narkoba, yang dibuka secara umum.
Pada prakteknya dalam menyelenggarakan setiap kegiatan, segenap
pengurus yayasan Sekar Mirah tidak bersifat profit (komersil) karena Sekar
Mirah berusaha membantu bukan meraih keuntungan. Walaupun demikian,
masih sangat kurangnya feed back dari masyarakat.
Perkembangan yayasan Sekar Mirah sekarang dirasakan oleh para
anggotanya yang telah selesai melewati proses pembinaan dan dapat kembali
kedalam masyarakat dengan mampu membuat usaha bersama (U.B) sesama
anggota, dan bentuk usaha tersebut menyesuaikan dengan kodisi mata
pencaharian masyarakat seperti misalnya, dengan usaha jual beli kayu,
membuka furniture (mebel), berdagang, dan ada juga anggota yang membuka
praktek pengobatan sendiri diluar lingkungan Sekar Mirah berada. Dengan kata
lain dalam perkembangannya Sekar Mirah telah mencetak generasi muda yang
bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat.
69
Dalam hubungan dengan pihak luar Sekar Mirah telah membuka
kerjasama dengan yayasan-yayasan yang sama-sama bergerak dalam bidang
sosial, pondok-pondok pesantren, dan secara umum membuka kerjasama
dengan pihak manapun. Namun hingga saat ini belum adanya kerjasama dengan
lembaga-lembaga pemerintahan yang terkait, yang bertujuan membantu serta
memberikan bimbingan kepada anggota masyarakat yang membutuhkan,
terutama generasi muda sebagai penerus bangsa. (Wawancara dengan Pembina
Slamet Ortega, 21-30 WIB, Sabtu, 24 Desember 2005).
3.1.1 Profil Yayasan Sekar Mirah
Penjabaran diatas merupakan gambaran singkat tentang yayasan
Sekar Mirah dan perkembangannya didalam masyarakat hingga
sekarang. Profil yayasan Sekar Mirah secara detail akan dijabarkan pada
point-point berikut (Dokomen tentang sejarah dan profil yayasan Sekar
Mirah):
3.1.1.1 Tujuan yayasan Sekar Mirah
a. Mendidik manusia secara umum yang tadinya bermental
rusak, untuk kembali kepada fitrahnya sebagai hamba
Allah swt.
b. Memberi alternatif hidup sehat dengan pendekatan
keimanan secara lahir dan batin serta Islami.
c. Memberikan pertolongan kepada masyarakat disekitar
lingkungan Sekar Mirah berada tanpa pandang bulu.
70
d. Mempererat tali silaturahmi atau persatuan dan kesatuan
diantara anggotanya dengan lingkungan disekitar Sekar
Mirah berada.
3.1.1.2 Target
a. Menciptakan manusia-manusia yang sadar akan
kekurangan dan kelebihannya baik secara pribadi maupun
kelompok.
b. Pencerahan kembali kepada jiwa mereka yang selama ini
rusak karena budaya negatif.
c. Menciptakan kesadaran berorganisasi.
d. Membentuk usaha bersama untuk memenuhi kebutuhan
hidup secara ekonomi.
3.1.1.3 Azaz
Pancasila dan UUD 45 beserta amandemennya, dengan
penekanan pada unsur-unsur aqidah Islam.
3.1.1.4 Sifat Dasar
Sekar Mirah bersifat independen:
a. Tidak berada dibawah naungan organisasi manapun
b. Tidak berada dibawah jam’iyah manapun.
3.1.1.5 Usaha
a. Pembangkit tenaga dalam dengan penekanan bukan pada
bela diri semata, akan tetapi lebih pada pentingnya akan
71
kesehatan jasmani maupun rohani, melalui latihan-latihan
secara reguler serta terbagi dalam kelas-kelas menurut
tingkatan-tingkatan dalam kelompok.
b. Terapi atau penyembuhan alternatif dengan menggunakan
penyaluran hawa atau tenaga murni (tenaga dalam) kepada
pasien, dengan menjauhkan kepercayaan mistis dan
perdukunan (klenik) kepada pasien sehingga
menumbuhkan rasionalisasi (rasio) pada pasiennya.
c. Gurah, terapi dengan menggunakan formula tradisional
untuk menjernihkan pita suara dan penyembuhan penyakit-
penyakit.
d. Terapi khusus bagi korban narkoba yang menginginkan
kesembuhan, dengan metode penyaluran hawa murni
(tenaga dalam serta bimbingan mental kerohanian secara
Islami.
e. Membentuk usaha bersama (UB) secara kolektif sesama
anggota Sekar Mirah dalam bentuk ekonomis.
f. Mengadakan bimbingan mental kerohanian secara reguler
kepada anggota dan umum, dalam bentuk kajian-kajian
agama Islam yang dispesifikan pada pendidikan nafsu
(tarbiyatun nafsi). (Dokumen tentang Sejarah dan Profil
yayasan Sekar Mirah).
72
3.1.2 Struktur Organisasi Yayasan Sekar Mirah
Berikut penulis gambarkan diagram sruktur susunan
kepengurusan yayasan Sekar Mirah dari dewan kepengurusan maupun
tim pembina dan tim pelatih yang ada sesuai dengan fungsi dari masing-
masing jabatan. (Dokumen tentang Sejarah dan Profil Yayasan Sekar
Mirah).
STRUKTUR ORGANISASI YAYASAN SEKAR MIRAH
Ketua Umum
Bidang Pelatihan
Sekretaris
Devisi-Devisi
Ketua I
Bendahara
Bidang Penyembuhan
Alternatif
Bidang Kerohanian
Bidang Sosial&Humas
Pelindung
73
Keterangan:
Dewan Pengurus
Pelindung : Laksamana (Purn.) H. Kumoro Utoyo
Ketua Umum : Yanto
Ketua I : Aspuri
Sekretaris : Lili
Bendahara : Margono
Koordinator
Devisi Bidang Pelatihan : Kusno Sujarwadi
Devisi Bidang Kerohanian : Jamaludin
Devisi Bidang Sosial & Humas : Pujianto
Devisi Bidang Penyembuhan Alternatif : Muhidin
Dewan pembina dan tim pelatihan diluar struktur kepengurusan
organisasi yayasan Sekar Mirah antara lain:
Pembina : H. Abdul Latif
Slamet Ortega, S.E
Tim Pelatih : Yanto
Sapuri
Jamaludin
Kusno Sujarwadi
Pujianto. (Dokomen tentang sejarah dan profil
yayasan Sekar Mirah).
74
Keterangan fungsi sebagai berikut:
a. Pelindung adalah orang bertugas memberi perlindungan
pada organisasi bila terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
b. Ketua Umum adalah bertanggung jawab dan koordinator
umum dalam pelaksanaan tugas-tugas intern
dan ekstern organisasi.
c. Ketua I adalah penanggung jawab dan koordinator
kegiatan dalam bidang pembinaan,
pengembangan dan pemberdayaan organisasi.
d. Sekretaris adalah penanggung jawab dan koordinator
kegiatan bidang kesekretariatan, kearsipan, dan
publikasi.
e. Bendahara adalah penanggung jawab dan koordinaor
kegiatan bidang keuangan dan perlengkapan
organisasi.
f. Dev. Pelatihan adalah sebagai instruktur bertanggung jawab
dalam mengawasi, melatih, mengontrol secara
rutin atau reguler pada anggotayangdibimbing
dan memberikan laporan secara periode kepada
pembina atas kemajuan anggota yang dilatih.
