bab i pendahuluan 1.1 latar belakang masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama...

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanah adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan elemen yang sangat penting dalam keberlangsungan hidup manusia. Aktivitas manusia tidak bisa lepas dari pemanfaatan tanah dalam kegiatannya sehari-hari karena sumber daya tanah merupakan modal yang sangat utama dalam kelancaran pembangunan serta memiliki potensi untuk meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat. Tanah memiliki nilai yang sangat tinggi baik dari nilai ekonomis, budaya, dan sosiologis, dikarenakan kebutuhan dari aktivitas manusia yang akan selalu bertambah sedangkan luas tanah kecil kemungkinan untuk bertambah. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, tentunya dibutuhkan berbagai fasilitas penunjang untuk aktivitas masyarakat seperti jaringan transportasi, jaringan komunikasi, tempat peribadatan, sarana olah raga, sarana pendidikan, dan sebagainya. Huybers dalam bukunya Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah, mendefinisikan kepentingan umum sebagai “kepentingan masyarakat secara keseluruhan yang memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain menyangkut perlindungan hak-hak individu sebagai warga negara dan menyangkut pengadaan serta

Upload: lecong

Post on 21-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tanah adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan elemen yang

sangat penting dalam keberlangsungan hidup manusia. Aktivitas manusia tidak bisa

lepas dari pemanfaatan tanah dalam kegiatannya sehari-hari karena sumber daya

tanah merupakan modal yang sangat utama dalam kelancaran pembangunan serta

memiliki potensi untuk meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat.

Tanah memiliki nilai yang sangat tinggi baik dari nilai ekonomis, budaya, dan

sosiologis, dikarenakan kebutuhan dari aktivitas manusia yang akan selalu bertambah

sedangkan luas tanah kecil kemungkinan untuk bertambah. Seiring dengan

pertambahan jumlah penduduk, tentunya dibutuhkan berbagai fasilitas penunjang

untuk aktivitas masyarakat seperti jaringan transportasi, jaringan komunikasi, tempat

peribadatan, sarana olah raga, sarana pendidikan, dan sebagainya.

Huybers dalam bukunya Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah,

mendefinisikan kepentingan umum sebagai “kepentingan masyarakat secara

keseluruhan yang memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain menyangkut perlindungan

hak-hak individu sebagai warga negara dan menyangkut pengadaan serta

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

pemeliharaan sarana publik dan pelayanan publik.”1 Sedangkan kepentingan umum

menurut Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2012 Nomor 22; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5280), selanjutnya disingkat UU Pengadaan Tanah, telah ditentukan bahwa,

“Kepentingan Umum adalah kepentingan bangsa, negara, dan masyarakat yang harus

diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran

rakyat.” Kepentingan umum dimaksud menurut Pasal 10 huruf a sampai dengan huruf

r UU Pengadaan Tanah meliputi antara lain, jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur

kereta api, waduk, bendungan, bendung, irigasi, pelabuhan, bandar udara, dan lain-

lain.

Pembangunan untuk kepentingan umum tersebut tentunya membutuhkan

tanah sebagai fondasinya. Dalam hal luas tanah masih mencukupi, maka

pembangunan tersebut tidak akan menemui masalah, sedangkan seperti kita ketahui

bahwa tanah sebagai sumber daya alam yang sangat terbatas, sehingga pemerintah

sering mengalami kesulitan untuk mendapatkan lokasi dalam rangka pembangunan

untuk kepentingan umum. Tanah yang tersedia bagi pembangunan untuk kepentingan

umum salah satunya diperoleh dari tanah Negara atau dapat pula dari tanah

masyarakat yang sebagian besar telah dilekati dengan hak atas tanah.

1 Maria S.W Sumardjono, 2009, Kebijakan Pertanahan: Antara Regulasi & Implementasi, PT.

Kompas Media Nusantara, Jakarta, (selanjutnya di singkat Sumardjono I),

hal. 107

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

Pengadaan tanah untuk kepentingan umum merupakan salah satu manifestasi

dari fungsi sosial hak atas tanah yang telah diamanatkan dalam Pasal 6 Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104; Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2034), selanjutnya disingkat UUPA,

yang menyatakan, “Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial”. Konsep fungsi

sosial hak atas tanah sejalan dengan hukum adat yang menyatakan bahwa tanah

dalam lingkungan masyarakat hukum adat adalah tanah kepunyaan bersama seluruh

warga masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga

masyarakat adat bersangkutan.2

Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan, selama persediaan tanah

mencukupi, kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum dapat terlaksana.

Ketika persediaan tanah negara terbatas, pembangunan pun dilakukan di atas tanah-

tanah hak. Artinya, pemerintah mengambil tanah dari masyarakat melalui kegiatan

pengadaan tanah.3 Pengadaan tanah menurut Pasal 1 angka 2 UU Pengadaan Tanah

yaitu, “Pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi

ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak.”

2 Bernhard Limbong, 2014, Politik Pertanahan. PT. Dharma Karsa Utama, Jakarta,

(selanjutnya disingkat Bernhard I) hal. 49 3 Bernhard Limbong, 2013, Bank Tanah, MB Grafika, Jakarta, (selanjutnya disingkat

Bernhard II), hal. 111

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

Dalam proses pelaksanaan pengadaan tanah terdapat berbagai tahapan dan

proses yang merupakan persoalan yang pelik dan rumit karena tidak jarang ada

kepentingan dari para pihak yang saling bertentangan. Di Indonesia, yang pada

umumnya yang menjadi permasalahan utama bukan saja apakah suatu proyek

termasuk dalam kategori kepentingan umum atau tidak, melainkan juga mengenai

masalah tentang pelaksanaan dan substansi musyawarah untuk mencapai kesepakatan

antara para pihak.4

Pengadaan tanah yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka pembangunan

untuk kepentingan umum menurut Pasal 1 angka 9 UU Pengadaan Tanah

dilaksanakan dengan cara pelepasan hak atas tanah masyarakat menjadi tanah Negara

melalui lembaga pertanahan yang wajib diikuti dengan ganti rugi yang layak dan

telah disepakati oleh para pihak. Tanah milik masyarakat yang digunakan untuk

kepentingan umum sering hanya digunakan sebagian dari total luas tanah yang

dimiliki masyarakat, terutama jika kepentingan umum tersebut adalah berupa jalan

umum. Sisa dari bidang tanah milik masyarakat yang terkena pengadaan tanah dan

masih dapat difungsikan sesuai peruntukan dan penggunaannya sering tidak

dilakukan perbaruan data di lembaga pertanahan yaitu kantor Badan Pertanahan

Nasional (selanjutnya disingkat BPN).

