bab i pendahuluan

44
Bab I Bab I Pendahuluan Pendahuluan Sosiologi, Ekonomi dan Sosiologi, Ekonomi dan Politik Politik FOKUS SOSIOLOGI POLITIK FOKUS SOSIOLOGI POLITIK

Upload: brosh

Post on 11-Jan-2016

111 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bab I Pendahuluan. Sosiologi , Ekonomi dan Politik FOKUS SOSIOLOGI POLITIK. HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU DAN MAHLUK SOSIAL. Manusia, mahluk dan individu secara etimologi diartikan sebagai berikut: Manusia berarti mahluk yang berakal budi dan mampu menguasai mahluk lain. - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: Bab  I Pendahuluan

Bab IBab IPendahuluanPendahuluan

Sosiologi, Ekonomi dan PolitikSosiologi, Ekonomi dan Politik

FOKUS SOSIOLOGI POLITIKFOKUS SOSIOLOGI POLITIK

Page 2: Bab  I Pendahuluan

HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU DAN MAHLUK SOSIAL

Manusia, mahluk dan individu secara etimologi diartikan sebagai berikut: Manusia berarti mahluk yang berakal budi dan mampu menguasai mahluk lain.Makhluk yaitu sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan.Individu mengandung arti orang seorang, pribadi, organisme yang hidupnya berdiri sendiri. Secara fisiologis ia bersifat bebas, tidak mempunyai hubungan   organik dengan sesama.

Page 3: Bab  I Pendahuluan

Etimologis :Etimologis :

Kata manusia berasal dari kata Kata manusia berasal dari kata manu manu (Sansekerta) atau (Sansekerta) atau mens mens (Latin) yang berarti berpikir, berakal (Latin) yang berarti berpikir, berakal budi, atau budi, atau homo homo (Latin) yang berarti (Latin) yang berarti manusia. Istilah individu berasal dari manusia. Istilah individu berasal dari bahasa Latin, yaitu bahasa Latin, yaitu individumindividum, yang , yang artinya sesuatu yang tidak dapat artinya sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau suatu kesatuan dibagi-bagi lagi atau suatu kesatuan yang terkecil dan terbatas.yang terkecil dan terbatas.

Page 4: Bab  I Pendahuluan

KodratiKodrati

Manusia merupakan mahluk monodualis. Artinya selain sebagai mahluk individu, manusia berperan juga sebagai mahluk sosial. Sebagai mahluk individu, manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang terdiri atas unsur jasmani (raga) dan rohani (jiwa) yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Jiwa dan raga inilah yang membentuk individu.

Page 5: Bab  I Pendahuluan

BEBERAPA TEORI PENDEKATAN PEMAHAMAN TENTANG MANUSIA

Pendekatan Materialisme Antropologi. Menjelaskan bahwa pada hakikatnya manusia adalah materi, manusia adalah jasad yang tersusun dari bahan-bahan material dari dunia organik.

Pendekatan Materialisme Biologi. Menjelaskan bahwa manusia merupakan badan yang hidup atau organisme yang mempersatukan segala pembawaan dan kegiatan kehidupan badan di dalam dirinya. Struktur kehidupan manusia yang memiliki kewaspadaan indrawi berlaku juga bagi hewan. Dalam kenyataan, manusia memang merupakan bagian dari kehidupan organik yang dapat ditelusuri dari bentuk sub human (evolusi).

Pendekatan Idealisme Antropologi. Menjelaskan bahwa manusia adalah mahluk yang memiliki unsur spiritual intelektual yang secara intrinsik tidak bergantung pada materi. Manusia tidak dapat dijelaskan dengan satu prinsip saja, sebab di dalam diri manusia bergabung berbagai prinsip yang menyusun suatu pemahaman tentang dirinya secara utuh dan lengkap.

Page 6: Bab  I Pendahuluan

ASPEK KEGIATAN MANUSIA

Prof. Dr. N. Drijarkara berpendapat, bahwa pada hakikatnya manusia sebagai individu mempunyai empat aspek kegiatan dalam penggabungan alam jasmani kepada manusia. Aspek tersebut adalah sebagai berikut:Aspek Ekonomi. Manusia dengan menurunkan tangannya ke alam jasmani dapat merubah barang-barang sehingga berguna untuk kehidupan umat.Aspek Kultural. Manusia dengan manifestasinya mendirikan monumen, kuil, candi, menciptakan kesusasteraan, musik, kesenian, dan sebagainya.

