bab i pendahuluan 1.1 latar...
TRANSCRIPT
![Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107701/potongan/S1-2016... · dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan kemampuan umat manusia dengan cara](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022803/5c7f4c9909d3f23d428c6bd8/html5/thumbnails/1.jpg)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Todaro (2011:6) “pembangunan merupakan suatu proses yang
dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan kemampuan umat manusia dengan
cara menaikkan standar kehidupan, harga diri, dan kebebasan individu”. Tidak
jauh berbeda dengan pendapat sebelumnya, pengertian pembangunan ekonomi
menurut Todaro (Tarmidi, 1992:11) “sebagai suatu proses multidimensional
yang menyangkut perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap
masyarakat, kelembagaan nasional maupun percepatan pertumbuhan ekonomi,
pengurangan ketidakmerataan, dan penghapusan kemiskinan secara mutlak”.
Dari sudut pandang ilmu ekonomi (Todaro, 2011:16) “pembangunan biasa
diartikan sebagai upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita
(income per capita) yang berkelanjutan agar negara dapat memperbanyak
output yang lebih cepat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk.
Tingkat pendapatan per kapita rill sering digunakan untuk mengukur
kesejahteraan ekonomi penduduk secara keseluruhan, seberapa banyak barang
dan jasa rill yang tersedia untuk di konsumsi dan di investasikan oleh rata-rata
penduduk”.
Negara sedang berkembang seperti Indonesia di hadapkan dengan dua
pilihan antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasil
![Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107701/potongan/S1-2016... · dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan kemampuan umat manusia dengan cara](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022803/5c7f4c9909d3f23d428c6bd8/html5/thumbnails/2.jpg)
2
pembangunan. Pertumbuhan dan pemerataan merupakan dua kutub strategi
pembangunan yang seringkali di hadapkan oleh trade off. Artinya,
pembangunan yang menitikberatkan pada aspek pertumbuhan ekonomi
cenderung akan “mengorbankan” aspek pemerataan, begitu juga sebaliknya.
Pada umumnya pilihan kebijakan jatuh pada kebijakan pertumbuhan ekonomi
yang tinggi dengan harapan pemerataan hasil pembangunan pada akhirnya
akan diraih melalui mekanisme tetesan ke bawah (trickle down effect).
Namun, keberhasilan pembangunan yang ditinjau dari tolak ukur
ekonomi klasik tersebut nampaknya tidak sepenuhnya mampu mencerminkan
kenyataan hidup yang sebenarnya di masyarakat. Angka-angka yang
ditunjukan oleh pendapatan nasional bruto (Gross National Income = GNI)
atau produk nasional bruto (Gross National Produc = GNP) tidak cukup dalam
menjawab pertanyaan di benak masyarakat. Apalagi ditambah kenyataan
bahwa seringkali jurang perbedaan antara kelompok kaya dan miskin yang
semakin lebar seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi tersebut.
Banyak diantara Negara Sedang Berkembang (NSB) terlahir dan hidup
dalam tatanan konfigurasi ekonomi yang suram. Hal tersebut di indikasikan
oleh pertumbuhan ekonomi yang lambat dan angka inflasi yang sangat tinggi.
Konfigurasi yang suram tersebut tidak memberikan batas toleransi yang
longgar bagi para pembuat kebijakan di Negara Sedang Berkembang untuk
berbuat “kesalahan”. Margin of error yang sedemikian sempit, tidak
memberikan ruang gerak yang cukup untuk memilih berbagai alternatif model
pembangunan, kecuali hanya bertumpu pada paradigma pertumbuhan sehingga
![Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107701/potongan/S1-2016... · dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan kemampuan umat manusia dengan cara](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022803/5c7f4c9909d3f23d428c6bd8/html5/thumbnails/3.jpg)
3
aspek-aspek sosial menjadi terabaikan dan masalah kemiskinan di Indonesia
sebagai Negara Sedang Berkembang tidak terselesaikan.
