bab i pendahuluan 1.pdf · bab i pendahuluan 1.1. ... dengan lahirnya undang-undang nomor 8 tahun...

51
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dewasa ini sangat memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Teknologi kian hari kian berkembang baik dalam segala hal, tentunya dengan perkembangan teknologi yang cukup pesat dapat mempermudah pekerjaan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan perkembangan dan dinamika perubahan yang terjadi disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, lahirlah nuansa baru dalam pembangunan perekonomian nasional. Perkembangan kemajuan ilmu dan teknologi salah satunya dapat dilihat dari adanya siaran melalui media elektronik, siaran ini dapat berupa siaran melalui radio siaran. Dari siaran yang disiarkan oleh radio siaran tersebut, masyarakat dapat menikmati segala acara yang disuguhkan. Acara tersebut salah satunya dapat berupa berita yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dimana pemberitaan tersebut dapat berupa suatu kasus atau kejadian yang terjadi dalam masyarakat atau dapat juga hanya mengemukakan suatu fakta yang sedang terjadi tanpa adanya ulasan maupun komentar serta bisa juga berupa dialog atau tanya jawab antara pengelola dengan pendengarnya atau ceramah, atau pendapat dari salah satu pendengarnya atau seseorang yang dimintai dan ditanyai oleh si penyiar. Kemudian disiarkan oleh pengelola atau penyiar radio siaran yang bersangkutan. Dengan begitu, materi

Upload: others

Post on 29-Oct-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi dewasa ini sangat memiliki peran penting dalam

kehidupan manusia. Teknologi kian hari kian berkembang baik dalam segala hal,

tentunya dengan perkembangan teknologi yang cukup pesat dapat mempermudah

pekerjaan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan perkembangan dan

dinamika perubahan yang terjadi disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi, lahirlah nuansa baru dalam pembangunan perekonomian nasional.

Perkembangan kemajuan ilmu dan teknologi salah satunya dapat dilihat dari adanya

siaran melalui media elektronik, siaran ini dapat berupa siaran melalui radio siaran.

Dari siaran yang disiarkan oleh radio siaran tersebut, masyarakat dapat

menikmati segala acara yang disuguhkan. Acara tersebut salah satunya dapat berupa

berita yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dimana pemberitaan tersebut dapat

berupa suatu kasus atau kejadian yang terjadi dalam masyarakat atau dapat juga

hanya mengemukakan suatu fakta yang sedang terjadi tanpa adanya ulasan maupun

komentar serta bisa juga berupa dialog atau tanya jawab antara pengelola dengan

pendengarnya atau ceramah, atau pendapat dari salah satu pendengarnya atau

seseorang yang dimintai dan ditanyai oleh si penyiar. Kemudian disiarkan oleh

pengelola atau penyiar radio siaran yang bersangkutan. Dengan begitu, materi

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

siarannya dapat didengarkan di mana-mana oleh seluruh masyarakat yang tidak

dibatasi oleh ruang atau orang tertentu saja.1

Sampainya informasi atau berita kepada masyarakat pendengarnya itu hanya

terjadi karena disiarkan oleh stasiun radio siaran itu. Itu berarti telah terjadi

deelneming atau kerjasama antara orang yang mempunyai pikiran atau pendapat

dengan penyiar, maupun para pengelola atau pimpinan stasiun radio siaran.

Masyarakat pendengar radio siaran tidak akan dapat menerima informasi atau berita

itu, bila penyiarnya atau pengelolanya tidak bersedia menyiarkan pikiran, pendapat

atau wawancara tersebut. Dengan kata lain, peranan penyiar atau pimpinan stasiun

radio siaran ikut menentukan sampai tidaknya berita tersebut ke pendengarnya. Sama

halnya dengan pemberitaan melalui media cetak, sampainya berita pada pembacanya

berkat adanya kerjasama antara pencetak, penerbit dan penulisnya. Hal ini perlu

disadari sebab cara berpikir yang demikian berkaitan dengan penetuan siapakah yang

harus bertanggungjawab, bila timbul akibat hukum sebagai akibat adanya

pemberitaan yang disiarkan melalui radio siaran.

Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen sebagai salah suatu langkah hukum bagi konsumen untuk

menuntut ganti rugi kepada produsen atau pelaku usaha.

Untuk menjamin adanya kepastian hukum, hubungan kemitraan antara

Produsen dan Konsumen perlu ditingkatkan dan dijaga untuk menumbuh

1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional di Bidang

Teknbologi Informasi, ANDI, Yogyakarta, h. 132

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

kembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggung jawab dan sikap melindungi diri

bagi konsumen. David Oughton dan John Lowry memandang hukum Perlindungan

Konsumen (Consumer Protection Law) sebagai sebuah fenomena modern yang khas

abad ke-20, namun sebagaimana ditegaskan dalam perundang-undangan,

perlindungan konsumen itu sendiri dimulai seabad lebih awal2.

Dari adanya hubugan antara produsen dan konsumen tersebut, purba

berpendapat sebagai berikut :

“Perlindungan konsumen sebagai konsep terpadu merupakan hal baru, yang perkembangannya dimulai di Negara-negara maju. Namun demikian, saat sekarang konsep ini sudah tersebar kabagian dunia lain. Di Republik Rakya Cina (RRC) saja, satu Negara yang tidak mempunyai ekonomi pasar, konsep perlindungan konsumen sudah mulai dijabarkan dalam perangkat peraturan perundang-undangan”3.

Asas perlindungan konsumen dapat dilihat dalam Pasal 2 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang mana menjelaskan

perlindungan konsumen ialah : asas manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan

keselamatan konsumen serta kepastian hukum. Yang dalam kelembagaan diatur

dalam Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen dijelaskan sebagai berikut : Badan Perlindungan Konsumen Nasional

(BPKN) adalah badan yang dibentuk untuk membantu dalam upaya pengembangan

perlindungan konsumen. Dan tujuan dari perlindungan konsumen dapat dilihat pada

Pasal 3 diantaranya meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian

2David Oughton dan John Lowry, 1997, Textbook On Consumer Law, Balckstone Press Ltd,

London, hal 10-11. 3A Zen Umar Purba, 1992, Perlindungan Konsumen: Sendi-Sendi Pokok Pengaturan, Majalah

Hukum dan Pembangunan, hal 393-408

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

konsumen, mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari ekses negatif pemakaina barang dan/atau jasa, upaya

pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-haknya

sebagai konsumen4, dan pada saat sisi lain menumbuhkan kesadaran pelaku usaha

mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap jujur dan

bertanggung jawab dalam berusaha serta meningkatkan kualitas barang dan atau jasa

yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,

kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen5.

Jika ditelaah lebih lanjut pengertian tentang konsumen sangat banyak, walaupun

perbedaan diantaranya tidak terpaut begitu jauh. Dapat diartikan bahwa konsumen

adalah setiap orang memakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,

baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain

dan tidak untuk diperdagangkan. Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang diatur dalam Pasal 1 angka 4 dan

angka 5 menyebutkan bahwa yang disebut “Barang adalah setiap benda bak berwujud

maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan

maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai,

dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen. Sedangkan jasa adalah setiap

layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat

4Abdurrahman, 1997, Aneka Masalah Dalam Praktek Penegakan Hukum Di Indonesia,

Bandung, Alumni, hal 8. 5A Sonny Keraf, 1998, Dalam Etika Bisnis, Tuntutan dan Relevansinya, Kanisius, Yogyakarta,

hal 21.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

untuk dimanfaatkan oleh konsumen. Konsumen umumnya diartikan sebagai pemakai

terakhir dari produk yang diserahkan kepada mereka yang oleh pengusaha6.

Konsumen menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen

(UUPK) dan Pasal 1 angka 2 Keputusan Menteri Perindustrian

Nomor.350/MPP/Kep/12/2001 adalah “setiap orang pemakai barang dan/atau jasa

yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang

lain, mahkluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”

Produsen sebagai pihak penghasil produk berupaya agar konsumen tertarik

untuk membeli produk yang dihasilkannya. Cara penawaran yang menarik kepada

konsumen akan menentukan hasil dari permintaan terhadap barang dan atau jasa yang

ditawarkan oleh produsen. Untuk menawarkan produk yang dihasilkan tersebut

produsen biasanya menggunakan sarana atau media iklan dan seiring berjalannya

waktu bisnis dalam bidang periklanan berkembang pesat.

Pengaruh dan berdampak terhadap masyarakat bahwa dengan gencarnya

penyiaran iklan terhadap suatu produk baik di media cetak dan elektronik akan

membuat pola kehidupan masyarakat (konsumen) makin konsumtif. Maraknya iklan

suatu produk yang ditawarkan kepada konsumen tidak terlepas dari semakin pesatnya

kebutuhan hidup masyarakat sebagai akibat adanya pembangunan7.

6 Mariam Darus Badrulzaman, 1980, Perlindungan Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Sudut Perjanjian Baku (Standar), makalah disampaikan pada symposium Aspek-Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Di BPHN Departemen Kehakiman, Jakarta 16-18 Oktober

7 Ari Purwadi, 2001, Sistem Tanggung Jawab Periklanan dan Perlindungan Konsumen, majalah Yuridika, Vo.l 16, No.5, Surabaya,

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

Kenyataan saat ini iklan suatu produk telah menjurus kea rah yang

menyesatkan, karena ada iklan yang memberikan informasi yang tidak jujur, yakni

terjadi perbedaan antara slogan yang dimuat dalam iklan dengan keadaan produk

yang sesungguhnya. Dari hasil pengamatan yang pernah dilakukan oleh Yayasan

Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), bahwa iklan suatu produk mempunyai

kualitas yang sangat buruk dan cenderung menyesatkan. Apabila diperhatikan dari

berbagai macam jenis iklan yang terdapat di media cetak ataupun media elektronik

sebagian besar menawarkan keunggulan dan melebih-lebihkan produk yang

dihasilkan dan menetupi segala efek samping yang ditimbulkan dari produk tersebut.

Dengan diundangkannya Undang-Undang Perlindungan Konsumen, sebenarnya

masyarakat diharapkan dapat menyadari akan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang

dimilikinya terhadap pelaku usaha, hal ini jelas terlihat dalam konsideran yang

mengatakan bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan, pengetahuan, kepedulian,

kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi dirinya, serta

menumbuhkembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggung jawab.

