bab i pendahuluan 1.1 latar...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.
Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan
kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.1 Dalam
kajian ilmu politik, sistem pemilu diartikan sebagai suatu kumpulan metode atau
suatu pendekatan dengan mekanisme prosedural bagi warga masyarakat dalam
menggunakan hak pilih meraka.2
Pemilihan umum menjadi tolak ukur berjalannya proses demokratisasi.
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan maka penyelengaraan pemerintahan
di daerah pun diterapkan dengan prinsip demokrasi. Sesuai dengan pasal 18 ayat 4
UUD 1945, kepala daerah di pilih secara demokratis.3 Dalam UU No.32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, diatur mengenai pemilihan kepala daerah dan
wakil kepala daerah yang di pilih langsung oleh rakyat, yang di ajukan oleh partai
politik atau gabungan parpol. Sedangkan di dalam perubahan UU No.32 Tahun
1 Pasal 1 ayat (1) Undang- undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. 2 Jimly Asshiddiqie, Menegakkan Etika Penyelenggaraan Pemilu, Raja Grafindo,
Jakarta, 2013. H. 1. 3 Naskah Komperhensif Perubahan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Latar Belakang, Proses, dan Hasil Pembahasan 1999-
2002, buku edisi Revisi, Sekertariat Jenderal dan Kepanitraan Mahkamah
Konstitusi, 2010, h. 616.
2
2004, yakni UU No.12 Tahun 2008 Pasal 59 ayat (1) b, calon kepala daerah dapat
juga diajukan dari calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang.
Pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah periode pertama berlangsung
sepanjang tahun 2005-2008, sedangkan periode kedua pemilukada berlangsung
sepanjang tahun 2010-2013. Dari periode pertama tersebut banyak pembelajaran
yang bisa dipetik untuk perbaikan sistem pemilukada. Sedangkan dalam
perkembangannya pada periode kedua pelaksaaan pemilukada banyak diwarnai
adanya konflik yang mencerminkan bahwa sistem pemilukada membutuhkan
sebuah regulasi yang tepat agar pelaksanaannya bisa lebih efektif dan efisien
dalam hal anggaran maupun kesiapan lembaga-lembaga penyelenggara pemilihan
umum ditingkat daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota.4
Penelitian ini fokus kepada pemilihan umum kepala daerah di Kabupaten
Malang tahun 2015. Pemilihan umum ini memperebutkan kursi Bupati yang
diikuti oleh tiga pasangan calon. Pasangan calon pertama merupakan calon
incumbent. Kekuatan calon incumbent tentu sudah tidak diragukan lagi karena
mereka pasti telah mengetahui persis peta daerah, basis masa dan program yang
telah dilaksanakan selama menjabat. Disamping itu calon incumbent ini diusung
oleh koalisi partai yang meliputi partai Golkar, PKB, Nasdem, Demokrat,
4 Internasional Crisis Group (ICG) mencatat sekitar 10% dari 200 pemilihan
kepala daerah dan wakil kepala daerah yang digelar sepanjang tahun 2010
diwarnai aksi kekerasan seperti misalnya di Mojokerto Jawa Timur, Tana Toraja
Sulawesi Selatan dan Toli-Toli Sulawesi Tengah. ICG menyebutkan bahwa
kekerasan dalam Pilkada antara lain dipicu oleh lemahnya posisi penyelenggara
pemilu seperti KPUD dan Panwaslu, selain itu besarnya perkara perselisihan hasil
Pemilukada yang masuk ke MK tercatat setidaknya selama 2010 saja ada 170
daerah yang penetapan hasil Pemilukadanya diperkarakan ke MK oleh pasangan
calon yang kalah. (www.mahkamahkonstitusi.go.id) diakses pada tanggal 20
November 2015.
3
Gerindra, PKS dan PPP. Calon potensial lainnya adalah pasangan calon nomor
urut dua yang ditempati oleh Dewanti, yang kebetulan adalah seorang istri dari
Walikota Batu yang tengah menjabat. Dewanti memilih wakil seorang perempuan
juga sehingga pasangan ini diberi julukan pasangan dewi sri. Pasangan dewi sri
diusung oleh PDIP sebagai partai yang memiliki basis suara terbanyak untuk
kawasan Malang Raya. Terakhir adalah pasangan nomor urut tiga yang ditempati
oleh pasangan independen, namun pasangan ini juga memiliki basis masa yang
cukup kuat dari beberapa kecamatan karna pasangan ini merupakan putra daerah
yang lahir dan berdomisili di Kabupaten Malang.
