bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/bab i.pdf · 2019. 9. 12. · 1 bab i...

43
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun 2011 dilatarbelakangi oleh peristiwa Arab Spring, yaitu rangkaian gelombang revolusi demonstrasi yang terjadi di dunia Arab atau negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara. Berawal pada Maret 2011, ketika terjadi perlawanan oleh orangtua yang anak-anaknya ditahan oleh polisi setempat dan disiksa di dalam penjara karena membuat grafiti di dinding sebuah bangunan dengan tulisan As-Shaab Yoreed Eskaat el Nizam (Rakyat inigin menumbangkan rezim). Aparat keamanan menganggap bahwa anak- anak tersebut adalah perpanjangan tangan para demonstran. Tindakan kekerasan yang dilakukan aparat keamanan tersebut mengakibatkan warga melakukan aksi protes yang ditujukan kepada Gubernur kota Deraa, Faisal Khaltoum. Tetapi, protes tersebut dihadapi dengan pemukulan dan pembubaran paksa dengan menyemprotkan gas air mata, air, dan tembakan ke arah para demonstran hingga mengakibatkan korban jiwa. 1 Aksi tersebut membuat para demonstran semakin marah dan menyebar ke seluruh warga di Suriah. Tuntutan warga juga semakin beragam dari yang pada awalnya hanya ingin pembebasan anak-anak yang ditahan tersebut, hingga menjadi 1 Trias Kuncahyono, 2012, Musim Semi di Suriah: Anak-Anak Penyulut Revolusi, Jakarta: Penerbit Kompas, hal. 114-116.

Upload: others

Post on 17-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun 2011 dilatarbelakangi

oleh peristiwa Arab Spring, yaitu rangkaian gelombang revolusi demonstrasi yang

terjadi di dunia Arab atau negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara. Berawal

pada Maret 2011, ketika terjadi perlawanan oleh orangtua yang anak-anaknya

ditahan oleh polisi setempat dan disiksa di dalam penjara karena membuat grafiti

di dinding sebuah bangunan dengan tulisan As-Shaab Yoreed Eskaat el Nizam

(Rakyat inigin menumbangkan rezim). Aparat keamanan menganggap bahwa anak-

anak tersebut adalah perpanjangan tangan para demonstran. Tindakan kekerasan

yang dilakukan aparat keamanan tersebut mengakibatkan warga melakukan aksi

protes yang ditujukan kepada Gubernur kota Deraa, Faisal Khaltoum. Tetapi, protes

tersebut dihadapi dengan pemukulan dan pembubaran paksa dengan

menyemprotkan gas air mata, air, dan tembakan ke arah para demonstran hingga

mengakibatkan korban jiwa.1

Aksi tersebut membuat para demonstran semakin marah dan menyebar ke

seluruh warga di Suriah. Tuntutan warga juga semakin beragam dari yang pada

awalnya hanya ingin pembebasan anak-anak yang ditahan tersebut, hingga menjadi

1 Trias Kuncahyono, 2012, Musim Semi di Suriah: Anak-Anak Penyulut Revolusi, Jakarta: Penerbit

Kompas, hal. 114-116.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

2

penurunan rezim yang berkuasa. Pemerintah pun meluncurkan serangan berupa

tembakan kepada para demonstran secara massif.2 Gerakan para demonstran

kemudian dimanfaatkan oleh oposisi untuk membantu menumbangkan rezim yang

berkuasa, Bashar Al-Assad. Hingga tahun 2017 pun belum ada tanda-tanda

berakhirnya konflik Suriah tersebut karena kedua belah pihak yang berkonflik,

yaitu pemerintahan Bashar Al-Assad dan oposisi mempunyai kekuatan yang

seimbang dan dipersulit dengan intervensi dari negara-negara luar Suriah seperti

Turki, Iran, Yordania, Russia, dan Amerika Serikat hingga terjadi deadlock yang

menyebabkan konflik ini sulit diatasi dan menjadi permasalahan internasional.3

Konflik dalam negeri Suriah ini juga merupakan konflik terpanjang

dibandingkan dengan negara-negara Arab Spring lainnya seperti Tunisia, Irak,

Mesir, Libya, dan Yaman.4 Konflik berkelanjutan tersebut mengakibatkan jatuhnya

banyak korban jiwa berjumlah kurang lebih 321.000 orang dan dari warga sipil

sendiri yang memaksa mereka untuk mengungsi di negara lain untuk bertahan

hidup.5 Hingga Maret 2017, jumlah pengungsi Suriah di wilayah negara-negara

tetangga mencapai 5.020.470 jiwa yang mengungsi di negara Turki, Lebanon,

2 Serangan terhadap demonstran, VOA Indonesia, 62 tewas di Suriah, diakses dalam https://www.voaindonesia.com/a/serangan-terhadap-demonstran-62-tewas-di-suriah-

121002049/92682.html diakses pada 27/01/18, 12:02 WIB. 3 Fox, Syria’s war: Who is fighting and why , Vox,diakses dalam

https://www.youtube.com/watch?v=JFpanWNgfQY&t=312s, diakses pada 27/01/18 11:43 WIB. 4 Shafira Elnanda Yasmine, Arab Spring: Islam dalam gerakan sosial dan demokrasi Timur

Tengah, Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Airlangga, Surabaya, hal. 110. Diakses dalam https://e-

journal.unair.ac.id/MKP/article/download/2508/1825 diakses pada 27/01/18 12:17 WIB 5 “Total korban tewas dan hilang di Suriah capai 466 ribu jiwa”, diakses dalam

http://mediaindonesia.com/news/read/96349/total-korban-tewas-dan-hilang-di-suriah-capai-466-

ribu-jiwa/2017-03-14 diakses pada 27/01/18, 12:18 WIB.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

3

Yordania, Mesir dan Iraq.6 Salah satu negara tetangga yang berbatasan langsung

dengan Suriah dan menjadi tempat bagi pengungsi adalah Lebanon. Lebanon

merupakan negara yang termasuk menerima pengungsi paling banyak, yaitu sekitar

1,011,366 pengungsi pada tahun 2017.7

Selain karena kedekatan geografis yaitu sebelah Utara dan Timur Lebanon

yang berbatasan langsung dengan Suriah ada 2 kemiripan masyarakat Lebanon

lainnya yang membuat mereka menerima pengungsi dari Suriah. Pertama,

kemiripan sosial budaya. Lebanon dan Suriah pada awalnya merupakan satu negara

yang sama dibawah nama Greater Syria, ketika berada dibawah kekuasaan

kekaisaran Turki Utsmani. Wilayah ini kemudian dikuasi oleh Perancis dan

akhirnya terpecah oleh kolonialisme. Sejak kemerdekaan kedua negara pada tahun

1943, terjadi penggambaran batas wilayah teritori masing-masing negara yang

sayangnya dilaksanakan tanpa mempertimbangkan unsur kekerabatan,

kebudayaan, dan etnisitas. Hal ini utamanya terjadi di wilayah yang saat ini menjadi

perbatasan antara Suriah dan Lebanon. Persinggungan ini yang membuat relevansi

etnis, kekerabatan, dan homogenitas tetap terjaga sampai saat ini.8 Kedua adalah

agama. Demografi masyarakat Lebanon yang seimbang antara Sunni dan Syiah9

membuat masyarakat Lebanon menerima pengungsi yang datang.

6 UNHCR, 2017, Syria Regional Refugee Response, Inter-agency Information Sharing Portal,

diakses dalam http://data.unhcr.org/syrianrefugees/regional.php (4/4/2017, 14:36 WIB) 7 UNHCR, 2017, Syria Regional Refugee Response, Inter-agency Information Sharing Portal,

Lebanon, Total Persons are Concern, diakses dalam

http://data.unhcr.org/syrianrefugees/country.php?id=122, diakses pada 17/4/2017, 16.00 WIB. 8 Karam, M, How Lebanon is coping with more than a million Syrian Refugees, 2015, diakses

dalam http://www.spectator.co.uk/2015/11/how-lebanon-is-coping-with-more-than-amillion-

syrian-refugees/ , diakses pada 30/01/18, 12.02 WIB. 9 Lebanon 2012 International Religious Freedom Report, diakses dalam

https://www.state.gov/documents/organization/208612.pdf , diakses pada 30/01/18, 11.54 WIB.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

4

Meskipun demikian, Lebanon bukanlah termasuk dalam negara peratifikasi

Konvensi 1951 tentang pengungsi seperti Turki dan negara penerima pengungsi

lainnya. Selain itu pemerintah Lebanon juga masih belum memiliki undang-undang

dan peraturan yang efektif tentang pengungsi. Jumlah penduduk Suriah di Lebanon

pada akhir tahun 2015 telah mencapai 1,5 juta orang dari 4,1 juta orang penduduk

Lebanon dan dari total 5,9 juta orang total populasi manusia di Lebanon. Ini berarti

jumlah penduduk Suriah di Lebanon telah mencapai 25% dari total populasi

manusia di Lebanon dan telah mencapai 1/3 dari total penduduk Lebanon.