Dalam ketentuan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen (UUPK) secara tegas menyebutkan bahwa “pelaku usaha

periklanan bertanggung jawab atas iklan yang diproduksi dan segala akibat yang

ditimbulkan oleh iklan tersebut”. Dari ketentuan tersebut jelas terlihat bahwa para

pelaku usaha periklanan bertanggung jawab terhadap segala jenis iklan yang

diproduksinya. Seharusnya pelaku usaha periklanan hanya bertanggung jawab

terhadap iklan di buat berdasarkan ide atau kreasinya tersendiri sedangkan mengenai

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

informasi dari produk tersebut yang bertanggung jawab adalah pelaku usaha pemesan

iklan. Namun ketika pelaku usaha mengetahui tentang ketidakbenaran dari produk

pemesan iklan dan tetap membuat iklan tersebut maka, akan menjadi tanggung jawab

bersama.

Masalah periklanan diatur secara parsial di beberapa peraturan, diantaranya

dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen, yaitu Undang-undang Nomor 8

Tahun 1999, PP No 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, dan Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang penyiaran.

Pada ketentuan pasal 19 Undang-undang Perlindungan Konsumen diatur

tanggungjawab Pelaku Usaha termasuk pelaku usaha periklanan, dimana p pelaku

usaha bertanggungjawab memberikan ganti rugi atas kerugian konsumen akibat

mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau di perdagangkan.

Begitu pula pada ketentuan pasal 20 Undang-undang Perlindungan Konsumen

ditentukan bahwa Pelaku Usaha Periklanan bertanggungjawab atas iklan yang

diproduksi dan segala akibat yang ditimbulkan oleh iklan tersebut. Pada ketentuan

pasal ini hanya mengatur tentang tanggung jawab pelaku usaha periklanan. Bila

dicermati kedua pasal Undang-undang Perlindungan Konsumen tersebut, baik pada

ketentuan pasal 19 maupun pasal 20, sama sekali tidak diatur tentang tanggungjawab

dari Media Penyiar iklan.

Sementara pada ketentuan pasal 45 ayat(2) PP no. 69 tahun 1999 tetang Label

dan Iklan pangan dinyatakan Media Penyiar Iklan turut serta sebagai pihak yang

harus bertanggungjawab atas iklan yang disiarkan, selengkapnya pasal 45 ayat (2) PP

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

no. 69 tahun 1999 menyatakan ” Penerbit, pencetak, pemegang izin siaran radio atau

televisi, agen dan atau medium yang dipergunakan untuk menyebarkan iklan, turut

bertanggungjawab terhadap isi iklan yang tidak benar kecuali yang bersangkutan

telah mengambil tindakan yang diperlukan untuk meneliti kebenaran isi iklan yang

bersangkutan.

Kalimat turut bertanggungjawab sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan

pasal 45 ayat (2) PP diatas sepertinya juga belum jelas dan memerlukan penjelasan

lebih lanjut apa yang dimaksud sesungguhnya. Turut bertanggungjawab apakah

artinya media penyiar iklan tidak sebagai pelaku utama yang mesti harus

bertanggungjawab, atau turut bertanggungjawab itu artinya media penyiar iklan ikut

serta bersama-sama secara tanggung renteng dengan pengiklanan bertanggungjawab

atas siaran iklan yang tidak benar.

Apabila diartikan turut bertanggungjawab it sebagai tanggungjawab renteng,

maka itu berarti masing-masing pihak pelaku usaha (pengiklanan dan media penyiar

iklan) harus bertanggungjawab atas kerugian konsumen. Masing-masing pelaku

usaha bertanggungjawab untuk seluruh kerugian, dengan pengertian jika salah satu

dari mereka telah membayar, maka pihak lainnya bebas dari kewajiban membayar.

Sedangkan mengenai bagaimana parapelaku membagi beban kerugian diantara

mereka, kewajiban membayar ketentuan oleh berat ringannya kesalahan masing-

masing.

Beberapa peraturan tersebut menimbulkan ketidakjelasan, disamping tidak

jelas dari segi substansinya, juga tidak jelas dari segi norma hukum dan peraturan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

mana yang mesti harus diikuti. Disini nampak disamping adanya kekosongan norma

hukum, karena belum ada Undang-undang khusus tentag Iklan, juga nampak adanya

kekaburan norma hukum, sebab dari peraturan yang ada mengatur tentang iklan, tidak

ada kejelasan tentang batas, ruang lingkup, serta sistem tanggung jawab Media

Penyiar Iklan atas Siaran iklan yang merugikan Konsumen.

Umumnya dalam praktek periklanan ada 3 (tiga) pihak yang terlibat

didalamnya, yaitu :

1. Perusahaan Pengiklanan (produsen distributor) barang dan/atau jasa atau

yang disebut perusahaan pemasang iklan.

2. Perusahaan Periklanan (Biro Iklan) sebagai pihak yang membuat iklan atai

pihak yang mempertmukan pengiklanan dengan Media Penyiar Iklan

3. Media Penyiar Iklan, yang mempublikasikan atau menyiarkan materi iklan,

baik berupa gambar, visual, maupun tulisan.

Ketidak jelasan norma yang ada pada beberapa peraturan yang mengatur iklan

sebagaimana di gambarkan diatas, juga tampak dalam penentun siapa yang

bertanggungjawab dalam hal siaran iklan memuat informasi yang tidak benar dan

merugikan konsumen. Hal mana penting untuk ditelusuri dan cicari kejelasan dan

kepastiannya, mengingat ada tiga pihak yang terlibat dalam pembuatan dan

penyiaran iklan, yatu pihak perusahaan pengiklan, perusahaan periklanan dan media

penyiaran.

Dengan perkembangan dunia ekonomi global, maka yang perlu dipenuhi

adalah mengenai kebutuhan memperoleh akses-akses yang seluas-luasnya dan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

sebesar-besarnya ke pasaran dunia bagi berbagai produk bangsa kita yang

memerlukan kekuatan teknologi dan hukum guna melindungi berbagai komoditi

bangsa Indonesia.8

Perlindungan konsumen harus mendapat perhatian yang lebih, satu dan lain

hal karena investasi asing telah menjadi bagian pembangunan ekonomi Indonesia dan

di dalam perdagangan internasional perlunya perlindungan konsumen merupakan

suatu cara untuk menangkis implikasi negatif bagi perlindungan konsumen di

Indonesia.9

Implikasi negatif tersebut jika dibiarkan akan membawa dampak buruk

bagi perkembangan perekonomian di Indonesia. Dan berdampak luas kepada

masyarakat selaku konsumen.

Pelanggaran terhadap hak-hak konsumen tersebut misalnya mengenai hak

untuk memperoleh informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa dari produsen dan biro iklan. Di dalam pelanggaran

hak-hak konsumen tersebut, perlu diatasi dengan peraturan perundang-undangan

untuk meningkatkan harkat dan martabat konsumen serta meningkatkan kesadaran,

pengetahuan, kepedulian, kemampuan diri, kemandirian konsumen untuk melindungi

dirinya, serta menumbuhkembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggung jawab.

8 Eddy Damian, 2001, Hukum Hak Cipta Menurut Beberapa Konvensi Internasional,

Undang-undang Hak Cipta 1997 dan Perlindungan Terhadap Buku serta Perjanjian Penerbitannya, Badung, Alumni, hal. 15.

9 Erman Rajagukguk, dkk, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar Maju, Bandung, hal. 2.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

Di dalam praktek periklanan tanggung jawab pelaku usaha (produsen dan

biro iklan) sebagai penghasilan produk jarang kita jumpai yang dikejar produsen

hanya keuntungan tanpa tanggung jawab dan masyarakatpun banyak yang tak peduli

akan hal tersebut.

Kondisi di atas menggambarkan belum begitu sadarnya masyarakat

terhadap manfaat gerakan konsumerisme. Pemerintah pun sampai saat ini berusaha

mengatasi hal tersebut dengan menyusun dan mengeluarkan Undang-undang tentang

Perlindungan Konsumen yang nantinya diharapkan mampu membangkitkan gerakan

konsumerisme yang akan melindungi konsumen itu sendiri.10

Produsen dan biro iklan dalam mengiklankan produk, pencantuman tanda

atau label tidak boleh diberi keterangan yang dapat menyesatkan pembeli. Label

harus jelas dan menyolok, informasinya harus dalam bahasa Nasional Indonesia,

isinya harus jelas serta mudah dimengerti oleh konsumen pada waktu akan membeli

dan saat menggunakan atau memakainya.11

Produsen dan biro iklan harus jujur agar masyarakat mendapat informasi

yang benar tentang isi dan asal bahan yang dipakai serta manfaatnya sehingga aman

untuk dikonsumsi. Di samping itu untuk menghindari cacat tersembunyi, hal ini

dimaksudkan agar para konsumen terlindungi dari peredaran barang yang rusak

akibat kebohongan iklan, sehingga dengan ditaatinya ketentuan tersebut oleh

produsen dan biro iklan diharapkan masyarakat selaku konsumen tidak dirugikan.

10 Muhammad Djumhana, 1994, Hukum Ekonomi Sosial Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung, hal 337. 11 Ibid, hal. 342.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

Dalam kasus sengketa antara PT. NESTLE INDONESIA dengan PT. NEW

ZEALAND MILK INDONESIA, ( PT.NZMI). POLIYAMA ADVERTISING,

sengeket tersebut diselesaikan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam

permasalahan, sebagai dalilnya adalah penggugat telah mempromosikan susu bubuk

full cream dengan merek DANCOW dan sampai terkenal, terjadinya pelanggaran

akibat tergugat telah memuat iklan di beberapa media cetak lokal dan nasional suatu

produk susu bubuk yang membandingkan secara langsung dengan susu bubuk full

cream instant DANCOW.

Tindakan ADEC telah melakukan pelanggaran tata karma Periklanan, karena

danya persamaan dengan DANCOW didalam penyiaran atas susu merek ADEC, dri

etika bisnis ADEC telah melakukan pelanggaran Kepatutan ketertiban umum dan

etika bisnis, akibatnya memegang merek susu DANCOW merasa di rugikan.

Sesuai dengan pasal 3 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, maka tujuan dari perlindungan konsumen salah satunya

adalah : menciptakan system perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan

informasi.