Pertimbangan yang telah dipaparkan di atas menjadi alasan kuat mengapa
penelitian ini menarik untuk di teliti, dimana kemenangan dari kandidat
merupakan tujuan utama dalam suatu pemilihan umum. Dalam buku dasar-dasar
ilmu politik mengungkapkan bahwa dalam negara bersistem demokrasi seperti
Indonesia, keberadaan partai politik adalah suatu hal yang dibutuhkan. Partai
politik harus mampu memuaskan keinginan dan kebutuhan masyarakat agar
mereka dipilih pada waktu pemilihan umum. Kebutuhan pemilih adalah sebuah
aspirasi dari masyarakat yang diibaratkan sebagai sebuah permintaan (demand)
yang akan membutuhkan sebuah instrumen dalam usaha untuk memenuhinya.
Usaha dalam merespon kecenderungan pemilih tersebut oleh para pakar
dirumuskan kedalam sebuah strategi komersial, yang disebut sebagai konsep
pemasaran politik. Dengan pertimbangan bahwa masyarakat sebagai pemilih
masih cenderung skeptis atau apabila tidak menyangkut dengan kepentingan
dirinya maka akan acuh dan juga cenderung pragmatis atau yang penting ada
4
uang. Hal tersebut bisa dilihat dari hasil Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada
Desember 2014 yang mendapati bahwa 41% tidak tertarik pada politik.5
Penerapan pemasaran politik menjadi sebuah keharusan, dimana pada era
ini persaingan menjadi lebih kompetitif diantara banyak partai politik dan
kandidat pada sebuah pemilihan umum.6 Konsep pemasaran kemudian semakin
mendominasi dan banyak mencuri perhatian berbagai macam kalangan. Kemudian
muncul pula sistem penilaian publik terhadap para calon pemimpin yang
dikonsepkan sebagai Political Branding atau Brand pemimpin politik. Konsep
baru ini di gunakan untuk menganalisis opini publik dalam hal penilaian brand
atau simbol atau merek yang melekat pada diri calon pemimpin, apakah calon
tersebut memiliki brand yang kuat, berani, cerdas, ataupun suka blusukan.
Brand pemimpin politik menjelaskan tentang bagaimana pemilih
memahami dan menanggapi partai politik dan kandidatnya. Dalam
perkembangnnya merek dipandang sebagai identitas atau simbol yang melekat
pada partai politik dan kandidat. Strategi itu digunakan untuk mengurangi
kerumitan pemilih dalam mengahadapi banyaknya pilihan dan informasi yang
berkembang. Seperti halnya dengan merek produk, manusia membeli suatu merek
produk untuk mengekspresikan dirinya kedalam merek tersebut. Sehingga pemilih
akan melakukan pemilihan terhadap suatu partai atau kandidat sebagai bentuk
5 Lembaga Survei Indonesia Desember 2014 melakukan survei terhadap
ketertarikan publik pada politik , dimana survei tersebut didapatkan hasil bahwa
6% sangat tertarik pada politik, 36% tertarik, 41% tidak tertarik, 14% tidak
tertarik sama sekali, 4% tidak tahu. 6 Firmanzah, 2008. Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia h. 4
5
ekspresi atas dirinya.7 Pada dasarnya masyarakat akan cenderung menjatuhkan
pilihan mereka pada pada merek yang terkenal, karena merek yang terkenal akan
cenderung di ingat oleh masyarakat. Keterkenalan tersebut menjadi potensi paling
menguntungkan untuk partai politik dan kandidatnya. Oleh karena itu
keterkenalan sangat diperlukan agar produk tersebut bisa bertahan ditengah
persaingan yang kompetitif, termasuk pula dalam konteksnya di dunia politik.
Maka perlu kita ketahui bahwa partai dan kandidat membangun keterkenalan
merek tersebut melalui kegiatan kampanye.