Kemiskinan adalah sebuah fenomena, suatu kenyataan yang belum dan
takkan pernah terhapuskan dari muka bumi ini. Kemiskinan timbul akibat
perbedaan kemampuan, perbedaan kesempatan, dan perbedaan sumber daya.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat sebelumnya, pengertian kemiskinan
menurut PBB yaitu suatu kondisi dimana seseorang tidak dapat menikmati
segala macam kesempatan dan pilihan dalam pemenuhan kehidupan dasarnya,
seperti tidak dapat memenuhi kebutuhan akan kesehatan, standar hidup,
kebebasan, harga diri, dan rasa dihormati seperti orang lain.
Di sisi lain, kemiskinan itu sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu
situasi atau kondisi yang dialami oleh seseorang atau kelompok orang yang
tidak mampu menjalankan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap
manusiawi (Bappenas, 2002). Secara garis besar definisi kemiskinan terdiri
dari dua aspek, yaitu: (1) aspek primer, yaitu berupa miskin asset (harta),
organisasi sosial politik, pengetahuan dan keterampilan, (2) aspek sekunder,
yaitu: berupa miskin terhadap jaringan sosial, sumber-sumber keuangan, dan
informasi.
Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan pendekatan pemenuhan
kebutuhan dasar (basic needs approach) dalam menentukan tingkat
kemiskinan. Seseorang tergolong dalam kategori miskin bila ia tidak mampu
memenuhi kebutuhan dasarnya (basic needs) dengan kata lain, kemiskinan
dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi dalam memenuhi
![Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107701/potongan/S1-2016... · dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan kemampuan umat manusia dengan cara](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022803/5c7f4c9909d3f23d428c6bd8/html5/thumbnails/4.jpg)
4
kebutuhan dasar, baik makanan maupun non-makanan yang di ukur dari sisi
pengeluaran.
Penggunaan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar dalam
menentukan kemiskinan tidak hanya dilakukan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) Indonesia, tetapi juga dilakukan di beberapa negara lainnya seperti
Armenia, Nigeria, Senegal, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, Sierra Leone, dan
Gambia (BPS,2012).
Batas kecukupan makanan dihitung dari besarnya rupiah yang
dikeluarkan untuk berbagai jenis makanan yang dapat memenuhi kebutuhan
energi sebesar 2100 kilokalori per kapita per hari, sedangkan batas kecukupan
non makanan dihitung dari besarnya rupiah yang dikeluarkan untuk memenuhi
kebutuhan non makanan seperti perumahan, sandang, kesehatan, dan lain-lain.
Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis
komoditi. Patokan ini mengacu pada hasil Widyakarya Pangan dan Gizi pada
tahun 1978 dan dilaksanakan sejak tahun 1993. Paket kebutuhan dasar non
makanan mengalami perkembangan dan penyempurnaan dari tahun ketahun
disesuaikan dengan pola konsumsi penduduk. Pada periode sebelum tahun
1993 terdiri dari 14 komoditi di perkotaan dan 12 komoditi di pedesaan. Pada
saat ini berkembang menjadi 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis
komoditi di pedesaan.
Kemiskinan masih menjadi masalah krusial bagi seluruh negara di
dunia, dari zaman dahulu hingga saat ini. Kemiskinan tidak hanya dibahas
dalam aspek politik dan aspek pemerintahan, tetapi juga dalam semua ajaran
![Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107701/potongan/S1-2016... · dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan kemampuan umat manusia dengan cara](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022803/5c7f4c9909d3f23d428c6bd8/html5/thumbnails/5.jpg)
5
agama. Hal ini menandakan bahwa kemiskinan memang harus menjadi
perhatian semua kalangan. Dengan kata lain, pengurangan kemiskinan telah
dimulai sejak lama oleh semua negara termasuk organisasi dunia, namun
hingga saat ini masalah kemiskinan tetap saja tidak terselesaikan. Di bawah ini
terdapat tabel mengenai gambaran tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun
2006 – 2012.