Paparan diatas, yang menjadi focus kajian dalam tulisan ini adalah

menyangkut bagaimana peraturan perundang-undangan yang mengatur

tanggungjawab media pe yiaran iklan terhadap pruduk yang di iklankan merugikan

konsumen.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian sebagaimana dikemukakan dalam latar belakang masalah di atas,

dapatlah diajukan beberapa permasalahan yang akan merupakan pokok bahasan

dalam tesis ini. permasalahan-permasalahan tersebut apabila dirumuskan adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah tanggungjawab media penyiaran iklan terhadap produk yang

diiklankan tersebut merugikan konsumen?

2. Upaya hukum apa yang dilakukan terhadap produk yang diiklankan merugikan

konsumen

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Untuk lebih memfokuskan pembahasan terhadap pokok bahasan, maka

ruang lingkup masalah dibatasi pada pembahasan terhadap materi-materi meliputi

tanggungjawab media penyiaran iklan terhadap produk yang diiklankan tersebut

merugikan konsumen dan Upaya hukum yang dilakukan terhadap produk yang

diiklankan merugikan konsumen.

1.4. Tujuan Penulisan

1.4.1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk pengembangan ilmu hukum di

bidang penyiaran iklan yang kaitannya dengan tanggung jawab media penyiar iklan

yang merugikan konsumen.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tanggungjawab media penyiaran iklan terhadap produk

yang diiklankan tersebut merugikan konsumen.

2. Untuk mengetahui upaya hukum yang dapat ditempuh oleh konsumen yang

dirugikan oleh pihak produsen dan biro iklan.

1.5. Manfaat Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk pengembangan ilmu hukum

mengenai tanggung jawabmedia penyiar iklan terhadap konsumen.

1.5.1 Manfaat Teoritis

Untuk dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan hukum khususnya

hukum pidana yang berkaitan dengan tanggung jawab pidana media penyiar iklan

terhadap konsumen. Untuk dapat memberikan sumbangan di bidang hukum

konsumen terkait dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam penyiaran

iklan yang menimbulkan kerugian terhadap terhadap konsumen.

1.5.2 Manfaat Praktis

Di samping untuk mengetahui tujuan yang hendak dicapai, penelitian ini juga

diharapkan memberikan manfaat praktis, yaitu:

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

1. Memberikan gambaran yang jelas tentang tanggung jawab media penyiar

iklan terhadap konsumen.

2. Memberikan informasi dan pendapat yuridis kepada berbagai pihak,

khususnya kepada media penyiar iklan dan konsumen tentang hak dan

kewajibannya.

1.6. Orisinalitas Penelitian.

Berdasarkan hasil penelusuran penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang

menyangkut masalah tanggung jawab media penyiar iklan terhadap konsumen,

penulis tidak menemukan Tesis maupun karya tulis lainnya yang meneliti tentang

judul tersebut diatas, namun penulis membandingkan beberapa tesis yang

menyangkut permasalahan terkait, antara lain sebagai berikut :

Pertama, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Berkaitan Dengan

Pencantuman Diskclaimer Oleh Pelaku Usaha Dalam Situs Internet ( Website),

Peneliti Ni Putu Ria Dewi Marheni, Lembaga Program Pascasarjana Universitas

Udayana 2013.

Terdapat 2 (dua) permasalahan yang dikaji dalam penelitian tersebut yaitu

bentuk pengaturan disclaimer dalam stus internet (website) di Indonesia dan

perlindungan hukum terhadap konsumen berkaita dengan pencantuman disclaimer

dalam situs internet di Indonesia. Dengan menggunakan metode peneelitia hukum

normative dengan menggunakan pendekatan perundag-undangan dan pendekatan

analisis konsep hukum, akhirnya peneliia tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

bentuk pengaturan hukum terhadap pencantuman disclaimer di Indonesia ditinjau dari

UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang informasi da Transaksi Elektronik yang secara

khusus mengatur dunia maya masih belum jelas, namun jika dilihat dari Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindunga konsumen pencantuman

dixclaimer dapat dikategorikan klausula eksonerasi. Sedangkan perlindungan

hukumnya secara preventif dapat dilihat dengan adanya LSK (lembaga Sertifikasi

Keandalan) dan secara litigasi dapat dituntut ganti kerugian.

Penelitian tersebut sangat berbeda dengan penelitian yang akan dlakukan

karena penelitian ini mengkaji tentang tanggung jawab media penyiar iklan terhadap

konsumendan terhadap kerugian yang ditimbulkan kepada konsumen

Kedua, Ditemukan penelitian untuk tesis di Universitas Indonesia dengan

judul “tanggung jawab hukum Pelaku usaha perangkat Lunak Kepada Konsumen :

Kajian Perbandingan Lisensi Standard Sofware, Bespoke Sofware dan customes

Sofware. Atas nama Anggia Dyarini M. dengan rumusan masalah yang dibahas

mengenai permasalahan terhadap perangkt lunak timbul saat perangkat lunak tersebut

tidak menimbulkan computer bekerja dengan buruk aau bahkan menimbulkan

kerugian bagi konsumen, tesis ini membahas tentang mengenai analalisa yuridis

sitem ertanggung jawaban pelaku usaha perangkat lunak terhadap konsumennya

sebagai bentuk perlindungan konsumen di Indonesia. Sehingga penelitian tersebut

sangat berbeda dengan penelitian yang peneliti akan lakukan yang mengkaji tentang

tentang tanggung jawab pidana media penyiar iklan terhadap konsumendan terhadap

kerugian yang ditimbulkan kepada konsumen.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

Ketiga, ditemukan penelitian tesis di Universitas Diponegoro dengan judul

“perlindungan Hukum Bagi Para Pihak dalam Perjanjia Jual Beli melalui Media

Internet”, peneliti Lia Catur Muliastuti, dengan rumusan masalah berupa proses

pelaksanaan, hambatan-hambatan serta cara mengatasi hambatan-hambatan dalam

jual beli melalui media internet dan perlindungan hukum bagi para pihak dalam

perjanjian jual beli melalui media internet.

Penelitian tersebut menggunakan menggnakan metode yuridis empiris dimana

hasil penelitian tersebut adalah pelaksanaan jual beli melalui media internet terdapat

empat proses yaitu penawaran, penerimaan, pembayaran, dan pengiriman,

hambatannya dalam transaksi internet tersebut adaah mengenai cacatproduk,

informasi dan webvertising. Dan untuk perlindunga hukumnya hanya melalui

perjanjian. Sehingga penelitian tersebut sangat berbeda dengan penelitian yang

peneliti akan lakukan yang mengkaji tentang tentang tanggung jawab media penyiar

iklan terhadap konsumendan terhadap kerugian yang ditimbulkan kepada konsumen.

1.7. Landasan Teoritis

Hukum tentang perlindungan konsumen sangat diperlukan keberadaannya

karena melibatkan unsur masyarakat luas, pemerintah, yayasan lembaga konsumen

Indonesia dan produsen serta biro iklan. Selain itu juga karena iklan dalam berbagai

media sering menyimpang antara apa yang diiklankan dengan kenyataan produk di

masyarakat, yang merugikan konsumen.

Pendapat Prof. Pito yang dikutip Abdurrahman menyatakan bahwa barang

siapa yang sadar memasarkan barang-barang produksi yang cacat, yaitu apabila

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

barang itu dipakai secara normal sesuai dengan tujuannya akan membahayakan

seseorang (konsumen) atau barang milik orang lain, melakukan perbuatan melawan

hukum dan ia bertanggung jawab terhadap segala kerugian yang benar-benar terjadi.12

Pentingnya nilai edukasi tentang perlindungan konsumen mendapat

perhatian yang serius di dalam dunia pendidikan yang mana dimulai di Perguruan

Tinggi dengan dimasukkannya mata kuliah Hukum tentang Perlindungan Konsumen

ke dalam program pendidikan hukum di beberapa Fakultas Hukum di Indonesia,

meskipun belum dimasukkan ke dalam kuriulum wajib hanya sebagai mata kuliah

pilihan.13

Pendidikan hukum perlindungan konsumen memang penting sebab dengan

kecanggihan teknologi di bidang telekomunikasi dan informasi sangat membuka

peluang bagi produsen dan biro iklan untuk dimanfaatkan dalam memasarkan

produknya sehingga perlu hukum untuk mengatasinya.

Pendapat Troelstrup yang dikutip oleh Shidarta menyatakan bahwa,

konsumen pada saat ini membutuhkan banyak informasi yang lebih relevan

dibandingkan dengan saat sekitar 50 tahun lalu. Alasannya saat ini : (1) terdapat lebih

banyak produk, merek dan tentu saja penjualannya, (2) daya beli konsumen makin

meningkat, (3) lebih banyak variasi merek yang beredar di pasar, sehingga belum

banyak diketahui semua orang, (4) model-model produk lebih cepat berubah, (5)

12 Abdurrahman, 1979, Aneka Masalah Hukum Dalam Pembangunan di Indonesia, Alumni

Bandug, hal. 84. 13 Shidarta , Op.Cit, hal. 4.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

kemudahan transportasi dan komunikasi sehingga membuka akses yang lebih besar

kepada bermacam-macam produsen atau penjual.14

Karena tingkat pendidikan di Indonesia yang berbeda-beda maka akan

muncul consumer ignorance yaitu ketidakmampuan konsumen menerima informasi

akibat kemajuan teknologi dan keragaman produk yang dipasarkan dapat saja

dimanfaatkan secara tidak sewajarnya oleh produsen dan biro iklan. Itulah sebabnya,

hukum perlindungan konsumen memberikan hak konsumen atas informasi yang

benar, yang didalamnya tercakup juga hak atas informasi yang proporsional dan

diberikan secara tidak diskriminatif.

Pendapat AZ Nasution yang dikutip oleh Erman Rajagukguk menyatakan

bahwa sampai saat ini belum jelas apa yang dimaksud dan apa saja termasuk hukum

konsumen dan/atau hukum perlindungan konsumen sehingga perlu dikaji dengan

mendalam agar nantinya terjadi kejelasan yang mampu memberi perlindungan pada

konsumen.15

Hakekat keberadaan iklan dalam kerangka perlindungan konsumen adalah

merupakan janji dari pihak yang mengumumkan iklan tersebut dalam berbagai

bentuknya mengikat pihak yang mengumumkan dengan segala akibatnya. Sebagai

sumber informasi, penggunaan iklan yang menyesatkan menipu atau mengelabui

konsumen harus dicegah.16

14 Shidarta, Op.Cit, hal. 20. 15 Erman Rajagukgu, dkk, Op.Cit, hal. 13. 16 Ibid hal. 19.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

Dengan arah pembangunan ekonomi yang semakin global perlu ditunjang

dengan perangkat hukum yang mampu melindungi konsumen Indonesia baik di

dalam negeri maupun nantinya semakin banyaknya produk luar yang digunakan oleh

konsumen di dalam negeri.