Page 7: Bab  I Pendahuluan

LANJUTAN ASPEK KEGIATAN MANUSIA

Aspek Peradaban. Dimaksudkan sebagai keadaan dan peradaban pada diri manusia dalam tingkah lakunya, seperti cara bergaul, adat istiadat, pakaian yang wajar, dan sebagainya. Bentuk peradaban manausia di luar tingkah lakunya tercermin pada gedung dan bangunan yang dimasukkan unsur keindahan, peralatan yang sempurna, barang konsumsi yang menyenangkan

Aspek Teknik. Manusia dengan kegiatannya mengaktifasi alam jasmani menurut hukum-hukumnya sehingga menimbulkan efisiensi. Permulaan teknik adalah dari badan manusia, semua penggunaan badan mengandung unsur-unsur teknik dalam kehidupan manusia. Jadi tidak terbatas dalam lapangan memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan atau memperpanjang kehidupan saja, melainkan termasuk bidang kesenian, permainan, bahasa, mengatur negara, dan sebagainya.

Page 8: Bab  I Pendahuluan

KONSEKUENSI MANUSIA SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU

Merawat diri bersih, rapi, sehat dan kuat

Hidup mandiri Berkepribadian baik dan luhur Mempertanggungjawabkan

perbuatannya

Page 9: Bab  I Pendahuluan

Sikap realisasikan dalam suatu kenyataan, maka masing-masing individu

Selalu bersih, rapi, sehat, dan kuat Berhati nurani yang bersih Memiliki semangat hidup yang tinggi Memiliki prinsip hidup yang tangguh Memiliki cita-cita yang tinggi Kreatif dan gesit dalam memanfaatkan potensi

alam Berjiwa besar dan penuh optimis Mengembangkan rasa perikemanusiaan Selalu berniat baik dalam hati Menghindari sikap statis, pesimis, pasif, maupun

egois

Page 10: Bab  I Pendahuluan

MANUSIA SEBAGAI MAHLUK SOSIAL

Plato mengatakan, mahluk hidup yang disebut manusia merupakan mahluk sosial dan mahluk yang senang bergaul/berkawan (animal society = hewan yang bernaluri untuk hidup bersama).

Status mahluk sosial selalu melekat pada diri manusia. Manusia tidak bisa bertahan hidup secara utuh hanya dengan mengandalkan dirinya sendiri saja. Sejak lahir sampai meninggal dunia, manusia memerlukan bantuan atau kerjasama dengan orang lain.

Page 11: Bab  I Pendahuluan

MANUSIA SEBAGAI MAHLUK SOSIAL Menurut Aristoteles (384 – 322 SM),

manusia adalah mahluk yang pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya (zoon politicon yang artinya mahluk yang selalu hidup bermasyarakat).

Pada diri manusia sejak dilahirkan sudah memiliki hasrat/bakat/naluri yang kuat untuk berhubungan atau hidup di tengah-tengah manusia lainnya. Naluri manusia untuk hidup bersama dengan manusia lainnya disebut gregoriousness.

Page 12: Bab  I Pendahuluan

ASPEK YANG MENDORONG MANUSIA KE ARAH KERJASAMA DENGAN SESAMANYA

Beberapa aspek yang mendorong manusia ke arah kerjasama dengan sesama adalah sebagai berikut:Aspek Biologis. Manusia ingin tetap hidup dan mempertahankan kelangsungan hidupnya yang hanya bisa dicapai secara kerjasama dengan sesama.Aspek Psikologis. Kesediaan bekerjasama untuk menghilangkan rasa kejemuan dan mempertahankan harga diri sebagai anggota pergaulan hidup bersama manusia.Aspek Ekonomis. Kesediaan manusia untuk bekerja sama supaya dapat memenuhi, mencukupi, dan memuaskan segala macam kebutuhan.Aspek Kultural. Manusia sadar bahwa segala usahanya untuk menciptakan sesuatu hanya bisa dihasilkan tidak secara sendirian.

Page 13: Bab  I Pendahuluan

TINGKATAN KEBUTUHAN MANUSIA

Prof. Dr. Soerjono Soekanto, SH. MA., berpendapat, bahwa kebutuhan manusia itu secara garis besar terdiri dari kebutuhan akan:Sandang, pangan, dan papanKeselamatan jiwa dan hartaHarga diriMengembangkan potensi diriKasih sayang

Page 14: Bab  I Pendahuluan
Page 15: Bab  I Pendahuluan

Abraham Maslow berpendapat, bahwa kebutuhan hidup manusia itu terdiri dari beberapa tingkat kebutuhan, yaitu:1.1.Kebutuhan fisik, seperti makan, minum, istirahat, tidur, dan lain-Kebutuhan fisik, seperti makan, minum, istirahat, tidur, dan lain-lain.lain.