Kegiatan kampanye diklasifikasikan menjadi dua yaitu kampanye pemilu
dan kampanye politik. Kampanye pemilu adalah semua aktivitas politik yang
bertujuan untuk menggiring pemilih ketempat pencoblosan.8 Kegiatan kampanye
ini dicirikan dengan jangka waktu yang lebih pendek, tingginya biaya yang harus
dikeluarkan, serta ketidakpastian hasil dalam mendorong masyarakat untuk
memberikan suaranya kepada mereka.9 Sedangkan kampanye politik adalah
proses komunikasi politik antara partai politik dan kandidat dengan masyarakat.10
Kampanye politik dapat memanfaatkan berbagai macam model, yakni model
kampanye politik pendekatan organisasi, model kampanye politik pendekatan
interpersonal serta model kampanye politik transaksional. Model- model tersebut
digunakan untuk mencapai tujuan yang berbeda-beda. Model transaksional dapat
dilakukan dengan memberikan sebuah barang atau suatu hal yang berupa materil
7 Bartle and Grffiths 2002, dalam Brand Pemimpin Politik, h. 28-29
8 Firmanzah 2008, Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas,Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia h. 20 9 Khan & Kenney 1999 dalam Komunikasi Pemasaran Politik. h. 50
10 Firmanzah 2008, Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia. h. 21
6
untuk mempengaruhi pemilih. Model pendekatan interpersonal dilakukan secara
interpersonal seperti mengunjungi rumah-rumah calon pemilih. Sedangkan
pendekatan organisasi dilakukan dengan mendirikan atau menggerakkan
organisasi tertentu untuk memperluas sasaran pemilihnya.
Gambar 1.1 Model Kampanye Politik
Sumber: Diolah dari Nimmo, D. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan
Media, 1993.
Kegiatan kampanye merupakan sebuah kerjasama tim, dengan demikian
akan banyak personil dan lembaga yang terlibat di dalamnya. Penentuan bagi
siapa saja yang akan terlibat menjadi pelaksana kampanye merupakan langkah
awal dalam melaksanakan kegiatan kampanye. Orang-orang yang akan menjadi
personil atau tim pemenangan atau tim sukses haruslah memiliki kemampuan
bekerjasama, komitmen serta harus disesuaikan dengan karekter masyarakat yang
bersangkutan. Hal tersebut akan perpengaruh pada optimalisasi pendekatan yang
dilakukan pada masyarakat.
Pemberian barang dan jasa atau hadiah lainnya yang berupa materil
Model Kampanye Politik
Transaksional
a. kampanye door to door
b. pertemuan- pertemuan terbatas
Model Kampanye Politik
Pendekatan Interpersonal
a. konsolidasi internal
b. konsolidasi eksternal
Model Kampanye Politik Pendekatan
Organisasi
7
Menurut peraturan terbaru yang dituangkan kedalam PKPU Nomor 7
Tahun 2015. Tim pemenangan dibagi atas dua bagian yakni tim kampanye dan
tim penghubung. Tim kampanye dan juga tim penghubung pasangan calon
didaftarkan bersamaan dengan pendaftaran pasangan calon. Tim kampanye ini
bertugas untuk menyusun seluruh kegiatan tahapan kampanye dan bertanggung
jawab atas teknis pelaksanaan penyelenggaraan kampanye. Sedangkan, tim
penghubung bertugas untuk menghubungkan antara pasangan calon dan tim
kampanye dengan lembaga penyelenggara kampanye tingkat Kabupaten/Kota.
Pembagian tim tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa kegiatan
kampanye pada pemilihan umum kepala daerah 2015 yang dilaksanakan secara
serentak, kini tidak hanya dilakukan oleh masing- masing kandidat dan tim
pemenangannya. Namun dilaksanakan juga oleh KPUD Provinsi atau Kabupaten/
Kota sesuai dengan tingkatannya.
Penyelenggaraan kampanye pemilihan umum kepala daerah 2015 yang
dilaksanakan secara serentak yang kini dilakukan oleh KPU dan juga masing-
masing calon direalisasikan oleh seluruh peserta Peserta Pemilihan Umum Kepala
Daerah yang diikuti oleh 260 Kabupaten/Kota serta 9 Provinsi di Indonesia.