75
g. Dev. Kerohanian adalah membuat jadwal serta menyiapkan
materi yang akan disampaikan pada setiap
pertemuan agar materi tersebut tetap aktual.
h. Dev. Sosial & Humas adalah bertugas berkoordinasi dengan
masyarakat atau lembaga yang ada
dilingkungan sekitar maupun pondo-pondok
pesantren.
i. Dev. Peny. Alternatif adalah memberikan layanan penyembuhan non
infeksi, psikis kepada yang membutuhkan, yang
diadakan secara reguler maupun secara umum
pada PHBI dengan pendekatan rasional (non
klinik).
j. Pembina adalah penanggung jawab dalam memberikan
pembinaan kepada para anggota dalam hal
pengembangan, pemberdayaan secara langsung
maupun melalui tim pelatih tentang controlling
anggota.
k. Anggota adalah obyek (mad’u) yang dibina, yang
mengikuti proses kegiatan pembinaan
(rehabilitatif) di yayasan Sekar Mirah. Anggota
dibedakan menjadi dua, yaitu anggota aktif dan
pasif, anggota aktif merupakan anggota yang
76
mempunyai hak dan kewajiban mengikuti
kegiatan dan mengembangkan yayasan.
Anggota pasif adalah anggota yang hanya
memerlukan bantuan dan secara sukarela
mengikuti kegiatan. (Dokumen tentang Sejarah
dan Profil Yayasan Sekar Mirah).
3.2 Penyebab Munculnya Perilaku Amoral Anggota Yayasan Sekar Mirah
Dalam realitas kehidupannya, anggota yayasan Sekar Mirah banyak
menghadapi permasalahan baik dilingkungan tempat tinggalnya, maupun
lingkungan pergaulan. Lingkungan hidup yang mereka hadapi membawa
permasalahan-permasalahan yang sangat rentan dengan kekerasan sehingga
membawa dampak negatif yang lebih buruk bagi orang lain terlebih bagi
dirinya. Dampak negatif yang muncul dikarenakan oleh dua faktor, yaitu dari
lingkungannya sendiri (intern) dan dari lingkungan secara umum (ekstern),
Adapun macam-macam masalah yang melatarbelakangi munculnya perilaku
amoral anggota yayasan Sekar Mirah berdasarkan faktor lingkungan dibedakan
menjadi dua macam, yang meliputi:
1. Lingkungan sendiri (intern)
Lingkungan intern yang dihadapi mereka merupakan problem yang
sangat mempengaruhi pada pola perilaku anggota yayasan Sekar Mirah baik
problem tersebut karena dirinya maupun problem tersebut muncul dari
77
kondisi keluarga yang kurang harmonis. Beberapa problem yang mereka
hadapi diantaranya adalah:
a. Problem pendidikan
Persoalan pendidikan menjadi sesuatu yang sangat mendasar
yaitu menjadi tolak ukur dalam berbagai hal seperti halnya ketika
beradaptasi dengan lingkungan mereka harus bisa menghadapi
kenyataan-kenyataan hidup. Persoalan rendahnya tingkat pendidikan dan
rendahnya sumber daya manusia menjadi sebuah kenyataan dikalangan
anggota yayasan yang berperilaku amoral (Wawancara dengan
Pengurus, Yanto, 20-00 WIB, Minggu, 25 Desember 2005)
Pendidikan mempengaruhi pola pikir mereka, sehingga dalam
menghadapi setiap persoalan-persoalan maupun dalam menentukan
pilihan mereka tidak terpikir dengan baik dan lebih menekankan pada
kebebasan melakukan tindakan. Pendidikan merupakan persoalan yang
sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Ketika pendidikan
sangat rendah maka akan mudah memunculkan sikap atau tindakan yang
melanggar suatu ketentuan (tindakan amoral) karena keterbatasan serta
kurangnya pemahaman tentang norma-norma serta adat.
b. Problem keluarga
Keluarga merupakan lingkungan yang sangat mempengaruhi
pada diri seseorang, karena keluarga merupakan tempat tumpuan dan
sandaran hidup setiap manusia. Keluarga merupakan lingkungan
78
pendidikan dasar yang sangat mempengaruhi baik pada pola berfikir
maupun bekal untuk pergaulan dilingkungan luar.
Perilaku amoral dapat disebabkan dari lingkungan keluarga yang
penuh dengan problem-problem yang sangat berdampak pada anggota
keluarga. Diantara problem-problem tersebut antara lain:
1). Problem psikologis
Keluarga yang bermasalah akan sangat mempengaruhi
perilaku anggota keluarganya. Jika permasalahan yang ada tak
menemukan jalan penyelesaian maka akan berdampak pada
psikologis anggota keluarga sehingga pola pergaulan akan merasa
berbeda pada lingkungan masyarakat.
Beban psikologis yang disebabkan oleh permasalahan dalam
keluarga akan terus terbawa keluar, sehingga individu akan merasa
membutuhkan kebebasan dalam hal apapun, dan pada akhirnya akan
muncul sikap amoral demi sebuah kebebasan liar tanpa batas.
Kebebasan mereka anggap sebagai sesuatu yang sangat
menyenangkan karena beban kejiwaan yang selama ini
membelenggu dalam diri mereka terasa hilang. Dari kebebasan
tersebut maka akan memunculkan sikap serta tindakan sesuka hati
sehingga tanpa sadar maupun sadar telah melanggar norma-norma
sosial.
79
2). Problem pemenuhan kebutuhan hidup (ekonomi)
Pendidikan yang rendah serta pola pikir yang pragmatist dan
serba instant mempengaruhi mereka sehingga kesempatan
memperoleh pekerjaan sangat sedikit dan pendapatan keluarga
kurang, padahal dalam keluarga memerlukan penghasilan cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Problem tersebut
menjadi latar belakang munculnya problem kurangnya pemenuhan
kebutuhan hidup.
Pemenuhan kebutuhan hidup sangat penting dalam keluarga
karena kebutuhan hidup merupakan roda perekonomian didalam
keluarga. Namun, apabila penghasilan yang mereka dapatkan kecil
dan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup maka alternatif yang
ditempuh adalah mencari penghasilan tambahan dari luar.
Penghasilan dari luar kadang kala tidak menghiraukan halal atau
haram, akan tetapi yang terpenting adalah memperoleh pendapatan
yang lebih dan mampu memutar roda perekonomian dalam keluarga.
(Wawancara dengan Pengurus, Pujianto, 20.30 WIB, 24 Desember
2005).
