bab i pendahuluan 1.1 latar belakang...

110
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat yang sangat komplek sekarang ini, muncul berbagai problem kehidupan yang merupakan realitas yang tidak dapat dihindari. Keadaan hidup yang sudah mempengaruhi pola kehidupan masyarakat kita disebabkan faktor-faktor dari diri individu maupun faktor lingkungan luar. Islam merupakan suatu sistem ajaran yang lengkap untuk mengatur tata kehidupan guna memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Timbul beraneka ragam gejala perilaku yang kurang sesuai dengan norma yang ada dalam kehidupan sosial baik yang disebabkan oleh faktor eksternal yang berupa kondisi fisik manusia yang serba mengandalkan sarana dan prasarana alat canggih namun secara mental belum mempunyai kekuatan untuk menerima perubahan-perubahan baru dan lain sebagainya, maupun faktor internal yang berupa kurangnya penyaluran emosi, kelemahan dalam mengendalikan dorongan-dorongan dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata sumber daya diri ke arah yang lebih baik dalam berinteraksi dengan lingkungan, seperti penanaman moral, akhlaq, etika, sikap bertanggung jawab dan lain sebagainya (Sugeng, dkk, 2003:161). Perilaku amoral merupakan salah satu problem yang muncul di dalam kehidupan bermasyarakat dan merupakan gejala perilaku yang kurang sesuai dengan norma sosial. Perilaku amoral dapat membawa akibat-akibat tersendiri sebab perilaku tersebut akan merusak nilai-nilai susila, nilai-nilai luhur agama, serta merusak nilai hukum. Persoalan lain yang dapat memunculkan perilaku amoral yaitu mudah terpengaruh oleh pola hidup dari luar dimana seseorang itu 1

Upload: duongtram

Post on 04-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan masyarakat yang sangat komplek sekarang ini,

muncul berbagai problem kehidupan yang merupakan realitas yang tidak dapat

dihindari. Keadaan hidup yang sudah mempengaruhi pola kehidupan

masyarakat kita disebabkan faktor-faktor dari diri individu maupun faktor

lingkungan luar. Islam merupakan suatu sistem ajaran yang lengkap untuk

mengatur tata kehidupan guna memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Timbul beraneka ragam gejala perilaku yang kurang sesuai dengan norma yang ada dalam kehidupan sosial baik yang disebabkan oleh faktor eksternal yang berupa kondisi fisik manusia yang serba mengandalkan sarana dan prasarana alat canggih namun secara mental belum mempunyai kekuatan untuk menerima perubahan-perubahan baru dan lain sebagainya, maupun faktor internal yang berupa kurangnya penyaluran emosi, kelemahan dalam mengendalikan dorongan-dorongan dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata sumber daya diri ke arah yang lebih baik dalam berinteraksi dengan lingkungan, seperti penanaman moral, akhlaq, etika, sikap bertanggung jawab dan lain sebagainya (Sugeng, dkk, 2003:161).

Perilaku amoral merupakan salah satu problem yang muncul di dalam

kehidupan bermasyarakat dan merupakan gejala perilaku yang kurang sesuai

dengan norma sosial. Perilaku amoral dapat membawa akibat-akibat tersendiri

sebab perilaku tersebut akan merusak nilai-nilai susila, nilai-nilai luhur agama,

serta merusak nilai hukum. Persoalan lain yang dapat memunculkan perilaku

amoral yaitu mudah terpengaruh oleh pola hidup dari luar dimana seseorang itu

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

2

kurang mampu menyaring budaya yang masuk. Disisi lain, mereka

mengesampingkan budaya luhur mereka sendiri.

Kondisi ekstern dan intern yang demikian merupakan kondisi yang

sangat rawan dalam perkembangan kejiwaan individu, sehingga sangat rawan

juga terhadap timbulnya perilaku menyimpang (Sugeng, dkk, 2003: 158).

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan moral mencakup aspek

religi, psikologis, sosial, budaya, serta fisik kebendaan, baik dalam lingkungan

keluarga, pendidikan, maupun masyarakat sekitarnya.

Kondisi psikologis, pola interaksi yang terjadi, pola kehidupan

beragama, bentuk dan sarana yang tersedia dalam keluarga, sekolah, maupun

masyarakat akan mempengaruhi moral individu yang berkembang didalamnya.

Individu yang tumbuh dan berkembang pada lingkungan keluarga, pendidikan,

masyarakat yang baik cenderung menjadi individu yang cenderung memiliki

nilai-nilai luhur dan moralitas tinggi. Sebaliknya, individu yang tumbuh dan

berkembang pada lingkungan keluarga, pendidikan, masyarakat yang jelek

cenderung menjadi individu yang cenderung tidak memiliki nilai-nilai luhur dan

ber moralitas rendah (Sugeng, dkk, 2003: 93).

Keadaan yang demikian mengharuskan sebagian terutama bagi seorang

da’i “bertanggung jawab” untuk mengantarkan mereka kepada perubahan

perilaku yang bermoral dan sesuai dengan norma yang ada dalam masyarakat,

sehingga mereka mampu tumbuh dan berkembang serta menemukan

identitasnya dalam masyarakat. Menurut Syeh Mustafa Al-Maraqi: keharusan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

3

da’i adalah pemberani, benar, kuat iman terhadap apa yang, melaksanakan

dakwah karena mengharap balasan Allah. (Abdullah, 1986: 30).

Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 104 yang

berbunyi:

لونكر نكتن المن عوهنيوف ورعون بالمرأمير ويون إلى الخعدة يأم نكمم وأولـئك هم المفلحون

Artinya : “Hendaklah diantara kamu suatu golongan umat yang mengajak

kepada kebaikan dan menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (Q.S. Ali-Imron: 104). (Depag RI, 2000: 79).

Dari firman diatas, jelas sekali bahwa Allah menghendaki agar ada

segolongan umat manusia yang mampu menjadi “pengarah” menuju kebaikan

bagi golongan umat manusia lainnya. Sebab manusia dengan segala

kemampuannya yang dinamis akan terus melakukan gerakan, baik gerakan

positif maupun negatif. Jika tidak ada yang mengarahkan kepada hal yang

positif maka gerakan yang dibuat manusia akan menjadi gerakan tanpa arah

sehingga akhirnya membentuk gerakan atau perbuatan yang negatif. Maka

pengarahan kepada hal-hal yang positif sangat diperlukan agar tidak mengarah

kepada hal-hal yang negatif.

Proses menyeru kepada kebaikan dan meninggalkan kejelekan (amar

ma’ruf nahi munkar) dalam agama Islam disebut dakwah Islam. Pada

hakekatnya gerakan dakwah Islami berporos pada amar ma’ruf nahi munkar.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

4

Ma’ruf mempunyai pengertian, segala perbuatan yang mendekati diri kepada

Allah swt., sedangkan munkar segala perbuatan yang menjauhkan diri dari

pada-Nya. Pada dataran amar ma’ruf, siapapun bisa melakukannya, karena

kalau hanya sekedar “menyuruh” kebaikan itu mudah dan tidak ada resiko bagi

si “penyuruh”. Lain halnya dengan nahi munkar, jelas mengandung

konsekuensi logis dan beresiko bagi yang melakukannya karena “mencegah

kemungkaran” itu melakukannya dengan tindakan kongkrit, nyata dan

dilakukan atas dasar kesadaran tinggi dalam rangka menegakkan kebenaran.

Oleh karena itu, ia harus berhadapan secara vis a vis dengan obyek yang

melakukan tindakan kemungkaran itu (Andy, dkk, 2002: 54).

Keberlangsungan dan keberhasilan proses dakwah sangat tergantung

pada metode yang digunakan. Tanpa menggunakan metode yang baik proses

dakwah tidak akan mencapai tujuan dakwah. Metode dakwah yang dapat dipilih

dan digunakan adalah sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki

oleh pendakwah (da’i), yang pada dasarnya bersandar pada metode yang

tersebut dalam firman Allah:

ع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسندا Artinya : “Dan ajaklah kepada jalan Tuhanmu dengan kebijaksanaan, dan

mauidzoh hasanah, dan jawablah pertanyaan mereka dengan jawaban yang baik”. (Q.S. An-Nahl:125). (Depag RI, 2000: 383).

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

5

Dakwah merupakan komunikasi antara manusia melalui pesan-pesan

Islam yang berwujud ajakan. Seruan untuk amar ma’ruf nahi munkar yang

berupaya untuk menyampaikan ajaran Islam serta menciptakan manusia yang

seutuhnya. Dakwah yang demikian adalah aktualisasi iman. Pada hakikatnya

manusia diciptakan dalam keadaan baik dan sempurna jika dibanding dengan

makhluk lainnya, tapi sekaligus memiliki nafsu dan perangai atau sifat tabi’at

buruk, misalnya; suka menuruti hawa nafsu, amarah, terburu nafsu, membantah

dan lain-lain. Karena manusia dapat terjerumus dalam lembah kenistaan,

kesengsaraan dan kehinaan (Aunur, 2001: 12).

Potensi manusia dalam pertumbuhannya memiliki kepribadian yang

sehat yang sudah tertanam sejak lahir. Dengan demikian, bila terjadi

penyimpangan berarti ada yang tidak beres dalam sejarah perjalanannya

sehingga orang bisa jadi orang melakukan tindakan amoral. Mengingat bahwa

perilaku amoral adalah masalah yang sangat komplek, maka perlu penanganan

sedini mungkin yang tidak cukup ditangani satu pihak saja melainkan harus

dilakukan dengan bekerjasama dengan pihak lain, baik itu pihak keluarga,

masyarakat dan pemerintah.

Dilihat dari prakteknya, pembinaan adalah upaya untuk melatih

mengenal kemampuan dan mengembangkannya agar dapat memanfaatkannya

secara penuh dalam aspek kehidupannya. Hal ini sangat diusahakan karena

pembinaan adalah berisi sikap (attitude) dan kecakapan dan skill. Tujuan agar

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

6

orang yang menjalani pembinaan mampu mencapai tujuan hidup atau aktifitas

secara efektif dan efisien daripada sebelumnya (Mangunhardja, 1991:11).

Melihat kondisi perilaku amoral yang terjadi dalam kehidupan

masyarakat sangat berdampak negatif bagi pelaku dan merusak norma-norma

yang ada dilingkungannya maka perlu penanganan yang serius. Upaya inilah

antara lain yang dilakukan yayasan di Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal.

Yayasan ini telah berhasil merubah perilaku amoral anggotanya yang tidak

sesuai dengan norma-norma sosial. Dengan menggunakan metode pembinaan

rohaninya, yayasan yang terkenal dengan sebutan Sekar Mirah telah mampu

membawa anggotanya hingga dapat diterima kembali di dalam masyarakat.

Pertanyaannya adalah bagaimana metode pembinaan rohani yang diterapkan di

yayasan Sekar Mirah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal sehingga bisa

melakukan pembinaan seperti itu?

Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis bermaksud melakukan

penelitian di yayasan Sekar Mirah untuk mengangkat permasalahan dalam

bentuk penelitian dengan judul: “Metode Pembinaan Rohani Terhadap

Perilaku Amoral Anggota Yayasan Sekar Mirah Kecamatan Balapulang

Kabupaten Tegal (Analisis Bimbingan dan Konseling Islam).”

1.2 Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang di atas maka permasalahan yang timbul

dari penelitian ini adalah:

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

7

1. Bagaimana metode pembinaan rohani terhadap perilaku amoral anggota

yayasan Sekar Mirah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal?

2. Bagaimana metode pembinaan rohani terhadap perilaku amoral anggota

yayasan Sekar Mirah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal kaitannya

dengan Bimbingan dan Konseling Islam?

1.3 Tujuan Penelitian

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memberikan jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan yang telah disebutkan pada perumusan masalah. Tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui metode pembinaan rohani terhadap perilaku amoral

anggota yayasan Sekar Mirah. Dengan demikian dapat diketahui pola

pembinaan rohani yang ada dalam yayasan Sekar Mirah sebagai alternatif

lain dalam menangani perilaku amoral.

2. Untuk mengetahui metode pembinaan rohani terhadap perilaku amoral yang

dilakukan di yayasan Sekar Mirah dalam kaitannya dengan bimbingan dan

konseling Islam. Dari disini penulis berharap dapat mengetahui penerapan

metode pembinaan rohani di yayasan Sekar Mirah kaitannya dengan

bimbingan dan Konseling Islam sebagai konsep dasar, yang meliputi konsep

manusia serta konsep tujuan dan fungsi pelayanan bimbingan dan konseling

Islam.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

8

1.4 Telaah Pustaka

Untuk mengetahui relevansi penelitian yang penulis lakukan dengan

hasil penelitian yang lain, maka penulis mencoba membandingkan dengan

skripsi lain yang menunjukkan kesesuaian tema. Beberapa penelitian dari pihak

lain yang menunjukkan kesesuaian tema berdasarkan hasil survei penulis

adalah:

Penelitian yang berjudul “Model Bimbingan Keagamaan Di Pondok

Pesantren Mamba’ul Huda Ngaliyan Kodya Semarang Dan Prospeknya Bagi

Santri“ oleh Ridwan (2001). Penelitian yang dilakukan oleh Ridwan

menghasilkan satu temuan bahwa Penelitian ini menjelaskan tentang model

bimbingan yang diterapkan kepada para santri di pondok Manba’ul Huda

berpengaruh yang baik bagi santri, baik dalam kehidupan keagamaan dan

keduniaan. Model bimbingan keagamaan yang diterapkan di pondok pesantren

Mamba’ul Huda menggunakan beberapa metode, antara lain:

a. Metode nasehat

Metode nasehat ini digunakan dalam membimbing para santri agar

mengetahui hakikat sesuatu, mendorongnya menuju situasi luhur,

menghiasinya dengan ahlak mulia, dan membekalinya dengan ajaran agama

Islam.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

9

b. Metode wawancara

Metode wawancara digunakan oleh para kyai dan ustad untuk memperoleh

gambaran kejiwaan seorang santri yang sebenarnya, yang nantinya akan

dijadikan pegangan dalam melaksanakan bimbingan.

c. Metode group guidance (bimbingan secara kelompok)

Bimbingan ini merupakan bimbingan yang dilakukan secara kelompok atau

bersama-sama.

d. Pembiasaan

Pembiasaan merupakan salah satu metode untuk membimbing para santri,

yaitu dengan membiasakan para santri untuk melakukan perbuatan-

perbuatan yang diajarkan dalam agama Islam.

Penelitian yang kedua “Dakwah Terhadap Perilaku Menyimpang di

Kalangan Remaja (Studi Kasus di Ngaliyan Semarang )” oleh Thohari (1995).

Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa banyak dikalangan remaja khususnya

remaja Ngaliyan berprilaku menyimpang dengan kondisi agamis dan tatanan

masyarakat setempat. Perilaku yang menyimpang itu dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang terjadi pada

remaja Ngaliyan adalah belum atau tidak stabilnya jiwa dan emosional remaja

sehingga memungkinkan untuk berbuat tanpa dasar norma. Ini terbukti dengan

banyaknya remaja yang berkeliaran di malam hari, minum-minuman keras, dan

perkelahian. Sementara faktor eksternal antara lain dipengaruhi oleh: kondisi

keluarga, lingkungan pergaulan, pengangguran. Hal tersebut sangat riskan dan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

10

menganggu ketentraman masyarakat. Sehingga membutuhkan pencerahan yang

lebih intensif. Namun selama ini penekanan dakwah dalam rangka pencerahan

belum tertata dan mengena. Karena dakwah yang disampaikan tidak

menjelaskan tentang arti pentingnya remaja sehingga mereka kurang

memperhatikan.

Skripsi ketiga “Pengaruh Bimbingan Agama Islam Terhadap Perilaku

Anak Jalanan (Studi Kasus di Rumah Singgah Al-Mustaghfirin Banget Ayu

Wetan Kecamatan Genuk Semarang)” oleh Ana Ismawati (2002). Hasil

penelitian yang dilakukan Ana Ismawati menyimpulkan sebagai berikut:

a. Faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku anak jalanan dalam

kehidupan di lingkungan mereka bisa bersifat internal dan eksternal. Faktor

internal adalah kondisi keluarga yang bermasalah, kurangnya perhatian

orang tua mereka. Faktor eksternal yang mempengaruhi sikap dan perilaku

anak jalanan adalah kondisi lingkungan luar, lingkungan pergaulan.

b. Metode yang dikembangkan dirumah singgah Al-Mustaghfirin

dikategorikan menjadi dua, yaitu kegiatan bimbingan dan ketrampilan.

Kegiatan bimbingan diberikan untuk memiliki sikap mental terhadap

kepribadian sekaligus menambah wawasan berupa ilmu agama dan

pengetahuan umum. Ketrampilan diberikan dengan tujuan untuk

meningkatkan SDM dan kreatifitas mereka.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

11

c. Pembinaan agama pada anak jalanan dirumah singgah Al-Mustaghfirin

dalam bentuk bimbingan agama Islam merupakan pemberian bantuan yang

berdasarkan pada ajaran agama Islam.

Penanganan bimbingan yang dilakukan dirumah singgah khususnya di

Al-Mustaghfirin memberikan sumbangsih bagi kehidupan anak jalanan secara

intensif sehingga mempunyai pengaruh yang sangat besar sekali dalam perilaku

sikap yang ditempuh bagi masa depannya.

Dari ketiga penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tema

model-model bimbingan dan penyimpangan perilaku sudah pernah diteliti orang

lain. Hanya sejauh ini belum satupun peneliti yang mengangkat pembinaan

rohani terhadap perilaku amoral khususnya anggota yayasan Sekar Mirah

Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal sebagai obyek penelitian.

1.5 Kerangka Teoritik

Ada beberapa hal yang harus dijelaskan terlebih dahulu dalam tulisan

ini, antara lain: metode, pembinaan, dan perilaku menyimpang.

Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai

maksud (Depdikbud, 1999:580). Metode yang telah tersusun dengan teratur dan

terpikir dengan baik maka, maksud atau tujuan akan tercapai sesuai dengan

yang diharapkan.

Menurut Walgito (1989:4) bimbingan dapat diartikan sebagai tuntunan,

bantuan, atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

12

individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan dalam

kehidupannya, agar supaya, individu atau sekumpulan individu dapat mencapai

kesejahteran hidupnya.