Demikian halnya dengan Kabupeten Malang, kampanye diselenggarakan oleh
KPU dan masing-masing pasangan calon kepala daerah. Kampanye yang
dilakukan oleh KPU diantaranya adalah: Debat publik atau debat terbuka antar
pasangan calon yang diselenggarakan pada tanggal 12 November 2015 untuk
Kabupaten Malang, kegiatan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan pasangan
calon serta penyampaian visi misi dari masing-masing pasangan calon. Kegiatan
debat ini seharusnya dilaksanakan sebanyak tiga kali, namun di Kabupaten
8
Malang hanya dilakukan sekali pada tanggal tersebut dengan pertimbangan
minimnya anggaran. Kegiatan kampanye kedua yang dilakukan oleh KPU adalah
penyebaran alat peraga kampanye yang desainnya ditentukan oleh masing-masing
pasangan calon. Alat peraga tersebut berupa Baliho sebesar 4m x 7m setiap
pasangan calon untuk seluruh wilayah Kabupaten, serta umbul-umbul ukuran 5m
x 1,5 m setiap pasangan calon untuk setiap kecamatan, terakhir adalah spanduk
besar berukuran 1,5m x 7m untuk setiap desa.
Selain dari kegiatan kampanye yang telah diselenggarakan oleh KPU
Kabuapten Malang yang telah dipaparkan di atas, selanjutnya perlu dipaparkan
juga kegiatan kampanye yang dilakukan oleh masing-masing kandidat kepala
daerah yang diantaranya adalah: kampanye akbar, kegiatan kampanye tatap muka
dan/ atau pertemuan terbatas dan kegiatan kampanye lainnya yang bertujuan
untuk mengoptimalkan suara kandidat yang diusunngnya.
Pemaparan di atas adalah kegiatan kampanye yang secara umum pasti
akan dilakukan oleh masing-masing kandidat kepala daerah. Namun selain
daripada itu tentunya ada perbedaan mendasar mengenai mekanisme kerja dari
masing- masing tim pemenangan pasangan calon. Perbedaan mekanisme cara
kerja tersebut tentu akan menimbulkan perbedaan pula pada sasaran dan target
yang akan dituju untuk mengoptimalkan suara kandidat yang diusunngnya.
Dengan pertimbangan- pertimbangan tersebut maka akan penting bagi peneliti
untuk mengamati tentang perbedaan- perbedaan sasaran dan mekanisme kerja dari
masing- masing tim pemenangan tersebut karena dengan adanya perbedaan
tersebut maka pendekatan- pendekatan yang digunakan dalam model kampanye
politiknya tentu akan berbeda antara kandidat satu dengan yang lainnya. Hal
9
tersebut akan menentukan pula model kampanye politik yang paling efektif untuk
menjaring perolehan suara dari masyarakat Kabupaten Malang.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
a. Bagaimana model kampanye politik kandidat kepala daerah Kabupaten
Malang pada pemilihan umum kepala daerah 2015?
b. Apa sajakah masalah yang dihadapi dalam kegiatan kampanye politik
kandidat kepala daerah Kabupaten Malang pada pemilihan umum kepala
daerah 2015?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
a. Untuk mengetahui model kampanye politik kandidat kepala daerah
Kabupaten Malang pada pemilihan umum 2015.
b. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi dalam kegiatan kampanye
politik kandidat kepala daerah Kabupaten Malang pada pemilihan umum
kepala daerah 2015.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Terdapat dua manfaat yang akan diperoleh dalam proses penelitian ini, yang di
antaranya adalah:
10
1.4.1 Manfaat Akademis
Mengembangkan pengetahuan mengenai Model Kampanye Politik Kandidat
Kepala Daerah Kabupaten Malang pada Pemilihan Umum Kepala Daerah 2015.
1.4.2 Manfaat Praktis
Sebagai bahan referensi di perpustakaan jurusan Ilmu Pemerintahan
Universitas Muhammadiyah Malang, agar dapat digunakan oleh peneliti
selanjutnya.
