bab i pendahuluan 1.1 latar belakang - sinta.unud.ac.id - bab i.pdf · pendahuluan 1.1 latar...

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi, sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang undang Dasar 1945. Seiring dengan meningkatnya kegiatan pembangunan, meningkat pula kebutuhan terhadap pendanaan yang sebagian besar dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang diperoleh melalui kegiatan pinjam meminjam kredit. Agar transaksi pinjam meminjam ini dapat berlangsung dengan baik, maka dalam praktek dikenal adanya jamininan/agunan dari pihak yang berhutang kepada pihak yang berpiutang. Hal ini dilakukan untuk menjamin agar hutang tersebut akan dibayar sesuai dengan perjanjian dan jika yang berhutang ingkar janji maka benda yang dijadikan jaminan dapat dijual oleh pihak yang berpiutang untuk menggantikan hutang yang tidak dibayar tersebut. 1 Suatu Perjanjian adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Dengan demikian mengikat para pihak secara hukum, untuk mendapatkan hak atau melaksanakan kewajiban yang ditentukan dalam perjanjian itu. 2 Pada prakteknya, pemberian atas suatu 1 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 2001, Hukum Jaminan Di Indonesia Pokok pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, Liberty Offset Yogyakarta, Yogyakarta. h. 44 2 Artadi I Ketut dan I Dewa Nyoman Rai Asmara, 2010, Hukum Perjanjian ke Dalam Perancangan Kontrak, Udayana University Press, Bali. h. 28 1

Upload: vuongkhanh

Post on 07-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id - BAB I.pdf · PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... Fidusia Sebagai Jaminan Unsur ... terhadap benda yang sama terdapat lebih

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi, sebagai bagian dari pembangunan nasional,

merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur

berdasarkan Pancasila dan Undang – undang Dasar 1945. Seiring dengan

meningkatnya kegiatan pembangunan, meningkat pula kebutuhan terhadap

pendanaan yang sebagian besar dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

tersebut yang diperoleh melalui kegiatan pinjam – meminjam kredit. Agar

transaksi pinjam meminjam ini dapat berlangsung dengan baik, maka dalam

praktek dikenal adanya jamininan/agunan dari pihak yang berhutang kepada pihak

yang berpiutang. Hal ini dilakukan untuk menjamin agar hutang tersebut akan

dibayar sesuai dengan perjanjian dan jika yang berhutang ingkar janji maka benda

yang dijadikan jaminan dapat dijual oleh pihak yang berpiutang untuk

menggantikan hutang yang tidak dibayar tersebut.1

Suatu Perjanjian adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Dengan demikian mengikat

para pihak secara hukum, untuk mendapatkan hak atau melaksanakan kewajiban

yang ditentukan dalam perjanjian itu.2 Pada prakteknya, pemberian atas suatu

1 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 2001, Hukum Jaminan Di Indonesia Pokok – pokok

Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, Liberty Offset Yogyakarta, Yogyakarta. h. 44 2 Artadi I Ketut dan I Dewa Nyoman Rai Asmara, 2010, Hukum Perjanjian ke Dalam

Perancangan Kontrak, Udayana University Press, Bali. h. 28

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id - BAB I.pdf · PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... Fidusia Sebagai Jaminan Unsur ... terhadap benda yang sama terdapat lebih

2

utang, untuk mendapatkan jaminan atas pengembalian utang tersebut maka

dikenal lembaga jaminan. Salah satunya yaitu jaminan fidusia.

Dalam Pasal 1 angka 1 UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 168, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3889, selanjutnya disebut UUJF)

menyatakan bahwa :“Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas

dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya

dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.” Berdasarkan ketentuan

yang termuat dalam Pasal ini dapat diketahui bahwa fidusia adalah pengalihan hak

yang didasarkan atas kepercayaan dari pihak debitor pada pihak kreditor untuk

jaminan atas suatu utang, yang mana penguasaan atas kepemilikan benda tersebut

masih berada pada tangan debitor.

Pengertian jaminan fidusia sebagaimana tercantum dalam ketentuan Pasal 1

angka 2 UUJF adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud

maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang

tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-

undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam

penguasaan Pemberi Fidusia,sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang

memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap

kreditor lainnya.

Untuk memberikan kepastian hukum sesuai dengan ketentuan yang tercantum

dalam Pasal 11 UUJF menyatakan bahwa benda yang dibebani dengan jaminan

fidusia, baik yang berada di wilayah Negera Republik Indonesia maupun berada

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id - BAB I.pdf · PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... Fidusia Sebagai Jaminan Unsur ... terhadap benda yang sama terdapat lebih

3

di luar wilayah Negera Republik Indonesia wajib untuk didaftarkan.

Pendaftarannya pada kantor Pendaftaran Fidusia yang terletak di Indonesia.