Sedangkan menurut Prayitno dan Erman (1999:99) pembinaan adalah

proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang

atau beberapa orang baik remaja atau dewasa, agar yang dibimbing dapat

mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan

memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan

berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Perilaku amoral atau tingkah laku menyimpang (abnorma) ialah tingkah

laku yang tidak adekwat (serasi, tepat), tidak bisa diterima oleh masyarakat

pada umumnya, dan tidak sesuai dengan norma sosial yang ada (Kartono, 2003:

12). Secara etimologi perilaku atau tingkah laku adalah tanggapan atau reaksi

terhadap individu terhadap rangsangan atau lingkungannya. (Depdikbud,

1999:755). Norma adalah kaidah, aturan pokok, ukuran, kadar, atau patokan

yang diterima secara en bloc atau utuh oleh masyarakat, guna mengatur

kehidupan dan tingkah laku sehari-hari, agar hidup ini terasa aman dan

menyenangkan (Kartono, 2003:12), sedangkan amoral (abnorma) merupakan

penyimpangan dari norma-norma sosial.

Menurut pendapat penulis metode merupakan suatu cara yang telah

tersusun dengan baik untuk mencapai sebuah tujuan yang telah menjadi

prioritas. Bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan yang

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

13

dilakukan para ahli dalam bidangnya dan bertujuan membantu menyelesaikan

permasalahan maupun sebagai upaya pengembangan kemampuan individu.

Perilaku amoral merupakan sebuah penyimpangan perilaku yang tidak sesuai

dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.

Pembinaan terhadap perilaku menyimpang atau perilaku amoral

memerlukan metode yang sesuai dengan bentuk permasalahannya. Hal inilah

yang menjadi fokus penelitian.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Jenis dan Pendekatan

Jenis penelitian yang penulis gunakan deskriptif kualitatif, yaitu

cara atau prosedur memecahkan masalah penelitian dengan memaparkan

keadaan obyek yang diteliti sebagaimana adanya, berdasarkan fakta-

fakta aktual yang ada didalam obyek penelitian (Hadari, 2000: 67).

Sementara pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan

fenomenologis, yaitu penelitian secara langsung dengan tidak

memanipulasi, atau mengontrolnya (Deddy, 2003: 158).

1.6.2. Sumber Data

a. Primer yaitu sumber-sumber data yang secara langsung yang penulis

dapatkan di lokasi atau obyek penelitian yaitu di yayasan Sekar

Mirah.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

14

b. Sekunder yaitu mengumpulkan data dengan cara melakukan

penelusuran terhadap buku-buku, dan lain-lain yang berkaitan

dengan penelitian (Sangribun dan Effendi, 1987:45). Dalam hal ini

penulis mencari data-data melalui buku, serta teori-teori yang sesuai

dengan penelitian.

1.6.3 Metode Pengumpulan Data

Ada beberapa metode pengumpulan data yang penulis gunakan

dalam penelitian ini:

a. Observasi

Metode Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis

tentang fenomena sosial dan gejala alam dengan jalan pengamatan

dan pencatatan (Kartono, 1990: 157). Metode ini digunakan secara

langsung untuk mengamati aktivitas yang dilakukan oleh anggota

dari obyek penelitian. Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui

kondisi dan situasi obyek sehingga mendapatkan data-data tentang

yayasan Sekar Mirah yang valid.

b. Interview atau wawancara

Metode wawancara ialah usaha mengumpulkan informasi

dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dan untuk

dijawab secara lisan pula (Dadang, 1990: 111). Metode ini penulis

gunakan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi serta latar

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

15

belakang anggota yayasan Sekar Mirah Kecamatan Balapulang

Kabupaten Tegal.

c. Dokumentasi

Yaitu pencarian data yang berupa catatan, transkrip, buku,

surat kabar, majalah, prestasi notulen rapat, agenda, dan sebagainya

(Suharsimi, 1993: 102). Metode ini penulis gunakan untuk

mendapatkan dokumen-dokumen yang ada di yayasan Sekar Mirah

sebagai pelengkap penelitian yang penulis teliti.

1.6.4 Metode Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara

sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti untuk

menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain (Muhadjir, 1996: 104).

Dalam penelitian ini, penulis hanya akan menggambarkan

bagaimana metode pembinaan rohani terhadap perilaku amoral anggota

yayasan Sekar Mirah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal, dalam

prespektif bimbingan dan konseling Islam dengan melalui data-data

tentang yayasan Sekar Mirah. Dalam penelitian deskriptif tidak

dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi lebih

menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variable, gejala atau

keadaan.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

16

1.7 Sistematika penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi dibawah ini dibuat sedemikian rupa,

sehingga dapat diketahui topik-topik bahasannya beserta alur pembahasan

mengenai metode pembinaan rohani terhadap perilaku amoral anggota yayasan

Sekar Mirah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal. Sistematika penulisan

yang digunakan adalah sebagai berikut:

Bab I berisi pendahuluan yang didalamnya mencakup tentang ruang

lingkup penulisan yaitu merupakan gambaran-gambaran umum dari

keseluruhan isi skripsi, meliputi: pendahuluan, perumusan masalah, tujuan

penelitian, kerangka teoritik, metode penelitian, telaah pustaka, dan sistematika

penulisan skripsi.

Bab II berisi tentang landasan teori dakwah dengan pendekatan

bimbingan konseling Islam terhadap perilaku amoral, yang mencakup tentang

konsep dakwah, konsep bimbingan konseling Islam, konsep perilaku amoral,

dakwah dengan pendekatan bimbingan dan konseling Islam terhadap perilaku

amoral

Bab III berisi tentang metode pembinaan rohani terhadap perilaku

amoral anggota di yayasan Sekar Mirah Kecamatan. Balapulang Kabupaten.

Tegal, yang meliputi: sejarah berdirinya dan perkembangan yayasan Sekar

Mirah, struktur organisasi dan gambaran umum tentang yayasan Sekar Mirah,

penyebab munculnya perilaku amoral anggota yayasan Sekar Mirah, profil dan

bentuk-bentuk perilaku amoral anggota, tujuan dan materi pembinaan rohani,

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

17

metode pembinaan rohani terhadap perilaku amoral anggota yayasan Sekar

Mirah, bentuk hubungan antara pembinaan dengan anggota.

Bab VI berisi tentang analisis pembinaan rohani terhadap perilaku

amoral anggota yayasan Sekar Mirah dalam perspektif bimbingan dan konseling

Islam, yang meliputi: pembinaan rohani terhadap perilaku amoral dalam

perspektif bimbingan dan konseling Islam, dalam bab ini penulis sekaligus

menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari pembinaan rohani terhadap perilaku

anggota yayasan Sekar Mirah Kecamatan. Balapulang Kabupaten. Tegal.

Bab V merupakan bab penutup dari skripsi penulis, yang didalamnya

mencakup tentang kesimpulan pokok hasil penelitian beserta saran-saran dan

penutup. Dan pada akhir skripsi ini dilengkapi dengan daftar kepustakaan,

lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup penulis.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

18

BAB II

DAKWAH DENGAN PENDEKATAN BIMBINGAN DAN KOSELING ISLAM

TERHADAP PERILAKU AMORAL

2.1 Dakwah

Pengenalan orang terhadap suatu istilah tidak selalu akan menjamin

bahwa orang itu dapat memahami dan mengerti dengan baik pengartian yang di

kandung oleh pengertian itu. Demikian halnya dengan istilah dakwah, belum

tentu setiap orang memahami pengertian dakwah dengan seluk beluknya. Oleh

karena itu sudah menjadi kewajiban bagi setiap orang yang membahas tentang

dakwah untuk terlebih dahulu memahami pengertian dakwah secara tepat. Maka

perlu dikemukakan pengertian dakwah, baik secara etimologis maupun dalam

pengertian istilah (Shaleh, 1997: 1)

2.1 Pengertian Dakwah Secara Bahasa

Dakwah secara bahasa berasal dari kata da’a , yad’u, da’watan

yang mempunyai arti menyeru, memanggil, mendorong, mengajak, dan

do’a (Abdullah, 1989: 7). Dakwah yang semula hanya berarti memanggil

atau mengajak kepada sesuatu, dalam pengertian khusus berarti mengajak

kejalan Tuhan (Allah). Dakwah sebagai ajakan adalah seruan untuk

mengikuti dan mengamalkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Bagi yang belum

Islam diajak menjadi muslim dan bagi orang-orang yang sudah Islam

diajak menyempurnakan keislamannya. (Andy, dkk, 2002:24).

18

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

19

Dakwah dalam arti ini dapat dijumpai dalam Al-Qur’an surat Al

Baqarah ayat 23 yang berbunyi:

د إوبلى عا علنزا نمب ميفي ر من كنتوا نعادثله ون مة موروا بسا فأت ش ادقنيص متون الله إن كنن داءكم مده

Artinya: “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur'an yang

Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar”. (Depag RI, 2000: 5).

2.2 Pengertian Dakwah Secara Istilah

Dakwah secara etimologi mengandung beberapa makna yang

beraneka ragam. Banyak ahli ilmu dakwah mendefinisikan istilah dakwah

dengan aneka ragam pendapat. Hal ini tergantung dari sudut pandang

mereka dalam memberikan pengertian dakwah kepada istilah tersebut.

Sehingga antara definisi satu dengan yang lainnya senantiasa terdapat

perbedaan dan kesamaan.

a. Menurut Syekh Ali Mahfudz yang dikutip oleh Aminuddin Sanwar,

dakwah didefinisikan sebagai:

“Mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan yang jelek agar mereka mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat”. (Sanwar 1985: 27).

b. Menurut Quraish Shihab, dakwah adalah seruan atau ajakan kepada

keinsyafan, atau usaha untuk mengubah situasi kepada situasi yang

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

20

lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.

Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman

keagamaan dalam tingkah laku dan dengan hidup saja, tetapi juga

menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi sekarang ini, ia harus lebih

berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran Islam secara lebih

menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan. (Shihab, 1995: 194).

c. Menurut Drs. Amrullah Ahmad yang dikutip oleh Dzikron Abdullah

memberi pengertian dakwah sebagai “semua usaha untuk merealisir

ajaran Islam dalam semua segi kehidupan manusia”. (Abdullah, 1989:

7).

d. Menurut Arifin, dakwah mengandung pengertian sebagai kegiatan,

ajakan, baik berbentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang

dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi

orang lain secara individu maupun kelompok agar supaya timbul

dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta

pengalaman terhadap ajaran agama yang disampaikan kepadanya

tanpa ada unsur paksaan. (Arifin, 1977: 17).

Dakwah dilihat dari segi bentuk kegiatannya, dan dengan

mengacu pada penekanan berbagai definisi yang telah dikemukakan, dapat

disimpulkan ke dalam empat bentuk kegiatan utama dakwah (Asep dan

Agus, 2002: 34), antara lain:

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

21

a. Tabligh Islam, sebagai upaya penerangan dan penyebaran pesan

dakwah.

b. Irsyad Islam, sebagai upaya penyuluhan dan bimbingan Islam.

c. Tadbir Islam, sebagai upaya pemberdayaan umat dalam menjalankan

Islam melalui lembaga-lembaga dakwah.

d. Tathwir Islam sebagai upaya pemberdayaan ekonomi keumatan

2.3 Istilah Dakwah

Selain istilah dakwah, ada beberapa istilah lain yang berdekatan

maknanya dengan itu, antara lain:

a. Tabligh

Tabligh berarti: penyampaian, ajaran-ajaran Allah swt.

disampaikan oleh mubaligh. Seperti dalam firman Allah swt. surat Al

Ahzab ayat 39:

خشونه ولا يخشون أحدا إلا الله يرسالات الله و ذين يبلغون لا وكفى بالله حسيبا

Artinya: “Yaitu orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah

Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang pun selain kepada Allah sebagai pembuat perhitungan”. (Depag RI, 2000: )

b. Mauidhah

Nasehat atau pengajaran agar mendapatkan kesadaran kejalan

Allah. Firman Allah swt. surat An Nahl ayat 125:

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

22

ظة الحسنة عإلى سبيل ربك بالحكمة والمو عدا Artinya: “Serulah (manusia) kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik”. (Depag RI, 2000: 383). c. Tabsyir

Berita yang menggembirakan bagi orang-orang yang beriman.

Sebagaimana firman Allah swt:

وبات أن رشالحملوا الصعوا ونري من الذين آمجات تنج ملهارها األنتهحت…

Artinya: “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang

beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya…” (QS. Al-Baqarah: 25) (Depag RI, 2000: 5).

d. Indzar

Peringatan bagi orang-orang yang tersesat agar mereka

kembali pada jalan Allah, biasanya kepada orang-orang kafir. Firman

Allah swt:

هم ال يؤمنونرتنذ الذين كفروا سواء عليهم أأنذرتهم أم لم نإ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman.” (QS. Al-Baqarah: 6) (Depag RI, 2000: 2).

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

23

e. Tadzkir

Peringatan yang bersifat mengingatkan agar mendapat

petunjuk dari Allah, biasanya dilakukan kepada orang-orang yang

sudah beriman. Firman Allah surat Al a’la ayat 9:

كر إن نفعت الذكرىذف

Artinya: “Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat”. (Departemen Agama RI, 2000:). (Depag RI, 2000: 877).

f. Nashihah

Pengajaran dan pemberian pengarahan atau bimbingan,

dengan contoh dan atau perumpamaan serta suri tauladan. Firman

Allah swt:

ر اوص1{لع{ ر إسان لفي خن الإنس }لا الإ }2ملوا ذينعوا ونآم }3{ وتواصوا بالصبر قحالصالحات وتواصوا بال

Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada

dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Depag RI, 2000: 913).

2.4 Tujuan dakwah

Tujuan dakwah adalah suatu praktek yang mengajak dan

mempertemukan kepada fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan

manusia supaya mengakui kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

24

Islam sehingga menjadi orang baik dan mengakui bahwa Allah adalah

Maha Pencipta, Tuhan dan Hakim yang Maha Adil. Fitrah manusia

mengakui ketauhidan Tuhan seperti yang disebut dalam Al-Qur’an Surat

Al-A’raf ayat 172:

لى إوع مهدهأشو مهتيذر ورهممن ظه مني آدمن ب كبذ رذ أخ ى شهدنا أنفسهم ألست بربكم قالوا بل

Artinya: ”Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-

anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Depag RI, 2000: 232).

Ketegasan Islam dalam masalah tauhid atau aqidah menjadi inti

pokok ajaran Islam dan dakwah adalah sebagai upaya untuk menjaga dan

melestarikan inti atau ajaran Islam. Tauhid sebagai landasan dasar umat

Islam harus dipahami secara betul, karena dalam segala aspeknya Tuhan

betul-betul tidak sama dan tidak ada sesuatupun yang menyerupainya.

Allah sebagai dzat yang menyerukan kepada umat manusia untuk

mengingat-Nya dan selalu menganjurkan kepada manusia untuk membuat

kedamaian dimuka bumi ini (Islam berarti kedamaian dan kesejahteraan

bagi seluruh alam).

Kegiatan mempertemukan manusia dengan Islam atau

menyadarkan orang yang didakwahi tentang perlunya bertauhid dan

berperilaku baik (beriman dan berakhlak al-karimah). Tujuan dakwah

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

25

bukan memberbanyak pengikut tetapi memperbayak orang yang sadar

kepada kebenaran Islam. Sebab dengan semakin banyaknya orang yang

sadar dengan kebenaran Islam, masyarakat atau dunia akan semakin

menjadi baik dan semakin tentram. (Andy, 2002: 8).

Dalam Al-Qur’an surat Ar Rum ayat 30 di sebutkan:

ليها لا تبديل عر الناسطفقم وجهك للدين حنيفا فطرة الله التي أف لخلق الله ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس لا يعلمون

Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kenyakan manusia tidak mengetahui”. (Depag RI, 2000: 574).

Dakwah sebagai suatu aktivitas dan usaha mempunyai tujuan

yang hendak dicapai. Oleh karena itu tujuan dakwah harus jelas dan

konkrit. Dakwah sebagai aktivitas seorang muslim, baik yang bersifat

pribadi maupun kelompok atau organisasi, maka aktivitas tersebut

tujuannya identik dengan aktivitas-aktivitas lainnya yaitu semata-mata

pengabdian dan mencari ridho Allah swt sebagaimana firman-Nya dalam

surat Al-Dzariyat ayat 56:

وونمدبعإلا لي الإنسو الجن لقتا خ

Artinya: “Tidaklah aku jadikan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepadaku”. ( (Depag RI, 2000: 756).

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

26

Melihat ayat tersebut diatas, tampaklah bahwa tujuan dakwah

tersebut diatas adalah utama dan bersifat umum, sebenarnya tujuan ini

merupakan tujuan akhir, yang harus didahului dengan proses-proses

sebelumnya sebagai tujuan sementara atau khusus (Abdullah, 1992: 142).

2.5 Unsur-Unsur Dakwah

2.5.1 Subyek dakwah (Da’i)

Subyek dakwah adalah orang yang melakukan dakwah

yaitu orang yang berusaha mengubah situasi kepada situasi yang

sesuai dengan ketentuan Allah swt baik secara individu maupun

berbentuk kelompok (organisasi), sekaligus sebagai pemberi

informasi dan pembawa missi. (Anshari, 1993: 105). Seorang da’i

harus mempunyai pengetahuan yang luas, maka para da’i akan

mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam situasi dan

kondisi lingkungan yang berbeda seorang da’i harus mampu untuk

interaksi tersebut seorang da’i perlu ketegasan dan sikap.

2.5.2 Obyek dakwah (Mad’u)

Obyek dakwah adalah orang-orang yang dituju oleh

kegiatan dakwah, mulai dari individu, keluarga, kelompok,

golongan atau masyarakat, dan umat selanjutnya. Jadi obyek

dakwah seluruh manusia baik pria maupun wanita, kaya ataupun

miskin, pimpinan atau bawahan, individu atau kelompok,

masyarakat kota atau masyarakat desa.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

27

2.5.3 Materi dakwah

Al-Qur‘an dan sunnah merupakan dasar pijakan segala

aktifitas dakwah sehingga semua bentuk-bentuk materi harus

dikaitkan dan dikembalikan pada dua dasar itu. Dalam Al-Qur’an

dan sunnah itu sendiri sebenarnya terdapat tiga materi pokok;

yakni, aqidah, syari’ah, akhlak.

Pada prinsipnya ajaran-ajaran Islam inilah yang dikenal

sebagai ajaran dakwah yang wajib disampaikan kepada umat

manusia dan mengajar mereka agar mau menerima dan

mengikutinya. Agar ajaran-ajaran Islam benar-benar dapat

diketahui, dipahami, dihayati, dan diamalkan, sehingga mereka

hidup dan berada dalam kehidupan yang sesuai dengan ketentuan-

ketentuan agama Islam. (Abdullah, 1993: 56).