1.5 DEFINISI KONSEP DAN OPERASIONAL
1.5.1 Definisi Konsep
a. Pemilihan Umum
Pemilihan umum adalah suatu kumpulan metode atau cara warga
masyarakat dalam memilih para wakil mereka. Manakala sebuah lembaga
perwakilan rakyat apakah itu Dewan Perwakilan Rakyat ataupun Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dipilih, maka sistem pemilihan mentransfer jumlah
suara kedalam jumlah kursi. Sementara itu, pemilihan presiden, gubernur, bupati
dan walikota yang merupakan representasi tunggal dalam sistem pemilihan, dasar
jumlah suara yang diperoleh menentukan siapa yang menang dan siapa yang
kalah.11
Dengan melihat kenyataan seperti itu, maka betapa pentingnya sistem
pemilihan umum dalam sebuah negara demokrasi. 12
11
Lijphart: 1995 dalam Pilkada Langsung Problem dan Prospek, Sketsa Singkat
Perjalanan Pilkada 2005. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 12
Afan Gaffar, Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi, Pustaka Pelajar,
Yogjakarta, 1999, h. 225
11
Secara lebih lanjut dalam kajian ilmu politik Jimly Asshiddiqie
memaparkan definisi pemilihan umum sebagai suatu kumpulan metode atau suatu
pendekatan dengan mekanisme prosedural bagi warga masyarakat dalam
menggunakan hak pilih mereka.13
Oleh sebab itu pemilihan umum dijadikan tolak
ukur dalam berjalannya sistem demokrasi, karena itu pemilihan umum harus
dilaksanakan secara jujur, adil, langsung, umum, bebas dan rahasia sesuai dengan
kaidah-kaidah universal penyelenggaraan pemilu yang demokratis.14
b. Pemilihan Kepala Daerah
Pemilihan kepala daerah merupakan sebuah metode untuk mendapatkan
kepala daerah yang memiliki kualitas dan akuntabilitas. Pelaksanaan pemilihan
kepala daerah adalah untuk menciptakan stabilitas politik dan efektivitas
pemerintah ditingkat lokal, serta dimungkinkan untuk meningkatkan kualitas
kepemimpinan nasional karena makin terbuka peluang bagi munculnya
pemimpin-pemimpin nasional yang berasal dari bawah/ atau daerah. 15
Pemilihan kepala daerah merupakan penjabaran dari ketentuan Undang-
Undang Dasar 1945 hasil amandemen keempat yang meyatakan bahwa Gubernur,
Bupati dan Walikota, masing-masing sebagai Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan
13
Jimly Asshiddiqie, Menegakkan Etika Penyelenggara Pemilu, RajaGrafindo,
Jakarta, 2013. h. 1
Jimly Asshiddiqie juga menyatakan bahwa sistem pemilu dari waktu ke waktu
terus mengalami perubahan sesuai dengan rezim pemerintah yang memimpin.
Sehingga peraturan perundang-undangan mengenai pemilu pun juga ikut berubah
sesuai dengan kebutuhan pada masa itu. 14
Naskah komperhensif Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Latar belakang, Proses, dan Hasil Pembahasan 1999-
2002, buku V, Edisi Revisi, Sekertariat Jendral dan Kepaniteraan Mahmakah
Konstitusi, 2010, h. 616 15
Prof. Dr. R. Siti Zuhro, MA, Pemilihan Kepala Daerah Langsung, Jakarta
Timur: LP2AB, 2015, h. 113
12
Kota dipilih secara demokratis. Metode pemilihan ini memberikan ruang gerak
bagi rakyat sebagai pemilih untuk menjadi penentu kandidat yang akan memimpin
daerahnya. “ Kepala Daerah mesti dipilih langsung dengan rakyatlah yang
menjadi pemegang dan pemberi mandat”. (Rozali Abdullah: 21)
Tip O’Neill menyebutkan bahwa pilkada adalah sarana membangun
kesadaran politik masyarakat, sebab apabila masyarakat belum memiliki
kesadaran dalam politik maka mereka tidak akan mampu menentukan masa depan
mereka ditangan pemimpin yang tengah berkuasa. Tanpa adanya kesadaran politik
tersebut maka posisi mereka hanyalah menjadi supporters yang bisa saja diperalat
oleh kelompok elit tertentu padahal seharusnya masyarakat berdiri sebagai voters.
c. Kampanye Politik
Kampanye politik merupakan usaha terorganisasi yang berusaha untuk
mempengaruhi proses-proses pembuatan keputusan di dalam kelompok spesifik.