Parahnya, penduduk Lebanon yang hidup di bawah rata-rata juga sama banyak

dengan total penduduk Suriah yang mencari perlindungan ke Lebanon yang juga

dalam kesusahan.10

Antonio Gutteres, Komisaris Tinggi UNHCR (United Nations High

Commissions of Refugees) pada tahun 2014 dalam wawancaranya dengan Bruno

Giussani dalam acara TED (Technology, Entertaiment, and Desaign) menyatakan

bahwa Lebanon adalah negara dengan krisis pengungsi terparah dibandingkan

Eropa dan kawasan Timur tengah lain yang menjadi negara penampung pengungsi.

Pengungsi di kawasan Eropa dengan jumlah penduduk 550 juta orang adalah

1:2000. Sedangkan Turki yang merupakan negara penerima pengungsi Suriah

terbesar adalah 1:30, yakni 75 juta penduduk Turki dan menampung 2,5 juta orang

pengungsi. Namun Lebanon saat ini dalam keadaan yang sangat parah, yakni 1 dari

10 Government of Lebanon and United Nations, “Lebanon Crisis Response Plan 2015-2016”,

(Government of Lebanon and United Nations: 2015), hal. 3-4, diakses dalam

http://data.unhcr.org/syrianrefugees/download.php?id=7722, diakses pada 7/12/2017, 14.28 WIB

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

5

3 manusia di Lebanon adalah pengungsi. Hal ini sangat memprihatinkan dan

berdampak pada menurunnya aktivitas ekonomi, kemiskinan, kebutuhan makanan,

pembangunan dan penggunaan fasilitas publik.11

Kondisi Lebanon yang tidak meratifikasi Konvensi 1951 tentang pengungsi

ini membuat pemerintah Lebanon tidak memiliki tanggung jawab serta kewajiban

penuh dalam penanganan pengungsi di negaranya, meskipun di satu sisi masyarakat

Lebanon tetap menerima pengungsi yang masuk ke negaranya. Selain itu, Lebanon

juga tidak bisa mendapat bantuan internasional melalui UNHCR dalam upaya

penanganan pengungsi yang berada di negaranya karena tidak meratifikasi

Konvensi 1951. Meskipun demikian, Lebanon merupakan negara yang meratifikasi

Universal Declaration of Human Rights tahun 1948 yang membuat Lebanon tidak

bisa begitu saja untuk menolak, mengembalikan, atau mengirimkan pengungsi ke

suatu wilayah yang mengakibatkan mereka akan berhadapan dengan hal-hal yang

dapat membahayakan hidup mereka (non-refoulement).12

Keadaan yang paling memprihatinkan lagi, yaitu setengah dari jumlah

pengungsi Suriah tersebut adalah perempuan dan anak-anak.13 Meskipun

Kementerian Pendidikan Lebanon telah mengambil beberapa langkah positif untuk

mendaftarkan anak-anak Suriah di pendidikan formal, tetapi sistem tersebut masih

terus berjuang untuk dilaksanakan. Dalam banyak kasus, salah satu perempuan

11

TED Talks: Refugees Have The Right to be Protected | Antonio Guterres, Diakses dari:

https://www.youtube.com/watch?v=potB0voQzNg, diakses pada 7/12/2017, pukul 14:46 WIB. 12 The Assement Capacities Project (ACAPS), Legal Status Individuals Fleeing Syria: SNAP

Project hal. 5, diakses dalam https://www.alnap.org/help-library/legal-status-of-individuals-

fleeing-syria-snap-project diakses pada 7/12/2017, pukul 14:19 WIB. 13Lebanon Crisis Response Plan 2015-16, diakses dalam

data.unhcr.org/syrianrefugees/download.php?id=7723, diakses pada 17/4/2017, 16.20 WIB

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

6

Suriah mengatakan, “Anak-anak kita tumbuh tanpa pendidikan”.14 Padahal

pendidikan untuk generasi muda merupakan hal yang sangat penting bagi masa

depan suatu negara.

Pada 2014, Kementerian Pendidikan Lebanon memperkenalkan RACE

(Reaching All Children with Education) yang mendaftarkan anak-anak Suriah

untuk sistem pendidikan sekolah umum formal untuk tahun akademik 2014-2015

tetapi hanya terbatas hingga 150.000 anak. Banyak juga beberapa kendala yang

menghambat pemenuhan hak pendidikan anak pengungsi Suriah termasuk biaya

transportasi yang tinggi, keengganan orang tua, bullying di sekolah, dan

kekurangan bantuan pada pekerjaan rumah. Ditambah lagi, angka anak-anak

pengungsi yang membutuhkan pendidikan tersebut melebihi jumlah sekolah publik

yang siap menampung.15 Pada tahun 2015 terdapat 617.000 anak-anak pengungsi,

dan sekitar 400.000 dari mereka adalah usia sekolah. Dalam data yang diambil dari

laporan UNHCR tentang pengungsi Suriah di Lebanon, lebih banyak anak-anak

pengungsi Suriah yang membutuhkan sekolah umum daripada anak-anak Lebanon

karena sistem sekolah umum di Lebanon secara historis kurang diminati, yang pada

akhirnya membuat kebanyakan masyarakat Lebanon mendidik anak-anaknya

dalam sekolah privat.

Munculnya permasalahan ini pun mendorong beberapa organisasi

internasional baik IGO (International Governmental Organization) maupun INGO

14 Growing Up Without an Education: Barriers to Education for Syrian Refugees Children in

Lebanon, diakses dalam https://www.hrw.org/report/2016/07/19/growing-without-

education/barriers-education-syrian-refugee-children-lebanon, diakses pada 17/4/2017, 16.51 WIB 15 Refugees from Syria: Lebanon, UNHCR, 2015, hal. 10, diakses dalam

data.unhcr.org/syrianrefugees/download.php?id=8649 diakses pada 17/04/17, 16.20 WIB.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

7

(International Non- Governmantal Organization) seperti UNICEF (United Nation

Children Fund) dan UNHCR untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan seperti

bantuan untuk permasalahan kesehatan, tenda pengungsian, makanan, fasilitas

pemandian, dan pendidikan. Salah satu organisasi internasional non pemerintah

yang berperan mengatasi permasalahan pendidikan terutama untuk anak-anak

pengungsi adalah Malala Fund.

Peran organisasi internasional tersebut seperti UNICEF sendiri melakukan

intervensi kemanusiaan dengan program-program yang diimplementasikan pada

seluruh pengungsi Suriah tidak hanya di Lebanon. Tujuannya adalah untuk

mengurangi jumlah anak-anak yang menjadi korban akibat krisis dan memberi

jaminan hak pada anak-anak Suriah. Sedangkan UNHCR memberikan kontribusi

berupa tenda-tenda pengungsian yang bertempat di Lembah Bekaa, Lebanon.

Untuk Malala Fund sendiri membuat program-program yang dikhususkan pada

pendidikan anak-anak perempuan pengungsi Suriah yang ada di Lebanon sehingga

membantu menghindari lost generations dari masyarakat Suriah.

Malala Fund merupakan organisasi internasional non pemerintah non-profit

yang memiliki fokus utama berupa hak pendidikan untuk anak perempuan. Malala

Fund dipimpin oleh Malala Yousafzai, seorang aktivis kepemudaan yang

memperjuangkan hak pendidikan untuk anak perempuan. Dengan bekerjasama

dengan mitra lokal dan global, Malala Fund tersebut fokus pada tiga tujuan utama

yaitu, 1) Investasi dalam pendidikan anak perempuan melalui solusi-solusi inovatif

untuk memberikan pendidikan yang berkualitas tinggi bagi masyarakat yang

kurang beruntung di seluruh dunia, 2) memperkuat suara para pendukung

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

8

pendidikan untuk menceritakan kisah-kisah mereka yang berjuang untuk hak

pendidikan, 3) penyaluran tindakan kolektif untuk membuat pendidikan anak

perempuan menjadi prioritas.16

Selain terus melaksanakan advokasi dan kerjasama dengan organisasi

lainnya, Malala Fund mempunyai beberapa program yang fokus pada 4 tempat,

yaitu di Pakistan, Nigeria, Pengungsi Suriah dan Kenya. Tiap negara tujuan

mempunyai program masing-masing yang dijalankan. Salah satunya program untuk

pengungsi Suriah, seperti Malala Yousafzai #All-GirlsSchool, upaya lobi kepada

pemerintah, upaya advokasi, kerjasama dengan Kayany Foundation, salah satu

organisasi non-profit lokal di Lebanon, dengan berbagai perusahaan, serta program-

program lainnya yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Upaya Malala Fund ini menjadi menarik untuk dibahas karena masih jarang

organisasi pemuda dalam lingkup internasional yang berfokus pada pendidikan

anak dan dapat menggerakkan masyarakat internasional untuk membantu

meringankan beban kepada yang membutuhkan. Beda dari organisasi-organisasi

sosial yang kebanyakan dibangun oleh seseorang yang mempunyai modal atau

seorang kaya raya, Malala Fund merupakan organisasi yang dipimpin dan dibangun

oleh seorang anak perempuan yang mempunyai trauma besar yaitu tertembak pada

saat ia pulang dari sekolahnya, dan di negaranya hak pendidikan terutama bagi

perempuan sangat dibatasi. Berangkat dari situlah Malala dan Ayahnya berhasil

membawa organisasi ini hingga dapat menggerakkan anak muda dan masyarakat

16ABC News, The Malala Fund: Supporting Girls Education Around the Globe, diakses dalam

http://abcnews.go.com/International/malala-fund-supporting-girls-education-

globe/story?id=18399402 diakses pada 17/4/2017, 13.14 WIB

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

9

global lainnya untuk ikut memperjuangkan pendidikan dasar bagi anak-anak dan

perempuan yang belum mendapatkan haknya.