2.2.Kebutuhan rasa aman, seperti terhindar dari bahaya, ketakutan, Kebutuhan rasa aman, seperti terhindar dari bahaya, ketakutan, dan rasa sakit, bebas dari teror lain-lain.dan rasa sakit, bebas dari teror lain-lain.

3.3.Kebutuhan diterima dan kasih sayang, yang berakar dalam Kebutuhan diterima dan kasih sayang, yang berakar dalam ikatan keluarga, kelompok, persahabatan, cinta, teman sebaya, ikatan keluarga, kelompok, persahabatan, cinta, teman sebaya, dan lain-lain.dan lain-lain.

4.4.Kebutuhan untuk dihargai, seperti karena sukses, cakap Kebutuhan untuk dihargai, seperti karena sukses, cakap mengerjakan sesuatu, berkemampuan Pujian, piagam, tanda jasa, mengerjakan sesuatu, berkemampuan Pujian, piagam, tanda jasa, hadiah (external) / tidak memerlukan pujian atau penghargaan hadiah (external) / tidak memerlukan pujian atau penghargaan dari orang lain untuk merasakan kepuasan dalam hidupnya dari orang lain untuk merasakan kepuasan dalam hidupnya (internal) (internal)

5.5.Kebutuhan untuk mengungkapkan rasa ingin tahu atau Kebutuhan untuk mengungkapkan rasa ingin tahu atau memperluas wawasan tentang apa saja yang ada di permukaan memperluas wawasan tentang apa saja yang ada di permukaan bumi. Kebutuhan untuk mengungkapkan rasa seni dan bumi. Kebutuhan untuk mengungkapkan rasa seni dan keindahan (estetika).keindahan (estetika).

6.6.Kebutuhan perwujudan diri (Aktualisasi Diri), seperti Kebutuhan perwujudan diri (Aktualisasi Diri), seperti meningkatkan potensi, bakat, kemampuan bekerja, dan lain-lainmeningkatkan potensi, bakat, kemampuan bekerja, dan lain-lain

7.7.Mencapai kesempurnaan (tidak menginginkan lagi hal yang Mencapai kesempurnaan (tidak menginginkan lagi hal yang bersifat duniawi) : hedonisme, materialisme, dan budaya yang bersifat duniawi) : hedonisme, materialisme, dan budaya yang dekadendekaden

Page 16: Bab  I Pendahuluan

Fokus / Kajian Fokus / Kajian Sosiologi PolitikSosiologi Politik

Secara umum :Secara umum :- Manusia sebagai Makhluk individual-Manusia sebagai Makhluk individual-

sosialsosial- Pengaruh masyarakat pada kekuasaan Pengaruh masyarakat pada kekuasaan

politik atau pemerintah (Masy-Negara)politik atau pemerintah (Masy-Negara) Secara khusus :Secara khusus :

- Mengkaji Hub. Kondisi-kondisi sosial yg - Mengkaji Hub. Kondisi-kondisi sosial yg mempengaruhi program publik oleh mempengaruhi program publik oleh pemerintah (Kenaikan BBM, Pilkada dll)pemerintah (Kenaikan BBM, Pilkada dll)

Page 17: Bab  I Pendahuluan

Fokus SosPol yg lain :Fokus SosPol yg lain :

a.a. Pengaruh masyarakat terhadap Pengaruh masyarakat terhadap norma-norma rezim (kajian kondisi norma-norma rezim (kajian kondisi sosial demi terwujudnya demokrasi sosial demi terwujudnya demokrasi politik yg stabil)politik yg stabil)

b.b. Yang diselidiki syarat-syarat sosial yg Yang diselidiki syarat-syarat sosial yg harus dipenuhi agar terwujud suatu harus dipenuhi agar terwujud suatu tatanan politik dan kekuasaan yg tatanan politik dan kekuasaan yg stabil)stabil)

Page 18: Bab  I Pendahuluan

Paham Manusia sbgPaham Manusia sbgMakhluk SosialMakhluk Sosial Sbg. Makhluk SosialSbg. Makhluk Sosial

a. Individualisme :a. Individualisme :- Kebebasan individu > kebebasan sosialKebebasan individu > kebebasan sosial- Man. terlahir sebagai individu, hidup dan Man. terlahir sebagai individu, hidup dan

bertanggungjawab atas kehidupannya bertanggungjawab atas kehidupannya sebagai individu sebagai individu

- Individu mempunyai hak mutlak yg harus Individu mempunyai hak mutlak yg harus dipenuhi oleh masyarakatdipenuhi oleh masyarakat

Page 19: Bab  I Pendahuluan

Konsekuensi Individualisme:Konsekuensi Individualisme:

Selalu berupaya memprioritaskan Selalu berupaya memprioritaskan pemenuhan kebutuhan individu dari pemenuhan kebutuhan individu dari pada kepentingan sosial masyarakatpada kepentingan sosial masyarakat

