bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/41818/2/bab i.pdf1 bab i pendahuluan 1.1 latar...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah konsep pembangunan
ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Pemberdayaan masyarakat adalah
upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam
kondisi tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan. Dengan kata lain, pemberdayaan adalah memampukan dan
memandirikan masyarakat. Upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari
tiga sisi, yaitu: Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang
dimiliki masyarakat. Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi
(Mardikanto, 2017:43).
Salah satu sumber daya alam hayati di Indonesia terletak dibidang
perikanan. Perikanan merupakan salah satu sumber pendapatan nasional dan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Definisi perikanan menurut
Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang perikanan pasal 1 ayat (1), dijelaskan
bahwa perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan
dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi,
produksi, dan pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam
suatu sistem bisnis perikanan. Sektor perikanan seharusnya menjadi andalan
dalam pembangunan Indonesia, namun selama ini kurang mendapatkan perhatian
sehingga kontribusi dan pemanfaatannya masih kecil.
2
Kabupaten Tulungagung mempunyai potensi sumber daya perikanan
berupa perairan laut, payau, perairan umum, dan budidaya ikan air tawar.
Kegiatan usaha perikanan dalam memanfaatkan potensi tersebut meliputi cabang-
cabang usaha tangkap laut dan perairan umum, budidaya udang di tambak,
budidaya ikan konsumsi, ikan hias air tawar di kolam pasangan atau kolam tanah
yang berupa pekarangan dan sawah. Kabupaten Tulungagung membuat kebijakan
perikanan diarahkan pada pembangunan perikanan rakyat pedesaan sehingga
harapan dapat meningkatkan serta mengangkat tingkat kehidupan pembudidaya
ikan dan nelayan ke arah yang lebih baik.
Upaya untuk mencapai tujuan agar lebih terarah maka kebijakan yang
ditempuh sebagai pelaksanaan operasional pembangunan perikanan adalah dititik
beratkan kepada peningkatan produksi dan produktivitas serta usaha perikanan
yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan pembudidaya ikan dan nelayan
melalui ekstensifikasi, intensifikasi dan rehabilitasi dengan produk orientasi pasar,
pembinaan mutu, dan pemilihan komoditas perikanan yang digemari.
Pembangunan sektor perikanan di Kabupaten Tulungagung berdasarkan rencana
operasional untuk meningkatkan produksi perikanan. Hal tersebut didasarkan pada
potensi sumber daya hayati perikanan yang ada, tenaga kerja yang cukup tersedia,
kebutuhan konsumsi penduduk, sehingga pada akhirnya diharapkan dapat
meningkatkan produksi pada masing-masing cabang usaha perikanan.
Salah satu pola pengembangan perikanan yang dilaksanakan oleh Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tulungagung adalah dengan pembentukan
Kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN) pada tiap-tiap kecamatan, guna
lebih mengefektivitaskan kegiatan pembinaan dan penyuluhan oleh Dinas
3
Perikanan. Hal ini di buktikan dengan perkembangan yang signifikan dari
kegiatan usaha budidaya perikanan yang dilakukan oleh anggota kelompok, mulai
dari tingkat produksi, manajemen usaha budidaya, dan pemasaran. Perkembangan
budidaya ikan air tawar di Kabupaten Tulungagung dikelompokkan menjadi dua
usaha yaitu budidaya ikan hias dan budidaya ikan konsumsi.
Kabupaten Tulungagung terdiri dari 19 kecamatan dengan total penduduk
sebanyak 1.026.101 orang (https://tulungagungkab.bps.go.id). Jumlah
pembudidaya ikan hias di Kabupaten Tulungagung sebanyak 3.396 orang yang
terpusat di Kecamatan Sumbergempol, Kedungwaru, Boyolangu, dan
Tulungagung. Sedangkan jumlah pembudidaya ikan konsumsi sebanyak 12.220
orang yang tersebar di 12 kecamatan yaitu Kecamatan Ngunut, Rejotangan,
Sumbergempol, Kedungwaru, Ngantru, Tulungagung, Pakel, Kalidawir,
Karangrejo, Gondang, dan Kauman.