Dalam penelitian ini, dapat diketahui upaya apa saja yang dilakukan oleh

Malala Fund dalam menangani pengungsi Suriah yang ada di Lebanon sebagai

salah satu negara yang paling banyak menampung pengungsi, terutama usahanya

dalam mengatasi pendidikan untuk anak-anak perempuan disana serta program-

program dan organisasi lain mana saja yang turut terlibat dalam penanganan

masalah pengungsi Suriah ini.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

10

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah: Bagaimana upaya Malala Fund dalam mengatasi masalah pendidikan

anak-anak perempuan pengungsi Suriah yang ada di Lebanon?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat upaya apa saja yang dilakukan oleh

Malala Fund sebagai organisasi internasional kepemudaan yang fokus pada anak-

anak perempuan dalam mengatasi masalah pendidikan anak-anak perempuan

pengungsi Suriah yang ada di Lebanon.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Secara akademis, penelitian ini bermanfaat untuk memperdalam kajian

keilmuan Hubungan Internasional dalam pengembangan kajian organisasi

internasional yang fokus pada anak perempuan khususnya dengan studi kasus

bagaimana upaya Malala Fund dalam mengatasi masalah pendidikan anak-anak

perempuan pengungsi Suriah di Lebanon. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan

mampu memberikan gambaran dan pemahaman tentang bagaimana Malala Fund

melakukan upayanya sebagai Global Civil Society.

2. Manfaat Praktis

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

11

Penelitian ini dapat menambah wawasan terkait upaya Malala Fund dalam

mengatasi masalah pendidikan anak-anak perempuan pengungsi Suriah di

Lebanon, dan harapannya penelitian ini dapat menjadi referensi bagi pihak-pihak

yang terkait serta bagi masyarakat yang membutuhkan informasi mengenai upaya

Malala Fund dalam mengatasi masalah pendidikan anak-anak perempuan

pengungsi Suriah di Lebanon.

1.4 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini terdapat beberapa penelitian terdahulu dari berbagai

sumber sebagai pembanding. Pertama, salah satu penelitian tentang upaya Malala

Fund dalam mengatasi permasalahan anak telah ditulis oleh Marsha Tria Putri tahun

2017 dalam eJournal di Universitas Mulawarman dengan judul “Upaya Malala

Fund Dalam Mengatasi Masalah Pelarangan Sekolah di Pakistan”.17 Jurnal ini

membahas upaya-upaya yang dilakukan oleh Malala Fund dalam mengatasi

pelarangan sekolah di Pakistan, yang mana adalah negara yang mayoritas

penduduknya beragama Islam, namun hak pendidikan untuk anak perempuan

khususnya sangat kurang. Jurnal ini menggunakan kerangka dasar Teori Gender

dan Teori Organisasi Internasional dengan metode penelitian kualitatif.

Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa selain karena budaya patriarki,

kurangnya hak pendidikan terutama untuk anak perempuan mulai meningkat sejak

kehadiran Taliban di Utara Pakistan pada tahun 2007. Mereka melarang anak

17 Marsha Tria Putri, 2017, Upaya Malala Fund Dalam Mengatasi Masalah Pelarangan Sekolah

Bagi Perempuan Di Pakistan, Skripsi, Samarinda: Jurusan Hubungan Internasional, Universitas

Mulawarman. Diakses dalam http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/?cat=47

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

12

perempuan untuk bersekolah, bahkan mereka dapat membunuh seorang perempuan

apabila perempuan tersebut telah melakukan sesuatu yang bertentangan dengan

ajaran Islam.

Upaya yang dilakukan oleh Malala Fund dalam mengatasi pendidikan

perempuan tersebut yakni membuat program umum, yaitu menggalakan program

wajib belajar 12 tahun dan meningkatkan kualitas akses pendidikan anak

perempuan yang aman dan relevan. Selain itu Malala Fund juga memiliki program

khusus seperti Pendidikan untuk Anak Perempuan, Program Belajar Alternatif,

Pendidikan untuk Anak Korban Perang atau Bencana Alam dan Pendidikan

Kecakapan Hidup. Dalam pelaksanaannya, terdapat empat aktor penting yang

berperan antara lain Malala Fund, UNESCO, Pemerintah Pakistan, dan Organisasi

Lokal.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis, adalah objek penelitian

yang membahas bagaimana upaya Malala Fund dalam menjalankan tujuannya yang

berfokus pada pendidikan anak perempuan. Perbedaannya adalah, dalam penelitian

Marsha, menjelaskan upaya Malala Fund mengatasi masalah pendidikan di

Pakistan, yang merupakan tempat asal Malala Yousafzai, selaku pendiri Malala

Fund. Sedangkan dalam penelitian ini membahas bagaimana upaya Malala Fund

dalam mengatasi masalah pendidikan bagi pengungsi Suriah yang ada di Lebanon.

Kemudian yang kedua, penelitian oleh Fatahillah, dari Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu penelitian skripsi yang berjudul “Upaya

United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) Dalam Menangani

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

13

Pengungsi Suriah di Lebanon Tahun 2011-2013”.18 Dalam penelitian yang

menggunakan metode deskriptif ini, disebutkan bahwa Lebanon merupakan negara

tetangga dengan arus pengungsi Suriah paling besar dikarenakan faktor geografis,

dan hubungan yang kuat antara Suriah dan Lebanon.

Pengungsi Suriah yang masuk ke Lebanon sejak tahun 2011 semakin

meningkat dan membawa beberapa dampak yang dirasakan oleh pemerintah

Lebanon. Akibat kepadatan penduduk, menjadikan fasilitas seperti air, listrik,

makanan dan akses kesehatan semakin berkurang sehingga terjadi permasalahan

dalam negeri dan ketegangan sosial antara penduduk Lebanon dengan pengungsi

Suriah.

Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, pemerintah Lebanon

mengerahkan beberapa upaya, yaitu dengan membuka perbatasan antara Lebanon

dan Suriah dengan melaksanakan Memorandum of Understanding (MoU) dengan

UNHCR dan membentuk Komite Tripartit sebagai payung utama untuk penyaluran

bantuan pada pengungsi Suriah yang ada di Lebanon yang terdiri dari the Lebanese

High Relief Commission (HRC), Departemen Sosial, dan UNHCR dengan naungan

PBB.

Kemudian untuk meneliti bagaimana upaya UNHCR dalam menangani

pengungsi Suriah di Lebanon, Fatahillah menggunakan konsep organisasi

internasional yang menjelaskan peranannya sebagai inisiator, fasilitator, dan

mediator. Pertama, UNHCR sebagai inisiator dilihat setelah UNHCR membawa

18 Fatahillah, 2015, Upaya United Nations High Commisioner for Refugees (UNHCR) Dalam

Menangani Pengungsi Suriah di Lebanon Tahun 2011-2013, Skripsi, Jakarta: Jurusan Hubungan

Internasional, Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. Diakses dalam

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29194/1/FATAHILLAH-FISIP.pdf

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

14

permasalahan pengungsi dengan memberikan informasi mengenai keadaan

pengungsi yang membutuhkan bantuan masyarakat internasional melalui

Konferensi Donor yang diadakan di Kuwait pada 2013. Lalu UNHCR sebagai

fasilitator dalam permasalahan tempat tinggal dengan menyediakan pemukiman,

dalam permasalahan kesehatan dengan pelayanan medis kerjasama dengan

berbagai organisasi mitra, dan UNHCR sebagai mediator dengan membantu

pemerintah memverifikasi status pengungsi yang sesuai dengan Konvensi 1951 dan

Protokol 1967.

