bab i pendahuluan · 2020. 11. 3. · 1 universitas muhammadiyah riau bab i pendahuluan 1.1 latar...
TRANSCRIPT
1 Universitas Muhammadiyah Riau
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesan moral yang disampaikan melalui media komunikasi sangat banyak
jenisnya. Salah satunya adalah melalui media film yang bersifat komprehenshif
bagi masyarakat. Film merupakan karya estetika dan alat informasi yang memiliki
sifat penghibur dan dapat menjadi sarana edukasi bagi penikmatnya, disisi lain
juga dapat menyebar luaskan nilai-nilai budaya baru.
Film merupakan salah satu media dalam komunikasi massa, yang memiliki
pengaruh yang cukup besar bagi masyarakat. Hal itu disebabkan karena film dapat
menjadi sarana untuk mempelajari fenomena-fenomena yang terjadi di dunia
nyata dengan makna-makna yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu,
mempelajari media dapat diartikan sama dengan mempelajari makna yang
disampaikan didalam media itu sendiri.
Film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia,
mempunyai masa pertumbuhan pada akhir abad ke-19. Film mencapai puncaknya
diantara perang dunia I dan II, namun kemudian merosot tajam setelah tahun
1945, seiring dengan munculnya medium televisi (Sobur, 2006:126).
Makna film sebagai gambaran dari realitas masyarakat dapat memberikan
pengaruh untuk kehidupan nyata. Selain itu fungsi dari film adalah untuk
menghibur khalayak, film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat kemudian memproyeksikan ke dalam layar.
Selain untuk menghibur khalayak film dapat dijadikan sebagai media dalam
penyampaian pesan salah satunya dapat berupa pesan moral dalam kehidupan.
Moral merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sebab
manusia yang bermoral akan selalu berbuat baik untuk dirinya sendiri maupun
orang lain. Manusia yang bermoral tidak pernah membohongi serta mengelabuhi
kebenaran dan berani dalam memberantas penyelewengan. Manusia yang
bermoral tidak akan lunak dengan rayuan atau suapan. Manusia yang bermoral
senantiasa menghormati orang lain betapapun rendahnya kedudukan orang
tersebut dan senantiasa memberi contoh yang baik dalam setiap menjalankan
2
Universitas Muhammadiyah Riau
aktifitas kehidupannya. Untuk itu moral merupakan suatu hal yang sangat
penting bagi kehidupan umat manusia. Mengutip dari situs amiratthemovies.com,
film ini di produksi oleh Jorkwang Films yang disutradarai oleh Nattawut
Poonpiriya. Film “Bad Genius” ini di rilis pada tanggal 03 Mei 2017 dan
berdurasi 130 menit.
Film “Bad Genius” adalah film yang mengangkat tentang kisah mengenai
seorang siswi cerdas bernama Lynn (Chutimon Chuengcharoensukying) yang
baru saja pindah ke sebuah sekolah prestisius melalui bantuan beasiswa yang ia
dapatkan berkat kecerdasannya. Di sekolah tersebut, Lynn lantas menjalin
persahabatan dengan Grace (Eisaya Hosuwan), siswa berparas cantik dan baik hati
namun memiliki kesulitan dalam mengikuti pelajaran-pelajaran di sekolahnya.
Atas permintaan Grace, Lynn kemudian membantu gadis tersebut dalam
pelajarannya dengan menjadi tutor pribadinya. Sayangnya, berbagai bantuan
pengajaran yang diberikan Lynn gagal untuk dimengerti oleh Grace. Lynn
akhirnya menyerah dan memutuskan untuk memberikan contekan pada Grace di
saat ujian berlangsung. Kebaikan Lynn tersebut ternyata menyebar dengan cepat
di sekolah yang ternyata diisi oleh mayoritas anak-anak berada namun dengan
tingkat kecerdasan yang kurang. Grace dan kekasihnya, Pat (Teeradon
Supapunpinyo), lantas menyarankan Lynn untuk membantu para pelajar lainnya
dengan memberikan contekan pada saat ujian dengan syarat agar mereka
membayar bantuan Lynn tersebut. Ide yang kemudian diterima dan dijalankan
sebagai bisnis oleh Lynn.
Film “Bad Genius” mendapat banyak respon positif dari para kritikus
internasional. Film ini mendapatkan rating 92% dari Rotten Tomatoes dan iMDB
pun memberikan nilai 8 untuk film yang berdurasi 130 menit ini. Berdasarkan
artikel di kincir.com, film ini telah memenangkan beberapa penghargaan dari
berbagai festival film, diantaranya “Best Picture-Thriller Features” dari Austin
Fantastic Festival serta “Best Film”, “Best Asian Feature”, dan “Most Innovative
Feature Film” dari Fantasia International Film Festival. Prestasi Bad Genius
makin lengkap dengan dianugerahkannya penghargaan “Best Director” dari
Fantasia International Film Festival buat sang sutradara dan “Rising Star Award”
dari New York Asian Film Festival buat pemeran utama.
3
Universitas Muhammadiyah Riau
Selain banyaknya penghargaan yang diraih oleh film Bad Genius, film ini
menggambarkan bagaimana proses keadaan pendidikan khususnya dijenjang
pendidikan tinggi saat ini dimana orang-orang yang mempunyai kemampuan di
dalam dunia pendidikan dapat memanfaatkan kemampuan itu, baik dalam hal
positif maupun hal negatif. Berdasarkan situs newsdetik.com, telah terjadi
kecurangan pada ujian masuk Universitas Muhammadiyah Surabaya “Mahasiswa
UGM dan ITB Tertangkap Jadi Joki Tes Masuk Fakultas Kedokteran”.
Joki dapat diartikan sebagai orang yang mengerjakan ujian untuk orang lain
dengan menyamar sebagai peserta ujian yang sebenarnya dan menerima imbalan
berupa uang. Seseorang yang menjadi joki pasti memiliki kemampuan berfikir
yang luar biasa, namun hal ini melanggar peraturan yang berlaku pada universitas
tersebut. Seseorang yang menjadi joki ujian masuk Perguruan Tinggi dapat
dihukum dengan 5 tahun penjara berdasarkan artikel di kumparan.com.