Hak Individu tdk boleh dikorbankan Hak Individu tdk boleh dikorbankan demi kepentingan negarademi kepentingan negara

Page 20: Bab  I Pendahuluan

b. Kolektivisme :b. Kolektivisme :

- Manusia sbg. Makhluk sosial - Manusia sbg. Makhluk sosial - Individu sbg sarana bg masy sec Individu sbg sarana bg masy sec

keseluruhankeseluruhan- Ciri kepentingan individu sbg makhuk Ciri kepentingan individu sbg makhuk

bebas & bertanggungjawab demi bebas & bertanggungjawab demi kepentingan dan kemauan kolektif kepentingan dan kemauan kolektif masy, bangsa dan negara masy, bangsa dan negara

Page 21: Bab  I Pendahuluan

KONSEKUENSI MANUSIA SEBAGAI MAHLUK SOSIAL

Melakukan pertanggungjawabannya kepada Tuhan dan kepada dirinya masing-masing dengan memperhatikan norma agama dan norma kesusilaan.

Maka dalam menjalani kehidupan ekstern antarpribadi, semua manusia sebagai mahluk sosial harus melakukan pertanggungjawaban kepada orang lain atau warga masyarakat lainnya.

Page 22: Bab  I Pendahuluan

LANJUTAN KONSEKUENSI..LANJUTAN KONSEKUENSI..

Pertanggungjawaban dalam kehidupan bermasyarakat itu harus berlandaskan pada norma-norma kesopanan (kebiasaan) dan norma-norma hukum. Dengan demikian mereka harus melakukan pertanggungjawaban moral yang berlandaskan norma-norma kesopanan (kebiasaan), dan pertanggungjawaban hukum yang berlandaskan norma-norma hukum.

Page 23: Bab  I Pendahuluan

Apa yg kita butuhkan?Apa yg kita butuhkan?

Paham yg seimbang : Paham yg seimbang : manusia manusia sebagai makhluk individual sebagai makhluk individual sosial sosial

Didalam individualitasnya terdapat Didalam individualitasnya terdapat aspek sosialitas (satu kesatuan)aspek sosialitas (satu kesatuan)

Kebersamaan manusia sbg individu Kebersamaan manusia sbg individu tdk mungkin ada tanpa masyarakat.tdk mungkin ada tanpa masyarakat.

Page 24: Bab  I Pendahuluan

Hub Individu-MasyarakatHub Individu-Masyarakat

Kebebasan individu tidak mungkin dipikirkan Kebebasan individu tidak mungkin dipikirkan tanpa ada ikatan dengan orang lain/masy.tanpa ada ikatan dengan orang lain/masy.

Individu menentukan eksistensinya Individu menentukan eksistensinya dimasyarakat.dimasyarakat.

Diperlukan wahana/alat yaitu BahasaDiperlukan wahana/alat yaitu Bahasa Bahasa : Tanda khas kesosialan manusia Bahasa : Tanda khas kesosialan manusia

(merupakan karya sosial)(merupakan karya sosial) Dengan bahasa individu dapat menciptakan Dengan bahasa individu dapat menciptakan

realitas kebudayaan dan peradabanrealitas kebudayaan dan peradaban

Page 25: Bab  I Pendahuluan

MasyarakatMasyarakat Kumpulan individu yang tinggal pada Kumpulan individu yang tinggal pada

suatu wilayahsuatu wilayah Individu mempunyai karakteristik Individu mempunyai karakteristik

sendiri sehingga dapat dibedakan sendiri sehingga dapat dibedakan dengan masyarakat laindengan masyarakat lainMis : Mis : Masyarakat Pesantren Masyarakat Pesantren (Agamis)(Agamis)

Masyarakat Tengger (Hindu)Masyarakat Tengger (Hindu)Masyarakat Suku Dani (Papua)Masyarakat Suku Dani (Papua)

Page 26: Bab  I Pendahuluan

Dimensi Kesosialan ManusiaDimensi Kesosialan Manusia Frans Magnis Suseno (etika Politik-1987) :Frans Magnis Suseno (etika Politik-1987) :

- kesosialan masy ada pada 3 dimensi :- kesosialan masy ada pada 3 dimensi :

1.1. Penghayatan spontan individual (sadar Penghayatan spontan individual (sadar hidupnya tergantung dgn orang lain)hidupnya tergantung dgn orang lain)

2.2. Kesosialan nampak ketika berhadapan dgn Kesosialan nampak ketika berhadapan dgn lembaga sosial (hub sosial tidak amorf /harus lembaga sosial (hub sosial tidak amorf /harus terstrukturterstrukturterpola agar lestari)terpola agar lestari)