Di dalam kehidupan demokrasi, kampanye politik juga disebut dengan kampanye
pemilihan umum.16
Tujuan kampanye politik pun bergantung dengan jenis
pemilihan umumnya. Apabila kampanye politik dilaksanakan ketika menjelang
pemilihan umum presiden maka sudah jelas bahwa kampanye tersebut ditujukan
untuk mempengaruhi calon pemilih untuk memilih calon presiden tertentu. Begitu
juga dengan kampanye politik yang dilaksanakan sebelum pemilihan umum
kepala daerah, tentu akan ditujukan untuk mempengaruhi calon pemilih agar
menjatuhkan pilihan pada calon kepala daerah tertentu.
16
Wikipedia, edisi terakhir: 20 Februari 2012
13
Prof. Deddy Mulyana M. A. Ph. D melihat kampanye politik dalam sistem
politik demokrasi yang di definisikan sebagai sebuah usaha yang terorganisasi
dalam bentuk serangkaian tindakan politik yang ditujukan untuk mengubah
kebijakan di dalam suatu institusi melalui tahapan pengumpulan dukungan
terbanyak dari khalayak. Sedangkan secara sederhana kampanye oleh Dr. Gun
Heryanto digambarkan sebagai usaha mempengaruhi khalayak sedemikian rupa
sehingga khalayak akan membuat pertimbangan mengenai hasrat, kebutuhan,
serta selera politik mereka untuk dijadikan dasar memilih atau mengubah pilihan
atas kandidat atau partai politik kontestan suatu pemilihan umum yang mereka
sukai dengan cara mencoblos di dalam sesi pemungutan suara pemilihan umum
tersebut.17
d. Pemasaran Politik (Marketing Politik)
Pemasaran politik adalah sebuah usaha yang meliputi kegiatan
pengalokasian sejumlah perangkat dan serangkaian strategi di dalam kerangka
menjajal, menguji, dan mengukur opini publik sebelum dan semasa “kampanye
pemilihan umum”. Tujuan dari pemasaran politik itu sendiri adalah untuk
memperoleh pijakan bagi langkah-langkah pemilihan strategi dan pengembangan
teknik informasi kampanye pemilihan umum tersebut dalam kaitannya dengan
tujuan yang ingin dicapai melalui kampanye yaitu memenangi pemilihan umum.18
Harrop dalam hal ini memberikan pandangan bahwa pemasaran politik
mencakup seluruh segi dari setiap usaha untuk menjadikan seorang kandidat atau
17
Dr. Gun Heryanto Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute 18
Scamell 1995 dalam Komunikasi Pemasaran Politik. Bandung: PT Rosda
Karya. h 21
14
partai politik yang dipasarkannya terpilih dalam suatu pemilhan umum. Sehingga
pemasaran politik dianggap bukan sebatas pengiklanan politik, penyiaran dan
pidato-pidato politik baik langsung maupun melalui media penyiaran.19
Pada level konseptual disebutkan bahwa pemasaran politik adalah suatu
proses yang rumit, tetapi juga merupakan suatu hasil dari suatu usaha yang
bersifat global dan berimplikasi terhadap seluruh faktor dari komunikasi politik
yang dilakukan oleh para politisi. Pemasaran politik juga merupakan suatu metode
umum sekaligus sebagai salah satu dari cara-cara berkomunikasi di dalam arena
politik. Pemasaran politik merupakan kelanjutan dari elaborasi atas suatu
kebijakan komunikasi politik yang dapat mencakup strategi yang lebih global dari
rancangan, rasionalisasi dan penyaluran komunikasi politik modern.
