bab i pendahuluan 11. latar belakang masalah · 2017. 7. 21. · bab i pendahuluan 1. 1. latar...
TRANSCRIPT
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan
peradaban manusia dari masa ke masa, maka kebutuhan kepentingan
manusia semakin bertambah. Hal ini tentu membawa dampak negatif
sebab akan mengakibatkan bertambahnya kemungkinan terjadinya
kejahatan1.
Terdapat banyak cara yang dilakukan oleh para pelaku kejahatan
untuk mendapatkan korbannya dengan mudah. Dalam kasus curanmor,
para pelaku biasanya menggunakan modus operandi menebarkan paku
dijalan, menjatuhkan kardus dijalan sampai mencegat kendaraan korban.
Pengertian modus operandi dalam lingkup kejahatan yaitu operasi cara
atau teknik yang berciri khusus dari seorang penjahat dalam melakukan
perbuatan jahatnya.
Lebih lanjut Wirjono2 menjelaskan adanya penggolongan tindak
pidana berdasarkan atas cara perumusan ketentuan hukum pidana oleh
1Abidin, A. Zainal, 2007, Hukum PidanaI, Sinar Grafika, Jakarta, hal.18
2 Wirjono dalam http://lielylaw.multiply.com/journal/item/68/KEJAHATAN-DAN-PELANGGARAN?&show_interstitial=1&u=%2journal%2Fitem
http://lielylaw.multiply.com/journal/item/68/KEJAHATAN-DAN-PELANGGARAN?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitemhttp://lielylaw.multiply.com/journal/item/68/KEJAHATAN-DAN-PELANGGARAN?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
-
2
pembentuk Undang-Undang, yaitu “apabila tindak pidana yang
dimaksudkan dalam suatu ketentuan hukum pidana (Strabepaling) disitu
dirumuskan sebagai perbuatan yang menyebabkan suatu akibat tertentu
tanpa merumuskan wujud dari perbuatan itu, maka tindak pidana ini
dikalangan ilmu pengetahuan hukum dinamakan tindak pidana materiil
(materiil delict). Apabila tindak pidana yang dimaksudkan, dirumuskan
sebagai wujud perbutan tanpa menyebutkan akibat yang disebabkan
oleh perbuatan itu maka kini ada tindak pidana formal (formeel delict).
Kedua rumusan delik tersebut penyidik harus dapat merumuskan
wujud perbuatan yang bisa memenuhi unsur seperti wujud perbuatan
apa yang dapat menghilangkan jiwa orang lain dilakukan oleh pelaku
dalam delik materil, demikian pula halnya dalam delik materil,
demikian pula halnya dalam delik formal penyidikan juga harus dapat
membuktikan adanya suatu barang yang dapat mendukung unsur
mengambil barang. Berdasarkan contoh yang diuraikan di atas tentu
membuktikan suatu wujud dan membuktikan adanya suatu barang
tidaklah sederhana yang dibayangkan, karena kemajuan iptek telah
banyak mempengaruhi para pelaku tindak pidana dalam menentukan
modus-modus operandinya, apalagi bila dihadapkan dengan tindak
pidana penipuan atau delik-delik lain yang terbesar di luar KUHP.
-
3
Kasus yang terjadi di salatiga adalah modus operandi yang
dilakukan di sebuah minimarket. sebuah minimarket Indomaret di Jalan
Diponegoro, salatiga dibobol pencuri. Akibat kejadian tersebut kerugian
ditaksir 16 juta. salah seorang karyawan toko, bapak sunardi yang
pertama mengetahui kalau tempatnya bekerja dibobol oleh maling.
Dijelaskannya, ia pertama kali tiba di toko sekitar pukul 06.30 dan
melihat bungkus rokok berantakan di kasir.
“Saat itu pintu masuk juga tidak mengalami kerusakan. Melihat
ini saya curiga dan saat melakukan pengecekan, ternyata pencuri
berhasil membawa kabur sejumlah puluhan slop rokok berbagai merek
dan uang tunai” sementara itu kapolsek Sidorejo AKP Jumaeri yang
menangani kasus ini mengatakan, pihaknya tengah melakukan
penyelidikan salah satunya dengan memeriksa CCTV di Indomaret
tersebut dan mereka belum bisa memastikan berapa jumlah pencuri
yang masuk dan bagaimana mereka bisa masuk di Indomaret dan
menyikat barang – barang yang mudah dibaa kabur itu.