4 Maria S.W Sumardjono, 2009, Tanah Dalam Perspektif Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya,

PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta, (selanjutnya disingkat Sumardjono II), hal. 258

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

Dalam penyelenggaraan pengadaan tanah, yang harus diperhatikan bukan

hanya pada pelaksanaan pengadaan tanah, tetapi juga pemeliharaan data dengan cara

mendaftarkan hak atas tanah yang diperoleh dalam pengadaan tanah tersebut oleh

instansi yang memerlukan tanah, sedangkan sisa bidang tanah yang masih bisa

digunakan oleh masyarakat didaftarkan haknya oleh masyarakat pemilik tanah.

Perubahan data wajib dilakukan, baik terhadap data fisik maupun data yuridis dari

obyek pendaftaran tanah yang sudah terdaftar.

Untuk mendapatkan jaminan kepastian hukum atas bidang tanah, memerlukan

perangkat hukum yang tertulis, lengkap, jelas dan dilaksanakan secara konsisten

sesuai dengan jiwa dan isi ketentuan-ketentuan yang berlaku. Hal tersebut tercapai

melalui pendaftaran tanah. Dalam rangka untuk melaksanakan pendaftaran tanah

yang dimaksud dalam UUPA telah dtetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun

1961 tentang Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1961

Nomor: 28; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2171) yang

pertama kali dikeluarkan di Indonesia. Dalam pelaksanaannya telah disempurnakan

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor: 59), selanjutnya

disingkat PP 24 Tahun 1997, jo. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan

Pertanahan Nomor 3 Tahun 1997 yang merupakan peraturan pelaksana dari PP 24

Tahun 1997.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

Pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan asas sederhana, aman,

terjangkau, mutakhir dan terbuka. Asas mutakhir dalam pendaftaran tanah

sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 2 Penjelasan Atas PP 24 Tahun 1997,

menuntut pembaruan data pendaftaran tanah secara terus-menerus dan

berkesinambungan, sehingga data yang tersimpan di kantor pertanahan selalu sesuai

dengan keadaan nyata di lapangan, dan masyarakat dapat memperoleh keterangan

mengenai data yang benar setiap saat. Data yang dihimpun dalam pendaftaran tanah

menurut Pasal 1 PP 24 Tahun 1997 meliputi dua hal yaitu :

1. Data fisik, yakni keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah

dan satuan rumah susun yang didaftar, termasuk keterangan mengenai

adanya bangunan atau bagian bangunan di atasnya.

2. Data yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan

satuan rumah susun yang didaftar, pemegang haknya dan hak pihak lain

serta beban-beban lain yang membebaninya.

Kegiatan pendaftaran tanah mempunyai tujuan, yaitu untuk menjamin

kepastian hukum dan kepastian hak atas tanah. Pendaftaran tanah dilakukan demi

kepentingan pemegang hak atas tanah, agar dengan mudah dapat membuktikan

bahwa dialah yang berhak atas suatu bidang tanah tertentu, melalui pemberian

sertifikat hak atas tanah.5 Tujuan adanya pendaftaran tanah tersebut juga untuk

5 Aartje Tehupeiory, 2012, Pentingnya Pendaftaran Tanah di Indonesia, Raih Asa Sukses,

Jakarta, hal. 9

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

menghindari terjadinya sengketa batas dan juga untuk penetapan nilai pajak atas

tanah tersebut.6

Usaha yang menuju kearah kepastian hukum atas tanah tercantum dalam

Penjelasan Umum Memori Penjelasan Atas Rancangan Undang-Undang Pokok

Agraria bagian IV terutama dalam pasal-pasal yang mengatur tentang pendaftaran

tanah, salah satunya dalam Pasal 19 UUPA disebutkan untuk menjamin kepastian

hukum dari hak-hak atas tanah, UUPA mengharuskan pemerintah untuk mengadakan

pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia yang bersifat “rechts

kadaster” artinya yang bertujuan menjamin kepastian hukum. Terselenggaranya

pendaftaran tanah membantu pihak-pihak yang bersangkutan dengan mudah dapat

mengetahui status hukum dari pada tanah tertentu yang dihadapinya, letak, luas dan

batas-batasnya, siapa pemiliknya dan beban-beban apa yang melekat di atas tanah

tersebut.

Dalam memenuhi berbagai kebutuhan seperti tersebut di atas, maka dari itu

UUPA melalui pasal-pasal pendaftaran tanah menyatakan bahwa pendaftaran hak atas

tanah adalah kewajiban bagi pemegang hak atas tanah bersangkutan yang kemudian

dipertegas dalam Pasal 36 ayat (2) PP 24 Tahun 1997, bahwa pemegang hak atas

tanah yang bersangkutan wajib mendaftarkan perubahan data fisik dan data yusridis,

6 A.P. Parlindungan, 1999, Pendaftaran Tanah Di Indonesia, Mandar Maju, Bandung,

(selanjutnya di singkat Parlindungan I), hal 5-7

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

ketentuan dimaksud bertujuan agar masyarakat memperoleh kepastian tentang hak

atas tanah dan luas yang dimilikinya.

Kurangnya informasi mengenai pendaftaran hak atas tanah menyebabkan sisa

dari bidang tanah milik masyarakat yang terkena pengadaan tanah dan masih dapat

difungsikan sesuai peruntukannya tidak didaftarkan perubahan datanya oleh

masyarakat, baik perubahan data fisik maupun data yuridisnya di Kantor Pertanahan.

Permasalahan ini muncul dapat disebabkan karena kurangnya sosialisasi pada saat

musyawarah pengadaan tanah dan keengganan masyarakat sendiri untuk mencari

informasi tentang pendaftaran hak atas tanah yang telah berubah datanya.