1.5.2 Definisi Operasional
Definisi operasional penelitian ini dapat di rumuskan dengan beberapa
indikator di antaranya sebagai berikut:
Model kampanye adalah cara atau metode yang digunakan oleh para kandidat
dalam mempengaruhi masyarakat sebagai pemilih, hal tersebut dapat dilihat dari:
1. Model pendekatan organisasi yang dilakukan dengan mendirikan atau
menggerakkan organisasi tertentu untuk memperluas sasaran
pemilihnya.
a. Konsolidasi internal
b. Konsolidasi eksternal
19
Kavanagh: 1995, 1996 dalam Komunikasi Pemasaran Politik. Bandung: PT
Rosda Karya. h. 13
15
2. Model pendekatan interpersonal yang dilakukan secara interpersonal
(berhadapan langsung dengan pribadi lain) seperti mengunjungi rumah-rumah
pemilih.
a. Kampanye door to door
b. Kampanye pertemuan terbatas
3. Model politik transaksional yang dilakukan dengan cara memberikan suatu hal
berupa materil dengan timbal balik berupa dukungan atau suara untuk
kandidat kepala daerah tertentu.
a. Pemberian barang atau jasa dan/ atau hadiah lainnya yang berupa materil.
1.6 METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Sebab masalah
yang diteliti merupakan suatu fenomena sosial yang sifatnya deskriptif. Menurut
Djam’an Satori dan Aan Komariah, penelitian kualitatif merupakan penelitian
yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan cara mendeskripsikannya secara
benar, di bentuk berdasarkan kata- kata serta berdasarkan teknik pengumpulan
data analisis yang relevan dan di peroleh dari situasi yang alamiah.20
Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini di dasarkan pada alasan
bahwa permasalahan yang dikaji di dalam penelitian ini yaitu bagaimana Model
Kampanye Politik Kandidat Kepala Daerah Kabupaten Malang pada Pemilihan
Umum Kepala Daerah 2015. Disamping itu, pendekatan kualitatif lebih tepat
20
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:
Alfabeta. 2011, Hal.25
16
dalam penyesuaian ketika terjadi perubahan situasi yang di hadapi selama proses
penelitian berlangsung.21
1.6.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah peneltian deskriptif. Bogda dan taylor
mendefinisikan penelitian deskriptif sebagai penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata kata tertulis atau lisan dari orang orang dan perilaku yang
dapat diamati.22
Sehingga peneliti dapat memperoleh informasi yang mendalam
terkait permasalahan yang di teliti. Dalam hal ini peneliti berusaha mendapatkan
informasi sedetail-detailnya tentang Model Kampanye Politik Kndidat Kepala
Daerah Kabupaten Malang pada Pemilihan Umum Kepala Daerah 2015.
1.6.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di Kabupaten Malang dengan pertimbangan bahwa fokus
penelitian ini mengacu pada kegiatan kampanye yang telah dilaksanakan sejak
tanggal 10 Agustus 2015 s/d tanggal 05 Desember 2015.
21
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Penerbit PT
Remaja Rosdakarya Offset, 2007, Hal.10 22
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
Bandung: Alfabeta. 2011. Hal. 213
17
1.6.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian atau narasumber dalam penelitian ini adalah:
a. Ketua tim pemenangan pasangan Rendra- Sanusi
b. Sekertaris tim pemenangan pasangan Rendra- Sanusi
c. Anggota tim pemenangan pasangan Rendra- Sanusi
d. Wakil ketua tim pemenangan pasangan Dewanti- Masifah
e. Anggota tim pemenangan pasangan Dewanti- Masrifah
f. Wakil ketua tim pemenangan pasangan Nurcholis- Mufidz
g. Katua Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten Malang
h. Humas KPUD Kabupaten Malang
i. Kasubag Umum KPUD Kabupaten Malang
1.6.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini bertujuan untuk mengumpulkan atau memperoleh data
yang ada di lapangan yang akurat dan faktual, guna memecahkan permasalahan
yang ada dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
a. Observasi: Kegiatan pengamatan secara langsung di lapangan dalam upaya
memahami apa yang diketahui oleh subjek penelitian yang berkaitan
dengan tema yang di angkat dalam penelitian. Istilah observasi di arahkan
pada kegiatan memperhatikan secara akurat dan mencatat fenomena yang
muncul. Observasi bertujuan untuk mendapat data tentang suatu masalah
18
sehingga memperoleh pemahaman dan juga sebagai alat rechecking atau
pembuktian terhadap informasi yang diperoleh sebelumnya.23
b. Wawancara Tak Terstuktur: Wawancara tak terstruktur adalah sebuah
kegiatan wawancara yang biasanya pertanyaannya tidak disusun terlebih
dahulu, sebab pertanyaan akan disesuaikan dengan respon dari
narasumber. Pelaksanaan tanya-jawab mengalir seperti dalam percakapan
sehari-hari. Wawancara semacam ini digunakan untuk menemukan
informasi yang bukan tunggal karena masih memerlukan penafsiran
kembali. Narasumber biasanya adalah mereka yang memiliki pengetahuan
dan mendalami situasi yang tengah diteliti. 24
c. Dokumen: Dokumen adalah sebuah kumpulan catatan, karangan, laporan,
aturan, maupun sejenis informasi yang dihasilkan oleh lembaga sosial
tertentu. Dokumen digunakan sebagai sumber data yang dimanfaatkan
untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan suatu fenomena
sosial yang berkaitan dengan penelitian. 25
23
Rahayu, I., Observasi dan Wawancara, Malang, Banyuwangi, 2004, Hal. 1 24
Prof. DR. Lexy Moleong, M. A metodologi penelitian kualitatif, Bandung:
Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset, 2007, Hal.190 25
Prof. DR. Lexy Moleong, M. A metodologi penelitian kualitatif, Bandung:
Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset, 2007, Hal. 219.