2. Lingkungan secara umum (ekstern)
Lingkungan luar bagaimanapun keadaannya akan sangat berdampak
pada diri seseorang, Apabila lingkungan yang mereka hadapi dalam keadaan
baik, maka kepribadian individu akan sesuai dengan masyarakat akan tetapi
80
sebaliknya apabila lingkungan masyarakatnya tidak dalam kondisi yang
rusak maka akan buruk pula perilaku serta kepribadian individu. Perilaku
amoral anggota yayasan Sekar Mirah dilatarbelakangi oleh beberapa faktor
dari lingkungan luar, antara lain:
a. Faktor pergaulan
Lingkungan pergaulan yang ada, pada umumnya memberi
pengaruh pada individu baik pengaruh buruk maupun pengaruh baik
sehingga akan menjadi kebiasaan bagi individu-individu yang ada
didalamnya. Pola pergaulan anggota yayasan Sekar Mirah memberikan
pengaruh yang buruk pada dirinya sendiri karena lingkungan pergaulan
mereka dalam kondisi yang sudah buruk.
Pergaulan mereka mengajarkan kebiasaan-kebiasaan negatif
yang mudah ditiru anggota. Kebiasaan tersebut antara lain:
1). Perjudian
Bila pemenuhan kebutuhan mereka rasakan kurang mampu
mencukupi kehidupan sehari-hari, maka mereka mencari jalan keluar
dengan berusaha mendapatkan penghasilan tambahan dari luar
pekerjaan. Persoalan kurangnya kebutuhan hidup membawa mereka
mencari jalan pintas dengan adu nasib (judi), karena lingkungan
pergaulan yang mereka ikuti telah terbiasa dengan perjudian.
Hasil wawancara dengan saudara Saprudin menuturkan
pengalamannya; “judi membuat saya jadi terbiasa. Awalnya judi
81
mengasikkan tapi lama-lama saya berfikir, ternyata antara untung
dan rugi lebih banyak ruginya. Jadi, ya saya tinggalkan walaupun
awalnya sangat sulit” (Wawancara dengan Anggota, Saprudin, 21
Desember 2005).
Kebiasaan berjudi membawa dampak buruk yang lain yaitu
pemalakan (penodongan), mencuri, dan lain-lain, hal ini disebabkan
karena kurangnya modal untuk berjudi maka mereka mencari dengan
cara yang mereka anggap sangat mudah.
2). Miras dan Narkoba
Lingkungan pergaulan mendidik mereka dengan kebiasaan
mengkonsumsi narkoba karena dengan mengkonsumsinya mereka
merasa bebas dari masalah.
Seperti saudara Joko yang sudah lama terbiasa meminum
minuman keras. Dia menuturkan: “lingkungan pergaulan kami
sudah terbiasa dengan minum-minuman keras, judi, bahkan molimo,
kami merasa lebih tak terbebani permasalahan jika kami sudah
menikmatinya”. (Wawancara dengan Anggota, Joko, 22 Desember
2005)..
3). Perkelahian
Lingkungan pergaulan yang bebas serta ajang pemenuhan
kebutuhan hidup membuat mereka beranggapan siapa yang kuat
maka maka ia berkuasa. Dengan melihat hal tersebut perkelahian
82
menjadi hal yang biasa demi mencapai pemuasan diri sendiri.
“Anggota Sekar Mirah yang berperilaku amoral rata-rata senang
berkelahi”, tutur Saudara Slamet Ortega pembina yayasan Sekar
Mirah”. (Wawancara dengan Pembina, Slamet Ortega, 24 Desember
2005).
Pergaulan merupakan faktor utama yang memunculkan
tindakan amoral anggota yayasan Sekar Mirah, karena pola
pergaulan telah terbiasa dengan sesuatu yang sangat berpengaruh
negatif pada diri mereka, sehingga secara individu mereka pun akan
terbiasa dengan kebebasan yang sebenarnya dapat merugikan diri
mereka sendiri.
b. Faktor budaya
Faktor budaya luar yang masuk merupakan faktor yang sangat
besar mempengaruhi serta memberikan kemungkinan lebih cepat diikuti
baik buruknya tanpa menfiternya. Pola pergaulan yang ada tanpa
disadari merupakan lingkungan pendidikan bagi individu-individu,
mereka tidak dapat memilah-milah baik buruknya budaya yang masuk.
Budaya hidup bebas serta tidak sesuai dengan adat lingkungan
yang dibawa dari tempat perantauan (perkotaan) memberikan dampak
buruk bagi orang-orang yang asal meniru tanpa memahami bahwa
budaya tersebut tidak sesuai dengan hukum dalam masyarakatnya.
Sebenarnya tidak ada masalah jika kebudayaan yang masuk bernilai
83
benar, tapi jika kebudayaan yang dinilai sangat bertentangan dengan
norma positif dan dipakai dalam kehidupannya, maka ini akan
menimbulkan akibat yang bernilai negatif (Wawancara dengan
Pengurus, Mbak Lili, 20 Desember 2005).
Berikut tabel problem penyebab perilaku amoral anggota yayasan Sekar
Mirah hingga akhir tahun 2005 yang bersumber dari internal maupun eksternal.
TABEL I
PROBLEM PENYEBAB MUNCULNYA PERILAKU AMORAL
PROBLEM PENYEBAB MUNCULNYA PERILAKU AMORAL JUMLAH A. Faktor Intern Anggota
1. Pendidikan 7 orang 2. Keluarga 2 orang 3. Pemenuhan kebutuhan hidup 8 orang
B. Faktor Ekstern 1. Pergaulan
a. Perjudian 10 orang b. Miras dan Narkoba 15 orang C Perkelahian 6 orang
2. Budaya 2 orang Jumlah 50 orang
3.3 Profil Anggota dan Bentuk-Bentuk Perilaku Amoral
Didalam yayasan Sekar Mirah terdapat dua jenis anggota yaitu anggota
aktif dan anggota pasif. Anggota aktif yang merupakan anggota yang telah
melewati pembinaan, dan lamanya pembinan ditentukan dari bagaimana respon
anggota terhadap pembinaan yang diberikan, para anggota aktif tersebut diatas
telah merasakan manfaat dari hasil pembinaan. Semua anggota yang masih aktif
84
mempunyai tanggung jawab tentang perkembangan yayasan. (Wawancara
dengan Pengurus, Yanto, 20-00 WIB, Minggu, 25 Desember 2005).
Anggota yang masih dalam tahap pembinaan dan dibina lebih spesifik,
artinya bahwa anggota tersebut harus melalui tahapan pembinaan dasar yaitu
wajib mengikuti semua kegiatan. Peran para pembina dalam menangani anggota
yang masih tergolong baru tersebut selain memberikan perhatian dalam setiap
kegiatan, juga lebih menekankan control atau pengawasan. Anggota yayasan
Sekar Mirah yang aktif hingga akhir tahun 2005 sebanyak 50 orang, yang terdiri
dari 42 laki-laki dan 8 perempuan. Berdasarkan bentuk perilaku amoral anggota
yayasan Sekar Mirah secara keseluruhan anggota yang mengikuti proses
pembinaan rohani hingga akhir tahun 2005 dibedakan antara lain:
a. Bentuk perilaku amoralnya sebagai penjudi
b. Bentuk perilaku amoralnya sebagai pemabuk
c. Bentuk perilaku amoralnya sebagai preman
d. Bentuk perilaku amoralnya sebagai pecandu narkoba
Dari keempat bentuk perilaku amoral anggota yayasan Sekar Mirah
yang tersebut diatas merupakan perubahan perilaku yang disebabkan oleh faktor
intern dan ekstern yang telah disebutkan sebelumnya.