Untuk mengantisipasi pengawasan penggunaan produk maka Pusat

Pengujian Mutu Barang dan Perlindungan Konsumen (PPMBPK), mempunyai tugas

di bidang pengujian dan sertifikat mutu barang serta mempunyai fungsi : pembinaan,

penyuluhan dan pengawasan teknis pengujian serta sertifikat mutu barang dan

perlindungan konsumen.17

Dalam hal keuntungan positif tentang perkembangan global kemajuan

teknologi di bidang periklanan mendorong semakin cepatnya langkah produsen dan

biro iklan untuk mengejar ketertinggalannya dengan memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi. Dengan hal tersebut menimbulkan pula dampak negatif,

termasuk munculnya kejahatan-kejahatan periklanan baik jenis lama maupun baru

yang dimodifikasikan dengan teknologi canggih yang mampu merugikan

konsumen.18

Menurut Muhammad Djumhana, faktor keamanan dan keselamatan

konsumen selaku penggunaan barang mencakup konteks keduniawian dan

17 Harkristuti Harkrisnowo, 1998, Penelitian Hukum tentang Aspek Hukum Perlindungan

Anak Terhadap Industri Mainan, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, hal 28.

18 Hadiman H., Beberapa Ancaman Kejahatan dengan Teknologi Canggih akan Bertambah Marak pada Era Globalisasi, (himpunan tulisan) hal 49.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

keagamaan dari konsumen itu sendiri, hal ini juga sesuai dengan ketentuan yang

mengakui hak atas keamanan dan keselamatan konsumen.19

Dengan berbagai permasalahan penyiaran iklan yang berdampak langsung

pada masyarakat dan kurangnya kesadaran masyarakat selaku konsumen untuk

mengadakan upaya hukum maka dipandang perlu implementasi Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumena agar nantinya mencegah

timbulnya konflik antara produsen dengan konsumen dan tercapainya kejujuran

dalam periklanan.

1.7.1 Teori Tentang Hak Dan Kewajiban

Berkaitan dengan kerugian yang dialami konsumen akibat adanya siaran iklan

yang menyesatkan atau memberikan informasi yang tidak benar, maka disini tampak

adanya pelanggaran terhadap salah satu hak konsumen, yaitu hak untuk mendapatkan

informasi yang jelas dan benar tentang produk yang dipasarkan.

Menurut Bachsan Muatafa, hak adalah kekuasaan, dan kekuasaan itu dapat

dipertahankan terhadap setiap orang, artinya setiap orang harus mengakui,

menghormati, dan mengindahkan kekuasaan itu. Yang memberikan hak tersebut

adalah hukum. Hukum memberikan berbagai hak kepada manusia, yaitu hak asasi

manusia, hak kebendaan dan hak perorangan.20

19 Muhammad Djumhana, Op.Cit, hal 340.

20 Bachsan Mustafa, Op.Cit, hlm. 39.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

Selanjutnya Sultan Muhamad Zein memberikan pandangannya bahwa hak

merupakan kekuasaan, wewenang, benar, sesunguh-sungguh, nyata, milik,

kepunyaan, martabat, kekuasaan untuk menuntut sesuatu, kekuasaan yang benar atas

sesuatu.21 Hak juga berarti sesuatu yang harus ia terima dan ia memiliki setelah

melakukan kewajiban sesuai kesepakatan yang dibenarkan menurut syarat. Hak

merupakan sesuatu yang mesti harus dihormati, dihargai dan diberikan kepada yang

berhak menerimanya sesuai dengan porsinya.22

Hak memiliki pengertian yang beragam, tetapi masih dalam kerangka

persamaan. Hak tersebut adalah sebagai berikut:

a. Hak adalah wewenang atau kekuasaan secara etis untuk mengerjakan atau

meninggalkan, memiliki atau mempergunakan atau menuntut sesuatu.

b. Hak adalah panggilan kemauan orang lain dengan perantara akalnya,

perlawanan dengan kekuatan fisik atau mengakui kewenangan yang ada pada

pihak lain.

Sementara kewajiban adalah keharusan, yaitu keharusan untuk melakukan

atau tidak melakukan suatu perbuatan tertentu atas tuntutan satu orang atau lebih

yang berhak. Dalam ilmu hukum dikenal ada tiga macam kewajiban, yaitu: kewajiban

hukum, kewajiban alamiah dan kewajiban moral.23

21 Sultan Muhammad Zein, 1996, Kamus Umum Bahasa Indonesia(Jakarta: Sinar harapan,

hlm. 140. 22 M. Yatimin Abdullah, Pengantar Studi Etika, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),

hlm. 293 23 Bachsan Mustrafa, Op.Cit, hlm. 41.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

Kewajiban yang perlu diperhatikan adalah kewajiban hukum, yang dimaksud

dengan kewajiban hukum adalah kewajiban yang harus dipenuhi sebab apabila tidak

dipenuhi akan menimbulkan akibat hukum, yaitu adanya tuntutan yang berhak agar

yang mempunyai kewajiban itu memenuhi kewajibannya. Kewajiban itu timbul dari

suatu perikatan, baik perikatan yang lahir dari perjanjian maupun perikatan yang lahir

dari undang-undang.

Hak adalah kepentingan yang dilindungi oleh hukum, sedengkan kepentingan

adalah tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi.

Kepentingan pada hakekatnya mengandung kekuasaan yang dijamin dan dilindungi

oleh hukum dalam melaksanakannya. Apa yang dinamakan hak itu sah karena

dilindungi oleh hukum. 24

Hak yang ada pada seseorang mewajibkan pihak lain untuk melakukan atau

tidak melakukan sesuatu perbuatan. Setiap hak menurut hukum mempunyai title,yaitu

suatu peristiwa tertentu yang menjadi alasan melekatnya hak itu pada pihak tertentu.25

Begitu juga dalam konteks hubungan timbale balik antara konsumen dengan

produsen, apa yang menjadi hak konsumen adalah merupakan kewajiban produsen

untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, dan begitu juga sebaliknya.

Konsekuensinya, adalah setiap perbuatan-perbuatan yang melanggar atau

mengakibatkan pelanggaran terhadap hak-hak konsumen, merupakan suatu perbuatan

24 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 2005),

hlm. 43. 25 Muhammad Djumhana, 1994, Hukum Ekonomi Sosial Indonesia, (Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, hlm. 339.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

melanggar hukum. Dengan demikian, konsumen yang dilanggar haknya dapat

menggugat kepada si pelanggar guna pemenuhan atas haknya, atau untuk

mendapatkan ganti kerugian.

Ganti rugi itu sendiri adalah merupakan salah satu hak yang dimiliki

konsumen yang perlu ditegakkan, mengingat banyaknya kasus-kasus dilapangan yang

secara materiil merugikan konsumen akibat menkonsumsi suatu produk yang

disiarkan melalui iklan. Kerugian pada konsumen terjadi karena produk yang

diiklankan di sesuai dengan kenyataannya.

Menurut Munir Fuady:bahwa untuk mendapatkan kompensasi (The Right

Redress) berupa ganti rugi adalah salah satu hak konsumen yang telah diakui secara

universal di seluruh dunia. Sudah sejak dulu kala hak untuk mendapatkan kompensasi

dari seseorang akibat perbuatan salah dari orang lain telah diakui, yang baru adalah

penegasan hak tersebutsebagai hak konsumen.26

Sudah menjadi kewajibandan tanggung jawab pemerintah untuk

melindungikepentingan konsumen sesuai dengan tujuan Negara yang tercantum

dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945. Perlindungan dan

penanganan masalah konsumen merupakan bagiantugas Negara dari memajukan

kesejahteraan umum.

Secara jelas alinea ke empat Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 mengamanatkan…untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kepentingan umum,

26 Munir Fuady,1996, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek, Buku Ketiga, (Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti, hlm. 398

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social….

Hak untuk memperoleh ganti rugiadalah merupakan hak perbahan hukum.

Menurut mariam Darus Badrulzalam, posisi hukum (rechtspusitie) konsumen,

terutama hak untuk memperoleh ganti rugi mendapat tempat dan dijamin dalam

Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945, yaitu Pasal 27 ayat (2).27

Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 menyatakan bahwa”tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Penjelasan pasal ini menyatakan bahwa ketentuan ini mengenai hak warga Negara. Ini menunjukan hal yang luas meliputi lahir dan bathin, mengenai hak-hak warga Negara yang menjamin agar dia dapat hidup sebagai manusia seutuhnya. Bukan hanya meliputi hak-hak yang bersifat fisik materiil, akan tetapi hak-hak yang bersifat psikis seperti hak mendapatkan perasaan aman dari segala gangguan, untuk mendapat penerangan agar yang bersangkutan memperoleh pengetahuan yang benar tentang segala barang dan jasa yang ditawarkan kepadanya.28

Selain itu, dalam ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis

Besar Haluan Negara sudah pula ditegaskan bahwa prinsip persaingan sehat dan

perlindungan terhadap hak-hak konsumen adalah merupakan bagian dari

pembangunan nasional di bidang ekonomi. Dengan demikian jelas, baik Undang-

Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 maupun GBHN menjaminperlindungan

terhadap hak-hak konsumen, termasuk hak untuk memperoleh ganti rugi. 29

Hak konsumen untuk mendapatkan ganti rugi adalah hak yang telah bergema

dan berkembang sedemikian rupa. Hak dimaksud ini sebagian dari hak azasi yang

27 Mariam Darus Badrulzaman II, Op.Cit., hlm. 54. 28 Ibid. 29 Lihat Bab IV Huruf B butir I Ketepatan MPR No. IV/MPR/1999 Tentang Garis-garis Besar

Halauan Negara.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

perlu diperjuangkan dan diberi basis hukum. Dengan cara demikian dapatlah

diharapkan untuk diakui secara penuh hak konsumen tersebut berikut instrument-

instrumen untuk mmenegakkannya.

1.7.2 Teori Tanggung Jawab

Kata tanggung jawab dalam bahasa Indonesia, sudah dipakai secara umum

oleh masyarakat untuk terjemahan responsibility dan liability dalam bahasa Inggris.