Oleh karena itu ajaran Islam meliputi aspek dunia dan

akherat, maka materi dakwah itu luas sekali, dan kiranya perlu

disampaikan pokok-pokok materi dakwah atau ajaran Islam.

Pokok-pokok materi dakwah tersebut adalah:

1) Aqidah adalah menyangkut sistem keimanan atau kepercayaan

terhadap Allah swt. Dan ini menjadi landasan yang

fundamental dalam keseluruhan aktivitas seorang muslim, baik

yang menyangkut sikap mental maupun sikap lakunya, dan

sifat-sifat yang dimilikinya.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

28

2) Syari’at merupakan serangkaian ajaran yang menyangkut

aktivitas manusia muslim didalam semua aspek hidup dan

kehidupannya, mana yang boleh dilakukan, dan mana yang

tidak boleh, mana yang halal, dan mana yang haram, mana

yang mubah dan sebagainya. Dan ini juga menyangkut

hubungan manusia dengan Allah swt. Dan hubungan manusia

sesamanya.

3) Akhlak yaitu menyangkut tata cara hubungan baik secara

vertikal dengan Allah swt. Maupun secara horisontal dengan

sesama manusia dan seluruh makhluk-makhluk Allah swt.

(Anshari, 1993: 93).

2.5.4 Metode dakwah

Metode berasal dari bahasa Yunani “Metohodos” yang

mempunyai arti cara atau jalan, sedangkan menurut Van Dalen,

Kaenen dan Van Goar dalam buku karangan J, Vreden

memberikan definisi mengenai metode sebagai “suatu cara yang

tetap, terpikir sebaik-baiknya untuk mencapai suatu tujuan

tertentu”. (Abdullah, 1989: 4).

Metode dan teknik dakwah dalam Al-Qur’an tidak

merupakan tuntunan secara rinci, namun secara global. Hal ini

memberikan kemungkinan kepada kita sekiranya dapat

menjabarkan secara rinci sesuai dengan perkembangan zaman.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

29

Sedangkan pokok-pokok metode dan teknik dakwah dijelaskan

dalam surat An Nahl ayat 125:

ع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة دا

Artinya: “Serulah (manusia) kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik”. (Depag RI, 2000: 383).

Bertitik tolak dari ayat tersebut diatas, jelas bahwa Allah

telah memberikan petunjuk untuk berdakwah terutama dengan

hikmah (kebijaksanaan). Dengan demikian, hendaknya kita dapat

mengambil langkah-langkah dan usaha bagaimana caranya

berdakwah itu agar mudah diterima umat, baik individu, kelompok

tertentu dan umum.

Adapun metode dakwah yang dimaksud dari ayat diatas

ada tiga cara pokok yang dijadikan sandaran bagi metode dakwah,

yaitu:

1) Dakwah bi al-hikmah

Hikmah menurut pengertian sehari-hari ialah bijaksana

dan secara pengertian khusus atau secara ilmiah, filosofis, hikmah

diartikan ‘arif.

2) Dakwah bi al-mauidhah hasanah

Bi al-mauidhah hasanah yaitu dakwah yang dilakukan

dengan cara memberi ingatan dan nasehat kepada orang lain

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

30

dengan materi, sikap cara penyampaian yang baik agar dapat

menjinakkan hati pendengar.

3) Dakwah bi al-mujadalah

Mujadalah yang sebaik-baiknya, artinya dilakukan

dengan jalan mengadakan tukar pikiran yang sebaik-baiknya.

(Abdullah, 1993: 25-27).

Menurut Asmuni Syukir yang dikutip oleh Asep

Muhyiddin dan Agus Ahmad Syafei (2002: 95) dengan

mendasarkan pada ayat-ayat Al-Qur’an, menyebutkan delapan

metode dakwah yang bisa dipakai:

1) Metode ceramah (retorika dakwah)

Metode ini efektif bila obyek dakwahnya berjumlah

banyak, da’inya ahli berceramah, dan cocok dalam berceramah

dalam acara-acara. Metode ceramah yang digunakan

Rasulullah ialah qalbu dan akal manusia, bukan kepada perut

manusia, karena qalbu dan akal manusia itulah tempatnya iman

(Abdullah, 1989: 30).

2) Metode tanya jawab

Metode tanya jawab adalah mendorong sasarannya

(obyek dakwah) untuk menyatakan suatu masalah yang belum

dimengerti dan da’i berfungsi untuk menjawabnya.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

31

3) Metode mujadalah (debad)

Metode mujadalah yang dimaksud adalah mujadalah

yang baik, adu argumen, namun tidak menimbulkan

pertengkaran.

4) Percakapan antar pribadi

Metode ini bertujuan menggunakan percakapan yang

baik dalam percakapan bebas antara da’i dan pribadi-pribadi

dari individu dalam sasaran dakwah.

5) Metode demonstrasi

Metode ini adalah berdakwah dengan memperlihatkan

contoh, peristiwa, perbuatan, dan sebagainya.

6) Metode dakwah Rasulullah

Metode ini adalah metode yang menggali atau mempelajari

cara dakwah Rasulullah baik metode maupun materinya.

7) Metode pendidikan dan pengajaran

Metode pendidikan dan pengajaran dalam definisi

dakwah terdapat makna yang bersifat pembinaan, juga terdapat

makna pengembangan.

8) Metode silaturahmi

Metode silaturahmi atau metode home visit dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu dengan atas undangan tuan

rumah dan atas inisiatif diri da’i.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

32

2.5.5 Media dakwah

Kata media berasal dari bahasa latin mediare yang artinya

pengantar (Abdullah, 1993: 47). Sedangkan yang dimaksud media

dakwah ialah alat obyektif yang menjadi saluran, yang

menghubungkan ide dengan umat atau segala sesuatu yang dapat

membantu juru dakwah dalam menyampaikan dakwahnya secara

efektif dan efisien. Adapun beberapa hal yang dapat dijadikan

media dakwah antara lain: TV, radio, majalah, dan surat kabar.

2.6 Dasar Hukum Dakwah

Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan

umatnya untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam, sebagai rahmat bagi

seluruh alam. Islam dapat menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan umat

manusia, bilamana ajaran Islam yang mencakup segala aspek kehidupan

itu dijadikan sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan sungguh-sungguh

dan sebenar-benarnya.

Usaha untuk menyebarluaskan atau merealisasikan Islam

ditengah-tengah kehidupan masyarakat merupakan usaha dakwah, yang

dalam keadaan bagaimanpun dimanapun harus (wajib) dilaksanakan oleh

umat Islam. Sebagaimana firman Allah swt dalam surat An Nahl ayat 125:

ة وجادلهم بالتي هي نة والموعظة الحسع إلى سبيل ربك بالحكمدا أحسن

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

33

Artinya: “Dan ajaklah kepada jalan Tuhanmu dengan kebijaksanaan, dan mauidzoh hasanah, dan jawablah pertanyaan mereka dengan jawaban yang baik.” (Q.S. An-Nahl:125). (Depag RI, 2000: 383).

Dasar-dasar dakwah diatas adalah dakwah yang bersifat umum,

artinya dakwah yang sekedar menyampaikan ajaran Islam secara global

yang berisikan pokok-pokok agama Islam. Dakwah seperti itu harus

dilaksanakan oleh setiap muslim. Sedangkan dakwah Islam tentang

pengetahuan, penanaman aqidah dan serta pengembangan sikap (moral)

dan perilaku keagamaan seseorang, dibutuhkan orang-orang ahli dalam

bidang dakwah.

Dalam dakwah sering juga disebut amar ma’ruf dan nahi

munkar, dua komponen mengajak kepada kebaikan dan mencegah

kemungkaran (kejelekan) yang tidak boleh dipisahkan. Banyak ayat-ayat

yang menunjukkan tentang dakwah yang demikian, namun yang sering

digunakan adalah sebagaimana Allah berfirman dalam surat Ali Imran: 104:

ون إلوعدة يأم نكمكن ملى التون خرأمير ون ين عوهنيوف ورعبالم منكر وأولـئك هم المفلحونلا

Artinya: ”Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali Imran: 104) (Depag RI, 2000: 79).

Meskipun para ulama sepakat memberikan hukum wajib atas

dakwah kepada setiap muslim, namun ada selisih pendapat mengenai sifat

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

34

kewajibannya. Perbedaan tersebut terletak pada kata “minkum” dengan

pengertian “Littabyin” atau “Lil Bayyinah” yang berarti menerangkan,

memberi hukum fardhu ‘ain. Sedangkan ulama yang menafsirkan

“minkum” dengan pengertian “Littab‘idl” yang berarti sebagian,

mengatakan bahwa dakwah hukumnya fardhu kifayah. (Sanwar, 1985:

35). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hukum dakwah ada dua:

a. Merupakan fardhu ‘ain bagi kaum muslim untuk melaksanakan

dakwah. Namun disesuaikan dengan kemampuan yang ada.

b. Dalam hal tertentu dakwah memerlukan keahlian, maka tidak

sembarang orang yang boleh melakukan sehingga hukumnya menjadi

fardhu kifayah bagi seluruh kaum muslim, tetapi menjadi fardhu ‘ain

bagi yang telah memiliki persyaratan tertentu namun yang jelas

keseluruhan beban dakwah itu harus ditanggung bersama.

2.2 Bimbingan Dan Konseling Islam

2.2.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

Dalam sejarah perkembangan ilmu bimbingan dan konseling di

Indonesia, sebenarnya istilah konseling pada awalnya dikenal dengan

istilah “penyuluhan” yang merupakan terjemahan dari istilah

”counseling”. Penggunaan istilah “penyuluhan” sebagai terjemahan

”counseling” ini dicetuskan oleh Tatang Mahmud seorang pejabat

Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia pada tahun 1953 (Hallen,

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

35

2002: 1). Oleh karena itu, Tatang Mahmud mencarikan terjemahan

istilah ”counseling” ini dengan istilah “penyuluhan” dan tidak ada yang

membantahnya, maka sejak saat itu populerlah istilah “penyuluhan”

sebagai terjemahan istilah ”counseling”. Akan tetapi dalam

perkembangan bahasa Indonesia selanjutnya, pada tahun 1970 sebagai

awal dari masa pembangunan orde baru, istilah “penyuluhan” yang

merupakan terjemahan dari kata ”counseling” dan mempunyai konotasi

”psychological-counseling”.

Dalam hubungan ini ada yang kurang sependapat jika

“counseling” hanya diterjemahkan dengan “penyuluhan”. Kata

“counseling” meliputi perembugan, pemberian nasihat, penyuluhan,

penerangan (informasi). Sedang kata penyuluhan (lebih sempit)

pengertiannya menjadi penerangan atau penyelidikan, pengintaian. Kata

penyuluhan memberi kesan hanya satu pihak yang aktif yaitu orang

yang memberi penerangan saja (Ahmadi dan Rohani, 1991:21).

Bimbingan dan konseling dilingkungan lembaga pendidikan,

dan lingkungan masyarakat Indonesia pada umumnya, semakin

dirasakan kehadirannya, sebagai kebutuhan dalam usaha pemberian

bantuan kepada seseorang yang mengalami problema kehidupan pribadi,

terutama yang berkaitan dengan aspek mental spiritual dan psikologis.

Problema kehidupan mental spiritual tersebut timbul karena adanya

gangguan psikologis dari pengaruh faktor internal dan eksternal, atau

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

36

faktor kemampuan individual, dan faktor lingkungan sekitar (Arifin,

2003: 4).

Secara terminologis, bimbingan itu sendiri adalah pemberian

bantuan kepada seseorang atau kepada sekelompok orang dalam

membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam mengadakan

penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup. Bantuan itu bersifat

psikologi dan tidak berupa pertolongan finansial, medis dan sebagainya.

Dengan adanya bantuan ini seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri

masalah yang dihadapinya yang kelak kemudian menjadi tujuan

bimbingan. Jadi yang memberikan bantuan menganggap orang lain

mampu menuntun dirinya sendiri, meskipun kemampuan itu mungkin

harus digali dan dikembangkan melalui bimbingan (Winkel, 1990: 17).

Adapun rumusan lainnya dapat dikemukakan sebagai berikut:

Menurut Bimo Walgito, “Bimbingan adalah bantuan atau

pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu

dalam menghadapi atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam

kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu itu dapat

mencapai kesejahteraan hidupnya” (Walgito, 1989: 4), sementara

menurut penulis bimbingan adalah pemberian bantuan oleh seseorang

kepada orang lain dalam menentukan pilihan, penyesuaian dan

pemecahan masalah. Bimbingan bertujuan membantu seseorang agar

bertambah kemampuan bertanggung jawab atas dirinya.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

37

Dalam konteks ini M. Arifin mengatakan, pengertian harfiyyah

“bimbingan” adalah “menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun”

orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini,

dan masa mendatang. Istilah “bimbingan” merupakan terjemahan dari

kata bahasa inggris guidance yang berasal dari kata kerja “to guide”

yang berarti “menunjukkan” (Arifin, 1994: 1).

Priyatno dan Erman anti memaparkan, rumusan tentang

bimbingan formal telah diusahakan orang setidaknya sejak awal abad

ke-20, sejak dimulainya bimbingan yang diprakarsai oleh Frank Parson

pada tahun 1908. Sejak itu, rumusan demi rumusan tentang bimbingan

bermunculan sesuai dengan perkembangan pelayanan bimbingan itu

sendiri sebagai suatu pekerjaan khas yang di tekuni para peminat dan

ahlinya. Dalam kaitan ini Priyatno dan Erman anti sebagaimana

mengutip pendapat Crow & Crow, (1960) menjelaskan bahwa

bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki-laki atau

perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih

dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya

mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan

hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung

bebannya sendiri (Priyatno dan Erman, 1999: 93-94).

Dengan memperhatikan rumusan-rumusan diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa bimbingan adalah merupakan pemberian bantuan

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

38

yang diberikan kepada individu guna mengatasi berbagai kesukaran

dalam kehidupannya, agar individu itu dapat mencapai kesejahteraan

hidupnya.

Adapun Konseling diartikan sebagai proses pemberian bantuan

yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut

konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah

(disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi

klien (Priyatno dan Erman, 1999: 105).

Mengenai kedudukan dan hubungan antara bimbingan dan

konseling terdapat banyak pandangan, salah satunya memandang

konseling sebagai teknik bimbingan, sebagaimana dikemukakan oleh

Arthur J. Jones yang dikutip oleh Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani.

Sehingga dengan pandangan ini maka pengertian bimbingan adalah

lebih luas bila dibandingkan dengan konseling, konseling merupakan

bagian dari bimbingan (Ahmadi dan Rohani, 1991: 28). Dengan kata

lain, konseling berada didalam bimbingan. Pendapat lain menyatakan

bahwa bimbingan terutama memusatkan diri pada pencegahan

munculnya masalah, sementara konseling memusatkan diri pada

pencegahan masalah yang dihadapi individu. Dalam pengertian lain,

bimbingan sifat atau fungsinya preventif, sementara koseling kuratif atau

korektif. Dengan demikian bimbingan dan konseling berhadapan dengan

obyek garapan yang sama, yaitu problem atau masalah.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

39

Dalam tulisan ini, bimbingan dan konseling yang dimaksud

adalah yang Islami, maka ada baiknya kata Islam diberi arti lebih dahulu

secara terminologi sebagaimana dirumuskan oleh Harun Nasution, Islam

adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad saw sebagai Rasul

(Nasution, 1985: 24).

Bimbingan dan konseling Islam menurut Aunur Rahim Faqih

(2001: 4) adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar

mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga

mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Menurut Hallen (2002: 22) bimbingan dan konseling Islam

adalah suatu usaha membantu individu dalam menanggulangi

penyimpangan perkembangan fitrah beragama yang dimilikinya,

sehingga ia kembali menyadari peranannya sebagai khalifah di bumi dan

berfungsi untuk menyembah atau mengabdi kepada Allah swt sehingga

akhirnya tercipta kembali hubungan yang baik dengan Allah, dengan

manusia dan alam semesta.

Menurut Prayitno dan Erman Anti (1999: 104) bimbingan dan

konseling Islam adalah suatu proses interaksi yang memudahkan

pengertian diri dan lingkungan serta hasil-hasil dan pembentukan dan

atau klarifikasi tujuan-tujuan dan nilai-nilai yang berguna bagi tingkah

laku yang akan datang.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

40

Bertitik tolak dari beberapa pengertian diatas, maka yang

dimaksud bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap

individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk

Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup didunia dan

diakhirat, sedang konseling Islami adalah proses pemberian bantuan

terhadap individu agar menyadari kembali akan eksistensinya sebagai

makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan

petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan didunia dan

diakhirat.

2.2.2 Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam

Menurut Aunur Rahin Faqih (2001) dalam bukunya Bimbingan

dan Konseling dalam Islam, fungsi bimbingan dan konseling Islam

dikelompokkan menjadi empat, yaitu:

a. Fungsi preventif, yakni membantu individu menjaga atau mencegah

timbulnya masalah bagi dirinya.

b. Fungsi kuratif atau korektif, yakni membantu individu memecahkan

masalah yang sedang dihadapi atau dialami.

c. Fungsi preservatif, yakni membantu individu menjaga agar situasi

dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) yang

telah menjadi baik (terpecahkan) itu kembali menjadi tidak baik

(menimbulkan masalah kembali).

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

41

d. Fungsi developmental atau pengembangan, yakni membantu

individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang

telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak

memungkinkan menjadi sebab munculnya masalah baginya. Fungsi

rehabilitatif, peran rehabilitatif pada bimbingan konseling berfokus

pada penyesuaian diri, penyembuhan masalah psikologi yang

dihadapi, mengembalikan kesehatan mental, dan mengatasi

gangguan emosional. Agar dapat menerima bantuan dari seorang

konselor, klien harus mengalami gangguan yang cukup

menggelisahkan untuk bisa terdorong mencari bantuan. (Aunur,

2001: 37).

Fungsi preventif, atau upaya preventif adalah suatu upaya untuk

mencapai individu-individu sebelum mereka mencapai masalah

kejiwaan karena kurangnya perhatian. Upaya preventif merupakan upaya

untuk melakukan intervensi mendahului kesadaran akan kebutuhan

pemberian bantuan. Upaya preventif haruslah mendahului munculnya

kebutuhan atau masalah, bila tidak demikian bukanlah upaya preventif.

Upaya ini meliputi tentang pengembangan strategi-strategi dan program-

program yang dapat digunakan untuk mencoba mengantisipasi resiko-

resiko hidup yang tidak terjadi.