Beriku penulis sebutkan bentuk perilaku amoral anggota yayasan Sekar
Mirah keseluruhan anggota yang telah atau masih dalam proses pembinaan
hingga akhir tahun 2005.
85
TABEL II
BENTUK PERILAKU AMORAL ANGGOTA
BENTUK PERILAKU AMORAL ANGGOTA JUMLAH 1. Bentuk perilaku amoral sebagai penjudi 13 orang 2. Bentuk perilaku amoral sebagai pemabuk 22 orang 3. Bentuk perilaku amoral sebagai preman 5 orang 4. Bentuk perilaku amoral sebagai pecandu narkoba 10 orang JUMLAH 50 orang
Berikut ini penulis lampirkan daftar anggota yayasan Sekar Mirah yang
50 anggota masih aktif yang masih dalam proses pembinaan rohani, antara lain:
- Adi Kurniawan - Yusro Pamungkas - Suntoyo
- Imam Haryanto - Nuridin - Jaelani
- Chakim - Abdul Jalil - Darsono
- Daruni - Nurcholis - Milik
- Suroso - Rochedi - Rochani
- Sumarni - Jaenal - Sripeni
- Nurhikmah - Moch. Wanudin - Toto Suprapto
- Prayogo - Urip Puji Rahayu - Eko Budi
- M. Rakwid - Jamili - Suharti
- Zaenul Mustofa - Saprudin - Ahad Haryanto
- Munawar - Eko Priyanto - Saeful
- Faizin - Edi Suratno - Saeful Aziz
- Machrudi - Dwi Adi Widodo - Kurniawati
- Heri. S - Joko. P - Sigit. R
86
- M. Iskandar - Aji Mularto - Jasmani Aji
- Mundhiroh - M. Sugiarto - Turiman
Anggota-anggota pasif yang tak disebutkan merupakan para anggota
yang hanya mengikuti kegiatan yang bersifat latihan saja secara sukarela,
sehingga setelah selesai melewati masa latihan para anggota pasif tidak aktif
lagi dalam kegiatan yang lainnya. Kebanyakan anggota yang pasif hanya lebih
kepada latihan fisik untuk kesehatan secara jasmani.
3.4 Tujuan dan Materi Pembinaan Rohani
Pola pembinaan rohani terhadap perilaku anggota yayasan Sekar Mirah
dalam upaya mencapai keberhasilan dapat dijabarkan dalam tujuan pembinaan
dan materi pembinaan. Sebelum penulis mengemukakan tentang metode
pembinaan rohani yang diterapkan di yayasan Sekar Mirah, terlebih dahulu
penulis menjelaskan tujuan dan materi pembinaan rohani di yayasan Sekar
Mirah.
3.4.1 Tujuan pembinaan rohani
Tujuan yang telah tertulis dalam dokumen-dokumen yayasan
Sekar Mirah merupakan tujuan secara umum, tujuan yang penulis
dapatkan dari wawancara dengan Saudara Slamet Ortega (Wawancara
dengan Pembina, Slamet Ortega, 24 Desember 2005) adalah sebagai
berikut:
87
Membentuk pribadi anggota yang bertaqwa kepada Allah dan
Rasulnya serta berwawasan luas tentang ilmu pengetahuan agama
yang disertai akhlakul karimah.
Membimbing anggota agar mampu merubah perilaku yang
menyimpang sehingga dapat diterima di masyarakat dan membantu
anggota dalam mengembangkan ketrampilan agar dapat bermanfaat
dalam masyarakat melalui pelatihan-pelatihan pengobatan alternatif.
Ikut berpartisipasi dalam melaksanakan program pemerintah yaitu
membangun manusia seutuhnya dan ikut serta mencerdaskan
kehidupan bangsa.
3.4.2. Materi Pembinaan
Materi merupakan salah satu komponen yang sangat penting
dalam rangka bimbingan penyuluhan. Materi pembinaan rohani yang
dilakukan di yayasan Sekar Mirah diberikan pada anggotanya melalui
dua kesempatan yaitu pada saat latihan rutin yang merupakan kegiatan
yang sangat penting, kemudian pertemuan yang merupakan forum
terbuka bagi anggota.
a. Materi pembinaan saat latihan rutin
Materi pembinaan secara rutin diberikan saat latihan yang
merupakan kegiatan untuk memberikan ketrampilan pada anggota
sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Dalam menjalankan
latihan Sekar Mirah mengembangkan dua bentuk latihan yaitu fisik
88
dan non fisik. Latihan fisik dengan menggunakan jurus atau gerakan
yang beraturan.
Sedangkan non fisiknya adalah dengan Aurad (wirid) yang
dilakukan secara rahasia atau dalam hati yang diselaraskan dengan
gerakan jurus yang diperagakan. Sebelum masuk pada tatanan jurus
diperkenalkan latihan kepekaan tanpa jurus dalam rangka
memperbaiki cara olah nafas yang benar. Latihan-latihan Sekar
Mirah dilakukan secara rutin oleh anggota dengan penerapan latihan
bersama yang diadakan setiap minggu sekali, sedang untuk setiap
harinya dilakukan secara mandiri di rumah masing-masing dengan
jadwal tetap (Dokumen Sejarah dan Profil Yayasan Sekar Mirah).
Materi-materi yang diberikan kepada anggota adalah dalam
bentuk pendidikan nafsu (tarbiyatun nafsi) dengan melalui latihan-
latihan pernafasan yang didalamnya mengandung nilai-nilai
”ketauhidan” sebagai bahan perenungan bagi para anggota yang
bertujuan memberikan pendidikan dan serta mengembangkan
ketrampilan-ketrampilan yang nantinya akan bermanfaat bagi
masyarakat.
b. Materi pembinaan saat pertemuan santai
Pertemuan yang dimaksudkan adalah pertemuan dalam
keadaan santai yang mengedepankan curhat dari anggota dan lebih
89
menitik beratkan pada upaya pembinaan rohani terutama pada
anggota-anggota yang berperilaku amoral.
Materi pembinaan memberikan penerangan kepada anggota
sebagai salah satu usaha memberi pengertian, dalam upaya
pembinaan yang diterapkan mengandung nilai-nilai keislaman dan
dilakukan dengan cara diskusi. Adapun beberapa materi pembinaan
yang dilaksanakan yayasan Sekar Mirah. Dari data yang diperoleh
melalui wawancara dengan pembimbing, materi yang disampaikan
pembimbing lebih kepada pendidikan agama dan sosial
kemasyarakatan, (Wawancara dengan Pembina, Slamet Ortega, 21-
30 WIB, Sabtu, 24 Desember 2005). Materi-materi tersebut meliputi:
1). Tauhid atau Keimanan
Materi ini adalah materi yang sering disampaikan
pembimbing kepada para anggota yayasan Sekar Mirah. Hal ini
bertujuan untuk menanamkan keyakinan atau kepercayaan
beragama yang kuat kepada para anggota, sehingga dengan
seringnya materi ini disampaikan, maka diharapkan akan
bertambah tebalnya iman.