Asas hukum mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi dalam hukum
dan fungsi dalam ilmu hukum. Asas dalam hukum mendasarkan
eksistensinya pada rumusan oleh pembentuk undang-undang dan hakim
serta mempunyai pengaruh normatif yang mengikat para pihak, oleh
-
4
karena itu hukum pidana dalam fungsi pengendalian masyarakat,
penyelenggaraan ketertiban dan penganggulangan kejahatan harus
berorientasi kepada asas-asas tersebut. Tindak pidana pencurian diatur
dalam Pasal 362 KUHP, selain itu diatur pula dalam Pasal 363 KUHP
(pencurian dengan pemberatan), Pasal 364 KUHP (pencurian ringan),
Pasal 365 KUHP (pencurian yang disertai dengan kekerasan/ancaman
kekerasan, Pasal 367 KUHP (pencurian di lingkungan keluarga).
Perkembangan zaman yang semakin maju dan modern terkait
dengan teknologi yang semakin canggih, seseorang dituntut untuk
berpendidikan tinggi dan mempunyai keterampilan yang merupakan
modal utama untuk mendapatkan pekerjaan yang layak,2akan tetapi
lapangan pekerjaan yang terbatas tidak sebanding dengan peningkatan
jumlah penduduk Indonesia yang semakin banyak. Masyarakat yang
kurang memiliki keterampilan, berpendidikan rendah dan pengangguran
lebih memilih menggunakan langkah yang cepat dan praktis guna
mendapatkan uang yakni dengan melakukan tindak pidana pencurian
peraturan hukum tentang tindak pidana pencurian diatur dalam pasal
362 KUHP pencurian biasa dan pasal 365 KUHP tentang tindak pidana
pencurian dengan kekerasan..Perkembangan teknologi yang
3Topo Santoso, Eva Achjhani Zulfa, Kriminologi, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 1..
-
5
berkembang dan semakin canggih membuat pelaku semakin berani
dalam menjalankan aksinya yakni dengan melakukan pencuriuan
dengan dilakukan kekerasan maupun dengan ancaman kekerasan.3
Pelaku pencurian dengan kekerasan sebagian besar dilakukan
lebih dari seorang atau secara berkelompok dan setiap pelaku
mempunyai peran dan tugas yang berbeda-beda, dampak yang
ditimbulkan dari tindak pidana pencurian dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan yakni menimbulkan luka-luka baik luka ringan
maupun luka berat hingga menyebabkan kematian, selain mengalami
kerugian fisik korban juga mengalami kerugian materiil dan psikis, oleh
karena itu tindak pidana pencurian dengan kekerasan tidak dapat
dikategorikan sebagai tindak pidana yang ringan, korban tersebut juga
dilindungi oleh hukum yang mengatur HAM. Dituangkan dalam Pasal
17 yang mengatakan “Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk
memperoleh keadilan dengan mengajukan permohonan, pengaduan,
dan gugatan, dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi
serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak memihak,
sesuai dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan yang obyektif
oleh hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan yang adil
3W. A. Bonger, Pengantar tentang Kriminologi, Ghalia Indonesia, 1977, hlm. 88
-
6
dan benar.”dan Pasal 29 ayat (1): “Setiap orang berhak atas
perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan hak
miliknya”
Modus operandi pelaku tindak pidana pencurian dengan
kekerasan dilakukan dengan berbagai macam modus operandi dengan
melihat pada tempat atau lokasi yang akan dijadikan sasaran serta
perencanaan pencurian dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
dilakukan secara terencana dan terorganisir.4
Sesuai dengan kodratnya manusia menginginkan adanya
perubahan atas lingkungan dan segala aspek yang melingkupi dirinya
untuk menuju kearah yang lebih baik dan menguntungkan. Perubahan
yang diinginkan tersebut merupakan gambaran dari kedinamisan
manusia sebagai makhluk sosial dimana dalam perjalanan hidup
manusia dihadapkan pada persoalan-persoalan yang berbeda dan
semakin kompleks dari waktu ke waktu.