Dari ulasan singkat diatas peneliti menyimpulkan bahwa masalah perjokian
ujian masuk Perguruan Tinggi menjadi masalah penting dan sekaligus menarik
untuk dikaji. Masalah perjokian ini tidak hanya terjadi di Indonesia namun juga
terjadi di berbagai negara, seperti yang tergambar di dalam film “Bad Genius”
film yang menggambarkan keadaan pendidikan di negara Thailand dimana para
joki bertugas untuk menggantikan seseorang dalam melakukan tes ujian masuk
Perguruan Tinggi dan mendapat imbalan berupa uang atas apa yang telah mereka
lakukan. Namun perbuatan ini melanggar peraturan dan norma-norma yang
berlaku serta memiliki moral yang tidak baik.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
PESAN MORAL DALAM FILM “BAD GENIUS” (Analisis Semiotika
Ferdinand De Saussure).
\
4
Universitas Muhammadiyah Riau
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pesan moral yang terdapat dalam film “Bad Genius”?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pesan moral yang
terdapat dalam film “Bad Genius”
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
pengembangan kajian studi ilmu komunikasi yang berfokus pada kajian
semiotika dalam bidang komunikasi yang menggunakan film sebagai salah
satu alat penyampaian komunikasinya. Penelitian ini juga berguna bagi
mahasiswa yang akan melakukan penelitian terhadap masalah yang sama
pada masa yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang berguna,
dan diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi penonton film
dalam memberikan pemaknaan. Sedangkan bagi para pembuat film
diharapkan dapat memberikan masukan wacana kenseptual sehingga pesan-
pesan negatif bisa diminimalisir.
5 Universitas Muhammadiyah Riau
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Komunikasi
Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak
langkah manusia. Komunikasi merupakan sebuah proses interaksi, dilihat dari
sudut pandang biologi komunikasi dari eksperimentasi adalah kecendrungan
bertindak dengan upaya individu yang terlibat secara aktif dalam aspek kehidupan
manusia (Fachrul, 2017:1). Manusia adalah makhluk sosial yang tergantung satu
sama lain dan mandiri serta saling terkait dengan orang lain dilingkungannya.
Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan orang lain dilingkungannya
adalah komunikasi baik secara verbal maupun non verbal (bahasa tubuh dan
isyarat yang banyak dimengerti oleh suku bangsa).
Komunikasi secara etimologi berasal dari kata communicare yang berarti
berbagi, selain itu juga disebut communication yang bersumber dari asal kata
communis berarti sama makna. Kata communis berasal dari akar kata communico
yang berarti berbagi (Jupendri, 2016:79).
Secara terminologi komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari suatu
sumber (komunikator) kepada penerima (komunikan). Sebuah defenisi singkat
oleh Harold Lasswell bahwa cara yang tepat untuk menjelaskan komunikasi ialah
menjawab pertanyaan “Siapa yang menyampaikan, apa yang di sampaikan,
melalui saluran apa, kepada siapa, dan menimbulkan efek apa”. Lain halnya
dengan Steven, justru mengajukan sebuah defenisi yang lebih luas, bahwa
komunikasi terjadi kapan saja suatu organisme memberi reaksi terhadap suatu
objek atau stimuli, misalnya seorang berlindung pada suatu tempat karena
diserang badai.
Sebuah defenisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang
mengkhususkan dari pada studi komunikasi antar manusia (human
communication) bahwa: “Komunikasi adalah suatu interaksi, proses simbolik
yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun
6
Universitas Muhammadiyah Riau
hubungan antar sesama manusia, (2) melalui pertukaran informasi, (3) untuk
menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, serta (4) berusaha mengubah sikap
dan tingkah laku itu.” (Cangara, 2012:22).
Komunikasi selalu muncul dalam konteks, yakni dalam suatu setting atau
situasi tertentu. Secara teoritis, konteks komunikasi dapat dibagi dengan berbagai
cara, tergantung kategori yang kita gunakan. Misalnya berdasarkan kategori
jumlah manusia yang terlibat di dalamnya, komunikasi dapat terjadi dalam bentuk
antar pribadi, kelompok kecil, kelompok besar/publik, organisasi, dan massa
(Daryanto, 2012:34).
a. Komunikasi diri sendiri
Komunikasi diri sendiri adalah komunikasi yang terjadi di dalam diri
komunikator atau lazim disebut dengan komunikasi dengan diri sendiri.
Komunikasi diri sendiri merupakan dasar komunikasi antar pribadi. Ketika
berbicara dengan orang lain, sesungguhnya kita telah selesai berkomunikasi
dengan diri kita sendiri. Dengan selesainya komunikasi diri sendiri, dimana
manusia melakukan tindak komunikasi dengan menyampaikan pesannya
maka ia masuk pada tataran komunikasi antar pribadi.
b. Komunikasi antar pribadi
Komunikasi antar pribadi dapat terjadi dalam konteks satu komunikator
dengan satu komunikan atau satu komunikator dengan dua komunikan,
lebih dari tiga orang biasanya dianggap komunikasi kelompok.
Dalam tataran antar pribadi komunikasi berlangsung secara sirkuler,
peran komunikator dan komunikan terus dipertukarkan, karena itu
kedudukan komunikator dan komunikan relatif setara. Dalam komunikasi
antar pribadi, komunikator dapat mempengaruhi langsung tingkah laku
(efek kognitif) dari komunikannya, memanfaatkan pesan verbal maupun
nonverbal.
c. Komunikasi kelompok
Apabila jumlah pelakunya lebih dari tiga orang, cenderung dianggap
komunikasi kelompok kecil atau biasa disebut komunikasi kelompok.
Dalam komunikasi kelompok, komunikator relatif mengenal komunikan,
demikian juga antar komunikan.
7
Universitas Muhammadiyah Riau
d. Komunikasi publik
Dalam komunikasi publik, proses komunikasi relatif bersifat linear atau
satu arah. Kedudukan komunikator lebih tingi dari komunikan sehingga
terdapat kecendrungan bahwa umpan balik komunikasi hanya persetujuan
atau diam. Dengan demikian komunikasi publik membuka peluang agar
pesan lebih ditujukan pada efek afektif, emosi, dan perasaan komunikan.
e. Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasi terjadi dalam organisasi ataupun antar
organisasi, baik bersifat formal maupun informal. Semakin formal sifatnya,
semakin terstruktur pesan yang disampaikan. Komunikasi formal adalah
komunikasi menurut struktur organisasi, komunikasi ke atas, ke bawah,
ataupun horizontal. Komunikasi informal adalah yang terjadi diluar struktur
organisasi.
f. Komunikasi massa
Komunikasi massa melibatkan jumlah komunikan yang banyak,
tersebar dalam era geografis yang luas, namun punya perhatian dan minat
terhadap isu yang sama. Karena itu, agar pesan dapat diterima serentak pada
waktu yang sama maka digunakan media massa seperti surat kabar, majalah,
radio, atau televisi.