2). Mu’amalah
Materi ini disampaikan kepada anggota dengan harapan
akan memberikan pengertian dan penjelasan mengenai hubungan
90
manusia dengan manusia yang lainnya. Dengan materi ini
diharapkan dapat menanamkan nilai hidup sosial kepada
anggota. Dari hasil observasi, materi ini disampaikan dengan
lisan, selain itu dengan metode keteladanan dari para
pembimbing.
3). Akhlak
Materi akhlak yang di sampaikan kepada para anggota
disampaikan melalui metode lisan dan keteladanan. Materi ini
bertujuan untuk memberikan pengertian dan contoh-contoh
untuk berbuat sesuai dengan ajaran agama seperti: gotong
royong, sopan santun, ramah jujur dan lain-lainnya.(Wawancara
dengan Pembina, Slamet Ortega, 21-30 WIB, Sabtu, 24
Desember 2005).
3.5 Metode Pembinaan Rohani
Metode pembinaan rohani di yayasan Sekar Mirah terbagi dalam
beberapa metode yang telah tersusun sebagai berikut:
3.5.1 Metode diskusi atau tanya jawab
Metode diskusi atau tanya jawab merupakan metode langsung
yang diterapkan di yayasan Sekar Mirah, dalam metode diskusi atau
tanya jawab devisi kerohanian bertanggung jawab penuh dari mulai
persiapan materi hingga mempersiapkan bentuk acaranya.
91
Metode diskusi atau tanya jawab bertujuan memberikan
pemahaman tentang nilai-nilai ajaran agama Islam sebagai pondasi dasar
anggota baik dalam syari’at maupun lebih menekankan pada tauhid
(keimanan), muamalah, dan akhlak. Metode ini diberikan dengan materi
kepada anggota agar para anggota mengetahui hakekat sesuatu,
mendorong menuju kondisi perilaku yang baik (akhlak al-karimah), dan
membekalinya dengan ajaran agama Islam.
Dalam prakteknya devisi kerohanian menyampaikan materi
diskusi kepada para anggota, kemudian dilanjutkan dengan diskusi tanya
jawab dengan memberikan kesempatan terlebih dahulu pada anggota
untuk bertanya tentang materi yang telah disampaikan oleh devisi
kerohanian, sehingga materi yang disampaikan dapat diterima anggota.
Metode ini dilaksanakan satu kali pertemuan dalam satu minggu.
Metode diskusi atau tanya jawab hubungan antara pemateri dan
anggota tidak seperti halnya hubungan guru dengan murid, akan tetapi
lebih pada hubungan yang bernuansa kekeluargaan, hal ini merupakan
satu upaya agar diskusi berjalan dengan baik sehingga perasaan tidak
merasa digurui akan tetapi lebih kepada merasa seperti “ngobrol”.
3.5.2 Metode individual atau perorangan
Metode individual atau perorangan yang dilaksanakan diyayasan
Sekar Mirah merupakan metode langsung yang diterapkan kepada para
anggota pada saat-saat tertentu, yaitu pada saat anggota memerlukan
92
bantuan untuk memecahkan permasalahan. Dalam metode ini pembina
bertanggung jawab penuh dalam proses bimbingannya karena pembina
menjadi tempat berkeluh kesah (konselor) para anggota.
Metode ini merupakan proses pemberian bantuan pembinaan
kepada anggota yang mempunyai masalah pribadi dan khusus serta perlu
dirahasiakan dengan bertatap muka langsung. Metode ini bertujuan agar
anggota merasa kerahasianya dijaga dan secara khusus mendapat
mendapat perhatian dari pembina. Perhatian pembina berupa controling
secara terus menerus hingga permasalahan dianggap telah selesai.
Dalam prakteknya para pembina mempersilahkan kepada para
anggota untuk berkonsultasi secara pribadi, dan pembina secara tebuka
menerima keluh kesah para anggota. Dalam prosesnya pembina terus
membantu hingga permasalahan yang dihadapi anggota terselesaikan.
Metode ini diterapkan agar anggota lebih intim dan menekankan
keterbukaan kepada pembina sehingga pembina akan mengetahui latar
belakang permasalahannya. Dalam metode individual ini waktunya tidak
ditentikan (conditional).
Tujuan didalam metode ini merupakan satu usaha pembinaan
yang sesuai dengan fungsi bimbingan dan konseling Islam, yaitu
membantu anggota mencegah timbulnya masalah (fungsi preventif),
membantu anggota memecahkan masalah (fungsi kuratif atau korektif),
93
membantu anggota menjaga kondisi agar tetap lebih baik (fungsi
preservatif).
3.5.3 Metode keteladanan
Metode keteladanan adalah metode pemberian contoh secara
langsung. Contoh-contoh yang diberikan adalah mengenai sikap
perbuatan sehari-hari terutama dalam masalah muamalat dan akhlak.
Metode keteladanan digunakan segenap pembina dan tim pelatih
(pengurus) sebagia media yang mudah dipahami para anggota karena
langsung dengan sikap. Metode ini bertujuan agar secara langsung
(sikap) anggota dapat memahami dan mampu memilah-milah mana
perbuatan yang lebih baik dan sesuai dengan norma agama dan sosial.
Dalam prakteknya metode keteladanan ini langsung
dipraktekkan oleh para senior dalam tingkah laku sehari-hari dalam
kegiatan apapun, sebagai usaha mencontohkan sikap perbuatan yang
sesuai dengan norma agama dan sosial.
3.5.4 Metode pelatihan
Metode pelatihan ini merupakan metode diterapkan khusus pada
saat latihan rutin yang bertujuan memberikan pendidikan latihan tenaga
dalam kepada para anggota. Dalam metode pelatihan tim pelatih (devisi
pelatihan) sebagai instruktur untuk melatih para anggota agar
mempunyai ketrampilan dan kemampuan yang lebih baik dan nantinya
supaya bermanfaat bagi masyarakat.
94
Metode ini dimaksudkan agar anggota sadar diri serta
memperoleh kemampuan dan keahliannya dan agar setiap anggota
mampu melatih nafsu sehingga menyadari baik buruknya sikap serta
tindakan yang sudah atau akan dilakukan. Metode ini bertujuan
mengembangkan kemampuan para anggota yang dalam hal ini lebih
dispesifikan pada pelatihan tenaga dalam secara fisik dan dan dzikir sir
yang merupakan latihan non fisik.
Dalam metode pelatihan ada dua target yang nantinya akan
dirasakan oleh para anggota, yaitu dengan metode dzikir sir (kalimat
toyibah) dengan mengingat Allah yang dilaksanakan secara teratur oleh
anggota secara psikologis akan mampu mengembalikan kesehatan
rohani dan mengatasi gangguan emosionalnya setahap demi setahap,
yang kedua dalam pelatihan fisik yang diikuti dengan pernafasan maka
nantinya anggota akan merasakan kesehatan secara jasmani. Selain itu
dalam pengembangan latihan setelah menyelesaikan semua tingkat
nantinya anggota akan mendapatkan kemampuan untuk penyembuhan
alternatif non infeksi dan bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Secara umum metode latihan ini bermanfaat untuk kesehatan
jasmani dan rohani. Sedangkan secara khusus akan membangkitkan
kepercayaan diri seseorang lebih baik, disamping itu kita dapat
menolong diri sendiri dari berbagai macam penyakit baik jasmani seperti
sress, migran, sakit rematik dan sebaginya. Manfaat yang lain dari
95
latihan ini adalah kita dapat menyembuhkan penyakit orang lain dengan
melalui terapi tenaga dalam baik penyakit fisik maupun non fisik.