Kewajiban ini tetap berlaku meskipun kebendaan yang dibebani dengan jaminan

fidusia berada di luar wilayah Negera Republik Indonesia.

Pemberian kredit dengan jaminan fidusia dengan berdasarkan kepercayaan,

karena benda yang dijadikan jaminan tersebut tetap berada di tangan atau di

bawah penguasaan pemilik benda, yaitu pihak yang berhutang debitor. Kontruksi

fidusia adalah penyerahan hak milik atas barang – barang bergerak kepunyaan

debitor melunasi hutangnya maka kreditor harus mengembalikan hak milik atas

barang – barang itu kepada kreditor.3 Lembaga jaminan fidusia memungkinkan

kepada para pemberi fidusia untuk menguasai benda yang dijaminkan, untuk

melakukan kegiatan usaha yang dibiayai dari pinjaman dengan menggunakan

jaminan fidusia. Dalam hal ini yang “diserahkan hanyalah hak kepemilikan dari

benda tersebut secara yuridis” atau yang dikenal dengan istilah consititutum

possesorium. Pada awalnya, benda yang menjadi objek fidusia hanya terbatas

pada kekayaan benda bergerak yang berwujud dalam bentuk benda – benda dalam

persedian (inventory), benda dagangan, piutang, peralatan mesin dan kendaraan

bermotor.4

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa Undang – undang Jaminan

Fidusia secara tegas menyatakan Jaminan Fidusia adalah agunan atas kebendaan

3 Oey Hoey TIong, 1984. Fidusia Sebagai Jaminan Unsur – unsur Peringkatan, Jakarta,

Ghalia Indonesia. h. 12 4 Salim HS,2008. Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta, h. 46

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id - BAB I.pdf · PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... Fidusia Sebagai Jaminan Unsur ... terhadap benda yang sama terdapat lebih

4

atau jaminan kebendaan (Zakelijke Zekerheid, Security Right In Rem) yang

memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia, yaitu hak

yang didahulukan terhadap kreditor lainnya (droit deprefeence).5 Hak ini tidak

hapus karena adanya kepailitian dan atau likuidasi pemberi fidusia, apabila

terhadap benda yang sama terdapat lebih dari 1 (satu) perjanjian jaminan fidusia,

maka hak yang didahulukan tersebut diberikan kepada pihak yang terlebih dahulu

mendaftarkannya ke Kantor Pendaftaran Fidusia.

Pemberi fidusia wajib menyerahkan benda yang menjadi objek jaminan

fidusia dalam rangka pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia. Sebagaimana diatur

dalam Pasal 30 UUJF yang menyatakan bahwa : “Pemberi Fidusia wajib

menyerahkan Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia dalam rangka

pelaksanaan eksekusi Jaminan Fidusia.” Apabila pemberi fidusia tidak

menyerahkan benda yang menjadi objek jaminan fidusia pada waktu eksekusi

dilaksanakan, penerima fidusia berhak mengambil benda yang menjadi objek

jaminan fidusia dan apabila perlu dapat meminta bantuan pihak yang berwenang.

(diatur dalam Penjelasan Pasal 30 UUJF). Peraturan mengenai jaminan fidusia

tidak mengatur lebih lanjut dengan jelas siapa pihak yang berwenang untuk

dimintai bantuan dalam eksekusi jaminan fidusia. Namun dalam kenyataannya

tidak jarang pihak yang memberikan kredit meminta bantuan pada aparatur

kepolisian untuk membantu pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia.

5 Gunawan Widjaja dan ahmad Yani, 2007. Jaminan Fidusia, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta, h. 131

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id - BAB I.pdf · PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... Fidusia Sebagai Jaminan Unsur ... terhadap benda yang sama terdapat lebih

5

Kepolisian Republik Indonesia adalah alat negara yang bertugas dan

berperan untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan

hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, adalah

yang paling berwenang didalam memberikan bantuan pengamanan pelaksanaan

eksekusi jaminan fidusia. Sertifikat Jaminan Fidusia mempunyai kekuatan

hukum mengikat yang sama dengan putusan pengadilan yang telah berkekuatan

hukum tetap. Atas dasar itu dibentuklah Peraturan Kepala Kepolisian Negara

Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan

Fidusia. Lembaga kepolisian adalah organ pemerintah yang ditetapkan sebagai

suatu lembaga dan diberikan kewenangan menjalankan fungsinya berdasarkan

peraturan perundang-undangan.

Selanjutnya Pasal 5 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia menyebutkan bahwa:

Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat Negara yang

berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,

menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan

pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan

dalam negeri.