3.3. Kesosialan nampak pada “ simbolic universe Kesosialan nampak pada “ simbolic universe of meaning”-Peter L. Berger (manusia butuh of meaning”-Peter L. Berger (manusia butuh paham, kepercayaan untuk memahami paham, kepercayaan untuk memahami makna realitas hidup makna realitas hidup pedoman eksistensi pedoman eksistensi manusiamanusia

Page 27: Bab  I Pendahuluan

Lingkaran Organisasi Sosial (Hegel-Lingkaran Organisasi Sosial (Hegel-Filsafat Hukum)Filsafat Hukum)

KeluargaKeluarga

- Satuan sosial paling akrab /non formal- Satuan sosial paling akrab /non formal Masyarakat Luas (Civil Society)Masyarakat Luas (Civil Society)- Lembaga, organisasi dan bentuk Lembaga, organisasi dan bentuk

komunikasi lainkomunikasi lain- Tidak ada hub. Dgn keluarga & Tidak ada hub. Dgn keluarga &

NegaraNegara NegaraNegara

- Mempunyai otoritas untuk menata - Mempunyai otoritas untuk menata kehidupan sosial (hukum)kehidupan sosial (hukum)

Page 28: Bab  I Pendahuluan

Manusia sebagai makhluk PolitikManusia sebagai makhluk Politik

Manusia membutuhkan sistem nilai dan Manusia membutuhkan sistem nilai dan ideologi untuk menjadi pedomannya ideologi untuk menjadi pedomannya sebagai warga negara di suatu negarasebagai warga negara di suatu negara

Proses hidup sebagai pribadi ikut Proses hidup sebagai pribadi ikut memberi bentuk pd lembaga-lembaga memberi bentuk pd lembaga-lembaga sosial, nilai sosial, dan ideologi yang sosial, nilai sosial, dan ideologi yang bersangkutanbersangkutan

Man sbg makhluk politis : ia menjadi Man sbg makhluk politis : ia menjadi pribadi yang memasyarakat atau pribadi yang memasyarakat atau menegaramenegara

Page 29: Bab  I Pendahuluan

Dia pelaku kehidupan masyarakat dan Dia pelaku kehidupan masyarakat dan negara.negara.

memiliki hak dan kewajiban sebagai memiliki hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat atau warga suatu warga masyarakat atau warga suatu negara.negara.

Page 30: Bab  I Pendahuluan

Dimensi Politis ManusiaDimensi Politis Manusia1. Segi Tahu (pengertian dan orientasi)1. Segi Tahu (pengertian dan orientasi) Harus tau mana yg baik dan yg Harus tau mana yg baik dan yg

burukburuk

2. Segi mau (mengambil tindakan 2. Segi mau (mengambil tindakan berdasarkan orientasi)berdasarkan orientasi)

Bertindak sesuai dgn arahan / Bertindak sesuai dgn arahan / pengertian yg dimengertipengertian yg dimengerti

Mempengaruhi manusia dalam Mempengaruhi manusia dalam mengerti dunianya, mempengaruhi mengerti dunianya, mempengaruhi kehidupan masy., bangsa dan kehidupan masy., bangsa dan negaranegara

Page 31: Bab  I Pendahuluan

Manusia sbg Makhluk Sosial PolitikManusia sbg Makhluk Sosial Politik

Manusia tidak dapat hidup sendirian Manusia tidak dapat hidup sendirian (butuh orang lain untuk berkembang)(butuh orang lain untuk berkembang)

Harus berinteraksi dengan kekuasaanHarus berinteraksi dengan kekuasaan Kekuasaan diperlukan untuk Kekuasaan diperlukan untuk

memadukan beberapa potensi dan memadukan beberapa potensi dan realitas sosial demi tercapai cita-cita realitas sosial demi tercapai cita-cita bersamabersama

Manusia membutuhkan masy., negara yg Manusia membutuhkan masy., negara yg ditata berdasarkan sistem kekuasaan ttt.ditata berdasarkan sistem kekuasaan ttt.

Page 32: Bab  I Pendahuluan

Ilmu SosialIlmu Sosial

Ilmu yg mencoba memahami, meneliti, Ilmu yg mencoba memahami, meneliti, menemukan perbedaan dan menemukan perbedaan dan persamaan interaksi individu dalam persamaan interaksi individu dalam masyarakat & Interaksi Masyarakat masyarakat & Interaksi Masyarakat dgn kelompok masyarakat laindgn kelompok masyarakat lain (dinamis)(dinamis)..