Sepertinya perubahan-perubahan kondisi ekonomi,politik,situasi
sosio historik ,nilai-nilai dan norma-norma, hubungan-hubungan
kekuasaan dan hukum yang berlangsung seringkali berdampak ganda
4Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta,2012, hlm 120.
-
7
disatu pihak memperlihatkan hasil-hasil yang bermanfaat bagi
terwujudnya kesejahteraan masyarakat dalam arti luas,termasuk
terpenuhinya kebutuhan akan rasa aman, sedangkan di pihak lain juga
menghasilkan semakin kompleksnya interaksi faktor-faktor yang
melatar belakangi timbulnya berbagai bentuk tindak kejahatan.
Perubahan nilai,norma ,pandangan dan perilaku masyarakat
berpengaruh terhadap tingginya tingkat pelanggaran hukum yang turut
serta mempertinggi laju tindak kejahatan secara kuantitas maupun
kualitasnya. perubahan sosial berarti kebanyakan orang terlibat dalam
kegiatan-kegiatan kelompok dan hubungan-hubungan kelompok yang
berbeda dengan apa yang telah mereka lakukan atau apa yang telah
orangtuanya lakukan sebelumnya. Masyarakat adalah suatu jaringan
kompleks dari pola-pola hubungan dimana semua orang berpartisipasi
dengan derajat keterkaitannya masing-masing. Hubungan-hubungan ini
berubah dan perilaku juga berubah pada saat yang sama. Individu-
individu dihadapkan dengan situasi baru yang harus mereka respons.
Situasi-situasi ini merefleksikan faktor-faktor tertentu seperti
teknologi, cara baru untuk mencari penghasilan, perubahan tempat
domisili, dan inovasi baru, ide baru, serta nilai-nilai baru. Sehingga,
perubahan sosial adalah perubahan bagaimana orang bekerja,
-
8
membesarkan anak-anaknya, mendidik anak-anaknya, menata dirinya
sendiri, dan mencari arti yang lebih dari kehidupannya.Perubahan sosial
juga bisa berarti suatu restrukturisasi dalam cara-cara dasar dimana
orang di dalam masyarakat terlibat satu dengan lainnya mengenai
pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, kehidupan keluarga,
rekreasi, bahasa, dan aktivitas-aktivitas lainnya.
Pelaku pencurian dengan kekerasan sebagian besar dilakukan
lebih dari seorang atau secara berkelompok dan setiap pelaku
mempunyai peran dan tugas yang berbeda-beda, dampak yang
ditimbulkan dari tindak pidana pencurian dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan yakni menimbulkan luka-luka baik luka ringan
maupun luka berat hingga menyebabkan kematian, selain mengalami
kerugian fisik korban juga mengalami kerugian materiil dan psikis, oleh
karena itu tindak pidana pencurian dengan kekerasan tidak dapat
dikategorikan sebagai tindak pidana yang ringan. Modus operandi
pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan dilakukan dengan
berbagai macam modus operandi dengan melihat pada tempat atau
lokasi yang akan dijadikan sasaran serta perencanaan pencurian dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan dilakukan secara terencana dan
terorganisir.
-
9
Kejahatan mengandung makna tertentu, yakni merupakan suatu
pengertian dan penamaan yang relatif.Akan tetapi segala bentuk
perbuatan dan tindakan tersebut dinilai oleh sebagian masyarakat
sebagai perbuatan anti sosial. Dirasakan oleh masyarakat,terutama jika
situasi suatu masyarakat tersebut sedang dalam keadaan berubah. Pada
situasi ini biasanya rasa ketentraman dan kesejahteraan masyarakat
sedikit banyak mendapat gangguan.
Ganguan ini misalnya berasal dari isu-isu dari berita-berita, di
samping dapat diketahu dapat diketahui dari kenyataan-kenyataan yang
sedang terjadi pada waktu itu. Tentu saja keadaan mencekam dan tidak
aman tersebut dapat mengakibatkan timbulnya berbagai reaksi dari
masyarakat,apakah reaksi itu berupa upaya untuk menghindarkan dari
kenyataan,berusaha memberantasnya,ataupun reaksi yang berupa
tindakan-tindakan balasan terhadap berbagai penyimpangan atau
kejahatan yang terjadi itu.5Salah satu bentuk tindak kejahatan yang
semakin hari semakin meningkat kuantitasnya maupun kualitasnya
adalah tindak pidana pencurian yang menggunakan kekerasan.