Kewenangan Kepolisian didalam mengamankan pelaksanaan eksekusi

Jaminan Fidusia adalah bertujuan agar terselenggaranya pelaksanaan eksekusi

Jaminan Fidusia secara aman, tertib, lancar dan dapat dipertanggung jawabkan

serta terlindunginya keselamatan dan keamananan Penerima Jaminan Fidusia ,

Pemberi Fidusia dan/ atau masyarakat dari perbuatan yang dapat menimbulkan

kerugian harta benda dan keselamatan. Artinya ruang lingkup Kepolisian dalam

rangka pengamanan eksekusi Jaminan Fidusia adalah dalam lingkup melindungi

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id - BAB I.pdf · PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... Fidusia Sebagai Jaminan Unsur ... terhadap benda yang sama terdapat lebih

6

keselamatan dan keamanan para Pihak (Pemberi dan Penerima Fidusia) serta

masyarakat secara umum dari tindakan, perbuatan dan hal-hal yang merugikan

harta benda dan keselamatan.

Menurut ketentuan yang tercantum dalam Pasal 20 PERKAPOLRI No.8

Tahun 2011, dapat diketahui bahwa dalam hal termohon eksekusi merasa telah

membayar atau melunasi kewajibannya kepada Petugas lain yang ditunjuk oleh

pemohon eksekusi, yang mengakibatkan timbulnya perselisihan pada saat atau

sedang dilaksanakan eksekusi, maka personel Polri yang melaksanakan

pengamanan dengan mengadakan pendekatan persuasif antara pemohon dan

termohon melalui musyawarah, menanyakan dengan sopan dan humanis kepada

termohon, untuk menunjukan dokumen pendukung atau bukti pembayaran atau

pelunasan, mengamankan lingkungan sekitar eksekusi untuk mencegah

meningkatnya eskalasi keamanan dan apabila termohon mempunyai bukti

pembayaran atau pelunasan yang sah, maka personel Polri melakukan beberapa

hal diantaranya:

1. Menunda atau menghentikan pelaksanaan eksekusi;

2. Membawa dan menyerahkan petugas yang ditugaskan oleh pemohon

kepada penyidik Polri untuk penanganan lebih lanjut; dan

3. Membawa pihak termohon dan pemohon eksekusi ke kantor kepolisian

terdekat untuk penanganan lebih lanjut.

Sebagaimana dalam Pasal yang disebutkan di atas, maka Tugas dan

kewenangan Kepolisian dalam rangka ikut mengamankan pelaksanaan eksekusi

Jaminan Fidusia telah memasuki ruang lingkup yang tidak lagi menjadi

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id - BAB I.pdf · PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... Fidusia Sebagai Jaminan Unsur ... terhadap benda yang sama terdapat lebih

7

kewenangannya, yaitu memasuki ruang lingkup Hukum Perdata. Keberadaan

polisi sebagai pelindung masyarakat, dalam kaitannya dengan pelaksanaan

eksekusi objek jaminan fidusia, maka diharapkan peran serta polisi agar proses

eksekusi tersebut tidak berjalan ricuh, dan tidak dengan kekerasan, sehingga perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut di lapangan terutama di wilayah Resor

Kabupaten Tabanan mengenai penerapan dari Perka Polri No. 8 Tahun 2011.

Berdasarkan paparan yang telah diuraikan di atas, maka menarik untuk diteliti

lebih lanjut dalam skripsi ini mengenai penerapan dari Perka Kapolri No. 8 Tahun

2011 dalam pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia di Kabupaten Tabanan dengan

mengangkat judul : Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia Di Kabupaten

Tabanan Berdasarkan Peraturan Kapolri No. 8 Tahun 2011.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas serta dengan

memperhatikan judul yang diajukan, maka dapat ditarik beberapa permasalahan

pokok dan mendapat pembahasan lebih lanjut yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kewenangan Kepolisian Resor Tabanan dalam memberikan

pengamanan eksekusi jaminan fidusia di Kabupaten Tabanan?

2. Apakah hambatan yang dihadapi oleh Kepolisian Resor Tabanan dalam

menjalankan perannya sebagai pengaman eksekusi jaminan fidusia di

Kabupaten Tabanan?

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id - BAB I.pdf · PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... Fidusia Sebagai Jaminan Unsur ... terhadap benda yang sama terdapat lebih

8

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Di dalam suatu karya tulis maka perlu kiranya ditetapkan secara tegas

tentang isi pokok yang akan dibahas agar tidak jauh menyimpang dari pokok

permasalahan yang ada, maka focus pembahasan akan menitik beratkan pada hal

– hal sebagai berikut :

Dalam hal permasalahan yang pertama akan membahas mengenai

Kewenangan Kepolisian Resor Tabanan dalam pemberian keamanan terhadap

eksekusi jaminan fidusia di Kabupaten Tabanan, Sedangkan dalam permasalahan

yang kedua yaitu meliputi tentang hambatan Kepolisian Resor Tabanan dalam

menjalankan perannya sebagai pengaman eksekusi jaminan fidusia di Kabupaten

Tabanan.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Penelitian Terhadap eksekusi jaminan fidusia dengan diberlakukannya

