bab i pendahuluan 1.1 latar belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari...

84
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknik kontrol secara umum merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk mengontrol / mengatur suatu sistem mekanis dari manual menjadi otomatis dengan tujuan untuk memudahkan mengontrol sistem dalam pekerjaan maupun kegiatan manusia pada umumnya. Bersamaan dengan perkembangan zaman dan majunya teknologi, teknik kontrol menjadi salah satu solusi bagi kelancaran pekerjaan maupun kegiatan manusia yang menginginkan sesuatu yang efektif dan efisien. Dalam dunia medis, infus merupakan alat yang paling sering digunakan. Fungsi infus sendiri yaitu untuk memberikan cairan kepada pasien secara berkala. Infus digunakan sebagai alat pengganti cairan tubuh yang dialirkan melalui pipa plastik menuju aliran darah pada penderita / pasien. Seperti yang kita ketahui cara kerja infus sangatlah sederhana, yaitu dengan menggunakan ketinggian dan perbedaan tekanan antara kantong infus dengan tekanan darah dalam tubuh manusia serta pengontrol manual untuk mengatur laju aliran, sehingga cairan infus dapat masuk ke dalam aliran darah. Oleh sebab itu, tekanan dalam kantong infus haruslah lebih tinggi dari tekanan dalam tubuh manusia. Infus dengan sistem sederhana tersebut membutuhkan suatu pengecekan secara teratur untuk menghindari kelebihan ataupun kekurangan cairan agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian cairan infus yang dapat berakibat buruk kepada pasien, juga apabila terjadi masalah seperti penyumbatan atau kehabisan cairan jika tidak segera ditangani akan berbahaya bagi pasien. Infus yang ada saat ini karena

Upload: others

Post on 26-Aug-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknik kontrol secara umum merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan

untuk mengontrol / mengatur suatu sistem mekanis dari manual menjadi otomatis

dengan tujuan untuk memudahkan mengontrol sistem dalam pekerjaan maupun kegiatan

manusia pada umumnya. Bersamaan dengan perkembangan zaman dan majunya

teknologi, teknik kontrol menjadi salah satu solusi bagi kelancaran pekerjaan maupun

kegiatan manusia yang menginginkan sesuatu yang efektif dan efisien.

Dalam dunia medis, infus merupakan alat yang paling sering digunakan. Fungsi

infus sendiri yaitu untuk memberikan cairan kepada pasien secara berkala. Infus

digunakan sebagai alat pengganti cairan tubuh yang dialirkan melalui pipa plastik

menuju aliran darah pada penderita / pasien. Seperti yang kita ketahui cara kerja infus

sangatlah sederhana, yaitu dengan menggunakan ketinggian dan perbedaan tekanan

antara kantong infus dengan tekanan darah dalam tubuh manusia serta pengontrol

manual untuk mengatur laju aliran, sehingga cairan infus dapat masuk ke dalam aliran

darah. Oleh sebab itu, tekanan dalam kantong infus haruslah lebih tinggi dari tekanan

dalam tubuh manusia. Infus dengan sistem sederhana tersebut membutuhkan suatu

pengecekan secara teratur untuk menghindari kelebihan ataupun kekurangan cairan agar

tidak terjadi kesalahan dalam pemberian cairan infus yang dapat berakibat buruk kepada

pasien, juga apabila terjadi masalah seperti penyumbatan atau kehabisan cairan jika

tidak segera ditangani akan berbahaya bagi pasien. Infus yang ada saat ini karena

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

2

penggunaannya masih secara manual, maka kesalahan – kesalahan seperti tersebut masih

sering terjadi.

Untuk menghindari terjadinya kesalahan tersebut maka perlu dirancang dan

dibuat sebuah perangkat yang digunakan untuk mengatur dan memonitor tingkat aliran

infus pada pasien. Perangkat ini dapat menjadi pilihan yang menarik dalam

memonitoring laju aliran infus dengan sumber daya kesehatan (paramedis) yang

minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut

menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter laju aliran dari

infus untuk memberikan sinyal-sinyal listrik dalam perubahan laju aliran infus.

Dalam penelitian ini, semakin banyak kebutuhan-kebutuhan manusia yang

sifatnya kompleks, maka banyak muncul berbagai inovasi-inovasi untuk sebuah desain /

perancangan dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Berdasarkan

kenyataan tersebut, munculah ide untuk mendesain / merancang suatu pengontrol

otomatis untuk mengatur gerakan pada katup infus sehingga bisa mengatur jumlah laju

alir cairan yang disesuaikan dengan kondisi pasien. Dalam perancangan alat tersebut

digunakan dasar teori dari mekanika fluida untuk sistem mekanisme dan teknik kontrol

otomatis.

1. 2 Rumusan Masalah

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengatur laju aliran cairan

infus disesuaikan dengan kondisi pasien dengan sistem kontrol untuk mengalirkan cairan

infus yang akurat sesuai kebutuhan pasien.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

3

1. 3 Batasan Masalah

Dalam penyusunan penelitian ini yang menjadi batasan masalah adalah

1. Perancangan mikrokontroller hanyalah untuk mengalirkan cairan infus sesuai dengan

kondisi pasien.

2. Tidak membahas proses pembuatan pada mikrokontrollernya.

3. Headloss pada aliran diabaikan.

1. 4 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah mengatur laju

aliran cairan infus disesuaikan dengan kondisi pasien dengan sistem kontrol untuk

mengalirkan cairan infus yang akurat sesuai kebutuhan pasien.

1. 5 Manfaat

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah pemecahan masalah yang

didapatkan dari lapangan dengan menggunakan aplikasi dari pengendalian otomatik,

mekanika fluida dan sistem kontrol yang bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana

peranan teknik kontrol dengan kemajuan maupun perkembangan teknologi. Selain itu

memungkinkan sebagai suatu bahan pertimbangan yang dapat digunakan dalam dunia

kedokteran berdasarkan masalah di lapangan yang muncul.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

4

BAB II

DASAR TEORI

2. 1 Pengertian Infus

Infus merupakan alat bantu bagi para pasien untuk mengalirkan cairan bagi tubuh

melalui aliran darah. Infus digunakan apabila penderita / pasien mengalami kekurangan

cairan dalam tubuhnya, sehingga diperlukan adanya cairan pengganti untuk

menggantikan cairan yang hilang dalam tubuh. Berdasarkan hal tersebut maka

diperlukan alat untuk mengalirkan cairan ke dalam aliran darah. Sebagaimana kita

ketahui, infus terdiri dari beberapa bagian yaitu:

• Kantung infus

Dimana digunakan sebagai tempat cairan infus. Biasanya Kantong infus berkapasitas

cairan 500 CC.

• Katup keluaran

Sebagai pengukur banyaknya laju aliran (debit) yang keluar.

• Pengontrol mekanik

Digunakan sebagai pengatur banyaknya laju aliran (debit) yang keluar dari katup

keluaran.

• Selang plastik

Sebagai media perantara untuk mengalirkan cairan dari kantung infus menuju jarum.

• Jarum

Sebagai media untuk mengalirkan cairan kedalam pembuluh darah.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

5

2. 2 Sistem Mekanisme Infus

Prinsi kerja dari infus adalah menggunakan perbedaan tekanan yang terdapat

antara kantung infus dengan tekanan darah dalam tubuh kita. Dimana tekanan dalam

kantung infus memiliki tekanan yang lebih besar dari pada tekanan darah dalam tubuh

kita (dalam keadaan normal), Sehingga cairan dalam kantung infus dapat mengalir

masuk ke dalam pembuluh darah. Selain itu prinsip kerjanya menggunakan beda

ketinggian antara kantung infus dengan permukaan tanah untuk memungkinkan

mengalirnya cairan tersebut.

2. 2. 1 Persamaan Kontinuitas

Persamaan kontinuitas mengungkapkan persyaratan bahwa suatu fluida harus

kontinyu serta bahwa massa fluida bersifat kekal, yakni tidak dapat diciptakan ataupun

dimusnahkan. Persamaan ini boleh dituliskan dalam beberapa bentuk. Kekekalan massa

fluida mempersyaratkan bahwa dalam suatu volume zat masa selalu konstan, dan karena

itu laju perubahan massa nya sama dengan nol. Berbagai bentuk persamaan kontinuitas

untuk suatu volume kontrol diturunkan dengan menyatakan secara matematik bahwa

laju netto influks massa ke dalam suatu daerah tertentu sama dengan laju perubahan

massa di daerah tersebut.

Persamaan-persamaan kontinuitas dikembangkan dari asas-asas umum kekekalan

energi, persamaan yang menyatakan bahwa massa di dalam suatu sistem adalah tetap

konstan terhadap waktu, yakni

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

6

……………... (2.1)

Apabila e merupakan jumlah energi potensial, energi kinetik, dan energi intrinsik

persatuan massa, u adalah energy dalam disebabkan oleh jarak serta gaya molekular

(yang bergantung pada p, ρ atau T) serta z adalah ketinggian, maka persamaan energi

untuk mengalirkan infus menjadi:

………………………………………………………....... (2.2)

Persamaan Kontinuitas di Dalam Pipa

Pipa adalah lintasan aliran yang dibatasi oleh garis-garis arus atau streamline, dan

karena itu tidak ada fluida yang dapat mengalir melalui dindingnya. Untuk aliran satu

dimensi dalam sebuah pipa, persamaan kontinuitas dapat diturunkan dengan

mempersamakan laju netto aliran massa yang masuk ke dalam sebuah elemen pipa arus

yang panjangnya (ds) serta luasnya (A) dengan laju perubahan massa dalam elemen

volume kontrol ini. Jadi jika kita mengambil harga rata-rata untuk sifat-sifat aliran dan

fluida

......................................... (2.3)

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

7

Gambar 2.2.1 Aliran steady melalui tabung aliran

Sehingga sesudah pembagian dengan ds (yang panjangnya tetap)

....................................................................................... (2.4)

Untuk aliran yang steady, suku pertama sama dengan nol, akibatnya suku kedua juga

sama dengan nol, sehingga laju aliran massa yang konstan dinyatakan sebagai:

…………..…………………………………………………………. (2.5)

Untuk aliran incompressible

ν . A = Q laju aliran volumetrik konstan …………………………………………......(2.6)

Untuk aliran kerapatan konstan, baik yang stedy maupun unsteady, persamaannya

menjadi

…………………………………………………………………….. (2.7)

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

8

2. 2. 2 Internal Flow

Fluida adalah suatu zat yang dalam keadaan setimbang tidak dapat menahan gaya

atau tegangan geser (shear force). Suatu sifat dasar fluida, yaitu tahanan terhadap aliran

yang diukur sebagai tegangan geser yang terjadi pada bidang geser yang dikenai

tegangan tersebut adalah viskositas atau kekentalan zat fluida tersebut. Aliran fluida

yang mengalir pada suatu ruangan yang dikelilingi atau tertutupi oleh permukaan padat

disebut sebagai aliran internal. Maka itu aliran yang mengalir pada suatu sistem

perpipaan adalah masuk kedalam jenis aliran internal. Pada Gambar 2.2, diperlihatkan

aliran laminer yang melalui suatu pipa. Pada saat masuk pipa aliran uniform (sama)

dengan kecepatan Uo. Karena aliran fluida mempunyai sifat viscous maka pada dinding

pipa terjadi lapisan batas (boundary layer). Akibat dari pengaruh viskositas di dalam

lapisan batas maka profil kecepatan berubah menjadi tidak uniform lagi. Selanjutnya

lapisan batas terus berkembang sampai bertemu disuatu titik. Setelah itu profil kecepatan

aliran tidak pernah berubah lagi dan aliran demikian disebut aliran yang sudah

berkembang penuh (fulley developed flow). Jarak dari saat mula-mula aliran masuk pipa

sampai menjadi fulley developed flow disebut dengan entrance length.