Dalam tataran komunikasi ini, komunikator dan komunikan serta antar
komunikan relatif tidak saling kenal secara pribadi, anonim, dan sangat
heterogen. Komunikator dapat berbentuk organisasi (misalnya, tim redaksi
atau LSM yang menyatakan protes terhadap sesuatu). Pesan-pesannya relatif
bersifat umum, disampaikan secara serentak dan sangat terstruktur. Dalam
komunikasi massa, umpan balik relatif tidak ada atau bersifat tunda.
Komunikator cenderung sulit mengetahui umpan balik komunikan dengan
segera. Untuk mengetahuinya, biasanya harus dilakukan survei atau
penelitian.
8
Universitas Muhammadiyah Riau
2.1.2 Media massa
Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang berlangsung dimana
pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya
massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar,
dan film. Menurut Cangara (2010:126) jika khalayak tersebar tanpa diketahui
dimana mereka berada maka biasanya digunakan media massa. Komunikator
dalam media massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang artinya, gabungan
antara berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga.
Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang
atau satu kelompok masyarakat tertentu. Cangara (2012:140) menjelaskan
masing-masing dari media tersebut sebagai berikut:
a. Televisi
Televisi saat ini bukanlah hal yang asing. Media ini banyak menyita
perhatian dan waktu luang setiap orang. Hal ini disebabkan karena televisi
mempunyai banyak kelebihan dibanding dengan media massa yang lain.
Salah satunya adalah kemampuan menggabungkan antarfungsi audio visual
ditamba dengan kemampuan memainkan warna. Televisi juga menyediakan
berbagai saluran yang bisa dipilih oleh penonton, sesuai dengan selera
masing-masing individu.
b. Radio
Salah satu kelebihan media radio dibanding dengan media lainnya,
ialah cepat dan mudah dibawa kemana-mana. Radio bisa dinikmati sambil
mengerjakan pekerjaan lain, seperti memasak, menulis, menjahit dan
sebagainya.
c. Surat kabar
Surat kabar adalah media massa tertua sebelum ditemukannya film,
radio dan televisi. Surat kabar memiliki keterbatasan yaitu hanya bisa
dinikmati oleh mereka yang bisa membaca dan lebih banyak diminati oleh
orang tua dibanding remaja dan anak-anak.
d. Film
Film digunakan sebagi media massa karena khalayaknya banyak,
jangkauannya luas dan tidak diperuntukkan untuk perorangan ataupun
9
Universitas Muhammadiyah Riau
kelompok. Film adalah gambar bergerak dengan kombinasi efek suara dan
musik yang ditanyangkan pada sebuah layar lebar yang terdapat di sebuah
bioskop dan dapat diminati oleh penontonnya. Film sangat bergantung pada
alur ceritanya, jika alur ceritanya kuat maka penonton akan dengan mudah
memahami isi pesan yang disampaikan pada film tersebut. Disamping itu,
film juga sangat baik untuk sarana mendidik, menghibur, mempengaruhi,
khalayak baik secara pemikiran maupun tingkah laku.
Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk
menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di
suatu tempat tertentu. (Effendy, 1986: 134). Film merupakan salah satu
media dalam komunikasi massa, yang memikili pengaruh yang cukup besar
bagi masyarakat. Hal itu disebabkan karena film dapat menjadi sarana untuk
mempelajari fenomena-fenomena yang terjadi di dunia nyata dengan
makna-makna yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, mempelajari
media dapat diartikan sama dengan mempelajari makna yang disampaikan
didalam media itu sendiri.
Film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia,
mempunyai masa pertumbuhan pada akhir abad ke-19. Film mencapai
puncaknya diantara perang dunia I dan II, namun kemudian merosot tajam
setelah tahun 1945, seiring dengan munculnya medium televisi. (Sobur,
2006:126)
Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu
termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam
upaya pencapaian efek yang diharapkan. Yang paling penting dalam film
adalah gambar dan suara: kata yang diucapkan (ditambah dengan suara-
suara lain yang serentak mengiringi gambar-gambar) dan musik film.
a. Jenis-Jenis Genre Yang Terdapat Dalam Film
Genre di dalam film terdapat beberapa macam, berikut ini adalah genre film
menurut Widagdo dan Gora dalam Saefudin(2013:20):
1. Action (Laga)
Film bertema laga biasanya di bumbui dengan keahlian setiap tokoh
untuk bertahan dalam pertarungan hingga akhir cerita. Kunci sukses dari
10
Universitas Muhammadiyah Riau
jenis film ini adalah kepiawaian sutradara untuk menyajikan aksi
pertarungan secara apik dan detail, seolah-olah penonton ikut merasakan
ketegangan yang terjadi.
2. Comedy (humor)
Comedy adalah film yang mengandalkan kelucuan sebagai faktor
penyajian utama. Genre ini tergolong paling disukai dan bisa menambah
usia segmentasi penonton. Namun, ada kesuliatan dalam menyajikannya
jika kurang waspada comedy yang ditawarkan bisa terjebak dalam humor
slapstick, yaitu terkesan memaksa penonton untuk menertawakan
kelucuan yang dibuat.
3. Romance (Drama)
Romance adalah jenis yang paling populer dikalangan masyarakat
penonton film. Faktor perasaan dan realitas kehidupan nyata ditawarkan
dengan senjata simpati dan empati penonton terhadap tokoh yang
diceritakan.
4. Mistery (Horor)
Horor adalah sebuah genre khusus dunia perfilman, karena meskipun
cakupannya sempit dan berkisar pada itu saja, tetapi genre ini cukup
mendapatkan perhatian dari para penonton. Hal tersebut disebabkan oleh
keingin tahuan manusia pada dunia yang membuat mereka selalu
bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi di dunia lain tersebut.
2.1.3 Pesan
Pesan merupakan hasil encoding. Pesan adalah seperangkat simbol-simbol
verbal ataupun nonverbal yang mewakili keadaan khusus sumber pada satu dan
tempat tertentu (Daryanto, 2012:103). Pesan dalam bahasa inggris disebut dengan
massage, content and information. Pesan adalah sesuatu yang disampaikan
komunikator kepada komunikan baik secara verbal maupun nonverbal. Pesan
dapat berupa ilmu pengetahuan, informasi, nasehat, propaganda dan hiburan.
dalam proses penyampaiannya, suatu pesan memiliki dua sifat yaitu abstrak dan
konkret.