Ilmu yg mencoba memahami pikiran, Ilmu yg mencoba memahami pikiran, ide, gagasan; lembaga; struktur sosial ide, gagasan; lembaga; struktur sosial yg muncul sebagai akibat dr. yg muncul sebagai akibat dr. perbedaan pemilikan brng; persaingan perbedaan pemilikan brng; persaingan & konflik akibat usaha& konflik akibat usaha (realitas). (realitas).

Page 33: Bab  I Pendahuluan

Ciri-Ciri Khusus SosiologiCiri-Ciri Khusus Sosiologia.a. Bersifat Empiris Bersifat Empiris : Ilmu pengetahuan yg : Ilmu pengetahuan yg

didasarkan pd observasi terhadap kenyataan & didasarkan pd observasi terhadap kenyataan & akal dan hasilnya tidak bersifat spekulatifakal dan hasilnya tidak bersifat spekulatif

b.b. Bersifat Teoritis Bersifat Teoritis : Ilm. Pengetahuan yg selalu : Ilm. Pengetahuan yg selalu berusaha menyusun abstraksi dr hasil berusaha menyusun abstraksi dr hasil obesrvasi dgn sec. Logis yg bertujuan untuk obesrvasi dgn sec. Logis yg bertujuan untuk menjelaskan hub. Sebab-akibatmenjelaskan hub. Sebab-akibat

c.c. Bersifat Kumulatif Bersifat Kumulatif : Teori2 sosiologi dibentuk : Teori2 sosiologi dibentuk berdasarkan teori-2 yg sudah ada dalam arti berdasarkan teori-2 yg sudah ada dalam arti memperluas serta memperhalus teori lama.memperluas serta memperhalus teori lama.

d.d. Bersifat Nonetis Bersifat Nonetis : yg dipersoalkan bukanlah : yg dipersoalkan bukanlah buruk baiknya tetapi tujuannya adalah buruk baiknya tetapi tujuannya adalah menjelaskan fakta itu sec. analitismenjelaskan fakta itu sec. analitis

Page 34: Bab  I Pendahuluan

Apa bedanya realitas sosial dan fakta sosial?Apa bedanya realitas sosial dan fakta sosial?tolong berikan contoh nyatolong berikan contoh nya

Fakta sosial Fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan berperasaan adalah cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunya yang berada di luar individu dan mempunya kekuatan memaksa dan mengendalikan individu kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut. Contoh, di sekolah seorang murid tersebut. Contoh, di sekolah seorang murid diwajidkan untuk datang tepat waktu, menggunakan diwajidkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru. seragam, dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid).mengendalikan individu (murid).

Page 35: Bab  I Pendahuluan

Deskripsi Contoh 1

Bis di Jakarta banyak yang sudah reyot, kebersihannya pun tidak terpelihara. Di lantai bis banyak berserakan segala macam sampah dan debu. Para penumpang selalu berjubel, dan mereka biasanya meludah seenaknya di lantai bis. Ada pula banyak tukang copet di dalam bis, dan mereka tidak pilih bulu. Lelaki, wanita, tua, muda, semua yang lengah pasti dicopet. Biasanya ada pula penjaja majalah, yang menawarkan majalah aneka warna, dengan harga murah, tetapi ternyata majalah yang mereka jual adalah terbitan tiga tahun yang lalu

Page 36: Bab  I Pendahuluan

Deskripsi Contoh 2 Ketika saya sedang menaiki bis kota kemarin, di pintu saya

dihadang dua orang tukang copet. Mereka berpakaian perlente, salah-salah lihat seperti mahasiswa, karena membawa buku danmap-map. Ketika saya melewati mereka, mereka mencobameraba saku saya, tapi saya cukup waspada. Seorang wanita yg naik di belakang saya tiba-tiba menjerit kehilangandompet. Kedua mahasiswa itu segera turun dan menghilang diantara kerumunan orang-orang di terminal.Di lantai bis banyak berserakan sampah. Udara di dalam bisa sangat panas karena penumpangnya penuh sesak. Untung sayamendapat tempat duduk di dekat jendela, tapi orang tua yang duduk di samping saya batuk-batuk dan meludahkan dahak seenaknya ke lantai bis.Bis masih belum berangkat walaupun sudah penuh sesak.Melalui jendela bis ada orang yang menawarkan majalah anekawarna. Murah, cuma lima ratus rupiah. Orang tua yang batuk-batuk itu membeli sebuah. Ketika bis mulai bergerak, tiba-tiba orang tua itu memaki, ´Sialan! Terbitan tiga tahun yang lalu!µ