Fungsi edukatif, atau peran edukatif pada bimbingan konseling

terfokus pada membantu orang-orang yang meningkatkan ketrampilan

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

42

dalam kehidupan, mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah

hidup, dan membantu meningkatkan kemampuannya menghadapi

transisi dalam kehidupan untuk keperluan-keperluan jangka pendek,

bimbingan konseling membantu orang-orang menjelaskan nilai-nilainya,

menjadi lebih tegas, mengendalikan kecemasan, meningkatkan

ketrampilan komunikasi antar pribadi, memutuskan arah hidup,

menghadapi kesepian dan semacamnya.

2.2.3 Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Secara garis besar atau secara umum tujuan Bimbingan dan

Konseling Islam itu dapat dirumuskan sebagai membantu individu

mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai

kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.

Bimbingan dan Konseling sifatnya hanya merupakan bantuan,

hal ini sudah diketahui dari pengertian atau definisinya. Individu yang

dimaksudkan disini adalah orang yang dibimbing atau diberi konseling,

baik orang perorangan maupun kelompok. Mewujudkan diri sebagai

manusia seutuhnya berarti mewujudkan diri sesuai dengan hakekatnya

sebagai manusia untuk menjadi manusia yang selaras perkembangan

unsur dirinya dan pelaksanaan fungsi atau kedudukannya sebagai

makhluk Allah (makhluk religius), makhluk individu, makhluk sosial,

dan sebagai makhluk berbudaya. Tujuan bimbingan dan konseling

Islami dapat dirumuskan sebagai berikut:

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

43

a. Membantu individu atau kelompok individu mencegah timbulnya

masalah-masalah dalam kehidupan keagamaan, antara lain:

1) Membantu individu menyadari fitrah manusia.

2) Membantu individu mengembangkan fitrahnya

(mengaktualisasikannya).

3) Membantu individu memahami dan menghayati ketentuan dan

petunjuk Allah dalam kehidupan keagamaan.

4) Membantu individu menjalankan ketentuan yang berkaitan

dengan kehidupan keagamaan.

b. Membantu individu memecahkan masalah yang berkaitan dengan

kehidupan keagamaannya, antara lain dengan cara:

1) Membantu individu memahami problem yang dihadapinya.

2) Membantu individu memahami kondisi dan situasi dirinya dan

lingkungannya.

3) Membantu individu memahami dan menghayati berbagai cara

untuk mengatasi problem kehidupan keagamaannya sesuai

dengan syari’at Islam.

4) Membantu individu menetapkan pilihan upaya pemecahan

problem keagamaan yang dihadapinya.

c. Membantu individu memelihara situasi dan kondisi kehidupan

keagamaan dirinya yang telah baik agar tetap baik dan atau menjadi

lebih baik (Aunur, 2001: 62-63).

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

44

Bimbingan dan konseling Islam berusaha membantu individu

agar bisa hidup bahagia, bukan saja didunia, melainkan juga diakhirat.

Karena itu, tujuan akhir bimbingan dan konseling Islam adalah

kebahagiaan didunia dan diakhirat.

2.2.4 Metode Bimbingan dan Konseling Islam

Dalam pengertian harfiyyah, metode adalah jalan yang harus

dilalui untuk mencapai suatu tujuan, karena kata metode berasal dari

meta yang berarti melalui dan hodos berarti jalan (Ariffin, 1994: 43).

Metode lazim diartikan sebagai jarak untuk mendekati masalah sehingga

diperoleh hasil yang memuaskan, sementara teknik merupakan

penerapan metode tersebut dalam praktek. Dalam pembicaraan ini kita

akan melihat bimbingan dan konseling sebagai proses komunikasi. Oleh

karenanya, berbeda sedikit dari bahasan-bahasan dalam berbagai buku

tentang bimbingan dan konseling, metode bimbingan dan konseling

Islam ini akan diklasifikasikan berdasarkan segi komunikasi tersebut.

Metode bimbingan hidup beragama Islam pada dasarnya sama

dengan metode dakwah pada umumnya, karena pada hakekatnya

bimbingan adalah inti dari dakwah itu sendiri. Dengan demikian, metode

bimbingan hidup beragama Islam adalah sebagaimana metode dakwah.

Hal ini sebagaimana disebutkan dengan melalui petunjuk Allah dalam

firman-Nya surat An Nahl: 125 :

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

45

ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي ليع إلى سبدا دينتهبالم لمأع وهبيله ون سل عن ضبم لمأع وه كبإن ر نسأح

Artinya: “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Depag RI, 2000: 383). Sebagaimana kita ketahui metode dakwah meliputi: metode

ceramah, metode tanya jawab, metode debat, metode percakapan antar

pribadi, metode demonstrasi, metode dakwah Rasulullah saw,

pendidikan agama dan mengunjungi rumah (silaturrahmi). Demikian

pula bimbingan dan konseling Islam bila di klasifikasikan berdasarkan

segi komunikasi, menurut Aunur Rahim Faqih (2001)

pengelompokannya menjadi: (1) metode komunikasi langsung atau

disingkat metode langsung, dan (2) metode komunikasi tidak langsung

atau metode tidak langsung.

a. Metode langsung

Metode langsung (metode komunikasi langsung) adalah

metode di mana pembimbing melakukan komunikasi langsung

(bertatap muka) dengan orang yang di bimbingnya. Metode ini dapat

dirinci lagi menjadi:

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

46

1) Metode individual

Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi

langsung secara individual dengan pihak yang dibimbingnya.

Hal ini dapat dilakukan dengan mempergunakan teknik:

a) Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog

langsung tatap muka dengan pihak yang dibimbing;

b) Kunjungan ke rumah (home visit), yakni pembimbing

mengadakan dialog dengan kliennya tetapi dilaksanakan di

rumah klien sekaligus untuk mengamati keadaan rumah klien

dan lingkungannya;

c) Kunjungan dan observasi kerja, yakni pembimbing atau

konselor melakukan percakapan individual sekaligus

mengamati kerja klien dan lingkungannya.

2) Metode kelompok

Pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan

klien dalam kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik-

teknik:

a) Diskusi kelompok, yakni pembimbing melaksanakan

bimbingan dengan cara mengadakan diskusi dengan

kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

47

b) Karya wisata, yakni bimbingan kelompok yang dilakukan

secara langsung dengan mempergunakan ajang karya wisata

sebagai forumnya.

c) Sosiodrama, yakni bimbingan dan konseling yang dilakukan

dengan cara bermain peran untuk memecahkan atau

mencegah timbulnya masalah (psikologis).

d) Psikodrama, yakni bimbingan dan konseling yang dilakukan

dengan cara bermain peran untuk memecahkan serta

mencegah timbulnya masalah (psikologis). (Aunur, 2001: 54)

e) Group teaching, yakni pemberian bimbingan dan konseling

dengan memberikan materi bimbingan dan konseling tertentu

(ceramah) kepada kelompok yang telah disiapkan. Didalam

bimbingan pendidikan, metode kelompok ini dilakukan pula

secara klasikal, karena sekolah umumnya mempunyai kelas-

kelas belajar.

b. Metode tidak langsung

Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak langsung)

adalah metode bimbingan dan konseling yang dilakukan melalui

media komunikasi massa. Hal ini dapat dilakukan secara individual

maupun kelompok, bahkan massal (Musnamar, 1992: 49-51).

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

48

1. Metode individual

• Melalui surat menyurat.

• Melalui telepon dan sebagainya.

2. Metode kelompok atau massal

• Melalui papan bimbingan.

• Melalui surat kabar maupun majalah.

• Melalui brosur.

• Melalui radio (media audio).

• Melalui televisi.

Metode dan teknik mana yang dipergunakan dalam

melaksanakan bimbingan dan konseling, tergantung pada:

1. Masalah atau problem yang sedang dihadapi atau digarap.

2. Tujuan penggarapan masalah.

3. Keadaan yang dibimbing (klien).

4. Kemampuan pembimbing (konselor) mempergunakan metode dan

teknik.

5. Sarana dan prasarana yang tersedia.

6. Kondisi dan situasi lingkungan sekitar.

7. Organisasi dan administrasi layanan bimbingan dan konseling.

8. Biaya yang tersedia (Aunur, 2001: 55).

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

49

2.2.5 Asas-Asas Bimbingan dan Konseling Islam

Asas-asas atau prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Islami

pada dasarnya serupa dengan asas-asas bimbingan dan konseling Islami

yang lain menurut Aunur Rahim Faqih (2001: 63-64) terdiri dari:

a. Asas-asas kebahagiaan didunia dan akhirat

Bimbingan dan konseling Islami tujuan akhirnya adalah

membantu klien, atau konseli, yakni orang yang dibimbing,

mencapai kebahagiaan hidup yang senantiasa didambakan oleh

setiap muslim. Sebagaimana tertera dalam firman Allah swt:

بنا آتنا في الدنيا حسنة وفي اآلخرة حسنة وقنا ر يقولن نهم ممو عذاب النار

Artinya: “Dan di antara mereka ada orang yang berdo’a: ya Tuhan

kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. (Q.S. Al-Baqarah: 201). (Depag RI, 2000: 39).

Upaya bimbingan dan konseling Islam terletak pada usaha

membantu dan mengajarkan orang yang membutuhkan kebaikan

hidup didunia dan diakhirat yang seimbang.

b. Asas fitroh

Bimbingan dan konseling Islami merupakan bantuan

kepada klien atau konseli untuk mengenal, memahami dan

menghayati fitrahnya, sehingga segala gerak tingkah laku dan

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

50

tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut. Fitrah yang

ditawarkan dalam bimbingan dan konseling Islam mengarah kepada

kecenderungan manusia untuk kembali kepada jalan Allah swt. yaitu

beragama Islam dengan mengarahkan potensi keimanan dan

ketaqwaan yang tulus dihadapan Tuhanmu. Sebagaimana firman

Allah:

اس عليها لا نلا ر فطيلتقم وجهك للدين حنيفا فطرة الله ا أف تبديل لخلق الله ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس لا يعلمون

Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama

(Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tetapi tidak ada perubahan fitrah Allah, (itukah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Q.S. Ar-Rum: 30). (Depag RI, 2000: 574).

c. Asas “lillahi ta’ala”

Bimbingan dan konseling Islami diselenggarakan semata-

mata karena Allah. Konsekuensi dari asas ini berarti pembimbing

melakukan tugasnya dengan penuh keikhlasan, tanpa pamrih,

sementara yang dibimbing menerima atau meminta bimbingan dan

atau konseling dengan ikhlas dan rela, karena semua pihak merasa

bahwa semua yang dilakukan adalah karena dan untuk pengabdian

kepada Allah semata, sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

51

mahkluk Allah yang harus senantiasa mengabdi pada-Nya. Dalam

firman Allah swt:

ب العالمنير للهتي ونسكي ومحياي ومماتي صالن إ لق

Artinya: “Katakanlah, sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (Q.S. Al-An’am: 162). (Depag RI, 2000: 201).

d. Asas Bimbingan seumur hidup

Manusia hidup tidak akan ada yang sempurna dan selalu

bahagia. dalam kehidupannya mungkin saja manusia akan

menjumpai berbagai kesulitan dan kesusahan. Oleh karena itulah

maka bimbingan dan konseling Islami diperlukan selama hayat di

kandung badan.

e. Asas kesatuan jasmaniah-rohaniah

Seperti telah diketahui dalam uraian mengenai citra

manusia menurut Islam ,manusia itu dalam hidupnya didunia

merupakan satu kesatuan jasmaniah-rohaniah. Bimbingan dan

konseling Islami memperlakukan kliennya sebagai makhluk

jasmaniah-rohaniah tersebut, tidak memandangnya sebagai makhluk

biologis semata atau makhluk rohaniah semata.

f. Asas keseimbangan rohaniah

Rohani manusia memiliki unsur daya kemampuan pikir,

merasakan atau menghayati dan kehendak atau hawa nafsu serta

Page 52: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

52

juga akal. Kemampuan ini merupakan sisi lain kemampuan

fundamental potensial untuk: (1) mengetahui (”mendengar), (2)

memperhatikan atau menganalisis (”melihat”; dengan bantuan atau

dukungan pikiran), dan (3) menghayati (”hati” atau af’idah, dengan

dukungan qalbu dan akal).

g. Asas kemaujudan individu (eksistensi)

Bimbingan dan konseling Islami, memandang seorang

individu merupakan maujud (eksistensi) tersendiri. Individu

mempunyai hak, mempunyai perbedaan individu dari yang lainnya,

dan mempunyai kemerdekaan pribadi sebagai konsekwensi dari

haknya dan kemampuan fundamental potensial rohaniahnya.

h. Asas sosialitas manusia

Manusia merupakan makhluk sosial, hal ini diakui dan

diperhatikan dalam bimbingan dan konseling Islami. Pergaulan,

cinta kasih, rasa aman, penghargaan pada diri sendiri dan orang lain,

rasa memiliki dan dimiliki, semuanya merupakan aspek-aspek yang

diperhatikan didalam bimbingan dan konseling Islam, karena

merupakan ciri hakiki manusia (Aunur, 2002: 200).

i. Asas kekhalifahan manusia

Manusia, menurut Islam diberi kedudukan yang tinggi

sekaligus tanggung jawab yang besar, yaitu sebagai pengelola alam

semesta (“khalifatullah fil ard”). Dengan kata lain, manusia

Page 53: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

53

dipandang sebagai makhluk berbudaya yang mengelola alam sekitar

sebaik baiknya. Sebagai khalifah, manusia harus memelihara

keseimbangan ekosistem sebab problem-problem kehidupan kerap

kali muncul dari ketidakseimbangan ekosistem tersebut yang

diperbuat oleh manusia itu sendiri. bimbingan dan fungsinya tersebut

untuk kebahagiaan dirinya dan umat manusia.

j. Asas keselarasan dan keadilan. Islam menghendaki keharmonisan,

keselarasan, keseimbangan, keserasian dalam segala segi.

k. Asas pembinaan akhlakul karimah. Manusia menurut pandangan

Islam memiliki sifat-sifat yang baik (mulia), sekaligus mempunyai

sifat-sifat lemah.

l. Asas kasih saying. Setiap manusia memerlukan cinta kasih dan rasa

kasih sayang dari orang lain.

m. Asas saling menghargai dan menghormati. Dalam bimbingan dan

konseling Islami kedudukan pembimbing atau konselor dengan yang

dibimbing sama atau sederajat.

n. Asas musyawarah. Bimbingan dan konseling Islami dilakukan

dengan asas musyawarah.

o. Asas keahlian. Bimbingan dan konseling Islami dilakukan oleh

orang–orang yang memang memiliki kemampuan keahlian dibidang

tersebut. (Musnamar, 1992: 20-33).

Page 54: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

54

2.3 Perilaku Amoral

Bangsa Arab merupakan bangsa yang dulunya mengalami masa

kepribadian bangsa yang jahiliyah, kemudian mengalami sebuah transformasi

kepribadian setelah munculnya sebuah kepribadian kolektif yang mengikuti

seorang manusia biasa bernama Muhammad Ibn ‘Abdillah yang berasal dari

suku Quraisy dengan sifat-sifat mulia; jujur, terpercaya, cerdas dan berani

menyampaikan kebenaran. Sebagaimana firman Allah swt:

سنة لمن كان يرجو الله واليوم الآخر سوة ح أد كان لكم في رسول اللهقل اوذكر الله كثري

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah (Muhammad) itu suri

teladan yang baik bagimu orang yang mengharap Allah dan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21) (Depag RI, 2000: 595). Orang-orang yang melakukan peniruan pada perilaku Muhammad

adalah orang-orang yang beruntung dalam hidup ini. Ajaran agama Islam

mengajarkan akhlak al-karimah agar manusia terutama umat Islam bertingkah

laku (berakhlak) sesuai dengan nilai-nilai syari’at Islam dan masyarakat. Kata

akhlaq (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi

pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang

berarti menciptakan. Seakar dengan kata Khaliq (Pencipta), makhluq (yang

diciptakan) dan khalq (penciptaan). Kesamaan akar kata tersebut

mengisyaratkan bahwa dalam akhlaq tercakup pengertian terciptanya

Page 55: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

55

keterpaduan antara kehendak Khaliq (Tuhan) dengan perilaku makhluq

(manusia). Atau dengan kata lain, tata perilaku seseorang terhadap orang lain

dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlaq yang hakiki manakala

tindakan, atau perilaku tersebut didasarkan kepada kehendak Khaliq (Tuhan).

Menurut pendapat Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulum Ad-Din

"Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-

perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan

pertimbangan." (Hamid, 1989: 58). Seorang muslim adalah manusia yang

mempunyai roh yang tinggi, mempunyai jiwa yang matang, dan mempunyai

akal. Allah swt. menyuruh orang-orang untuk melakukan perbuatan yang

ma’ruf dan mencegah perbuatan munkar, dan muslim seperti itulah yang terbaik

menurut firman Allah:

معروف وتنهون عن المنكرتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالنك

Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia menyeru kepada ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.” (QS. Ali-Imran: 110) (Depag RI, 2000: 80).

Melihat ayat diatas bahwa dilahirkan di dunia untuk mengerjakan

perbuatan yang baik dan menjauhkan perbuatan yang jelek, artinya bahwa hal

tersebut terlebih dahulu diterapkan pada pribadi masing-masing untuk

bertingkah laku (akhlak) Islami atau dengan kata lain menjunjung tinggi moral,

kemudian menghindari dari perilaku yang menyimpang kepada syari’at ajaran

agama, norma-norma sosial yang ada.

Page 56: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

56

2.3.1. Pengertian Perilaku Amoral

Perilaku amoral merupakan suatu tindakan dengan sikap yang

dilakukan dengan sengaja dan telah menjadi suatu kebiasaan yang

melawan, kaidah-kaidah agama, adat, serta aturan-aturan yang telah ada

dalam masyarakat. Tindakan amoral merupakan tindakan yang tidak

sesuai dengan moral (akhlak) baik moral dalam hidup bermasyarakat

maupun moral yang tidak sesuai dengan kaidah syariat Islam.

Menurut Kartini Kartono (2003: 191) defisien atau defek moral

(a-moral) adalah kondisi individu yang hidupnya delinquent (nakal,

jahat), selalu melakukan kejahatan, selalu bertingkah laku a-sosial atau

anti-sosial, namun tanpa penyimpangan atau gangguan organis pada

fungsi inteleknya, hanya saja inteleknya tidak berfungsi sehingga terjadi

kebekuan moral yang kroni. (Kartono, 2003: 191).