11
Universitas Muhammadiyah Riau
Pesan bersifat abstrak berlangsung ketika pesan masih berupa konseptual,
ideologis dan idealistik yang disampaikan kepada komunikan. Sedangkan pesan
yang bersifat kongkret yaitu pesan abstrak yang sudah diterjemahkan dalam
bentuk simbol atau lambang yang disampaikan kepada komunikan. Simbol atau
lambang dapat berupa bahasa baik lisan maupun tulisan, suara, gambar, mimik,
gerak-gerik dan sebagainya (Suyomukti dalam Jupendri, 2016:111).
Simbol yang bermakna atau kode dalam proses komunikasi terbagi dua
macam yakni verbal dan nonverbal. Jupendri (2016:112) menjelaskan masing-
masing dari pesan verbal dan nonverbal sebagai berikut:
1. Pesan verbal
Pesan verbal adalah suatu pernyataan yang disampaikan komunikator
kepada komunikan dengan menggunakan bahasa. Secara umum bahasa
diartikan sebagai seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur,
sehingga menjadi himpunan kalimat yang mengandung makna. Makna
itulah yang menjadi substansi utama dalam suatu proses komunikasi.
Pesan verbal dikenal juga dengan istilah komunikasi verbal, yaitu salah
satu jenis pesan yang menggunakan bahasa, dimana cara penyampaiannya
terdiri dari dua cara, lisan dan tulisan. Dalam kehidupan sehari-hari
komunikasi secara verbal dapat ditemukan dalam percakapan (obrolan)
yang dilakukan dua orang atau lebih, ceramah, pidato, orasi, dan
sebagainya. Sedangkan komunikasi secara tertulis dapat berbentuk surat,
wesel, artikel, opini dan sebagainya.
2. Pesan nonverbal
Pesan nonverbal adalah pesan yang menggunakan isyarat atau gerak
tubuh untuk menyampaikan maksud dan tujuan oleh komunikator kepada
komunikan. Jenis pesan ini tidak menggunakan bahasa sebagai pesan verbal,
oleh karena itu pesan nonverbal dikenal juga dengan istilah bahasa diam
(silent languange).
Dalam kehidupan sehari-hari, komunikator yang selalu menggunakan
pesan nonverbal adalah komunitas atau orang-orang tuna bicara (bisu) dan
anak-anak kecil yang belum bisa bicara. Selain itu, pesan nonverbal juga
12
Universitas Muhammadiyah Riau
ditemukan juga ditemukan pada rambu-rambu lalu lintas, larangan buang
sampah, larangan membuang kotoran, larangan merokok dan sebagainya.
Pesan nonverbal mempunyai hubungan yang erat dengan pesan verbal.
Kedua pesan saling mendukung dan melengkapi satu sama lain. Berkaitan
dengan itu, ada empat fungsi pesan nonverbal. Pertama, pesan nonverbal
dapat meyakinkan apa yang diucapkan. Kedua, pesan nonverbal dapat
menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-
kata. Ketiga, pesan nonverbal dapat menunjukan jati diri sehingga orang
lain mengenalnya. Keempat, pesan nonverbal dapat menambah atau
melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempurna.
2.1.4 Pesan Moral Dalam Film
Film adalah salah satu bentuk media yang sangat mengikat dan menjadi
salah satu yang paling berpengaruh dalam masyarakat sekarang ini. film
menggunakan audio dan visual, sehingga penontonnya dimanjakan ke dalam suatu
dunia lain yang begitu menarik dan luar biasa. Sedangkan buku, radio, dan lukisan
membutuhkan imajinasi lebih dari audiennya. Sebagai salah satu bentuk seni yang
menarik dan sangat mudah untuk didapatkan, film memiliki tujuan untuk
mempengaruhi banyak orang di dalam suatu masyarakat melalui pesan dan
gambarnya.
Ketika beberapa film bertujuan untuk mendidik penontonnya, ada juga yang
hanya ingin menghibur. Sedangkan banyak juga yang mencoba untuk melakukan
keduanya. Film biasanya ingin mendidik penontonnya dengan mengajarkan
pelajaran moral. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:592), moral
diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, atau susila.
Secara terminologis, terdapat berbagai rumusan pengertian moral, yang dari
segi substantif materilnya tidak ada perbedaan, akan tetapi bentuk formalnya
berbeda. Widjaja (1985:154) menyatakan bahwa moral adalah ajaran baik dan
buruk tentang perbuatan dan kelakuan (akhlak). Al-Ghazali (1994:31)
mengemukakan pengertian akhlak, sebagai padanan kata moral, sebagai perangai
(watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa manusia dan merupakan sumber
timbulnya perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan, tanpa perlu
13
Universitas Muhammadiyah Riau
dipikirkan dan direncanakan sebelumnya. Moral pada dasarnya adalah suatu
rangkaian nilai dari berbagai macam perilaku yang wajib dipatuhi (Gunarsa,
1986). Sedangkan menurut Shaffer (1979), moral dapat diartikan sebagai kaidah
norma dan pranata yang mampu mengatur prilaku individu dalam menjalani suatu
hubungan dengan masyarakat. Sehingga moral adalah hal mutlak atau suatu
perilaku yang harus dimiliki oleh manusia. Perilaku individu harus memiliki
batasan dan aturan yang mengikat, sehingga tidak keluar dari batasan norma dan
nilai masyarakat. Tindakan individu harus berada pada wilayah yang wajar
dimasyarakat. Maka, moral dapat diartikan sebagai perilaku yang dimiliki oleh
individu dan sesuai dengan nilai, norma, dan hukum masyarakat. Individu yang
sesuai dengan aturan memiliki moral yang bagus dan tidak menyimpang. Perilaku
yang menyimpang disebabkan keluarnya dari batasan aturan yang ada.
Berbagai moral pun disajikan dalam film seperti moral pendidikan. Moral
pendidikan adalah moral yang diajarkan pada anak-anak di sekolah, dengan kata
lain gurulah yang mengajarkan murid-muridnya pelajaran moral saat anak tersebut
di lingkungan sekolah. Lalu ada juga moral keberanian, keberanian moral menurut
Kidder (2005), adalah keberanian seseorang yang muncul karena dorongan prinsip
moral, keberanian moral tidak hanya berani menghadapai tantangan fisik bagi
tubuh seseorang tetapi juga menghadapi tantangan mental yang dapat merusak
reputasi, perasaan emosional, kesehatan, keuangan dan rasa percaya diri seseorang
( Jaquiline, 2014:45).