Page 37: Bab  I Pendahuluan

Fakta vs Realita Apa perbedaan antara contoh pertama dan kedua? Deskripsi seperti

contoh pertama adalah kenyataan yang sehari-hari kita temui di bis kota. Dengan mudah kita bisa membuktikan kebenarannya.Bahkan tanpa perlu memberikan pembuktian apa pun, banyak orangpercaya begitulah keadaan bis-bis kota di Jakarta pada umumnya.Memang bukan mustahil ada bis kota yang bersih, lega tak berjejal penumpang, tak ada tukang copet, pengamen, penjaja dan sebagainya. Namun secara umum gambaran yang dilukiskan adalah benar. Inilah realita,kebenaran yang diyakini banyak orang tanpa perlu dibuktikan lagi kebenarannya dengan teori, dalil atau argumen apa pun. Pada contoh kedua, penulis hanya mendeskripsikan apa yang benar-benar dilihatnya, atau diakuinya sebagai dilihatnya,pada suatu tempatdan waktu tertentu (moment opname).Pembaca harus percaya saja dan tidak boleh membantah sepanjang yang dideskripsikannya termasuk akal(logis)dan masih sesuai dengan kenyataan yang dilihat sehari-hari. Inilah fakta, yakni persepsi penulis tentang suatu peristiwa, keadaan, ataubenda yang diobservasinya pada suatu waktu dan tempat tertentu sesuai dengan apa yg diserap(perceived) dng panca inderanya (dilihat,didengar, diraba, dicium, dan dirasakannya) secara langsung.Dalam memberikan deskripsi yang kita berikan adalah fakta, bukan realita

Page 38: Bab  I Pendahuluan

Perbedaan antara ilmu sosialPerbedaan antara ilmu sosialIlmu Ilmu SosialSosial

DimensiDimensi

Il. Il. EkonomiEkonomi

Memahami kehidupan indiv.& masy. Dlam Memahami kehidupan indiv.& masy. Dlam usahanya memenuhi kebutuhan usahanya memenuhi kebutuhan (produksi, distribusi, konsumsi brng & (produksi, distribusi, konsumsi brng & jasa)jasa)

Il. PolitikIl. Politik Memahami ttg. Hak, wewenang, Memahami ttg. Hak, wewenang, kekuasaan, proses pembuatan keputusan kekuasaan, proses pembuatan keputusan dlm masy, konflik yg terjadi akibat dlm masy, konflik yg terjadi akibat distribusi & alokasi brng yg dianggap distribusi & alokasi brng yg dianggap bernilaibernilai

SosiologiSosiologi Memahami struktur sosial, lembaga Memahami struktur sosial, lembaga sosial, lapisan sosial , perubahan sosial, sosial, lapisan sosial , perubahan sosial, interaksi sosial, mobilitas sosial dan interaksi sosial, mobilitas sosial dan modernisasimodernisasi

Page 39: Bab  I Pendahuluan

Hubungan ke-tiga disiplin ilmu sosialHubungan ke-tiga disiplin ilmu sosial1.1. Obyek yg ditelaah sama : Individu & Masyarakat baik Obyek yg ditelaah sama : Individu & Masyarakat baik

tingkah-laku, gejala sosial (akibat) serta peran & tingkah-laku, gejala sosial (akibat) serta peran & statusnya dlm masyarakatstatusnya dlm masyarakat

2.2. Point of View yg berbeda menyebabkan timbulnya Point of View yg berbeda menyebabkan timbulnya gejala sosial yg saling berkaitan satu sama lainnya gejala sosial yg saling berkaitan satu sama lainnya (kepentingan/alasan)(kepentingan/alasan)

3.3. Antara sosiologi dan politik menghasilkan bidang Antara sosiologi dan politik menghasilkan bidang ilmu baru-Sosiologi Politik yg membicarakan ttg ilmu baru-Sosiologi Politik yg membicarakan ttg basis-basis sosial dr kekuasaan dalam masyarakat. basis-basis sosial dr kekuasaan dalam masyarakat. (Mauirice Duverger)(Mauirice Duverger)Antara sosiologi dan ekonomi menghasilkan ilmu –Antara sosiologi dan ekonomi menghasilkan ilmu –Sosiologi EkonomiSosiologi EkonomiAntara sosiologi & ekonomi menghasilkan cabang Antara sosiologi & ekonomi menghasilkan cabang ilmu- Sosiologi Ekonomi ilmu- Sosiologi Ekonomi Antara ekonomi & politik menghasilkan cabang ilmu- Antara ekonomi & politik menghasilkan cabang ilmu- Ekonomi PolitikEkonomi Politik