Persentase pembudidaya ikan hias sebanyak 0,33% dan pembudidaya ikan
konsumsi sebanyak 1,19%. Jadi jumlah persentase pembudidaya ikan sebanyak
1,52% dari jumlah penduduk di Kabupaten Tulungagung
(http://dkp.tulungagung.go.id). Ikan hias dari Kabupaten Tulungagung yang
dijadikan sebagai maskot yaitu hias mas koki jenis strain dan tosa. Pemasaran
ikan hias dari Kabupaten Tulungagung meliputi Jakarta, Bali, Bandung,
Yogyakarta, Tegal, Semarang, Surabaya, Purwokerto, Sumatera, dan Sulawesi.
Sedangkan untuk ekspor ikan hias telah menjalin kerja sama dengan eksportir dari
Bali dan Jakarta.
4
Perkembangan budidaya ikan hias di Desa Boyolangu semakin meningkat.
Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang melakukan budidaya
ikan hias dan menambah luas kolam budidaya. Menurut Mispani yang merupakan
pendiri sekaligus pengurus Kelompok Tirta Kencana Agung, pada awalnya
pembudidaya kesulitan untuk mencari pedagang untuk menjual hasil budidaya
ikan hias. Masyarakat cenderung menjual hasil budidaya dengan harga yang
murah yang cenderung tidak stabil. Sehingga ada beberapa masyarakat ingin
membentuk kelompok guna memudahkan pembudidaya ikan untuk menjual hasil
budidaya ikan hias. Dengan bertambah banyaknya jumlah pembudidaya ikan,
maka dirasakan perlu membentuk suatu wadah atau kelompok. Ide pembentukan
kelompok berasal dari Yogi Ristiawan, Mujianto, Heri Susanto, dan Mispani.
Mereka mengajak masyarakat yang membudidaya ikan hias untuk membentuk
sebuah kelompok, lalu dibentuklah kelompok sebagai wadah bagi para
pembudidaya ikan yang di beri nama Kelompok Pembudidaya Ikan “TIRTA
KENCANA AGUNG”.
Masyarakat Desa Boyolangu menekuni budidaya ikan berawal dari krisis
moneter yang terjadi di Indonesia tahun 1998. Harga-harga kebutuhan semakin
meningkat, susah mendapat lapangan pekerjaan, dan maraknya pemutusan
hubungan kerja. Berawal dari situlah masyarakat mulai mempunyai inisiatif untuk
melakukan usaha. Masyarakat memilih budidaya ikan karena di desa mempunyai
lahan dan sumber daya air yang melimpah. Mereka melakukan budidaya secara
otodidak. Melihat peluang tersebut banyak masyarakat yang ikut menekuni
budidaya ikan. Awal pembentukannya kelompok ini terdiri dari 17 anggota.
Pembentukan kelompok ini di hadiri oleh pihak desa dan Petugas Penyuluh
5
Lapang (PPL) dari Dinas Perikanan Kabupaten Tulungagung. Masyarakat
membentuk kelompok budidaya sebagai wadah memberdayakan diri dengan
memanfaatkan potensi dan kekuatan masyarakat untuk menjalankan usaha
sehingga perekonomian masyarakat meningkat. Sebelumnya penghasilan
masyarakat dari pertanian dan kuli bangunan, tetapi penghasilannya kurang
memadai. Lalu mereka beralih pekerjaan menjadi pembudidaya ikan karena
penghasilannya lebih besar dari bertani. Komitmen anggota kelompok sangat
menentukan dalam pengembangan usaha perikanan. Solidaritas antar anggota
terjalin dengan baik. Jenis ikan mas koki yang dikembangbiakkan antara lain
Oranda, Ryuki, dan Demekin.