Gambar 1.1 Persentase perkembangan tingkat kemiskinan di Indonesia
pada tahun 2006 - 2012
Sumber : BPS
Dari data BPS tersebut terlihat bahwa persentase tingkat kemiskinan di
Indonesia dari tahun 2006 - 2012 mengalami penurunan secara perlahan. Pada
tahun 2006 tingkat kemiskinan sebesar 17,75% dan turun menjadi 16,58%
pada tahun 2007. Pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 1,16% dari
tahun 2007 menjadi 15,42% dan kembali turun sebesar 1,28% pada tahun 2009
menjadi 14,14%. Pada tahun 2010 tingkat kemiskinan sebesar 13,33%
mengalami penurunan sebesar 0,84% pada tahun 2011, sedangkan pada tahun
17.75 16.58
15.42 14.14 13.33 12.49 11.66
0
5
10
15
20
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
An
gka
Kem
iski
nan
(%
)
Tahun
![Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107701/potongan/S1-2016... · dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan kemampuan umat manusia dengan cara](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022803/5c7f4c9909d3f23d428c6bd8/html5/thumbnails/6.jpg)
6
2012 tingkat kemiskinan sebesar 11,66% atau turun sebesar 0,83% dari tahun
2011. Ini menunjukan bahwa usaha pemerintah dalam menanggulangi masalah
kemiskinan mengalami keberhasilan.
Bila kemiskinan di Indonesia dipetakan menurut 6 kelompok pulau,
maka hasil pemetaan untuk tahun 2006 – 2012 dapat diperlihatkan pada Tabel
1.1.
Tabel 1.1 Persentase Penduduk Miskin Menurut Pulau tahun 2006 - 2012
Pulau 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Sumatera 16,90 15,73 14,38 13,2 12,61 11,89 11,53
Jawa 15,23 14,45 13,58 12,47 11,78 11,15 10,75
Bali dan Nusa
Tenggara
21,20 19,70 18,57 17,07 16,50 15,03 14,57
Kalimantan 11,48 10,08 8,95 7,28 7,18 6,83 6,63
Sulawesi 20,48 19,27 17,55 16,72 15,45 13,65 12,98
Maluku dan
Papua
32,13 30,80 28,30 27,95 27,20 24,03 22,40
Indonesia 19,57 18,33 16,88 15,78 15,12 13,76 13,14
Sumber: Indonesian Database for Policy and Economic Research
Dari data persentase penduduk miskin menurut pulau pada tahun 2006
- 2012 tertinggi terjadi di Kepulauan Maluku dan Papua, diikuti oleh Bali dan
Nusa Tenggara, Sulawesi, Sumatera, Jawa serta Kalimantan. Selama tiga tahun
terakhir secara berturut-turut, tingkat kemiskinan di Kepulauan Jawa mencapai
diatas 10%.
Tingginya perbedaan kemiskinan antar pulau, menjadi permasalahan
tersendiri bagi Negara Indonesia. Menurut Bank Dunia pada tahun 2006, hal
ini merupakan satu dari tiga ciri kemiskinan yang ada di Indonesia. Kondisi ini
![Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107701/potongan/S1-2016... · dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan kemampuan umat manusia dengan cara](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022803/5c7f4c9909d3f23d428c6bd8/html5/thumbnails/7.jpg)
7
memperlihatkan bahwa pembangunan masih berjalan dengan ketimpangan
yang relatif tinggi. Ketimpangan infrastruktur antar pulau merupakan salah
satu penyebab pemicunya.
Pada kurun waktu 2006 – 2012 (lihat Tabel 1.2), indeks kedalaman
kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2) memiliki pertumbuhan
yang menurun baik di desa, di kota, maupun secara keseluruhan (desa dan
kota).