Perkapolri Nomor 8 Tahun 2011 sangat menarik, karena sangat sering terjadi

pelaksanaan eksekusi . Penelusuran kepustakaan yang dilakukan, ada beberapa

penelitian yang berkaitan dengan penyelesaian kredit macet yaitu :

a. Srikpsi dari Safira Angela Islami, NIM. 0910110229, alumni Program Studi

Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya, Malang, Tahun 2013

dengan judul skripsi “Hambatan Pelaksanaan Peranan Polisi Dalam

Pengamanan Eksekusi Objek Jaminan Fidusia Di Polres Malang Kota”.

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian skripsi tersebut

yakni:

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id - BAB I.pdf · PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... Fidusia Sebagai Jaminan Unsur ... terhadap benda yang sama terdapat lebih

9

1. Bagaimana peranan polisi dalam pelaksanaan pengamanan eksekusi

objek jamiann fidusia di Polres Malang menurut Peraturan Kapolri

Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia ?

2. Apa saja hambatan yang dihadapi oleh Polres Malang Kota dalam

menjalankan perannya sebagai pengaman eksekusi jaminan fidusia??

b. Skripsi dari Vileza Aldyan, NIM. 0807101092, alumni Program Studi Ilmu

Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Jember, Tahun 2012

dengan judul skripsi “Eksekusi Jaminan Fidusia Akibat Kredit Macet (Kajian

Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Pengamanan Eksekusi

Jaminan Fidusia”. Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam

penelitian skripsi tersebut yakni :

1. Apakah yang menjadi prinsip-prinsip jaminan fidusia menurut Undang-

Undang Jaminan Fidusia?

2. Bagaimanakah pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia menurut Undang-

Undang Jaminan Fidusia?

3. Bagaimanakah kesesuaian Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2011

dengan hukum acara perdata?

Berdasarkan penelusuran dari skripsi dengan judul dan pokok permasalahan

seperti yang dijelaskan di atas, menunjukkan bahwa penelitian dengan judul

Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia Di Kabupaten Tabanan Berdasarkan

Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2011 belum ada yang membahasnya, sehingga

skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah orisinalitas atau

keasliannya.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id - BAB I.pdf · PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... Fidusia Sebagai Jaminan Unsur ... terhadap benda yang sama terdapat lebih

10

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :

1.5.1 Tujuan umum

1. Untuk melaksanakan Tri Dharma Pengurusan Tinggi Khususnya

dalam bidang penelitian atau analisis suatu permasalahan hukum.

2. Untuk perkembangan ilmu pengetahuan hukum.

3. Untuk pengembangan diri pribadi khususnya didalam kehidupan

bermasyarakat.

4. Untuk mengembangkan serta memperdalam pengertian dan

penghayatan terhadap ilmu hukum.

5. Untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi jenjang

strata 1 (satu) di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

1.5.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan Peraturan Kapolri No. 8 Tahun

2011 Tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia yang

dilaksanakan oleh Kepolisian Resor Tabanan.

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan faktor – faktor yang menjadi

penghambat berlakunya Peraturan Kapolri No. 8 Tahun 2011 Tentang

Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia yang dilaksanakan oleh

Kepolisian Resor Tabanan.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id - BAB I.pdf · PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... Fidusia Sebagai Jaminan Unsur ... terhadap benda yang sama terdapat lebih

11

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat teoritis

Adapun manfaat teoritis yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini

yaitu sebagai berikut :

a. Memperdalam pengetahuan dan wawasan ilmu pengetahuan pada

umumnya dan pelaksanaan pengamanan eksekusi jaminan fidusia

yang di lakukan oleh pihak Kepolisian Resor Tabanan di Kabupaten

Tabanan.

b. Memperdalam pengetahuan dalam cara berfikir dan bekerja sehingga

tidak hanya mengenal teori tetapi sekaligus juga mengenal praktek di

lapangan.

1.6.2 Manfaat praktis

Adapun manfaat praktis yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini

yaitu sebagai berikut:

1. Secara praktis hasil penulisan skripsi ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi berupa masukan bagi pemerintah maupun

lembaga Kepolisian dalam rangka melaksanakan Peraturan

Kapolri No. 8 Tahun 2011 Tentang Pengamanan Eksekusi

Jaminan Fidusia, terutama dalam menghadapi faktor – faktor

yang menghambat dalam peraturan tersebut di wilayah Kepolisian

Resor Tabanan.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id - BAB I.pdf · PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... Fidusia Sebagai Jaminan Unsur ... terhadap benda yang sama terdapat lebih

12

1.7 Landasan Teoritis

Teori dapat diartikan sebagai serangkaian asumsi, konsep, defenisi dan

proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara

merumuskan hubungan antar konsep”6 adapun yang menjadi fungsi dari teori

dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan atau petunjuk dan

meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati.