Namun demikian banyak juga kalangan serjana hukum yang memisahkan antara kata

responsibility dengan liability yaitu menerjemahkan responsibility dengan tanggung

jawab dan liability dengan tanggung gugat. Tanggung jawab yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah tanggung jawab media penyiar iklan terhadap iklan-iklan yang

member informasi tidak benar yang menimbulkan kerugian bagi konsumen. “Media

penyiar” adalah penyelenggaraan penyiaran, baik lembaga penyiaran public, lembaga

penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun lembaga penyiaran

berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya

berpedoman kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tanggung jawab adalah suatu kata yang sudah secara umum dipakai di dalam masyarakat. Di kalangan para ahli hukum, baik praktisi maupun teoritis untuk tanggung jawab diistilahkan “responsibility” (verantwoordelijkheid) maupun “liability” (aansprakelijkheid).30

30 Agnes M. Toar, 1990,“Tanggung Jawab Produk, Sejarah dan Perkembangannya”,

Kerjasama Ilmu Hukum Belanda dengan Indonesia, Proyek HukumPerbahan hukum, Denpasar, Bali 3-14 Januari, 1990, hlm. 1.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

Tanggung jawab menurut pengertian hukum adalah kewajiban memikul

pertanggung jawaban dan memikul kerugian yang diderita (bila dituntut) baik dalam

hukum maupun dalam administrasi.31

Tanggung jawab menurut kamus bahasa indonesia adalah, keadaan wajib

menaggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum

bahasa indonesia adalah berkewajiban menaggung, memikul,menanggung segala

sesuatunya,dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia

akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di

sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan

kewajiban.

Tanggung jawab itu bersifat kodrati,artinya sudah menjadi bagian hidup manusia

,bahwa setiap manusia di bebani dengan tangung jawab.apabila di kaji tanggung

jawab itu adalah kewajiban yang harus di pikul sebagai akibat dari perbuatan pihak

yang berbuat.

Tanggung jawab adalah cirri manusia yang beradab.manusia merasa bertanggung

jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari

pula bahwa pihak lain memerlukan pengadilan atau pengorbanan .

Friedrich August von Hayek, Semua bentuk dari apa yang disebut dengan

tanggungjawab kolektif mengacu pada tanggungjawab individu. Istilah

tanggungjawab bersama umumnya hanyalah digunakan untuk menutup-nutupi

31 Asrul Azwar,1989, Pengantar Administrasi Kesehatan, PT. Binapura Aksara, Jakarta, hlm.

1.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

tanggungjawab itu sendiri. Dalam tanggungjawab politis sebuah masalah jelas bagi

setiap pendelegasian kewenangan (tanggungjawab). Pihak yang disebut

penanggungjawab tidak menanggung secara penuh akibat dari keputusan mereka.

Risiko mereka yang paling besar adalah dibatalkan pemilihannya atau pensiun dini.

Sementara sisanya harus ditanggung si pembayar pajak. Karena itulah para penganut

liberal menekankan pada subsidiaritas, pada keputusan-keputusan yang sedapat

mungkin ditentukan di kalangan rakyat yang notabene harus menanggung akibat dari

keputusan tersebut.

George Bernard Shaw, Persaingan yang merupakan unsur pembentuk setiap

masyarakat bebas baru mungkin terjadi jika ada tanggungjawab individu. Seorang

manusia baru akan dapat menerapkan seluruh pengetahuan dan energinya dalam

bentuk tindakan yang efektif dan berguna jika ia sendiri harus menanggung akibat

dari perbuatannya, baik itu berupa keuntungan maupun kerugian. Justru di sinilah

gagalnya ekonomi terpimpin dan masyarakat sosialis: secara resmi memang semua

bertanggungjawab untuk segala sesuatunya, tapi faktanya tak seorangpun

bertanggungjawab. Akibatnya masih kita alami sampai sekarang.

Carl Horber, Pada akhirnya tidak ada yang bertanggungjawab atas dampak-dampak

dari penagaruh politik terhadap keamanan sosial. Akibatnya ditanggung oleh

pembayar pajak dan penerima jasa.

Menurut pendapat saya, sifat tanggung jawab merupakan salah satu sikap

terpuji yang ada pada diri manusia. Sikap terpuji atau sikap tanggung jawab tersebut

dapat terus membaik ataupun dapat tergeser dari setiap individu akibat faktor

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

eksternal. Karena tanggung jawab pasti berada didalam diri manusia dan kita tidak

bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung

jawab. Menurut saya tanggung jawab bisa dikelompokkan menjadi 2 hal, yang

pertama yaitu tanggung jawab kepada diri sendiri. Baik buruknya sesuatu kejadian

yang terjadi pada diri kita dipertanggung jawabkan oleh diri kita, bukan oleh orang

lain dan tidak menyalahkan siapapun ataupun yang paling buruk adalah menyalahkan

takdir. Kita mempunyai tanggung jawab kepada diri kita, berusaha semampunya

adalah kunci agar kita dapat mempertanggung jawabkan semua perbuatan kita di

dunia ini. Yang kedua adalah tanggung jawab kepada orang lain dan lingkungan

sekitar, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam

hidupnya untuk pengembangan dirinya. Dengan kata lain, ia mempunyai kewajiban-

kewajiban moral terhadap lingkungan sosialnya. 110

Pada umumnya setiap orang harus bertanggung jawab atas perbuatanya. Oleh

karena itu bertanggung jawab dalam pengertian hukum berarti keterikatan. Dengan

demikian, tanggung jawab hukum (legal responsibility) dimaksudkan sebagai

keterikatan terhadap ketentuan-ketentuan hukum. Bila tanggung jawab hukum ini

hanya dibatasi pada hukum perbahan hukum saja, maka orang hanya terikat pada

ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan hukum diantara mereka.32

Menurut H.E Saefullah, tujuan utama dari penerapan prinsif tanggung jawabdalam system hukum pda masyarakat premitif adalah untuk memelihara kerukunan antar individu-individu dengan cara penyelesaian yang dapat mencegah terjadinya pembalasan dendam. Tapi dalam jaman modern ini dasar

32 Veronice Komalawati, 1989, Hukum dan Etika dalam Profesi Dokter, Pustaka Sinar

Harapan, Jakrta, hlm. 100.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

falsafah dan tujuan utama dari penerapan prinsif tanggung jawab adalah pertimbangan nilai-nilai dan rasa keadilan social secara luas, baik dilihat dari moral maupun dari segi kehidupan.33

Berbicara tentang tanggung jawab produsen atau pelaku usaha lainya,

sekarang berkembang konsep baru yang menekankan bahwa pelaku usaha harus

memikul juga tanggung jawab social.34 Pelaku usaha disamping bertanggung jawab

pada masing-masing pemilik perusahaan bersangkutan dalam berproduksi, juga

bertanggung jawab pada masyarakat luas mengenai semua hasil produksi, cara-cara

produksi dan pemasarannya.35

Menurut Heidjrachman Ranupandojo Irwan dan Sukanto Reksohadiprodjo, perusahaan tidak hanya harus bertanggung jawab pada pemiliknya yaitu member keuntungan, melainkan bertanggung jawab pula pada pelanggannya (konsumen dan leveransir), pada penemu teknologi, pada masyarakat, padapemerintah dan perusahaan lain. Oleh karena itu tujuan, strategi, kebiksanaan serta taktik perusahaan harus mempertimbangkan semua aspek yang bertalian dengan tanggung jawab social ini.36 Sehubungan dengan tanggung jawab pelaku usaha, H.E.Saefullah berpendapat

bahwa mereka yang melakukan kegiatan atau menjalankan usaha untuk memperoleh

keuntungan bagi dirinya sendiri adalah wajar bila dia harus menanggung resiko akibat

kegiatan atau usahanya itu.37

33 Bernadette M. Waluyo,1997, Hukum Perlindungan Konsumen, Bahan Kuliah, (Bandung:

Universitas parahyangan, hlm. 15. 34 H.E. Saefullah, Beberapa Masalah Pokok Tentang Tanggung Jawab Pengangkutan Udara,

(Bandung: Pusat Penerbitan Universitas LPPM-Universitas Islam Bandung, tanpa tahun), hlm. 8. 35 Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Pokok-pokok Pikiran Tentang Permaslaahan

Perlindungan Konsumen, Makalah sebagai Sumbangan Pemikiran dalam rangka pembahasan RUU Perlindungan Konsumen, Jakarta, 1981, hlm. 1.

36 Heidjrachman Ranupandojo dan Sukanto Reksohadiprodjo,1982, Pengantar Ekonomi Perusahaan Buku 2, Yogyakarta: BPFE, hlm. 195-196.

37 HLM.E. Saefullah, Loc.Cit.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

Dasar teori ini menurut Friedman tidak lepas dari kewajiban-kewajiban social

yang mesti dipenuhi oleh perusahaan atau produsen terhadap para tetangga dan

masyarakat. Kewajiban-kewajiban yang kemudian ditetapkan undang-undang

dilengkapi perkembangan-perkembangan menurut hukum, seperti tanggung jawab

perusahaan atau pemilik pabrik terhadap konsumen.38

Begitu juga menurut Rescoe Pound, bahwa kesalahan dan tanggung jawab

perusahaan atau produsen tidak seharusnya dikesampingkan, sebagai dasar dari

penggugat untuk meminta ganti rugi. Sudah seharusnya diakui bahwa produsen

memikul suatu tanggung jawab apabila diketahui barang yang diperdagangkan

ternyata cacat dan menimbulkan kerugian pada orang lain.39

Tanggung jawab yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tanggung jawab

hukum dari pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan dan penyiaran iklan untuk

memberi ganti rugi kepada konsumen atas siaran iklan yang member informasi yang

tidak benar tentang suatu produk barang atau jasa.

Teori tanggung jawab ini dipergunakan untuk menganalisis, baik

permasalahan pertama maupun permasalahan kedua, sehingga kedepannya dapat

diterapkan system tanggung jawab yang tepat sehubungan praktek perilkananyang

merugikan konsumen.

38 W. Friedman,1990, Teori dan Filsafat Hukum (Hukum dan Masalah-Masalah

Kontemporer), Terjemahan Mohamad Arif, CV. Rajawali, Jakarta, hlm. 53. 39 Rescoe Pound, Pengantar Filsafat Hukum, diterjemahkan oleh Mohammad Radjab, (Jakarta:

Bhatara Karya Aksara, 1996), hlm. 110.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

Prinsip tentang tanggung jawab merupakan hal yang sangat penting dalam

hukum perlindungan konsumen. Dalam kasus-kasu pelanggaran hak konsumen,

diperlukan kehati-hatian dalam menganalisis siapa yg harus bertanggung jawab dan

seberapa jauh tanggung jawab dapat dibebankan kepada pihak-pihak terkait.