Tabel 1.2 Indeks Kedalaman (P1) dan Keparahan (P2) kemiskinan
Tahun
P1 P2
Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa
Mar-06 2,61 4,22 3,43 0,77 1,22 1,00
Mar-07 2,15 3,78 2,99 0,57 1,09 0,84
Mar-08 2,07 3,42 2,77 0,56 0,95 0,76
Mar-09 1,91 3,05 2,50 0,52 0,82 0,68
Mar-10 1,57 2,80 2,21 0,40 0,75 0,58
Mar-11 1,52 2,63 2,08 0,39 0,70 0,55
Mar-12 1,40 2,36 1,88 0,36 0,59 0,47
Sumber:BPS
Indeks kedalaman kemiskinan (P1) merupakan ukuran rata-rata
kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, maka semakin jauh rata-rata
pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Indeks keparahan kemiskinan
(P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara
penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks (P2) maka semakin tinggi
ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.
Pada kurun waktu 2006 - 2012 indeks kedalaman kemiskinan memiliki
tren yang menurun baik di desa, kota atau kota+desa (secara keseluruhan).
![Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107701/potongan/S1-2016... · dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan kemampuan umat manusia dengan cara](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022803/5c7f4c9909d3f23d428c6bd8/html5/thumbnails/8.jpg)
8
Penurunan indeks kedalaman kemiskinan menunjukan bahwa tingkat rata-rata
pengeluaran di antara penduduk miskin memiliki tren yang semakin mendekati
garis kemiskinan. Bila kita bandingkan antara di desa dengan di kota, dapat
dilihat bahwa angka kedalaman kemiskinan di desa selalu lebih besar
dibandingkan dengan di kota.
Begitu pula indeks keparahan kemiskinan di Indonesia pada tahun
2006 – 2012 mengalami penurunan baik di desa, di kota, atau di desa dan di
kota (secara keseluruhan). Penurunan indeks keparahan kemiskinan
menunjukkan bahwa tingkat penyebaran pengeluaran diantara penduduk
miskin memiliki tren yang semakin mendekati garis kemiskinan. Bila kita
bandingkan antara di desa dengan di kota angka keparahan kemiskinan di desa
selalu lebih besar bila di bandingkan dengan di kota.
Keadaan ini menandakan bahwa pengeluaran rata-rata penduduk
miskin di kota lebih mendekati garis kemiskinan dibanding dengan penduduk
miskin di desa. Atau bisa dikatakan bahwa pendapatan rata-rata penduduk
miskin di desa berada jauh di bawah garis kemiskinan bila dibandingkan
dengan pendapatan rata-rata penduduk miskin di kota. Keadaan ini juga
mengindikasikan bahwa masyarakat miskin di kota lebih banyak berada di
sekitar garis kemiskinan, sedangkan masyarakat miskin di desa banyak yang
berada jauh di bawah garis kemiskinan.
Selanjutnya kita akan lebih mempersempit pembahasan mengenai
tingkat kemiskinan yag terjadi di Pulau Jawa. Tabel 1.3 dibawah ini akan
![Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107701/potongan/S1-2016... · dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan kemampuan umat manusia dengan cara](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022803/5c7f4c9909d3f23d428c6bd8/html5/thumbnails/9.jpg)
9
menggambarkan persentase tingkat kemiskinan di Pulau Jawa pada tahun 2006
– 2012.
Tabel 1.3 Persentase Tingkat Kemiskinan Provinsi Jawa Tahun 2006 - 2012
Provinsi 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
DKI Jakarta 4.6 4.6 4.3 3.6 3.5 3.8 3.7
Jawa Barat 14.5 13.6 13 12 11.3 10.7 10.1
Jawa Tengah 22.2 20.4 19.2 17.7 16.6 15.8 15.3
DI Yogyakarta 19.2 19 18.3 17.2 16.8 16.1 16.1
Jawa Timur 21.1 20 18.5 16.7 15.3 14.2 13.4
Banten 9.8 9.1 8.2 7.6 7.2 6.3 5.9
Pulau Jawa 15,23 14,45 13,58 12,47 11,78 11,15 10,75
Sumber: Indonesian Database for Policy and Economic Research
Dari data diatas memperlihatkan bahwa pada tahun 2006 – 2009
persentase tingkat kemiskinan tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Tengah dan
terendah terjadi di Provinsi DKI Jakarta. Sedangkan, pada tahun 2010 – 2012
persentase tingkat kemiskinan tertinggi terjadi di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta dan terendah terjadi di Provinsi DKI Jakarta.