Landasan Teoritis atau Kerangka Teori adalah upaya untuk mengidentifikasi

teori hukum umum/teori khusus, konsep-konsep hukum, asas-asas hukum, aturan

hukum, norma-norma dan lain-lain yang akan dipakai sebagai landasan untuk

membahas permasalahan penelitian. Untuk menjawab permasalahan dalam skripsi

ini, maka teori yang dipergunakan dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Teori Penegakan Hukum Dalam Masyarakat

Dalam kaitannya dengan permasalahan yang diangkat kedalam skripsi ini,

penulis menggunakan teori yang relevan untuk membedah permasalahan tersebut

dengan menggunakan teori yang berkaitan dengan penegakan hukum. Satjipto

Rahardjo, menggambarkan kembali pendapat dari Robert B Seidman tentang

analisa bekerjanya hukum di dalam masyarakat, dengan model analisa yang

digambarkannya dalam bagan berikut ini :

6 Burhan Ashofa, 1996, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, h. 19

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id - BAB I.pdf · PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... Fidusia Sebagai Jaminan Unsur ... terhadap benda yang sama terdapat lebih

13

Teori Penegakan Hukum

oleh : Satjipto Rahardjo

Dari bagan di atas dapat diuraikan dalil-dalil sebagai berikut :

a. Setiap peraturan hukum memberitahu tentang seorang pemegang peranan

(role occupant) itu diharapkan bertindak.

b. Bagaimana seorang pemegang peran itu akan bertindak sebagai suatu

respons terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-peraturan

hukum yang ditujukan kepadanya, sanksi-sanksinya, aktivitas kekuatan

sosial, politik, dan lain-lainnya mengenai dirinya

c. Bagaimana lembaga-lembaga pelaksana itu akan bertindak sebagai respons

terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-peraturan hukum

yang ditujukan kepada mereka, sanksi-sanksinya, keseluruhan kompleks,

Faktor Sosial Personal

Lembaga Pembuat

Aturan

Pemegang Peranan

Lembaga Penerapan

Aturan

Faktor Sosial Personal

Faktor Sosial Personal

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id - BAB I.pdf · PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... Fidusia Sebagai Jaminan Unsur ... terhadap benda yang sama terdapat lebih

14

kekuata-kekuatan sosial, politik dan lain-lainnya yang mengenai diri

mereka serta umpan balik yang datang dari pemerang peranan.

d. Bagaimana pembuat Undang-undang itu akan bertindak merupakan fungsi

peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku mereka, sanksi-sanksinya,

keseluruhan kompleks kekuatan sosial, politik, ideologis, dan lain-lainnya

yang mengenai diri mereka serta umpan balik yang datang dari pemegang

peranan serta birokrasi. 7

Bekerjanya hukum dalam perspektif sosial tidak pada ruang hampa.

Hubungan antara hukum dengan variabel-variabel lain dalam masyarakat.

Disamping hukum berfungsi sebagai alat untuk pengendalian sosial (as a tool of

social control), bekerjanya hukum dalam masyarakat melibatkan beberapa unsur

atas aspek yang saling memiliki keterkaitan sebagai suatu sistem. Beberapa aspek

tersebut yaitu :

a. Lembaga Pembuat Hukum (Law Making Instituion)

b. Lembaga Penerap Sanksi.

c. Pemegang Peran (Role occupant)

d. Kekuatan Sosiental Personal (Sociental Personal Force).

e. Budaya Hukum

7 Satjipto Rahadjo, 1986, Hukum dan Masyarakat, Angkasa, Bandung, h.76

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id - BAB I.pdf · PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... Fidusia Sebagai Jaminan Unsur ... terhadap benda yang sama terdapat lebih

15

f. Unsur-Unsur Umpan Balik (Feed Back) dari proses bekerjanya hukum

yang sedang berjalan. 8

Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi penegakan hukum di Indonesia,

antara lain :

a. Faktor Undang-undang itu sendiri.

Hal ini dapat disebabkan oleh tidak diikutinya asas-asas berlakunya

Undang-undang, belum adanya peraturan pelaksanaan yang sangat

dibutuhkan untuk menerapkan undang-undang, atau ketidakjelasan arti

kata dalam Undang-undang yang biasanya menimbulakan multi tafsir.

b. Faktor penegak hukum yakni pihak yang secara langsung dan tidak

langsung berkecimpung dibidang penegakan hukum.

Biasanya para penegak hukum mengalami keterbatasan untuk

menempatkan diri, kurang aspiratif, sulit membuat proyeksi untuk

memikirkan masa depan, atau kurang inovatif.

c. Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

Tanpa adanya sarana dan fasilitas, maka tidak mungkin penegakan

hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana atau fasilitas ini antara

lain mencangkup sumber daya manusia manusia yang berpotensi, trampil,

dan berpendidikan, serta peralatan dan faktor yang memadai.