Gambar 2.2.2 Aliran pada kawasan masuk pipa

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

9

Panjang entrance length L untuk aliran laminar adalah fungsi dari angka Reynolds yaitu

:

atau ………………………………………. (2.8)

Untuk aliran dalam pipa adalah aliran laminer maka Re < 2300 :

Keterangan :

- L = Entrance length (m).

- D = Diameter pipa (m).

- Re = Angka Reynold.

- ρ = Massa jenis (Kg / m3 ).

- µ = Viskositas (Kg / ms).

- V = Kecepatan rata-rata fluida (m / s).

Fluida dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

- Fluida gas.

- Fluida cair.

Untuk fluida gas, sifat aliran yang dimiliki adalah dianggap laminer, sedangkan yang

terjadi pada fluida cair ada dua yaitu laminer dan turbulen.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

10

2. 2. 3 Persamaan Bernoulli

Untuk aliran internal dapat dipergunakan persamaan Bernoulli yaitu :

…………….….…………...………………..……. (2.9)

Bila dibagi dengan ‘g’ (gaya gravitasi) menjadi :

+ ………………….….………...………………......…. (2.10)

Dimana :

……………………….………………….………...……………..……. (2.11)

Maka :

……………………......………...……………..……. (2.12)

………..…………….………..……….……. (2.13)

Menjadi :

………………………………………………………………... ( 2.14)

Keterangan :

- p1 = Tekanan fluida pada kondisi 1 (N / m2 ).

- p2 = Tekanan fluida pada kondisi 2 (N / m2 ).

- V1 = Kecepatan rata-rata fluida pada kondisi 1 (m / s).

- V2 = Kecepatan rata-rata fluida pada kondisi 2 (m / s).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

11

- ρ = Massa jenis fluida yang mengalir (Kg / m3 ).

- g = Percepatan gravitasi (m / s2 ).

- z1 = Ketinggian pada kondisi 1 (m).

- z2 = Ketinggian pada kondisi 2 (m).

- γ = Berat jenis fluida yang mengalir (N / m3 )

2. 2. 4 Head Losses

Head losses adalah kehilangan energi sebagai akibat terjadinya gesekan antara

fluida yang mengalir dengan dinding pipa. Head losses total adalah kerugian mayor

ditambah dengan kerugian minor.

2. 2. 4. 1 Kerugian mayor

Kerugian mayor adalah kerugian yang diakibatkan oleh gesekan pada dinding pipa lurus

yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

………………...……………………...…………………..…… (2.15)

Untuk aliran laminer (Re < 2300):

………………………………………...……………………………………. (2.16)

Keterangan :

- HLma = Kerugian gesek mayor pada pipa (m).

- L = Panjang pipa lurus (m).

- D = Diameter dalam pipa (m).

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

12

- V = Kecepatan rata-rata aliran fluida (m / s).

- g = Percepatan gravitasi (m / s2 ).

- f = Faktor kerugian gesekan.

- k = Koefisien kerugian gesekan.

- Re = Reynold Number.

Untuk aliran turbulen (Re > 2300), faktor gesekan (f) dipengaruhi oleh kekasaran

permukaan ekuivalen dan angka Reynold seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.2.4.1

Gambar 2.2.4.1 Faktor gesek untuk aliran dalam pipa.

2. 2. 4. 2 Kerugian minor

Kerugian minor atau minor losses adalah kerugian energi yang disebabkan oleh elbow,

fitting, entrance, perubahan luas penampang jalan aliran dan lainnya kecuali pipa lurus.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

13

Kerugian minor sangat berhubungan dengan nilai dari k (koefisien kerugian gesek)

untuk perencanaan suatu sistem perpipaan. Minor losses dapat dirumuskan sebagai

berikut

…………………………...…………………...………..…………. (2.17)

Untuk mendapatkan nilai k adalah :

……………………………………………………………….. (2.18)

Keterangan :

- HLmi = Kerugian gesek minor pada pipa (m).

- k = Koefisien kerugian gesek.

- V = Kecepatan rata-rata (m / s).

- g = Percepatan gravitasi (m / s2

).

(Sumber : Buku Pompa dan Kompressor, Penulis : Sularso)

2. 2. 5 Sistem Hidrolik

Proses pengisian tangki melalui pipa-pipa / saluran air adalah salah satu contoh

dari sistem ini, dimana pengaturan-pengaturan aliran ke dalam tangki dapat dilakukan

melalui keran, lubang-lubang yang dapat diatur dan sebagainya. Dalam menganalisis

sistem cairan ini kita memberikan anggapan-anggapan sebagai berikut:

• Tangki/reservoir dianggap mengandung cairan yang permukaannya bebas.

• Pipa penghubung dipenuhi seluruhnya oleh cairan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

14

Tinggi cairan (head) menghasilkan suatu tekanan yang menimbulkan suatu

tekanan yang menimbulkan aliran cairan dari tangki dan keadaan ini merupakan

kebalikan dari pada sifat pipa hambatan-hambatan lain terhadap aliran. Untuk suatu

tangki yang mengeluarkan cairan karena tekanan head-nya, tahanan hidrolik

didefinisikan sebagai perubahan head yang diperlukan agar menyebabkan perubahan

aliran. Secara matematis dituliskan sebagai berikut :

……………………………………………………………….….. (2.19)

dimana,

R = tahanan hidraulik (s/m2)

h = head (m)

q = laju aliran (m3/s)

Untuk aliran laminer dimana kurva antara head (h) terhadap aliran (q) adalah linier,

persamaan 2.24 dapat dituliskan menjadi :

……..…………………………………………………………………… (2.20)

Dalam aliran laminer ini kecepatan cairan adalah relatif kecil. Pada aliran turbulen,

kurva antara h dan q tersebut tidak linear, sehingga aliran yang keluar dari tangki karena

tekanan head-nya sendiri adalah (diperoleh dengan menggunakan Hukum Bernoulli).

(Bentuk Parabola) ………..……………………………………... (2.21)

dimana,

k = koefisien buang (discharge coefficient) (m2)

g = percepatan gravitasi (9,81 m/s2)

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

15

Tahanan hidrolik untuk aliran turbulen ini adalah :

……………………...…………………………………...…….. (2.22)

Selanjutnya setelah mengetahui harga qo ini, maka untuk cairan di dalam tangki berlaku

Hukum Kekekalan Massa, yaitu :

Aliran masuk – aliran keluar = laju akumulasi

Atau secara matematis :

Untuk aliran laminer,

atau

sehingga persamaan tersebut menjadi

atau ………………….…..…………………. (2.23)

Persamaan ini adalah persamaan diferensial linear orde satu tidak homogen, dimana t

sebagai variabel bebas, h tidak bebas.

.......................................................................................................... (2.24)

Sebagai masukan. Fungsi komplementer untuk persamaan diferensial tersebut adalah:

…………………………………………….…………….……….… (2.25)

Sedang persamaan solusi khususnya menjadi,

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

16

………………….……………….…….……………………… (2.26)

Sehingga solusi umumnya menjadi,

………………………………………………….…………….… (2.27)

Harga k ditentukan melalui syarat-syarat batas, sedangkan komponen lain dalam sistem

hidrolik adalah kapasitas hidrolik (C) yaitu,

……………………………………………………..……... (2.28)

(Sumber: http://ardianzsite.files.wordpress.com/2010/02/bahan-ajar-tmd218-pneumatik-

hidrolik.pdf)

2.3 Mikrokontroller

Mikrokontroler saat ini tidak asing lagi dalam dunia elektronika, hampir semua

peralatan elektronik dewasa ini menggunakan perangkat ini, Penggunaan mikrokontroler

sangat luas, tidak hanya untuk akuisisi data melainkan juga untuk pengendalian di

pabrik-pabrik, kebutuhan peralatan kantor, peralatan rumah tangga, automobil, dan

sebagainya. Dalam perkembangannya, mikroprosesor dibuat menurut kebutuhan

aplikasinya yang lebih spesifik, dalam hal ini menjadi beberapa jenis, yaitu:

• Mikoprosesor RISC (Reduced instruction Set of Computing) dan CISC (Complex

Instruction Set of Computing). Jenis ini yang digunakan untuk pengolahan informasi

dengan software yang rumit dan digunakan untuk kebanyakan PC saat ini.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

17

• Pengolah Sinyal Digital — DSP (Digital Signal Processor). Memiliki software dan

hardware yang ditujukan untuk mempermudah memproses sinyal - sinyal digital.

Digunakan pada perangkat audio — video modem seperti VCD, DVD, home teatre

dan juga pada card-card multimedia di komputer.

• Mikrokontroler, adalah mikroprosesor yang dikhususkan untuk instrumentasi dan

kendali. Contoh aplikasi pada kendali motor, berperan seperti PLC (Programmable

Logic Controller), pengaturan pengapian dan injeksi bahan bakar pada kendaraan

bermotor atau alat mengukur suatu besaran, seperti suhu, tekanan, kelembaban dan

lain-lain. Hal ini disebabkan mikrokontroler merupakan sistem mikroprosesor (yang

didalamnya terdapat CPU, ROM, RAM dan I / O) yang telah terpadu pada satu keping

mikrokontroller merupakan pengendali utama dalam peralatan elektronik saat ini,

maka mikrokontroller merupakan suatu hal yang penting dalam dunia elektronika.

Hampir semua fungsi rangkaian digital dapat diambil alih oleh suatu sistem

mikroprosesor atau mikrokontroller, tetapi tidak perlu semua rangkaian digital harus

dengan Sistem mikroprosesor. Secara umum suatu sistem mikroprosesor akan

memiliki kelebihan dibanding sistem diskrit atau dengan digital IC sebagai berikut.

• Reprogrammable, artinya dapat diprogram ulang untuk mendapatkan fungsi yang

berbeda.

• Rangkaian lebih terintegrasi, lebih kompak, sederhana dan tidak rumit, memudahkan

membuat PCB.

• Fleksibel dalam pengembangannya.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

18

Selain itu perlu diperhatikan kekurangannya sebagai berikut.

• Banyak jenis mikroprosesor dengan bahasa yang berbeda, yang mana kadang tidak

kompatibel, sehingga menyulitkan pemakai dalam pengembangannya.

• Kerusakan software berakibat sistem macet dan tidak dapat diperbaiki jika tidak

diketahui kode-kodenya.

• Ketergantungan pada pembuat software

• Sistem mikroprosesor lebih sensitif terhadap gangguan derau dari luar.

• Kecepatan relatif rendah.

• Cepat usang (obsolete).