Jika dibandingkan dengan penelitian penulis, persamaan kedua penelitian

ini adalah sama-sama membahas upaya organisasi internasional dalam penanganan

masalah pengungsi Suriah yang ada di Lebanon. Perbedaannya ialah, Fatahillah

meneliti upaya dari UNHCR, sedangkan penulis meneliti upaya dari Malala Fund.

Hal yang membedakan lagi adalaha, dalam skripsi Fatahillah lebih membahas

upaya penanganan dalam berbagai bidang permasalahan yang dialami pengungsi

Suriah di Lebanon, sedangkan penulis lebih fokus membahas upaya dalam

mengatasi hak pendidikan anak dan perempuan pengungsi Suriah di Lebanon.

Ketiga, adalah penelitian oleh Andi Ulfah Tiara Patunru dari Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin Makassar dengan judul yang hampir sama dengan

bahasan sebelumnya, “Peranan United Nation High Comissioner for Refugees

(UNHCR) Terhadap Pengungsi Korban Perang Saudara di Suriah”.19 Andi

19 Andi Ulfah Tiara Patunru, Peranan United Nation High Commisioner for Refugees (UNHCR)

Terhadap Pengungsi Korban Perang Saudara di Suriah, Fakultas Hukum, Universitas

Hasanuddin Makassar. Diakses pada

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/11169/SKRIPSI%20LENGKAP-HI-

ANDI%20ULFAH%20TIARA%20PATUNRU.pdf?sequence=1

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

15

menggunakan metode deskriptif dan konsep pengungsi secara yuridis, khususnya

tentang status pengungsi dalam penelitiannya. Dalam penelitiannya dijelaskan

sejarah UNHCR, tugas dan peranannya secara umum, gambaran sejarah terjadinya

konflik saudara di Suriah hingga peran UNHCR terhadap penangangan pengungsi

disana. Andi menjelaskan peran determinan dari UNHCR, sebagai penentu status

pengungsi dan inisiator dan fasilitator perlindungan dan bantuan kemanusiaan.

Selain itu, berdasarkan penelitiannya, terdapat beberapa organisasi internasional

maupun regional yang terlibat secara aktif bekerjasama dengan UNHCR seperti

UNICEF, WHO (World Health Organization), UNFPA (United Nations

Population Fund), UNWFP (United Nations World Food Programme) dan ICRC

(International Committee of the Red Cross).

Persamaan dari penelitian Andi dengan penelitian penulis yaitu meneliti

tentang peran dari organisasi internasional dalam penanganan pengungsi Suriah.

Tetapi jika penelitian Andi menjelaskan semua peran dan upaya yang dilakukan

untuk penanganan bantuan pengungsi Suriah secara umum, penulis lebih

menekankan pada aspek pendidikan bagi anak dan perempuan pengungsi Suriah

yang berada di negara Lebanon. Organisasi internasional yang dibahas pun berbeda,

yakni UNHCR dan Malala Fund.

Penelitian terdahulu yang keempat berjudul tidak jauh beda, yaitu “Peran

United Nations High Commissioner for Refugee (UNHCR) Dalam Menangani

Pengungsi Suriah di Lebanon” yang ditulis oleh Linda Purwitasari dalam eJournal

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

16

Ilmu Hubungan Internasional Universitas Mulawarman.20 Linda menggunakan

kerangka dasar teori peran organisasi internasional dan konsep pengungsi dalam

penelitian ini.

Penelitian yang menggunakan metode deskriptif ini menunjukkan peran

UNHCR sebagai inisiator, fasilitator, dan determinator. Peran inisiator dilihat dari

sikap UNHCR yang membawa permasalahan pengungsi yang membutuhkan

bantuan dari masyarakat internasional melalui Konferensi Donor di Kuwait tahun

2013, lalu peran sebagai fasilitator dilihat dari peran UNHCR dalam mengatasi

permasalahan tempat tinggal pengungsi dengan bekerjasama dengan organisasi

internasional lainnya seperti Save the Children UK, DRC (Danish Refugee Council)

dan masih banyak lagi dan sebagai fasilitator dalam permasalahan kesehatan

dengan pemberian bantuan dalam perawatan kesehatan primer dan sekunder.

UNHCR sebagai determinator dilihat dari kewenangan UNHCR dalam

menentukan status bagi pengungsi dengan mekanisme RSD (Refugee Status

Determination). Dalam penelitian ini dijelaskan juga hambatan UNHCR dalam

menangani permasalahan pengungsi Suriah yang ada di Lebanon.

Penulis melihat persamaan dengan penelitian ini, adalah membahas

organisasi internasional yang berupaya mengatasi permasalahan pengungsi Suriah

yang berada di Lebanon. Perbedaannya ialah, organisasi internasional yang

diangkat berbeda, yaitu UNHCR dan Malala Fund. Upaya yang dibahas dalam

penelitian Linda lebih mengarah pada permasalahan pengungsi secara umum,

20 Linda Purwitasari, Peran United Nations High Commissioner for Refugee (UNHCR) Dalam

Menangani Pengungsi Suriah di Lebanon, eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Universitas

Mulawarman. Diakses dalam http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/?p=1859

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

17

sedangkan milik penulis, lebih berfokus pada permasalahan pengungsi anak dan

perempuan khususnya di bidang pendidikan.

Penelitian terdahulu yang kelima ditulis oleh Indah Fitria, mahasiswi

Jurusan Hubungan Internasional Universitas Riau yang berbentuk jurnal dengan

judul “United Nations Children’s Fund (UNICEF) Dalam Intervensi Kemanusiaan

Pada Konflik Suriah Tahun 2011-2015”.21 Jurnal ini menggambarkan bagaimana

kontribusi UNICEF dalam penanganan akibat konflik yang terjadi kepada anak-

anak pengungsi Suriah yang diwujudkan melalui program-program terencana

berkelanjutan.

Jurnal ini memakai perspektif pluralisme sebagai kerangka teorinya yang

menganggap bahwa aktor non negara juga merupakan bagian penting dalam

hubungan internasional. Sedangkan level analisa yang digunakan dalam penelitian

ini adalah perilaku kelompok di mana level analisa perilaku kelompok menganggap

perilaku kelompok terhadap proses politik lebih dominan dibandingkan dengan

individu.

Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan program-program yang dibuat

oleh UNICEF, di antaranya Program Perlindungan Anak (Child Protection

Programe), Syrian Humanitarian Response Plan dan No Lost Generations

Initiative yang telah menjangkau 1,4 juta orang yang berada di daerah sulit dicapai

dan angka tersebut meningkat hingga 193% dan menunjukkan hasil positif dari

berbagai program kerja UNICEF di Suriah tersebut. Penulis melihat persamaan

21 Indah Fitria, United Nations Children’s Fund (UNICEF) Dalam Intervensi Kemanusiaan Pada

Konflik Suriah Tahun 2011-2015, Jurnal, Jurusan Hubungan Internasional Universitas Riau.

Diakses dalam https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/view/14358

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

18

penelitian ini dengan penelitian penulis adalah membahas mengenai peranan

organisasi internasional dalam konflik kemanusiaan di Suriah dengan berbagai

program yang dicanangkan, hanya saja organisasi internasional yang dibahas

adalah UNICEF.

Kemudian ada penelitian terdahulu keenam dari Dedi Julio Cesar Guterres

De Oliveira dengan judul “Peranan UNICEF Dalam Mengembangkan Pendidikan

Anak-Anak di Timor Leste”.22 Penelitian ini dikerjakan dalam bentuk skripsi

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP, Universitas Muhammadiyah

Malang dengan metode penelitian deskriptif dan menggunakan konsep organisasi

internasional sebagai alat penelitiannya.

Dalam penelitian ini Dedi menemukan bahwa UNICEF melakukan strategi

umum melalui pendekatan dan kerjasama dengan berbagai pihak yang mempunyai

kesamaan dan rasa peduli terhadap permasalahan anak yang berhubungan dengan

permasalahan kemanusiaan dalam hal ini, dengan pemerintah Timor Leste yang

didukung oleh berbagai pihak. UNICEF dapat mengkoordinir, memfasilitasi

berbagai program yang dijalankan baik melalui pemerintah, NGO, INGO, maupun

organisasi internasional lainnya.

Persamaan dari penelitian Dedi dengan penelitian penulis adalah

pembahasan mengenai organisasi internasional yang berperan dalam bidang

pendidikan anak-anak. Hanya saja organisasi internasional yang dibahas adalah

peran UNICEF pada pengembangan pendidikan anak-anak di Timor Leste

22 Dedi Julio Cesar Guterres De Oliveira, 2017, Peranan UNICEF Dalam Mengembangkan

Pendidikan Anak-Anak di Timor Leste, Malang: Jurusan Hubungan internasional , Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

19

sedangkan penulis membahas mengenai upaya Malala Fund terhadap penyelesaian

masalah pendidikan anak-anak pengungsi Suriah yang ada di Lebanon.