Keengganan dimaksud dikarenakan berbagai pertimbangan diantaranya

seperti transparansi pelayanan yang masih dirasakan belum baik di Kantor

Pertanahan, besarnya biaya yang kemungkinan akan dikeluarkan oleh masyarakat,

jarak serta waktu yang diperlukan untuk mengurus pendaftaran tersebut ke Kantor

Pertanahan dan pola pikir masyarakat yang cenderung menyimpulkan bahwa jika

proyek tersebut dilaksanakan oleh pemerintah, maka pemerintahlah yang seharusnya

menyelesaikan segala urusan administrasi pertanahan yang diperlukan sampai selesai.

Keadaan tidak didaftarkannya sisa bidang tanah milik masyarakat yang

terkena pengadaan tanah memberi akibat yang buruk kedepannya baik bagi

pemegang hak atas tanah itu sendiri sekarang maupun generasinya yang akan datang.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

Beberapa akibat yang muncul bagi masyarakat jika sisa bidang tanah tidak dilakukan

pendaftaran perubahan datanya diantaranya adalah:

1. Masyarakat tetap membayar pajak seluas tanah sebelum diadakannya pengadaan

tanah, karena luas tanahnya belum dikurangi dengan luas tanah yang telah

dibebaskan untuk kepentingan umum.

2. Masyarakat dapat menuntut ganti rugi karena jalan umum tersebut masih dalam

bagian tanahnya (tidak tergambar dalam surat ukur), hal ini bisa terjadi karena

waktu dibebaskan untuk pengadaan tanah, pemilik tanah tidak menerima ganti

rugi.

3. Masyarakat merasa bahwa jalan umum tersebut masih merupakan bagian dari hak

atas tanahnya, sehingga di kemudian hari bisa terjadi konflik yang berujung pada

penutupan jalan oleh masyarakat tersebut.

Hal ini tentu sangat merugikan masyarakat di pedesaan yang pada umumnya

berada pada golongan ekonomi menengah ke bawah, di sisi lain pemerintah

kehilangan uang pemasukan ke Negara berupa Penerimaan Negara Bukan Pajak

(PNBP) dari kegiatan pendaftaran perubahan data fisik dan data yuridis. Dalam

rangka tertib administrasi pertanahan, kegiatan pendaftaran perubahan data wajib

dilakukan, jika tidak dilaksanakan maka akan dapat memicu konflik pada ahli waris

pemilik sisa bidang tanah yang terkena pengadaan tanah di kemudian hari.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

Selain itu, dampak tidak didaftarkannya perubahan data di kantor BPN

berakibat tidak termonitornya alih fungsi lahan di lokasi pengadaan tanah. Keadaan

tidak adanya dana dalam proses pengadaan tanah juga sering membuat aparat

pemerintah setempat dihadapkan pada posisi dilematis, pada satu pihak harus

mengamankan pembangunan yang diamanatkan oleh pemerintah, tetapi pada pihak

yang lain mengalami kesulitan dalam memperoleh dana untuk pengadaan tanah.7

Bali merupakan pusat pariwisata di Indonesia dan juga sebagai salah satu

daerah tujuan wisata terkemuka di dunia. Pesonanya yang memukau membuat Bali

banyak dikunjungi oleh wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Sebagai daerah

pariwisata bertaraf Internasional, maka dibutuhkan banyak fasilitas pendukung yang

baik sebagai penunjang kegiatan pariwisata, salah satunya adalah jalan raya sebagai

jalur utama transportasi darat yang menghubungkan antar daerah dan akomodasi

wisata di Bali.

Pengadaan tanah untuk pelebaran jalan atau pembuatan jalan baru juga terjadi

di Bali untuk menunjang kegiatan pariwisata yang semakin meningkat, salah satunya

di Kabupaten Jembrana. Pengadaan tanah di Kabupaten Jembrana adalah untuk

membuat jalan baru sebagai jalur pengangkutan hasil bumi sehingga mempermudah

pengirimannya ke daerah yang membutuhkan, diantaranya ke daerah dengan aktivitas

wisata yang tinggi di Bali.

7Aminuddin Salle, 2007, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Total media,

Yogyakarta, hal 172

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

Pengadaan tanah di Kabupaten Jembrana telah selesai dilaksanakan dan

pembangunan jalan telah rampung, namun pendaftaran perubahan data pertanahan di

Kantor Pertanahan sampai saat ini belum juga dilakukan. Walaupun kegiatan

pembangunan jalan untuk kepentingan umum telah selesai dilaksanakan, namun

pemerintah tetap harus menjamin pemeliharaan data fisik dan data yuridis (perubahan

data baik pada buku tanah maupun pada sertifikat tanah masyarakat) segera setelah

pengadaan tanah untuk kepentingan umum berjalan dengan semestinya, sehingga

tujuan dari pendaftaran tanah yaitu menjamin kepastian hukum dapat tercapai dan

tentunya tidak ada pihak yang dirugikan baik secara material atau immaterial.

Berdasarkan fenomena tersebut di atas, penulis mengambil judul dalam

penelitian ini yaitu, “Peran Pemerintah berkaitan dengan kendala pendaftaran sisa

bidang tanah akibat pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk

kepentingan umum (Studi pada Pembangunan Jalan Umum di Kabupaten

Jembrana)”.

1.2 Rumusan Masalah

Menelaah latar belakang yang diuraikan, maka rumusan masalah yang

dikemukakan dalam penulisan usulan penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah yang menjadi kendala dalam proses pendaftaran sisa bidang tanah

milik masyarakat yang terkena pengadaan tanah bagi pelaksanaan

pembangunan untuk kepentingan umum (jalan umum) di Kabupaten

Jembrana.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

2. Bagaimanakah peran pemerintah dalam hal pendaftaran sisa bidang tanah

milik masyarakat yang terkena pengadaan tanah bagi pelaksanaan

pembangunan untuk kepentingan umum (jalan umum) di Kabupaten

Jembrana.