Mikrokontroler yang digunakan untuk pengaturan katup pada infus yaitu

Mikrokontroller AT89s51

AT89s51 merupakan salah satu mikrokontroler buatan Atmel yang memiliki banyak

kegunaan. Harga mikrokontroller ini tergolong murah saat ini. Jenis Mikrokontroler ini

pada prinsipnya dapat digunakan untuk mengolah data per bit ataupun data 8 bit secara

bersamaan.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

19

Gambar 2.3 Chip AT89s51

AT89s51 merupakan salah satu produk dari ATMEL. Mikrokontroller ini

memiliki fitur-fitur sebagai berikut:

1. Sebuah CPU (Central Processing Unit) 8 bit yang termasuk keluarga MCS51.

2. Osilator internal dan rangkaian pewaktu, RAM internal 128 byte (on chip).

3. Empat buah Programmable port I/O,masing-masing terdiri atas 8 jalur I/O

4. Dua buah Timer Counter 16 bit.

5. Lima buah jalur interupsi (2 interupsi external dan 3 interupsi internal )

6. Sebuah port serial dengan kontrol serial full duplex UART.

7. Kemampuan melaksanakan operasi perkalian, pembagian dan operasi Boolean (bit)

8. Kecepatan pelaksanaan instruksi per siklus 1 microdetik pada frekuensi clock 12

MHz

9. 4 Kbytes Flash ROM yang dapat diisi dan dihapus sampai 1000 kali

10. In-System Programmable Flash Memory

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

20

Gambar 2.3.1 Blok diagram dari mikrokontroler 89S51

(Sumber : http://www.atmel.com/Images/doc2487.pdf)

2.3.1 Konfigurasi Hardware

Gambar 2.3.2 Pin-pin AT89s51

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

21

Mikrokontroler AT89S51 memiliki pin berjumlah 40 dan umumnya dikemas dalam DIP

(Dual Inline Package). Masing-masing pin pada mikrokontroler AT89S51 mempunyai

kegunaan sebagai berikut:

Port 0

Port 0 merupakan port dua fungsi yang berada pada pin 32-39 dari AT89S51. Dalam

rancangan sistem sederhana port ini sebagai port I/O serbaguna. Untuk rancangan yang

lebih komplek dengan melibatkan memori eksternal jalur ini dimultiplek untuk bus data

dan bus alamat.

Port 1

Port 1 disediakan sebagai port I/O dan berada pada pin 1-8. Beberapa pin pada port ini

memiliki fungsi khusus yaitu P1.5 (MOSI), P1.6 (MISO), P1.7 (SCK) yang digunakan

untuk jalur download program.

Port 2

Port 2 ( pin 21-28 ) merupakan port dua fungsi yaitu sebagai I/O serbaguna, atau sebagai

bus alamat byte tinggi untuk rancangan yang melibatkan memori eksternal.

Port 3

Port 3 adalah port dua fungsi yang berada pada pin 10-17, port ini memiliki multi fungsi,

seperti yang terdapat pada tabel 1.1 berikut ini :

BIT NAME BIT ADDRESS ALTERNATE FUNCTION

P3.0 RXD B0h Receive data for serial port

P3.1 TXD B1h Transmit data for serial port

P3.2 INT0 B2h External interrupt 0

P3.3 INT1 B3h External interrupt 1

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

22

P3.4 T0 B4h Timer/counter 0 external input

P3.5 T1 B5h Timer/counter 1 external input

P3.6 WR B6h External data memory write strobe

P3.7 RD B7h External data memory read strobe

PSEN (Program Store Enable)

adalah sebuah sinyal keluaran yang terdapat pada pin 29. Fungsinya adalah sebagai

sinyal kontrol untuk memungkinkan mikrokontroler membaca program (code) dari

memori eksternal. Biasanya pin ini dihubungkan ke pin EPROM. Jika eksekusi program

dari ROM internal atau dari flash memori (ATMEL AT89SXX), maka berada pada

kondisi tidak aktif (high).

ALE (Address Latch Enable)

Sinyal output ALE yang berada pada pin 30 fungsinya sama dengan ALE pada

microprocessor INTEL 8085, 8088 atau 8086. Sinyal ALE dipergunakan untuk

demultiplek bus alamat dan bus data. Sinyal ALE membangkitkan pulsa sebesar 1/6

frekuensi oscillator dan dapat dipakai sebagai clock yang dapat dipergunakan secara

umum.

EA(External Access)

Masukan sinyal terdapat pada pin 31 yang dapat diberikan logika rendah (ground) atau

logika tinggi (+5V). Jika diberikan logika tinggi maka mikrokontroler akan mengakses

program dari ROM internal (EPROM/flash memori). Jika diberi logika rendah maka

mikrokontroler akan mengakses program dari memori eksternal.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

23

RST (Reset)

Input reset pada pin 9 adalah reset master untuk AT89S51. Pulsa transisi dari tinggi

selama 2 siklus ke rendah akan mereset mikrokontroler.

Oscillator

Oscillator yang disediakan pada chip dikemudikan dengan XTAL yang dihubungkan

pada pin 18 dan pin 19. Diperlukan kapasitor penstabil sebesar 30 pF. Besar nilai XTAL

sekitar 3 MHz sampai 33 MHz. XTAL1 adalah input ke pembalikan penguat osilator

(inverting oscillator amplifier) dan input ke clock internal pengoperasian rangkaian.

Sedangkan XTAL2 adalah output dari pembalikan penguat osilator.

Gambar 2.3.3 Konfigurasi Xtal Osilator

Dalam mikrokontroler dikenal istilah Machine Cycle (MC) / SiklusMesin, dimana: 1

MC = 6 state = 12 periode clock Jika frekuensi crystal yang digunakan adalah 12 MHz

maka1 MC = 12/frekuensi crystal = 12/12 MHz =1uS

Gambar 2.3.4 Machine Cycle mikrokontroller

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

24

Power

AT89S51 dioperasikan pada tegangan supply +5v, pin Vcc berada pada nomor 40 dan

Vss (ground) pada pin 20.

(Sumber : http://www.docstoc.com/docs/26093477/TUTORIAL-LENGKAP-AT89S51)

2.3.2 Port Sebagai Input/Output Digital

AT89s51 mempunyai empat buah port yang bernama Port A, Port B, Port C, dan Port

D. Keempat port tersebut merupakan jenis bi-directional dengan pilihan internal pull-

up. Tiap port mempunyai tiga buah register bit, yaitu DDxn, PORTxn dan PINxn. Huruf

”x” mewakili nama huruf dari port sedangkan huruf “n” mewakili nomor bit. Bit DDxn

terdapat pada I/O address DDRx, bit PORTxn terdapat pada I/O address PORTx dan bit

PINxn terdapat pada I/O address PINx. Bit DDxn dalam register DDRx

(DataDirectionRegister) menentukan arah pin. Bila DDxn diset 1 maka Px berfungsi

sebagai pin output. Bila DDxn diset 0 maka Px berfungsi sebagai pin input. Bila

PORTxn diset 1 pada saat pin terkonfigurasi sebagai pin masukan, dengan demikian

maka resistor pull-up akan diaktifkan. Untuk mematikan resistor pull-up, PORTxn harus

diset 0 atau pin dikonfigurasi sebagai pin luaran. Pin port adalah tri-state setelah kondisi

reset. Bila PORTxn diset 1 pada saat pin terkonfigurasi sebagai pin output maka pin port

akan berlogika 1. Dan bila PORTxn diset 0 pada saat pin terkonfigurasi sebagai pin

output maka pin port akan berlogika 0. Saat mengubah kondisi port dari kondisi tri-state

(DDxn=0, PORTxn=0) ke kondisi output high (DDxn=1,PORTxn=1) maka harus ada

kondisi peralihan apakah itu kondisi pull-upenabled (DDxn=0, PORTxn=1)atau kondisi

output low (DDxn=1, PORTxn=0). Pada umumnya kondisi pull-upenabled dapat

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

25

diterima sepenuhnya. Jika hal ini bukan suatu masalah, maka bit PUD pada register

SFIOR dapat diset “1” untuk mematikan semua pull-up dalam semua port. Peralihan

dari kondisi input dengan pull-up ke kondisi output low juga menimbulkan masalah

yang sama. Kita harus menggunakan kondisi tri-state (DDxn=0, PORTxn=0) atau

kondisi output high (DDxn=1, PORTxn=0) sebagai kondisi transisi.

(Sumber : http://www.docstoc.com/docs/26093477/TUTORIAL-LENGKAP-AT89S51)

2.3.3 Fitur AT89s51

Kapabilitas detail dari AT89s51 adalah sebagai berikut :

1. Sistem mikroprosesor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan maksimal 16MHz

2. Kapabiltas memori flash 8 Kb, SRAM sebesar 512 byte, dan EEPROM

(Electrically Erasable Programmable Read Only Memory) sebesar 512 byte.

3. ADC internal dengan fidelitas 10 bit sebanyak 8 channel.

4. Portal komunikasi serial (USART) dengan kecepatan maksimal 2,5 Mbps.

5. Enam pilihan mode sleep menghemat penggunaan daya listrik.

(Sumber:http://www.muhamadrizal.com/web/mikrokontroller/78-mikrokontroller-

at89s51)

2.3.4 Timer Counter

Mikrokontroler AT89S51 memiliki dua buah timer / counter yang disebut

Timer0 dan Timer1 dengan kapasitas 16 bit. Istilah timer dan counter keduanya memiliki

kesamaan yaitu, adanya sumber detak yang akan mengaktifkannya. Keduanya juga

merupakan pencacah atau penghitung. Berikut hal yang membedakan antara keduanya

yaitu:

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

26

• Timer memiliki sumber detak yang tetap, yaitu oscillator.

• Counter memiliki sumber detak yang tidak tetap, yaitu berasal dari

mikrokontroler eksternal.

Berikut beberapa register untuk timer / counter yaitu :

1. THx, TLx (register timer / counter high dan low)

Subscript x dapat berarti 0 atau 1. X diisi 0 jika dimaksudkan timer0 dan x

bernilai 1 jika dimaksudkan timer1.

2. TMOD (register timer mode)

Register ini digunakan untuk mengatur mode timer. Register ini juga digunakan

untuk mengatur penggunaan timer saja atau counter saja.

3. TCON (register timer control)

Register ini digunakan untuk menyimpan hasil limpahan suatu cacahan /

penghitungan. Dalam register ini, terdapat juga register bit untuk mengaktifkan

atau menonaktifkan suatu timer.

Register THx dan TLx digunakan untuk menampung hasil hitungan timer /

counter kapasitas maksimum TH dan TL seluruhnya adalah 16 bit. Namun, ada

dua mode timer yang tidak menggunakannya secara maksimum melainkan hanya

13 bit dan 8 bit saja.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

27

Pembagian bit register THx dan TLx

Register TMOD berfungsi untuk mengatur penggunaan mode suatu timer, pemakaian

counter atau timer, dan pengaturan Gate.

Register TMOD

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

28

Bit register TMOD

Mode timer menentukan kapasitas maksimal penggunaan register TH dan TL. Berikut

pembahasan mode 0, mode 1, mode 2, dan mode 3.