Sehingga akan bermanfaat bagi lingkungan.
Dalam menjalankan latihan terdapat pengembangan dua latihan
yaitu fisik dan non fisik, latihan fisik dengan menggunakan jurus atau
gerakan yang beraturan. Sedangkan non fisik adalah dengan dzikir sir
(Laa ilaha iIlallah), dilakukan secara rahasia di dalam hati yang
diselaraskan dengan gerakan jurus yang diperagakan. Salah satu
tujuannya agar anggota ber-tadzkirah sehingga dalam praktek
kesehariannya selalu mengamalkan wirid yang sifatnya meng-Esakan
Allah setahap demi setahap sehingga akhirnya anggota akan merasakan
manfaat dzikir itu sendiri.
Tempat latihan dapat dilakukan pada tempat terbuka maupun
tertutup, akan tetapi lebih baik pada tempat atau lokasi terbuka karena
sirkulasi udara akan berjalan dengan baik. Para anggota akan terus di
bimbing oleh instruktur dalam latiha fisik maupun non fisik sehingga
anggota nantinya dituntut mampu terampil dan mampu,
mengembangkan tenaga dalamnya untuk pengobatan sehingga dapat
bermanfaat bagi masyarakat. (Wawancara dengan Pembina, Slamet
Ortega, 21-30 WIB, Sabtu, 24 Desember 2005).
Dalam prakteknya metode pelatihan mempunyai beberapa
aturan-aturan yang harus ditaati semua anggota, antara lain:
96
a. Sebelum latihan dimulai, badan harus suci dari hadas dengan
berwudhu.
b. Merapikan atau mengatur tempat sebelum dan sesudah latihan
c. Pakaian harus rapih; mengenakan kaos berlengan, celana panjang
atau pendek bagi laki-laki.
d. Latihan harus diawali dengan pembukaan bacaan ayat-ayat suci Al-
Qur'an dan diakhiri dengan penutupan.
e. Lama waktu latihan selama dua jam.
Para anggota dalam latihan berkewajiban mengikuti semua
latihan baik fisik maupun non fisik, dalam latihan fisik pelatih
mencontohkan jurus atau gerakan, dalam latihan non fisik pelatih
memberikan wirid yang diikiti dengan nafas kepada para anggota agar
selalu dilatih setiap saat. Tim pelatih terus mengontrol anggota tentang
latihan yang telah diberikan hingga anggota mampu menyelesaikan pada
tingkat teringgi. Metode pelatihan dilaksanakan dua kali dalam satu
minggu, selebihnya diharapkan setiap anggota tetap latihan sendiri.
Metode-metode pembinaan rohani yayasan Sekar Mirah seperti
yang telah dipaparkan diatas secara keseluruhan merupakan metode
yang diterapkan bagi semua anggota, begitu juga metode yang
diterapkan kepada anggota yang mempunyai latar belakang amoral.
Namun untuk kelompok yang terakhir ini menjadi perhatian lebih serius
dari para pembimbing.
97
3.6 Bentuk hubungan antara pembinaan dengan anggota.
Dari hasil wawancara langsung dengan pembina yayasan Sekar Mirah,
(Wawancara dengan Pembina, Slamet Ortega, 24 Desember 2005) dijelaskan
bahwa bentuk hubungan yang terbina antara pembimbing dengan anggota di
yayasan Sekar mirah.
a. Interaksi komunikatif (Kekeluargaan)
Interaksi komunikasi antara pembina dengan anggota di yayasan
Sekar Mirah adalah bentuk komunikasi yang menekankan pada kekuatan
dialog atau hubungan secara langsung. Interaksi komunikasi dalam hal ini
pembina dengan anggota dalam posisi layaknya saudara. Harapan dari
bentuk komunikasi semacam ini adalah sebagai berikut:
1) Anggota lebih leluasa mengutarakan persoalan-persoalan yang mereka
hadapi.
2) Anggota merasakan nuansa kekeluargaan.
3) Anggota tidak menghindar dari para pembina, karena mereka menyadari
bahwa pembina adalah saudara mereka sendiri.
4) Pembina dengan leluasa mendampingi anggota tanpa dibatasi rasa
apapun.
b. Interaksi non-formal
Pembinaan terhadap anggota cenderung dilakukan dengan tidak
menunjukkan yang formalistic. Pembinaannya tidak menekankan pada
sebuah ceremonial walaupun sesekali hal tersebut dilakukan.
98
Hubungan antara pembina dengan anggota yayasan Sekar Mirah
secara garis besar memposisikan keduanya dalam posisi keluarga, yang
bertujuan agar tidak ada jarak antara pembina dengan anggota (Wawancara
dengan Pembina, Slamet Ortega, 24 Desember 2005).
99
BAB IV
METODE PEMBINAAN ROHANI YAYASAN SEKAR MIRAH DALAM
PERSPEKTIF BIMBINGAN KONSELING ISLAM
4.1 Metode pembinaan rohani terhadap perilaku amoral anggota Yayasan Sekar
Mirah
Pelaksanaan bimbingan rohani merupakan salah satu bentuk proses
kegiatan dakwah dimana sasarannya adalah para anggota yayasan Sekar Mirah
Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal sebagai makhluk individu dan sosial,
yang melibatkan para pembimbing (konselor) dalam membina manusia yang
memiliki mental yang sehat. (Arifin, 1997: 30).
Dalam studi ilmu dakwah, ada tiga pokok yang dijadikan sandaran bagi
metode dakwah (Lihat bab II, hlm. 29), yaitu:
1. Dakwah bi al-hikmah
Hikmah menurut pengertian sehari-hari ialah bijaksana atau ‘arif.
Artinya bahwa dakwah bi al-hikmah merupakan penyeruan atau pengajakan
dengan cara bijak, penuh kesabaran dan ketabahan, dan selalu
memperhatikan suasana, situasi, dan kondisi mad’u. (Asep, 2002: 79).
2. Dakwah bi al-mauidhah hasanah
Bi al-mauidhah hasanah yaitu dakwah yang dilakukan dengan cara
memberi peringatan dan nasehat kepada orang lain dengan materi, sikap dan
cara penyampaian yang baik agar dapat menjinakkan hati pendengar.
99
100
3. Dakwah bi al-mujadalah
Mujadalah yang sebaik-baiknya, artinya dilakukan dengan jalan
mengadakan tukar pikiran yang sebaik-baiknya. (Abdullah, 1993: 25-27).
Substansi dari ketiga metode dakwah tersebut dalam konteks pembinaan
rohani terhadap perilaku amoral anggota yayasan Sekar Mirah terdapat dalam
bentuk hubungan antara pembina dengan anggota yang bersifat interaktif
komunikatif. Interaksi komunikatif antara pembina dengan anggota adalah suatu
satu bentuk komunikasi yang menekankan pada dialog atau tukar pikiran (bi al-
mujadalah) secara langsung dan dari hati kehati dengan memberi peringatan
dan nasehat (bi al-mauidhah hasanah).