19
1.6.5 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif,26
yang dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari
catatan- catatan lapangan.27
Langkah- langkah yang digunakan adalah
menajamkan analisis, menggolongkan atau mengkategorisasikan kedalam tiap
permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,
dan mengorganisasikan sehingga dapat ditarik dan di verifikasi. Data yang di
reduksi antara lain seluruh data mengenai permasalahan penelitian.
Data yang di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik dan
mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari
data tambahan jika di perlukan. Semakin lama peneliti berada di lapangan maka
jmlah adata akan semakin banyak, semakin kompleks dan rumit. Oleh karena itu,
reduksi data perlu dilakukan sehingga data tidak bertumpuk agar tidak
mempersulit analisis selanjutnya.
26
(Miles dan Huberman (1948) dalam metode penelitian kuantitatif kualitatif dan
R&D) 27
Miles, Matthew B dan Huberman, A Michel, Analisis Data Kualitatif, Jakarta:
Universitas Indonesia Press, 1992, Hal. 16
20
b. Display Data/ Penyajian Data
Setelah data di reduksi, langkah analisis selanjutnya adalah penyajian data.
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersususun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan atau pengambilan tindakan.28
Penyajian data di arahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan tersususun
dalam pola hubungan sehingga makin mudah di pahami, penyajian data dapat
dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori serta
diagram alur. Penyajian data dalam bentuk tersebut mempermudah peneliti dalam
memahami apa yang terjadi. Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data
yang relevan sehingga informasi yang di dapat di simpulkan dan memiliki makna
tertentu untuk menjawab masalah penelitian.
Penyajian data yang baik merupakan satu langkah penting menuju tercapainya
analisis kualitatif yang valid dan handal. Dalam melakukan penyajian data tidak
semata- mata mendeskripsikan secara naratif, akan tetapi di sertai proses analisis
yang terus menerus sampai proses penarkan kesimpulan. Langkah berikutnya
dalam proses analisis data kualitatif adalah menarik kesimpulan berdasarkan
temuan dan melakukan verifikasi data.
c. Menarik Kesimpulan
Tahap ini merupakan tahap penarika kesimpulan dari semua data yang telah di
peroleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah
usaha untuk mencari atau memahami makna/ arti keteraturan, pola-pola,
penjelasan, alur sebab akibat atau proposisi. Sebelum melakukan penerikan
28
Miles, Matthew B dan Huberman, A Michel. Op.Cit. Hal. 17
21
kesimpulan lebih dahulu dilakukan reduksi data, penyajian data serta penarikan
kesimpulan atau verifikasi dari kegiatan- kegiatan sebelumnya.
Sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman, proses analistik tidak sekali jadi,
melainkan interaktif, secara bolak-balik di antara kegiatan reduksi, penyajian dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi selama waktu penelitian. Setelah melakukan
verifikasi maka dapat di tarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang
disajikan dalam bentuk narasi. Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari
kegiatan analisis data, juga merupakan tahap akhir dari pengolahan data.