Penelitian terdahulu ketujuh berjudul “Peranan UNICEF Dalam Upaya

Melindungi Anak-Anak Pengungsi Suriah di Turki Melalui Program No Lost

Generation” dengan bentuk Skripsi yang ditulis oleh Amalia Indar Yati.23

Mahasiswi Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Universitas

Muhammadiyah Malang ini menggunakan metode deskriptif serta kerangka konsep

organisasi internasional dan konsep perlindungan anak dalam penelitiannya. Dalam

penelitian ini dikatakan bahwa peran UNICEF sebagai organisasi internasional

dalam upaya melindungi anak-anak pengungsi Suriah di Turki melalui program No

Lost Generation yakni sebagai arena diwujudkan dengan membangun mitra

kerjasama dengan berbagai pihak untuk mendiskusikan pendanaan sekaligus

menggalang dana bagi anak-anak Suriah dan negara-negara yang menerima

pengungsi Suriah.

Penulis melihat persamaan penelitian Amalia dengan penelitian penulis,

adalah peran atau upaya yang dilakukan oleh organisasi internasional dalam

melindungi hak-hak anak-anak penungsi Suriah dengan konsep organisasi

internasional. Perbedaannya adalah organisasi yang dibahas adalah upaya UNICEF

serta tempat anak-anak pengungsi Suriah yang ada di Turki, bukan di Lebanon.

Penelitian terdahulu selanjutnya ditulis oleh Agusta Wira Digdaya dengan

judul “Peran United Nations Mission in Liberia (UNMIL) Dalam Menyelesaikan

23 Amalia Indar Yati, 2017, Peranan UNICEF Dalam Upaya Melindungi Anak-Anak Pengungsi

Suriah di Turki Melalui Program No Lost Generation, Malang: Jurusan Hubungan internasional ,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

20

Konflik di Liberia Tahun 2003-2009” dengan bentuk penelitian Skripsi Jurusan

Hubungan Internasional di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Malang.24 Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan

kerangka konseptual Konsep Operasi Militer dan Resolusi Konflik dengan tiga

kerangka proses, yakni peacekeeping, peacemaking, dan peacebuilding.

Penelitian ini mengatakan bahwa operasi militer selain perang merupakan

bentuk dari upaya pasukan UNMIL melakukan resolusi konflik di lapangan

berdasarkan mandat yang telah dikeluarkan oleh PBB. Dalam hal ini, peran UNMIL

di Liberia melaluli intervensi militer tidak hanya sebagai mediator penyelesaian

konflik diantara pihak-pihak yang bertikai, namun juga mengupayakan

pembangunan kembali Liberia termasuk reformasi hukum dan keamanan, hak asasi

manusia dan pemberdayaan masyarakat Liberia menuju sebuah negara yang

demokratis yang aman dan damai di masa depan.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah membahas

mengenai peran yang dilakukan suatu organisasi internasional untuk penyelesaian

konflik kemanusiaan di suatu negara. Sedangkan perbedaannya adalah peran

organisasi internasional yang dibahas adalah UNMIL dalam upaya penyelesaian

konflik di Liberia serta kerangka konsep yang digunakan berbeda.

Kemudian terdapat penelitian mengenai pengungsi Suriah dan masyarakat

Lebanon yang berjudul “Lebanese Contradictory Responses to Syrian Refugees

Include Stress, Hospitality, Resentment” oleh Mona Christophersen dan Catherine

24 Agusta Wira Digdaya, 2017, Peran United Nations Mission in Liberia (UNMIL) Dalam

Menyelesaikan Konflik di Liberia Tahun 2003-2009, Malang: Jurusan Hubungan internasional ,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

21

Thorleifsson.25 Penelitian ini menjelaskan bahwa masuknya pengungsi Suriah ke

Lebanon diterima dengan baik oleh masyarakatnya. Akan tetapi terjadi pergeseran

sikap masyarakat Lebanon terhadap pengungsi Suriah dikarenakan beberapa aspek

salah satunya adalah persaingan pekerjaan antara kedua belah pihak sehingga

menimbulkan ketegangan diantara mereka.

Penelitian yang ditulis di Issam Fares Institute for Public Policy and

International Affairs, American University of Beirut ini menghasilkan beberapa

rekomendasi untuk permasalahan yang dihadapi antara pengungsi Suriah dengan

masyarakat Lebanon antara lain: 1) Memisahkan antara uang gaji dengan uang

bantuan bagi pengungsi Suriah yang bekerja, untuk mengurangi ketegangan

persaingan tenaga kerja dengan masyarakat Lebanon; 2) Mentargetkan bantuan

kepada masyarakat Lebanon yang miskin dan pengungsi Suriah tetapi dengan

kehati-hatian untuk mencegah terjadinya masalah baru; 3) Memperkuat proses

registrasi yang terkoordinasi saat pengungsi tiba di tempat lokal dan sebaiknya

memberdayakan pemerintah daerah untuk memiliki gambaran umum pengungsi

yang terdaftar, bantuan yang mereka terima, dan koordinasi antara LSM lokal dan

jaringan bantuan di lapangan. 4) Memberikan bantuan tambahan kepada pengungsi

yang rentan tidak dapat tempat tinggal dan bantuan terbuka, terutama selama dua

bulan pertama.

25 Mona Christophersen dan Catherine Thorleifsson, 2013, Lebanese Contradictory Responses to

Syrian Refugees Include Stress, Hospitality, Resentment, Jurnal, Issam Fares Institute for Public

Policy and International Affairs, American University of Beirut. Diakses dalam

https://website.aub.edu.lb/ifi/Documents/policy_memo/20130705ifi_memo_Fafo_IFI_Policy_brie

f_Syrians_in_Lebanon.pdf di akses pada 31/01/18, 21.30 WIB

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

22

Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah pada fokus

pembahasan yaitu masalah pengungsi Suriah di Lebanon. Sedangkan perbedaannya

ialah penelitian ini membahas masalah mengenai respon yang paling banyak

diterima oleh masyarakat Lebanon atas datangnya pengungsi Suriah serta

pergesekan sikap yang membuat kedua pihak sempat tegang. Pada penelitian

penulis, lebih membahas bagaimana upaya suatu organisasi internasional dalam

mengatasi salah satu permasalahan yakni pendidikan anak-anak pengungsi Suriah

yang ada di Lebanon.

Dari beberapa penelitian terdahulu yang telah diuraikan, diperolah data

yang menyatakan bahwa beberapa organisasi internasional telah mempunyai peran

dalam mengatasi beberapa permasalahan hak-hak perempuan. Sedangkan yang

membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini

berfokus pada upaya Malala Fund sebagai organisasi internasional dalam mengatasi

dan memperjuangkan pendidikan untuk anak khususnya, untuk para pengungsi

Suriah yang berada di Lebanon.

Tabel 1.1. Posisi Penelitian

No. Nama

Penulis dan Judul

Penelitian

Metode

Penelitian dan

Konsep

Hasil Penelitian

1. Marsha Tria Putri,

“Upaya Malala Fund

Dalam Mengatasi

Deskriptif,

Eksplanatori.

Teori Gender dan

- Hasil Penelitian menunjukkan

bahwa upaya Malala Fund untuk

mengatasi masalah pelarangan

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

23

Masalah Pelarangan

Sekolah di Pakistan”.

Teori Organisasi

Internasional

sekolah di Pakistan cukup sukses

dengan kerjasama dengan

UNESCO sebagai mediator, dan

pemerintah menyediakan dan

memfasilitasi akses ke area fokus

dan organisasi lokal untuk

membantu Malala Fund dalam

melaksanakan program.

2. Fatahillah, “Upaya

United Nations High

Commisioner for

Refugees (UNHCR)

Dalam Menangani

Pengungsi Suriah di

Lebanon Tahun

2011-2013”.

Deskriptif.

Konsep

Organisasi

Internasional,

Konsep

Pengungsi dan

Keamanan

Manusia

Upaya UNHCR dalam menangani

pengungsi Suriah antara lain

sebagai inisiator, fasilitator dan

determinator. Selain itu UNHCR

juga melakukan berbagai kerjasama

di beberapa bidang yang menjadi

masalah oleh pengungsi Suriah di

Lebanon dengan banyak organisasi

lokal dan internasional lainnya.

3. Andi Ulfah Tiara

Patunru, “Peranan

United Nation High

Commisioner for

Refugees (UNHCR)

Terhadap Pengungsi

Deskriptif.

Definisi

Pengungsi dan

Tipologi

Pengungsi.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa UNHCR berperan penting

sebagai determinator status

pengungsi dan sebagai

inisiator/fasilitator perlindungan

dan bantuan terhadap para

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

24

Korban Perang

Saudara di Suriah”.

pengungsi. Selain itu dalam

menangani pengungsi Suriah

misalnya di Turki, UNHCR

melakukan berbagai kerjasama

strategis dengan organisasi

regional/internasional lainnya

seperti UNICEF, UNDP, UNWFP,

WHO, juga dengan ICRC.