8 Ronny H Soemitro, 1989, Perspektif Sosial dalam Pemehaman Masalah Hukum, CV

Agung, Serang, h. 26.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id - BAB I.pdf · PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... Fidusia Sebagai Jaminan Unsur ... terhadap benda yang sama terdapat lebih

16

d. Faktor masyarakat yaitu lingkungan dimana hukum itu berlaku dan

diterapkan.

Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan untuk mencapai

kedamaian didalam masyarakat, oleh karna itu masyarakat sedikit banyak

dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut. Biasanya yang selulu

menjadi masalah dalam penegakan hukum dalam masyarakat adalah

masyarakat tidak mengetahui atau tidak menyadari apabila hak-hak

mereka dilanggar, tidak mengetahui upaya hukum yang harus dititempuh,

kurangnya pengetahuan sosial atau politik, kurangnya kemampuan

finansial, serta masalah psikis.

e. Faktor kebudayaan

Kebudayaan pada dasarnya merupakan nilai-nilai yang mendasari hukum

yang berlaku. 9

Dalam kaitannya dengan skripsi ini maka penegakan hukum terkait dengan

pelaksanaan dari Perkapolri No. 8 Tahun 2011 dalam kaitannya dengan

melakukan pengamanan terhadap eksekusi objek jaminan fidusia yang ada di

Kabupaten Tabanan. Dalam hal ini Polisi memiliki peran untuk membantu

melakukan pengamanan terhadap eksekusi yang dilakukan oleh pihak kreditur

baik itu bank maupun lembaga pembiayaan lainnya.

9 Soerjono Soekanto, 1985, Efektivikasi Hukum dan Peranan Sanksi, Remadja Karya,

Bandung, h.24

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id - BAB I.pdf · PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... Fidusia Sebagai Jaminan Unsur ... terhadap benda yang sama terdapat lebih

17

b. Teori Kewenangan (Theorie Van Bevoegdhaid)

Keabsahan tindakan pemerintahan diukur berdasarkan wewenang yang diatur

dalam peraturan perundang-undangan. Perihal kewenangan dapat dilihat dari

Konstitusi Negara yang memberikan legitimasi kepada Badan Publik dan

Lembaga Negara dalam menjalankan fungsinya.Wewenang adalah kemampuan

bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan

hubungan dan perbuatan hukum.10

Pengertian kewenangan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan

sama dengan wewenang, yaitu hak dan kekuasaan untuk melakukan sesuatu.

Hassan Shadhily menerjemahkan wewenang (authority) sebagai hak atau

kekuasaan memberikan perintah atau bertindak untuk mempengaruhi tindakan

orang lain, agar sesuatu dilakukan sesuai dengan yang diinginkan.11

Setiap tindakan pemerintahan dan/atau pejabat umum harus bertumpu pada

kewenangan yang sah. Kewenangan itu diperoleh melalui 3 sumber antara lain:

1. Atribusi: wewenang yang diberikan atau ditetapkan untuk jabatan tertentu.

Dengan demikian wewenang atribusi merupakan wewenang yang melekat pada

suatu jabatan.

2. Pelimpahan ada dua macam antara lain;

a. Delegasi: wewenang yang bersumber dari pelimpahan suatu organ

pemerintahan kepada organ lain dengan dasar peraturan perundang-

undangan

10

SF. Marbun, 1997, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di

Indonesia, Liberty, Yogyakarta, h. 154. 11

Tim Penyusun Kamus-Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1989, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, h.170.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id - BAB I.pdf · PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... Fidusia Sebagai Jaminan Unsur ... terhadap benda yang sama terdapat lebih

18

b. Mandat: wewenang yang bersumber dari proses atau prosedur pelimpahan

dari pejabat atau badan yang lebih tinggi kepada pejabat yang lebih rendah

(atasan bawahan). 12

Dalam kaitannya dengan wewenang sesuai dengan konteks penelitian ini, standar

wewenang yang dimaksud adalah kewenangan dari pihak kepolisian untuk

melakukan pengamanan terhadap eksekusi objek jaminan fidusia yaitu

sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Kapolri No. 8 Tahun 2011.

c. Teori Efektivitas Hukum

Efektivitas peraturan perundang-undangan didukung dengan adanya faktor

- faktor yang mempengaruhi hukum. Efektivitas suatu peraturan menurut

Lawrence Meir Friedman, dalam sistem hukum ada 3 (tiga) hal yang

mempengaruhi efektivitas hukum, yakni :

Subtansi hukum, sistem substansial yang menentukan bisa

atau tidaknya hukum itu dilaksanakan.