Sumber dana atau modal Kelompok Tirta Kencana Agung berasal dari
internal dan eksternal. Modal internal berasal dari simpanan pokok yang
dibayarkan pada awal menjadi anggota dan simpanan wajib yang dibayarkan
setiap bulan. Sedangkan modal eksternal berasal dari pinjaman bank melalui
KKPE (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi) Bank BRI, dan bantuan peralatan
dari Dinas Perikanan Tulungagung berupa beralatan budidaya, mesin pembuatan
bakan, dan kendaraan. Modal-modal tersebut digunakan untuk memenuhi
kebutuhan yang diperlukan dalam kelompok. Sehingga modal tersebut terus
berputar dan pembangunan kelompok secara berkelanjutan.
Usia para anggota Kelompok Tirta Kencana Agung mulai dari 26 tahun
sampai 56 tahun, dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda yaitu,
tamatan SMP, SMA, dan Sarjana. Kelompok Tirta Kencana Agung sudah dua kali
ganti kepengurusan. Pengurusan Pertama, kelompok lebih berfokus pada
mengajak masyarakat untuk budidaya, mengubah pemikiran masyarakat akan
6
pentingnya berwirausaha, dan tidak selamanya masyarakat bekerja diluar.
Budidaya lebih menguntungkan karena hanya memerlukan waktu selama 4 jam
perhari dengan jam kerja sedikit dan hasilnya pun cukup baik. Masyarakat bisa
memanfaatkan lahan yang kurang produktif untuk dijadikan kolam budidaya.
Budidaya ikan juga bisa disampingi dengan usaha lainnya seperti beternak
kambing, ayam, dan membuka toko. Kedua, meningkatkan kualitas dan kuantitas
hasil budidaya ikan hias.
Kelompok Tirta Kencana Agung dalam upaya meningkatkan kemampuan
anggotanya melalui pelatihan serta mengirimkan beberapa perwakilan untuk
mengikuti pelatihan-pelatihan budidaya. Setelah mereka mengikuti pelatihan lalu
mereka menjelaskan pelatihan yang didapatkan kepada anggota yang lain. Selain
itu kelompok ini bekerja sama dengan penyuluh perikanan untuk mendapat
pengetahuan tentang budidaya yang baik guna untuk meningkatkan kualitas hasil
budidaya. Penyuluh perikanan membantu masyarakat dalam meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang budidaya yang baik, pembudidaya selalu
konsultasi kepada penyuluh perikanan terkait dengan masalah-masalah yang
terjadi saat budidaya. Penyuluh perikanan memberikan informasi-informasi bila
ada seminar atau pelatihan-pelatihan tentang budidaya perikanan. Penyuluh
menjadi jembatan antara pembudidaya dengan Dinas Perikanan.
Kelompok Tirta Kencana Agung mengadakan rapat rutin setiap awal bulan
untuk mengevaluasi kegiatan budidaya serta menyampaikan permasalahan-
permasalahan dari para anggota untuk mencari solusinya. Pertemuan rutin tersebut
dihadiri oleh penyuluh lapang perikanan untuk membantu masalah menyelesaikan
masalah budidaya anggota kelompok. Pemasaran hasil budidaya meliputi
7
penggemar ikan hias yang datang langsung dari luar daerah, pedagang/pengepul,
dan online atau website. Dengan adanya kelompok ini masyarakat menjadi
berdaya dari segi pengetahuan, keterampilan, dan ekonomi. Selain itu juga rasa
kekerabatan dan gotong royong antar anggota begitu dekat.
Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan diatas peneliti tertarik untuk
mengkaji lebih dalam terkait dengan “Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN) Tirta Kencana Agung” yang ada di
Desa Boyolangu Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalahnya adalah:
Bagaimana pemberdayaan masyarakat melalui Kelompok Pembudidaya Ikan
(POKDAKAN) Tirta Kencana Agung di Desa Boyolangu Kabupaten
Tulungagung?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana pemberdayaan masyarakat melalui
Kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN) Tirta Kencana Agung di Desa
Boyolangu Kabupaten Tulungagung.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang kami lakukan mengenai bagaimana
pemberdayaan masyarakat Kelompok Pembudidaya Ikan Tirta Kencana Agung di
Desa Boyolangu Kabupaten Tulungagung diantaranya dapat kami kelompokkan
ke dalam dua kategori yaitu:
8
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritisnya adalah diharapkan dijadikan salah satu referensi atau
informasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan lebih khususnya tentang
pemberdayaan masyarakat yang ada hubungannya dengan program studi
Sosiologi.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi kelompok pembudidaya ikan Tirta Kencana Agung, sebagai saran untuk
mengembangkan dan meningkatkan usaha budidaya guna meningkatkan
pendapatan mereka.
b. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
melakukan penelitian serta membandingkan dengan teori yang telah didapat
peneliti di bangku kuliah.
c. Menjadi sumber informasi bagi berbagai pihak yang memerlukan hasil
penelitian tentang pemberdayaan masyarakat melalui kelompok pembudidaya
ikan hias khususnya di wilayah Kabupaten Tulungagung.
d. Bagi para pembaca dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan,
khususnya mengenai pemberdayaan masyarakat melalui kelompok
pembudidaya ikan.
1.5 Definisi Konseptual
Definisi konseptual merupakan definisi dari apa yang perlu dianalisis
dan memberikan pengertian yang jelas dari istilah supaya tidak terjadi
pemahaman yang salah dalam memahami judul. Penelitian akan memberikan
penjelasan definisi kenseptual terhadap variable-variabel yang terdapat pada
penelitian sebagai berikut:
9
1.5.1 Pemberdayaan Masyarakat
Subejo dan Supriyanto (2004), pemberdayaan masyarakat adalah upaya
yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan,
memutuskan, dan mengelola sumber daya lokal yang dimiliki melalui collective
action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kamampuan dan
kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial. Pengertian yang lebih luas,
pemberdayaan masyarakat merupakan proses untuk memfasilitasi dan mendorong
masyarakat agar mampu menempatkan diri secara proporsional dan menjadi
pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk mencapai
sesuatu keberlanjutan dalam jangka panjang (Subejo dan Suprianto dalam
Mardikanto, 2017:45).
1.5.2 Kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN)
Kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN) adalah kumpulan
pembudidaya ikan yang terorganisir, terbentuk dan tumbuh atas dasar adanya
kepentingan bersama dengan rasa saling percaya, keserasian, keakraban untuk
bekerja sama dalam memanfaatkan sumber daya, mengembangkan usaha, dan
dana untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya (Kementerian Kelautan dan
Perikanan RI).
1.6 Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Data yang diperoleh
melalui penelitian ini adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kreteria
tertentu yaitu valid. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan
secara sistematis dengan metode yang tepat sesuai dengan masalah yang dihadapi.
10
1.6.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif naturalistik. Pendekatan
kualitatif naturalistik dipilih karena obyek yang diteliti langsung dalam latar yang
wajar dan bertujuan untuk mengkaji, memahami, dan menjelaskan secara lebih
mendalam tentang pemberdayaan masyarakat yang ada di kelompok pembudidaya
ikan Tirta Kencana Agung.
Penelitian kualitatif berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti
adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2014:9).
1.6.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research).
Penelitian lapangan yaitu penelitian kualitatif dimana peneliti mengamati dan
berpartisipasi secara langsung dalam penelitian skala sosial kecil dan mengamati
budaya setempat. Dalam penelitian lapangan, peneliti secara individu berbicara
dan mengamati secara langsung orang-orang yang sedang ditelitinya. Melalui
interaksi selama beberapa bulan atau tahun mempelajari tetang mereka, sejarah
hidup mereka, kebiasaan mereka, harapan, ketakutan, dan mimpi mereka.
Menurut Suryasubrata penelitian lapangan bertujuan mempelajari secara
intensif latar belakang, keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit
sosial, individu, kelompok, lembaga dan masyarakat (Suryasubrata, 1998:22).
11
1.6.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RW 02 Desa Boyolangu Kecamatan
Boyolangu Kabupaten Tulungagung. Lokasi penelitian ini dipilih sebagai tempat
penelitian didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut:
a. Kelompok pembudidaya ikan Tirta Kencana Agung merupakan salah satu
kelompok pembudidaya ikan hias yang berprestasi di Kabupaten
Tulungagung.
b. Bidang penelitian yang akan dikaji terkait dengan Jurusan Sosiologi mengenai
pemberdayaan masyarakat melalui kelompok pembudidaya ikan.