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam kegiatan penelitian harus terdapat tujuan yang jelas dan hendak

dicapai. Adapun tujuan penelitian ini dapat dikualifikasikan atas tujuan yang bersifat

umum dan bersifat khusus. Lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengembangkan ilmu hukum terkait, khususnya dalam bidang Hukum Agraria dan

memperluas wawasan pengetahuan sehingga nantinya dapat digunakan untuk

membantu dalam penyelesaian masalah di institusi pertanahan dan membantu

masyarakat.

1.3.2 Tujuan Khusus

Sehubungan dengan tujuan umum, maka tujuan khusus yg ingin didapat lebih

lanjut adalah sebagai berikut ;

a. Untuk mengetahui dan menganalisis kendala yang dihadapi dalam

proses pendaftaran sisa bidang tanah milik masyarakat yang terkena

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan

umum (jalan umum) di Kabupaten Jembrana.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis peran pemerintah dalam hal

pendaftaran sisa bidang tanah milik masyarakat yang terkena

pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan

umum (jalan umum) di Kabupaten Jembrana.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis/Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan

masukan bagi para akademisi bidang hukum pada umumnya, dan diharapkan dapat

menambah wawasan, pengalaman, dan pemahaman khususnya yang berkaitan dengan

ilmu Hukum Agraria dan juga dapat berguna bagi masyarakat umum.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pengetahuan dan

pemikiran di bidang hukum, khususnya dalam bidang hukum agraria, terutama bagi

para praktisi pengadaan tanah yang terlibat langsung dalam proses pelaksanaannya,

yaitu tim pelaksana pengadaan tanah dan masyarakat. Sehingga dapat menimbulkan

kesadaran masyarakat akan pentingnya pendaftaran perubahan data di kantor

pertanahan. Bagi peneliti, di samping untuk kepentingan penyelesaian studi juga

untuk menambah pengetahuan serta wawasan di bidang hukum agraria khususnya

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

mengenai penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan

umum.

1.5. Landasan Teoritis

Teori adalah suatu prinsip yang dianut untuk mengambil suatu tindakan atau

memecahkan masalah. Teori merupakan alur penalaran yang terdiri dari konsep,

definisi yang disusun secara sistematis.8 Setiap penelitian tidak akan pernah

meninggalkan teori-teori yang mendukung dan relevan, teori-teori tersebut berkaitan

langsung dengan pokok masalahnya dan bermanfaat untuk memberikan dukungan

analisis terhadap topik yang sedang dikaji.9 Teori dalam penelitian empiris selain

berfungsi untuk menjelaskan fakta, juga harus mampu meramalkan fakta-fakta atau

kejadian-kejadian.10

Dalam bagian kerangka teoritik ini dipaparkan teori-teori yang berkaitan

dengan permasalahan yang ada, relevansi teori-teori tersebut sebagai pembenaran

teoritik untuk mengkaji mengenai dampak pengadaan tanah untuk kepentingan umum

terhadap sisa bidang tanah yang tidak diikuti dengan pendaftaran tanah, sehingga

jelas bahwa teori yang digunakan bermanfaat untuk melakukan penjelasan-penjelasan

ilmiah sesuai dengan fungsi-fungsi teori menurut ilmu hukum.

8 J.Soeprapto, 2003, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Rineka Cipta, Jakarta, hal.194. 9 Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &

Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 144 10 Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, CV Mandar Maju,

Bandung, hal. 141

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

1.5.1 Teori Efektivitas Hukum

Efektivitas hukum dalam tindakan atau realita hukum dapat diketahui dalam

hal seseorang menyatakan bahwa suatu kaidah hukum berhasil atau gagal mencapai

tujuannya. Teori efektivitas hukum menjelaskan mengenai bekerjanya sebuah aturan

perundangan ketika diterapkan dalam masyarakat, termasuk di dalamnya adalah

penjelasan mengenai hambatan atau kendala-kendala.11

Mengetahui sejauh mana efektivitas dari hukum, menurut Achmad Ali dalam

bukunya yang berjudul “Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan

(Judicial Prudence) Termasuk Interpretasi Undang-undang (Legisprudence)

mengatakan bahwa, maka pertama-tama yang harus dapat diukur adalah “sejauh

mana aturan hukum itu ditaati atau tidak ditaati”. Tentu saja, jika suatu aturan hukum

ditaati oleh sebagian besar target yang menjadi sasaran ketaatannya, kita akan

mengatakan bahwa aturan hukum yang bersangkutan adalah efektif. Namun

demikian, sekalipun dapat dikatakan aturan yang ditaati efektif, seseorang menaati

atau tidak suatu aturan hukum, juga tergantung pada kepentingannya. 12

Kepentingan ada bermacam-macam, di antaranya yang bersifat compliance,

internalization, dan masih banyak jenis kepentingan lain. Ketaatan sebagian besar

11 Ibid., hal. 141 12 Achmad Ali, 2010, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan

(Judicialprudence) Termasuk Undang-Undang (Legisprudence) Volume I Pemahaman Awal, Kencana

Prenada Media Group, Jakarta. hal. 376-378

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

warga masyarakat terhadap suatu aturan hukum karena kepentingan yang bersifat

compliance atau hanya takut sanksi, maka derajat ketaatannya rendah, karena

membutuhkan pengawasan yang terus-menerus. Berbeda dengan ketaatan yang

berdasarkan kepentingan yang bersifat internalization, yaitu ketaatan karena aturan

hukum tersebut benar-benar cocok dengan nilai yang masyarakat anut, maka derajat

ketaatannya adalah yang tertinggi, sehingga aturan tersebut bisa dikatakan efektif

berlakunya di masyarakat.

Beberapa faktor menurut Achmad Ali yang juga diakui oleh C. G. Howard &

R. S. Mummers dalam law: Its Nature and Limits yang mempengaruhi ketaatan

terhadap hukum secara umum dan relevan dengan penelitian dalam tesis ini

diantaranya adalah:

a. Sosialisasi yang optimal kepada seluruh target aturan hukum itu.