Di yayasan Sekar Mirah, ada beberapa yang dipakai dalam proses
pembinaan rohani terhadap perilaku amoral yayasan Sekar Mirah. Metode-
metode itu adalah:
1. Metode diskusi atau tanya jawab
Metode ini digunakan oleh pembimbing pada waktu pertemuan
santai dan memberikan kesempatan terlebih dahulu pada anggota untuk
bercerita, sehingga materi yang disampaikan dapat diterima anggota.
2. Metode individual atau perorangan
Metode ini diterapkan kepada anggota yang berperilaku amoral
ataupun anggota yang mempunyai masalah pribadi dan khusus serta perlu
dirahasiakan, maka metode ini dapat diterapkan kepada anggota lebih
tertutup. Pembina terus membantu melalui bimbingan hingga permasalahan
101
yang dihadapi anggota terselesaikan. Selain itu, anggota akan terlatih
memahami diri sendiri, sehingga anggota akan lebih intim dan terbuka
dengan pembina
3. Metode keteladanan
Metode keteladanan adalah metode pemberian contoh secara
langsung. Contoh-contoh tersebut adalah mengenai sikap perbuatan sehari-
hari terutama dalam masalah muamalat dan akhlak.
4. Metode pelatihan
Metode ini diterapkan kepada semua anggota dan diberikan khusus
pada saat latihan yang bertujuan memberikan pendidikan kepada para
anggota agar setiap anggota mampu melatih nafsu sehingga menyadari baik
buruknya sikap serta tindakan yang sudah atau akan dilakukan. Latihan
yang dipimpin oleh para pembina memberi alternatif bagi para anggota agar
mereka mempunyai ketrampilan dan kemampuan yang lebih baik dan
bermanfaat bagi masyarakat. Metode ini dimaksudkan agar anggota sadar
diri serta memperoleh kemampuan dan keahliannya.
Dalam metode pelatihan ini para anggota diberikan pelatihan tenaga
dalam dengan melalui jurus yang kemudian dilanjutkan dengan dzikir sir,
yang bertujuan agar anggota ber-tadzkirah setahap demi setahap yang
nantinya dengan sendirinya anggota akan merasakan manfaat dzikir itu
sendiri. Selain itu anggota nantinya dituntut mampu terampil dan mampu
102
mengembangkan tenaga dalamnya untuk pengobatan, sehingga dapat
bermanfaat bagi masyarakat (Lihat Bab III, hlm. 93-96).
Dari keterangan diatas, metode-metode yang dipakai dalam pelaksanaan
bimbingan pembinaan rohani terhadap perilaku amoral anggota yayasan Sekar
Mirah jika kita hubungkan dengan metode dakwah pada dasarnya tidak berbeda.
Namun setiap metode, memiliki kelebihan serta kekurangan. Hal ini
juga terjadi pada metode pembinaan rohani terhadap perilaku amoral yayasan
Sekar Mirah.
4.1.1 Kelebihan metode pembinaan rohani yayasan Sekar Mirah
a. Mampu memberikan pemahaman kepada anggota tentang nilai-nilai
keagamaan melalui pendidikan melatih nafsu.
b. Mampu memberikan pemahaman tentang hidup bermasyarakat bagi
anggotanya.
c. Mampu memberikan ketrampilan yang bermanfaat bagi masyarakat
d. Mampu merubah anggotanya yang berlatar belakang menyimpang
pada norma sosial hingga menjadi manusia yang bermanfaat dalam
masyarakat.
4.1.2 Kekurangan metode pembinaan rohani yayasan Sekar Mirah
a. Kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang metode dalam
proses memberikan pembinaan rohani seperti halnya tempat yang
khusus selain sekretariat dan lapangan
103
b. Pengawasan terhadap anggota yang masih dalam proses pembinaan
masih sangat kurang.
c. Dalam metode keteladanan, para anggota masih belum sepenuhnya
merealisasikan pada dirinya masing-masing.
d. Kedisiplinan para anggota belum berjalan dengan sempurna.
Mencermati adanya kekurangan dan kelemahan dari pembinaan di
yayasan Sekar Mirah, mungkin sudah saatnya segenap elemen di yayasan
Sekar Mirah menerapkan pola pembinaan rohani kembali yang lebih baik
tanpa meninggalkan metode yang lama, sehingga nanti akan muncul
metode-metode baru yang lebih baik. Misalnya seperti penerapan metode
langsung dengan menggunakan teknik dzikir bersama-sama.
Dilihat dari kondisi sosial masyarakat terlihat bahwa masyarakat
kurang begitu terlibat dalam ikut merespon anggota.
4.2 Pembinaan Rohani Yayasan Sekar Mirah Dalam Perspektif Bimbingan dan
Konseling Islam
Bimbingan merupakan usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang
mengalami kesulitan baik lahiriah maupun batiniah yang menyangkut
kehidupan dimasa kini dan masa mendatang. Bimbingan atau pembinaan rohani
merupakan bantuan yang berupa pertolongan dibidang mental spiritual. Hal ini
dilakukan agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi kesulitannya dengan
104
potensi yang ada pada dirinya sendiri serta melalui dorongan dari kekuatan
iman dan taqwa.
Dalam kaitannya dengan keterangan diatas, kenyataan menunjukkan
bahwa bimbingan rohani di yayasan Sekar Mirah telah mengedepankan serta
menitik beratkan pada iman dan taqwa, sehingga iman dan taqwa dapat menjadi
tenaga pendorong terhadap kemampuan mereka dalam mengatasi segala
kesulitan hidup yang dihadapi (Lihat Bab III, hlm. 91). Dengan demikian,
diharapkan ia akan tegak kembali kesadarannya sebagai pribadi yang harus
mengarungi kehidupan nyata dalam masyarakat dan alam sekitarnya.
Kita dapat melihat bahwa betapa banyak orang yang cenderung berputus
asa dalam menghadapi kesulitan hidup atau yang mengalami penderitaan hidup
tak berkesudahan sehingga akan membawa kepada lembah kenistaan dan
kealpaan. Oleh karena itu, peranan iman dan taqwa manusia kepada Allah swt.
adalah sangat penting dalam memberi “sinar terang” terhadap kegelapan hidup
manusia. Kedudukan iman dan taqwa pada hakekatnya adalah sebagai
pendorong yang dapat membangkitkan semangat optimis manusia dalam segala
cuaca kehidupan, bila nilai-nilai itu dapat diaktualisasikan secara tepat dan
terarah kepada penyadaran harkat pribadi sebagai muslim sejati.
Konsep pembinaan rohani terhadap perilaku amoral anggota yayasan
Sekar Mirah, selain sesuai dengan tujuan bimbingan dan konseling Islam yaitu
membantu individu atau kelompok individu mencegah timbulnya masalah-
masalah dalam kehidupan keagamaan, membantu individu memecahkan
105
masalah yang berkaitan dengan kehidupan keagamaannya, membantu individu
memelihara situasi dan kondisi kehidupan keagamaan dirinya yang telah baik
agar tetap baik dan atau menjadi lebih baik (Aunur Rahim, 2001: 62-63) juga
sesuai dengan dasar pijakan bimbingan dan konseling Islam, yaitu Al-Qur'an,
sebagaimana surat Az-Zariyat ayat 56:
ومو الجن لقتونالا خدبعإلا لي إنس
Artinya: “Dan aku tidan ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (Q.S. Az-Zariyat: 56). (Depag RI, 2000: 756).