Nurgiyantoro (2013:323) menjelaskan kategori-kategori berdasarkan pesan
moral terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Kategori hubungan manusia dengan Tuhan
Dalam hal ini, moral dalam hubungan manusia dengan Tuhan
menjelaskan bahwa manusia pada dasarnya adalah manusia beragama, yaitu
manusia selalu berhubungan dengan Tuhan. Indikator dari moral dalam
hubungan manusia dengan Tuhan dapat berupa bersyukur, percaya kepada
Tuhan, berdoa, dan taat kepada Tuhan.
2. Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri
Moral dalam hubungan manusia dengan diri sendiri dapat diartikan
bahwa manusia selalu ingin memperoleh yang terbaik dalam hidupnya dan
14
Universitas Muhammadiyah Riau
keyakinannya sendiri tanpa harus selalu tergantung dengan orang lain.
Indikator dari moral dalam hubungan manusia dengan diri sendiri dapat
berupa takut, jujur, sabar, maut, rindu, keegoisan, bekerja keras, menuntut
ilmu, keberanian, kecerdikan, harga diri, sakit, kebanggaan, keraguan,
kecewa, tegas, ulet, ceria, teguh, terbuka, visioner, mandiri, tegar, reflektif,
tanggung jawab, dan disiplin
3. Kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial,
termasuk dengan alam.
Moral dalam hubungan manusia dengan manusia lain menjelaskan
bahwa manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran orang
lain dalam hidupnya. Disamping itu, manusia merupakan makhluk individu
yang memiliki keinginan pribadi untuk meraih kepuasan dan ketenangan
hidup baik lahiriah maupun batiniah dengan cara hidup berdampingan dan
menjalin hubungan silahturahmi dengan manusia yang lain. Indikator dari
moral dalam hubungan manusia dengan manusia lain ini dapat berupa: kasih
sayang, rela berkorban, kekeluargaan, kepedulian, musyawarah, gotong-
royong, dan tolong-menolong.
Moral dalam hubungan manusia dengan alam menjelaskan mengenai
alam yang merupakan kesatuan kehidupan dimana kita berada, karena
lingkungan membentuk, mewarnai, dan menjadikan objek timbulnya ide-ide
dan pola pikir manusia untuk mencari keselarasan dengan alam sebagai
bagian dari kehidupannya. Adapun indikator dari moral dalam hubungan
manusia dengan alam ini dapat berupa: penyatuan dengan alam,
pemanfaatan sumber daya alam, dan kodrat alam.
2.1.5 Film Bad Genius
Film Bad Genius dengan Genre Drama, Crime, School, Trhiller ini
berdurasi 130 menit. Bad Genius adalah film yang diproduksi oleh Jorkwang
Films. Film ini dirilis di Indonesia pada tanggal 23 Agustus 2017. Film Bad
Genius ini disutradarai oleh Nattawut Poonpiriya, yang juga merangkap menjadi
penulis skenario. Film ini dibintangi oleh Chutimon Chuengcharoensukying,
Santinatornkul Chanon, Oom Eisaya Hosuwan, Supapunpinyo Teeradon.
15
Universitas Muhammadiyah Riau
Film ini menceritakan tentang siswi yang cerdas yang mengkapitalisasi
kecerdasannya demi mendapat keuntungan material. Lynn (Chutimon
Chuengcharoensukying) adalah siswi pindahan yang sangat genius, Lynn
mendapatkan beasiswa di salah satu sekolah ternama, namun ternyata pihak
sekolah tetap meminta biaya. Akibat biaya sekolah yang sangat mahal, Lynn
akhirnya memilih jalan pintas untuk mendapatkan uang dengan cara memberi
contekan kepada teman-teman sekelasnya. Bermula dari Lynn yang memberikan
jawaban kepada temannya yang bernama Oom Eisaya Hosuwan. Dan kekasih
temannya (Supapunpinyo Teeradon) juga ingin meminta jawaban darinya,
akhirnya bermula dari ujian sekolah biasa (semester), Lynn memberikan jawaban
kepada teman-temannya, namun hal tersebut tidak gratis melainkan ada bayaran
untuk Lynn asal kerja kerasnya itu.
Semakin banyak siswa yang ikut bekerja sama dalam tindakan itu dan Lynn
menyamarkannya dengan membuka les piano namun sebenarnya melatih ketikan
untuk memahami sandi atau ketukan jawaban soal ujian menggunakan jari-jari
tangan. Hal tersebut terus berlanjut hingga suatu hari ada saingan Lynn yang
merupakan orang pintar juga bernama Bank (Santinatornkul Chanon).
Bank (Santinatornkul Chanon) tidak mau melakukan hal tersebut walaupun
di bayar dan akhirnya tindakan Lynn terungkap dan orang tuanya kecewa. Akan
tetapi bukannya berhenti, Lynn mendapat tawaran dari teman dan kekasih
temannya itu untuk memberikan jawaban dari ujian STIC (SAT).
Bermula Lynn menolak namun ketika melihat jam dia menyadari akan
sesuatu bahwa Ujian STIC dilakukan di semua negara dan hari yang sama.
Akhirnya Lynn mengajak Bank untuk bekerja sama dan tidak main-main hasil
kerja kerasnya akan di hargai jutaan Baht, karena yang mengikuti sangat banyak.
Akhirnya keduanya pergi ke Australia untuk mengikuti Ujian lebih awal
(karena waktu negara Australia lebih cepat beberapa jam dari Thailand). Disana
mereka hampir tertangkap dan Bank lah yang tertangkap basah namun dia
meminta bayaran lebih mahal.
Sesampainya di Thailand, Lynn menyadari kesalahannya namun Bank
akhirnya sudah membuka tempat kerja laundry baru hasil dari kecurangan ujian
16
Universitas Muhammadiyah Riau
itu. Dia mengajak Lynn untuk kembali melakukan tindakan itu walaupun dirinya
sudah di larang untuk masuk ke semua perguruan tinggi akibat tindakan tersebut.
Namun Lynn menolak dan sadar akhirnya mengungkapkan kebenaran dan
di rekam. Namun tidak menyebut orang-orang yang bekerja sama dengannya.