POKDAKAN Tirta Kencana Agung telah melakukan usaha-usaha
pemberdayaan, sehingga tempat tersebut tepat untuk dijadikan tempat
penelitian.
1.6.4 Teknik Penentuan Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan dipilih berdasarkan purposive
sampling, yakni pengambilan sumber data menggunakan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan ini adalah orang yang dianggap paling tahu tentang informasi yang
diperlukan, sehingga memudahkan peneliti untuk mencari informasi. Peneliti
menentukan sendiri mengenai siapa-siapa yang memenuhi persyaratan untuk
dimaksud tentu juga populasinya agar benar-benar bisa mendapatkan sampel yang
sesuai dengan persyaratan atau tujuan peneliti sehingga mendapat atau
memperoleh data yang akurat (Sugiyono, 2014: 85).
Kreteria subyek penelitian yang dipilih sesuai dengan tujuan penelitian
yaitu: individu yang mengetahui proses pemberdayaan dari awal pembentukan
kelompok hingga saat ini. Oleh karena itu yang dipandang layak dijadikan subyek
12
penelitian adalah pembina yaitu Petugas Penyuluh Lapang (PPL), ketua
kelompok, wakil kelompok, bendahara, dan anggota.
1.6.5 Sumber Data
Data dalam penelitian ini berarti informasi atau fakta yang diperoleh
melalui pengamatan atau penilaian di lapangan yang bisa dianalisis dalam rangka
memahami sebuah fenomena atau untuk mendukung sebuah teori. Adapun data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang sesuai dengan fokus
penelitian yaitu data dari pihak kelompok pembudidaya ikan Tirta Kencana
Agung.
Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
secara langsung sumber datanya (sumber pertama) (Sugiono, 2009:225). Data
primer diperoleh peneliti dari hasil wawancara mendalam dengan informan
kunci yang sudah dipilih secara purposive sampling. Dalam penelitian ini data
primer diperoleh peneliti dari hasil wawancara mendalam dengan pembina,
ketua kelompok, wakil kelompok, bendahara, dan anggota kelompok Tirta
Kencana Agung.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti dari berbagai sumber yang telah ada atau bisa dikatakan bahwa data
sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber yang tidak langsung
13
memberikan data kepada pengumpul data, misalkan lewat orang lain atau
lewat dokumen.
Dalam penelitian ini data digali dan diperoleh melalui dokumen-
dokumen, rekaman-rekaman, dan foto yang berhubungan dengan proses
pemberdayaan yang ada di kelompok pembudidaya ikan Tirta Kencana
Agung.
1.6.6 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperoleh data (Tanzeh dan Suyitno, 2006:30). Tanpa teknik pengumpulan data
maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
telah ditetapkan. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan data dengan kredibilitas tinggi dilakukan berdasarkan cara
memperoleh datanya.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan 3 teknik. Tiga
teknik tersebut sesuai dengan yang ditawarkan oleh Bogdan dan Biklen, yaitu:
observasi partisipan, wawancara mendalam dan dokumentasi. Peneliti akan
memaparkan secara jelas dari ketiga teknik pengumpulan data tersebut sebagai
berikut:
a. Observasi Partisipatif
Observasi Partisipatif merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis,
objektif, dan rasional mengenai beberapa fenomena, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu
(Zainal Arifin, 2011:231).