1 Mode 0

Mode ini dikenal dengan nama mode timer / counter 13 bit.

Bit THx dan TLx pada mode 0

1 Mode 1

Mode 1 menggunakan kapasitas register TLx dan THx secara maksimal sehingga

dinamakan mode 16 bit.

2 Mode 2

Mode 2 sering disebut sebagai pencacah biner 8 bit dengan isi ulang (auto reload).

Register yang digunakan untuk mencacah adalah TLx sedangkan THx digunakan

sebagai tempat menyimpan data yang akan dituliskan ke TLx saat terjadi limpahan pada

TLx. Isi THx diisikan pertama kali oleh pemrogram sedangkan isi TLx akan terus

bertambah sesuai adanya detak. Setiap kali nilai TLx berubah dari FF heksa menjadi 00

heksa akan terjadi overflow sehingga TFx (pada register TCON) akan bernilai 1. Nilai

TFx perlu di-nol-kan secara manual untuk kembali menggunakan timer.

3 Mode 3

Timer mode 3 sering disebut sebagai two 8 bit timer / counter karena memang

menggunakan dua buah timer 8 bit yang kerjanya sendiri-sendiri.register yang

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

29

digunakan adalah TL0 dan TH0 dengan masing-masing pengaturan adalah sebagai

berikut:

• TL0 dapat berfungsi sebagai counter maupun timer 8 bit dengan sumber detak

yang dapat dipilih yaitu sumber detak yang berasal dari P3.4 (T0) atau dari

osilator/12.

• TH0 hanya dapat difungsikan sebagai timer 8 bit karena sumber detak hanya

berasal dari osilator/12.

Register TCON digunakan untuk menampung bit overflow dan digunakan untuk

mengaktifkan timer / counter. Hanya bit ke-7 sampai dengan bit ke-4 yang digunakan

untuk operasi timer / counter sedangkan bit ke-3 sampai dengan bit ke-0 digunakan

untuk interrupt.

Register TCON

• Bit TFx bernilai 1 jika ada limpahan timer dan perlu di-nol-kan kembali secara

manual.

• Bit TRx digunakan untuk mengaktifkan timer / counter

(Sumber : Timer Counter AT89S51 Desylvia's World.htm)

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

30

2.4 Solenoid Valve

Solenoid valve adalah katup yang digerakan oleh energi listrik, mempunyai

kumparan sebagai penggeraknya yang berfungsi untuk menggerakan piston yang dapat

digerakan oleh arus AC maupun DC, solenoid valve atau katup (valve) solenoid

mempunyai lubang keluaran, lubang masukan dan lubang exhaust, lubang masukan,

berfungsi sebagai terminal / tempat cairan masuk atau supply, lalu lubang keluaran,

berfungsi sebagai terminal atau tempat cairan keluar yang dihubungkan ke beban,

sedangkan lubang exhaust, berfungsi sebagai saluran untuk mengeluarkan cairan yang

terjebak saat piston bergerak atau pindah posisi ketika solenoid valve bekerja.

Prinsip kerja dari solenoid valve/katup (valve) solenoida yaitu katup listrik yang

mempunyai koil sebagai penggeraknya dimana ketika koil mendapat supply tegangan

maka koil tersebut akan berubah menjadi medan magnet sehingga menggerakan piston

pada bagian dalamnya ketika piston berpindah posisi maka pada lubang keluaran dari

solenoid valve akan keluar cairan yang berasal dari supply, pada umumnya solenoid

valve mempunyai tegangan kerja 100/200 VAC namun ada juga yang mempunyai

tegangan kerja DC

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

31

Gambar 2.4 Solenoid Valve

Gambar Solenoid Valve Pada Infus

Gambar 2.4.1 Struktur fungsi solenoid valve

Keterangan Gambar :

1. Valve Body

2. Terminal masukan (Inlet Port)

3. Terminal keluaran (Outlet Port)

4. Koil / koil solenoid

5. Kumparan gulungan

6. Kabel suplai tegangan

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

32

7. Plunger

8. Spring

9. Lubang / exhaust

2.5 Relay

Relay adalah komponen elektronika berupa saklar elektronik yang digerakkan oleh arus

listrik. Secara prinsip, relay merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada batang besi

(solenoid) di dekatnya. Ketika solenoid dialiri arus listrik, tuas akan tertarik karena

adanya gaya magnet yang terjadi pada solenoid sehingga kontak saklar akan menutup.

Pada saat arus dihentikan, gaya magnet akan hilang, tuas akan kembali ke posisi semula

dan kontak saklar kembali terbuka. Relay biasanya digunakan untuk menggerakkan

arus/tegangan yang besar (misalnya peralatan listrik 4 ampere AC 220 V) dengan

memakai arus/tegangan yang kecil (misalnya 0.1 ampere 12 Volt DC). Relay yang

paling sederhana ialah relay elektromekanis yang memberikan pergerakan mekanis saat

mendapatkan energi listrik.

Secara sederhana relay elektromekanis ini didefinisikan sebagai berikut :

• Alat yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk menutup (atau membuka) kontak

saklar.

• Saklar yang digerakkan (secara mekanis) oleh daya/energi listrik.

Dalam pemakaiannya biasanya relay yang digerakkan dengan arus DC

dilengkapi dengan sebuah dioda yang di-paralel dengan lilitannya dan dipasang terbaik

yaitu anoda pada tegangan (-) dan katoda pada tegangan (+). Ini bertujuan untuk

mengantisipasi sentakan listrik yang terjadi pada saat relay berganti posisi dari on ke off

agar tidak merusak komponen di sekitarnya.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

33

Konfigurasi dari kontak-kontak relay ada tiga jenis, yaitu:

• Normally Open (NO), apabila kontak-kontak tertutup saat relay dicatu

• Normally Closed (NC), apabila kontak-kontak terbuka saat relay dicatu

Change Over (CO), relay mempunyai kontak tengah yang normal tertutup, tetapi ketika

relay dicatu kontak tengah tersebut akan membuat hubungan dengan kontak-kontak

yang lain.

Penggunaan relay perlu memperhatikan tegangan pengontrolnya serta kekuatan

relay men-switch arus/tegangan. Biasanya ukurannya tertera pada body relay. Misalnya

relay 12VDC/4 A 220V, artinya tegangan yang diperlukan sebagai pengontrolnya adalah

12Volt DC dan mampu men-switch arus listrik (maksimal) sebesar 4 ampere pada

tegangan 220 Volt. Sebaiknya relay difungsikan 80% saja dari kemampuan

maksimalnya agar aman, lebih rendah lagi lebih aman. Relay jenis lain ada yang

namanya reedswitch atau relay lidi. Relay jenis ini berupa batang kontak terbuat dari

besi pada tabung kaca kecil yang dililitin kawat. Pada saat lilitan kawat dialiri arus,

kontak besi tersebut akan menjadi magnet dan saling menempel sehingga menjadi saklar

yang on. Ketika arus pada lilitan dihentikan medan magnet hilang dan kontak kembali

terbuka (off).

Gambar 2.5 Relay

(Sumber : http://meriwardana.blogspot.com/2011/11/prinsip-kerja-relay.html di akses

kapan??)

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

34

2.5.1 Prinsip Kerja Relay

Relay terdiri dari coil dan contact, coil adalah gulungan kawat yang mendapat

arus listrik, sedang contact adalah sejenis saklar yang pergerakannya tergantung dari

ada tidaknya arus listrik di coil. Contact ada 2 jenis : Normally Open (kondisi awal

sebelum diaktifkan open), dan Normally Closed (kondisi awal sebelum diaktifkan

close). Secara sederhana berikut ini prinsip kerja dari relay : ketika coil mendapat

energi listrik (energized), akan timbul gaya elektromagnet yang akan menarik armature

yang berpegas, dan contact akan menutup.

Gambar 2.5.1 Prinsip Kerja Relay

(Sumber : http://meriwardana.blogspot.com/2011/11/prinsip-kerja-relay.html)

2.6 Serial RS 232

RS-232 adalah standar komunikasi serial yang didefinisikan sebagai antarmuka

antara perangkat terminal data (data terminal equipment atau DTE) dan perangkat

komunikasi data(data communications equipment atau DCE) menggunakan pertukaran

data biner secara serial. Di dalam definisi tersebut, DTE adalah perangkat computer dan

DCE sebagai modem walaupun pada kenyataannya tidak semua produk antarmuka

adalah DCE yang sesungguhnya. Komunikasi RS-232 diperkenalkan pada 1962 dan

pada tahun 1997, Electronic Industries Association mempublikasikan tiga modifikasi

pada standar RS-232 dan menamainya menjadi EIA-232. Pada saat itu RS-232 lahir

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

35

karena muncul dari ide-ide pada sebuah komite (Electronic Industries Association-

EIA) yang mengembangkan sebuah interface untuk pertukaran data digital antara

komputer mainframe yang sebagai pusatnya dengan komputer lain, tetapi perangkat ini

dihubungkan dengan jaringan telepon sehingga dibutuhkan modem untuk

menerjemahkan sinyal tersebut. Saat ini sudah ada RS-232 yang dianggap dapat

diandalkan dalam melakukan komunikasi data (pertukaran data).

Standar RS-232 mendefinisikan kecepatan 256 kbps atau lebih rendah dengan

jarak kurang dari 15 meter, namun belakangan ini sering ditemukan jalur kecepatan

tinggi pada komputer pribadi dan dengan kabel berkualitas tinggi, jarak maksimum juga

ditingkatkan secara signifikan. Dengan susunan pin khusus yang disebut null modem

cable, standar RS-232 dapat juga digunakan untuk komunikasi data antara dua komputer

secara langsung.

Gambar 2.6 Serial RS 232

Sebuah port RS-232 pernah menjadi fitur standar dari komputer pribadi untuk

koneksi ke modem, printer, mouse, penyimpanan data, un-interruptible daya listrik, dan

perangkat periferal lainnya. Namun, kecepatan transmisinya terbatas, ayunan tegangan

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

36

yang relatif besar, dan konektor standar yang besar, sehingga termotivasi untuk

pengembangan universal serial bus (USB) untuk menggantikan RS-232. Banyak

komputer pribadi modern tidak memiliki port RS-232 dan harus menggunakan konverter

eksternal untuk terhubung ke peripheral yang lebih tua. Beberapa perangkat RS-232

masih ditemukan terutama di mesin-mesin industri atau instrumen ilmiah.

Gambar 2.6.1 bentuk kepala (colokan) serial RS 232

(Sumber : http://materi1.lecture.ub.ac.id/)

2.7 Kebutuhan Cairan Tubuh

Setiap pasien berbeda - beda memerlukan kebutuhan cairannya, ada yang

memerlukan banyak, ada yang memerlukan sedikit tergantung dengan kondisi tubuhnya.