Secara umum prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan

sebagai berikut:40

1) Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (liability based

on fault)

Prinsiptanggung jawab berdasarkan unsure kesalahan (fault liability

atau liability based on fault adalah prinsip yang umumnya berlaku

dalam hukum perbahan hukum. Dalam kitab undang-undang Hukum

perbahan hukum, khususnya pada 1365,1366, dan 1367, prinsip ini

dipegang secara teguh. Prinsip ini menyatakan, seseorang baru dapat

dimintakan tanggung jawabnnya secara hukum jika ada unsure

kesalahan yang dilakukan.

2) Prinsip tanggung jawab praduga untuk selalu bertanggung jawab

(presumption ofliability principle).

Prinsip ini menyatakan, tergugat selalu dianggap bertanggung jawab,

sampai ia dapat dibuktikan ia tidak bersalah. Jadi beban pembuktian

ada pada si tergugat.

40 Shidarta, 2000,Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT. Grasindo, Jakrta,, hlm. 59.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

3) Prinsip tanggung jawab praduga selalu tidak bersalah (Presumption of

nonliability).

Prinsip ini adalah kebaliakn dari prinsip kedua. Prinsip praduga untuk

tidak selalu bertanggung jawab hannya dikenal dalam lingkungan

transaksi konsumen yang sangat terbatas, dan pembatasan demikian

biasanya secara commons sensedapat dibenarkan. Contoh dari

penerapan prinsip ini adalah pada hukum pengangkutan. Kehilangan

atau kerusakan pada bagasi kabin/bagasi tangan, yang biasanya dibawa

dan diawasi oleh si penumpang adalah tanggung jawab penumpang.

4) Prinsip tanggung jawab mutlak (Srtict Liability Principles)

Prinsip tanggung jawab mutlak (Srtict Liability Principles) sering di

identikan dengan prinsip tanggung jawab absolute. Strict Liability

adalah bentuk dari tort (perbuatan melawan hukum), yaitu prinsip

pertanggung jawaban dalam perbuatan melawan hukum yang tidak

didasarkan pada kesalahan, tetapi prinsip ini mewajibkan pelaku

langsung bertanggung jawab atas kerugian yang timbul karena

perbuatan melawan hukum itu.41

5) Prinsip Tanggung jawab dengan pembatasan (Limitation of Liability)

Prinsip Tanggung jawab dengan pembatasan (Limitation of Liability)

sangat di sukai oleh pelaku usaha untuk dicantumkan sebagai klausa

41 Janus Sidabalok,2006, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Citra Aditya, Bandung

Bakti, , hlm. 115.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

eksonerasi dalam perjanjian standar yang dibuatnya. Dalam perjanjian

cucicetakfilm, misalnya ditentukan bila film yang ingin dicuci /cetak

itu hilang atau rusak , maka konsumen hanya dibatasi ganti ruginya

sebesar sepuluh kali harga satu rol film baru. Prinsip tanggung jawab

ini sangat merugikan konsumen bila ditetapkan secara sepihak oleh

pelaku usaha. Dalam undang-undang perlindungan konsumen

seharusnya pelaku usaha tidak boleh secara sepihak menentukan

klausa yang merugikan konsumen, termasuk membatasi maksimal

tanggung jawabnya. Jika ada pepbatasan, mutlak harus berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang jelas.

Berdasarkan tanggung jawab produsen atau pelaku usaha lainnya,

sekarang berkembang prinsip baru yang dikenal dengan nama prinsip

product liability untuk melindungi konsumen. Dunia hukum

memberikan kontribusinya dengan memperkenalkan suatu lembaga

hukum yang relative baru bagi Indonesia, yang disebut dengan product

liability.

Prinsip product liability merupakan instrument hukum yang

dimaksudkan untuk memberikan jeminan kepada hak-hak konsumen,

khususnya terhadaphak atas keselamatan, kesehatan, dan hak untuk

mendapatkan ganti kerugian. Instrument ini diperlukan, karena

pengaturan di bidang cara produksi dan perdagangan barang, belum

memadai untuk mencegah atau menghindari serta melindungi

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

konsumen yang menderita kerugian, baik kerugian berupa cacat atau

kerusakan pada tubuh konsumen, maupun kerusakan pada harta benda

lain, maupun kerusakan yang berkaitan dengan produk itu sendiri.

Sehingga disamping peraturan mengenai cara berproduksi, masih perlu

dibutuhkan instrument hukum lain yang secara khusus menjamin

perolehan ganti kerugian akibat mengkonsumsi suatu produk (product

liability).42

Istilah product liability, tergolong baru dan sekarang hamper

secara universal diterapkan sebagai tanggung jawab perusahaan, atau

penjual/produsen produk, atas kerusakan atau kecelakaan pada orang,

harta benda dari pembeli atau pihak ketiga yang disebabkan oleh

produk yang telah dijual.43

Dalam Black’ Law Dictionary, terdapat 3(tiga) rumusan

mengenai product liability, yaitu:44

a. A manufacture’s or seller’s tort liability for any damages or injuries suffered by a buyer, user, or by stander as a result of a defective product, product liability can be based on a theory of negligence, “strict liability” or breach of warranty.

b. The legal theory by “which liability is imposed on the manufacturer or seller of a defective product”

c. Refers to the legal liability of manufactures and sellers to compensate buyer, user and even by standers, for

42 Inosentius Samsul, 2004, Perlindungan Konsumen Kemungkinan Penerapan Tanggung

Jawab Mutlak, Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, hlm. 9. 43 Ibid, hlm. 12. 44 Black’s Law Dictionary, 1990, St. Paul, Minn: West Publishing Co , hlm. 1209.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

demages or injuries suffered because of defects in goods purchased.

Menurut Natalie O’Connor: “product liability, These were

designed to protect the consumer from faulty of defective goods By

imposing strict liability upon manufacturers”.45 Dari pendapat tersebut

dapat kita lihat secara umum bahwa tanggung jawab produk adalah

suatu konsepsi hukum yang intinya dimaksudkan untuk memberikan

perlindungan kepada konsumen, termasuk konsumen periklanan.

Di Amerika Serikat, konsumen yang dirugikan karena

informasi iklan yang menyesatkan dapat digugat untuk membayar

ganti rugi dengan dasr tanggung gugat produk “strict liability”, Steven

R. Finz menjelaskan dalam kasus-kasus tanggung gugat produk

(product liability) perlu dipertimbangkan 3 (tiga) factor dalam

menetapkan apakah terdapat kasus-kasus dimaksud dapat diajukan

gugatan. Ketiga factor tersebut adalah:

1. Legal teory or basis of liability

2. Proximate consation and damage

3. The effect of affirmative defenses46

Dalam konsep strict liability yang dijadikan dasar adalah prinsip-

prinsip liability without fanlt (tanggung gugat tanpa adanya

45 Natalie O’Connor, 2001,Consumer Protection Under The Trade Practices Act-A Time For

Change, Pascasarjana Fakutlas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, hlm. 460. 46 Steven R. Finz, 1993, Protect Liability, (New York: Emanuel Law Outlines, Inc, Palmer

Avenue, Larchmont, , hlm. 86.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

kesalahan), baik karena itu kesengajaan (intent) maupun

ketidaksengajaan (negligence). Prinsip ini dikembangkan oleh

lembaga peradilan sebagai konsep dalam kasus-kasus tanggung gugat

produk (product liability).47

Menurut Steven R Finz, gugatan berdasarkan strict liability (liability

without fanlt) dapat diajukan atas dasar:

1. Prinsip-prinsip jaminan (warranty principle)

2. Teori informasi yang salah/menyesatkan (misrepresentation

theory)

3. Prinsip baru yang di kembangkan tanggung gugat terbatas suatu

product (the newly develoved principle of strict product liability).48

Terhadap siaran iklan yang memberikan informasi tidak benar, banyak

Negara menerapkan prinsip tanggung jawab strict liability terkait

gugatan ganti rugi konsumen. Adapun pertimbangannya

1. Prinsip ini sangat efektif untuk melindungi konsumen, karena

strict liability merupakan pertanggung jawaban yang tidak

mendasar pada unsure-unsur kesalahan pelaku usaha

sebagaimana layaknya penyelesaian perkara di pengadialan,

tetapi berdasarkan pada resiko. Artinya setiap resiko yang akan

timbul dan diderita karena korban pemakai produk yang cacat

47 M. Yahya Harahap,1997, Beberapa Tinjauan tentang Permaslaahan Hukum, Citra Aditya

Bakti, Bandung, Selanjutnya disebut M. Yahya Harahap I), hlm. 22. 48 Steven R. Finz, Loc. Cit.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

akan mendapat ganti kerugian secara langsung dan seketika

tanpa harus membuktikan kesalahan pihak pelaku usaha dari

produk bersangkutan. 49

2. Prinsip strict liability merupakan prinsip pertanggung jawaban

hukum (liability) yang telah berkembang sejak lama di Negara-

negara yang menganut system hukum anglo saxon atau

common law, walaupun kemudian mengalami perubahan

perkembangan di beberapa Negara untuk mengadopsinya.

Beberapa Negara yang sudah menganut asas ini adalah Inggris,

Amerika Serikat,Belanda dan Thailand.prinsip strict liability

dapat diterapkan dalam kedudukan konsumen yang posisinya

lemah, dibandingkan dengan pelaku usaha prinsip ini

diterapkan untuk melindungi kepentingan konsumen berkaitan

dengan praktek periklanan. Dengan diterapkanya prinsip ini

diharapkan para pihak yang terlibat dalam proses pembuatan

dan penyiaran iklan menyadari betapa pentingnya menjaga

kebenaran informasi terkait dengan iklan yang disiarkannya,

49 Prinsip Tanggung Jawab Mutlak atau Strict Liability sering diidentikan dengan Prinsip

Tanggungjawab absolute (absolute liability).