Film Bad Genius mendapat banyak tanggapan positif dari para kritikus
internasional. Ditambah lagi, film ini telah memenangkan beberapa penghargaan
dari berbagai festival film. Seperti “Best Picture-Thriller Features” dari Austin
Fantastic Festival serta “Best Film”, “Best Asian Feature”, dan “Most Innovative
Feature Film” dari Fantasia International Film Festival. Prestasi Bad Genius
makin lengkap dengan dianugerahkannya penghargaan “Best Director” dari
Fantasia International Film Festival buat sang sutradara dan “Rising Star Award”
dari New York Asian Film Festival untuk pemeran utama.
2.2 Landasan teori
2.2.1 Semiotika
Kata “semiotika” berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti “tanda”
atau seme yang berarti “penafsiran tanda”. Semiotika berakar dari studi klasik dan
skolastik atas seni logika, retorika dan peotika. Tanda pada masa itu masih
bermakna sesuatu hal yang menunjukkan pada adanya hal lain. (Sobur, 2006:16).
Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinan de Saussure
(1857-1913) dan Charles Sanders Pierce (1839-1914). Kedua tokoh tersebut
mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama
lain. Saussure di Eropa dan Pierce di Amerika Serikat. Latar belakang keilmuan
Saussure adalah linguistik, sedangkan Pierce adalah filsafat. Saussure menyebut
ilmu yang dikembangkannya semiologi (Tinarbuko, 2009:11).
Semiologi menurut Saussure seperti dikutip Hidayat, didasarkan pada
anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna
atau selama berfungsi sebagai tanda, dibelakangnya harus ada sistem pembedaan
dan konvensi yang memungkinkan makna itu. Dimana ada tanda, disana ada
sistem (Tinarbuko, 2009:12).
Sedangkan Pierce menyebutkan ilmu yang dibangunnya semiotika
(Semiotics). Bagi Pierce yang ahli filsafat dan logika, penalaran manusia
17
Universitas Muhammadiyah Riau
senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya bisa bernalar lewat
tanda. Dalam pikirannya, logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat
diterapkan pada segala macam tanda (Berger dalam Tinarbuko, 2009:12).
Sebuah tanda atau representament (representament), menurut Charles S.
Pierce dalam Budiman (2011:17), adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili
sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu
dinamakan sebagai interpretan (interpretant) dari tanda yang pertama pada
gilirannya mengacu pada objek (object). Dengan demikian, sebuah tanda atau
representamen memiliki relasi triadik langsung dengan interpretan dan objeknya.
Apayang disebut sebagai proses semiosis merupakan suatu proses yang
memadukan entitas yang disebut sebagai representamen tadi dengan entitas lain
yang disebut sebagai objek. Proses semiosis ini sering pula disebut sebagai
signifikasi (signification).
Tanda-tanda (sign) adalah basis dari seluruh komunikasi, manusia dengan
perantaraan tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya.
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-
tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di
dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.
Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna
(meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda
(Littlejohn, 1996:66). Konsep dasar ini mengikat bersama seperangkat teori yang
amat luas berurusan dengan simbol, bahasa, wacana, dan bentuk nonverbal, teori-
teori yang menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan maknanya dan
bagaimana tanda disusun.
2.2.2 Teori Tokoh Semiotika
1. Teori tanda Ferdinand de Saussure
Ferdinand de Saussure disebut sebagai pendiri linguistik modern.
Saussure memang terkenal karena teorinya tentang tanda. Saussure
dilahirkan di Jenewa pada tahun 1857 dalam sebuah keluarga yang sangat
terkenal di kota itu karena keberhasilan mereka di bidang ilmu.
18
Universitas Muhammadiyah Riau
Sedikitnya ada lima pandangan dari Saussure yang kemudian menjadi
peletak dasar dari strukturalisme Levi-Strauss, yaitu pandangan tentang (1)
signifier (penanda) dan signified (petanda), (2) form (bentuk) dan content
(isi), (3) langue (bahasa) dan parole (tuturan), (4) synchronic ( sinkron) dan
diachronic (diakronik), (5) syntagmatic (sintagmatik) associative
(paradigmatik) (Sobur, 2006:46).
Signifier dan signified yang cukup penting dalam upaya menangkap hal
pokok pada teori Saussure adalah prinsip yang mengatakan bahwa bahasa
itu adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian,
yakni signifier (penanda) dan signified (petanda). Suara-suara, baik suara
manusia, binatang, atau bunyi-bunyian, hanya bisa dikatakan sebagai bahasa
atau berfungsi bilamana suara atau bunyi tersebut mengekspresikan,
menyatakan, atau menyampaikan ide-ide, pengertian tertentu.
Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan
sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah
“bunyi yang bermakna” atau “coretan” yang bermakna. Jadi penanda adalah
aspek material dari bahasa apa yang dikatakan atau di dengar dan apa yang
ditulis atau baca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep.
Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa (Bertens dalam Sobur,
2001:180). Yang harus diperhatikan adalah bahwa dalam tanda bahasa yang
konkret, kedua unsur tadi tidak bisa dilepas. Tanda bahasa selalu
mempunyai dua segi, penanda atau petanda, signifier atau signified,
signifiant atau signifie.
Setiap tanda kebahasaan menurut Saussure, pada dasarnya menyatukan
sebuah konsep (concept) dan suatu citra suara (sound image), bukan
Sign (Tanda)
Composed of
Signifier(Penanda) Signified(Petanda) Referen
Gambar 2.1 Model tanda Saussure
19
Universitas Muhammadiyah Riau
menyatakan sesuatu dengan sebuah nama. Suara yang muncul dari sebuah
kata yang diucapkan merupakan penanda (signifier) sedangkan konsepnya
adalah petanda (signified). Dua unsur ini tidak bisa dipisahkan sama sekali.
Pemisahnya hanya akan menghancurkan ‘kata’ tersebut. Misalnya sebuah
kata apa saja, maka kata tersebut pasti menunjukkan tidak hanya suatu
konsep yang berbeda (distinct concept), namun juga suara yang berbeda
(distinc sound).
2. Teori tanda Charles Sanders Peirce
Didalam lingkup semiotika Pierce, sebagaimana dipaparkan Lechte
(2001:227) seringkali mengulang-ulang bahwa secara umum tanda adalah
yang mewakili sesuatu bagi seseorang. Bagi Peirce tanda “is something
which stands to somebody for something in some respect or capacity”.
”Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Pierce disebut
ground. Konsekuensinya, tanda (sing atau representamen) selalu terdapat
dalam hubungan triadik, yakni ground, object, dan interpretant (Sobur,
2006:41).