Sosialisasi aturan harus dilakukan, karena tidak boleh meyakini fiksi

hukum yang menentukan bahwa semua penduduk yang ada dalam wilayah

suatu negara, dianggap mengetahui seluruh aturan hukum yang berlaku di

negaranya. Penduduk secara umum tidak mungkin mampu mengetahui

keberadaaan suatu aturan hukum dan substansinya, jika aturan hukum

tersebut tidak disosialisasikan secara optimal.

b. Efektif atau tidak efektifnya suatu aturan hukum secara umum, juga

tergantung pada optimal dan profesional tidaknya aparat penegak hukum

untuk menegakkan berlakunya aturan hukum tersebut; mulai dari tahap

pembuatannya, sosialisasinya, dan proses penegakan hukumnya.13

Romli Atmasasmita juga mengatakan bahwa faktor-faktor yang menghambat

efektivitas penegakan hukum tidak hanya terletak pada sikap mental aparatur penegak

hukum akan tetapi juga terletak pada faktor sosialisasi hukum yang sering

13 Ibid.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

diabaikan.14 Teori Efektivitas Hukum digunakan oleh penulis untuk membantu dalam

mengkaji masalah tentang kendala dalam proses pendaftaran sisa bidang tanah milik

masyarakat yang terkena pengadaan tanah, dengan teori ini maka dapat diketahui

faktor yang menimbulkan kendala dalam pendaftaran sisa bidang tanah milik

masyarakat yang terkena pengadaan tanah untuk kepentingan umum dan dapat

menemukan solusi yang tepat untuk mengurangi kendala atau hambatan tersebut.

1.5.2 Teori Negara Hukum

Mengenai istilah negara hukum, sering disamakan dengan konsep rechtsstaat

dan negara hukum adalah terjemahan dari rechtsstaat.15 Paham rechtsstaat ini

dikembangkan oleh ahli-ahli hukum Eropa Kontinental seperti Immanuel Kant dan

Friedrich Julius Stahl. Negara hukum ialah negara yang pemerintah dan semua

pejabat-pejabat hukum mulai dari Presiden, hakim, jaksa, anggota-anggota legislatif,

semuanya dalam menjalankan tugasnya di dalam dan di luar jam kantornya taat

kepada hukum. Taat kepada hukum berarti menjunjung tinggi hukum, dalam

mengambil keputusan-keputusan jabatan menurut hati nuraninya, sesuai dengan

hukum.16

Penegasan Negara Indonesia sebagai negara hukum telah ada pada Pasal 1

ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perubahan

14 Romli Atmasasmita, 2001, Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia & Penegakan Hukum,

Mandar Maju, Bandung, hal. 55 15 Philipus M. Hadjon, 2007, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Sebuah Studi

tentang Prinsip-prinsipnya, Penanganannya oleh Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan Umum dan

Pembentukan Peradilan Administrasi, Peradaban, Surabaya, hal. 66. 16 O. Notohamidjojo, 1970, Makna Negara Hukum, Badan Penerbit Kristen, Jakarta, hal. 36.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

ke-4 yang menegaskan bahwa “Negara Indonesia adalah negara hukum

(rechtsstaat)”. Dengan penegasan itu, maka mekanisme kehidupan perorangan,

masyarakat, dan negara diatur oleh hukum (tertulis maupun tidak tertulis). Artinya

baik anggota masyarakat maupun pemerintah wajib mematuhi hukum tersebut.17

Menurut Djokosutomo, hukumlah yang berdaulat dan Negara adalah

merupakan subjek hukum, dalam arti rechstaat. Negara dipandang sebagai subjek

hukum, maka jika ia bersalah dapat dituntut di depan pengadilan karena perbuatan

melanggar hukum. Dalam penjelasan UUD 1945 dikatakan bahwa Negara Indonesia

berdasar atas hukum (rechstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka, tetapi harus

berdasarkan pada hukum.18

Sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, bahwa paham rechtsstaat pada

dasarnya bertumpu pada sistem hukum Eropa Kontinental. Dalam penelitian ini,

digunakan konsep negara hukum dari Friedrich Julius Stahl, karena sistem hukum

yang dianut di Indonesia banyak dipengaruhi paham Eropa Kontinental, sehingga

terdapat persesuaian atau persamaan-persamaan terkait dengan penerapan sistem

hukum Eropa Kontinental.

Menurut Julius Stahl, konsep negara hukum yang disebutnya rechtsstaat

mencakup 4 (empat) elemen, yaitu :

17 Baharudin Lopa, 1987, Permasalahan Pembinaan Dan Penegakan Hukum Di

Indonesia, Bulan Bintang, Jakarta, hal.101 18 Kansil, C.S.T dan Christine S.T., 2008, Hukum Tata Negara Republik Indonesia:

Pengertian Hukum Tata Negara Dan Perkembangan Pemerintah Indonesia Sejak Proklamasi

Kemerdekaan 1945 Hingga Kini, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 86

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

a. Perlindungan hak asasi manusia;

b. Pembagian kekuasaan;

c. Pemerintahan berdasarkan undang-undang;

d. Peradilan tata usaha negara.19

Salah satu asas penting negara hukum adalah asas legalitas yang substansinya

adalah menghendaki agar setiap tindakan badan atau pejabat administrasi berdasarkan

undang-undang. Tanpa dasar undang-undang, maka badan atau pejabat administrasi

negara tidak berwenang melakukan suatu tindakan yang dapat mengubah atau

memengaruhi keadaan hukum warga masyarakat.20

Teori Negara Hukum digunakan oleh penulis untuk membantu dalam

mengkaji masalah tentang bagaimana peran pemerintah dalam mendaftarkan sisa

bidang tanah milik masyarakat yang terkena pengadaan tanah, sehingga dapat

diketahui sejauh mana peran pemerintah yang telah diatur perundang-undangan

dalam mendaftarkan sisa bidang tanah milik masyarakat yang terkena pengadaan

tanah, karena teori Negara Hukum menghendaki agar setiap tindakan badan atau

pejabat administrasi berdasarkan undang-undang.