4. Linda Purwitasari,

“Peran United

Nations High

Commissioner for

Refugee (UNHCR)

Dalam Menangani

Pengungsi Suriah di

Lebanon”.

Deskriptif. Teori

Peran Organisasi

Internasional dan

Konsep

Pengungsi.

Penelitian ini menunjukkan peran

UNHCR sebagai inisiator,

fasilitator, dan determinator. Peran

inisiator dilihat dari sikap UNHCR

yang membawa permasalahan

pengungsi yang membutuhkan

bantuan dari masyarakat

internasional melalui Konferensi

Donor di Kuwait tahun 2013. Peran

sebagai fasilitator, dilihat dari peran

UNHCR dalam mengatasi

permasalahan tempat tinggal

pengungsi dengan bekerjasama

dengan organisasi internasional

lainnya dan sebagai fasilitator

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

25

dalam permasalahan kesehatan

dengan pemberian bantuan dalam

perawatan kesehatan primer dan

sekunder. UNHCR sebagai

determinator dilihat dari

kewenangan UNHCR dalam

menentukan status bagi pengungsi

dengan mekanisme RSD (Refugee

Status Determination).

5. Indah Fitria, “United

Nations Children’s

Fund (UNICEF)

Dalam Intervensi

Kemanusiaan Pada

Konflik Suriah

Tahun 2011-2015”

Deskriptif.

Perspektif

Pluralisme, Teori

Peranan

Organisasi

Internasional.

Hasil dari penelitian ini adalah

menunjukkan program-program

yang dibuat oleh UNICEF,

diantaranya Program Perlindungan

Anak (Child Protection Programe),

Syrian Humanitarian Response

Plan dan No Lost Generations

Initiative yang telah menjangkau

1,4 juta orang yang berada di daerah

sulit dicapai dan angka tersebut

meningkat hingga 193% dan

menunjukkan hasil positif dari

berbagai program kerja UNICEF di

Suriah tersebut.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

26

6. Dedi Julio Cesar

Guterres De Oliveira,

2017, “Peranan

UNICEF Dalam

Mengembangkan

Pendidikan Anak-

Anak di Timor

Leste”

Deskriptif.

Konsep

Organisasi

Internasional.

UNICEF melakukan strategi umum

melalui pendekatan dan kerjasama

dengan berbagai pihak yang

mempunyai kesamaa dan rasa

peduli terhadap permasalahan anak

yang berhubungan dengan

permasalahan kemanusiaan dalam

hal ini, dengan pemerintah Timor

Leste yang didukung oleh berbagai

pihak.

7. Amalia Indar Yati,

“Peranan UNICEF

Dalam Upaya

Melindungi Anak-

Anak Pengungsi

Suriah di Turki

Melalui Program No

Lost Generation”

Deskriptif.

Konsep

Organisasi

Internasional dan

Konsep

Perlindungan

Anak

Peran UNICEF sebagai organisasi

internasional dalam upaya

melindungi anak-anak pengungsi

Suriah di Turki melalui program No

Lost Generation yakni sebagai

arena diwujudkan dengan

membangun mitra kerjasama

dengan berbagai pihak untuk

mendiskusikan pendanaan

sekaligus menggalang dana bagi

anak-anak Suriah dan negara-

negara yang menerima pengungsi

Suriah.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

27

8. Agusta Wira

Digdaya, “Peran

United Nations

Mission in Liberia

(UNMIL) Dalam

Menyelesaikan

Konflik di Liberia

Tahun 2003-2009”

Deskriptif.

Konsep Operasi

Militer dan

Resolusi Konflik

Penelitian ini mengatakan bahwa

operasi militer selain perang

merupakan bentuk dari upaya

pasukan UNMIL melakukan

resolusi konflik di lapangan

berdasarkan mandat yang telah

dikeluarkan oleh PBB. Dalam hal

ini, peran UNMIL di Liberia

melaluli intervensi militer tidak

hanya sebagai mediator

penyelesaian konflik diantara

pihak-pihak yang bertikai, namun

juga mengupayakan pembangunan

kembali Liberia termasuk reformasi

hukum dan keamanan, hak asasi

manusia dan pemberdayaan

masyarakat Liberia menuju sebuah

Negara yang demokratis yang aman

dan damai di masa depan

9.

Mona

Christophersen dan

Catherine

Deskriptif, Penelitian ini menjelaskan bahwa

masuknya pengungsi Suriah ke

Lebanon diterima dengan baik oleh

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

28

Thorleifsson

“Lebanese

Contradictory

Responses to Syrian

Refugees Include

Stress, Hospitality,

Resentment”

Resolusi Konflik

dan Konsep

Pengungsi

masyarakatnya. Akan tetapi terjadi

pergeseran sikap masyarakat

Lebanon terhadap pengungsi Suriah

dikarenakan beberapa aspek salah

satunya adalah persaingan

pekerjaan antara kedua belah pihak

sehingga menimbulkan ketegangan

diantara mereka.

10. Nanda Aulia Dina,

“Upaya Malala Fund

Dalam Mengatasi

Masalah Pendidikan

Anak-Anak

Perempuan

Pengungsi Suriah di

Lebanon”

Deskriptif,

Konsep

Organisasi

Internasional dan

Strategi Global

Civil Society

Malala Fund sebagai organisasi

internasional non pemerintah

menjadi salah satu bagian dari

Global Civil Society, dimana

upaya-upaya Malala Fund dapat

dikategorikan menjadi 3 strategi

Global Civil Socity. Upaya lobi dan

pendekatan kepada pemerintah

Lebanon menjadi strategi lobbying,

upaya kerjasama dengan berbagai

organisasi lokal maupun

internasional lain menjadi strategi

networking, dan upaya kampanye

dan donasi dalam rangka

memperjuangkan hak-hak

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

29

pendidikan anak pengungsi Suriah

masuk dalam strategi visibility dan

audibility.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

30

1.5 Kerangka Konseptual

1.5.1 Konsep Organisasi Internasional

Dalam upaya menyelesaikan masalah-masalah yang ada di dunia

internasional, organisasi internasional mempunyai peranan penting dalam

kontribusinya. Organisasi Internasional bisa diartikan sebagai sebuah badan formal

dengan struktur berkelanjutan yang dibentuk berdasarkan perjanjian antara dua

pihak atau lebih dengan tujuan mengejar kepentingan umum dari anggotanya.26

Menurut T. May Rudy, organisasi internasional akan lebih lengkap jika

didefinisikan sebagai pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan

didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau

diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara

berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan

yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan

pemerintah maupun antara sesama kelompok non-pemerintah pada negara yang

berbeda.27

Organisasi internasional terbagi menjadi beberapa golongan dan dapat

sekaligus masuk ke dalam beberapa kategori. Berdasarkan kegiatan

administrasinya, organisasi internasional terbagi menjadi dua, yakni Organisasi

Internasional Antar-Pemerintah (Inter-Governmental Organization) atau disingkat

IGO dan Organisasi Internasional Non-Pemerintah (International Non-

Governmental Organization) atau disingkat INGO. Perbedaan antara keduanya,

26 Clive Archer, 1993, International Organizations,Second Edition, London & New York:

Routledge, hal. 67-79. 27 Teuku May Rudy, 2005, Administrasi dan Organisasi Internasional, Bandung: PT. Refika

Aditama, hal. 3.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

31

anggota IGO adalah pemerintah atau instansi yang mewakili pemerintah dengan

administrasi yang berlandaskan hukum publik. Contohnya PBB (Perserikatan

Bangsa Bangsa), ASEAN (Association of South East Asia Nations), SAARC (South

Asian Association for Regional Cooperation), dan sebagainya. Sedangkan INGO

pada umumnya merupakan organisasi di bidang olahraga, sosial, keagaman,

kebudayaan, atau kesenian dengan administrasinya diatur berlandaskan hukum

perdata. Contohnya IBF (International Badminton Federation), Dewan Gereja

Sedunia dan banyak lainnya.

Berdasarkan tujuan dan luas-bidang kegiatan organisasinya, organisasi

internasional terbagi menjadi Organisasi Internasional Umum yang tujuan dan

bidang kegiatannya bersifat luas dan umum seperti PBB, dan Organisasi

Internasional Khusus dengan tujuan dan kegiatannya menyangkut bidang tertentu

saja contohnya OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries), badan-

badan yang berada dibawah naungan PBB seperti UNESCO (United Nations

Educational, Scientific, and Cultural Organization) , UNICEF, UNHCR dan

sebagainya. Berdasarkan penjelasan diatas, Malala Fund sebagai organisasi

internasional yang memiliki ruang lingkup cukup besar, bisa digolongkan sebagai

INGO karena anggota-anggotanya bukan dari institusi pemerintahan dan juga

sebagai organisasi internasional khusus karena Malala Fund hanya fokus pada

bidang sosial, yakni pendidikan anak-anak dan perempuan.