Islam telah menegaskan bahwa akhlak (moral) manusia harus

sesuai dengan nilai-nilai dalam Al-Qur’an dan hadits, jika norma-norma

sosial, agama dilanggar maka hal tersebut tidak sesuai dengan apa yang

ditegaskan dalam syari’at Islam. Perilaku amoral merupakan suatu

tindakan yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial, adat, serta

kaidah-kaidah dan lain sebagainya, sehingga perilaku amoral merupakan

perilaku yang sangat menyimpang dan tidak sesuai dengan akhlakul

karimah.

Page 57: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

57

Perilaku amoral atau perilaku menyimpang merupakan perilaku

yang tidak sesuai dengan norma-norma, etika. Norma adalah aturan

pokok (kaidah) yang diterima dalam kehidupan masyarakat. Kaidah-

kaidah yang mengatur pribadi manusia mencakup norma kepercayaan

yang bertujuan agar manusia beriman, dan norma kesusilaan yang

bertujuan agar manusia mempunyai hati yang bersih. (Soerjono, 2003:

205).

Setelah kita memahami pengertian perilaku amoral maka dalam

penulisan ini penulis akan menjelaskan tentang aspek-aspek perilaku

amoral dan jenis-jenis perilaku amoral.

2.3.2. Aspek-Aspek Perilaku Amoral

Aspek-aspek perilaku amoral atau ciri-ciri perilaku

menyimpang dibedakan antara lain:

a. Aspek lahiriyah

Deviasi lahiriah yang verbal dalam bentuk kata-kata maki-

makian, slang (logat, bahsa populer), kata kotor tidak senonoh

dan cabul dan lain sebagainya.

Deviasi lahiriah yang non verbal yaitu semua tingkah laku yang

non verbal yang nyata kelihatan.

b. Aspek yang tersembunyi

Aspek ini mencakup tentang sikap hidup, emosi-emosi,

sentimen, dan motivasi yang mengembangkan perilaku

Page 58: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

58

menyimpang, yaitu berupa mens re (pikiran yang paling dalam, yang

tersembunyi); atau berupa itikad kriminal dibalik semua aksi-aksi

kejahatan dan tingkah laku menyimpang. (Kartono, 2003: 14).

Dari kedua aspek diatas dapat disimpulkan bahwa

penyimpangan-penyimpangan terjadi dengan banyak sebab dan

banyak pola dalam pengungkapannya.

2.3.3. Jenis-Jenis Perilaku Amoral

وا منكونلي هبو حزعدا يموا إندع خذوهفات ودع طان لكميإن الش أصحاب السعري

Artinya: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka

anggaplah ia musuh, karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al-Fathir: 6). (Depag RI, 2000: 617).

Telah jelas diterangkan dalam ayat diatas bahwa ajakan

terhadap perbuatan-perbuatan yang negatif adalah mengikuti jalan

syaitan. Perilaku amoral merupakan perilaku yang mengikuti perbuatan

syaitan karena penyimpangan terhadap aturan dasar yang diajarkan

dalam masyarakat maupun ajaran-ajaran agama, tindakan perilaku

amoral berdampak pada pola kehidupan pribadi dan berdampak pula

bagi orang lain, jenis-jenis perilaku amoral antara lain:

Page 59: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

59

a. Perjudian

Perjudian merupakan pertaruhan dengan sengaja yaitu

mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai,

dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada

peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan (kartono,

2003: 52).

Perjudian merupakan salah satu bentuk penyakit yang ada

dalam masyarakat dan sangat berdampak pada diri pelaku judi.

Perjudian dalam masyarakat dapat menaikan jumlah kriminalitas dan

penyimpangan perilaku karena judi berlangsung sebagai penyalur

ketegangan dan nafsu manusia.

b. Pelacuran

Masyarakat telah mengenal lama tentang pelacuran yang

merupakan profesi yang berupa tingkah laku lepas bebas sebagai

bentuk pelampiasan nafsu seks tanpa mengenal batas-batas

kesopanan, dengan demikian pelaku dikenal dengan istilah WTS

atau wanita tuna susila.

Pelacuran merupakan hubungan seks diluar pernikahan,

sehingga jelas melanggar norma-norma sosial serta menentang

ajaran syariat Islam karena dalam Islam hubungan diluar pernikahan

merupakan zina, tentang tampak nyatanya perzinaan. Kini telah

benar-benar terjadi, dalam hal perzinaan telah diadakan pasar tempat

Page 60: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

60

menjajakan kemaksiatan dan dosa besar itu sampai di negeri-negeri

yang penduduknya membangsakan diri mereka dengan Islam.

Bahkan ketika para ulama dan umat Islam memprotes selama

bertahun-tahun agar lokalisasi perzinaan dihapus, ternyata ada suara-

suara sumbang yang seolah meratapi dihapusnya pusat dosa besar

dan penyebaran penyakit berbahaya itu. Sehingga yang terjadi bukan

sekedar tampak nyatanya perzinaan, namun justru pandangan hidup

sebagian orang yang mendukung adanya kemaksiatan dengan aneka

kilah yang dibuat-buat. Ini bukan sekedar jahil terhadap ilmu agama,

namun sengaja menjauhkan diri dari pandangan hidup yang

berlandaskan agama. Zina dalam Islam termasuk diharamkan dan

dosa besar bagi yang melakukannya, Allah swt. berfirman kepada

kaum mu’minin. Surat Al-Isra ayat 32:

بيال الواء سسة وكان فاحش هى إننوا الزبقرت

Artinya: “Dan janganlah sekali-kali melakukan perzinaan, sesungguhnya perzinaan iu merupakan suatu perbuatan yang keji, tidak sopan dan jalan yang buruk.” (Q.S. Al-Isr’a: 32). (Depag RI, 2000: 38).

Islam dengan keras melarang perzinaan serta memberikan

ultimatum yang sangat kejam karena perzinaan dapat mengaburkan

masalah keturunan, merusak keturunan, menghancurkan rumah

Page 61: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

61

tangga, meretakkan hubungan, merajalela penyakit sipilis, kejahatan

nafsu dan merosotnya akhlak (Ghozali, 2002: 154).

c. Minum-minuman Keras (khamr)

Khamr dinamai dengan sebutan yang bukan namanya,

supaya dianggap halal meminumnya, menjualnya dan memakan

hartanya. Ada yang dinamai minuman kesegaran jiwa, ada yang

dinami bir, nabidz, wisky dan lain-lain, dengan nama-nama yang

dihiasi dengan bunga-bunga secara lahiriah, namun isi didalamnya

mengandung dosa dan kefasikan. Dalam hal ini Allah swt. telah

berfirman dalam Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 90.

ايأي آ ه ا الذينمن الماألزو اباألنصو سريالمو رما الخموا إن رجس من عمل الشيطان فاجتنبوه لعلكم تفلحون

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya

(meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Depag RI, 2000: 163).

Pada ayat diatas, Allah swt secara tegas menyatakan

diharamkannya khamr dan judi surat pernyataan yang tegas dan

keras. Khamr dan judi adalah berasal dari perbuatan setan, sedang

setan hanya gemar perbuat yang tidak baik dan mungkar. Justru

Page 62: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

62

itulah Al-Qur’an menyerukan pada umat manusia untuk menjauhi

kedua perbuatan itu sebagai jalan untuk menuju kebahagiaan.

d. Narkoba

Hukum narkotika, ganja, sabu-sabu, putauw, dan lainnya

adalah sama dengan khamr karena ia adalah bahan yang

mengganggu akal dan pikiran. Pengharaman ini disepakati oleh

para ahli fiqih yang pada masa hidupnya muncul bahan-bahan

negatif itu. Di antara para ulama yang terkemuka yang sepakat

dengan hukum ini adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, beliau

mengatakan “ganja haram hukumnya baik yang memabukkan

ataupun yang tidak. Ganja dihirup oleh para pencandunya tidak

lain mereka hendak mencari kesenangan dan mabuk-mabukan.”

(Qardhawi, 2003: 119).

Khamr atau minuman keras, sekarang diistilahkan dengan

sebutan “narkoba” (narkotika, obat-obat terlarang atau keras, dan

alkohol) maka sungguh telah merajalela. Baik dijual belikan,

maupun diminum. Itu terjadi dimana-mana disebagian besar

negara didunia.

Jenis-jenis perilaku menyimpang yang telah disebutkan

merupakan sebagian dari sekian banyak penyimpangan perilaku

yang tidak sesuai dengan norma masyarakat dan terlebih

melanggar kaidah ajaran agama. Perjudian, pelacuran, narkotika,

Page 63: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

63

serta minum-minuman keras perlu perhatian bersama karena dapat

menyerang pada generasi muda sebagai penerus bangsa serta

agama.

2.4 Dakwah Dengan Pendekatan Bimbingan Dan Konseling Islam Terhadap

Perilaku Amoral

Dakwah dengan pendekatan bimbingan dan konseling Islam terhadap

perilaku amoral merupakan sebuah upaya pemberian bantuan layanan atau

pembinaan kepada orang-orang yang secara sosial berperilaku menyimpang dari

norma-norma dalam masyarakat.

Pengertian dakwah dengan pendekatan bimbingan dan konseling Islam

menurut Asmuni Syukir (1983: 20) dikategtorikan dalam tiga segi, yaitu:

1. Pengertian dakwah yang bersifat pembinaan, yaitu suatu kegiatan dakwah

dalam rangka mempertahankan, melestarikan menyempurnakan umat

manusia agar mereka tetap beriman kepada Allah swt. dengan menjalankan

syari’at Islam.

2. Pengertian dakwah yang bersifat pengembangan, yaitu usaha dakwah

dengan melakukan kegiatan yang mengarah pada pembaharuan atau

mengadakan suatu yang belum pernahada sebelumnya.

Perilaku amoral anggota sebagai mad’u (obyek dakwah) adalah sebagai

individu yang kondisinya dalam keadaan cemas karena tingkah lakunya yang

tidak diterima dalam masyarakat karena melanggar nilai-nilai adat. Pada

Page 64: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

64

dasarnya manusia memiliki kekuatan, motivasi untuk berubah, tentunya sebagai

pribadi dan manusia pada umumnya memiliki masalah yang membutuhkan

bantuan dari pihak lain untuk memecahkannya.

Dakwah dengan pendekatan bimbingan dan konseling Islam dalam hal

ini dihadapkan pada dua permasalahan yang meliputi masalah sosiologis dan

psikologis. Oleh karena itu, da’i sebagai konselor Islam perlu menekankan

adanya pendekatan sosiologis dan psikologi.

Secara sosiologis, persoalan dakwah dengan pendekatan bimbingan

dan konseling Islam terhadap perilaku amoral perlu memperhatikan peran

lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Kedua

lingkungan tersebut saling mempengaruhi terhadap kepribadian diri individu,

maka yang diperlukan adalah penyesuaian diri dengan lingkungan karena

perilaku amoral dipengaruhi oleh suatu konteks sosio-kultural dan antar

personal (Kartono, 2003: 17), artinya mengetahui hal-hal yang mempengaruhi

munculnya perilaku amoral adalah dari lingkungan.

Selain pendekatan sosiologis, da’i perlu menggunakan pendekatan

psikologis, dalam membantu menyelesaikan masalah perilaku amoral. Salah

satunya dengan memperhatikan faktor emosional, karena faktor ini sangat

berpengaruh dalam interaksi sosial antara individu dengan lingkungan.

Dalam prakteknya, kedua pendekatan tersebut diatas diaplikasikan

dalam proses bimbingan dan konseling Islam terhadap perilaku amoral dengan

cara mengamati obyek pada setiap perubahannya dan penyimpangannya,

Page 65: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

65

kemudian dengan pendekatan secara pribadi untuk mengetahui latar belakang

munculnya masalah tersebut (perilaku amoral).

Dengan demikian diharapkan fungsi dakwah dengan pendekatan

bimbingan dan konseling Islam dapat terwujud dengan mengadopsi pendapat

Aunur Rahin Faqih (2001) fungsi tersebut antara lain:

a. Fungsi preventif, yakni membantu individu menjaga atau mencegah

timbulnya masalah bagi dirinya.

b. Fungsi kuratif atau korektif, yakni membantu individu memecahkan

masalah yang sedang dihadapi atau dialami.

c. Fungsi preservatif, yakni membantu individu menjaga agar situasi dan

kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) yang telah menjadi

baik (terpecahkan) itu kembali menjadi tidak baik (menimbulkan masalah

kembali).

d. Fungsi developmental atau pengembangan, yakni membantu individu

memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar

tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkan menjadi

sebab munculnya masalah baginya.

Page 66: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

66

BAB III

YAYASAN SEKAR MIRAH DAN METODE PEMBINAAN ROHANI

TERHADAP PERILAKU AMORAL ANGGOTA

3.1 Sejarah Berdiri dan Perkembangannya

Indonesia merupakan sebuah negeri yang tidak saja kaya akan sumber

alamnya, akan tetapi kaya juga dalam berbagai hal yang bersifat non fisik

seperti halnya keberagaman masyarakatnya. Seiring dengan perkembangan

masyarakat Indonesia dari era Orde Baru ke era Reformasi semakin banyak

bermunculan institusi-institusi baru yang mengarahkan pada proses kedepan

yang lebih baik untuk menuju masyarakat yang madani.

Dari proses zaman itulah Sekar Mirah merasa ikut terpanggil untuk

memberikan sumbangsihnya meski hanya bernilai relatif kecil. Namun, dari

kecil inilah nantinya akan tumbuh berkembang bersama-sama dengan

perkembangan alam dan manusia disekitarnya. Berasal dari embrio organisasi

yang bergerak dibidang terapi penyembuhan alternatif dengan menggunakan

metode pernafasan dzikir, individu-individu yang ada dalam Sekar Mirah

merasa perlu lebih mengembangkan dan memperluas jaringan organisasinya

maupun kinerjanya. Maka beberapa pemikiran seperti membuat U.B (Usaha

Bersama) menjadi suatu kebutuhan dari pada anggota Sekar Mirah. Hal ini

bertujuan untuk merapatkan tali silaturahmi antar anggota agar terjalin secara

terus-menerus. Begitu juga dengan pendalaman materi keimanan dalam bentuk

66

Page 67: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

67

siraman rohani menjadi sesuatu yang sangat urgen dalam kondisi masyarakat

yang sudah resah lahir dan batin seperti sekarang.

Sejarah berdirinya yayasan Sekar Mirah dapat diketahui dari sumber

dokumentasi yayasan Sekar Mirah dan dari wawancara dengan beberapa

pengurus di yayasan tersebut.

Sekar Mirah merupakan kepanjangan dari “Sehat Karena Mencari Ilmu

Rahasia Allah”. Pada prinsipnya ilmu yang kita pelajari ini merupakan bagian

dari suatu ibadah yang lebih kita spesifikkan. Hal ini karena dalam Sekar Mirah,

untuk meningkatkan ketaqwaan dan keimanan anggotanya baik secara lahir

maupun batin, dilandasi dengan kesehatan jasmani dan rohani. Sehingga dalam

praktek kesehariannya selalu mengamalkan aurad (wirid) yang bersifat meng-

Esakan Allah swt, yang biasanya disebut dengan metode dzikir sir. Dari metode

dzikir sir inilah akan dibangkitkan simpul-simpul tenaga dalam yang ada dalam

setiap tubuh manusia secara umum.(Wawancara dengan Pembina Slamet

Ortega, 21-30 WIB, Sabtu, 24 Desember 2005).

Berdasarkan pada banyaknya moment penting yang mendorong yayasan

Sekar Mirah berdiri, maka pada tanggal 29 Oktober 1999 yayasan Sekar Mirah

diakta-notariskan dinotaris Nyonya Lili Hidayati, SH., yang wilayah kerjanya

seluruh Kecamatan di Kabupaten Tegal dengan no notaris C-

1592.HT.03.01.TH. 1999 dan kantor kesekretariatan terletak di jalan Modes No.

788/ 790 Balapulang Wetan Tegal. (Dokomen tentang sejarah dan profil

yayasan Sekar Mirah).

Page 68: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

68

Dalam perkembangannya yayasan Sekar Mirah yang berkiprah dalam

bidang sosial kemasyarakatan telah memberikan sumbangsih kepada

masyarakat sekitar, sebagai buktinya adalah keluarga besar yayasan Sekar

Mirah mengadakan gurah massal kepada masyarakat sekitar yang bertujuan

sebagai usaha penyebuhan alternatif non infeksi. Disisi lain, dalam

perkembangannya yayasan Sekar Mirah sering mengadakan acara-acara penting

seperti partisipasi aktif dalam PHBI, pengobatan alternatif non infeksi,

penanganan panyalah gunaan narkoba, yang dibuka secara umum.

Pada prakteknya dalam menyelenggarakan setiap kegiatan, segenap

pengurus yayasan Sekar Mirah tidak bersifat profit (komersil) karena Sekar

Mirah berusaha membantu bukan meraih keuntungan. Walaupun demikian,

masih sangat kurangnya feed back dari masyarakat.

Perkembangan yayasan Sekar Mirah sekarang dirasakan oleh para

anggotanya yang telah selesai melewati proses pembinaan dan dapat kembali

kedalam masyarakat dengan mampu membuat usaha bersama (U.B) sesama

anggota, dan bentuk usaha tersebut menyesuaikan dengan kodisi mata

pencaharian masyarakat seperti misalnya, dengan usaha jual beli kayu,

membuka furniture (mebel), berdagang, dan ada juga anggota yang membuka

praktek pengobatan sendiri diluar lingkungan Sekar Mirah berada. Dengan kata

lain dalam perkembangannya Sekar Mirah telah mencetak generasi muda yang

bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat.

Page 69: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

69

Dalam hubungan dengan pihak luar Sekar Mirah telah membuka

kerjasama dengan yayasan-yayasan yang sama-sama bergerak dalam bidang

sosial, pondok-pondok pesantren, dan secara umum membuka kerjasama

dengan pihak manapun. Namun hingga saat ini belum adanya kerjasama dengan

lembaga-lembaga pemerintahan yang terkait, yang bertujuan membantu serta

memberikan bimbingan kepada anggota masyarakat yang membutuhkan,

terutama generasi muda sebagai penerus bangsa. (Wawancara dengan Pembina

Slamet Ortega, 21-30 WIB, Sabtu, 24 Desember 2005).