19 Bahder Johan Nasution, 2011, Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia, cetakan pertama,

CV. Mandar Maju, Bandung, hal. 3 20 Kansil, C.S.T dan Christine S.T., op. cit.,hal. 78

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

1.5.3 Teori Kepastian Hukum

Kepastian berasal dari kata pasti, yang artinya tentu; sudah tetap; tidak boleh

tidak; suatu hal yang sudah tentu.21 Gustav Radbruch, seorang filsuf hukum Jerman

mengajarkan adanya tiga ide dasar hukum, yang oleh sebagian besar pakar teori

hukum dan filsafat hukum, juga diidentikan sebagai tiga tujuan hukum, yaitu

keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. 22

Bagi Radbruch, ketiga ide dasar hukum itu merupakan tujuan hukum secara

bersama-sama, namun Radbruch menyadari dalam praktik dapat menimbulkan

masalah. Ketiga nilai dasar tersebut tidak selalu berada dalam hubungan serasi

(harmonis) satu sama lain, melainkan berhadapan, bertentangan, ketegangan

(Spannungsverhaeltnis) satu sama lain. Keadilan bisa bertabrakan dengan

kemanfaatan dan kepastian hukum begitu juga sebaliknya.

Radbruch mengajarkan bahwa kita harus menggunakan asas prioritas,

prioritas pertamanya adalah keadilan, kedua adalah kemanfaatan dan terakhir barulah

kepastian hukum. Namun karena semakin kompleksnya kehidupan manusia di era

modern, maka pilihan prioritas yang sudah dibakukan, kadang-kadang memunculkan

pertentangan antara kebutuhan hukum dalam kasus-kasus tertentu. Sehingga Achmad

Ali berpandangan bahwa, harus diupayakan agar meskipun yang diprioritaskan

21 W.J.S. Poerwadarminta, 2006, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai

Pustaka, hal. 847 22 Achmad Ali, op.cit., hal.288

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

adalah salah satunya, misalnya kepastian hukum, tetapi tidak mengabaikan sama

sekali keadilan dan kemanfaatannya.

Kemunculan hukum modern membuka pintu bagi masuknya permasalahan

yang tidak ada sebelumnya yang sekarang kita kenal dengan nama kepastian hukum

itu. Nilai-nilai keadilan dan kemanfaatan secara tradisional sudah ada sebelum era

hukum modern. Bahkan sudah sejak masa ribuan tahun kedua nilai tersebut masih

ada dalam wacana hukum, tetapi kepastian hukum merupakan sesuatu yang baru.

Kepastian hukum menurut Radbruch adalah “Scherkeit des Rechts selbst”

(kepastian hukum tentang hukum itu sendiri). Ada empat hal yang berhubungan

dengan makna kepastian hukum, yaitu:

Pertama, bahwa hukum itu positif, artinya bahwa ia adalah perundang-

undangan (gesetzliches Recht). Kedua, bahwa hukum ini didasarkan pada

fakta (Tatsachen), bukan suatu rumusan tentang penilaian yang nanti akan

dilakukan oleh hakim, seperti ”kemauan baik”, “kesopanan”. Ketiga, bahwa

fakta itu harus dirumuskan dengan cara yang jelas sehingga menghindari

kekeliruan dalam pemaknaan, di samping juga mudah dijalankan. Keempat,

hukum positif itu tidak boleh sering diubah-ubah….23

Pendapat Gustav Radburch tersebut didasarkan pada pandangannya bahwa

kepastian hukum adalah kepastian tentang hukum itu sendiri. Kepastian hukum

merupakan produk dari hukum atau lebih khusus perundang-undangan. Pendapat

lainnya mengenai kepastian hukum datang dari Roscoe Pound, seperti yang dikutip

oleh Peter Mahmud Marzuki dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Hukum

23 Ibid., hal. 292-293

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

menyatakan bahwa kepastian hukum mengandung dua pengertian yang dikemukakan

sebagai berikut :

Pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui

perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa

keamanan hukum bagi individu dari kesewenagan pemerintah karena dengan

adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja

yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu.

Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam undang-undang,

melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara putusan yang

satu dengan putusan hakim yang lain untuk kasus serupa yang telah diputus.24

Jika mengkaitkan teori ini dengan apa yang akan dikaji, maka penulis

berpendapat bahwa teori kepastian hukum membantu untuk menjelaskan kepastian

hukum dari sisa bidang tanah milik masyarakat yang terkena pengadaan tanah.

Kepastian hukum yang dimaksud adalah kepastian dilakukannya pendaftaran

perubahan data fisik dan data yuridis oleh masyarakat, sehingga data tersebut selalu

akurat sesuai dengan asas mutakhir yang telah diamanatkan dalam PP 24 tahun 1997.

Teori kepastian hukum digunakan oleh penulis dalam mengkaji masalah tentang

peran pemerintah dalam mendaftarkan sisa bidang tanah milik masyarakat yang

terkena pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum.

1.6 Metode Penelitian

Penelitian secara etimologi kata dasarnya adalah teliti yang bermakna cermat,

hati-hati, tekun, telaten, dan sungguh-sungguh. Serangkaian makna itu terkandung

dalam penelitian yang dalam bahasa inggris disebut search. Sementara research dapat

24 Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenada Media Group,

Jakarta, (selanjutnya di singkat Marzuki I), hal.137

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

didefinisikan sebagai upaya menemukan informasi kembali dengan cermat, hati-hati,

tekun, telaten, dan sungguh-sungguh. Makna menemukan adalah kegiatan mencari

sesuatu yang sebenarnya telah ada namun belum diformulasikan secara sistematis.25

Metode ilmiah dapat pula diartikan sebagai suatu cara bagaimana penelitian itu harus

dilakukan, dengan mengikuti cara-cara tertentu yang dibenarkan, yang mencakup

mengenai tata cara pengumpulan data, pengolahan data, maupun analisis data.26

Metode merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada dalam penelitian,

peranan metode dalam penelitian diantaranya adalah untuk menambah kemampuan

para ilmuwan untuk mengadakan atau melaksanakan penelitian dengan cara yang

lebih baik dan lengkap, memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk meneliti

hal-hal yang belum diketahui dan memberikan pedoman untuk mengorganisasikan

serta mengintegrasikan pengetahuan mengenai masyarakat.27

1.6.1 Jenis Penelitian

Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atas isu hukum yang

timbul.28 Jenis penelitian hukum dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu penelitian

hukum normatif dan penelitian hukum empiris29. Penelitian yang dilakukan dalam

tesis ini menggunakan penelitian hukum empiris, penelitian ini beranjak dari adanya