Provinsi Jawa Barat sendiri pada tahun 2006 – 2012 menduduki urutan
ke empat sebagai Provinsi yang memiliki jumlah penduduk miskin terbesar di
Pulau Jawa setelah Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur. Pada tahun 2006
persentase tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Barat sebesar 14,5% menurun
sebesar 4,4% menjadi 10,1% pada tahun 2012.
Salah satu cara dalam mengurangi permasalahan tingkat kemiskinan
dan pengangguran yang terjadi di Provinsi Jawa Barat adalah dengan
menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Lapangan usaha yang
banyak menciptakan lapangan pekerjaan baru adalah dengan membangun
![Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107701/potongan/S1-2016... · dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan kemampuan umat manusia dengan cara](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022803/5c7f4c9909d3f23d428c6bd8/html5/thumbnails/10.jpg)
10
pabrik, di Provinsi Jawa Barat banyak sekali terdapat pabrik terutama di
Daerah Bekasi dan Karawang yang menjadi pusat perindustrian, sehingga
banyak sekali penduduk yang datang dan menetap di daerah tersebut. Semakin
banyak warga yang berbondong-bondong pindah ke daerah sentra industri
seperti Bekasi dan Karawang dapat menciptakan semakin bertambahnya
jumlah penduduk miskin disana. Ini terjadi karena banyak warga dari daerah
lain yang datang tanpa memiliki keahlian yang khusus sehingga sulit untuk
memperoleh pekerjaan. Mereka datang ke Daerah Jawa Barat hanya bermodal
nekad dan coba-coba tanpa berfikir kehidupan kedepan yang akan mereka
alami. Bertambahnya jumlah penduduk miskin merupakan persoalan yang
serius, karena dapat menciptakan terjadinya konflik sosial, ekonomi, dan
semakin banyaknya tingkat kriminalitas yang terjadi di Provinsi Jawa Barat.
Masalah kemiskinan dan pengangguran yang tinggi dapat memaksa
masyarakat untuk bertindak diluar nalar akal sehat kita.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk membahas
mengenai Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi
Jawa Barat pada tahun 2006 - 2012.
1.2 Rumusan Masalah
Menurunnya produktivitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) dapat menyebabkan rendahnya produktivitas
kerja. Produktivitas kerja yang rendah dapat menyebabkan menurunnya
pendapatan yang akan diterima. Rendahnya pendapatan yang diterima akan
![Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107701/potongan/S1-2016... · dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan kemampuan umat manusia dengan cara](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022803/5c7f4c9909d3f23d428c6bd8/html5/thumbnails/11.jpg)
11
berdampak pada rendahnya tabungan dan investasi, sehingga tambahan
akumulasi modal yang dimiliki akan rendah dan berdampak pada terbatasnya
lapangan kerja, ini berarti akan meningkatkan jumlah pengangguran yang
terjadi di masyarakat. Semakin banyak jumlah orang yang menganggur maka
akan semakin banyak jumlah penduduk miskin.
Berdasarkan latar belakang tersebut terdapat banyak faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Barat, sehingga akan
muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut: Bagaimana pengaruh
pengangguran terbuka, rata-rata lama sekolah, angka harapan hidup, dan
PDRB per kapita terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Barat
pada tahun 2006 - 2012?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:
Untuk menganalisis pengaruh tingkat pengangguran terbuka, rata-rata
lama sekolah, angka harapan hidup, dan PDRB per kapita terhadap jumlah
penduduk miskin di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2006 - 2012.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain adalah:
![Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107701/potongan/S1-2016... · dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan kemampuan umat manusia dengan cara](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022803/5c7f4c9909d3f23d428c6bd8/html5/thumbnails/12.jpg)
12
a. Bagi penulis, penelitian ini sebagai syarat kelulusan dan untuk
memperoleh gelar sarjana strata satu dalam program studi Ilmu Ekonomi
di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. Selain itu,
diharapkan penelitian ini mampu memberikan pengetahuan yang baru dan
bermanfaat bagi penulis bahwa pengangguran terbuka, rata-rata lama
sekolah, angka harapan hidup, dan PDRB per kapita memiliki peranan
yang sangat penting dalam mempengaruhi tingkat penduduk miskin di
Provinsi Jawa Barat pada tahun 2006 – 2012.