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

sebab bila tidak selain akan merugikan konsumen juga akan

sangat besar resiko yang harus ditanggung.50

1.7.3 Teori Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum padannya dalam bahasa inggris adalah “legal

protection” sedangkan dalam bahasa Belanda “rechsbecherming”. Perlindungan

hukum terdiri dari dua kata, yaitu perlindungan dan Hukum.51 Perlindungan hukum

tiada lain maksudnya adalah perlindungan dengan menggunakan sarana hukum atau

perlindungan yang diberikan oleh hukum.52

Perlindungan hukum secara gramatikal “perlindungan” berasal dari kata

lindung yang berarti mendapatkan dirinya dibawah sesuatu supaya tidak kelihatan.

Arti perlindungan adalah segala upaya yang dilakukan untuk melindungi subyek

tertentu, juga dapat diartikan sebagai tempat berlindung dari segala sesuatu yang

mengancam.

Satjipto Raharjo mengemukakan perlindungan hukum adalah memberikan

pengayoman terhadap hak azasi manusia yang dirugikan oleh orang lain dan

50 Kurniawan, 2010, “Kedudukan dan Kekuatan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen (BPSK), dalam Manajemen Perlindungan Hukum bagi Konsumen”, Disertai Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Brawijaya, Malang, hlm. 41.

51 Yasanegara I Gede, 2008, “Perlindungan Hukum Terahdap Istri dari Kekerasan Menurut Hukum Positif di Indonesia”, Disertasi Program Doktor Ilmu Hukum, Universitas 17 Agustus 1945,Surabaya, hlm. 19.

52 Ibid.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak

yang diberikan oleh hukum.53

Landasan pijak perlindungan hukum bagi rakyat (masyarakat atau konsumen)

di Indonesia adalah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahu 1945,

karena merupaka dasar idiologi dan falsafah bangsa Indonesia yang menjunjung

tinggi nilai-nilai kemanusiaan dengan menempatkan hukum sebagai panglima dn

bukan kekuasaan. Penghormatan terhadap hak-hak azasi manusia dan memposisikan

bangsa Indonesia sebagai Negara hukum menimbulkan konsekuensi yang harus

ditaati dan dilaksanakan oleh pemerintah sebagai penyelenggara Negara.

Konstitusi Negara menjamin adanya perlindungan bagi rakyat. K.C.Wehcare

dalam bukunya konstitusi-konstitusi modern mengatakan pernyataan tentang hak-hak

manusia jelas berkaitan dengan persoalan konstitusional. Ia berkaitan terutama

dengan pembatasan kekuasaan raja dan perlindungan pada hak-hak tertentu rakyat.54

Di beberapa Negara, termasuk konstitusi Irlandia, para penyusun konstitusi

mengiginkan bahwa amandemen harus menjadi proses yang disengaja, bahkan hak-

hak warga Negara harus dijaga. Para penyusun konstitusi mempunyai pertimbangan

bahwa hak-hak warga Negara tidak boleh dilanggar atau dihapuskan oleh eksekutif

maupun legeslatif.

53 Satjipto Rahardjo,2007, “Penyelenggaraan Keadilan Dalam Masyarakat yang Sedang

Berubah”, Majalah Hukum dan Pengembangan, No. 1-6 Tahun X/10/2007. 54 K.C. Wheare, 2003, Konstitusi-konstitusi Modern (Modern Constituions), (Terjemahan

Muhammd Hardani), Pustaka Enreka, Surabaya, hlm. 16.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

Philipus M. Hadjon dengan menggunakan konsep barat sebagai kerangka

piker dan landasan pijak pada pancasila merumuskan prinsip pengakuan dan

perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber pada Pancasila

dan prinsip Negara hukum yang berdasarkan pancasila.55

Black’s Law Dictinary memberikan pengertian protection sebagai berikut: 1.

The act of protecting (tindakan melindungi), 2. Protectionism (proteksionisme), 3.

Coverage (menutup),4. A document give by a notary public to sailors and other

persons who travel abroad, certiviyimg that the bearer is a U.S. citizen (suatu

dokumen yang diberikan oleh seorang notaries kepada pelaut atau orang lain yang

melakukan perjalanan keluar negeri, yang menegaskan pemegangnya adalah warga

Negara Amerika Serikat).56

Pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dipertegas dala pasal 1 angka 1

Undang-undang Perlindungan Konsumen, bahwa perlindungan konsumen adalah

segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan

perlindungan kepada konsumen.

Berdasarkan definisi perlindungan konsumen yang ada dalam Undang-undang

Perlindungan Konsumen, muncul kerangka-kerangka umum tentang sendi-sendi

pokok pengaturan perlindungan konsumen sebagai berikut:

1. Kesepakatan antara konsumen dan pelaku usaha

55 Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Suatu Studi Tentang Prinsip-prinsipnya, Penanggung oleh Pengadilan Dalam Linkgungan Peradilan Umum dan pembentukan peradilan administrasi Negara, PT. Bina Ilmu, Surabaya, selanjutnya disebut Philipus M. Dadjon I) hlm. 20.

56 Bryan A. Gamer 2004, (ed), Black’s Law Dictionry, Eight Edition, A Thomson Business, , hlm. 1259.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

2. Konsumen mempunyai hak 3. Pelaku usaha mempunyai kewajiban 4. Pengaturan tentang perlindungan konsumen berkontribusi pada

pembangunan nasional 5. Perlindungan konsumen pada bisnis yang sehat 6. Keterbukaan dalam promosi barang dan jasa 7. Pemerintah perlu berperan aktif 8. Masyarakat juga perlu berperan serta 9. Perlindungan konsumen memerlukan terobosan hukum dalam

berbagai bidang 10. Konsep perlindungan konsumen memerlukan pembinaan sikap.

Salah satu fungsi hukum adalah, untuk memberikan perlindungan kepada

warga masyarakat, terutama yang berada pada posisi lemah akibat hubungan hukum

atau kedudukan yang tidak seimbang. Demikian halnya dengan perlindungan pada

konsumen. Perlindungan hukum selalu berkaitan dengan kekuasaan. Menurut

Philipus M. Hadjon ada dua kekuasaan yang menjadi perhatian, yaitu:

Kekuasaan pemerintah dan kekuasaan ekonomi, dalam hubungan dengan

kekuasaan, masalah perlindungan hukum adalah menyangkut perlindungan

hukum bagi rakyat (yang diperintah) terhadap yang memerintah (pemerintah).

Sedangkan permasalahan perlindungan ekonomi adalah perlindungan

terhadap si lemah terhadap si kuat.57

Kaitan perlindungan hukum yang dilakukan pemerintah/penguasa, Philipus

M. Hadjo membedakan dalam dua macam, yaitu:58

1. Perlindungan hukum preventif adalah perlindungan hukum dimana rakyat diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan (Inspraak) atau

57 Phillipus M. Hadjon, 1984,“Perlindungan Hukum Dalam Negeri Hukum Pancasila,

Makalah pada Simposium Politik, Hak Asasi Manusia dan Pembangunan Hukum”, Lustrum VIII, Universitas Airlangga, Surabaya, selanjutnya disebut Phillipus M. Hadjon), hlm. 1.

58 Philipus M. Hadjon I, Op.Cit, hlm. 39.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

pendapatnya sebelum sebelum sesuatu keputusan keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitive. Dengan demikian perlindungan hukum preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa. Perlindungan hukum preventif sangat besar artinya bagi tindakan pemerintah yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan perlindungan hukum tersebut, pemerintah didorong untuk bersikap hati-hati dalam pengambilan keputusan.

2. Perlindungan hukum represif, yaitu upaya perlindungan hukum yang dilakukan melalui badan peradilan, baik peradilan umum maupun peradilan administrasi Negara. Perlindungan hukum represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.

Perlindungan hukum oleh Negara /pemerintah lebih ditekankan kepada unsur Negara

/pemerintah sebagai pemegang kedaulatan. Untuk itu, perlindungan hukum yang

diberikan oleh Negara/pemerintah kepada warga Negara dapat dilihat dalam

instrument hukum dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Perlindungan

konsumen berkaitan dengan perlindungan hukum. Oleh karena itu perlindungan

konsumen mengandung aspek hukum. Materi yang mendapat perlindungan

konsumen bukan sekedar fisik saja melainkan hak-hak yang bersifat abstrak.

Perlindungan konsumen sesungguhnya identik dengan perlindungan yang diberikan

hukum terhadap hak-hak konsumen.

Menteri kehakiman Mudjono dalam dmbutanya pada pembukaan symposium

Aspek-aspek Hukum Masalah Perlindungan Konsumen yang diselenggarakan oleh

Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) di Jakarta pada tanggal 16-18

Oktober1980, mengemukakan dua alasan mengapa perlindungan konsumen

merupakan salah satu masalah penting di dunia dewasa ini. Pertama, bahwa seluruh

anggota masyarakat adalah konsumen yang perlu dilindungi dari kualitas benda dan

jasa yang diberikan oleh produsen kepada masyarakat. Kedua, ternyata para

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

konsumen adalah pihak yang sangat menentukan dalam pembinaan modal untuk

menggerakan roda perekonomian.59

Berkaitan dengan upaya pemberian perlindungan hukum terhadap konsumen, maka

teoti perlindungan hukum yang dikemukakan oleh Philipus M.Hadjo sangat relevan

untuk dijadikan acuan dalam penelitian ini. Perlindungan hukum yang dimaksud

adalah perlindungan hukum baik yang bersifat preventif maupun represif.

Perlindungan hukum preventif pada konsumen dapat dilakukan dengan

memperbanyak kegiatan sosialisasi kepada masyarakat, baik pelaku usaha maupun

konsumen tentang keberadaan perangkat hukum yang mengatur tentang praktek

periklanan, sehingga pihak yang bersangkutan dapat memahami hak dan kewajiban

masing-masing. Pemahaman itu, nantinya diharapkan tumbuh kesadaran hukum

untuk mematuhi ketentuan-ketentuan hukum yang ada.

Sementara perlindungan hukum yang bersifat represif adalah upaya

perlindungan hukum terhadap konsumen apabila sudah terjadi sengketa atau

perselisihan. Perlindungan hukum represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.

Kontek ini diharapkan ketentuan hukum positif dapat ditegakkan di dalam pengadialn

oleh hakim. Apabila konsumen menuntut ganti kerugian, maka hal itu diharapkan

dapat direalisasikan dengan menegakkan hukum melalui proses penyelesaian

sengketa di pengadilan atau melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

(BPSK).