Dalam masyarakat, banyak terjadi kasus-kasus yang
dikategorikan ke dalam tindak pidana pencurian kendaran bermotor.
5Kartini Kartono., Patologi Sosial, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. Vi.
-
10
Apalagi semakin majunya teknologi pada masa sekarang, maka cara
orang berfikir semakin maju. Keadaan tersebut sangat berpengaruh
terhadap cara orang melakukan kejahatan, sehingga perbuatan tersebut
harus mendapat penanganan yang lebih serius.
Dalam tindak pidana pencurian dengan kekerasan pelaku
kejahatan yang dilarang dan diancam dengan hukuman di dalam
kejahatan ini adalah perbuatan mengambil, yaitu membawa sesuatu
barang di bawah kekuasaanya secara mutlak dan nyata. Perbuatan
mengambil itu telah selesai, apabila barang tersebut telah berada di
tangan pelaku walaupun seandinya benar bahwa kemudian ia telah
melepaskan kembali barang itu karena ketahuan oleh orang lain.
Pelaku yang dikatakan telah melawan hukum yaitu pelaku
tersebut memiliki suatu barang tanpa hak atau kekuasaan Ia tidak
mempunyai hak untuk melakukan perbuatan memiliki. sebab Ia
bukanlah orang yang punya. Hanya orang yang sebagai pemilik, yang
memunyai hak untuk memilikinya.
Pelaku pencurian dengan kekerasan sebagian besar dilakukan
lebih dari seorang atau secara berkelompok dan setiap pelaku
mempunyai peran dan tugasyang berbeda-beda, dampak yang
-
11
ditimbulkan dari tindak pidana pencurian dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan yakni menimbulkan luka-luka baik luka ringan
maupun luka berat hingga menyebabkan kematian, selain mengalami
kerugian fisik korban juga mengalami kerugian materiil dan psikis, oleh
karena itu tindak pidana pencurian dengan kekerasan tidak dapat
dikategorikan sebagai tindak pidana yang ringan.
Kondisi-kondisi seperti kemiskinan dan pengangguran, secara
relatif dapat memicu rangsangan-rangsangan untuk elakukan suatu
tindak pidanaseperti kejahatan pencurian, penipuan, penggelapan, dan
penyelundupan.Namun dalam hal ini penulis hanya memfokuskan pada
tindak pidana pencurian.
Jenis kejahatan pencurian dengan kekerasan merupakan salah
satu kejahatan yang paling sering terjadi di masyarakat, dimana hampir
terjadi di setiap daerah-daerah yang ada di Indonesia seperti halnya di
Kota Salatiga oleh karena itu, menjadi sangat logis apabila jenis
kejahatan pencurian dengan kekerasan menempati urusan teratas
diantara jeniskejahatan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
tersangka dalam kejahatan pencurian yang diadukan ke Pengadilan.
Sehingga perlu ditekan sedemikian rupa agar dapat menurungkan angka
statistik yang senantiasa mengalami kenaikan setiap tahunnya.
-
12
Kejahatan pencurian dengan kekerasan pada hakikatnya dapat
ditekan, salah satunya dengan cara meningkatkan sistem keamanan
lingkungan, serta adanya kesadaran dari setiap individu dalam
masyarakat untuk lebih waspada dalam menjaga harta benda miliknya,
maupun dengan cara penerapan sanksi terhadap pelaku pencurian
dengan kekerasan.
Kejahatan pencurian termuat dalam buku kedua Kitab Undang –
Undang Hukum Pidana (KUHP), telah diklasifikasikan ke beberapa
jeniskejahatan pencurian, mulai dari kejahatan pencurian biasa, Dimana
pencurian dengan pemberatan adalah pencurian biasa yang disertai
dengan cara-cara tertentu dan keadaan tertentu sehingga mempunyai
sifat yang lebih berat. Dan oleh karenanya hukuman maksimum pun
lebih berat dari pencurian biasa (Pasal 362 KUHP), kejahatn pencurian
dengan pemberatan (Pasal 363 KUHP), kejahatan pencurian ringan
(Pasal 364 KUHP), kejahatan pencurian dengan kekerasan (Pasal 365),
kejahatan pencurian di dalam kalangan keluarga(Pasal 367 KUHP).