Charles Sanders Pierce mengatakan, tanda adalah unsur bahasa atau
citra yang tersusun dari hubungan antar tanda itu sendiri, referen (objek
yang diacu oleh tanda), dasar representasi (sifat hubungan terhadap referen),
dan interpretan (hubungan eksperiensial antara penafsir dan makna). Tanda
mengacu kepada referen di dalam wilayah representasi yang mendasari
tanda sesuai fungsinya, apa yang diacunya, bagaimana, dan demi tujuan apa.
Makna tercipta ketika pembaca tanda menkodekan dasar representasi, yang
dengan demikian menafsirkan perbedaan antara tanda dengan pengalaman.
Meskipun terdapat perbedaan antara semiotika Saussure dengan
Sign(Tanda)
(something other than it self, sesuatu diluar dirinya)
Interpretant Object
(user,pengguna) (memiliki efek untuk penggunanya)
Gambar 2.2 Teori Charles Sanders Peirce
20
Universitas Muhammadiyah Riau
Pierce, sebagaimana yang tersirat di atas, namun keduanya berpendapat
sama bahwa tanda tak mungkin memiliki hubungan motivasional,
kedekatan, analogis, atau relasional dengan sesuatu yang ia representasikan.
Tanda selalu bersifat arbiter, atau sebaliknya, ia merepresentasikan dirinya
sendiri, yang selanjutnya menentukan apakah suatu tanda adalah hal yang
disebut Pierce sebagai indeks, ikon, dan simbol. Indeks menunjuk pada
makna langsung yang jelas dan bersifat universal, ikon adalah tanda yang
memiliki makna assosiatif atau analogis, simbol adalah suatu tanda yang
bermakna simbolik yang dapat dimengerti hanya jika dipahami latar
budayanya (Sobur, 2006:42).
3. Teori tanda Roland Barthes
Roland barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturals yang
getol mempraktekkan model linguistik dan semiology saussurean. Roland
barthes merupakan tokoh yang begitu identik dengan kajian semiotik.
Konsep pemikiran Barthes terhadap semiotik terkenal dengan konsep
mythologies atau mitos. Sebagai penerus dari pemikiran Saussure, Roland
Barthes menekankan interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi
yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya (Kriyantono, 2010:272).
Barthes telah banyak menulis esai dan buku yang beberapa diantaranya
menjadi rujukan penting untuk kajian semiotika di Indonesia. Pada tahun
1954-1956, sebuah rangkaian tulisan muncul dalam majalah prancis, Les
Letters Nauveles. Pada setiap terbitannya Roland Barthes membahas
“Mythology of the month” (mitologi bulan ini), sebagian besar dengan
menunjukkan bagaimana aspek denotatif, tanda-tanda dalam budaya pop
menyingkapkan konotasi yang pada dasarnya adalah “mitos-mitos (myths)”,
yang dibangkitkan oleh system tanda yang lebih luas yang membentuk
masyarakat. Dalam setiap esainya, Barthes membahas fenomena keseharian
yang luput dari perhatian. Ia menguraikan dan menunjukkan bahwa konotasi
yang terkandung dalam mitologi tersebut biasanya merupakan hasil
kontruksi yang cermat (Sobur, 2006:68).
21
Universitas Muhammadiyah Riau
1. Signifier
(penanda)
2. Signified
(petanda)
3. Denotative sign (tanda denotatif)
4. Connotative signifier
(penanda konotatif)
5. Connotative signified
(petanda konotatif)
6. Connotative sign (tanda konotatif)
Tabel 2.1 Teori Roland Barthes
Roland Barthes mengemukakan bahwa tanda denotatif terdiri atas
penanda dan petanda. Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif
adalah juga penanda konotatif. Dengan kata lain, hal tersebut merupakan
unsur material: hanya jika anda mengenal kata “singa” barulah konotasi
seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin (Cobley &
Jansz dalam Sobur, 2006:69).
2.3 Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan mengenai analisis semiotika dalam film sudah
dilakukan oleh beberapa peneliti dengan judul beragam, diantaranya:
1. Analisis Semiotika Pesan Moral Dalam Film Jokowi. Penelitian oleh
Ishmatun Nisa mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
tahun 2014. Dalam penelitian ini Ishmatun Nisa menggunakan metode
kualitatif dengan analisis Charles S. Pierce. Hasil dari penelitian ini ialah
Pesan moral yang disampaikan didalam Film Jokowi meliputi ketuhanan,
melestarikan budaya, kerukunan antar umat beragama, saling tolong
menolong, rajin serta rendah hati. Perbedaan penelitian yang dilakukan
peneliti ialah terletak pada objek dan analisis yang digunakan.
2. Representasi Pesan Moral Dalam Film Rudy Habibie Karya Hanung
Bramantyo (Analisis Semiotika Roland Barthes). Penelitian oleh Bagus
Fahmi Weisarkurnai mahasiswa Universitas Universitas Riau tahun 2017.
Dalam penelitian ini Bagus Fahmi Weisarkurnai menggunakan metode
kualitatif dengan analisi Roland Barthes. Hasil dari penelitian ini ialah
menunjukkan bahwa representasi pesan moral di dalam film Rudy Habibie
ini adalah melihat hubungan manusia dengan tuhan, melihat hubungan
manusia dengan manusia,hubungan manusia dengan lingkungan sosial.
22
Universitas Muhammadiyah Riau
Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti ialah terletak pada objek dan
analisis yang digunakan.
3. Pesan Moral Dalam Film To Kill A Mockingbird (Analisis Semiotika Pada
Film To Kill A Mockingbird). Penelitian oleh Jaquiline Melissa Renyoet
mahasiswa Universitas Hasanuddin tahun 2014. Dalam penelitian ini
Jaquiline Melissa Renyoet menggunakan metode kualitatif dengan analisis
Roland Barthes. Hasli dari penelitian ini ialah Menunjukkan bahwa film To
Kill A Mockingbird menyampaikan pesan moral yang kuat kepada
penontonnya dengan menggunakan sejarah, instruksi moral dan
perkembangan karakter dalam film. Perbedaan penelitian yang dilakukan
peneliti ialah terletak pada objek dan analisis yang digunakan.