Oleh sebab itu dibuatkan skor – skor untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Skor ini

adalah nilai besaran volume cairan yang harus dikeluarkan sesuai kebutuhan pasien,

setiap Skor – skor ini ditentukan oleh banyak hal, sehingga dibuatkan Tabel 2.7.1

sebagai berikut :

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

37

2.7.1 Tabel Skor Kebutuhan Cairan Infus

Skor di tentukan dari Skor

Rasa Haus / Muntah 1

Tekanan Darah Sistolik 60 - 90 mmHg 1

Tekanan Darah sistolik < 60 mmHg 2

Frekuensi Nadi > 120 kali / menit 1

Kesadaran apati 1

Kesadaran Sommolen, sopor/ koma 2

Frekuensi napas > 30 kali / menit 1

facies cholerica 2

Vox cholerica 2

Turger kulit menurun 1

Washer woman's hand 1

Ekstremitas dingin 1

Sianosis 2

umur 50 - 60 tahun 1

umur> 60 tahun 2

TOTAL 21

Dari tabel tersebut dimasukan kedalam rumus :

Kebutuhan Volume cairan perhari (ml/hari) =

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

38

Ket : W = berat badan pasien

(Sudoyo, Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1,2,3, dan edisi 5)

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental (true

experimental research), yaitu melakukan pembuatan alat dan pengamatan langsung

untuk mengetahui pengaruh bukaan katup sekian waktu dengan jumlah volume yang

keluar dari kantong infus.

3.2 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan 2 variabel yaitu : Variabel bebas, dan Variabel

terikat.

1. Variabel Bebas: variabel yang besarnya ditentukan berdasarkan kondisi

pasien berupa (Tekanan darah, berat badan, umur, frekuensi nafas, frekuensi

nadi, dll.

2. Variabel Terikat: variabel yang besarnya ditentukan yakni jumlah volume

cairan infus yang keluar (ml / menit) .

3.3 Alat dan Bahan Penelitian

3.3.1 Alat Penelitian

Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain :

1. Alat infus lengkap

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

40

Untuk mengetahui tekanan (P) dalam kantong infus, luas penampang (A)

kantung infus maupun pipa plastik, jumlah debit (Q) yang dihasilkan dari

alalt infus tersebut.

2. Travo

Komponen electromagnet untuk menyalurkan tenaga atau daya listrik dari

tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya, dengan frekuensi sama.

3. Solenoid Valve

Berfungsi untuk mengatur cairan infus yang keluar.

4. Relay

Alat yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk menutup atau membuka

kontak skalar.

5. Mikrokontroller

Berfungsi sebagai otak yang mengatur Solenoid Valve.

6. Serial RS 232

Penghubung dari mikrokontroller ke PC / laptop.

3.3.2 Bahan Penelitian

Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : Cairan Glukosa 5 %

C6H12O6H2O

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

41

3.4 Perancangan Sistem

Keterangan :

1. Travo

2. Travo

3. Mikrokontroller AT89s51

4. Relay

5. Serial RS 232

Gambar 3.4 Diagram cara infus bekerja

Perancangan sistemnya adalah menggunakan mikrokontroller AT89s51, Solenoid Valve,

Travo, Serial RS 232, dan Relay. Data dimasukkan ke dalam mikrokontroller sebagai

input dengan menyambungkan serial RS 232 ke laptop. Dari Input tersebut memberi

perintah kepada solenoid valve untuk membuka katup. Katup akan membuka / menutup

sekian detik sesuai yang diperintahkan mikrokontroller kepada solenoid valve. Pada saat

ML

4

3

1 2

5

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

42

katup terbuka maka relay akan bekerja untuk membuka skalar yang mengalir ke

solenoid valve sehingga volume cairan keluar dan jumlah volume cairan tersebut sesuai

yang diinginkan. Motor yang digunakan adalah motor DC yang berada didalam solenoid

valve dengan sumber tegangan 24 V.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

43

3.5 Diagram Alir Penelitian

TIDAK

YA

START

Persiapkan alat

dan bahan

Pembuatan alat

kontrol

Apakah alat

control

bekerja ?

volume cairan infus keluar (ml/menit)

Analisa data

Kesimpulan

STOP

Pencatatan volume cairan infus yang keluar

dengan perbandingan waktu

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

44

3.6 Diagram Alir Cara Kerja Alat

TIDAK

START

Pengaturan lewat PC / laptop

menggunakn Serial RS 232

Mikrokontroller

STOP

Solenoid Valve

Membuka / menutup

katup

Mendapatkan volume

yang di inginkan

Apakah Volume cairan

yang keluar sesuai

dengan yang diinginkan

dengan skor ?

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

45

3.7 Metode Pengambilan Data

Adapun pelaksanaan penelitian dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:

1. Tahap persiapan alat dan bahan

Siapkan alat dan bahan yang di jelaskan pada 3.3.1 dan 3.3.2

2. Tahap pembuatan Alat

Semua alat disatukan atau dirakit mulai dari infus, solenoid valve, relay, serial

RS 232, travo, dan Mikrokontroller. Dalam perakitan alat, semua di rakit saling

berhubungan.

3. Tahap pencatatan data

Pencatatan data dilakukan pada jumlah volume cairan infus yang keluar dengan

perbandingan waktu bukaan katup.

4. Tahap analisa data

Setelah data diperoleh, selanjutnya data tersebut di buat grafik jumlah volume

yang keluar pada infus dengan waktu yang dibutuhkan.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

46

BAB IV

ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Analisa Data

Data awal yang diperoleh disini yaitu variasi tekanan darah dalam tubuh manusia

(P darah), diameter selang infus (d selang), panjang selang infus (L infus),

infus = 1040 kg/m3

D selang = 2,5 mm

L infus = 160 cm

D kantong infus = 7 cm

Tinggi kantong infus = 15 cm (cairan penuh 500 ml)

Volume tabung infus = V= x r2 x t (m

3 )

= V = 3,14 x (0,035)2 x 1,6 = 0,0061544 M

3

A selang = A = x d2

/ 4

= A = 3,14 x (0,0025)2

/ 4 = 0,490625 -5

m2

Jarak antara tabung infus dengan solenoid valve

= 45 cm (dari selang infus paling atas)

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

47

Untuk mengetahui karakteristik debit infus tanpa variasi bukaan katup infus, diperoleh

dengan menampung cairan infus digelas ukur selama 1 menit kemudian diukur

volumenya. Adapun hasilnya sebagai berikut :

Debit infus = Jumlah volume / menit

= 210 ml/60 detik

= 3,5 ml/s

Untuk mengetahui besaran tetesan, diperoleh dengan menampung cairan infus digelas

ukur selama 1 menit kemudian diukur volumenya dibagi dengan jumlah tetesan. Adapun

hasilnya sebagai berikut:

Volume setiap 1 tetesan = Jumlah volume dalam 1 menit / jumlah tetesan dalam 1 menit

= 3 ml / 66 tetesan

= 0,045 ml / tetes

4.2 Bahasa Pemograman Pada Mikrokontroller

4.2.1 Bahasa yang digunakan Pada Skor 1 Pada Berat Badan 40 kg

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

48

Gambar 4.2.1. Bahasa Pemrograman menggunakan Visual Basic

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

49

Gambar 4.2.2 Tampilan Skor Pada Visual Basic

4.3 Kebutuhan cairan Infus Untuk Setiap Skor

4.3.1 Kebutuhan Cairan Infus Untuk Berat Badan 40 kg

Skor

Kebutuhan

Volume

Kebutuhan

Volume

Kebutuhan

Volume

Kebutuhan

Volume

Jumlah

Tetesan

Cairan per

Hari

(ml/hari)

Cairan per

Jam

(ml/jam)

Cairan per

Menit

(ml/menit)

Cairan per

Detik (ml/s)

Yang Keluar

Dalam 1

Menit

Skor 1 266.6667 11.1111 0.1852 0.0031 4

Skor 2 533.3333 22.2222 0.3704 0.0062 8

Skor 3 800.0 33.3333 0.5556 0.0093 12

Skor 4 1066.6667 44.4444 0.7407 0.0123 16

Skor 5 1333.3333 55.5556 0.9259 0.0154 21

Skor 6 1600.0 66.6667 1.1111 0.0185 25

Skor 7 1866.6667 77.7778 1.2963 0.0216 29

Skor 8 2133.3333 88.8889 1.4815 0.0247 33

Skor 9 2400.0 100.0000 1.6667 0.0278 37

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

50

Skor 10 2666.6667 111.1111 1.8519 0.0309 41

Skor 11 2933.3333 122.2222 2.0370 0.0340 45

Skor 12 3200.0 133.3333 2.2222 0.0370 49

Skor 13 3466.6667 144.4444 2.4074 0.0401 53

Skor 14 3733.3333 155.5556 2.5926 0.0432 58

Skor 15 4000.0 166.6667 2.7778 0.0463 62

Skor 16 4266.6667 177.7778 2.9630 0.0494 66

Skor 17 4533.3333 188.8889 3.1481 0.0525 70

Skor 18 4800.0 200.0000 3.3333 0.0556 74

Skor 19 5066.6667 211.1111 3.5185 0.0586 78

Skor 20 5333.3333 222.2222 3.7037 0.0617 82

Skor 21 5600.0 233.3333 3.8889 0.0648 86

Keterangan :

• Rumus kebutuhan volume cairan perhari (ml/hari)

=

W = Berat badan pasien

Untuk kebutuhan cairan infus pada pasien dengan berat badan 45 kg sampai dengan

berat badan 100 kg terdapat di Lampiran 2.

4.4 Hasil Pengolahan Data

4.4.1 Perhitungan Bukaan Katup Untuk Pasien Dengan Berat badan 40 kg

Untuk pasien dengan berat badan 40 kg kebutuhan cairan infus berdasarkan tiap

skornya diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut :

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

51

Dimana :

Q1 = Debit infus tanpa variasi katup (ml/detik)

Q2 = Debit infus sesuai skor (ml/detik)

V1 = Volume tanpa variasi katup (ml)

V2 = Volume infus sesuai skor (ml)

t1 = Waktu yang diperlukan untuk menampung volume cairan infus tanpa variasi katup

(1 detik)

t2 = Waktu yang diperlukan untuk menampung volume cairan infus sesuai skor (detik)

=

Untuk Skor 1:

Page 52: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

52

Pada skor 1 dengan berat badan 40 kg, katup akan membuka 0,0008857 per detik.

Dalam perancangan, alat diatur untuk bekerja setiap 5 detik dalam membuka valve,

maka bukaan valve 0,0008857 /detik dikalikan 5 sehingga bukaan katupnya menjadi

0.004583333 / 5 detik.