Konsep pembinaan rohani terhadap perilaku amoral anggota yayasan
Sekar Mirah sesuai dengan asas fitrah bimbingan konseling Islam. Bimbingan
dan konseling Islami memberikan bantuan kepada klien atau konseli untuk
mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya sehingga segala gerak tingkah
laku dan tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut (Faqih, 2001: 200).
Menurut Islam, manusia dilahirkan dalam atau dengan membawa fitrah, yaitu
berbagai kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan sebagai Muslim
atau beragama Islam. Bimbingan dan konseling membantu klien untuk
mengenal dan memahami kembali fitrahnya tersebut manakala pernah tersesat
serta menghayatinya sehingga dengan demikian akan mampu mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akherat. Allah swt berfirman:
فطر الناس عليها لا تبديل التيهللاقم وجهك للدين حنيفا فطرة أف لخلق الله ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس لا يعلمون
106
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tetapi tidak ada perubahan fitrah Allah, (itukah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Q.S. Ar-Rum: 30). (Depag RI, 2000: 574).
Dengan kata lain, tujuan akhir bimbingan dan konseling Islam adalah
membantu klien, yakni orang yang dibimbing agar mencapai kebahagiaan hidup
yang senantiasa didambakan oleh setiap muslim, yaitu kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Bila dilihat dari metodenya, maka proses pembinaan rohani di yayasan
Sekar mirah sejalan dengan metode langsung dalam bimbingan dan konseling
Islam. Metode dilakukan dengan cara pembimbing melakukan komunikasi
langsung (bertatap muka) dengan orang yang dibimbingnya (Lihat bab II, hlm.
45-47). Metode ini digunakan dalam metode pembinaan rohani yang diterapkan
di yayasan Sekar Mirah dengan menggunakan metode langsung dimana
pembina (konselor) langsung berhadapan dengan anggota (klien) (Lihat bab III,
hlm. 90-96). Dalam metode ini, ada dua jenis praktek yang dilakukan, yaitu:
1. Individual
Dalam metode individual, pembimbing melakukan komunikasi
langsung secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat
dilakukan dengan mempergunakan teknik percakapan pribadi. Pembinaan
rohani terhadap perilaku anggota yayasan Sekar Mirah dalam hal ini
pembina melakukan komunikasi langsung secara individual dengan anggota
sebagai pihak yang dibimbingnya.
107
2. Kelompok
Metode kelompok dalam bimbingan dan konseling Islam merupakan
komunikasi langsung dengan klien dalam kelompok yakni pembimbing
melaksanakan bimbingan dengan cara mengadakan diskusi dengan atau
bersama kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama.(Aunur
Faqih: 2001: 54).
Metode tersebut menggunakan teknik Psikodrama, yakni bimbingan
dan konseling yang dilakukan dengan cara bermain peran untuk
memecahkan atau mencegah timbulnya masalah (psikologis). (Aunur Rahim
2001: 54). Sedangkan metode di yayasan Sekar Mirah yang dilakukan
secara kelompok adalah metode pelatihan yang bertujuan memberikan
pendidikan kepada para anggota agar setiap anggota mampu melatih nafsu
sehingga akan menyadari baik buruknya sikap serta tindakan yang sudah
atau akan dilakukan dengan melalui dzikir sir. (Lihat bab III, hlm. 94).
Dari uraian diatas, terlihat bahwa yayasan Sekar Mirah secara
fungsional telah memiliki kesamaan praktis dengan metode bimbingan yang
sering dilakukan dalam proses bimbingan dan konseling Islam.
108
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tentang metode pembinaan rohani terhadap
perilaku amoral anggota Yayasan Sekar Mirah, yang penulis paparkan dari Bab
I sampai Bab IV, ada beberapa kesimpulan yang dapat penulis kemukakan
antara lain:
Metode pembinaan rohani terhadap perilaku amoral yang diterapkan di
yayasan Sekar Mirah dapat penulis simpulkan bahwa metode pembinaan rohani
terhadap perilaku amoral yang diterapkan kepada para anggota berjalan sesuai
dengan tujuan pembinaan rohani. Pada prakteknya metode pembinaan terbagi
atas empat teknik metode, yaitu:
a. Metode diskusi atau tanya jawab
b. Metode individual atau perorangan
c. Metode keteladanan
d. Metode pelatihan
Keempat metode pembinaan diatas dalam prakteknya menggunakan
metode langsung yaitu antara pembina dan anggota langsung bertatap muka
Dalam pembinaan rohani, yayasan Sekar Mirah menggunakan metode
langsung, sebagian metode yang diterapkan dalam bimbingan konseling Islam.
Metode ini dilakukan dengan cara pembimbing melakukan komunikasi
108
109
langsung dengan orang yang dibimbingnya. Artinya pembina (konselor)
langsung berhadapan dengan anggota (klien). Dalam metode ini, ada dua jenis
praktek yang dilakukan, yaitu:
a. Individual
Dalam metode individual, pembimbing melakukan komunikasi
langsung secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat
dilakukan dengan mempergunakan teknik percakapan pribadi. Pembinaan
rohani terhadap perilaku anggota yayasan Sekar Mirah, pembina melakukan
komunikasi langsung secara individual dengan anggota sebagai pihak yang
dibimbingnya.
b. Kelompok
Metode kelompok dalam bimbingan konseling Islam merupakan
komunikasi langsung dengan klien dalam kelompok yakni pembimbing
melaksanakan bimbingan dengan cara mengadakan diskusi dengan atau
bersama kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama. Metode ini
menggunakan teknik Psikodrama, yakni bimbingan dan konseling yang
dilakukan dengan cara bermain peran untuk memecahkan atau mencegah
timbulnya masalah (psikologis).
110
5.2 Saran-saran
Setelah penulis mengambil beberapa kesimpulan maka tidaklah
mendahului kenyataan apabila penulis ingin memberikan saran-saran kepada
yang terkait dalam pembahasan skripsi ini:
a. Kepada pimpinan yayasan Sekar Mirah, khususnya kepada para pembina;
dalam pembinaan rohani terhadap anggota yayasan Sekar Mirah, hendaknya
pembinaan ini dilaksanakan lebih hidup lagi. Hal itu tentunya memerlukan
tenaga yang lebih profesional dan waktu yang memadai.
b. Kepada anggota yayasan Sekar Mirah, hendaknya para anggota lebih
meninggkatkan keikut-sertaannya dalam kegiatan yang telah ada dan
merealisasikan yang didapatkannya dalam kehidupan sehari-hari khususnya
dalam mengembangkan potensi dan sikap sosialnya.
5.3 Penutup
Dengan terselesaikannya penulisan skripsi dari bab pertama sampai bab
lima, berarti selesai sudah tugas penulisan skripsi sebagai syarat kelulusan. Atas
semua itu penulis memanjatkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah swt yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini walaupun jauh dari kesempurnaan. Tak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada pembimbing yang telah membimbing dan
membantu dalam penyelesaian skripsi ini
Harapan penulis, semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat
bagi pihak yang berkepentingan.