Hasil penelitian relevan
Tabel 2.2 Penelitian Relevan
No
Nama Peneliti, Judul
penelitian dan
Lembaga
Metode dan
Teori Hasil Perbedaan
1 Ishmatun Nisa,
Analisis Semiotika
Pesan Moral Dalam
Film Jokowi,
Universitas islam
negeri syarif
hidayatullah 2014
Teori Charles
S. Pierce,
Metode yang
digunakan
dalam
penelitian ini
adalah
Kualitatif
Pesan moral yang
disampaikan Film
Jokowi meliputi
ketuhanan,
melestarikan
budaya,
kerukunan antar
umat beragama,
saling tolong
menolong, rajin
serta rendah hati
Perbedaan
terletak
pada objek
dan teori
yang
digunakan
2 Bagus Fahmi
Weisarkurnai,
Representasi Pesan
Moral Dalam Film
Teori Roland
Barthes,
Metode yang
digunakan
Menunjukkan
bahwa
representasi pesan
moral di dalam
Perbedaan
terletak
pada objek
dan teori
23
Universitas Muhammadiyah Riau
Rudy Habibie Karya
Hanung Bramantyo
(Analisis Semiotika
Roland Barthes),
Universitas Riau,
2017
dalam
penelitian ini
adalah
Kualitatif
film Rudy Habibie
ini adalah melihat
hubungan manusia
dengan tuhan,
melihat hubungan
manusia dengan
manusia,hubungan
manusia dengan
lingkungan sosial.
yang
digunakan
3 Jaquiline Melissa
Renyoet, Pesan Moral
Dalam Film To Kill A
Mockingbird
(Analisis Semiotika
Pada Film
To Kill A
Mockingbird),
Universitas
Hasanuddin, 2014
Teori Roland
Barthes,
Metode yang
digunakan
dalam
penelitian ini
adalah
Kualitatif
Menunjukkan
bahwa film To
Kill A
Mockingbird
menyampaikan
pesan moral yang
kuat kepada
penontonnya
dengan
menggunakan
sejarah, instruksi
moral dan
perkembangan
karakter dalam
film
Perbedaan
terletak
pada objek
dan teori
yang
digunakan
24
Universitas Muhammadiyah Riau
2.4 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini menggunakan konsep analisis Ferdinand de Saussure, untuk
menganalisis pesan moral yang terdapat dalam film Bad Genius. Penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
Penjelasan:
Penelitian ini berjudul Pesan Moral Dalam film Bad Genius, dimana
peneliti ingin melihat pesan moral apa saja yang disampaikan dari film yang
bertemakan pendidikan ini. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis
semiotika Ferdianan De Saussure, teori Saussure adalah prinsip yang mengatakan
bahwa bahasa itu adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun dari dua
bagian, yakni signifier (penanda) dan signified (petanda). Suara-suara, baik suara
manusia, binatang, atau bunyi-bunyian, hanya bisa dikatakan sebagai bahasa atau
berfungsi bilamana suara atau bunyi tersebut mengekspresikan, menyatakan, atau
menyampaikan ide-ide, pengertian tertentu.
Film Bad Genius
Pesan moral
1. Hubungan manusia dengan tuhan
2. Hubungan manusia dengan dengan diri sendiri
3. Hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial
Analisis semiotika
Ferdinand de Saussure
Signifier
(penanda)
Signified
(petanda)
Tabel 2.3 Kerangka Pemikiran
25 Universitas Muhammadiyah Riau
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metodologi berasal dari kata metodos (cara,teknik atau prosedur) dan logos
(ilmu). Jadi, metodologi adalah ilmu yang mempelajari prosedur atau teknik-
teknik tertentu. Metode penelitian merupakan suatu pengkajian dari peraturan-
peraturan yang terdapat dalam metode penelitian. Sedangkan metode penelitian
adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-
langkah sistematik (Kriyantono, 2006:49).
Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapat pemahaman yang sifatnya
umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut
tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis
terhadap kenyataan sosial yang menjadi Fokus penelitian. Dan kemudian ditarik
suatu kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan
tersebut (Ruslan, 2010:215).
3.2 Waktu Penelitian
Uraian Jul Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb
Pengajuan dan
perbaikan judul
Bimbingan
Proposal
Seminar
Proposal
Penelitian
Sidang Skripsi
Tabel 3.1 waktu Penelitian
26
Universitas Muhammadiyah Riau
3.3 Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam konsep penelitian merujuk pada responden, informan
yang hendak diminati informasi atau digali datanya. Subjek penelitian
menurut Amirin, merupakan seseorang atau sesuatu yang ingin diperoleh
keterangan, sedangkan Suharmisi Arikunto memberi batasan subjek
penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel
penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan. Di dalam penelitian
kualitatif subjek penelitian disebut dengan istilah informan, yaitu orang
yang memberikan informasi tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan
dengan penelitian yang sedang dilaksanakan (Idrus, 2009:91).
Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah film Bad Genius yang
di rilis pada tanggal 03 Mei 2017 berdurasi 130 menit. Film ini di produksi
oleh Jorkwang Films yang di sutradarai oleh Nattawut Poonpiriya.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam konsep penelitian merujuk pada masalah atau
tema yang sedang diteliti (Idrus, 2009:91). Objek penelitian yang dilakukan
oleh peneliti adalah pesan moral yang terdapat didalam film Bad Genius
produksi oleh Jorkwang Films yang di sutradarai oleh Nattawut Poonpiriya.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, kerena tujuan utama dari penelitian adalah mengumpulkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2012:401).
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan untuk penelitian ini ialah
teknik dokumentasi, yaitu catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusus secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
27
Universitas Muhammadiyah Riau
sehingga dapat dengan mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain (Bogdan dalam Sugiyono, 2012:427).
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data menjabarkannya
kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat
diceritakan kepada orang lain (Sugiyono, 2013:427).
Untuk mendapatkan data yang nyata dan akurat haruslah menggunakan
teknik analisis data yang benar agar tidak terjadinya masalah yang akan timbul
saat berlangsungnya pengumpulan data. Adapaun langkah-langkah yang peneliti
lakukan sebagai berikut:
1. Menganalisis data yang telah dikumpulkan oleh peneliti
2. Metode yang akan dilakukan adalah pengamatan secara mendalam terhadap
perilaku tokoh-tokoh utama dalam film.
3. Pengelompokan data dengan analisis sesuai teori yang ada, menggunakan
analisis Semiotika Ferdinand de Saussure. Dalam penerapannya, metode
semiotik menuntut adanya pengamatan secara menyeluruh dari semua isi
film “Bad Genius”, termasuk cara penyajiannya, simbol, ekspresi dan tanda-
tanda tentang pesan moral dalam film tersebut.
4. Penafsiran simbol dan tanda yang telah ditemukan di dalam film “Bad
Genius”
5. Peneliti akan memaparkan hasil penelitian dengan analisis dalam bentuk
scene