4.4.2 Data Yang Diperoleh Untuk Setiap Skornya

4.4.2.1 Tabel Data Yang Diperoleh Untuk Pasien Dengan Berat Badan 40 kg

Skor

Kebutuhan Volume

Cairan per Menit

(ml/menit)

Waktu Bukaan

Katup (Detik)

Waktu Bukaan Katup

untuk bergerak 12 kali

(Detik)

Skor 1 0.1852 0.055 0.004583333

Skor 2 0.3704 0.1006 0.008383333

Skor 3 0.5556 0.16 0.013333333

Skor 4 0.7407 0.2101 0.017508333

Skor 5 0.9259 0.265 0.022083333

Skor 6 1.1111 0.317 0.026416667

Skor 7 1.2963 0.37 0.030833333

Skor 8 1.4815 0.423 0.03525

Skor 9 1.6667 0.476 0.039666667

Skor 10 1.8519 0.53 0.044166667

Skor 11 2.0370 0.582 0.0485

Skor 12 2.2222 0.635 0.052916667

Skor 13 2.4074 0.688 0.057333333

Skor 14 2.5926 0.7406 0.061716667

Skor 15 2.7778 0.793 0.066083333

Skor 16 2.9630 0.846 0.0705

Skor 17 3.1481 0.899 0.074916667

Page 53: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

53

Skor 18 3.3333 0.952 0.079333333

Skor 19 3.5185 1,005 0.08375

Skor 20 3.7037 1.058 0.088166667

Skor 21 3.8889 1.111 0.092583333

4.4.2.2 Tabel Data Yang Diperoleh Untuk Pasien Dengan Berat Badan 45 kg

Skor 1 0.2083 0.06 0.005

Skor 2 0.4167 0.12 0.01

Skor 3 0.6250 0.18 0.015

Skor 4 0.8333 0.24 0.02

Skor 5 1.0417 0.30 0.025

Skor 6 1.2500 0.36 0.03

Skor 7 1.4583 0.42 0.035

Skor 8 1.6667 0.48 0.04

Skor 9 1.8750 0.54 0.045

Skor 10 2.0833 0.6 0.05

Skor 11 2.2917 0.66 0.055

Skor 12 2.5000 0.72 0.06

Skor 13 2.7083 0.78 0.065

Skor 14 2.9167 0.84 0.07

Skor 15 3.1250 0.90 0.075

Skor 16 3.3333 0.96 0.08

Skor 17 3.5417 1.02 0.085

Skor 18 3.7500 1.072 0.089333333

Skor 19 3.9583 1.13 0.094166667

Skor 20 4.1667 1.19 0.099166667

Skor 21 4.3750 1.25 0.104166667

Page 54: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

54

4.4.2.3 Tabel Data Yang Diperoleh Untuk Pasien Dengan Berat Badan 50 kg

Skor 1 0.2315 0.066 0.0055

Skor 2 0.4630 0.132 0.011

Skor 3 0.6944 0.198 0.0165

Skor 4 0.9259 0.264 0.022

Skor 5 1.1574 0.33 0.0275

Skor 6 1.3889 0.396 0.033

Skor 7 1.6204 0.462 0.0385

Skor 8 1.8519 0.528 0.044

Skor 9 2.0833 0.594 0.0495

Skor 10 2.3148 0.66 0.055

Skor 11 2.5463 0.727 0.060583333

Skor 12 2.7778 0.792 0.066

Skor 13 3.0093 0.858 0.0715

Skor 14 3.2407 0.925 0.077083333

Skor 15 3.4722 0.99 0.0825

Skor 16 3.7037 1.056 0.088

Skor 17 3.9352 1.122 0.0935

Skor 18 4.1667 1.188 0.099

Skor 19 4.3981 1.254 0.1045

Skor 20 4.6296 1.32 0.11

Skor 21 4.8611 1.39 0.115833333

4.4.2.4 Tabel Data Yang Diperoleh Untuk Pasien Dengan Berat Badan 55 kg

Skor 1 0.2546 0.0726 0.00605

Skor 2 0.5093 0.146 0.012166667

Skor 3 0.7639 0.218 0.018166667

Skor 4 1.0185 0.29 0.024166667

Page 55: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

55

Skor 5 1.2731 0.364 0.030333333

Skor 6 1.5278 0.436 0.036333333

Skor 7 1.7824 0.508 0.042333333

Skor 8 2.0370 0.58 0.048333333

Skor 9 2.2917 0.654 0.0545

Skor 10 2.5463 0.724 0.060333333

Skor 11 2.8009 0.796 0.066333333

Skor 12 3.0556 0.87 0.0725

Skor 13 3.3102 0.94 0.078333333

Skor 14 3.5648 1.02 0.085

Skor 15 3.8194 1.084 0.090333333

Skor 16 4.0741 1.164 0.097

Skor 17 4.3287 1.237 0.103083333

Skor 18 4.5833 1.31 0.109166667

Skor 19 4.8380 1.372 0.114333333

Skor 20 5.0926 1.444 0.120333333

Skor 21 5.3472 1.528 0.127333333

4.4.2.5 Tabel Data Yang Diperoleh Untuk Pasien Dengan Berat Badan 60 kg

Skor 1 0.2778 0.08 0.006666667

Skor 2 0.5556 0.16 0.013333333

Skor 3 0.8333 0.24 0.02

Skor 4 1.1111 0.32 0.026666667

Skor 5 1.3889 0.4 0.033333333

Skor 6 1.6667 0.48 0.04

Skor 7 1.9444 0.56 0.046666667

Skor 8 2.2222 0.64 0.053333333

Skor 9 2.5000 0.714 0.0595

Skor 10 2.7778 0.8 0.066666667

Skor 11 3.0556 0.88 0.073333333

Skor 12 3.3333 0.96 0.08

Page 56: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

56

Skor 13 3.6111 1.03 0.085833333

Skor 14 3.8889 1.12 0.093333333

Skor 15 4.1667 1.19 0.099166667

Skor 16 4.4444 1.27 0.105833333

Skor 17 4.7222 1.35 0.1125

Skor 18 5.0000 1.42 0.118333333

Skor 19 5.2778 1.5 0.125

Skor 20 5.5556 1.59 0.1325

Skor 21 5.8333 1.67 0.139166667

4.4.2.6 Tabel Data Yang Diperoleh Untuk Pasien Dengan Berat Badan 65 kg

Skor 1 0.3009 0.086 0.007166667

Skor 2 0.6019 0.172 0.014333333

Skor 3 0.9028 0.26 0.021666667

Skor 4 1.2037 0.344 0.028666667

Skor 5 1.5046 0.43 0.035833333

Skor 6 1.8056 0.516 0.043

Skor 7 2.1065 0.602 0.050166667

Skor 8 2.4074 0.688 0.057333333

Skor 9 2.7083 0.77 0.064166667

Skor 10 3.0093 0.856 0.071333333

Skor 11 3.3102 0.944 0.078666667

Skor 12 3.6111 1.03 0.085833333

Skor 13 3.9120 1.116 0.093

Skor 14 4.2130 1.203 0.10025

Skor 15 4.5139 1.289 0.107416667

Skor 16 4.8148 1.375 0.114583333

Skor 17 5.1157 1.46 0.121666667

Skor 18 5.4167 1.548 0.129

Skor 19 5.7176 1.633 0.136083333

Skor 20 6.0185 1.72 0.143333333

Skor 21 6.3194 1.806 0.1505

Page 57: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

57

4.4.2.7 Tabel Data Yang Diperoleh Untuk Pasien Dengan Berat Badan 70 kg

Skor 1 0.3241 0.093 0.00775

Skor 2 0.6481 0.185 0.015416667

Skor 3 0.9722 0.28 0.023333333

Skor 4 1.2963 0.37 0.030833333

Skor 5 1.6204 0.461 0.038416667

Skor 6 1.9444 0.555 0.04625

Skor 7 2.2685 0.648 0.054

Skor 8 2.5926 0.75 0.0625

Skor 9 2.9167 0.842 0.070166667

Skor 10 3.2407 0.926 0.077166667

Skor 11 3.5648 1.02 0.085

Skor 12 3.8889 1.11 0.0925

Skor 13 4.2130 1.203 0.10025

Skor 14 4.5370 1.296 0.108

Skor 15 4.8611 1.39 0.115833333

Skor 16 5.1852 1.48 0.123333333

Skor 17 5.5093 1.573 0.131083333

Skor 18 5.8333 1.666 0.138833333

Skor 19 6.1574 1.76 0.146666667

Skor 20 6.4815 1.851 0.15425

Skor 21 6.8056 1.944 0.162

4.4.2.8 Tabel Data Yang Diperoleh Untuk Pasien Dengan Berat Badan 75 kg

Skor 1 0.3472 0.099 0.00825

Skor 2 0.6944 0.198 0.0165

Skor 3 1.0417 0.297 0.02475

Skor 4 1.3889 0.396 0.033

Skor 5 1.7361 0.495 0.04125

Page 58: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

58

Skor 6 2.0833 0.594 0.0495

Skor 7 2.4306 0.693 0.05775

Skor 8 2.7778 0.792 0.066

Skor 9 3.1250 0.891 0.07425

Skor 10 3.4722 0.99 0.0825

Skor 11 3.8194 1.089 0.09075

Skor 12 4.1667 1.188 0.099

Skor 13 4.5139 1.289 0.107416667

Skor 14 4.8611 1.39 0.115833333

Skor 15 5.2083 1.488 0.124

Skor 16 5.5556 1.587 0.13225

Skor 17 5.9028 1.686 0.1405

Skor 18 6.2500 1.785 0.14875

Skor 19 6.5972 1.884 0.157

Skor 20 6.9444 1.983 0.16525

Skor 21 7.2917 2.083 0.173583333

4.4.2.9 Tabel Data Yang Diperoleh Untuk Pasien Dengan Berat Badan 80 kg

Skor 1 0.3704 0.106 0.008833333

Skor 2 0.7407 0.211 0.017583333

Skor 3 1.1111 0.317 0.026416667

Skor 4 1.4815 0.423 0.03525

Skor 5 1.8519 0.53 0.044166667

Skor 6 2.2222 0.635 0.052916667

Skor 7 2.5926 0.74 0.061666667

Skor 8 2.9630 0.845 0.070416667

Skor 9 3.3333 0.952 0.079333333

Skor 10 3.7037 1.056 0.088

Skor 11 4.0741 1.164 0.097

Skor 12 4.4444 1.267 0.105583333

Skor 13 4.8148 1.371 0.11425

Skor 14 5.1852 1.48 0.123333333

Page 59: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

59

Skor 15 5.5556 1.581 0.13175

Skor 16 5.9259 1.686 0.1405

Skor 17 6.2963 1.791 0.14925

Skor 18 6.6667 1.896 0.158

Skor 19 7.0370 2.01 0.1675

Skor 20 7.4074 2.106 0.1755

Skor 21 7.7778 2.22 0.185

4.4.2.10 Tabel Data Yang Diperoleh Untuk Pasien Dengan Berat Badan 85 kg

Skor 1 0.3935 0.112 0.009333333

Skor 2 0.7870 0.225 0.01875

Skor 3 1.1806 0.337 0.028083333

Skor 4 1.5741 0.45 0.0375

Skor 5 1.9676 0.563 0.046916667

Skor 6 2.3611 0.676 0.056333333

Skor 7 2.7546 0.789 0.06575

Skor 8 3.1481 0.902 0.075166667

Skor 9 3.5417 1.015 0.084583333

Skor 10 3.9352 1.128 0.094

Skor 11 4.3287 1.241 0.103416667

Skor 12 4.7222 1.354 0.112833333

Skor 13 5.1157 1.467 0.12225

Skor 14 5.5093 1.58 0.131666667

Skor 15 5.9028 1.693 0.141083333

Skor 16 6.2963 1.806 0.1505

Skor 17 6.6898 1.919 0.159916667

Skor 18 7.0833 2.032 0.169333333

Skor 19 7.4769 2.145 0.17875

Skor 20 7.8704 2.258 0.188166667

Skor 21 8.2639 2.371 0.197583333

Page 60: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

60

4.4.2.11 Tabel Data Yang Diperoleh Untuk Pasien Dengan Berat Badan 90 kg

Skor 1 0.4167 0.119 0.009916667

Skor 2 0.8333 0.238 0.019833333

Skor 3 1.2500 0.357 0.02975

Skor 4 1.6667 0.476 0.039666667

Skor 5 2.0833 0.595 0.049583333

Skor 6 2.5000 0.714 0.0595

Skor 7 2.9167 0.833 0.069416667