Modus operandi pelaku tindak pidana pencurian dengan
kekerasan dilakukan dengan berbagai macam modus operandi dengan
melihat pada tempat atau lokasi yang akan dijadikan sasaran serta
perencanaan pencurian dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
-
13
dilakukan secara terencanadan terorganisir.6
Modus yang mereka
gunakan beragam antara lain; Pelaku memasuki sasaran seolah-olah
sebagai tamu, sedangkan pelaku yang lain menunggu diluar sesuai
dengan perannya masing-masing. Korban diancam dengan senjata tajam
atau senjata api dan dipaksa untuk memberikan sesuatu terhadap pelaku,
apabila korban melawan pelaku akan melumpuhkan korban atau
melukai ataupun membunuh, karena para pelaku tersebut tidak segan-
segan untuk melukai atau bahkan membunuh para korbanya demi
mendapatkan hasil curiannya. Oleh sebab itu tindak pidana, pencurian
dengan kekerasan tersebut sering menimbulkan korban jiwa.7.
Dalam kasus ini dapat dipahami bahwa dalam Pasal 368 ayat 1
yang menyatakan8 “Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan
dirin sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang
sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau
orang lain, atau supaya membuat hutang maupun menghapuskan,
piutang diancam karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama
Sembilan tahun”. Soesilo menjelaskan pasal tersebut dalam bukunya
6Hasil wawancara dengan.AKP Muh Zazid pada tanggal 5 Agustus pukul 13.OO.wib 7Ibid
8Pasal 368 ayat 1
-
14
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar-Komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal dan menamakan perbuatan dalam Pasal 368
ayat (1) KUHP sebagai pemerasan dengan kekerasan yang mana
pemerasnya:9
1. memaksa orang lain;
2. untuk memberikan barang yang sama sekali atau sebagian
termasuk kepunyaan orang itu sendiri atau kepunyaan orang lain,
atau membuat utang atau menghapuskan piutang;
3. dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang
lain dengan melawan hak
4. memaksanya dengan memakai kekerasan atau ancaman
kekerasan.
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidikan dalam hal
dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
Pengertian penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia
9http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2025/pasal-untuk-menjerat-pelaku-
pengancaman di kunjungi pada tanggal 5 Agustus 2015, pukul 22:47 WIB
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2025/pasal-untuk-menjerat-pelaku-pengancamanhttp://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2025/pasal-untuk-menjerat-pelaku-pengancaman
-
15
atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus
oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.
Kasus tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang terjadi di
wilayah hukum Polres Salatiga selama kurun waktu lima tahun mulai
tahun 2011 sampai dengan bulan Oktober 2013 sebagai berikut:
Tabel 1.1
Jumlah Kasus Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Polres
Salatiga
No Tahun Jumlah Kasus
1 2011 39 kasus
2 2012 54 kasus
3 2013 42 kasus
Dari penjelasan diatas maka saya tertarik untuk menulis
penelitian dengan judul MODUS OPERANDI TINDAK PIDANA
PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DI WILAYAH HUKUM
KOTA SALATIGA.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana modus operandi dari tindak pidana pencurian dengan
kekerasan yang terjadi di wilayah hukum Polres Salatiga?
-
16
2. Bagaimana kendala dan upaya penyidik dalam mengungkap tindak
pidana pencurian dengan kekerasan yang terjadi di wilayah hukum
Polres Salatiga?
1.3.Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dan menganalisis apa saja modus operandi dari tindak
pidana pencurian dengan kekerasan yang terjadi di wilayah hukum
Polres Salatiga.
2. Mengetahui saja kendala dan upaya penyidik dalam mengungkap tindak
pidana pencurian dengan kekerasan yang terjadi di wilayah hukum
Polres Salatiga.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik dari
segi teoritis, maupun praktis.
a. Segi Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memeberikan
kesempatan kepada penulis untuk berlatih berargumentasi secara ilmiah
dan untuk ilmu khususnya perkembangan Ilmu Hukum Pidana.
b. Segi Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
positif sebagai bahan masukan dan para penegak hukum seharusnya
-
17
lebih cekatan dalam mengatasi tindak pidana yang terjadi di tengah
masyarakat.