25 Ade Saptomo, 2009, Pokok-Pokok Penelitian Hukum Empiris Murni: sebuah alternatif,

Universitas Trisakti, Jakarta, hal. 33 26 Suratman dan Philips Dillah, 2014, Metode Penelitian Hukum, Alfabeta, Bandung,

hal. 35 27 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press,

Jakarta (selanjutnya di singkat Soekanto II), hal. 7 28 Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, hal. 41 29 Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, op. cit., hal. 153

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

kesenjangan antara das solen dengan das sein (kesenjangan antara keadaan teoritis

dengan fakta hukum)30, yaitu dalam Pasal 36 ayat (2) PP 24 Tahun 1997, ditentukan

bahwa pemegang hak atas tanah yang bersangkutan wajib mendaftarkan perubahan

data fisik atau data yuridis obyek pendaftaran tanah. Namun dalam kenyataannya

masyarakat tidak mendaftarkan perubahan data obyek pendaftaran tanah yang telah

berkurang akibat pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

Dalam penelitian hukum empiris dilakukan jenis penelitian mengenai

bagaimana berlakunya hukum di masyarakat, sehingga dapat diketahui apakah hukum

akan bekerja efektif atau telah berjalan efektif, data hukum yang berhasil ditemukan

dianalisis. Penelitian empiris dilakukan di lapangan dengan metode dan teknik

penelitian lapangan yaitu mengadakan kunjungan dan komunikasi dengan para pihak

yang berkaitan langsung.

1.6.2 Sifat Penelitian

Dilihat dari sudut sifatnya menurut Amirudin dan Zainal Asikin, penelitian

dibedakan menjadi tiga jenis yaitu, penelitian yang bersifat eksploratif (penjajakan

atau penjelajahan), eksplanatif dan deskriptif. Penelitian yang bersifat eksploratif

umumnya dilakukan terhadap pengetahuan yang masih baru, belum banyak

ditemukan informasi mengenai masalah yang diteliti, atau bahkan belum ada sama

sekali, seperti belum adanya teori-teori dan norma-norma. Kalaupun ada namun hal

30 Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Udayana, 2013, Buku Pedoman

Pendidikan, Denpasar, hal. 60

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

itu masih relative sedikit. Oleh karena itu dalam penelitian ini tidak menggunakan

hipotesis.31

Penelitian yang bersifat eksplanatif (menerangkan) bertujuan menguji

hipotesis-hipotesis tentang ada tidaknya hubungan sebab akibat antara berbagai

variabel yang diteliti. Penelitian ini baru dapat dilakukan apabila informasi-informasi

tentang masalah yang diteliti sudah cukup banyak, yaitu adanya beberapa teori

tertentu dan telah ada berbagai penelitian empiris yang menguji berbagai hipotesis

tertentu. Oleh karena itu hipotesis mutlak harus ada.32

Pada penelitian ini menggunakan sifat penelitian deskriftif analisis tentang

pokok permasalahan. Penelitian deskriftif pada penelitian secara umum termasuk pula

pada penelitian ilmu hukum yang bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-

sifat suatu individu, keadaan, gejala kelompok tertentu atau untuk menentukan

penyebaran gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Dalam penelitian ini teori-

teori, ketentuan peraturan, norma-norma hukum, karya tulis yang dimuat, baik dalam

literature maupun jurnal, doktrin serta laporan penelitian terdahulu sudah mulai ada,

bahkan jumlahnya cukup memadai. 33

Penelitian deskriptif bertujuan untuk melukiskan tentang suatu hal di daerah

serta waktu tertentu dan peneliti sudah mempunyai gambaran tentang permasalahan

31 Amirudin dan Zainal Asikin, 2010, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo

Persada, Jakarta, hal. 25 32 Ibid. 33 Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Udayana, op.cit., hal. 62

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

yang akan diteliti.34 Penelitian dalam tesis ingin menggambarkan kenyataan yang

terjadi di Kabupaten Jembrana mengenai pelaksanaan pengadaan tanah yang tidak

diikuti dengan pendaftaran sisa bidang tanah milik masyarakat di lembaga

pertanahan.

1.6.3 Data dan Sumber Data

Data yang diteliti dalam penelitian hukum empiris yaitu data primer dan data

sekunder. Adapun jenis data yang digunakan, yaitu:

a. Data primer

Data primer bersumber dari penelitian lapangan yaitu suatu data yang

diperoleh langsung dari sumber pertama di lapangan dengan melakukan

wawancara dengan responden dan informan. Informan dan responden

merupakan dua hal yang berbeda, informan adalah individu yang memiliki

keahlian serta pemahaman terbaik mengenai isu-isu tertentu sehingga di sini

informan merupakan narasumber, sementara responden adalah individu yang

oleh pewawancara ingin mengetahui informasi mengenai diri dari responden

itu sendiri seperti pendiriannya, sikapnya, serta pandangannya terhadap isu

tertentu.35

Responden dalam penelitian ini yaitu masyarakat yang memiliki bidang tanah

sisa pengadaan tanah yang masih dapat difungsikan sesuai peruntukannya,

namun perubahan datanya tidak didaftarkan di lembaga pertanahan.

34 Suratman dan Philips Dillah, op.cit., hal. 47 35 Ulber Silalahi, 2006, Metode Penelitian Sosial, Unpar Press, Bandung, hal. 287.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

Sedangkan informan dalam penelitian ini yaitu Kantor Pertanahan Kabupaten

Jembrana sebagai lembaga pemerintah yang menyelenggarakan urusan di

bidang pertanahan salah satunya pendaftaran tanah dan tim pelaksana

pengadaan tanah yaitu termasuk di dalamnya Kepala Desa lokasi pengadaan

tanah.

b. Data sekunder

Data sekunder bersumber dari penelitian kepustakaan yaitu data yang

diperoleh tidak secara langsung dari sumber pertamanya, melainkan

bersumber dari data-data yang sudah terdokumentasikan dalam bentuk bahan-

bahan hukum. Bahan hukum terdiri dari Bahan Hukum Primer, Bahan Hukum

Sekunder, dan Bahan Hukum Tersier.36 Bahan hukum yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu:

1. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer bersumber dari peraturan perundang-undangan yang

terkait dengan permasalahan yang dikaji. Peraturan perundang-undangan

tersebut, antara lain:

a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960

Nomor 104; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

2034);

36 Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Udayana, loc.cit

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

b. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor: 59);

c. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2012 Nomor 22);

d. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

Nomor 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan

Tanah;

2. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder diantaranya berupa rancangan undang-undang,

hasil penelitian, pendapat pakar hukum, jurnal-jurnal hukum, surat kabar

(koran), dan berita internet37 yang berkaitan dengan permasalahan yang

diteliti.