3.1.1 Profil Yayasan Sekar Mirah

Penjabaran diatas merupakan gambaran singkat tentang yayasan

Sekar Mirah dan perkembangannya didalam masyarakat hingga

sekarang. Profil yayasan Sekar Mirah secara detail akan dijabarkan pada

point-point berikut (Dokomen tentang sejarah dan profil yayasan Sekar

Mirah):

3.1.1.1 Tujuan yayasan Sekar Mirah

a. Mendidik manusia secara umum yang tadinya bermental

rusak, untuk kembali kepada fitrahnya sebagai hamba

Allah swt.

b. Memberi alternatif hidup sehat dengan pendekatan

keimanan secara lahir dan batin serta Islami.

c. Memberikan pertolongan kepada masyarakat disekitar

lingkungan Sekar Mirah berada tanpa pandang bulu.

Page 70: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

70

d. Mempererat tali silaturahmi atau persatuan dan kesatuan

diantara anggotanya dengan lingkungan disekitar Sekar

Mirah berada.

3.1.1.2 Target

a. Menciptakan manusia-manusia yang sadar akan

kekurangan dan kelebihannya baik secara pribadi maupun

kelompok.

b. Pencerahan kembali kepada jiwa mereka yang selama ini

rusak karena budaya negatif.

c. Menciptakan kesadaran berorganisasi.

d. Membentuk usaha bersama untuk memenuhi kebutuhan

hidup secara ekonomi.

3.1.1.3 Azaz

Pancasila dan UUD 45 beserta amandemennya, dengan

penekanan pada unsur-unsur aqidah Islam.

3.1.1.4 Sifat Dasar

Sekar Mirah bersifat independen:

a. Tidak berada dibawah naungan organisasi manapun

b. Tidak berada dibawah jam’iyah manapun.

3.1.1.5 Usaha

a. Pembangkit tenaga dalam dengan penekanan bukan pada

bela diri semata, akan tetapi lebih pada pentingnya akan

Page 71: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

71

kesehatan jasmani maupun rohani, melalui latihan-latihan

secara reguler serta terbagi dalam kelas-kelas menurut

tingkatan-tingkatan dalam kelompok.

b. Terapi atau penyembuhan alternatif dengan menggunakan

penyaluran hawa atau tenaga murni (tenaga dalam) kepada

pasien, dengan menjauhkan kepercayaan mistis dan

perdukunan (klenik) kepada pasien sehingga

menumbuhkan rasionalisasi (rasio) pada pasiennya.

c. Gurah, terapi dengan menggunakan formula tradisional

untuk menjernihkan pita suara dan penyembuhan penyakit-

penyakit.

d. Terapi khusus bagi korban narkoba yang menginginkan

kesembuhan, dengan metode penyaluran hawa murni

(tenaga dalam serta bimbingan mental kerohanian secara

Islami.

e. Membentuk usaha bersama (UB) secara kolektif sesama

anggota Sekar Mirah dalam bentuk ekonomis.

f. Mengadakan bimbingan mental kerohanian secara reguler

kepada anggota dan umum, dalam bentuk kajian-kajian

agama Islam yang dispesifikan pada pendidikan nafsu

(tarbiyatun nafsi). (Dokumen tentang Sejarah dan Profil

yayasan Sekar Mirah).

Page 72: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

72

3.1.2 Struktur Organisasi Yayasan Sekar Mirah

Berikut penulis gambarkan diagram sruktur susunan

kepengurusan yayasan Sekar Mirah dari dewan kepengurusan maupun

tim pembina dan tim pelatih yang ada sesuai dengan fungsi dari masing-

masing jabatan. (Dokumen tentang Sejarah dan Profil Yayasan Sekar

Mirah).

STRUKTUR ORGANISASI YAYASAN SEKAR MIRAH

Ketua Umum

Bidang Pelatihan

Sekretaris

Devisi-Devisi

Ketua I

Bendahara

Bidang Penyembuhan

Alternatif

Bidang Kerohanian

Bidang Sosial&Humas

Pelindung

Page 73: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

73

Keterangan:

Dewan Pengurus

Pelindung : Laksamana (Purn.) H. Kumoro Utoyo

Ketua Umum : Yanto

Ketua I : Aspuri

Sekretaris : Lili

Bendahara : Margono

Koordinator

Devisi Bidang Pelatihan : Kusno Sujarwadi

Devisi Bidang Kerohanian : Jamaludin

Devisi Bidang Sosial & Humas : Pujianto

Devisi Bidang Penyembuhan Alternatif : Muhidin

Dewan pembina dan tim pelatihan diluar struktur kepengurusan

organisasi yayasan Sekar Mirah antara lain:

Pembina : H. Abdul Latif

Slamet Ortega, S.E

Tim Pelatih : Yanto

Sapuri

Jamaludin

Kusno Sujarwadi

Pujianto. (Dokomen tentang sejarah dan profil

yayasan Sekar Mirah).

Page 74: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

74

Keterangan fungsi sebagai berikut:

a. Pelindung adalah orang bertugas memberi perlindungan

pada organisasi bila terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan.

b. Ketua Umum adalah bertanggung jawab dan koordinator

umum dalam pelaksanaan tugas-tugas intern

dan ekstern organisasi.

c. Ketua I adalah penanggung jawab dan koordinator

kegiatan dalam bidang pembinaan,

pengembangan dan pemberdayaan organisasi.

d. Sekretaris adalah penanggung jawab dan koordinator

kegiatan bidang kesekretariatan, kearsipan, dan

publikasi.

e. Bendahara adalah penanggung jawab dan koordinaor

kegiatan bidang keuangan dan perlengkapan

organisasi.

f. Dev. Pelatihan adalah sebagai instruktur bertanggung jawab

dalam mengawasi, melatih, mengontrol secara

rutin atau reguler pada anggotayangdibimbing

dan memberikan laporan secara periode kepada

pembina atas kemajuan anggota yang dilatih.

Page 75: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

75

g. Dev. Kerohanian adalah membuat jadwal serta menyiapkan

materi yang akan disampaikan pada setiap

pertemuan agar materi tersebut tetap aktual.

h. Dev. Sosial & Humas adalah bertugas berkoordinasi dengan

masyarakat atau lembaga yang ada

dilingkungan sekitar maupun pondo-pondok

pesantren.

i. Dev. Peny. Alternatif adalah memberikan layanan penyembuhan non

infeksi, psikis kepada yang membutuhkan, yang

diadakan secara reguler maupun secara umum

pada PHBI dengan pendekatan rasional (non

klinik).

j. Pembina adalah penanggung jawab dalam memberikan

pembinaan kepada para anggota dalam hal

pengembangan, pemberdayaan secara langsung

maupun melalui tim pelatih tentang controlling

anggota.

k. Anggota adalah obyek (mad’u) yang dibina, yang

mengikuti proses kegiatan pembinaan

(rehabilitatif) di yayasan Sekar Mirah. Anggota

dibedakan menjadi dua, yaitu anggota aktif dan

pasif, anggota aktif merupakan anggota yang

Page 76: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

76

mempunyai hak dan kewajiban mengikuti

kegiatan dan mengembangkan yayasan.

Anggota pasif adalah anggota yang hanya

memerlukan bantuan dan secara sukarela

mengikuti kegiatan. (Dokumen tentang Sejarah

dan Profil Yayasan Sekar Mirah).

3.2 Penyebab Munculnya Perilaku Amoral Anggota Yayasan Sekar Mirah

Dalam realitas kehidupannya, anggota yayasan Sekar Mirah banyak

menghadapi permasalahan baik dilingkungan tempat tinggalnya, maupun

lingkungan pergaulan. Lingkungan hidup yang mereka hadapi membawa

permasalahan-permasalahan yang sangat rentan dengan kekerasan sehingga

membawa dampak negatif yang lebih buruk bagi orang lain terlebih bagi

dirinya. Dampak negatif yang muncul dikarenakan oleh dua faktor, yaitu dari

lingkungannya sendiri (intern) dan dari lingkungan secara umum (ekstern),

Adapun macam-macam masalah yang melatarbelakangi munculnya perilaku

amoral anggota yayasan Sekar Mirah berdasarkan faktor lingkungan dibedakan

menjadi dua macam, yang meliputi:

1. Lingkungan sendiri (intern)

Lingkungan intern yang dihadapi mereka merupakan problem yang

sangat mempengaruhi pada pola perilaku anggota yayasan Sekar Mirah baik

problem tersebut karena dirinya maupun problem tersebut muncul dari

Page 77: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

77

kondisi keluarga yang kurang harmonis. Beberapa problem yang mereka

hadapi diantaranya adalah:

a. Problem pendidikan

Persoalan pendidikan menjadi sesuatu yang sangat mendasar

yaitu menjadi tolak ukur dalam berbagai hal seperti halnya ketika

beradaptasi dengan lingkungan mereka harus bisa menghadapi

kenyataan-kenyataan hidup. Persoalan rendahnya tingkat pendidikan dan

rendahnya sumber daya manusia menjadi sebuah kenyataan dikalangan

anggota yayasan yang berperilaku amoral (Wawancara dengan

Pengurus, Yanto, 20-00 WIB, Minggu, 25 Desember 2005)

Pendidikan mempengaruhi pola pikir mereka, sehingga dalam

menghadapi setiap persoalan-persoalan maupun dalam menentukan

pilihan mereka tidak terpikir dengan baik dan lebih menekankan pada

kebebasan melakukan tindakan. Pendidikan merupakan persoalan yang

sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Ketika pendidikan

sangat rendah maka akan mudah memunculkan sikap atau tindakan yang

melanggar suatu ketentuan (tindakan amoral) karena keterbatasan serta

kurangnya pemahaman tentang norma-norma serta adat.

b. Problem keluarga

Keluarga merupakan lingkungan yang sangat mempengaruhi

pada diri seseorang, karena keluarga merupakan tempat tumpuan dan

sandaran hidup setiap manusia. Keluarga merupakan lingkungan

Page 78: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

78

pendidikan dasar yang sangat mempengaruhi baik pada pola berfikir

maupun bekal untuk pergaulan dilingkungan luar.

Perilaku amoral dapat disebabkan dari lingkungan keluarga yang

penuh dengan problem-problem yang sangat berdampak pada anggota

keluarga. Diantara problem-problem tersebut antara lain:

1). Problem psikologis

Keluarga yang bermasalah akan sangat mempengaruhi

perilaku anggota keluarganya. Jika permasalahan yang ada tak

menemukan jalan penyelesaian maka akan berdampak pada

psikologis anggota keluarga sehingga pola pergaulan akan merasa

berbeda pada lingkungan masyarakat.

Beban psikologis yang disebabkan oleh permasalahan dalam

keluarga akan terus terbawa keluar, sehingga individu akan merasa

membutuhkan kebebasan dalam hal apapun, dan pada akhirnya akan

muncul sikap amoral demi sebuah kebebasan liar tanpa batas.

Kebebasan mereka anggap sebagai sesuatu yang sangat

menyenangkan karena beban kejiwaan yang selama ini

membelenggu dalam diri mereka terasa hilang. Dari kebebasan

tersebut maka akan memunculkan sikap serta tindakan sesuka hati

sehingga tanpa sadar maupun sadar telah melanggar norma-norma

sosial.

Page 79: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

79

2). Problem pemenuhan kebutuhan hidup (ekonomi)

Pendidikan yang rendah serta pola pikir yang pragmatist dan

serba instant mempengaruhi mereka sehingga kesempatan

memperoleh pekerjaan sangat sedikit dan pendapatan keluarga

kurang, padahal dalam keluarga memerlukan penghasilan cukup

untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Problem tersebut

menjadi latar belakang munculnya problem kurangnya pemenuhan

kebutuhan hidup.

Pemenuhan kebutuhan hidup sangat penting dalam keluarga

karena kebutuhan hidup merupakan roda perekonomian didalam

keluarga. Namun, apabila penghasilan yang mereka dapatkan kecil

dan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup maka alternatif yang

ditempuh adalah mencari penghasilan tambahan dari luar.

Penghasilan dari luar kadang kala tidak menghiraukan halal atau

haram, akan tetapi yang terpenting adalah memperoleh pendapatan

yang lebih dan mampu memutar roda perekonomian dalam keluarga.

(Wawancara dengan Pengurus, Pujianto, 20.30 WIB, 24 Desember

2005).

2. Lingkungan secara umum (ekstern)

Lingkungan luar bagaimanapun keadaannya akan sangat berdampak

pada diri seseorang, Apabila lingkungan yang mereka hadapi dalam keadaan

baik, maka kepribadian individu akan sesuai dengan masyarakat akan tetapi

Page 80: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

80

sebaliknya apabila lingkungan masyarakatnya tidak dalam kondisi yang

rusak maka akan buruk pula perilaku serta kepribadian individu. Perilaku

amoral anggota yayasan Sekar Mirah dilatarbelakangi oleh beberapa faktor

dari lingkungan luar, antara lain:

a. Faktor pergaulan

Lingkungan pergaulan yang ada, pada umumnya memberi

pengaruh pada individu baik pengaruh buruk maupun pengaruh baik

sehingga akan menjadi kebiasaan bagi individu-individu yang ada

didalamnya. Pola pergaulan anggota yayasan Sekar Mirah memberikan

pengaruh yang buruk pada dirinya sendiri karena lingkungan pergaulan

mereka dalam kondisi yang sudah buruk.

Pergaulan mereka mengajarkan kebiasaan-kebiasaan negatif

yang mudah ditiru anggota. Kebiasaan tersebut antara lain:

1). Perjudian

Bila pemenuhan kebutuhan mereka rasakan kurang mampu

mencukupi kehidupan sehari-hari, maka mereka mencari jalan keluar

dengan berusaha mendapatkan penghasilan tambahan dari luar

pekerjaan. Persoalan kurangnya kebutuhan hidup membawa mereka

mencari jalan pintas dengan adu nasib (judi), karena lingkungan

pergaulan yang mereka ikuti telah terbiasa dengan perjudian.

Hasil wawancara dengan saudara Saprudin menuturkan

pengalamannya; “judi membuat saya jadi terbiasa. Awalnya judi

Page 81: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

81

mengasikkan tapi lama-lama saya berfikir, ternyata antara untung

dan rugi lebih banyak ruginya. Jadi, ya saya tinggalkan walaupun

awalnya sangat sulit” (Wawancara dengan Anggota, Saprudin, 21

Desember 2005).

Kebiasaan berjudi membawa dampak buruk yang lain yaitu

pemalakan (penodongan), mencuri, dan lain-lain, hal ini disebabkan

karena kurangnya modal untuk berjudi maka mereka mencari dengan

cara yang mereka anggap sangat mudah.

2). Miras dan Narkoba

Lingkungan pergaulan mendidik mereka dengan kebiasaan

mengkonsumsi narkoba karena dengan mengkonsumsinya mereka

merasa bebas dari masalah.

Seperti saudara Joko yang sudah lama terbiasa meminum

minuman keras. Dia menuturkan: “lingkungan pergaulan kami

sudah terbiasa dengan minum-minuman keras, judi, bahkan molimo,

kami merasa lebih tak terbebani permasalahan jika kami sudah

menikmatinya”. (Wawancara dengan Anggota, Joko, 22 Desember

2005)..

3). Perkelahian

Lingkungan pergaulan yang bebas serta ajang pemenuhan

kebutuhan hidup membuat mereka beranggapan siapa yang kuat

maka maka ia berkuasa. Dengan melihat hal tersebut perkelahian

Page 82: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

82

menjadi hal yang biasa demi mencapai pemuasan diri sendiri.

“Anggota Sekar Mirah yang berperilaku amoral rata-rata senang

berkelahi”, tutur Saudara Slamet Ortega pembina yayasan Sekar

Mirah”. (Wawancara dengan Pembina, Slamet Ortega, 24 Desember

2005).

Pergaulan merupakan faktor utama yang memunculkan

tindakan amoral anggota yayasan Sekar Mirah, karena pola

pergaulan telah terbiasa dengan sesuatu yang sangat berpengaruh

negatif pada diri mereka, sehingga secara individu mereka pun akan

terbiasa dengan kebebasan yang sebenarnya dapat merugikan diri

mereka sendiri.

b. Faktor budaya

Faktor budaya luar yang masuk merupakan faktor yang sangat

besar mempengaruhi serta memberikan kemungkinan lebih cepat diikuti

baik buruknya tanpa menfiternya. Pola pergaulan yang ada tanpa

disadari merupakan lingkungan pendidikan bagi individu-individu,

mereka tidak dapat memilah-milah baik buruknya budaya yang masuk.

Budaya hidup bebas serta tidak sesuai dengan adat lingkungan

yang dibawa dari tempat perantauan (perkotaan) memberikan dampak

buruk bagi orang-orang yang asal meniru tanpa memahami bahwa

budaya tersebut tidak sesuai dengan hukum dalam masyarakatnya.

Sebenarnya tidak ada masalah jika kebudayaan yang masuk bernilai

Page 83: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

83

benar, tapi jika kebudayaan yang dinilai sangat bertentangan dengan

norma positif dan dipakai dalam kehidupannya, maka ini akan

menimbulkan akibat yang bernilai negatif (Wawancara dengan

Pengurus, Mbak Lili, 20 Desember 2005).

Berikut tabel problem penyebab perilaku amoral anggota yayasan Sekar

Mirah hingga akhir tahun 2005 yang bersumber dari internal maupun eksternal.

TABEL I

PROBLEM PENYEBAB MUNCULNYA PERILAKU AMORAL

PROBLEM PENYEBAB MUNCULNYA PERILAKU AMORAL JUMLAH A. Faktor Intern Anggota

1. Pendidikan 7 orang 2. Keluarga 2 orang 3. Pemenuhan kebutuhan hidup 8 orang

B. Faktor Ekstern 1. Pergaulan

a. Perjudian 10 orang b. Miras dan Narkoba 15 orang C Perkelahian 6 orang

2. Budaya 2 orang Jumlah 50 orang

3.3 Profil Anggota dan Bentuk-Bentuk Perilaku Amoral

Didalam yayasan Sekar Mirah terdapat dua jenis anggota yaitu anggota

aktif dan anggota pasif. Anggota aktif yang merupakan anggota yang telah

melewati pembinaan, dan lamanya pembinan ditentukan dari bagaimana respon

anggota terhadap pembinaan yang diberikan, para anggota aktif tersebut diatas

telah merasakan manfaat dari hasil pembinaan. Semua anggota yang masih aktif

Page 84: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

84

mempunyai tanggung jawab tentang perkembangan yayasan. (Wawancara

dengan Pengurus, Yanto, 20-00 WIB, Minggu, 25 Desember 2005).