Menurut T. May Rudy, organisasi internasional mempunyai antara lain

adalah sebagai wadah atau forum untuk menggalang kerjasama serta untuk

mencegah atau mengurangi intensitas konflik sesama anggota, sebagai sarana untuk

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

32

perundingan dan menghasilkan kegiatan yang diperlukan seperti untuk kegiatan

sosial, kemanusiaan, bantuan untuk pelestarian lingkungan hidup, dan lain-lain.

Malala Fund disini bisa disebut sebagai organisasi internasional non-pemerintah

karena independen dan mempunyai tujuan tersendiri, yakni memperjuangkan hak-

hak anak dan perempuan di seluruh dunia.28

Eksistensi dari INGO sudah muncul dari paruh kedua abad ke-19 meskipun

beberapa survei menyebutkan bahwa beberapa organisasi semacam ini mungkin

ada sebelum tahun 1850.29 Contohnya perkembangan organisasi perempuan

internasional (international women’s organization) juga merupakan salah satu

organisasi internasional yang berkembang pesat hingga sekarang. Salah satunya

adalah Malala Fund, yaitu organisasi non-pemerintah yang sangat mengangkat hak-

hak pendidikan anak-anak terutama perempuan agar diterapkan di seluruh dunia.30

Selain Organisasi Internasional Non-Pemerintah, terdapat suatu wilayah

sosial yang lebih luas dan melewati batas negara yang berinteraksi satu sama lain

dan biasanya terbentuk dalam suatu struktur, asosiasi, dan jaringan dimana

pelaku/aktor individu dan kelompok saling terkait dan bergantung satu sama lain

secara fungsional. Sebagai pembangunan jaringan transnasional yang didasarkan

pada kesadaran global, gagasan bahwa ada dunia yang lebih luas diatas negara dan

masyarakat nasional, diatas individu dan kelompok tidak peduli dimana mereka

28 Ibid,. 29 John Boli and George M.Thomas, eds., Constructing World Culture: Internastional

Nongovernmental Organiations since 1875, Stanford, hal. 22, dalam Akira Iriye, 2002, Global

Community: The Role of International Organizations in The Making of The Contemporary World,

Berkeley, Los Angeles, London: University of Caliornia Pres, hal. 28 30Ibid., hal 29-30.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

33

berada, mereka berbagi kepentingan tertentu dan kesadaran pada dunia yang lebih

luas, penulis akan mengkerangkai penelitian ini dalam konsep Global Civil Society.

1.5.2 Konsep Global Civil Society

Global Civil Society adalah salah satu jenis dari civil society yang

merupakan wilayah sosial yang terorganisir dan bercirikan antara lain kesukarelaan,

keswasembadaan, dan keswadayaan yang mengarah pada hidup masyarakat yang

mandiri dalam segala hal. Bisa juga diartikan sebagai forum, kelompok, atau

aktifitas kemasyarakatan yang fokus pada kepentingan publik dan hanya fokus

hanya pada satu dimensi dari kepentingan publik, bukan secara umum.

Dengan pertumbuhan isu global yang kontemporer, komunikasi global,

organisasi global, solidaritas global, maka aktivitas kemasyarakatan tidak lagi

dapat dipahami dengan konsepsi teritorial tentang hubungan negara-masyarakat.31

Maka hadirlah konsep Global Civil Society yang merupakan ruang sosial antar

berbagai aktor yang saling terikat proses sosial, non-pemerintah yang melewati

batas negara yang berinteraksi satu sama lain dan biasanya terbentuk dalam suatu

struktur, asosiasi, dan jaringan dimana pelaku/aktor individu dan kelompok saling

terkait dan bergantung satu sama lain secara fungsional.32 Dalam bukunya, John

Keane menyebutkan Global Civil Society merupakan ruang sosial, organisasi,

gerakan, atau kelompok yang saling terhubung, aktornya lebih dari satu, lintas

batas, yang berinteraksi satu sama lain yang menghubungkan dimensi-dimensi

lokal ke global atau sebaliknya.33

31 Jan Aart Scholte, 1999, Global Civil Society: Changing The World?, Centre for the Study of

Globalisation and Regionalisation (CSGR), University of Warwick, United Kingdom, hal.13 32 John Keane, Global Civil Society?, United Kingdom: Cambridge University Press, hal. 11. 33 Ibid,.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

34

Dalam working paper Scholte disebutkan, Global Civil Society mencakup

aktivitas berupa: a. menghubungkan isu-isu antar negara, b. melibatkan komunikasi

lintas batas, c. memiliki organisasi global, dan d. bekerja pada premis solidaritas

suprateritorial.34 Disini mnunjukkan, bahwa Global Civil Society telah telah

menunjukkan eksistensinya, apalagi dalam era modernisasi saat ini yang

memudahkan seseorang atau suatu badan untuk membawa massa demi tujuan atau

kepentingannya melalui alat komunikasi atau internet. Media massa elektronik

contohnya, memungkinkan kelompok Global Civil Society untuk mengumpulkan

dan menyebarkan informasi mengenai isu-isu dunia yang terkait dengan

kepentingannya.35

Dalam bukunya Global Community, Akira Iriye mendeskripsikan peran dari

organisasi internasional yang berada dalam dunia yang sedang mengalami

peningkatan globalisasi atau menjadi ter-globalisasi. Global Community pada

terminologinya, diartikan sebagai pembangunan jaringan transnasional yang

didasarkan pada kesadaran global, gagasan bahwa ada dunia yang lebih luas diatas

negara dan masyarakat nasional, diatas individu dan kelompok tidak peduli dimana

mereka berada, mereka berbagi kepentingan tertentu dan kesadaran pada dunia

yang lebih luas. Kesadaran ini harus diberi beberapa bentuk institusional jika ingin

efektif atau bisa disebut organisasi internasional. Dengan melihat sejarah mereka,

maka kita akan mendapatkan pemahaman tentang satu aspek dari fenomena

globalisasi dan proses historis yang telah diciptakan dalam membentuk kekuatan

34Op. Cit,. 35Ibid,. hal.11.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

35

atau gerakan transnasional, global, dan manusia yang membawa dunia sekarang

ini.36

Dalam penelitian ini, penulis dapat melihat Malala Fund sebagai bentuk

Global Civil Society karena Malala Fund merupakan ruang sosial antar berbagai

aktor yang saling terikat proses sosial, lewat kerjasama mitranya dengan berbagai

organisasi lain lokal maupun internasional, kemudian ia juga non-pemerintah,

cakupannya internasional dan terbentuk dalam suatu jaringan dimana para aktor

atau individu Malala dan kelompok lainnya saling terkait dan bergantung satu sama

lain secara fungsional. Malala Fund juga telah menunjukkan eksistensinya dalam

membawa massa untuk peduli terhadap permasalahan pendidikan perempuan

melalui internet.

Untuk mencapai tujuannya masing-masing, menurut Scholte dan Edelman,

Global Civil Society mempuyai beberapa strategi atau model pergerakan dalam

perilakunya, strategi ini antara lain yaitu dengan lobbying, networking, visibility,

dan audibility. Dalam strategi lobbying, yaitu melakukan upaya-upaya persuasif,

berkoordinasi, dan bernegosiasi dengan decision makers, atau pihak-pihak yang

dianggap memiliki pengaruh pada suatu isu tertentu. Untuk networking, merujuk

pada penguatan koneksi antar komunitas, berkoalisi, serta membangun jaringan

advookasi dengan kelompok atau organisasi internasional lain. Sedangkan visibility

dan audibility merupakan strategi yang sifatnya lebih menekankan pada publikasi

36Ibid.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

36

yang dapat ditangkap oleh indra penglihatan dan pendengaran, misalnya melalui

aksi demonstrasi atau publikasi melalui media massa.37

Dalam konteks ini, upaya Malala Fund dalam penelitian ini oleh penulis

dicerminkan dengan beberapa poin strategi yang dilakukan oleh Global Civil

Society. Pertama lobbying, yaitu dengan melakukan upaya-upaya persuasif,

berkoordinasi, dan bernegosiasi dengan decision makers, atau pihak-pihak yang

dianggap memiliki pengaruh pada suatu isu tertentu. Pada kasus ini, Malala Fund

melakukan upaya persuasif kepada Kementerian Pendidikan Lebanon dengan

meminta mereka untuk memberikan gelar sarjana muda atau kejuruan bagi

pengungsi Suriah yang telah diberikan pelatihan sarjana dan keterampilan oleh

LSM mitra lokal Malala Fund, yaitu Yayasan Kayany dari Lebanon.38

Sedangkan untuk strategi networking Malala Fund melakukan penguatan

koneksi antar komunitas, berkoalisi, serta membangun jaringan advokasi dengan

kelompok atau organisasi internasional lain seperti melakukan mitra dengan NGO

lokal, Yayasan Kayany untuk memberikan pelatihan sarjana dan pelatihan

keterampilan bagi 200 pengungsi Suriah yang berusia 14 sampai 18 tahun dengan

kurikulum baru yang memungkinkan siswa untuk menerima gelar sarjana muda

atau kejuruan melalui Kementerian Pendidikan Lebanon.39 Selain itu, bersama

yayasan ini, Malala membuka Malala Yousafzai #All-GirlsSchool, yaitu satu-

satunya sekolah informal gratis yang dikhususkan untuk perempuan pengungsi

37 Marc Edelman, 2001, Social Movements: Changing Paradigms and Forms of Politicis, Annual

Review of Anthropology, Vol. 30, hal. 285-371. 38 Malala Fund, Malala Marks 18th Birthday in Solidarity with Syrian Refugee Girls, diakses dalam

https://blog.malala.org/malala-marks-18th-birthday-in-solidarity-with-syrian-refugee-girls-