1.6.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data lapangan digunakan teknik wawancara, dimana

teknik ini adalah bagian penting terutama dalam penelitian hukum empiris, karena

peneliti akan mendapatkan informasi yang hanya diperoleh dengan jalan bertanya

langsung kepada responden dan informan.38 Penelitian ini menggunakan teknik

standardized interview (wawancara berencana), dimana daftar pertanyaan (kuesioner)

37 Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, op.cit., hal. 158 38 Amirudin dan Zainal Asikin, 2010, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo

Persada, Jakarta, hal. 82

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

telah disiapkan sebelumnya dan disusun secara sistematis. Kuesioner yang terstruktur

dan sistematis ini kemudian oleh pewawancara ditanyakan kepada responden atau

informan39.

Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang lebih kompleks

dan mendetail mengenai permasalahan yang akan diteliti. Adapun yang diwawancarai

dalam penelitian ini yaitu pegawai Kantor Pertanahan yang membidangi pendaftaran

hak atas tanah tanah, Kepala Desa di Kabupaten Jembrana dan masyarakat yang

sebagian tanah hak miliknya terkena pengadaan tanah untuk pembangunan jalan

umum dan sisa dari bidang tanah yang masih dapat difungsikan tersebut tidak

didaftarkan perubahan datanya di lembaga pertanahan.

Data sekunder diperoleh melaluli teknik studi dokumen yang dilakukan atas

bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan penelitian. Data kepustakaan

sebagai data sekunder diperoleh melalui pengkajian serta penguraian bahan hukum

primer yang terdiri dari buku-buku, literatus, makalah, hasil penelitian, artikel,

ataupun karya ilmiah yang berhubungan dengan penelitian ini.

1.6.5 Teknik Penentuan Sampel Penelitian

Secara metodelogis, dalam penelitian ini digunakan teknik non probability

sampling, hasil yang diperoleh tidak digunakan untuk membuat generalisasinya dan

39 Bagong Suyanto dan Sutinah, 2011, Metode Penelitian Sosial, Kencana Prenada Media

Group, Jakarta, hal. 77

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

hanya memberi gambaran tentang suatu elemen.40 Dalam hal ini tidak ada ketentuan

yang pasti berapa sampel harus diambil agar dapat dianggap mewakili populasinya,

jadi dalam hal ini peneliti menentukan sendiri responden mana yang dianggap dapat

mewakili populasi41.

Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik snowball sampling.

Teknik ini dipilih berdasarkan penunjukkan atau rekomendasi dari sampel

sebelumnya. Sampel pertama yang diteliti ditentukan sendiri dengan mencari key

informan (informan kunci) yang dianggap mengetahui tentang penelitian yang sedang

dilakukan. Penarikan sampel yang akan diteliti tidak ditentukan secara pasti baik

dalam bentuk sejumlah angka ataupun prosentase, melainkan besarnya jumlah sampel

akan disesuaikan dengan titik jenuh, dalam hal ini penelitian akan dihentikan dan

dianggap telah mewakili keseluruhan obyek penelitian jika data telah menunjukkan

titik jenuh. Data dianggap telah mencapai titik jenuh jika dari jawaban-jawaban baik

para responden maupun informan telah ada kesamaan atau kemiripan.42

Responden dalam penelitian ini yaitu masyarakat yang memiliki bidang tanah

sisa pengadaan tanah yang masih dapat difungsikan sesuai peruntukannya, namun

perubahan datanya tidak didaftarkan di lembaga pertanahan. Sedangkan informan

dalam penelitian ini yaitu BPN sebagai lembaga pemerintah yang menyelenggarakan

urusan di bidang pertanahan salah satunya pendaftaran tanah dan tim pelaksana

40 Burhan Ashshofa, 2007, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 87 41 Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Udayana, op.cit., hal.67 42 Ibid.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

pengadaan tanah yaitu termasuk di dalamnya Kepala Desa dan instansi terkait

lainnya.

1.6.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif, data yang sudah terkumpul

adalah berupa: data yang tidak berupa angka-angka yang dapat dilakukan

pengukuran; data sukar diukur dengan angka; sampel lebih bersifat non probabilitas;

pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan pengamatan.43

Keseluruhan data yang terkumpul baik data primer maupun data data sekunder akan

diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data secara sistimatis, digolongkan

dalam pola dan tema, dikategorikan dan diklarifikasikan, dihubungkan antara satu

data dengan data lainnya, dilakukan interpretasi untuk memahami makna data dalan

situasi sosial, dan dilakukan penafsiran dari perspektif peneliti setelah memahami

keseluruhan kualitas data.

1.6.7 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Kabupaten

Jembrana dipilih sebagai lokasi penelitian karena proyek pengadaan tanah banyak

terjadi di kabupaten ini, terutama di daerah pedesaan yang kebutuhan jalan untuk

kegiatan masyarakatnya cukup tinggi, terutama untuk memudahkan mengangkut hasil

pertanian menuju daerah yang membutuhkan, seperti ke kota-kota besar di Provinsi

43 Bambang Waluyo, 2008, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta,

hal. 77-78

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah masyarakat, yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama bagi warga masyarakat adat bersangkutan.2 Tanah merupakan modal dasar bagi pembangunan,

Bali. Kabupaten Jembrana merupakan daerah yang masih sangat bisa untuk

berkembang serta jalur utama yang menghubungkan antar provinsi memungkinkan

proyek pengadaan tanah akan terus berlangsung.