Anggota yang masih dalam tahap pembinaan dan dibina lebih spesifik,

artinya bahwa anggota tersebut harus melalui tahapan pembinaan dasar yaitu

wajib mengikuti semua kegiatan. Peran para pembina dalam menangani anggota

yang masih tergolong baru tersebut selain memberikan perhatian dalam setiap

kegiatan, juga lebih menekankan control atau pengawasan. Anggota yayasan

Sekar Mirah yang aktif hingga akhir tahun 2005 sebanyak 50 orang, yang terdiri

dari 42 laki-laki dan 8 perempuan. Berdasarkan bentuk perilaku amoral anggota

yayasan Sekar Mirah secara keseluruhan anggota yang mengikuti proses

pembinaan rohani hingga akhir tahun 2005 dibedakan antara lain:

a. Bentuk perilaku amoralnya sebagai penjudi

b. Bentuk perilaku amoralnya sebagai pemabuk

c. Bentuk perilaku amoralnya sebagai preman

d. Bentuk perilaku amoralnya sebagai pecandu narkoba

Dari keempat bentuk perilaku amoral anggota yayasan Sekar Mirah

yang tersebut diatas merupakan perubahan perilaku yang disebabkan oleh faktor

intern dan ekstern yang telah disebutkan sebelumnya.

Beriku penulis sebutkan bentuk perilaku amoral anggota yayasan Sekar

Mirah keseluruhan anggota yang telah atau masih dalam proses pembinaan

hingga akhir tahun 2005.

Page 85: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

85

TABEL II

BENTUK PERILAKU AMORAL ANGGOTA

BENTUK PERILAKU AMORAL ANGGOTA JUMLAH 1. Bentuk perilaku amoral sebagai penjudi 13 orang 2. Bentuk perilaku amoral sebagai pemabuk 22 orang 3. Bentuk perilaku amoral sebagai preman 5 orang 4. Bentuk perilaku amoral sebagai pecandu narkoba 10 orang JUMLAH 50 orang

Berikut ini penulis lampirkan daftar anggota yayasan Sekar Mirah yang

50 anggota masih aktif yang masih dalam proses pembinaan rohani, antara lain:

- Adi Kurniawan - Yusro Pamungkas - Suntoyo

- Imam Haryanto - Nuridin - Jaelani

- Chakim - Abdul Jalil - Darsono

- Daruni - Nurcholis - Milik

- Suroso - Rochedi - Rochani

- Sumarni - Jaenal - Sripeni

- Nurhikmah - Moch. Wanudin - Toto Suprapto

- Prayogo - Urip Puji Rahayu - Eko Budi

- M. Rakwid - Jamili - Suharti

- Zaenul Mustofa - Saprudin - Ahad Haryanto

- Munawar - Eko Priyanto - Saeful

- Faizin - Edi Suratno - Saeful Aziz

- Machrudi - Dwi Adi Widodo - Kurniawati

- Heri. S - Joko. P - Sigit. R

Page 86: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

86

- M. Iskandar - Aji Mularto - Jasmani Aji

- Mundhiroh - M. Sugiarto - Turiman

Anggota-anggota pasif yang tak disebutkan merupakan para anggota

yang hanya mengikuti kegiatan yang bersifat latihan saja secara sukarela,

sehingga setelah selesai melewati masa latihan para anggota pasif tidak aktif

lagi dalam kegiatan yang lainnya. Kebanyakan anggota yang pasif hanya lebih

kepada latihan fisik untuk kesehatan secara jasmani.

3.4 Tujuan dan Materi Pembinaan Rohani

Pola pembinaan rohani terhadap perilaku anggota yayasan Sekar Mirah

dalam upaya mencapai keberhasilan dapat dijabarkan dalam tujuan pembinaan

dan materi pembinaan. Sebelum penulis mengemukakan tentang metode

pembinaan rohani yang diterapkan di yayasan Sekar Mirah, terlebih dahulu

penulis menjelaskan tujuan dan materi pembinaan rohani di yayasan Sekar

Mirah.

3.4.1 Tujuan pembinaan rohani

Tujuan yang telah tertulis dalam dokumen-dokumen yayasan

Sekar Mirah merupakan tujuan secara umum, tujuan yang penulis

dapatkan dari wawancara dengan Saudara Slamet Ortega (Wawancara

dengan Pembina, Slamet Ortega, 24 Desember 2005) adalah sebagai

berikut:

Page 87: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

87

Membentuk pribadi anggota yang bertaqwa kepada Allah dan

Rasulnya serta berwawasan luas tentang ilmu pengetahuan agama

yang disertai akhlakul karimah.

Membimbing anggota agar mampu merubah perilaku yang

menyimpang sehingga dapat diterima di masyarakat dan membantu

anggota dalam mengembangkan ketrampilan agar dapat bermanfaat

dalam masyarakat melalui pelatihan-pelatihan pengobatan alternatif.

Ikut berpartisipasi dalam melaksanakan program pemerintah yaitu

membangun manusia seutuhnya dan ikut serta mencerdaskan

kehidupan bangsa.

3.4.2. Materi Pembinaan

Materi merupakan salah satu komponen yang sangat penting

dalam rangka bimbingan penyuluhan. Materi pembinaan rohani yang

dilakukan di yayasan Sekar Mirah diberikan pada anggotanya melalui

dua kesempatan yaitu pada saat latihan rutin yang merupakan kegiatan

yang sangat penting, kemudian pertemuan yang merupakan forum

terbuka bagi anggota.

a. Materi pembinaan saat latihan rutin

Materi pembinaan secara rutin diberikan saat latihan yang

merupakan kegiatan untuk memberikan ketrampilan pada anggota

sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Dalam menjalankan

latihan Sekar Mirah mengembangkan dua bentuk latihan yaitu fisik

Page 88: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

88

dan non fisik. Latihan fisik dengan menggunakan jurus atau gerakan

yang beraturan.

Sedangkan non fisiknya adalah dengan Aurad (wirid) yang

dilakukan secara rahasia atau dalam hati yang diselaraskan dengan

gerakan jurus yang diperagakan. Sebelum masuk pada tatanan jurus

diperkenalkan latihan kepekaan tanpa jurus dalam rangka

memperbaiki cara olah nafas yang benar. Latihan-latihan Sekar

Mirah dilakukan secara rutin oleh anggota dengan penerapan latihan

bersama yang diadakan setiap minggu sekali, sedang untuk setiap

harinya dilakukan secara mandiri di rumah masing-masing dengan

jadwal tetap (Dokumen Sejarah dan Profil Yayasan Sekar Mirah).

Materi-materi yang diberikan kepada anggota adalah dalam

bentuk pendidikan nafsu (tarbiyatun nafsi) dengan melalui latihan-

latihan pernafasan yang didalamnya mengandung nilai-nilai

”ketauhidan” sebagai bahan perenungan bagi para anggota yang

bertujuan memberikan pendidikan dan serta mengembangkan

ketrampilan-ketrampilan yang nantinya akan bermanfaat bagi

masyarakat.

b. Materi pembinaan saat pertemuan santai

Pertemuan yang dimaksudkan adalah pertemuan dalam

keadaan santai yang mengedepankan curhat dari anggota dan lebih

Page 89: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

89

menitik beratkan pada upaya pembinaan rohani terutama pada

anggota-anggota yang berperilaku amoral.

Materi pembinaan memberikan penerangan kepada anggota

sebagai salah satu usaha memberi pengertian, dalam upaya

pembinaan yang diterapkan mengandung nilai-nilai keislaman dan

dilakukan dengan cara diskusi. Adapun beberapa materi pembinaan

yang dilaksanakan yayasan Sekar Mirah. Dari data yang diperoleh

melalui wawancara dengan pembimbing, materi yang disampaikan

pembimbing lebih kepada pendidikan agama dan sosial

kemasyarakatan, (Wawancara dengan Pembina, Slamet Ortega, 21-

30 WIB, Sabtu, 24 Desember 2005). Materi-materi tersebut meliputi:

1). Tauhid atau Keimanan

Materi ini adalah materi yang sering disampaikan

pembimbing kepada para anggota yayasan Sekar Mirah. Hal ini

bertujuan untuk menanamkan keyakinan atau kepercayaan

beragama yang kuat kepada para anggota, sehingga dengan

seringnya materi ini disampaikan, maka diharapkan akan

bertambah tebalnya iman.

2). Mu’amalah

Materi ini disampaikan kepada anggota dengan harapan

akan memberikan pengertian dan penjelasan mengenai hubungan

Page 90: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

90

manusia dengan manusia yang lainnya. Dengan materi ini

diharapkan dapat menanamkan nilai hidup sosial kepada

anggota. Dari hasil observasi, materi ini disampaikan dengan

lisan, selain itu dengan metode keteladanan dari para

pembimbing.

3). Akhlak

Materi akhlak yang di sampaikan kepada para anggota

disampaikan melalui metode lisan dan keteladanan. Materi ini

bertujuan untuk memberikan pengertian dan contoh-contoh

untuk berbuat sesuai dengan ajaran agama seperti: gotong

royong, sopan santun, ramah jujur dan lain-lainnya.(Wawancara

dengan Pembina, Slamet Ortega, 21-30 WIB, Sabtu, 24

Desember 2005).

3.5 Metode Pembinaan Rohani

Metode pembinaan rohani di yayasan Sekar Mirah terbagi dalam

beberapa metode yang telah tersusun sebagai berikut:

3.5.1 Metode diskusi atau tanya jawab

Metode diskusi atau tanya jawab merupakan metode langsung

yang diterapkan di yayasan Sekar Mirah, dalam metode diskusi atau

tanya jawab devisi kerohanian bertanggung jawab penuh dari mulai

persiapan materi hingga mempersiapkan bentuk acaranya.

Page 91: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

91

Metode diskusi atau tanya jawab bertujuan memberikan

pemahaman tentang nilai-nilai ajaran agama Islam sebagai pondasi dasar

anggota baik dalam syari’at maupun lebih menekankan pada tauhid

(keimanan), muamalah, dan akhlak. Metode ini diberikan dengan materi

kepada anggota agar para anggota mengetahui hakekat sesuatu,

mendorong menuju kondisi perilaku yang baik (akhlak al-karimah), dan

membekalinya dengan ajaran agama Islam.

Dalam prakteknya devisi kerohanian menyampaikan materi

diskusi kepada para anggota, kemudian dilanjutkan dengan diskusi tanya

jawab dengan memberikan kesempatan terlebih dahulu pada anggota

untuk bertanya tentang materi yang telah disampaikan oleh devisi

kerohanian, sehingga materi yang disampaikan dapat diterima anggota.

Metode ini dilaksanakan satu kali pertemuan dalam satu minggu.

Metode diskusi atau tanya jawab hubungan antara pemateri dan

anggota tidak seperti halnya hubungan guru dengan murid, akan tetapi

lebih pada hubungan yang bernuansa kekeluargaan, hal ini merupakan

satu upaya agar diskusi berjalan dengan baik sehingga perasaan tidak

merasa digurui akan tetapi lebih kepada merasa seperti “ngobrol”.

3.5.2 Metode individual atau perorangan

Metode individual atau perorangan yang dilaksanakan diyayasan

Sekar Mirah merupakan metode langsung yang diterapkan kepada para

anggota pada saat-saat tertentu, yaitu pada saat anggota memerlukan

Page 92: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

92

bantuan untuk memecahkan permasalahan. Dalam metode ini pembina

bertanggung jawab penuh dalam proses bimbingannya karena pembina

menjadi tempat berkeluh kesah (konselor) para anggota.

Metode ini merupakan proses pemberian bantuan pembinaan

kepada anggota yang mempunyai masalah pribadi dan khusus serta perlu

dirahasiakan dengan bertatap muka langsung. Metode ini bertujuan agar

anggota merasa kerahasianya dijaga dan secara khusus mendapat

mendapat perhatian dari pembina. Perhatian pembina berupa controling

secara terus menerus hingga permasalahan dianggap telah selesai.

Dalam prakteknya para pembina mempersilahkan kepada para

anggota untuk berkonsultasi secara pribadi, dan pembina secara tebuka

menerima keluh kesah para anggota. Dalam prosesnya pembina terus

membantu hingga permasalahan yang dihadapi anggota terselesaikan.

Metode ini diterapkan agar anggota lebih intim dan menekankan

keterbukaan kepada pembina sehingga pembina akan mengetahui latar

belakang permasalahannya. Dalam metode individual ini waktunya tidak

ditentikan (conditional).

Tujuan didalam metode ini merupakan satu usaha pembinaan

yang sesuai dengan fungsi bimbingan dan konseling Islam, yaitu

membantu anggota mencegah timbulnya masalah (fungsi preventif),

membantu anggota memecahkan masalah (fungsi kuratif atau korektif),

Page 93: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

93

membantu anggota menjaga kondisi agar tetap lebih baik (fungsi

preservatif).

3.5.3 Metode keteladanan

Metode keteladanan adalah metode pemberian contoh secara

langsung. Contoh-contoh yang diberikan adalah mengenai sikap

perbuatan sehari-hari terutama dalam masalah muamalat dan akhlak.

Metode keteladanan digunakan segenap pembina dan tim pelatih

(pengurus) sebagia media yang mudah dipahami para anggota karena

langsung dengan sikap. Metode ini bertujuan agar secara langsung

(sikap) anggota dapat memahami dan mampu memilah-milah mana

perbuatan yang lebih baik dan sesuai dengan norma agama dan sosial.

Dalam prakteknya metode keteladanan ini langsung

dipraktekkan oleh para senior dalam tingkah laku sehari-hari dalam

kegiatan apapun, sebagai usaha mencontohkan sikap perbuatan yang

sesuai dengan norma agama dan sosial.

3.5.4 Metode pelatihan

Metode pelatihan ini merupakan metode diterapkan khusus pada

saat latihan rutin yang bertujuan memberikan pendidikan latihan tenaga

dalam kepada para anggota. Dalam metode pelatihan tim pelatih (devisi

pelatihan) sebagai instruktur untuk melatih para anggota agar

mempunyai ketrampilan dan kemampuan yang lebih baik dan nantinya

supaya bermanfaat bagi masyarakat.

Page 94: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

94

Metode ini dimaksudkan agar anggota sadar diri serta

memperoleh kemampuan dan keahliannya dan agar setiap anggota

mampu melatih nafsu sehingga menyadari baik buruknya sikap serta

tindakan yang sudah atau akan dilakukan. Metode ini bertujuan

mengembangkan kemampuan para anggota yang dalam hal ini lebih

dispesifikan pada pelatihan tenaga dalam secara fisik dan dan dzikir sir

yang merupakan latihan non fisik.

Dalam metode pelatihan ada dua target yang nantinya akan

dirasakan oleh para anggota, yaitu dengan metode dzikir sir (kalimat

toyibah) dengan mengingat Allah yang dilaksanakan secara teratur oleh

anggota secara psikologis akan mampu mengembalikan kesehatan

rohani dan mengatasi gangguan emosionalnya setahap demi setahap,

yang kedua dalam pelatihan fisik yang diikuti dengan pernafasan maka

nantinya anggota akan merasakan kesehatan secara jasmani. Selain itu

dalam pengembangan latihan setelah menyelesaikan semua tingkat

nantinya anggota akan mendapatkan kemampuan untuk penyembuhan

alternatif non infeksi dan bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Secara umum metode latihan ini bermanfaat untuk kesehatan

jasmani dan rohani. Sedangkan secara khusus akan membangkitkan

kepercayaan diri seseorang lebih baik, disamping itu kita dapat

menolong diri sendiri dari berbagai macam penyakit baik jasmani seperti

sress, migran, sakit rematik dan sebaginya. Manfaat yang lain dari

Page 95: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

95

latihan ini adalah kita dapat menyembuhkan penyakit orang lain dengan

melalui terapi tenaga dalam baik penyakit fisik maupun non fisik.

Sehingga akan bermanfaat bagi lingkungan.

Dalam menjalankan latihan terdapat pengembangan dua latihan

yaitu fisik dan non fisik, latihan fisik dengan menggunakan jurus atau

gerakan yang beraturan. Sedangkan non fisik adalah dengan dzikir sir

(Laa ilaha iIlallah), dilakukan secara rahasia di dalam hati yang

diselaraskan dengan gerakan jurus yang diperagakan. Salah satu

tujuannya agar anggota ber-tadzkirah sehingga dalam praktek

kesehariannya selalu mengamalkan wirid yang sifatnya meng-Esakan

Allah setahap demi setahap sehingga akhirnya anggota akan merasakan

manfaat dzikir itu sendiri.

Tempat latihan dapat dilakukan pada tempat terbuka maupun

tertutup, akan tetapi lebih baik pada tempat atau lokasi terbuka karena

sirkulasi udara akan berjalan dengan baik. Para anggota akan terus di

bimbing oleh instruktur dalam latiha fisik maupun non fisik sehingga

anggota nantinya dituntut mampu terampil dan mampu,

mengembangkan tenaga dalamnya untuk pengobatan sehingga dapat

bermanfaat bagi masyarakat. (Wawancara dengan Pembina, Slamet

Ortega, 21-30 WIB, Sabtu, 24 Desember 2005).

Dalam prakteknya metode pelatihan mempunyai beberapa

aturan-aturan yang harus ditaati semua anggota, antara lain:

Page 96: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

96

a. Sebelum latihan dimulai, badan harus suci dari hadas dengan

berwudhu.

b. Merapikan atau mengatur tempat sebelum dan sesudah latihan

c. Pakaian harus rapih; mengenakan kaos berlengan, celana panjang

atau pendek bagi laki-laki.

d. Latihan harus diawali dengan pembukaan bacaan ayat-ayat suci Al-

Qur'an dan diakhiri dengan penutupan.

e. Lama waktu latihan selama dua jam.

Para anggota dalam latihan berkewajiban mengikuti semua

latihan baik fisik maupun non fisik, dalam latihan fisik pelatih

mencontohkan jurus atau gerakan, dalam latihan non fisik pelatih

memberikan wirid yang diikiti dengan nafas kepada para anggota agar

selalu dilatih setiap saat. Tim pelatih terus mengontrol anggota tentang

latihan yang telah diberikan hingga anggota mampu menyelesaikan pada

tingkat teringgi. Metode pelatihan dilaksanakan dua kali dalam satu

minggu, selebihnya diharapkan setiap anggota tetap latihan sendiri.

Metode-metode pembinaan rohani yayasan Sekar Mirah seperti

yang telah dipaparkan diatas secara keseluruhan merupakan metode

yang diterapkan bagi semua anggota, begitu juga metode yang

diterapkan kepada anggota yang mempunyai latar belakang amoral.

Namun untuk kelompok yang terakhir ini menjadi perhatian lebih serius

dari para pembimbing.