67e8cc8b4b23 (3 Mei 2017, pukul 16:24) 39 Ibid,.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

37

Suriah yang tinggal di Perkemahan Bekaa, Lebanon.40 Untuk strategi visibility dan

audibility, Malala Fund menggunakan internet sebagai media untuk menggerakkan

masyarakat dalam mencapai tujuannya, yatu membantu memperjuangkan

pedidikan bagi anak-anak perempuan. Salah satunya dengan website resmi, yaitu

www.malala.org dan berbagai media sosial.

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Jenis Penelitian

Untuk menjelaskan tentang upaya Malala Fund dalam mengatasi masalah

pendidikan anak-anak perempuan pengungsi Suriah di Lebanon, penulis

menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif berusaha memberikan

gambaran atau mendeskripsikan keadaan objek serta permasalahan dengan

menggunakan analisa data dan dalam penelitian ini penulis akan menjawab

permasalahan yang ada dalam penelitian secara objektif.41 Penelitian deskriptif juga

bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala,

atau kelompok tertentu yang disajikan melalui data dan fakta.42 Dalam konteks ini

penulis menjelaskan melalui beberapa data dan fakta dengan fokus bagaimana

upaya Malala Fund dalam mengatasi masalah pendidikan anak-anak perempuan

pengungsi Suriah di Lebanon.

40 Malala Fund, Our Supporters Helped Make it Happen: The Malala Yousafzai All Girls School!,

diakses dalam https://blog.malala.org/our-supporters-helped-make-it-happen-the-malala-

yousafzai-all-girls-school-ee739aa6b4ea (3 Mei 2017, pukul 16.39) 41 Lexy J, 1998, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal.6. 42 Ulber Silalahi, 2009, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Refika Mediatama, hal.7.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

38

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

literatur dengan sumber penelitian yang diperoleh dari buku, majalah, jurnal/e-

journal, serta sumber internet yang memuat informasi mengenai Malala Fund dan

anak-anak perempuan pengungsi Suriah yang ada di Lebanon dan beberapa

penelitian terdahulu dalam membantu mengumpulkan data dan referensi yang

relevan.

1.6.3 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisa data deskriptif

yakni dengan mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan penelitian

kemudian diuraikan untuk menggambarkan dan menganalisis mengenai peranan

Malala Fund sebagai organisasi internasional dalam upaya mengatasi masalah

pendidikan anak-anak perempuan pengungsi Suriah yang ada di Lebanon.

1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.4.1 Batasan Materi

Batasan Materi dalam penelitian ini adalah dalam lingkup Malala Fund

sebagai organisasi internasional non-pemerintah dan upayanya dalam mengatasi

masalah hak pendidikan untuk anak-anak perempuan pengungsi Suriah di Lebanon.

1.6.4.2 Batasan Waktu

Batasan waktu dari penelitian ini adalah upaya Malala Fund terhadap anak-

anak perempuan pengungsi Suriah di Lebanon yang telah dilakukan mulai dari

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

39

tahun 2015 hingga tahun 2018 karena hingga Agustus tahun 2018 Upaya Malala

Fund masih berjalan.

1.7 Argumen Pokok

Sebagai organisasi internasional non-pemerintah, Malala Fund memiliki

beberapa upaya untuk mengatasi masalah pendidikan anak-anak perempuan

pengungsi Suriah yang ada di Lebanon. Malala Fund disebut sebagai organisasi

internasional non pemerintah karena anggota-anggotanya bukan dari institusi

pemerintahan dan juga sebagai organisasi internasional khusus karena Malala Fund

hanya fokus pada bidang sosial, yakni pendidikan anak-anak perempuan.

Upaya Malala Fund dalam penelitian ini oleh penulis dicerminkan dengan

beberapa poin strategi yang dilakukan oleh Global Civil Society. Pertama lobbying,

yaitu dengan melakukan upaya-upaya persuasif, berkoordinasi, dan bernegosiasi

dengan decision makers, atau pihak-pihak yang dianggap memiliki pengaruh pada

suatu isu tertentu.

Sedangkan untuk strategi networking Malala Fund melakukan penguatan

koneksi antar komunitas, berkoalisi, serta membangun jaringan advokasi dengan

kelompok atau organisasi internasional lain berupa melakukan mitra dengan NGO

lokal. Untuk strategi visibility dan audibility, Malala Fund menggunaka internet

sebagai media untuk menggerakkan masyarakat dalam mencapai tujuannya, yatu

membantu memperjuangkan pedidikan bagi anak-anak perempuan.

1.8. Sistematika Penulisan

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

40

Untuk memudahkan penelitian, secara keseluruhan tulisan ini terdiri dari

lima bab yang pembahasannya akan dikhususkan dalam tiap tema dimana setiap

tema terdiri dari sub-sub bab, yaitu:

BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1.3.2 Manfaat Akademis

1.3.3 Manfaat Praktis

1.4 Penelitian Terdahulu

1.5 Kerangka Konseptual

1.5.1 Konsep Organisasi Internasional

1.5.2 Konsep Global Civil Society

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Jenis Penelitian

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

1.6.3 Teknik Analisa Data

1.7 Argumen Pokok

1.8 Sistematika Penulisan

BAB II: Masalah Pengungsi Suriah di Lebanon dan Eksistensi Malala Fund

2.1 Pengungsi Suriah di Lebanon

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

41

2.1.1 Latar Belakang Masuknya Pengungsi Suriah di Lebanon

2.1.2 Kondisi Pengungsi Suriah di Lebanon

2.2 Masalah pendidikan anak-anak perempuan Pengungsi Suriah

di Lebanon

2.2.1 Kurangnya kesadaran pendidikan

2.2.2 Kurangnya kapasitas

2.2.3 Akses pendidikan

2.2.4 Tidak cukupnya penghasilan

2.2.5 Bullying dan mistreatment (penindasan dan penganiayaan)

2.2.6 Kekerasan seksual dan Pernikahan dini

2.2.7 Problematika bahasa

2.3 Eksistensi Malala Fund

2.3.1 Sejarah Terbentuknya Malala Fund

2.3.2 Visi Misi dan Tujuan Malala Fund dan Masuknya Malala ke Lebanon

BAB III: Upaya Lobi dan Kerjasama Malala Fund Dalam Mengatasi

Permasalahan Pendidikan Anak-Anak Perempuan Pengungsi Suriah di

Lebanon

3.1 Upaya pendekatan kepada pihak pemerintah Lebanon

3.2 Upaya kerjasama dengan berbagai aktor

3.2.1 Kerjasama dengan berbagai negara

3.2.2 Kerjasama dengan NGO dan INGO

3.2.2.1 Kerjasama dengan Kayany Foundation

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

42

3.2.2.2 Kerjasama dengan Spanx by Sara Blakely Foundation

3.2.3 Kerjasama dengan perusahaan

3.2.3.1 Kerjasama dengan Apple Inc.

3.2.3.2 Kerjasama dengan Celebrity Cruises

BAB IV: Upaya Advokasi Malala Fund Dalam Mengatasi Permasalahan

Pendidikan Anak-Anak Perempuan Pengungsi Suriah di Lebanon

4.1 Upaya Advokasi Malala Fund

4.1.1 Pidato dalam berbagai forum

4.1.2 Upaya Advokasi

4.2 Upaya kampanye melalui media sosial

4.2.1 Kampaye pada sosial media Facebook, Twitter dan Instagram

4.2.2 Website MalalaFund.org dan Assembly

4.3 Upaya penggalangan donasi

BAB V: Penutup

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/53274/2/BAB I.pdf · 2019. 9. 12. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang Saudara di Suriah yang terjadi mulai tahun

43