1.5. Metode Penelitian
1. Sifat Penelitian.
Penilitian ini adalah penelitian yang bersifat yuridis normatif, karena
menganalisis tentang undang-undang kepolisian dan Kitab Undang-
undang Hukum Pidana.
2. Pendekatan masalah.
Pendakatan tentang Undang-Undang kepolisian No 2 Tahun 2002,
Pendekatan konsep tentang analisis modus operandi tindak pidana
pencurian dan Pendekatan kasus pencurian dengan kekerasan.
3. Bahan Hukum
a. Bahan hukum primer yaitu berupa, Kitab Undang-undag
Hukum Pidana ,Undang-undang kepolisian No 2 Tahun 2002
b. Bahan hukum sekunder yaitu hasil penelitian di Polres Salatiga
c. Jurnal,http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2025/pasal-
untuk-menjerat-pelaku-pengancaman
d. Bahan hukum tersier, Kamus dan Insiklopedi
e. Pengumpulan Bahan Hukum
f. Bahan hukum dikumpulkan secara study kepustakaan.
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2025/pasal-untuk-menjerat-pelaku-pengancamanhttp://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2025/pasal-untuk-menjerat-pelaku-pengancaman
-
18
g. Kasus modus operandi tindak pidana pencurian dengan
kekerasan yang terjadi di Kota Salatiga
Metode analisis
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah hukum
empiris dengan metode pendekatan yuridis kriminalistik yang lebih
memfokuskan pada uapaya untuk mengungkap tindak pidana pencurian
dengan kekerasan yang terjadi di wilayah hukum Polres Salatiga dengan
menggunakan ilmu bantu modern.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistem pembahasan penelitian yang akan disajikan dalam
penelitian ini terdiri dari 4 (empat) bab, yang secara terinci sebagai
berikut:
Bab I: PENDAHULUAN
Bab ini memutar tentang latar belakang permasalahan
yang menguraikan hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan
dibuatnya tulisan ini . Dalam bab ini juga dapat dibaca pokok
permasalahan ,Tujuan penelitian dan Manfaat penelitian ,Metode
penelitian dan Sistematika penulisan.
-
19
Bab II : PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai soal
hakekat modus operandi pencurian dengan kekerasan, yang akan
diteliti lebih jauh lagi soal bagaimana tentang modus operandi
pencurian dengan kekerasan di hukum positif Indonesia.
Bab III: PENUTUP DIKEMUKAKAN HASIL PEMBAHASAN,
KESIMPULAN DAN SARAN.
Dalam bab ini penulis menguraikan mengenai pembahasan
dan kesimpulan dari diteliti lebih jauh lagi soal bagaimana tentang
modus operandi pencurian dengan kekerasan di hukum positif
Indonesia, khususnya di Salatiga.
-
20
Daftar Pustaka
Topo Santoso, Eva Achjhani Zulfa, Kriminologi, Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2003, hlm. 16
W. A. Bonger, Pengantar tentang Kriminologi, Ghalia Indonesia, 1977,
hlm. 88
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua, Sinar
Grafika, Jakarta,2012, hlm 120
Kartini Kartono., Patologi Sosial, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007,
hlm.Vi.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, 2005, hlm., 10-11.
Bambang Poernomo1987, Asas-Asas Hukum Pidana Ghaila Indonesia,
Jakarta
Barda Nawawi Arief ,1991 ,Upaya Non penal dalam penanggulangan
kejahatan
Sahetapy dan Mardjono Reksodiputro ,1982 Paradoks dalam
kriminologi Rajawali, Jakarta
R.Tresna 1995, Hukum Pidana ,Sinar Baru, Jakarta
Hasil wawancara dengan.AKP Muh Zazid pada tanggal 5 Agustus pukul
13.OO.wib
Prasetyo Teguh. 2012.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Pasal 368 ayat 1 ,Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
-
21
Abidin A.Zainal 2007 ,Hukum Pidana I ,Sinar Grafika ,Jakarta,hal. 18
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2025/pasal-untuk-
menjerat-pelaku-pengancaman di kunjungi pada tanggal 5
Agustus 2015, pukul 22:47 WIB
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2025/pasal-untuk-menjerat-pelaku-pengancamanhttp://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2025/pasal-untuk-menjerat-pelaku-pengancaman