Skor 8 3.3333 0.952 0.079333333

Skor 9 3.7500 1.071 0.08925

Skor 10 4.1667 1.19 0.099166667

Skor 11 4.5833 1.309 0.109083333

Skor 12 5.0000 1.428 0.119

Skor 13 5.4167 1.547 0.128916667

Skor 14 5.8333 1.666 0.138833333

Skor 15 6.2500 1.785 0.14875

Skor 16 6.6667 1.904 0.158666667

Skor 17 7.0833 2.023 0.168583333

Skor 18 7.5000 2.142 0.1785

Skor 19 7.9167 2.261 0.188416667

Skor 20 8.3333 2.38 0.198333333

Skor 21 8.7500 2.5 0.208333333

Page 61: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

61

4.4.2.12 Tabel Data Yang Diperoleh Untuk Pasien Dengan Berat Badan 95 kg

Skor 1 0.4398 0.125 0.010416667

Skor 2 0.8796 0.25 0.020833333

Skor 3 1.3194 0.378 0.0315

Skor 4 1.7593 0.502 0.041833333

Skor 5 2.1991 0.627 0.05225

Skor 6 2.6389 0.755 0.062916667

Skor 7 3.0787 0.88 0.073333333

Skor 8 3.5185 1.005 0.08375

Skor 9 3.9583 1.13 0.094166667

Skor 10 4.3981 1.256 0.104666667

Skor 11 4.8380 1.382 0.115166667

Skor 12 5.2778 1.508 0.125666667

Skor 13 5.7176 1.627 0.135583333

Skor 14 6.1574 1.76 0.146666667

Skor 15 6.5972 1.885 0.157083333

Skor 16 7.0370 2.01 0.1675

Skor 17 7.4769 2.136 0.178

Skor 18 7.9167 2.261 0.188416667

Skor 19 8.3565 2.387 0.198916667

Skor 20 8.7963 2.513 0.209416667

Skor 21 9.2361 2.639 0.219916667

Page 62: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

62

4.4.2.13 Tabel Data Yang Diperoleh Untuk Pasien Dengan Berat Badan 100 kg

Skor 1 0.4630 0.132 0.011

Skor 2 0.9259 0.264 0.022

Skor 3 1.3889 0.396 0.033

Skor 4 1.8519 0.528 0.044

Skor 5 2.3148 0.66 0.055

Skor 6 2.7778 0.793 0.066083333

Skor 7 3.2407 0.925 0.077083333

Skor 8 3.7037 1.057 0.088083333

Skor 9 4.1667 1.19 0.099166667

Skor 10 4.6296 1.322 0.110166667

Skor 11 5.0926 1.454 0.121166667

Skor 12 5.5556 1.586 0.132166667

Skor 13 6.0185 1.718 0.143166667

Skor 14 6.4815 1.851 0.15425

Skor 15 6.9444 1.983 0.16525

Skor 16 7.4074 2.115 0.17625

Skor 17 7.8704 2.248 0.187333333

Skor 18 8.3333 2.38 0.198333333

Skor 19 8.7963 2.513 0.209416667

Skor 20 9.2593 2.645 0.220416667

Skor 21 9.7222 2.777 0.231416667

Page 63: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

63

4.5 Grafik Hasil

4.5.1 Grafik Untuk Berat Badan 40 kg

Gambar 4.5.1 Grafik Waktu Bukaan Katup Untuk Berat Badan 40 kg

Untuk Pasien dengan berat badan 40 kg dari skor 1 sampai skor 21 diperlukan Waktu

bukaan katup dari 0,05291 detik sampai 1,050 detik. Perbandingan waktu dari skor 1 ke

skor 2 dan seterusnya sekitar 0,052 detik.

4.5.2 Grafik Untuk Berat Badan 45 kg

Gambar 4.5.2 Grafik Waktu Bukaan katup Untuk Berat Badan 45 kg

Waktu

bukaan

katup

(detik)

Waktu

bukaan

katup

dalam

(detik)

Skor

Skor

Page 64: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

64

Untuk pasien dengan berat badan 45 kg dari skor 1 sampai 21 diperlukan waktu bukaan

katup dari 0,06 sampai 1,25 detik. Perbandingan waktu dari skor 1 ke skor 2 dan

seterusnya sekitar 0,060 detik.

4.5.3 Grafik Untuk Berat Badan 50 kg

Gambar 4.5.3 Grafik Waktu Bukaan Katup Untuk Berat Badan 50 kg

Untuk pasien dengan berat badan 50 kg dari skor 1 sampai 21 diperlukan waktu bukaan

katup dari 0,066 sampai 1,32 detik. Perbandingan waktu dari skor 1 ke skor 2 dan

seterusnya sekitar 0,066 detik.

Waktu

bukaan

katup

dalam 1

menit

(dt)

Skor

Page 65: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

65

4.5.4 Grafik Untuk Berat Badan 55 kg

Gambar 4.5.4 Grafik Waktu Bukaan Katup Untuk Berat Badan 55 kg

Untuk pasien dengan berat badan 55 kg dari skor 1 sampai 21 diperlukan waktu bukaan

katup dari 0,0726 sampai 1,528 detik. Perbandingan waktu dari skor 1 ke skor 2 dan

seterusnya sekitar 0,072 detik.

4.5.5 Grafik Untuk Berat Badan 60 kg

Gambar 4.5.5 Grafik Waktu Bukaan Katup Untuk Berat Badan 60 kg

Waktu

bukaan

katup

dalam 1

menit(dt)

Waktu

bukaan

katup

dalam 1

menit

(dt)

Skor

Skor

Page 66: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

66

Untuk pasien dengan berat badan 60 kg dari skor 1 sampai 21 diperlukan waktu bukaan

katup dari 0,08 sampai 1,67 detik. Perbandingan waktu dari skor 1 ke skor 2 dan

seterusnya sekitar 0,08 detik.

4.5.6 Grafik Untuk Berat Badan 65 kg

Gambar 4.5.6 Grafik Waktu Bukaan Katup Untuk Berat Badan 65 kg

Untuk pasien dengan berat badan 65 kg dari skor 1 sampai 21 diperlukan waktu bukaan

katup dari 0,086 sampai 1,806 detik. Perbandingan waktu dari skor 1 ke skor 2 dan

seterusnya sekitar 0,086 detik.

Waktu

bukaan

katup

dalam 1

menit

(dt)

Skor

Page 67: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

67

4.5.7 Grafik Untuk Berat Badan 70 kg

Gambar 4.5.7 Grafik Waktu Bukaan Katup Untuk Berat Badan 70 kg

Untuk pasien dengan berat badan 70 kg dari skor 1 sampai 21 diperlukan waktu bukaan

katup dari 0,093 sampai 1,944 detik. Perbandingan waktu dari skor 1 ke skor 2 dan

seterusnya sekitar 0,093 detik.

4.5.8 Grafik Untuk Berat Badan 75 kg

Gambar 4.5.8 Grafik Waktu Bukaan Katup Untuk Berat Badan 75 kg

Waktu

bukaan

katup

dalam 1

menit

(dt)

Waktu

bukaan

katup

dalam 1

menit

(dt)

Skor

Skor

Page 68: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

68

Untuk pasien dengan berat badan 75 kg dari skor 1 sampai 21 diperlukan waktu bukaan

katup dari 0,099 sampai 2,083 detik. Perbandingan waktu dari skor 1 ke skor 2 dan

seterusnya sekitar 0,099 detik.

4.5.9 Grafik Untuk Berat Badan 80 kg

Gambar 4.5.9 Grafik Waktu Bukaan Katup Untuk Berat Badan 80 kg

Untuk pasien dengan berat badan 80 kg dari skor 1 sampai 21 diperlukan waktu bukaan

katup dari 0,106 sampai 2,22 detik. Perbandingan waktu dari skor 1 ke skor 2 dan

seterusnya sekitar 0,106 detik.

Waktu

bukaan

katup

dalam 1

menit

(dt)

Skor

Page 69: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

69

4.4.10 Grafik Untuk Berat Badan 85 kg

Gambar 4.5.10 Grafik Waktu Bukaan Katup Untuk Berat Badan 85 kg

Untuk pasien dengan berat badan 85 kg dari skor 1 sampai 21 diperlukan waktu bukaan

katup dari 0,112 sampai 2,371 detik. Perbandingan waktu dari skor 1 ke skor 2 dan

seterusnya sekitar 0,112 detik.

4.5.11 Grafik Untuk Berat Badan 90 kg

Gambar 4.5.11 Grafik Waktu Bukaan Katup Untuk Berat Badan 90 kg

Waktu

bukaan

katup

dalam 1

menit

(dt)

Skor

Skor

Waktu

bukaan

katup

dalam 1

menit

(dt)

Page 70: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

70

Untuk pasien dengan berat badan 90 kg dari skor 1 sampai 21 diperlukan waktu bukaan

katup dari 0,119 sampai 2,5 detik. Perbandingan waktu dari skor 1 ke skor 2 dan

seterusnya sekitar 0,119 detik.

4.5.12 Grafik Untuk Berat Badan 95 kg

Gambar 4.5.12 Grafik Waktu Bukaan Katup Untuk Berat Badan 95 kg

Untuk pasien dengan berat badan 95 kg dari skor 1 sampai 21 diperlukan waktu bukaan

katup dari 0,125 sampai 2,639 detik. Perbandingan waktu dari skor 1 ke skor 2 dan

seterusnya sekitar 0,125 detik.

Skor

Waktu

bukaan

katup

dalam 1

menit

(dt)

Page 71: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

71

4.5.13 Grafik Untuk Berat Badan 100 kg

Gambar 4.5.13 Grafik Waktu Bukaan Katup Untuk Berat Badan 100 kg

Untuk pasien dengan berat badan 100 kg dari skor 1 sampai 21 diperlukan waktu

bukaan katup dari 0,132 sampai 2,777 detik. Perbandingan waktu dari skor 1 ke skor 2

dan seterusnya sekitar 0,132 detik.

Skor

Waktu

bukaan

katup

dalam 1

menit

(dt)

Page 72: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

72

4.5.14 Grafik Keseluruhan Untuk Berat Badan Dari 40 kg sampai Berat Badan

100 kg

Gambar 4.5.14 Grafik Waktu Bukaan Katup Keseluruhan Dari Badan 40 kg Sampai

Berat Badan 100 kg

Berat pasien mempengaruhi waktu bukaan katup yang diperlukan, berat pasien

berbanding lurus dengan waktu bukaan katup artinya pasien yang berat badannya

semakin berat maka semakin lama rentang waktu bukaan katupnya. Dari data

keseluruhan berat badan dari 40 kg sampai berat badan 100 kg dari skor 1 sampai 21

diperlukan waktu bukaan katup terrendah yaitu 0,05291 detik dan bukaan waktu

Waktu

bukaan

katup

(detik)

Skor

Page 73: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

73

tertinggi yaitu 2,777 detik. Dari grafik diatas perbandingan waktu dari berat badan 40 kg

sampai berat badan 100 kg terlihat mengalami kenaikan yang konstan.