Struktur atau pranata hukum, sistem struktural yang yang

menentukan hukum itu bisa atau tidaknya dilaksanakan

dengan baik. Menurut Undang Undang Nomor 8 Tahun

1981 Tentang Hukum Acara Pidana menentukan struktur

hukum adalah kepolisian, pengadilan, kejaksaan, dan badan

pelaksana pidana (Lapas). Sebaik – baiknya peraturan

perundang – undangan harus di tegakan, namun apabila

12

Indroharto, 1993, Usaha memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha

Negara, Pustaka Harapan, Jakarta , h. 90.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id - BAB I.pdf · PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... Fidusia Sebagai Jaminan Unsur ... terhadap benda yang sama terdapat lebih

19

tidak ditegakan oleh struktur (Aparat) penegak hukum,

maka hukum itu tidak berfungsi.

Budaya hukum, sikap manusia terhadap hukum dan sistem

hukum-kepercayaan, nilai, pemikiran, serta harapannya.

Tingkat kepatuhan masyarakat terhadap hukum yang

berlaku.

1.8 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara guna mencapai tujuan yang telah

digariskan, oleh karena itu agar suatu karya tulis menjadi ilmiah, maka

diperlukan suatu data yang bersifat obyektif. Untuk keperluan tersebut

diperlukan metode – metode antara lain :

1.8.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah jenis

penelitian hukum empiris, yaitu penelitian hukum yang objek kajiannya meliputi

ketentuan dan mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum

normatif (kodifikasi, Undang-Undang atau kontrak) secara in action/in abstracto

pada setiap peristiwa hukum yang terjadi dalam masyarakat (in concreto).13

Penelitian hukum empiris dalam skripsi ini dilakukan dengan mengkaji Perka

Kapolri No. 8 Tahun 2011 sebagai das sollen (teori) dengan kenyataan atau

13

Abdulkadir Muhamad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,

Bandung, h. 134

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id - BAB I.pdf · PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... Fidusia Sebagai Jaminan Unsur ... terhadap benda yang sama terdapat lebih

20

penerapan dari aturan ini dilapangan, kesenjangan antara teori dan kenyataan di

lapangan inilah yang menarik untuk diteliti lebih lanjut.

1.8.2 Jenis pendekatan

Pendekatan dalam penelitian hukum dimaksudkan adalah bahan untuk

mengawali sebagai dasar sudut pandang dan kerangka berpikir seorang peneliti

untuk melakukan analisis. Dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan

namun yang dipergunakan dalam skripsi ini yaitu :

1) Pendekatan perundang-undangan (statute approach) hal ini

dimaksudkan bahwa peneliti menggunakan peraturan perundang-

undangan sebagai dasar awal melakukan analisis.

2) Pendekatan kasus (case approach), pendekatan kasus dalam penelitian

hukum bertujuan untuk mempelajari norma-norma atau kaidah hukum

yang dilakukan dalam praktik hukum.14

Dalam penulisan karya ilmiah ini menggunakan pendekatan perundang –

undangan yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah peraturan

perundang – undangan, serta pendekatan kasus yaitu pendekatan masalah yang

didasarkan pada fakta – fakta yang terjadi dilapangan yang ada kaitannya dengan

permasalahan yang dibahas.

14Mukti Fajar, dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &

Empiris, Pustaka Pelajar, Yogjakarta, h. 185-190

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id - BAB I.pdf · PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... Fidusia Sebagai Jaminan Unsur ... terhadap benda yang sama terdapat lebih

21

1.8.3 Sifat penelitian

Sifat penelitian dalam penulisan karya ilmiah ini bersifat deskriptif analitis.

Penelitian yang bersifat deskriptif analitis bertujuan untuk memberikan data yang

seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya,15

maka

dapat diambil data obyektif karena ingin menggambarkan kenyataan yang terjadi

pada pengamanan pelaksanaan eksekusi objek jaminan fidusia yang dilakukan

oleh dinas kepolisian pada kasus yang terjadi di Kabupaten Tabanan.

1.8.4 Data dan sumber data

Dalam penelitian hukum empiris data dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh terutama dari penelitian yang

dilakukan langsung didalam masyarakat.16

Sumber data primer yang

diperoleh dari penelitian ini dengan melakukan penelitian yang berlokasi

Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali, yaitu dengan melakukan penelitian

pada Dinas Kepolisian Kabupaten Tabanan atas pelaksanaan pengamanan

eksekusi objek jaminan fidusia yang terjadi di Kabupaten Tabanan.

Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan

informan dan responden yang ada pada lokasi penelitian tersebut.

Informan, adalah orang atau individu yang memberikan informasi data

yang dibutuhkan oleh peneliti sebatas yang diketahuinya. Informan

diperlukan didalam penelitian empiris untuk mendapatkan data secara

kualitatif. Responden, adalah seseorang atau individu yang akan

15

Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, UI press, Jakarta, h. 10.