Page 97: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

97

3.6 Bentuk hubungan antara pembinaan dengan anggota.

Dari hasil wawancara langsung dengan pembina yayasan Sekar Mirah,

(Wawancara dengan Pembina, Slamet Ortega, 24 Desember 2005) dijelaskan

bahwa bentuk hubungan yang terbina antara pembimbing dengan anggota di

yayasan Sekar mirah.

a. Interaksi komunikatif (Kekeluargaan)

Interaksi komunikasi antara pembina dengan anggota di yayasan

Sekar Mirah adalah bentuk komunikasi yang menekankan pada kekuatan

dialog atau hubungan secara langsung. Interaksi komunikasi dalam hal ini

pembina dengan anggota dalam posisi layaknya saudara. Harapan dari

bentuk komunikasi semacam ini adalah sebagai berikut:

1) Anggota lebih leluasa mengutarakan persoalan-persoalan yang mereka

hadapi.

2) Anggota merasakan nuansa kekeluargaan.

3) Anggota tidak menghindar dari para pembina, karena mereka menyadari

bahwa pembina adalah saudara mereka sendiri.

4) Pembina dengan leluasa mendampingi anggota tanpa dibatasi rasa

apapun.

b. Interaksi non-formal

Pembinaan terhadap anggota cenderung dilakukan dengan tidak

menunjukkan yang formalistic. Pembinaannya tidak menekankan pada

sebuah ceremonial walaupun sesekali hal tersebut dilakukan.

Page 98: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

98

Hubungan antara pembina dengan anggota yayasan Sekar Mirah

secara garis besar memposisikan keduanya dalam posisi keluarga, yang

bertujuan agar tidak ada jarak antara pembina dengan anggota (Wawancara

dengan Pembina, Slamet Ortega, 24 Desember 2005).

Page 99: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

99

BAB IV

METODE PEMBINAAN ROHANI YAYASAN SEKAR MIRAH DALAM

PERSPEKTIF BIMBINGAN KONSELING ISLAM

4.1 Metode pembinaan rohani terhadap perilaku amoral anggota Yayasan Sekar

Mirah

Pelaksanaan bimbingan rohani merupakan salah satu bentuk proses

kegiatan dakwah dimana sasarannya adalah para anggota yayasan Sekar Mirah

Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal sebagai makhluk individu dan sosial,

yang melibatkan para pembimbing (konselor) dalam membina manusia yang

memiliki mental yang sehat. (Arifin, 1997: 30).

Dalam studi ilmu dakwah, ada tiga pokok yang dijadikan sandaran bagi

metode dakwah (Lihat bab II, hlm. 29), yaitu:

1. Dakwah bi al-hikmah

Hikmah menurut pengertian sehari-hari ialah bijaksana atau ‘arif.

Artinya bahwa dakwah bi al-hikmah merupakan penyeruan atau pengajakan

dengan cara bijak, penuh kesabaran dan ketabahan, dan selalu

memperhatikan suasana, situasi, dan kondisi mad’u. (Asep, 2002: 79).

2. Dakwah bi al-mauidhah hasanah

Bi al-mauidhah hasanah yaitu dakwah yang dilakukan dengan cara

memberi peringatan dan nasehat kepada orang lain dengan materi, sikap dan

cara penyampaian yang baik agar dapat menjinakkan hati pendengar.

99

Page 100: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

100

3. Dakwah bi al-mujadalah

Mujadalah yang sebaik-baiknya, artinya dilakukan dengan jalan

mengadakan tukar pikiran yang sebaik-baiknya. (Abdullah, 1993: 25-27).

Substansi dari ketiga metode dakwah tersebut dalam konteks pembinaan

rohani terhadap perilaku amoral anggota yayasan Sekar Mirah terdapat dalam

bentuk hubungan antara pembina dengan anggota yang bersifat interaktif

komunikatif. Interaksi komunikatif antara pembina dengan anggota adalah suatu

satu bentuk komunikasi yang menekankan pada dialog atau tukar pikiran (bi al-

mujadalah) secara langsung dan dari hati kehati dengan memberi peringatan

dan nasehat (bi al-mauidhah hasanah).

Di yayasan Sekar Mirah, ada beberapa yang dipakai dalam proses

pembinaan rohani terhadap perilaku amoral yayasan Sekar Mirah. Metode-

metode itu adalah:

1. Metode diskusi atau tanya jawab

Metode ini digunakan oleh pembimbing pada waktu pertemuan

santai dan memberikan kesempatan terlebih dahulu pada anggota untuk

bercerita, sehingga materi yang disampaikan dapat diterima anggota.

2. Metode individual atau perorangan

Metode ini diterapkan kepada anggota yang berperilaku amoral

ataupun anggota yang mempunyai masalah pribadi dan khusus serta perlu

dirahasiakan, maka metode ini dapat diterapkan kepada anggota lebih

tertutup. Pembina terus membantu melalui bimbingan hingga permasalahan

Page 101: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

101

yang dihadapi anggota terselesaikan. Selain itu, anggota akan terlatih

memahami diri sendiri, sehingga anggota akan lebih intim dan terbuka

dengan pembina

3. Metode keteladanan

Metode keteladanan adalah metode pemberian contoh secara

langsung. Contoh-contoh tersebut adalah mengenai sikap perbuatan sehari-

hari terutama dalam masalah muamalat dan akhlak.

4. Metode pelatihan

Metode ini diterapkan kepada semua anggota dan diberikan khusus

pada saat latihan yang bertujuan memberikan pendidikan kepada para

anggota agar setiap anggota mampu melatih nafsu sehingga menyadari baik

buruknya sikap serta tindakan yang sudah atau akan dilakukan. Latihan

yang dipimpin oleh para pembina memberi alternatif bagi para anggota agar

mereka mempunyai ketrampilan dan kemampuan yang lebih baik dan

bermanfaat bagi masyarakat. Metode ini dimaksudkan agar anggota sadar

diri serta memperoleh kemampuan dan keahliannya.

Dalam metode pelatihan ini para anggota diberikan pelatihan tenaga

dalam dengan melalui jurus yang kemudian dilanjutkan dengan dzikir sir,

yang bertujuan agar anggota ber-tadzkirah setahap demi setahap yang

nantinya dengan sendirinya anggota akan merasakan manfaat dzikir itu

sendiri. Selain itu anggota nantinya dituntut mampu terampil dan mampu

Page 102: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

102

mengembangkan tenaga dalamnya untuk pengobatan, sehingga dapat

bermanfaat bagi masyarakat (Lihat Bab III, hlm. 93-96).

Dari keterangan diatas, metode-metode yang dipakai dalam pelaksanaan

bimbingan pembinaan rohani terhadap perilaku amoral anggota yayasan Sekar

Mirah jika kita hubungkan dengan metode dakwah pada dasarnya tidak berbeda.

Namun setiap metode, memiliki kelebihan serta kekurangan. Hal ini

juga terjadi pada metode pembinaan rohani terhadap perilaku amoral yayasan

Sekar Mirah.

4.1.1 Kelebihan metode pembinaan rohani yayasan Sekar Mirah

a. Mampu memberikan pemahaman kepada anggota tentang nilai-nilai

keagamaan melalui pendidikan melatih nafsu.

b. Mampu memberikan pemahaman tentang hidup bermasyarakat bagi

anggotanya.

c. Mampu memberikan ketrampilan yang bermanfaat bagi masyarakat

d. Mampu merubah anggotanya yang berlatar belakang menyimpang

pada norma sosial hingga menjadi manusia yang bermanfaat dalam

masyarakat.

4.1.2 Kekurangan metode pembinaan rohani yayasan Sekar Mirah

a. Kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang metode dalam

proses memberikan pembinaan rohani seperti halnya tempat yang

khusus selain sekretariat dan lapangan

Page 103: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

103

b. Pengawasan terhadap anggota yang masih dalam proses pembinaan

masih sangat kurang.

c. Dalam metode keteladanan, para anggota masih belum sepenuhnya

merealisasikan pada dirinya masing-masing.

d. Kedisiplinan para anggota belum berjalan dengan sempurna.

Mencermati adanya kekurangan dan kelemahan dari pembinaan di

yayasan Sekar Mirah, mungkin sudah saatnya segenap elemen di yayasan

Sekar Mirah menerapkan pola pembinaan rohani kembali yang lebih baik

tanpa meninggalkan metode yang lama, sehingga nanti akan muncul

metode-metode baru yang lebih baik. Misalnya seperti penerapan metode

langsung dengan menggunakan teknik dzikir bersama-sama.

Dilihat dari kondisi sosial masyarakat terlihat bahwa masyarakat

kurang begitu terlibat dalam ikut merespon anggota.

4.2 Pembinaan Rohani Yayasan Sekar Mirah Dalam Perspektif Bimbingan dan

Konseling Islam

Bimbingan merupakan usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang

mengalami kesulitan baik lahiriah maupun batiniah yang menyangkut

kehidupan dimasa kini dan masa mendatang. Bimbingan atau pembinaan rohani

merupakan bantuan yang berupa pertolongan dibidang mental spiritual. Hal ini

dilakukan agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi kesulitannya dengan

Page 104: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

104

potensi yang ada pada dirinya sendiri serta melalui dorongan dari kekuatan

iman dan taqwa.

Dalam kaitannya dengan keterangan diatas, kenyataan menunjukkan

bahwa bimbingan rohani di yayasan Sekar Mirah telah mengedepankan serta

menitik beratkan pada iman dan taqwa, sehingga iman dan taqwa dapat menjadi

tenaga pendorong terhadap kemampuan mereka dalam mengatasi segala

kesulitan hidup yang dihadapi (Lihat Bab III, hlm. 91). Dengan demikian,

diharapkan ia akan tegak kembali kesadarannya sebagai pribadi yang harus

mengarungi kehidupan nyata dalam masyarakat dan alam sekitarnya.

Kita dapat melihat bahwa betapa banyak orang yang cenderung berputus

asa dalam menghadapi kesulitan hidup atau yang mengalami penderitaan hidup

tak berkesudahan sehingga akan membawa kepada lembah kenistaan dan

kealpaan. Oleh karena itu, peranan iman dan taqwa manusia kepada Allah swt.

adalah sangat penting dalam memberi “sinar terang” terhadap kegelapan hidup

manusia. Kedudukan iman dan taqwa pada hakekatnya adalah sebagai

pendorong yang dapat membangkitkan semangat optimis manusia dalam segala

cuaca kehidupan, bila nilai-nilai itu dapat diaktualisasikan secara tepat dan

terarah kepada penyadaran harkat pribadi sebagai muslim sejati.

Konsep pembinaan rohani terhadap perilaku amoral anggota yayasan

Sekar Mirah, selain sesuai dengan tujuan bimbingan dan konseling Islam yaitu

membantu individu atau kelompok individu mencegah timbulnya masalah-

masalah dalam kehidupan keagamaan, membantu individu memecahkan

Page 105: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

105

masalah yang berkaitan dengan kehidupan keagamaannya, membantu individu

memelihara situasi dan kondisi kehidupan keagamaan dirinya yang telah baik

agar tetap baik dan atau menjadi lebih baik (Aunur Rahim, 2001: 62-63) juga

sesuai dengan dasar pijakan bimbingan dan konseling Islam, yaitu Al-Qur'an,

sebagaimana surat Az-Zariyat ayat 56:

ومو الجن لقتونالا خدبعإلا لي إنس

Artinya: “Dan aku tidan ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (Q.S. Az-Zariyat: 56). (Depag RI, 2000: 756).

Konsep pembinaan rohani terhadap perilaku amoral anggota yayasan

Sekar Mirah sesuai dengan asas fitrah bimbingan konseling Islam. Bimbingan

dan konseling Islami memberikan bantuan kepada klien atau konseli untuk

mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya sehingga segala gerak tingkah

laku dan tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut (Faqih, 2001: 200).

Menurut Islam, manusia dilahirkan dalam atau dengan membawa fitrah, yaitu

berbagai kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan sebagai Muslim

atau beragama Islam. Bimbingan dan konseling membantu klien untuk

mengenal dan memahami kembali fitrahnya tersebut manakala pernah tersesat

serta menghayatinya sehingga dengan demikian akan mampu mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan akherat. Allah swt berfirman:

فطر الناس عليها لا تبديل التيهللاقم وجهك للدين حنيفا فطرة أف لخلق الله ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس لا يعلمون

Page 106: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

106

Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tetapi tidak ada perubahan fitrah Allah, (itukah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Q.S. Ar-Rum: 30). (Depag RI, 2000: 574).

Dengan kata lain, tujuan akhir bimbingan dan konseling Islam adalah

membantu klien, yakni orang yang dibimbing agar mencapai kebahagiaan hidup

yang senantiasa didambakan oleh setiap muslim, yaitu kebahagiaan dunia dan

akhirat.

Bila dilihat dari metodenya, maka proses pembinaan rohani di yayasan

Sekar mirah sejalan dengan metode langsung dalam bimbingan dan konseling

Islam. Metode dilakukan dengan cara pembimbing melakukan komunikasi

langsung (bertatap muka) dengan orang yang dibimbingnya (Lihat bab II, hlm.

45-47). Metode ini digunakan dalam metode pembinaan rohani yang diterapkan

di yayasan Sekar Mirah dengan menggunakan metode langsung dimana

pembina (konselor) langsung berhadapan dengan anggota (klien) (Lihat bab III,

hlm. 90-96). Dalam metode ini, ada dua jenis praktek yang dilakukan, yaitu:

1. Individual

Dalam metode individual, pembimbing melakukan komunikasi

langsung secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat

dilakukan dengan mempergunakan teknik percakapan pribadi. Pembinaan

rohani terhadap perilaku anggota yayasan Sekar Mirah dalam hal ini

pembina melakukan komunikasi langsung secara individual dengan anggota

sebagai pihak yang dibimbingnya.

Page 107: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

107

2. Kelompok

Metode kelompok dalam bimbingan dan konseling Islam merupakan

komunikasi langsung dengan klien dalam kelompok yakni pembimbing

melaksanakan bimbingan dengan cara mengadakan diskusi dengan atau

bersama kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama.(Aunur

Faqih: 2001: 54).

Metode tersebut menggunakan teknik Psikodrama, yakni bimbingan

dan konseling yang dilakukan dengan cara bermain peran untuk

memecahkan atau mencegah timbulnya masalah (psikologis). (Aunur Rahim

2001: 54). Sedangkan metode di yayasan Sekar Mirah yang dilakukan

secara kelompok adalah metode pelatihan yang bertujuan memberikan

pendidikan kepada para anggota agar setiap anggota mampu melatih nafsu

sehingga akan menyadari baik buruknya sikap serta tindakan yang sudah

atau akan dilakukan dengan melalui dzikir sir. (Lihat bab III, hlm. 94).

Dari uraian diatas, terlihat bahwa yayasan Sekar Mirah secara

fungsional telah memiliki kesamaan praktis dengan metode bimbingan yang

sering dilakukan dalam proses bimbingan dan konseling Islam.

Page 108: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

108

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tentang metode pembinaan rohani terhadap

perilaku amoral anggota Yayasan Sekar Mirah, yang penulis paparkan dari Bab

I sampai Bab IV, ada beberapa kesimpulan yang dapat penulis kemukakan

antara lain:

Metode pembinaan rohani terhadap perilaku amoral yang diterapkan di

yayasan Sekar Mirah dapat penulis simpulkan bahwa metode pembinaan rohani

terhadap perilaku amoral yang diterapkan kepada para anggota berjalan sesuai

dengan tujuan pembinaan rohani. Pada prakteknya metode pembinaan terbagi

atas empat teknik metode, yaitu:

a. Metode diskusi atau tanya jawab

b. Metode individual atau perorangan

c. Metode keteladanan

d. Metode pelatihan

Keempat metode pembinaan diatas dalam prakteknya menggunakan

metode langsung yaitu antara pembina dan anggota langsung bertatap muka

Dalam pembinaan rohani, yayasan Sekar Mirah menggunakan metode

langsung, sebagian metode yang diterapkan dalam bimbingan konseling Islam.

Metode ini dilakukan dengan cara pembimbing melakukan komunikasi

108

Page 109: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

109

langsung dengan orang yang dibimbingnya. Artinya pembina (konselor)

langsung berhadapan dengan anggota (klien). Dalam metode ini, ada dua jenis

praktek yang dilakukan, yaitu:

a. Individual

Dalam metode individual, pembimbing melakukan komunikasi

langsung secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat

dilakukan dengan mempergunakan teknik percakapan pribadi. Pembinaan

rohani terhadap perilaku anggota yayasan Sekar Mirah, pembina melakukan

komunikasi langsung secara individual dengan anggota sebagai pihak yang

dibimbingnya.

b. Kelompok

Metode kelompok dalam bimbingan konseling Islam merupakan

komunikasi langsung dengan klien dalam kelompok yakni pembimbing

melaksanakan bimbingan dengan cara mengadakan diskusi dengan atau

bersama kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama. Metode ini

menggunakan teknik Psikodrama, yakni bimbingan dan konseling yang

dilakukan dengan cara bermain peran untuk memecahkan atau mencegah

timbulnya masalah (psikologis).

Page 110: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/16/jtptiain-gdl-s1... · dan kecenderungannya, kondisi jiwa manusia yang lemah dalam menata

110

5.2 Saran-saran

Setelah penulis mengambil beberapa kesimpulan maka tidaklah

mendahului kenyataan apabila penulis ingin memberikan saran-saran kepada

yang terkait dalam pembahasan skripsi ini:

a. Kepada pimpinan yayasan Sekar Mirah, khususnya kepada para pembina;

dalam pembinaan rohani terhadap anggota yayasan Sekar Mirah, hendaknya

pembinaan ini dilaksanakan lebih hidup lagi. Hal itu tentunya memerlukan

tenaga yang lebih profesional dan waktu yang memadai.

b. Kepada anggota yayasan Sekar Mirah, hendaknya para anggota lebih

meninggkatkan keikut-sertaannya dalam kegiatan yang telah ada dan

merealisasikan yang didapatkannya dalam kehidupan sehari-hari khususnya

dalam mengembangkan potensi dan sikap sosialnya.

5.3 Penutup

Dengan terselesaikannya penulisan skripsi dari bab pertama sampai bab

lima, berarti selesai sudah tugas penulisan skripsi sebagai syarat kelulusan. Atas

semua itu penulis memanjatkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah swt yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini walaupun jauh dari kesempurnaan. Tak lupa penulis

mengucapkan terima kasih kepada pembimbing yang telah membimbing dan

membantu dalam penyelesaian skripsi ini

Harapan penulis, semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat

bagi pihak yang berkepentingan.