Page 40: Bab  I Pendahuluan

Skema Sosiologi PolitikSkema Sosiologi Politik

SOSIOLOGI

P O L I T I K E K O N O M I

I II

III

IV

Sosiologi Sosiologi PolitikPolitik

Sosiologi Sosiologi EkonomiEkonomi

Ekonomi Ekonomi PolitikPolitik

Page 41: Bab  I Pendahuluan

Pembangunan EkonomiPembangunan Ekonomi

Pelaku Ekonomi (Prof. Dr. Selo Soemardjan) Pelaku Ekonomi (Prof. Dr. Selo Soemardjan) dibagi 2 sektor :dibagi 2 sektor :

a. Sektor Publika. Sektor Publik

Kegiatan ekonomi yg mencakup pembangunan Kegiatan ekonomi yg mencakup pembangunan ekonomi yg bertujuan untuk kesejahteraan umum ekonomi yg bertujuan untuk kesejahteraan umum yg dilakukan melalui yg dilakukan melalui PerencanaanPerencanaan (PELITA)- (PELITA)-Jk.Pendek dan (Pembangunan 25 th)-Jk PanjangJk.Pendek dan (Pembangunan 25 th)-Jk Panjang

b. Sektor Swasta b. Sektor Swasta

Kegiatan ekonomi yg dilakukan untuk tujuan Kegiatan ekonomi yg dilakukan untuk tujuan komersial (bisnis) dengan prinsip ekonomi.komersial (bisnis) dengan prinsip ekonomi.

Page 42: Bab  I Pendahuluan

Pembangunan EkonomiPembangunan Ekonomi Dalam Perencanaan Pembangunan, sektor publik Dalam Perencanaan Pembangunan, sektor publik

memperhatikan faktor ekonomi umum dan faktor memperhatikan faktor ekonomi umum dan faktor non-ekonomi, yaitu:non-ekonomi, yaitu:

A. Fak. Ekonomi UmumA. Fak. Ekonomi Umum

1.1. Ekonomi Dominan setempatEkonomi Dominan setempat

2.2. Sumber Daya AlamSumber Daya Alam

3.3. Kualitas Sumber Daya Kualitas Sumber Daya ManusiaManusia

4.4. TeknologiTeknologi

B. Fak. Non-EkonomiB. Fak. Non-Ekonomi

1.1. Sikap Masyarakat terhadap PembangunanSikap Masyarakat terhadap Pembangunan

2.2. Keseimbangan kekuatan membangun antara Keseimbangan kekuatan membangun antara pemerintah & penduduk setempatpemerintah & penduduk setempat

3.3. Pola kepemimpinanPola kepemimpinan

4.4. Infrastruktur fisik dan sosialInfrastruktur fisik dan sosial

Page 43: Bab  I Pendahuluan

Kegiatan Ekonomi Sektor SwastaKegiatan Ekonomi Sektor Swasta Sektor swasta sebelum melakukan keg. Ekonominya Sektor swasta sebelum melakukan keg. Ekonominya

maka terlebih dahulu melakukan maka terlebih dahulu melakukan feasibility studyfeasibility study, , dgn memperhatikan beberapa faktor seperti :dgn memperhatikan beberapa faktor seperti :

A. Faktor EkonomiA. Faktor Ekonomi

1.1. Sistem ekonomi SosialSistem ekonomi Sosial

2.2. Peraturan MoneterPeraturan Moneter

3.3. Kekuatan PesaingKekuatan Pesaing

4.4. Potensi PasarPotensi Pasar

5.5. Sistem PajakSistem Pajak

B. Faktor Non-ekonomiB. Faktor Non-ekonomi

1.1. PolitikPolitik

(Sis.Pol.Nas, Gol.yg berkuasa, Stabilitas Politik, (Sis.Pol.Nas, Gol.yg berkuasa, Stabilitas Politik, Birokrasi, Hubungan Sipil dan Militer)Birokrasi, Hubungan Sipil dan Militer)

2.2. HukumHukum

(Peraturan Devisa, Hukum Tanah, Keseimbangan (Peraturan Devisa, Hukum Tanah, Keseimbangan legislatif, Perlindungan hukum, Korupsi & Kolusilegislatif, Perlindungan hukum, Korupsi & Kolusi

Page 44: Bab  I Pendahuluan

3.3. Sosial Sosial

(melihat keseimbangan : rural & urban, etnis, (melihat keseimbangan : rural & urban, etnis, agama, pendidikan, organisasi buruh, agama, pendidikan, organisasi buruh, kesetaraan gender)kesetaraan gender)

4.4. KulturKultur

(Ethos kerja, keseimbangan rasionalitas & non (Ethos kerja, keseimbangan rasionalitas & non rasionalitas, sikap kolektif & individualitas, rasionalitas, sikap kolektif & individualitas, kekuatan adat terhadap modernisasi, teknologi kekuatan adat terhadap modernisasi, teknologi baru)baru)

Kegiatan Ekonomi Sektor SwastaKegiatan Ekonomi Sektor Swasta