59 Sambutan Menteri Kehakiman RI Pada Simposium Aspek-aspek Hukum Perlindungan

Konsumen, Jakarta 16-18 Oktober, 1980.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

1.7.4 Teori Kemanfaatan (Utilitas)

Dalam menjalankan fungsinya sebagai sarana pengendali dan perubahan sosial,

hukum memiliki tujuan untuk menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, damai,

adil yang ditunjang dengan kepastian hukum sehingga kepentingan individu dan

masyarakat dapat terlindungi. Dalam beberapa literatur Ilmu Hukum para sarjana

hukum telah memutuskan tujuan hukum dari berbagai sudut pandang dan terdapat

beberapa teori tentang tujuan hukum, yaitu:

Ajaran atau Teori konvensional, tujuan hukum menurut teori ini adalah sebagai

berikut:

1. Teori etis, yaitu ajaran ini memandang bahwa pada dasarnya tujuan hukum adalah

semata-mata untuk mencari keadilan;

2. Teori Utilitas, yaitu ajaran ini memandang bahwa pada dasarnya tujuan hukum

adalah semata mata untuk menciptakan kemanfaatan atau kebahagiaan

masyarakatnya;

3. Teori Normatif dogmatik, yaitu bahwa ajaran ini memandang bahwa pada

dasarnya tujuan hukum adalah semata-mata untuk menciptakan kepastian hukum.

Sedangkan dari ajaran atau teori modern tentang tujuan hukum terdiri dari:

1. Prioritas buku, yaitu ajaran ini menekanakan pada konsep tiga ide dasar hukum

yang identik dengan tujuan hukum yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian

hukum. Teori ini disebut prioritas buku karena prioritas pertama adalah hukum.

Berdasarkan ajaran prioritas baku maka keadilan selalu prioritas pertama,. Kalau

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

hakim memiliki dua alternatif antara keadilan, antara kemanfaatan dan kepastian

hukum maka harus dipilih kemanfaatan.

2. Prioritas kasuistis, dalam kasus kasus tertentu jika diterapkan ajaran prioritas baku

justru bertentangan dengan kebutuhan hukum sehingga muncul ajaran prioritas

kasuistis yaitu adakalanya tidak selalu keadilan dikedepankan melainkan

kemanfaatan atau dalam kasus tertentu tidak kemanfaatannya ditonjolkan tetapi

justru kepastian hukum yang lebih memegang peranan.60

Berdasarkan ajaran atau teori pengayoman tujuan hukum dibagi menjadi 2

(dua), yaitu:

1. Pengayoman aktif, yaitu menurut ajaran ini adalah upaya untuk menciptakan suatu

kondisi kemasyarakatan yang manusiawi dalam proses yang berlangsung secara

wajar;

2. Pengayoman pasif, yaitu menurut ajaran ini adalah mencegah atas tindakan yang

sewenang wenang dan penyalahgunaan hak.61

Teori tentang tujuan hukum, diperkenalkan oleh seorang pakar hukum inggris

bernama Jeremy Bentham. Menurut Bentham, hukum bertujuan untuk mewujudkan

apa yang berfaedah atau sesuai dengan daya guna (efektif).62 Adagiumnya yang

terkenal adalah, the greatest happiness for the greatest number. Artinya, Kebahagiaan

yang terbesar untuk jumlah terbanyak. Ajaran Bentham disebut juga sebagai

60 Ibid. 61 Ibid 62 Machmudin, Dudu Duswara, 2010, Pengantar Ilmu Hukum Sebuah Sketsa, Refika Aditama,

Bandung, hal. 26.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

eudaemonisme atau utilitarisme.63 Didalam Teori Utility merupakan Prinsip-prinsip

yang menyetujui atau menolak setiap tindakan yang dapat memperbesar atau

mengurangi kebahagiaan pihak yang kepentingannya terpengaruh oleh tindakan itu.

Apabila pihak yang berkepentingan adalah perorangan, maka prinsip untility harus

dirancang untuk meningkatkan kebahagiaannya dan apabila pihak yang

berkepentingan adalah masyarakat , maka prinsip untility harus diarahkan untukl

kebahagiaan masyarakat dan memungkinkan terciptanya keamanan dengan

mengurangi penderitaan.

Menurut Bentham, pembentuk undang-undang yang ingin mencapai

kebahagiaan masyarakat harus berjuang untuk mencapai empat (4) tujuan, yaitu:

“subsitensi, kelimpahan, persamaan, dan keamanan.”64 Metode penyusunan undang-

undang yang diajarkan, adalah ”mengukur akibat yang ditimbulkan oleh suatu

perbuatan”.65 Apabila suatu perbuatan yang dapat menimbulkan kesengsaraan, maka

perbuatan itu harus dilarang karena perbuatan tersebut menbahan hukumngkan

sengsara yang berarti perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang jahat.

Hukum ditujukan untuk meningkatkan kebahagaiaan masyarakat secara

keseluruhan dengan cara melarang perbuatan-perbuatan yang menbahan hukumngkan

sengsara sehingga perbuatan yang patut adalah perbuatan yang dapat merugikan

kebahagiaan orang lain. Berdasarkan teori utility, pemerintah mempunyai untuk

meningkatkan kebahagiaan masyarakat dengan memidana barang siap yang

63 Ibid 64 Marzuki, Peter Mahmud, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, hal. 105 65 Ibid

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

melakukan perbuatan yang melanggar prinsip utility. Dengan demikan utilitiarisme

memerlukan reklasifikasi perilaku untuk menentukan perbuatan-perbuatan apa saja

yang harus diatur oleh pemerintah.

1.8. Metode Penelitian

1.8.1. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum

normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang mengacu kepada norma-

norma dan asas-asas hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan

putusan pengadilan. Ronald Dworkin menyebut metode penelitian tersebut juga

sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research), yaitu suatu penelitian yang

menganalisis baik hukum sebagai law as it written in the book, maupun hukum

sebagai law as it is decided by the judge through judicial process.66

1.8.2. Jenis Pendekatan

Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan

pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek

mengenai isu yang sedang dicoba untuk ditemukan jawabannya. Pendekatan-

pendekatan yang digunakan di dalam penelitian hukum adalah pendekatan undang-

undang (statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis

(historical approach), pendekatan kompartif (comparative approach) dan pendekatan

66 Anonim, 2009, Seputar Metode Normatif, alvalaible from: URL:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16965/4/Chapter%20I.pdf, diakses tanggal 3 April 2011

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

konseptual (conceptual approach).67 Dalam melakukan penelitian penulis lebih

menekankan kepada pendekatan undang-undang (statute approach) dan pendekatan

kasus (case approach)

1.8.3. Sumber Bahan hukum

Untuk memecahkan isu hukum dan sekaligus memberikan preskripsi

mengenai apa yang seyogianya, diperlukan sumber-sumber penelitian. Sumber-

sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber-sumber penelitian yang

berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum hukum

primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas.

Bahan hukum hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi

atau risalah dalam pembuatan peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan

hakim. Sedangkan bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum

yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi, seperti buku-buku teks, kamus-

kamus hukum, dan jurnal-jurnal hukum dan komentar-komentar atas putusan

pengadilan.

1.8.4. Teknik Pengumpulan Bahan hukum

Pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan cara studi dokumen-dokumen

yang relevan dengan penelitian ini di perpustakaan dan melakukan identifikasi bahan

hukum atau kasus-kasus yang ada. Bahan hukum yang diperoleh melalui penelitian

67 Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,

h. 93.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

kepustakaan tersebut selanjutnya akan dipilah-pilah guna memperoleh pasal-pasal

yang berisi kaedah-kaedah hukum yang kemudian dihubungkan dengan permasalahan

yang sedang dihadapi dan disistematisasikan sehingga menghasilkan klasifikasi yang

selaras dengan permasalahan dalam penelitian ini. Selanjutnya bahan hukum yang

diperoleh tersebut akan dianalisis secara induktif kualitatif untuk sampai pada

kesimpulan, sehingga pokok permasalahan yang ditelaah dalam penelitian ini akan

dapat dijawab.69

1.8.5. Teknik Pengolahan dan Analisa Bahan hukum

Analisis bahan hukum di dalam penelitian ini, dilakukan secara kualitatif

sehingga nantinya akan menghasilkan suatu bahan hukum deskritif. Pendekatan

kualitatif berarti penyorotan terhadap masalah sarta usaha pemecahannya yang

dilakukan dengan upaya yang didasarkan pada pengukuran yang memecahkan objek

penelitian ke dalam unsur-unsur tertentu, untuk kemudian ditarik suatu generalisasi

yang seluas mungkin ruang lingkupnya.70 Dan peneletian kualitatif yang dilakukan

dalam penulisan ini adalah dengan cara memilih teori-teori, asas-asas, norma-norma,

doktrin, serta pasal-pasal di dalam undang-undang terpenting yang relevan dengan

permasalahan yang penulis bahas dalam penulisan ini. Kemudian membuat

sistematika dari bahn-bahantersebut sehingga akan menghasilkan klasifikasi tertentu

sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Bahan hukum yang

69 Bambang Sunggono, 2001, Metode Penelitian Hukum (Suatu Pengantar), PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta, h. 195. 70 Soerjono Soekanto, 2007, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta,

h. 32.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1.pdf · BAB I PENDAHULUAN 1.1. ... Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang ... 1 Teguh Wahyono, 2009, Etika Komputer + Tanggung Jawab Profesional

dianalisis secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian secara sistematis

pula dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis bahan hukum lainnya,

selanjutnya semua bahan diseleksi dan diolah kemudian dinyatakan secara deskriptif

sehingga selain menggambarkan dan mengungkapkan dasar hukumnya, juga dapat

memberikan solusi terhadap permasalahan yang dimaksud.

Proses analisa dilakukan secara bersamaan yang dimulai sejak awal penelitian

sampai selesai proses penulisan tesis. Analisis bahan hukum yang dilakukan secara

bersamaan akan memudahkan peneliti dalam hal mengetahui apakah masih ada bahan

hukum yang kurang lengkap dan oleh karenanya perlu dilengkapi, atau masih ada

pertanyaan yang masih harus dijawab responden, atau masih diperlukan informasi-

informasi baru lainnya.71

Analisis bahan hukum dilakukan melalui pendekatan kualitatif kemudian

dituangkan dalam bentuk deskriptif sesuai hasil penelitian kepustakaan (library

research) dan penelitian lapangan (field research) untuk dapat memperoleh

kesimpulan yang tepat dan logis sesuai dengan permasalahan yang dikaji.

71 Nasution, 1996, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung hal.130