4.6 Pengujian Kalibrasi Alat Selama 2 Jam

Dari data volume dan bukaan waktu katup yang sudah didapat, alat diuji kembali

selama 2 jam untuk melihat keakuratan alat yang sudah dibuat. Data yang diuji yaitu

pada berat badan 40 kg dan pada skor 1, 5, 10, 15, 20

4.6.1 Tabel Pengujian Kalibrasi Alat Selama 2 Jam Pada Skor 1

No Waktu Pencatatan Volume Yang Dihasilkan (ml) Volume Teroritis (ml)

1 15 Menit 2.7 ?

2 30 Menit 5.4 ?

3 45 Menit 8.1 ?

4 60 Menit 10.8 ?

5 75 Menit 13.5 ?

6 90 Menit 16.1 ?

7 105 Menit 18.7 ?

8 120 Menit 21.3 ?

Page 74: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

74

4.6.2 Tabel Pengujian Kalibrasi Alat Selama 2 Jam Pada Skor 5

No Waktu Pencatatan Volume Yang Dihasilkan (ml) Volume Teroritis (ml)

1 15 Menit 13.5 ?

2 30 Menit 27 ?

3 45 Menit 40.5 ?

4 60 Menit 54 ?

5 75 Menit 67.5 ?

6 90 Menit 80.5 ?

7 105 Menit 93.5 ?

8 120 Menit 106.5 ?

4.6.3 Tabel Pengujian Validasi Alat Selama 2 Jam Pada Skor 10

No Waktu Pencatatan Volume Yang Dihasilkan (ml)

1 15 Menit 27

2 30 Menit 54

3 45 Menit 81

4 60 Menit 108

5 75 Menit 134.5

6 90 Menit 161

7 105 Menit 187

8 120 Menit 213

Page 75: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

75

4.6.4 Tabel Pengujian Validasi Alat Selama 2 Jam Pada Skor 15

No Waktu Pencatatan Volume Yang Dihasilkan (ml)

1 15 Menit 40.5

2 30 Menit 81

3 45 Menit 121.5

4 60 Menit 162

5 75 Menit 202

6 90 Menit 241

7 105 Menit 280

8 120 Menit 319

4.6.5 Tabel Pengujian Validasi Alat Selama 2 Jam Pada Skor 20

No Waktu Pencatatan Volume Yang Dihasilkan (ml)

1 15 Menit 55

2 30 Menit 110

3 45 Menit 164

4 60 Menit 219

5 75 Menit 272

6 90 Menit 322

7 105 Menit 370

8 120 Menit 418

Page 76: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

76

4.7 Grafik perbandingan Volume Berdasarkan Teori Dan Berdasarkan

Pengujian Alat Selama 2 Jam

4.7.1 Grafik Pada Skor 1

Gambar 4.7.1 Grafik perbandingan Volume Berdasarkan Teori Dan Berdasarkan Pengujian Alat

Selama 2 Jam pada skor 1, berat badan 40 kg

Terjadi perbedaan keakuratan volume sekitar 0,9 ml pada saat alat diuji 2 jam

yaitu kemungkinan terjadi kesalahan mengukur dikarenakan gelas ukur yang tidak ada

satuan sampai desimal. Selain itu yang berpengaruh terhadap keakuratan volume yang

keluar yaitu tekanan pada kantong infus sehingga kantong infus semakin mengempis,

hal tersebut berpengaruh terhadap keakuratan volume yang keluar.

Presentase ketidakakuratan volume sekitar 4,149 % , didapatkan perhitungan dari :

100 – ((Volume yang didapatkan (ml) / Volume berdasarkan teori (ml)) x 100%)

100 – ((21,3 ml / 22,222 ml) x 100 %)

Volume

cairan

yang

keluar

(ml)

Waktu Pencatatan Data

Page 77: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

77

100 – (0,9585096 x 100%)

100 – 95,85096

= 4,149 %

4.7.2 Grafik Pada Skor 5

Gambar 4.7.2 Grafik perbandingan Volume Berdasarkan Teori Dan Berdasarkan Pengujian Alat Selama

2 Jam pada skor 5, berat badan 40 kg

Terjadi perbedaan keakuratan volume sekitar 4,6 ml pada saat alat diuji 2 jam

yaitu kemungkinan terjadi kesalahan mengukur dikarenakan gelas ukur yang tidak ada

satuan sampai desimal. Selain itu yang berpengaruh terhadap keakuratan volume yang

keluar yaitu tekanan pada kantong infus sehingga kantong infus semakin mengempis,

hal tersebut berpengaruh terhadap keakuratan volume yang keluar.

Presentase ketidakakuratan volume sekitar 4,15 % , didapatkan perhitungan dari :

Volume

cairan

yang

keluar

(ml)

Waktu Pencatatan Data

Page 78: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

78

100 – ((Volume yang didapatkan (ml) / Volume berdasarkan teori (ml)) x 100%)

100 – ((106,5 ml / 111,1111 ml) x 100 %)

100 – (0,9585001 x 100%)

100 – 95,85001

= 4,15 %

4.7.3 Grafik Pada Skor 10

Gambar 4.7.3 Grafik perbandingan Volume Berdasarkan Teori Dan Berdasarkan Pengujian Alat Selama

2 Jam pada skor 10, berat badan 40 kg

Terjadi perbedaan keakuratan volume sekitar 9,2 ml pada saat alat diuji 2 jam

yaitu kemungkinan terjadi kesalahan mengukur dikarenakan gelas ukur yang tidak ada

satuan sampai desimal. Selain itu yang berpengaruh terhadap keakuratan volume yang

Volume

cairan

yang

keluar

(ml)

Waktu Pencatatan Data

Page 79: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

79

keluar yaitu tekanan pada kantong infus sehingga kantong infus semakin mengempis,

hal tersebut berpengaruh terhadap keakuratan volume yang keluar.

Presentase ketidakakuratan volume sekitar 4,15 % , didapatkan perhitungan dari :

100 – ((Volume yang didapatkan (ml) / Volume berdasarkan teori (ml)) x 100%)

100 – ((213 ml / 222,2222 ml) x 100 %)

100 – (0,958501 x 100%)

100 – 95,8501

= 4,15 %

Page 80: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

80

4.7.4 Grafik Pada Skor 15

Gambar 4.7.4 Grafik perbandingan Volume Berdasarkan Teori Dan Berdasarkan Pengujian Alat Selama

2 Jam pada skor 15, berat badan 40 kg

Terjadi perbedaan keakuratan volume sekitar 14,3 ml pada saat alat diuji 2 jam

yaitu kemungkinan terjadi kesalahan mengukur dikarenakan gelas ukur yang tidak ada

satuan sampai desimal. Selain itu yang berpengaruh terhadap keakuratan volume yang

keluar yaitu tekanan pada kantong infus sehingga kantong infus semakin mengempis,

hal tersebut berpengaruh terhadap keakuratan volume yang keluar.

Presentase ketidakakuratan volume sekitar 4,3 % , didapatkan perhitungan dari :

100 – ((Volume yang didapatkan (ml) / Volume berdasarkan teori (ml)) x 100%)

100 – ((319 ml / 333,3333 ml) x 100 %)

100 – (0,9570001 x 100%)

Waktu Pencatatan Data

Volume

cairan

yang

keluar

(ml)

Page 81: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

81

100 – 95,70001

= 4,3 %

4.7.5 Grafik Pada Skor 20

Gambar 4.7.5 Grafik perbandingan Volume Berdasarkan Teori Dan Berdasarkan Pengujian Alat Selama

2 Jam pada skor 20, berat badan 40 kg

Terjadi perbedaan keakuratan volume sekitar 26,4 ml pada saat alat diuji 2 jam

yaitu kemungkinan terjadi kesalahan mengukur dikarenakan gelas ukur yang tidak ada

satuan sampai desimal. Selain itu yang berpengaruh terhadap keakuratan volume yang

keluar yaitu tekanan pada kantong infus sehingga kantong infus semakin mengempis,

hal tersebut berpengaruh terhadap keakuratan volume yang keluar.

Presentase ketidakakuratan volume sekitar 5,94 % , didapatkan perhitungan dari :

100 – ((Volume yang didapatkan (ml) / Volume berdasarkan teori (ml)) x 100%)

Waktu Pencatatan Data

Volume

cairan

yang

keluar

(ml)

Page 82: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

82

100 – ((418 ml / 444,4444 ml) x 100 %)

100 – (0,9405001 x 100%)

100 – 94,05001

= 5,94 %

Page 83: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

83

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Mengacu pada latar belakang dan permasalahan yang ada maka dapat

disimpulkan bahwa pengaturan laju aliran cairan infus yang disesuaikan dengan kondisi

pasien (tekanan darah, berat badan, umur, frekuensi nafas, frekuensi nadi, dan lain - lain)

dengan sistem control untuk mengeluarkan cairan infus yang akurat sesuai kebutuhan

pasien telah berhasil dibuat. Dari alat yang dibuat dan diuji selama 2 jam didapatkan

hasil keakuratan sekitar 94% - 96% atau tingkat eror sekitar 4% – 6% dikarenakan

kemungkinan kesalahan dalam mengukur tekanan pasien, pengabaian perhitungan head

losses dan tekanan dalam kantong infus yang semakin kecil dikarenakan volume di

dalam kantong infus yang berkurang.

5.2 Saran

Dari pengolahan dan penelitian alat ini dapat dianjurkan sebagai berikut:

1. Menggunakan alat ukur yang lebih canggih, karena alat ukur yang digunakan masih

sederhana.

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara tekanan darah pasien dan

volume infus yang diperlukan dan gelembung udara di dalam selang, agar hasil

penelitian ini dapat digunakan secara langsung.

Page 84: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · minimal, dan juga dapat mengurangi beban kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk mengontrol ketepatan parameter

84

DAFTAR PUSTAKA

Bobak,M.Irene. (2004). Perawatan Maternitas dan Gynekologi.Bandung: VIA PKP.

Carpenito, L.J. (2001). Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Doenges, Marylinn E. (2001). Rencana Perawatan Maternal/Bayi: Pedoman untuk

perencanaan dan dokumentasi perawatan klien. Jakarta: EGC.

Hamilton, Persis. (1995). Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Edisi 6. EGC: Jakarta.

Hidayati, Ratna. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Fisiologis dan

Patologis. Jakarta : Salemba Medika.

Manuaba, Ida Bagus Gde. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Manuaba, Ida Bagus Gde.(1998). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan:

Jakarta.

Marjati,dkk. (2010). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis.Jakarta: Salemba

Medika.

Masjoer, Arif. (1999). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: EGC.

Mochtar, Rustam. (1998). Synopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri patologi. EGC:

Jakarta.

Pantikawati, Ika. Saryono. (2010). Asuhan Kebidanan.