14
Alasan peneliti menggunakan metode observasi partisipatif adalah
untuk memperoleh informasi atau data tentang kondisi yang sebenarnya secara
lengkap, mendalam, dan terperinci. Peneliti ikut serta dalam kegiatan
kelompok pembudidaya ikan Tirta Kencana Agung. Observasi dilakukan
untuk mengamati pemberdayaan masyarakat melalui kelompok pembudidaya
ikan hias Tirta Kencana Agung dalam kegiatannya. Peneliti dalam melakukan
observasi partisipatif menggunakan panduan observasi, perekam gambar
(kamera foto) dan catatan lapangan (field notes) sebagai dokumentasi yang
digunakan untuk mengabadikan beberapa momen yang relevan dengan fokus
penelitian. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperolah peneliti
akan lebih lengkap, akurat, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna
dari setiap perilaku yang nampak.
b. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam adalah suatu teknik pengumpulan data yang
digali dari sumber data yang langsung melalui percakapan atau tanya jawab
terbuka untuk memperoleh data atau informasi secara holistic dan jelas dari
informan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan
oleh peneliti (Rulam Ahmadi, 2005:71).
Wawancara mendalam merupakan proses interaksi antara
pewawancara dan informan. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara terstruktur yaitu pertanyaan-pertanyaannya sudah
ditetapkan sebelumnya oleh pewawancara. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan bersifat terbuka untuk memunculkan pandangan informan.
Wawancara dilakukan kepada pembina, pengurus, dan anggota kelompok
15
untuk menggali data secara lengkap tentang pemberdayaan masyarakat
melalui kelompok pembudidaya ikan Tirta Kencana Agung.
c. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang
tertulis (Arikunto, 2006:158). Dengan teknik dokumentasi, peneliti dapat
memperoleh informasi bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi mereka
memperoleh informasi dari macam-macam sumber tertulis atau dari dokumen
yang ada. Dokumentasi merupakan salah satu yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan gambaran dari sudut informan melalui suatu media tertulis dan
dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh informan yang
bersangkutan (Herdiansyah, 2011:34).
Dokumentasi yang dibutuhkan terkait penelitian pemberdayaan
masyarakat melalui kelompok pembudidaya ikan Tirta Kencana Agung adalah
dokumen arsip tertulis dan foto yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan
yang ada dikelompok. Dokumen foto yang diperoleh antara lain lokasi
budidaya ikan hias di Desa Boyolangu, pertemuan rutin bulanan, kunjungan
dari Dinas Kelautan dan Perikanan, pelatihan anggota, studi banding ke
kelompok lain, kontes ikan, piagam penghargaan, pembibitan benih,
pembesaran ikan, pemanenan hasil budidaya, proses pembuatan pakan, bakti
sosial, dan video kelompok Tirta Kencana Agung diliput media nasional
1.6.7 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan,
sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai
sosial, akademis dan ilmiah (Suprayogo, 2003:191).
16
Menurut Miles dan Huberman (Zainal Arifin, 2011:172), mengemukakan
tahap kegiatan dalam menganalisis data kualitatif yaitu reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display), dan menarik kesimpulan/verifikasi
(conclusion drawing). Adapun langkah-langkah analisis data adalah:
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,
mengarahkan dan membuang yang tidak perlu. Kegiatan yang dilakukan pada
tahap ini adalah mengidentifikasi data, kemudian diklasifikasikan menjadi
beberapa kategori (Tanzeh, 2009:67).
Data yang sudah diperoleh disederhanakan dan diseleksi relevansinya
dengan masalah penelitian, sedangkan data yang tidak diperlukan dibuang.
Proses ini berlanjut sampai proses pengumpulan data dilapangan berakhir,
bahkan pada saat pembuatan laporan sehingga tersusun secara lengkap.
b. Penyajian Data
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengorganisasikan
data yang sudah direduksi. Data tersebut mula-mula disajikan terpisah antara
satu tahap dengan tahap yang lain, tetapi setelah kategori terakhir direduksi,
maka keseluruhan data dirangkum dan disajikan secara terpadu. Dengan
melihat penyajian data, maka dapat dipahami apa yang sedang terjadi dan apa
yang harus dilakukan. Display data ialah menyajikan data dalam bentuk
matriks, chart atau grafik, dan sebagainya dengan demikian peneliti dapat
menguasai data dan tidak terbenam dengan setumpuk data.
17
c. Menarik Kesimpulan
Kesimpulan/verifikasi adalah tahap akhir rangkaian analisis data
kualitatif. Proses penarikan kesimpulan dilakukan pengukuran sebab akibat,
menentukan kategori-kategori hasil penelitian. Kesimpulan ini sebaiknya
menjadi jawaban dari rumusan penelitian.