b. Bagi mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, penelitian ini
dapat digunakan sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi
mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM pada umumnya dan
mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi pada khususnya.
c. Bagi dunia pengetahuan, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
tambahan, masukan dan perbandingan bagi penelitian-penelitian yang
terdahulu dan penelitian ini dapat juga dijadikan sebagi bahan acuan untuk
penelitian-penelitian yang akan datang.
d. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan dan
sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam menentukan
kebijakan, diharapkan kedepannya pemerintah dapat mengambil solusi
yang terbaik dalam mengatasi kemiskinan di Indonesia.
![Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107701/potongan/S1-2016... · dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan kemampuan umat manusia dengan cara](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022803/5c7f4c9909d3f23d428c6bd8/html5/thumbnails/13.jpg)
13
1.5 Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Barat pada tahun
2006 - 2012 adalah analisis regresi data panel. Data yang akan digunakan
adalah data tahunan. Periode pengamatan yang akan diteliti adalah pada
rentang tahun 2006 – 2012 dan objek yang akan diteliti sebanyak 26 kota atau
kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Pemilihan data ini diharapkan dapat
merepresentasikan kondisi kemiskinan di Provinsi Jawa Barat. Alasan
dipilihnya data dari tahun 2006 - 2012 adalah untuk melihat perkembangan
terbaru tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Barat. Sumber data diperoleh dari
Badan Pusat Statistik, Indonesian Database for Policy and Economic
Research, Jawa Barat dalam angka, kepustakaan lain seperti jurnal, buku, dan
penelitian terdahulu. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
POVit = f(UNEMPit, AVEDUCit, LIFEXPECit, PDRBit)
Dimana:
POV = Jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Barat (dalam jiwa)
UNEMP = Jumlah tingkat pengangguran terbuka penduduk (dalam jiwa)
AVEDUC = Tingkat rata-rata lama sekolah (tahun)
LIFEXPEC = Tingkat angka harapan hidup (tahun)
PDRB = PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat (persen)
![Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107701/potongan/S1-2016... · dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan kemampuan umat manusia dengan cara](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022803/5c7f4c9909d3f23d428c6bd8/html5/thumbnails/14.jpg)
14
1.6 Sistematika Penulisan
Penelitian ini akan terdiri dari empat bab. Adapun sistematika
pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang mengenai masalah penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, Metodologi penelitian,
dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan mengenai landasan teori, definisi kemiskinan,
garis kemiskinan, lingkaran kemiskinan, penyebab kemiskinan, analisis data
panel, Pooled Least Square, Fixed Effect, Random Effect, Uji t StatistiK, Uji f
Statistik, Uji R2, kerangka pemikiran atau literature review, dan hipotesis
penelitian.
BAB III : DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS HASIL ESTIMASI
Bab ini menjelaskan mengenai jenis dan sumber data, definisi
operasional variabel, keadaan geografis dan kependudukan, indikator
pendidikan, indikator kesehatan, indikator sosial, indikator ekonomi, dan
pembahasan hasil estimasi.
![Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/107701/potongan/S1-2016... · dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan kemampuan umat manusia dengan cara](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022022803/5c7f4c9909d3f23d428c6bd8/html5/thumbnails/15.jpg)
15
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab terakhir yang menjelaskan mengenai
kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian di BAB III, selain itu dalam
bab ini berisi saran-saran yang di dapat dari kesimpulan hasil penelitian.