16

Ibid, h. 156

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id - BAB I.pdf · PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... Fidusia Sebagai Jaminan Unsur ... terhadap benda yang sama terdapat lebih

22

memberikan respons terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.

Responden ini merupakan orang atau individu yang terkait secara langsung

dengan data yang dibutuhkan.17

2. Data Sekunder diperoleh melalui penelitian kepustakaan (Library

Research) dengan menggunakan bahan-bahan hukum sebagai berikut:

i. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari :

(a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

(b) Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia;

(c) Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia

(d) Peraturan Kepala Polisi Republik Indonesia No. 8 Tahun 2011

tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia.18

ii. Bahan hukum sekunder, yang terdiri dari literatur-literatur, buku-

buku, makalah, dan jurnal yang ditulis oleh para ahli dan dokumen-

dokumen yang berkenaan dengan masalah yang dibahas.

iii. Sedangkan Bahan hukum tersier, yang terdiri dari kamus dan

ensiklopedi.19

17Ibid, h. 174

18 Ronny Hanitijo Soemitro, 2002, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta,

h. 24. 19

Amiruddin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta,

h. 120

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id - BAB I.pdf · PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... Fidusia Sebagai Jaminan Unsur ... terhadap benda yang sama terdapat lebih

23

1.8.5 Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh data guna menunjang tulisan ini, maka teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara / interview dan

teknik kepustakaan, teknik wawancara yakni suatu proses Tanya jawab lisan

dalam rangka dua orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat

melihat muka dan dapat mendengar dengan telinga sendiri suaranya sebagai alat

informan yang langsung tentang beberapa data sosial baik yang terpendam

maupun yang bermanfaat.20

Wawancara dalam penelitian skripsi ini dilakukan

terhadap pihak Kepolisian Resor Kabupaten Tabanan sebagai informan sekaligus

responden.Sedangkan teknik kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan

oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau

masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-

buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi,

peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan

sumber-sumber tertulis baik tercetakmaupunelektroniklain.

1.8.6 Teknik penentuan sampel penelitian

Adapun lokasi Penelitian dalam penyusunan penelitian ini Dinas

Kepolisian Resosr Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali. Terpilihnya lokasi tersebut

sebagai lokasi penelitian dikarenakan peneliti menemukan kasus mengenai

pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia yang pengamanannya dilakukan oleh pihak

kepolisian.

20 Hadi Sutrisno dan Sri Manuji, 1977, Metodologi Research. Julid III, Gajah Mada University

Press, Yogyakarta, hal. 159.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id - BAB I.pdf · PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... Fidusia Sebagai Jaminan Unsur ... terhadap benda yang sama terdapat lebih

24

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

mempelajari dan kemudin ditarik kesimpulannya,21

sedangkan sampel adalah

bagian dari populasi yang akan diteliti yang dianggap mewakili populasinya. Oleh

karena populasi biasanya sangat besar dan luas, maka kerapkali tidak mungkin

untuk meneliti seluruh populasi itu tetapi cukup diambil sebagian saja untuk

diteliti sebagai sampel.22

Dalam Penelitian ini metode sampel yang digunakan adalah dengan cara

menentukan sampel dimana peneliti telah menentukan atau menunjuk sendiri

sampel dalam penelitiannya. Sesuai dengan judul dalam penulisan skripsi ini

maka dalam penelitian ini sampel yang digunakan yaitu pegawai kepolisian resor

Tabanan yang terlibat langsung dalam pengamanan proses eksekusi jamiann

fidusia yang terjadi di wilayah hukum Kabupaten Tabanan.

1.8.7 Teknik pengolahan dan analisis data

Pengolahan data adalah kegiatan merapikan data hasil pengumpulan data di

lapangan sehingga siap pakai untuk dianalisa.23

Setelah data dikumpulkan

kemudian data diolah secara kualitatif dengan melakukan studi perbandingan

antara data lapangan dengan data kepustakaan sehingga akan diperoleh data yang

bersifat saling menunjang antara teori dan praktik.

Dalam menganalisa data yang telah dikumpulkan tersebut, digunakan

metode analisis deskriptif, yaitu menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat

21 Soegiono, 2001, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, h. 57

22

Ibid, h. 47

23

Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, h. 72.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id - BAB I.pdf · PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... Fidusia Sebagai Jaminan Unsur ... terhadap benda yang sama terdapat lebih

25

yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.24

Dalam

metode analisis deskriptif, setelah data dianalisis kemudian disusun kembali

secara sistematis sehingga mendapatkan kesimpulan tentang permasalahan hukum

dalam penelitian ini.

24Suharsini Arikunto, 2001, Prosedur Penelitian, Cetakan Ke empat, Bina Aksara, Jakarta, h.

194.