1.6.8 Pengecekan Keabsahan Data
Setiap penelitian membutuhkan adanya standar untuk melihat derajat
kepercayaan atau kebenaran terhadap hasil penelitian tersebut. Dalam penelitian
kualitatif, standar tersebut sering disebut dengan keabsahan data. Pengecekan
keabsahan data merupakan suatu langkah untuk mengurangi kesalahan dalam
proses memperoleh data penelitian yang tentunya berefek kepada kevalidan hasil
akhir suatu penelitian. Pengecekan keabsahan data ini dilakukan oleh peneliti
bertujuan untuk menghasilkan data yang dapat dipertanggung jawabkan dan
dipercaya secara ilmiah.
Data penelitian yang diperoleh dari lokasi penelitian di Desa Boyolangu
Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung bisa memperoleh keabsahan,
maka usaha yang dilakukan peneliti ketika semua data sudah terkumpul adalah
melakukan proses pengecekan keabsahan data kembali dengan datang ke Desa
Boyolangu Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung. Kedatangan peneliti
secara berulang-ulang dilokasi penelitian adalah untuk mengecek atau memeriksa
keabsahan data mengenai Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok
Pembudidaya Ikan Tirta Kencana Agung ( Studi di Desa Boyolangu Kecamatan
Boyolangu Kabupaten Tulungagung)
18
Teknik keabsahan data tersebut meliputi perpanjangan pengamatan,
triangulasi, ketekutan pengamatan, dan menggunakan refrensi. Adapun paparan
pengecekan data dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Perpanjangan Pengamatan
Posisi penulis sebagai instrumen utama dalam proses pengumpulan
data menuntut peran serta untuk terjun langsung dalam kelompok
pembudidaya ikan Tirta Kencana Agung di Desa Boyolangu Kecamatan
Boyolangu Kabupaten Tulungagung. Data yang diperlukan harus valid,
penulis memperpanjang waktu kehadiran di lokasi penelitian untuk melakukan
pengecekan validitas data. Metode ini sangat membantu penulis untuk
meminimalisir distori data. Hal ini menuntut penulis sebagai instrumen utama
dalam pengumpulan data untuk terjun ke lokasi penelitian dalam waktu yang
lebih panjang guna mendeteksi dan memperhitungkan distorsi yang mungkin
akan mengotori data.
b. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu. Triangulasi dilakukan untuk
keperluan pengecekan atau pembanding data (Moleong, 2005:178). Dengan
triangulasi ini, penulis dapat menarik kesimpulan yang lebih baik karena
menggunakan lebih dari satu perspektif sehingga kebenaran data lebih dapat
terjamin.
Dalam prakteknya penulis menggunakan tiga model triangulasi.
Pertama, triangulasi sumber. Dalam hal ini penulis mencoba mengecek
kredibilitas data dengan beberapa sumber. Kedua, triangulasi teknik. Dalam
19
hal ini penulis menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Ketiga, triangulasi waktu,
yaitu dengan cara melakukan pengujian data dengan observasi dan teknik lain
secara berulang-ulang sehingga di dapatkan data yang dijamin kebenarannya
(Sugiyono, 2014:273).
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
sumber. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dasar
pertimbangan dalam pemilihan teknik triangulasi sumber, bahwa data yang
diperoleh dari satu sumber perlu di cross check dengan sumber sumber yang
lain sehingga data yang diperoleh memiliki derajat kepercayaan yang tinggi
(Sugiyono, 2014:273).
Peneliti menggunakan sumber yang berbeda yakni pembina, pengurus,
dan anggota kelompok pembudidaya ikan hias Tirta Kencana Agung.
c. Menggunakan Bahan Referensi
Bahan referensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan data
yang telah ditemukan oleh peneliti (Sugiyono, 2014:275). Sebagai contoh,
data hasil wawancara, foto dan perekam sebagai bukti keautentikan sebuah
data.